Anda di halaman 1dari 165

i

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI KOTA


TANGERANG
(Studi Kasus : Periode Walikota Wahidin Halim )

Tesis
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
Master Pendidikan Islam (M.Pd.I)

oleh:

Lia Nurmalia
Nim : 2811011000027

Pembimbing :
Prof.Dr.Husni Rahim

PROGRAM MAGISTER (S2) PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI KOTA TANGERANG


( Studi Kasus: Periode Walikota Wahidin Halim)
Diajukan kepada Program Magister (S2) PAI Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan sebagai syarat memperoleh gelar M. Pd.I

oleh
Lia Nurmalia
Nim : 2811011000027

Pembimbing

Prof.Dr. Husni Rahim


Nip. 150060369

PROGRAM MAGISTER (S2) PAI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
iii

Transliteration

b = z = f = =

t = s = q =

th = sh = k =

j = s{ = l =

h{ = d{ = m =

kh = t{ = n =

d = z{ = h =

dh = = w =

r = gh = y =

Short: a = ;i = ; u=

Long: a< = ; i> = ; =

Diphthong: ay =; aw =
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT, shalawat serta salam semaga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam penyusunan tesis ini penulis telah banyak memperoleh
bantuan, dari bebagai pihak dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah jakarta
Ibu Nurlena rifai MA, Ph.D.
3. Bapak Prof. Dr. Husni Rahim, sebagai pembimbing, atas
bimbingan petunjuk dan arahan-arahannya yang telah
diberikan sehingga penulis dapat merampungkan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen program Magister FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terutama pada program PAI konsentrasi
Supervisi Pendidikan.
5. Kedua orang tua, Ayahanda Alm. H. Uung Mahrun, dan
Ibunda Hj. E. Suryati yang telah bersusah payah melahirkan,
mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada tingkat dasar
sampai kepada jenjang magister (S2) ini.
6. Suami tercinta H. Nanang Setiadi B.Sc, yang telah
mendampingi penulis , anak-anakku Hasna Fadhila S.Mb,
Salsabila Syifa Rahmania dan Marsha Setiadi yang
senantiasa menjadi motivasi bagi penulis.
7. Keluarga besar di SMK Negeri 3 Kota Tangerang , Bapak
kepala sekolah, rekan guru dan staf tata usaha serta
siswa/siswi SMKN 3 tangerang.
8. Kantor Pemerintah daerah Kota Tangerang, yang telah
memberikan informasi dan buku-buku karya Wahidin halim.
9. Kantor DPRD kota Tangerang serta Anggota DPRD Kota
Tangerang yang telah memberikan informasi tentang
Peraturan Daerah Kota Tangerang.
10. Bapak dan ibu pegawai perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Kota Tangerang.
v

Semua pihak yang telah turut membantu, Semoga bantuan


yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis, menjadi
amal ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT., akhirnya
dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga jerih
payah penulis ini menjadi langkah awal bagi pengembangan
wawasan intelektual dan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.insyaAllah.

Tangerang,1 Januari 2014

Penulis,
vi

ABSTRAK
Sebagai kota perbatasan dan penyangga Ibukota Jakarta,
Tangerang menjadi kota mempunyai masalah sosial yang sangat
kompleks, sehingga membutuhkan strategi jitu dalam memetakan
permasalahan pertumbuhan kota yang cepat melebihi daya
dukung Kota Tangerang itu sendiri. Pedidikan di Kota Tangerang
tidak dapat dipisahkan dari pengaruh permasalahan Kota yang terus
bergerak pesat.
Undang-undang nomor 22 tahun 1999, tentang otonomi
daerah, memberi jalan pemberdayaan dan pengembangan suatu
wilayah agar dapat mengatur sendiri wilayahnya sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan di wilayah tersebut. Perda Kota
Tangerang nomor 11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pendidikan di Kota Tangerang adalah produk bersama antara
kepala daerah dengan DPRD kota Tangerang yang mengatur
pendidikan agar dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat
yaitu wajib belajar 12 tahun (pasal 29), penambahan jam pelajaran
PAI menjadi 3 jam pelajaran (pasal 16), anggaran pendidikan
20%(pasal 49), komitmen pemerintah dalam anggaran pendidikan
di Kota Tangerang setiap tahun selalu diatas 20 %, terutama pada
anggaran 2004 yang mencapai 48% dari anggaran secara
keseluruhan. Selanjutnya Perwal no. 54 tahun 2008, tentang
larangan merokok, Perda no. 7 tahun 2005, tentang larangan
peredaran minuman keras dan Perda no. 8 tahun 2005, tentang
larangan prostitusi, merupakan Perda yang dapat mendukung
terciptanya situasi wilayah Kota Tangerang yang tenang dan dapat
berdampak positif bagi kemajuan pendidikan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,
penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil,
yaitu dengan penelaahan dokumen, wawancara dan pengamatan
terhadap objek yang diteliti.
Hasil penelitian kebijakan ini menunjukan adanya
peningkatan kualitas pendidikan, dan adanya peningkatan
dukungan Pemda terhadap dunia pendidikan di Kota Tangerang.
Selanjutnya pemda perlu melakukan pemantauan terhadap
pelaksaan perda-perda tersebut agar dapat berfungsi secara
maksimal.
vii

ABSTRACT
As a border town and the capital buffer Jakarta, Tangerang
is a city that has a very complex social issue, thus requiring a
surefire strategy of mapping problems in the city's rapid growth
beyond the carrying capacity of the city itself. Education in the city
of Tangerang can not be separated from the influence of the
problems of the city which is moving rapidly.
The Government constitution No. 22 of 1999, concerning
regional autonomy gave way for the empowerment and
development of an area in order to regulate its own territory in
accordance with the problems and needs in the region, including
autonomy in education as a form of building democracy
community. Tangerang city Regulation No. 11 of 2007 on the
organization of education in the city of Tangerang is a joint product
between the regional head andTangerang City Council which set
about education so that it can be felt by the whole society, namely
12 -year compulsory education ( Article 29 ) , the addition of PAI
school hours to 3 hours of lessons ( article 16 ), 20 % of education
budget ( article 49 ) , the government's commitment to education in
the city of Tangerangbudget every year is always above 20 % ,
especially in the 2004 budget reached 48 % of the overall budget.
Furthermore head of municipality regulation No. 5 of 2010, about
the smoking ban , regulation No. 7 of 2005 on the prohibition of
liquor distribution and regulation No. 8 of 2005 on the prohibition
of prostitution are the ones that can support the creation of the city
of Tangerang situation quiet and can have a positive impact for the
advancement of education.
This study used a qualitative research that prefer the process
than the result with analyze the document, make a conversation to
the speaker and do the observation of the object.
The results of this policy shows the enhancement of
education quality and endorsement from the government in
Tangerang city. So, the government in Tangerang city need to
monitor the implementation of those regulation and functionate
with maximum.
viii



.

22 1999

. 11 2002
dnardnaaTdna
12 (
)29 IAP 3 ( ) 11
20 ( )99 rdnaaTdnareaaaT
20 2009 94 .
5 2010 2 2005
( )4 2005
.

/ AMA / AMS
.
. rdnaaTdnanaregnaT

.
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................ iv
ABSTRAK.................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
DAFTARTABEL ........................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................


A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Permasalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................ 8
D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian ................................ 9
E. Penelitian Terdahulu................................................... 9
F. Metodologi Penelitian ................................................ 11

BAB II KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


A. Konsep Kebijakan Pendidikan di Indonesia.............. 18
B. Sistem Pendidikan Nasional ....................................... 27
C. Desentralisasi Pendidikan .......................................... 36
D. Kebijakan Pendidikan Pada Sekolah .......................... 44

BAB III PERDA PENDIDIKAN DAN PERDA PENDUKUNG


PENDIDIKAN DI KOTA TANGERANG
A. Kondisi Objektif Kota Tangerang .............................. 50
B. Proses Lahir Perda ..................................................... 54
1. Peran Walikota Wahidin Halim ........................... 54
a. Pendidikan dimata Wahidin Halim................. 55
b. Visi Akhlakul Karimah................................... 58
2. Peran DPRD Kota Tangerang .............................. 63
C. Perda Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pendidikan .... 67
1. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan ........... 68
2. Kebijakan Penambahan Jam PAI ........................ 69
3. Kebijakan Anggaran Pendidikan......................... 75
x

D. Perda Pendukung Pendidikan .................................... 81


1. Perda No.7 Th.2005 tentang Pelarangan Minuman
Beralkohol ........................................................... 83
2. Perwal No.54 Th.2008 tentang Larangan Merokok 87
3. Perda No.8 Th.2005 tentang Pelarangan Pelacuran 90

BAB IV IMPLEMENTASI DAN DAMPAK PERATURAN


DAERAH
A. Implementasi dan Dampak Perda Pendidikan ............ 96
1. Peningkatan mutu Pendidikan .............................. 96
2. Penambahan Jam PAI ........................................... 104
3. Kebijakan Anggaran pendidikan .......................... 112
B. Implementasi dan Dampak Perda Pendukung
Pendidikan .................................................................. 124
1. Perda Larangan Minuman beralkohol ................. 124
2. Perwal Larangan Merokok .................................. 130
3. Perda Larangan Pelacuran .................................. 133

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 135
B. Saran ........................................................................... 137

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3,1 Susunan Panitia Khusus Raperda........................... 61


Tabel 4.1 Program Peningkatan Mutu Siswa ......................... 92
Tabel 4.2 Peningkatan Peserta KKG dan MGMP .................. 93
Tabel 4.3 Peningkatan Pendidikan Formal Pendidik ............. 94
Tabel 4.4 Peningkatan Nilai Ujian Nasional ......................... 95
Tabel 4.5 Angka Putus Sekolah ............................................. 96
Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Guru tahun 2008-2012 ........ 97
Tabel 4.7 Penghargaan yang diterima Pemerintah Kota
Tangerang bidang Mutu Pendidikan ...................... 98
Tabel 4.8 Perbandingan Jam PAI 2JP dengan 3JP................ 100
Tabel 4.9 Kemampuan Baca Tulis Al-Quran Siswa
SMA/SMK/MA..................................................... 101
Tabel 4.10 Pengalaman Khatam Al-Quran Siswa
SMA/SMK/MA..................................................... 103
Tabel 4.11 Penghargaan Pemkot Bidang Keagamaan ............. 108
Tabel 4.12 Anggaran Pendidikan di Kota Tangerang .............. 109
Tabel 4.13 Daftar Besaran Dana Bantuan Operasional
Pendidikan ............................................................. 113
Tabel 4.14 IPM Kota Tangerang ............................................. 115
Tabel 4.15 Perkembangan Jumlah Sekolah th.2009-2012 ....... 116
Tabel 4.16 Peningkatan Jumlah Gedung Sekolah ................... 116
Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Murid .................................. 117
Tabel 4.18 APM dan APK kota Tangerang ............................. 118
Tabel 4.19 Penghargaan Pemkot Bidang Keuangan ................ 118
Tabel 4.20 Perbandingan Operasi Miras di Kota Tangerang ... 123
Tabel 4.21 Perbandingan Operasi Penertiban Perkelahian ..... 125
Tabel 4.22 Perbandingan Operasi Penertiban Prostitusi ......... 131
xii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN

1. Surat Keputusan bersama DPRD dan Walikota Tangerang


Pengesahan Perda Pendidikan
2. Surat Keputusan Bersama DPRD dan Walikota Tangerang
3. Pengesahan Perda Miras dan Larangan Prostitusi
4. Surat Keputusan Pimpinan DPRD tentang pembentukan
Panitia Khusus
5. Lembaran Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2007 tentang
Pendidikan
6. Lembar Peraturan Walikota nomor 54 tahun 2008 tentang
Larangan Merokok bagi Siswa, Pendidik, dan tenaga
Pendidik
7. Lembar Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2005 tentang
Larangan Peredaran Minuman Beralkohol.
8. Lembar Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2005 tentang
Larangan Pelacuran.
9. Surat keterangan Penelitian
10. Daftar Wawancara
xiii

LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Tangerang merupakan sebuah kota perbatasan antara


kota Serang dengan Jakarta dan berfungsi sebagai penyangga
Ibukota. Sebagai kota perbatasan, penduduk Kota Tangerang
terdiri dari beragam suku dan etnis dan sebagian penduduknya
merupakan pelimpahan dari kota Jakarta, hampir setiap tahun terus
bertambah sebagai akibat dari urbanisasi.
Menurut Wahidin Halim, Kota Tangerang berhadapan
dengan persoalan ketimpangan sosial dengan ragam persoalan
perkotaan, sebagai akibat pertumbuhan kota yang pesat melampaui
daya dukung kota itu sendiri, masalah Kota Tangerang berakar
pada masalah-masalah sosial atau persoalan yang berpijak pada
prasarana dan sarana kota1, selain itu, di Tangerang terdapat
Bandara Internasional Soekarno Hatta, salah satu jalan masuknya
peredaran gelap narkotika ke Indonesia, sehingga terjadi
peningkatan kasus dan jumlah tersangka narkoba pada usia tingkat
pemula di Indonesia yang juga terjadi di Kota Tangerang pada
periode 2003-20072.

1
Ketimpangan sosial tersebut seperti urbanisasi, kemiskinan, disorganisasi
keluarga, kejahatan dan lumpuhnya lembaga-lembaga sosial masyarakat.Kota
Tangerang juga menghadapi berbagai ragam persoalan perkotaan yang
berkaitan dengan prasarana dan sarana kota.Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota
Tangerang, (Jakarta, Melibas, 2004), cet.1 h.48,49
2
Jumlah kasus peredaran narkotika adalah jumlah kasus atau kejadian
peredaran narkoba yang terjadi pada tahun tertentu untuk masing-masing jenis
narkoba seperti ekstasi, putau, shabu-shabu, Jumlah kasus penyalahgunaan
narkoba adalah jumlah kasus atau kejadian penyalahgunaan narkoba yang terjadi
pada tahun tertentu untuk masing-masing jenis narkoba. Tahun 2003 terjadi
sebanyak 189 kasus dan 198 tersangka,tahun 2004, sebanyak 208 kasus dan 208
tersangka,, tahun 2005, sebanyak 248 kasus dan 337 tersangka, tahun 2006
sebanyak239 kasus dan 345 tersangka, tahun 2007 sebanyak 261 kasus dan 354
tersangka. Sumber Badan Narkotika Tangerang (BNK), 2008 yang di kutip
dalam buku. Badan Perencanaan Daerah Profil Daerah Kota Tangerang
(Tangerang , Pemerintah Kota Tangerang, 2008) h.77
1
2

Kebijakan pemerintah memberlakukan sektor industri


sebagai salah satu penopang perekonomian nasional,3 hal tersebut
mendorong perpindahan penduduk dari daerah ke Ibukota dan
sekitarnya serta berlangsung dengan cepat, seiring terbukanya
banyak lapangan pekerjaan dengan banyak dibukanya pabrik-
pabrik, terutama memasuki dasawarsa 1990-an, termasuk di Kota
Tangerang dan sekitarnya. Keadaan tersebut merubah suasana
Kota Tangerang menjadi lebih modern dengan penduduk yang
berbudaya urban berpadu dengan penduduk asli yang sederhana
dengan pendidikan rendah.
Selain berada di batas antara Banten dan Jakarta, keunikan
yang lain karena keberadaan kaum Cina Benteng4, yaitu orang-
orang Cina yang telah tinggal di sini sebelum Belanda datang,
mereka hidup sebagai tukang pembuat arak5. Arak buatan orang
Cina ini, sangat disukai awak kapal Belanda. Inilah yang kemudian
akan mewarnai kehidupan masyarakat Tangerang yang mengikuti
kebiasaan orang Cina yang suka minum arak hingga mereka mabuk
ditambah permainan judi sebagai bagian dari budaya yang melekat

3
Tangerang dengan letaknya yang strategis (hanya 26 kilometer barat
Jakarta), kemudian tumbuh menjadi salah satu zona industri terpenting dan
menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta, wilayah Tangerang dipersiapkan
untuk mendorong kegiatan perdagangan dan industri, mengembangkan pusat-
pusat pemukiman dan menjaga keserasian pembangunan antara DKI Jakarta
dengan daerah-daerah yang berbatasan langsung. Toni Wismantoro, Fajar
Merekah di Kota Tangerang, (ATS), (Jakarta:Amanat Tangerang Sejahtera,
2008),hal. 104.
4
Hokkian yang datang ke Tangerang dan tinggal turun temurun di
kawasan pasar lama ,mereka masuk dengan perahu melalui sungai Cisadane
sejak lebih dari 300 tahun silam. Wahidin Halim, Ziarah budaya Kota
Tangerang Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah,
(Jakarta,Auracitra Cet.II 2011),hal 27.
5
Arak merupakan minuman keras yang paling tua dikonsumsi manusia..
Miras jenis ini dibuat dari beras dikukus sampai setengah matang, kemudian
ditaruh di tampah dan diratakan setelah itu, ditaburi biang ragi dan di simpan
pada tempat yang kering selama tiga hari agar terjadi proses fermentasi,
kemudian beras yang sudah menjadi tape diperas guna diambil airnya. Tahap
selanjutnya air hasil perasan beras kemudian disuling guna diambil araknya,
setelah itu, arak muda disimpan dalam wadah steril agar kadar alkoholnya
meningkat, kadar alkohol arak putih sekitar 40 %. Wawancara Dengan Lautse
Indra pada tanggal 2 April 2013 di SMKN 3 Tangerang.
3

turun temurun pada masyarakat Tionghoa6 sehingga mejadi budaya


masyarakat Tangerang juga yang berdampak pada persoalan
pendidikan, sehingga masyarakat Tangerang walaupun berada
dekat dengan Ibukota tetapi tertinggal dalam pendidikannya.
Banyak orang tidak mengetahui keadaan Tangerang pada
masa lalu sungguh berbeda jauh dengan keadaan Kota Tangerang
pada masa sekarang yang banyak mengalami perubahan7,
Tangerang merupakan kota yang sangat kotor, jorok dan kumuh,
kesemrawutan terjadi di setiap sudut, baik pemukiman seperti
menjemur pakaian di sembarang tempat, jalan berlubang bak
kubangan kerbau, terlebih lagi pasar yang berjualan sampai ke jalan
, warga terbiasa dengan bau got yang sangat menyengat, bagi

6
Budaya ini dilakukan bila terjadi pergantian musim dari musim gugur ke
musim semi untuk menghangat tubuh dan budaya jika ada salah satu keluarga
yang meninggal Wawancara dengan Lautse Indra, Warga Etnis Tionghoa dan
mengajar Bahasa Mandarin di SMKN 3 Tangerang pada tanggal 2 April 2013 di
SMKN 3 Tangerang.
7
Awal pembentukan kabupaten Tangerang didasarkan maklumat Jakarta
Syu Nomor 4 tanggal 27 Desember 1943, sedangkan peresmianya dilakukan
pada hari Selasa 4 Januari 1944, dengan R. Atik Suardi menjadi Bupati
Tangerang pertama, seorang aktifis yang menjadi seorang pimpinan paguyuban
Pasundan, ia pernah menjabat sebagai pembantu R.Pandu Suradiningrat di
Gunseibu Jawa Barat. Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945
mendapat sambutan hangat dari para pemimpin dan masyarakat Tangerang.
Wujudnya terdiri atas dua bentuk, pertama menegakan kemerdekaan dengan cara
membentuk pemerintahan daerah di Tangerang yang menunjang Proklamasi
kemerdekaan RI, mulai dari tingkat kabupaten ke bawah. Kedua
mempertahankan kemerdekaan dengan cara menentang dan melawan pihak asing
dan antek-anteknya yang berusaha untuk menjajah kembali dan pihak yang mau
mendirikan negara sendiri yang tidak mengakui keberadaan Republik Indonesia,
Terjadilah revolusi kemerdekaan . Akhirnya kedaulatan Republik Indonesia bisa
ditegakan di Tangerang. Kedudukan Kabupaten Tangerang yang dikukuhkan
kembali pada awal masa Republik Indonesia (19 Agustus 1945) dan berlaku
terus hingga kini. Kabupaten ini jadi salah satu kabupaten di Propinsi Jawa
Barat. Sesuai dengan semangat dan tuntutan otonomi daerah serta perkembangan
Kota Tangerang yang meningkat pesat , status pemerintahan Kota Tangerang
sendiri di tingkatkan. Tadinya kota itu adalah kota kecamatan , lalu jadi kota
administratif. Kota Tangerang yang memiliki luas wilayah 17.729.794 hektar
dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1993 tentang pembentukan
Kota Tangerang. Wahhidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadaban Aklakul Karimah, (Jakarta:Auracitra, 2011), cet. 2,
hal. 19-20.
4

orang yang baru datang ke Tangerang akan merasa aneh melihat


warga yang aman-aman saja walau lingkungan kotor, tidak hanya
lingkungan yang semrawut, masyarakatnya pun seperti tidak
mengenal aturan tatakrama dan aturan agama, berjudi menjadi
suatu hal yang biasa dilakukan warga penduduk sebagai pengisi
waktu atau untuk meramaikan tatkala ada salah satu warga yang
sedang punya hajatan atau ada salah satu keluarga yang berduka,
saat berjudi sudah seperti pelengkap dengan minum arak.
Bangunan sekolah menurut data pada tahun 1993 tercatat
jumlah Sekolah dasar (SD) hanya sebanyak 778 sekolah, Madrasah
Ibtidaiyah (MI) sebanyak 96 sekolah, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sebanyak 82 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs)
sebanyak 38 sekolah, Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA)
sebanyak 65 sekolah, Madrasah Aliyah (MA) 14 sekolah dan
Perguruan Tinggi hanya 1 Universitas8.
Telah disebutkan di atas, masyarakat Tangerang banyak yang
tidak mementingkan pendidikan, prestise bagi mereka adalah jika
bisa melaksanakan pesta (menikahkan atau khitanan ) warga
terbisa menggelar acara pesta selama 3 hari tiga malam9, salah satu
malamnya mengundang penari Cokek10. Banyaknya penjara yang
berada di wilayah Tangerang seperti penjara wanita, penjara khusus
anak-anak dan penjara pemuda kelas 1, menambah buramnya kesan
Kota Tangerang sehingga kita yang berada jauh dari kota ini , tak
jarang mendengar orang tua yang menakut-nakuti, jika ada anak
yang nakal akan di buang ke Tangerang.
Dengan berbagai permasalahan dan keberadaan dari kota
Tangeranag tersebut maka pemerintah Kota Tangerang
memerlukan langkah langkah yang dapat meminimalisir masalah-
masalah yang ada di Tangerang, dan untuk dapat terciptanya

8
Pemda Kota Tangerang, Sejarah terbentuknya Kotamadya Dati II
Tangerang, Cet I 1995.
9
Wawancara dengan Bapak Saarin, penduduk asli Tangerang yang
tinggal di daerah Bojong Larang Karawaci Rt02/05.
10
Tari Cokek adalah tarian khas Tangerang yang diwarnai budaya etnik
China, tarian Cokek mirip sintren dari Cirebon, tarian ini kerap identik dengan
keerotisan penarinya yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat lantaran
dalam peragaannya pria wanita menari berpasangan dalam posisi berempet-
dempetan. Dinas Pemuda Olah Raga Budaya Dan Pariwisata Kota Tangerang,
Pariwisata Kota Tangerang, ( Tangerang, DISPORBUDAR) h. 13
5

sebuah kota yang kondusif, maka perlu adanya kebijakan-kebijakan


yang harus di keluarkan oleh pemerintah daerah, dan tentu peran
pemimpin daerah yang mempunyai visi untuk membangun
daerahnya dan tahu kebutuhan warganya. Menurut Plilip Kottler
yang di kutip oleh Rozali Abdulah, kepemimpinan di daerah
adalah :

The vision of a nations political leader can vitally affect


that nations economic performance.....the potential
leaders must formulate and sell to citizens of the country
positive vision of a future society. Rajiv gandhis push
toward the twenty-first centur, and Deng Xiaopings New
China all create roles for managerial vision of the future
for their nations11.

Sedangkan menurut Wahidin Halim,


Keberhasilan dan kegemilangan sebuah wilayah dalam
mengakses pertumbuhan dan perkembangan daerah akan
ditentukan oleh banyak faktor yang ikut serta menopang dan
menyangga laju kehidupan masyarakat, dan berbagai faktor
itu dalam banyak hal, telah terbukti banyak andil dalam
merubah sebuah wilayah dalam menghadapi perubahan di
masyarakat .12
Kepemimpinan suatu negara/daerah sangat diperlukan guna
mengatur dan mengurus manusia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara dengan membimbing rakyat kepada kemaslahatan dan
menjauhkannya, dari kemadhorotan, pada masa Nabi Muhammad
SAW, di samping berstatus sebagai nabi, juga pemimpin negara
dalam pemerintahan Islam (622 M) yaitu sejak menetap di kota

11
Rozali Abdulah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung, (Jakarta:Grafindo Persada), hal.153.
12
Hambatan fundamental dari berbagai daerah dalam mengelola
keberhasilan pembangunan wilayahnya, selalu saja terletak pada sumber daya
alam, yang biasanya dialokasikan untuk sumber pendapatan pos-pos tertentu,
apalagi jika UU no 25/99 tentang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah
menganut sistim bagi hasil eksploitasi sumber daya alam (SDA), dan secara
teoritis jika menggantungkan pada SDA, hanya beberapa daerah yang siap
menyongsong diberlakukannya UU tersebut. Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota
Tangerang, (Jakarta: Melibas,2004), hal. 15.
6

Yatsrib, kepemimpinan negara yang dilaksanakan oleh Nabi


Muhammad SAW, adalah kepemimpinan pemerintahan
Islam,artinya sumber-sumber perundang-undangnnya berorioentasi
kepada nilai-nilai kewahyuan atau syariat, dan setidak-tidaknya
tidak bertentangan dengan nilai-nilai wahyu atau syariat, sebab
menciptakan perundang-undangan juga terdapat pada manusia dan
lingkungannya sendiri, nilai-nilai kepemimpinan negara yang
dipelopori hal ini dapat dipahami dari Qs. Asyuraa ayat 214-216:






Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang


terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka
mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";

Kepemimpinan yang tidak tepat akan membawa pengaruh


yang sangat besar terhadap yang dipimpinnya, kepemimpinan
merefleksikan kemampuan untuk mempengaruhi orang ke arah
pencapaian tujuan, kepemimpinan merupakan proses yang
digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi anggota kolompok
ke arah pencapaian tujuan kelompok atau kemampuan untuk
mempengaruhi sebuah kelompok ke arah pencapaian visi atau
seperangkat tujuan. Karena kondisi masyarakat Tangerang tersebut
maka penelitian ini akan berfokus pada kebijakan pendidikan di
Kota Tangerang dan dibatasi pada masa waalikota Wahidin Halim
dalam melahirkan kebijakan Perda13 dan Perwal14.

13
Perda (Peraturan Daerah) adalah Produk Undang-Undang yang dibuat
atas kesepakatan antara Eksekutif dengan legislatif di satu Daerah. (Keputusan
Legislatif dan Eksekutif), wawancara hari Selasa, 25 Juni 2013 dengan anggota
7

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut terdapat persoalan


penting yang berkaitan pendidikan di Kota Tangerang, sehingga
permasalahan tersebut diantaranya :

a. Alokasi anggaran untuk pendidikan belum memadai untuk


meningkatkan mutu pendidikan.
b. Permasalahan kenakalan anak sekolah di Kota Tangerang.
c. Munculnya Perda pendidikan dan Perda pendukung
pendidikan.
d. Seberapa efektif Perda Pendidikan dan Perda Pendukung
Pendidikan itu meningkatkan mutu pendidikan di Kota
Tangerang.

2.Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokusnya penelitian ini diperlukan pembatasan
masalah penelitian. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada
permasalahan yang terjadi di Kota Tangerang yang telah terpisah
dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
(Tangsel). Selanjutnya permasalahan yang diteliti adalah seputar
kebutuhan pendidikan masyarakat Kota Tangerang yang terimbas
dari keadaan kota yang berdampingan dengan Ibukota Jakarta.
Dengan demikian kajian ini difokuskan pada kebijakan
pendidikan di Kota Tangerang, (Studi kasus periode Walikota
Wahidin Halim) dengan menelaah kebijakan-kebijakan pemerintah
daerah Kota Tangerang berupa Peraturan Daerah (Perda), dan
Peraturan Walikota (Perwal) yang berkaitan dengan pendidikan dan
nantinya akan dilakukan komparasi kebijakan pemerintah daerah

Dewan Bapak Suratno Abubakar sebagai Anggota DPRD Kota Tangerang dan
bapak Komarudin mantan anggota DPRD kota Tangerang periode 1999-2004.
14
Perwal (Peraturan Walikota) Undang-undang yang merupakan
menjabaran /rincian dari Peraturan Daerah agar peraturan bisa lebih jelas dan
lebih fokus pada masalah ( Keputusan Eksekutif). Hasil wawancara hari Selasa,
25 Juni 2013 dengan anggota dewan bapak Suratno Abubakar sebagai anggota
DPRD kota Tangerang dan bapak Komarudin mantan anggota DPRD kota
Tangerang periode 1999-2004.
8

dengan implimentasi dan dampaknya di sekolah. Sedangkan kurun


waktunya hanya dibatasi pada kepemimpinan Wahidin Halim
dalam 2 periode,yaitu dari tahun 2004 sampai 2009 dan periode ke
2 dari 2009 sampai 2013.
Untuk melihat implikasi dan dampak kebijakan perda
pendidikan dan perda pendukung pendidikan tersebut akan dilihat
dari responden pelajar di SMA, SMK, MA, yang berada di Kota
Tangerang.

3.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan


masalah di atas dapat dirumuskan masalah utama dalam penelitian
ini yaitu, bagaimanakah dampak perda pendidikan dan perda
pendukung pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Kota Tangerang? Untuk mengkaji masalah utama tersebut perlu
ditelaah perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana peran walikota Wahidin Halim dan DPR dalam
melahirkan Perda Pendidikan dan perda pendukung di
Kota Tangerang?
b. Bagaimanakah isi Perda pendidikan dan Perda pendukung
pendidikan di Kota Tangerang?
c. Bagaimana implementasi dan dampak dari Perda
pendidikan terhadap sekolah di Kota Tangerang ?
d. Bagaimana implementasi dan dampak dari Perda
pendukung pendidikan bagi sekolah di Kota Tangerang ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan
bahwa kebijakan daerah dalam penddikan dapat memperbaiki
mutu pendidikan di Kota Tangerang, lebih rinci penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menganalisis peranan walikota dalam melahirkan peraturan
daerah yang didukung oleh kalangan Eksekutif dan
Legislatif ( DPRD).
2. Mengidentifikasi beberapa kebijakan pemerintah Kota
Tangerang dalam bidang pendidikan.
9

3. Mengetahui informasi peraturan daerah membawa implikasi


positif terhadap dunia pendidikan serta
4. Menggali informasi dampak Perda dalam pendidikan di
Kota Tangerang.

D. Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah


kepustakaan tentang peranan kepala daerah terhadap
kebijakan pendidikan di daerahnya terutama pendidikan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan berakhlak
mulia.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
mensosialisasikan peraturan daerah yang berhubungan
dengan dunia pendidikan kepada sekolah-sekolah yang
ada di lingkungan kota Tangerang.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan kepada setiap kepala daerah agar membuat
kebijakan kebijakan yang berpihak pada pendidikan
dan akhlak mulia

2. Manfaat Praktis Pragmatis

a. Memberi masukan kepada para pendidik terutama guru


pendidikan Agama Islam tentang keberadaan Peraturan
Daerah yang dapat banyak membantu terbentuknya
akhlak siswa.
b. Memberi masukan kepada para guru di sekolah agar
memanfaatkan peraturan daerah dan peraturan Wali
Kota Tangerang sebagai pendukung materi pelajaran
PAI yang disampaikan di kelas.
c. Memberi masukan kepada ulama dan pemuka agama
yang berada di wilayah Kota Tangerang agar
mensosialisasikan peraturan daerah dan peraturan Wali
10

Kota Tangerang kepada masyarakat dalam


menyampaikan dakwahnya.
d. Sebagai tolak ukur dari keberhasilan dalam
meminimalisir tingkat kejahatan yang terjadi di Kota
Tangerang
e. Sebagai tolak ukur dalam meminimalisir tingkat
kenakalan remaja dan anak sekolah yang berada di
wilayah KotaTangerang.

E. Penelitian Terdahulu yang relevan

Penelitian tentang kebijakan pendidikan bukanlah penelitian


yang baru, banyak para peneliti menulis tentang kebijakan
pendidikan diantara nya:
Muhammad Sirozi , yang mengkaji tentang Politik Kebijakan
Pendidikan di Indonesia: Peran Tokoh-tokoh Islam dalam
penyusunan UU No 2 / 1989, penelitian tersebut mengkaji peran
pemimpin muslim dalam perumusan kebijakan 15 pendidikan
nasional di Indonesia, serta mengenali perjuangan kelompok
kepentingan pendidikan yang dominan dan agamawi dalam
pembentukan kebijakan pendidikan nasional utama dalam era orde
baru.
Hamlan AB. Andi Malla, yang mengkaji kebijakan
pemerintah tentang madrasah, (Posisi Madrasah dalam Konfigurasi
Sistem Pendidikan Nasional) menyimpulkan bahwa hubungan
pendidikan dengan politik adalah dua disiplin ilmu yang berbeda,
namun tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kebijakan
pemerintah tentang madrasah selain dipengaruhi oleh keinginan
untuk modernisasi pendidikan Islam juga didorong oleh
kepentingan politik pemerintah.16
Fauzan, yang mengkaji Kebijakan Pemerintahan terhadap
Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri di Indonesia, suatu analisis

15
Muhamad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran
Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU No 2/1989.(Desertasi Indonesian-
Netherlands Cooperation In Islamic Studies )
16
Hamlan Ab.Andi Mallla, Kebijakan Pemerintah tentang Madrasah,
Posisi Madrasah dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan Nasional 1945-
2005.(Desertasi , UIN Syarif Hidayatullah 2008).
11

kebijakan dalam pemerintahan orde lama dan orde baru, tesis ini
membahas tentang kebijakan-kebijakan yang diterapkan
pemerintah, baik pada masa orde lama maupun orde baru sangat
berpengaruh terhadap proses penciptaan kondisi PTAIN yang lebih
inklusif, terbuka dan lebih memberi peluang kepada para lulusan
pendidikan tinggi.17
Ratu Sutiah yang mengkaji kurikulum madrasah pada era
orde baru dalam tesisnya Integrasi Madrasah ke dalam Sistem
pendidikan Nasional (studi banding Kurikulum Madrasah dan
Sekolah Umum sebelum dan sesudah UUPN no 2 tahun 1989)
menyimpulkan bahwa kurikulum madrasah sesudah UUSPN no 2
tahun 1989 cenderung mengikuti kurikulum sekolah umum.18
Abdul Mukti Bisri, judul Desertasi, Kebijakan
Pengembangan Madrasah Unggulan Model dan Terpadu, desertasi
ini membahas bahwasanya kebijakan pengembangan madrasah
unggulan ketika intervensinya bertumpu pada aspek fisik, sarana
dan prasarana juga mengkritik kebijakan penganggaran pendidikan
di Departemen Agama yang lebih terfokus.19
Abdul Munir judul tesis, Kebijaksanaan Pemerintah Orde
Baru terhadap Pendidikan Islam di Bidang Madrasah. Dalam tesis
ini membahas tentang eksistensi madrasah masa orde baru sejak
sebelum lahirnya SKB Tiga Menteri 1975 dan pasca lahirnya SKB
tiga menteri yang menjadikan madrasah sebagai bagian integral
dari sistem pendidikan nasional.20
Melihat penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semua
penelitian itu diarahkan kepada kebijakan pemerintah tentang
pendidikan pada tingkat pusat, maka dalam penelitian ini akan di
khususkan pada kebijakan pemerintah di bidang pendidikan di

17
Fauzan, Kebijakan pemerintahan terhadap Pendidikan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia, (Tesis, Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,
2003)
18
Ratu Sutiah, Integrasi Madrasah Kedalam Sistem Pendidikan
Nasional: Studi Banding Kurikulum Madrasah dan Sekolah Umum Sesudah
UUSPN No 3 Tahun 1989,(Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1999).
19
Abdul Mukti Bisri, Kebijakan Pengembangan Madrasah Unggulan
Model Terpadu, (Desertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
20
Abdul Munir, Kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru Terhadap
Pendidikan Islam di Bidang Madrasah, (Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2000). h. 21
12

daerah, tepatnya di Kota Tangerang, karena belum ada penelitian


tentang kebijakan pemerintah Kota Tangerang oleh karena itu maka
penelitian ini layak dibahas berkaitan dengan otonomi daerah,
intinya bagaimana pemerintah daerah dapat memanfaatkan tugas
dan wewenangnya dalam mengelola dan mengembangkan
daerahnya termasuk bidang pendidikan, karena perbedaan kondisi
daerah membawa implikasi pada pembangunan daerah tersebut.

F. Metodologi Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif.


Menurut Denzin dan Lincoln yang dikutip oleh Lexy J. Maleong
,Metode kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi. 21
Begitupun menurut Mahmud, yang menyatakan, Metode kualitatif
merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang
berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.22
Sedangkan Lexy J. Maleong sendiri menuturkan, Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
perilaku, persepsi, tindakan secara holistik dandalam bentuk bahasa
pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.23Penelitian ini merupakan penelitian
kebijakan, menurut Ladson-Bilings&Tate ed yang dikutip Nusa
Putra menjelaskan,Penelitian kebijakan harus dapat membnatu
merumuskan, menilai dan mengevaluasi kebijakan secara
sistematis dan objektif karena kebijakan selalu bersentuhan dengan
banyak pihak, maka penelitian kebijakan mengembangkan berbagai
cara untuk mengukur damapak kebijakan yang telah ada.24

21
Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,
Remaja Rosda Karya, 2013) cet.ke 31, h.5.
22
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung,Pustaka Setia
2011) h.89.
23
Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,
Remaja Rosda Karya, 2013) cet.ke 31, h.6.
24
Nusa Putra, Hendarman, Metodologi Kebijakan, (Bandung, Rosda
Karya,2012), h.10.
13

Pertimbangan pemilihan pendekatan ini didasarkan pada


penelitian yang peneliti lakukan melihat fenomena sosial yang
terjadi di Kota Tangerang dan bersifat deskriptif karena teknik
pengumpulan data dilakukan dengan kajian dokumen yang
berhubungan dengan bentuk kebijakan dan pencarian sumber data
yang dipakai lewat wawancara dengan pihak-pihak yang telibat
dalam pembuatan Peraturan Daerah (Perda), serta observasi untuk
melihat implikasi dari perda pendidikan dan perda pendukung
pendidikan terhadap sekolah-sekolah yang berada di Kota
Tangerang.
Tak dapat dipungkiri dalam penelitian kualitatif kebutuhan
data dokumen25 sangat penting salah satu sebab keterkaitan ini
adalah untuk menggambarkan konteks kajiannya, data dokumen
terutama merupakan sumber utama karena bisa mengadakan
penyelidikan dalam proses terjadinya kebijakan, berupa Surat
Keputusan (SK) pembentukan panitia khusus tanggapan DPRD
Tangerang terhadap rancangan Perda Pendidikan dan Perda
pendukung Pendidikan,26 persetujuan ditetapkannya perda
pendidikan dan perda pendukung pendidikan27 dan dokumen yang
memperkuat dan membuktikan dari isi perda tersebut dalam bentuk
bahan tertulis, catatan umum dan arsip, dokumen pribadi dan
melibatkan sebagian besar jenis dokumen ini.

1. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

25
Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan
yang tetulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data,bukti, informasi
kealamiahan yang diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk
lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Mahmud,
Metode Penelitian Pendidikan(Bandung ,Pustaka Setia 2011) h.183.
26
SK tentang Pembentukan Panitia Khusus Tanggapan DPRD Tangerang
terhadap Perda pendidikan dan Perda Pendukung pendidikan sebanyak 3
halaman ditanda tangani oleh ketua DPRD kota Tangerang.
27
SK tentang Pembentukan Panitia Pengesahan Perda Pendidikan
sebanyak 3 halaman ditanda tangani oleh walikota dan ketua DPRD kota
Tangerang.
14

Sumber data primer adalah data yang menjadi pijakan


utama dalam menjelaskan masalah penelitian, diantara sumber data
primer adalah :
Dokumen yang memuat tentang peraturan daerah Kota
Tangerang, laporan pertanggung jawaban Walikota Tangerang
tahun 2011 dan tahun 2012, dokumen BOP (Bantuan Operasional
Sekolah), dokumen laporan dari Kantor Satuan Polisi Pamong
Praja, dokumen sekolah-sekolah SMA/SMK/MA di Kota
Tangerang. Dalam studi dokumen ini, peneliti mengumpulkan
dokumen naskah Perda no.11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pendidikan, Perda no 5 tahun 2010 tentang larangan merokok,
Perwal no 54 tahun 2008 tentang larangan merokok bagi siswa,
pendidik dan tenaga kependidikan, Perda no. 7 tahun 2005 tentang
Perda pendukung pendidikan (larangan minuman beralkohol),
Perda no 8 tahun 2005 tentang Perda pendukung pendidikan
(larangan pelacuran), dokumen naskah pembentukan panitia khusus
pembahasan 4 buah raperda penyelenggaraan pendidikan 28,
dokumen naskah persetujuan terhadap 2 (dua) buah rancangan
peraturan daerah Kota Tangerang menjadi peraturan daerah Kota
Tangerang29, naskah Bantuan Operasional Sekolah (BOP) yang
mengatur tentang besaran biaya sekolah SMA/SMK/MA Negeri di
Kota Tangerang yang dibiayai oleh pemerintah Kota Tangerang,
naskah laporan keuangan Walikota Tangerang yang berkaita
dengan pendidikan pada Tahun 2011 dan 2012.
Wawancara dengan kepala bidang Humas Pemerintahan
Kota Tangerang, Anggota DPRD Kota Tangerang, Anggota DPRD
Propinsi Banten, Dinas Pendidikan Kota Tangerang.

28
Keputusan pempinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Tangerang No 171/KEP.013-PIM.DPRD/2007 berisi susunan Pimpinan dan
anggota Panitia Khusus RAPERDA penyelenggaraan Pendidikan, yang terdiri
dari 15 Orang yang diketuai oleh Drs. PO Abas Sunarya, M.Si dari Fraksi Golkar
29
Naskah No 188.34/KEP.032-DPRD/2005,tentang berisi persetujuan
antara DPRD Kota Tangerang dengan Walikota Tangerang tentang 2 (dua)
buah Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah Kota Tangerang
yaitu Raperda Tentang Pelarangan Prostitusi dan Larangan Pengadaan dan
Persetujuan Minuman Keras.
15

Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan


sistimatis dari fenomena-fenomena yang di selidiki30, penelitian
akan lebih jelas jika kita mengamati langsung objek yang kita teliti
sehingga kita dapat membandingkan kebenaran dari hasil
wawancara dan pengkajian dokumen, observasi dilaksankan di
sekolah negeri/swasta yang berada di wilayah Kota Tangerang
untuk melihat secara langsung penerapan/implementasi dan
dampak kebijakan pendidikan di sekolah.
Kuesioner merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada observer mengenai implementasi dan dampak dari
kebijakan pemerintah daerah berupa Perda terhadap sekolah-
sekolah yang ada di Kota Tangerang, kuesioner ini akan di sebar
kepada SMA, MA, SMK, Negeri dan swasta yang berada di
wilayah Kota Tangerang.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder adalah subjek tempat asal data dapat


diperoleh dapat berupa bahan pustaka (informan atau responden)
31
., beberapa yang termasuk data sekunder diantaranya adalah
:Buku-buku analisis kebijakan pendidikan, bukubuku tentang
otonomi dalam bidang pendidikan, buku-buku penujang kajian
teoritis, undang-undang Sisdiknas, tesis, desertasi, artikel, jurnal,
majalah, surat kabar, data-data dari internet, karya para pakar atau
pemerhati pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti serta buku-buku
lainnya.
Wawancara dengan mantan anggota DPRD, staf risdang
DPRD Kota Tangerang, perwakilan kepala sekolah negeri
/swastadi Tangerang dan wakil kepala sekolah serta guru PAI di
sekolah negeri /swasta yang berada di wilayah Kota Tangerang
sebagai salah satu contoh pembuktian tentang Perda Pendidikan
dan Perda Pendukung Pendidikan serta membuktikan dugaan
bahwa perda lahir atas pemikiran dari Walikota Wahidin Halim

30
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung Pustaka Setia
2011) h.168 .
31
.Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Pustaka Setia
2011) h.151.
16

yang di setujui oleh anggota DPRD Kota Tangerang dan terakhir


membantu memetakan dalam membuat laporan penelitian sebagai
pelengkap dan penyempurna data dokumen dan hasil observasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data


dengan memakai cara :
Wawancara, yaitu menggali informasi yang sebanyak-
banyaknya dari nara responden32. Menurut Irawati Singaribuan
wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi33,
Studi dokumen, yaitu dengan mengorganisir berbagai
dokumen yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Kota
Tangerang. Menurut Lexy J. Maleong, Dokumen ialah setiap
bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan
karena adanya permintaan serang penyidik.34
Observasi, observasi merupakan teknik pengamatan dan
pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang di selidiki,35
dalam hal ini peneliti mendatangi kantor DPRD kota Tangerang,
kantor Pemerintahan Kota Tangerang, Kantor Dinas Kota
Tangerang, Sekolah-sekolah SMA/SMK/MA di Kota Tangerang
Kuesioner yang diajukan kepada observer mengenai
implementasi dari kebijakan pemerintah daerah berupa Perda
terhadap sekolah-sekolah yang ada di Kota Tangerang, Kuesioner
ini akan di sebar secara acak sederhana 36

32
Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES,
2012), cet.ke 30, h. 207.
33
Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES,
2012), cet.ke 30, h, 207.
34
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2013) h. 216..
35
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung Pustaka Setia 2011)
h.168.
36
Sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian
rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sampel acak
sederhana merupakan sampel kesempatan sehingga hasilnya dapat dievaluasi
secara objektif. terpilihnya tetap satuan elementer kedalam sampel itu harus
benar-benar berdasarkan faktor kebetulan bebas dari subjektifitas. Sofian Effendi
dkk, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES, 2012), cet.ke 30, h, 158.
17

3. Teknik Analisis Data

Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan


teknik analisis (content analysis)37, untuk menganalisa makna yang
terkandung dalam data yang terhimpun, melalui tahap identifikasi,
klasifikasi dan kategorisasi, kemudian dilanjutkan dengan
interpretasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber seperti dokumen pribadi,
dukumen resmi, wawancara dan hasil pengamatan di lapangan,
langkah selanjutnya adalah membuat rangkuman inti dan
menyusunnya, kemudian mengadakan pemeriksaan keabsahan
data, setelah selesai kemudian selesai tahap ini, mulaialah kini
tahap penafsiran data dan diuraikan secara deskriptif, penafsiran
data (Interpretasi data) menurut Lexy J.Maleong adalah,Upaya
untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas
terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan dengan cara
meninjau hasil penelitian.38
Dalam bahasa lain, Marzuki menjelaskan bahwa :

Analisis data dalam penelitian diperlukan untuk


mempersempit dan membatasi penemuan-penemuan,
sehingga menjadi data yang teratur, tersusun, dan lebih
berarti. Langkah-langkah yang perlu untuk dilakukan dalam
analisis data adalah sebagai berikut: (1) unitisasi data, yaitu
data-data yang ada di kelompokkan berdasarkan kerangka

37
Tujuan utama analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam
bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan hubungan antar problem
penelitian dapat dipelajari dan diuji.Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian,
Refleksi pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian
(Malang, UIN Malang 2008) h.128.
38
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2013) h. 151.
18

pemikiran; (2) kategorisasi data disusun sesuai rumusan


masalah atau tujuan penelitian; (3) penafsiran data dengan
berdasar teori, kemudian diinterpretasikan. 39

39
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: FE UII, 1989), hal. 87.
BAB II

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Konsep Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Kunci berhasil atau tidaknya suatu bangsa ada pada bidang


pendidikan, dunia pendidikan merupakan modal dalam
mempersiapkan masa depan peradaban dunia, sehingga pemerintah
perlu mengembangkan strategi pendidikan, melalui kebijakan
pendidikan yang berorientasi pada kualitas yang menyeluruh,
menurut George S. Papadopoulos, kebangkitan pendidikan
sebagai gerbang bagi kemakmuran masa depan.40 walaupun
menurut Winarno,Pendidikan Nasional dewasa ini cenderung
menuju kepada suatu tragedi Nasional karena kekurang mantapan
kebijakan pendidikan.41 M.Mastuhu beranggapan,terpuruknya
Pendidikan Nasional karena demokrasi di negara kita bagaikan
orang sakit.42 Alex melihat adanya inkonsistensi kebijakan karena

40
George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok
Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad
XXI, (UNESCO Publising,1996), h. 10
41
Menurut Winarno disamping kekurangmantapan kebijakan
Pendidikan juga karena kurangnya profesionalisme birokrasi pendidikan serta
masih kurangnya profesionalnya pelaksana pendidikan , Kebijakan-kebijakan
yang telah dirumuskan di dalam strategi pembangunan pendidikan nasional
apabila tidak diarahkan kembali kepada tujuannya yang hakiki maka hasilnya
adalah tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat
brilian sebagai sintesa dari strategi-strategi pendidikan yang dianggapnya keliru
sehingga dapat menuju kepada tragedi suatu bangsa Winarno surahkmad,
pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi, (Jakarta, KOMPAS Penerbit Buku,
2009), h. 41.
42
M.Mastuhu beranggapan dalam era globalisasi penyakit dunia
dengan cepat menjalar ke berbagai negara lain, terutama negara-negara yang
belum menguasai sains dan teknologi maju. Indonesia dewasa ini bagaikan orang
sakit yang hampir seluruh persendian tulang-tulangnya terasa ngilu, ada tanda-
tanda hanyut menjadi korban globalisasi, jika kita tidak cepat
mengobatinya.dengan gejala demokrasi yang sakit, masalahnya lahan kegiatan
kerja demokrasi sebagian besar adalah politik.rakyat Indonesia sudah habis
dipeta-petakan menurut partai politik sehingga rakyat tidak bisa menyuarakan
aspirasinya secara langsung.M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner,
(Jakarta, Lentera Hati, 2007), h.38.
19
20

perbedaan visi dan pemahaman terhadap arah pembangunan


pendidikan yang disebabkan oleh pergantian
43
pemerintahan sedangakan Tilaar berasumsi Pendidikan Nasional
Indonesia kehilangan rohnya 44selanjutnya Tilaar menulis bahwa
dewasa ini pendidikan Nasional bukan lagi pemersatu bangsa tetapi
telah merupakan ajang pertikaian45 dari berbagai pendapat di atas
dapat kita simpulakan bahwa peran pemerintah sangatlah besar
dalam menggiring arah kemajuan dan keberhasilan pendidikan
melalui kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
itu sendiri.
Kebijakan merupakan bagian dari strategi dalam membangun
suatu pemerintahan baik di tingkat pusat ataupun tingkat daerah
dalam menghadapi suatu masalah, dengan maksud memperbaharui
mutu pendidikan pemerintah RI mengeluarkan kebijakan-kebijakan
yang didasarkan pada kesadaran akan bahaya ketertinggalan dalam
mutu pendidikan nasional. Perkembangan pendidikan pada masa
orde baru Tilaar menyebutnya dengan Miracle Asia46. Pada masa
orde baru pertumbuhan ekonomi yang cepat dan stabilitas
keamanan menjadikan pendidikan sebagai penunjang keberhasilan
ekonomi.

43
Dalam pergantian mentri pendidikan nasional seperti : Juwono
Sudarsono,yahya Muhaimin, Malik Fajar dan Bambang Sudibjo, dari keempat
mentri pada pemerintahan berbeda, telah memberi pengaruh yang berbeda beda
pada pelaksanaan kebijakan dalam pendidikan. Alex,Menyoal Konsep mutu
dalam Kebijakan Pendidikan Isu-isu Kritis Kebijakan Pendidikan di Era
Otonomi Daerah, (bogor, Ghalia 2002) h.17
44
Menurut Tilaar munculnya banyak kritik baik dari praktisi pendidikan
maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang
tidak mempunyai arah yang jelas menunjukan hilangnya alat vital di dalam
pendidikan nasional yang menggerakan sistem pendidikan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi 1945. H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional
Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14
45
Tilaar berpendapat setiap kelompok mementingkan kepentingan
kelompoknya sendiri dan masing-masing ingin mewujudkan kepentingan
kelompoknya sendiri , menurut Tilaar terdapat dua kekuatan besar yang
mempengaruhi jalannya pendidikan nasional dewasa ini, yaitu kekuatan politik
dan kekuatan ekonomi H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu
Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14
46
Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis,(Jakarta,
Rineka cipta, 2006). H. 10.
21

Menurut Moh. Alifudin, Kebijakan merupakan pedoman


atau prinsip-prinsip untuk bertindak bagi masyarakat yang
menguraikan sasaran penting dan secara luas menunjukan
bagaimana aktifitas dapat dikerjakan.47 M. Sirozi berpendapat
Kebijakan adalah sebagai kompromi politik yang dinamis dan
interaktif, satu penyelesaian diantara kepentingan yang saling
bersaing.48 Kareel Steenbrink menggambarkan, Kebijakan
sebagai tindakan pembaharuan. Kebijakan merupakan asal kata
49

dari bijak artinya selalu menggunakan akal budinya 50 yang


selanjutnya dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikatakan
kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan dan cara bertindak. Sedangkan Wahidin Halim
menuturkan, kebijakan merupakan kecenderungan kepada suatu
hal yang akan menentramkan pihak lain, kebijakan pemimpin yang
berprinsip sebagai pelayan, pemimpin tak lain hanyalah seorang
yang tangan dan semua potensi diri yang dimilikinya adalah
kepanjangan tangan dari Tuhan ,untuk diabadikan demi
kemaslahatan orang banyak, dalam arti, hal tersebut merupakan
tugas yang diembankan Tuhan51.
Kebijakan merupakan wacana yang bersifat terbuka dan
harus di sodorkan dalam wacana publik yang terbuka, demokratis
dan bebas tekanan,
Blackmore & Lauder yang dikutip Nusa Putra menjelaskan,
Policy-as-text distinguishes between more open ended
readerly texts that allow for interpretation by policy actors,
and more closed writerly policy texts that are more
prespective and constraining of reinterpretation by teachers.
In both cases policy texts are seen as inherently ambiguous

47
Moh.Alifudin, Reformasi Pendidikan.(Jakarta, Magnascript Publishing,
2012), h. 16.
48
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran
Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2 / 1989,( Indonesia Netherlands
Cooperation in Islamic Studies, 2004) hal 1.
49
Kareel A. Steenbrink, Pesantren, madrasah, Sekolah : pendidikan Isam
dalam kurun Modern ( Jakarta ; LP3ES, 1974), h.23,24.
50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta ,Gramedia Pustaka Utama,2008), h190.
51
Wahidin Halim, Managemen Spiritual, (Melibas , Jakarta 2004),hal 13.
22

and open to degrees of interpretation. Policy-as-discourse


sees policy as part of wider system social relation, framing
what is said and tought. Policy texts simultaneously
emergeout of, but also produce, particular policy
discourses.52
Kebijakan sebagai wacana lebih mmenekankan pada
konteks sosial yang melibatkan banyak orang, kebijakan itu
didiskusikan dan diperdebatkan secara terbuka oleh bnayak orang
yang terlibat. Dengan demikian yang akan dihasilkan bukan
interpretasi seorang individu yang membancanya, tapi sebuah
konsensus yang bersifat sosial. Kebijakan tidak akan bermakna
apa-apa tanpa diimplementasikan (dilaksanakan). Kebijakan yang
tidak diimplemantasikan tidak akan memberikan kontribusi apa
pun terhadap kehidupan. Jadi, implementasi kebijakan merupakan
hal penting di bandingkan formulasi kebijakan. Suatu kebijakan
dapat dilaksanakan dan kemudian memiliki dampak tertentu maka
harus ada usaha menafsirkan agar program menjadi rencana dan
pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dapat dilaksanakan.
Menurut Wahidin Halim,seorang pemimpin kepala daerah
yang bijaksana akan memperhatikan kepentingan sesuai dengan
nurani yang berlandaskan pada aturan agama yang diyakininya,
bukan pada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.53

52
Nusa Putra, Hendarman, Metodologi Kebijakan, (Bandung, Rosda
Karya,2012), h.44-45.
53
Selanjutnya menurut Wahidin tiga elemen kebijakan publik: (1)
identifikasi dari tujuan ingin dicapai; (2) taktik atau strategi dari beragam
langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) penyediaan ragam input
untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik maupun strategi
tersebut di atas. Dari ketiganya tersirat bahwa pada dasarnya kebijakan publik
adalah sebuah sikap pemerintah yang berorientasi pada tindakan. Artinya
kebijkan publik merupakan kerja kongkrit dari adanya organisasi birokrasi
pemerintah yang memang diberi wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas
kepublikan, tugas-tugas yang menyangkut hajat orang banyak, seperti
pendidikan, kesehatan, transportasi, peneranga, air dan sebagainya. Dan tugas-
tugas kepublikan tersebut lebih konkret lagi adalah berupa serangkaian program
tindakan yang hendak direalisasikan dalam bentuk nyata. karena itu biasanya
diperlukan pentahapan dan managemen tertentu agar tujuan tersebut terealisasi.
Rangkaian proses perealisasian tujuan program kepublikan tersebutlah yang
dinamakan kebijakan publik. kebijakan publik memiliki beberapa implikasi (1)
bahwa kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah penetapan tindakan-tindakan
23

Walaupun menurut M. Sirozi ,Dalam kenyataannya kebijakan


akan dipengaruhi oleh kelompok yang berkepentingan54.
Dari uraian di atas maka kita dapat menarik kesimpulan :
1. Kebijakan adalah tindakan perubahan menurut kepentingan
2. Kebijakan merupakan peraturan yang dibuat seorang
pengambil keputusan dengan maksud mengarahkan kepada
yang lebih baik.
3. Kebijakan dapat dibuat karena kepentingan politik
4. Kebijakan terjadi karena tuntutan masyarakat
5. Kebijakan merupakan tuntutan nurani pemimpin yang berpihak
pada kebenaran.

Kebijakan memerlukan kontrol yang berkesinambungan agar


dapat terlihat dampak yang maksimal, karena dapat terjadi
kebijakan berjalan namun dampak hanya sedikit. Kebijakan Umum
dalam undang-undang harus dilanjutkan dengan kebijakan khusus
yang menunjang, seperti anggaran, sarana dan prasarana serta SDM
(sumber daya manusia), agar kebijakan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan, atau kebijakan terstruktur.
Selanjutnya pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasankan manusia melalui

pemerintah; (2) bahwa kebijakan publik tersebut tidak cukup hanya dinyatakan
dalam bentuk teks-teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau
diimplementasikan secara nyata; (3) bahwa kebijakan publik tersebut pada
hakikatnya harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik jangka
panjang, menengah, dan jangka pendek, yang sebelumnya telah dirancang secara
matang dan terencana dan (4) bahwa segala proses itu diperuntukan semata bagi
pemenuhan kepada masyarakat. Itu artinya karena kebijakan publik merupakan
sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka ukuran sukses atau tidaknya
kebijakan tersebut tergantung bagaimana masyarakat menilai. Bila masyarakat
merasa kebutuhan dan kepentingannya sudah terpenuhi oleh kebijakan publik,
maka dengan sendirinya kebijakan tersebut akan dianggap telah menjalankan
fungsi pelayanannya dengan baik. tapi bila yang terjadi sebaliknya, maka dengan
sendirinya masyarakat menganggap bahwa kebijakan publik yang ada tidaklah
sukses atau gagal. Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota tangerang, Pembangunan
menuju Akhlakul Karimah (Jakarta, Melibas, 2004), hal 90,91.
54
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran
Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2 / 1989,( Indonesia Netherlands
Cooperation in Islamic Studies,2004) hal. 2.
24

upaya pengajaran dan pelatihan,55 pendidikan, kata latin untuk


mendidik adalah educare yang berasal dari e-ducare yang berarti
menggiring keluar, jadi educare dapat diartikan usaha pemuliaan,
jadi pemuliaan manusia atau pembentukan manusia, maka proses
pendidikan sebagai proses pembentukan merupakan proses
informal. Seluruh proses pemuliaan ialah pembentukan moral
manusia muda hanya mungkin lewat interaksi informal antara dia
dan lingkungan hidup manusia muda 56. Pendidikan merupakan
usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat, UUD RI 1945 pasal 31 ayat 1
menyebutkan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistim pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang.57 Menurut Zaki Badawi, dalam perspektif Islam,
pendidikan pada dasarnya berupaya untuk mengembangkan seluruh
potensi seoptimal mungkin , baik yang menyakut aspek jasmaniah
maupun rohaniah.58
Al-Quranul Karim menyebutkan beberapa istilah yang
dipergunakan dalam pengertian pendidikan, biasa dipergunakan
talim, sesuai dengan firman Allah SWT, dalam QS.Al-Baqoroh
ayat 31. Ngalim Purwanto berpendapat, Pendidikan bentuk usaha
orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.59
sependapat dengan Ahmad Tafsir, Pendidikan dalam Islam
merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia
menuju taklif ( kedewasaan), baik secara akal, mental maupun

55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta , Gramedia Pustaka Utama, 2008), h190.
56
J.Drost,sj, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, (
Grasindo Jakarta 1999), hal 1-2.
57
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
58
A. Zaki badawi, Mujam Musthalahat al-Ulum al-Ijtimaiyat (Bairut
Maktabah Lubnan, 1982) h. 127.
59
M. Ngalim Purwanto, ilmu pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung 1994, hal 11.
25

moral, tujuannya dalam rangka untuk menjalankan fungsi


kemanusiaan yang diembannya.60 Dalam lintasan sejarah
peradaban Islam peran pendidikan Islam, peran pendidikan ini,
benar-benar bisa dilaksanakan pada masa kejayaan Islam, hal ini
dapat kita saksikan, dimana pendidikan benar-benar mampu
membentuk peradaban, sehingga peradaban Islam menjadi
peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang
Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur, oleh karena itu,
adanya paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik
merupakan sebuah keniscayaan. Sejak akhir perang dunia kedua,
pendidikan telah menjadi kegiatan utama di dunia, dari segi
pendanaan merupakan urutan ke dua setelah anggaran
ketentaraan61. Menurut Paul Lengrand, manusia memiliki
persediaan bahan ideologi yang berlimpah ruah, tetapi hanya teori
pendidikan yang mempunyai hubungan yang tipis dengan praktek
pendidikan.62
Tujuan pendidikan di Indonesia sekarang ini jauh berbeda
dengan tujuan pendidikan pada masa Kolonial63, menurut Amini

60
Muhaimin , Pluralisme dan Multikulturalisme paradigma baru,
pendidikan agama islam di indonasia,(Malang, Adytia media publishing, ,
2011), hal 197.
61
Miguel Fernansez Perez, Krisis dalam Pendidikan, (Jakarta, Balain
Pustaka, 1982) h.11
62
Dari semua usaha manusia agaknya pendidikan adalah salah satu yang
mengalami rintangan paling besar dalam perjalanan kemajuannya. Hingga kini
belum pernah terjadi evolusi di dalam dunia pendidikan, standar moral umum
telah maju dan gelombang kejutan dari sejumlah kemajuan yang menentukan
dalam peradaban kita telah terasa dalam pendidikan, secara umum dapat
dikatakan bahwa integritas atau kesempurnaan pelajar setidaknya telah dihargai
sampai tingkat tertentu rencana pelajaran dan metodik telah lebih menurut
penalaran. Tetapi menurut sebagian besar masih tetap tidak berubah, rintangan-
rintangan yang dijumpai dalam jalan perubahan telah diketahui. Apakah nilai-
nilai fisik, sosial, emosional dan estetis telah dikorbankan guna pengertian
terbatas dari pengetahuan dan pemikiran, sejauh mana pendidikan menunjukan
jalan tentang adanya kita di dunia ini dalam usaha seseorang yang terarah secara
sistematis untuk mengkordinasi fakta-fakta pengalaman menjadi kepribadian
yang utuh dan seimbang.Paul Legrad, Pendidikan Dipersoalkan, (Jakarta, PN
Balai Pustaka, 1982) h.23-24.
63
Pada masa Kolonial, kebijakan diskriminasi pendidikan yang diterapkan
oleh pemerintah kolonial Belanda disertai oleh agenda politik, dan jika dilihat
dari struktur kelembagaan pendidikan yang sentralistik dan besarnya intervensi
26

Gani Soeriokoesoemo melalui pendidikan, Belanda berusaha


mengganti kebudayaan nasional menjadi kebudayaan jajahan. Di
sekolah siswa dididik dan diajar bahasa dan tata cara hidup Barat
(Belanda) dengan menjauhkan segala yang bersifat kepribadian
bangsa64, kebijakan politik pemerintahan Belanda telah
memperluas akses pendidikan bagi kaum pribumi, khususnya para
aktivis nasionalis dengan tujuan meningkatkan loyalitas tokoh-
tokoh pribumi namun menurut M. Sirozi tokoh-tokoh tersebut
justru berkembang menjadi figur utama dalam gerakan Nasionalis
yang menggugat kolonialisme65. Berlanjut pada masa penjajahan
Jepang yang memberikan kebebasan dari penjajahan belanda, yang
menghapuskan sekolah-sekolah berbahasa Belanda. Bahasa
Indonesia digunakan secara lebih luas di lingkungan pendidikan,
begitupun dengan kurikulumnya yang banyak mengalami
perubahan66, ini berarti bekal pendidikan akan memperluas
wawasan rasa kebangsaan dan nasionalisme.
Kebijakan pendidikan di Indonesia sekarang diwarnai oleh
kebijakan Pendidikan Belanda yaitu sistem Eropa. Akh. Minhaji

pemerintah kolonial dalam bidang pendidikan khususnya dalam pengangkatan


guru, penyusunan kurikulum dan penentuan akses pendidikan, begitu juga
dengan kebijakan politik etis yang diterapkan oleh pemerintah belanda pada
waktu itu, sangat sarat dengan implikasi-implikasi kependidikan. M. Sirozi,
Politik pendidikan, Dinamika Hubungan antara kepentingan kekuasaan dan
Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta Grafindo 2007), h.40.
64
Amini Sutari Gani Suriokusumo adalah bersekolah di ELS (SD
berbahasa Belanda), MULO, AMS, dan Taman Guru (Tamman Siswa), Pada saat
Jaman Penjajahan bekerja sebagai Guru Taman Siswa di Yogyakarta dan Jakarta
dan sebagai anggota DPR-GR/MPRS. Amini Sutari Gani Suriokusumo, Bunga
Rampai Soempah Pemoeda yang dihimpun oleh Yayasan gedung-gedung
bersejarah, (Jakarta, Balai Pustaka, 1986) h.35.
65
Inilah yang terjadi pada Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo dan
tokoh-tokoh nasinalis lainnya, bekal pendidikan yang diperoleh telah
memperluas wawasan sosial politik mereka dan pada saat yang sama
memperkuat sentimen kebangsaan mereka. Wawasan dan sentimen inilah yang
kemudian memacu aktivitas politik mereka dan menumbuhkan semangat
perlawanan mereka terhadap pemerintahan kolonial pada waktu itu.
.M.Sirozi,Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan antara kepentingan
kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta Grafindo 2007),
h.15.
66
Lee Kam Hing, Educational and Politic in Indonesia 1945-1965,
(Kuala Lumpur University of Malaya Pess, 1995), h. 23-25.
27

menafsirkan bahwa,Kebijakan pendidikan tersebut sebagai


pengembangan ilmu.67 Sebaiknya kita mengakui walaupun
Belanda pernah menjajah kita namun konsep kebijakan
pendidikannya membawa dampak positif dan membuka mata kita
untuk mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada akal dan
nalar. Sehingga bangsa Indonesia dapat bangun dari kebodohan,
dan mengembangkan potensi akal, selanjutnya pendapat M. Amin
Abdullah, Kebijakan pendidikan pemerintah di masa orde baru
menuntut masyarakat untuk bersandar pada keahlian, kepakaran
dan keterampilan deangan pertimbangan pasar68,
Konsepsi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari Kebijakan
pemerintahan suatu bangsa, misalnya kebijakan tentang negara
demokrasi. Menurut B.J. Habibie, Demokrasi dan masyarakat
madani atau civil society sulit dipisahkan satu sama lain dan
manusialah yang berperan, oleh karena itu, kualitas demokrasi dan
civil society sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan dan
kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk kualitas
pendidikan tentunya69. Dalam mencapai tujuan pendidikan dengan
mutu yang bagus diperlukan kebijakan yang tidak berubah-ubah
agar mutu pendidikan dapat tercapai, Hamzah B. Uno
memaparkan,Kebijakan baru cenderung tidak memiliki
kesinambungan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemimpin sebelumnya dan cenderung bersifat politis, 70dalam
undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan
nasional yang pokoknya menjamin pemerataan kesempatan

67
Akh.Minhaji, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia dan
Tradisi Berfikir Kritis, Paradigma Baru Pendidikan, (Jakarta, PIC UIN Jakarta,
2008), h. 35.
68
M.Amin Abdullah, Paradigma Baru pendidikan Islam, restrospeksi
dan proyeksi Modernisasi pendidikan Islam di indonesia, Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam Direktorat Jendral pendidikan Islam , Departemen Agama Islam RI
, (Jakarta, IISEP, 2008), h.46.
69
Lihat Bacharuddin Yusuf Habibie, Detik-detik yang menentukan, Jalan
panjang Indonesia menuju Demikrasi, (Jakarta THC Mandiri 2006).h. 201.
70
Depolitisasi pendidikan , berbagai kebijakan telah ditetapkan yang pada
umumnya berada dalam kerangka perbaikan mutu pendidikan .hanya perubahan-
perubahan tersebut cederung bersifat politis , seperti kebijakan KBK yang baru
saja di tetapkan kemudian dibekukan dan diganti dengan kurikulum baru,
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), hal.10
28

pendidikan, tujuan Pendidikan Nasional dipaparkan Alex menjadi


empat aspek :
Pertama, aspek agama yang meliputi keimanan, ketakwaan
dan akhlak mulia, kedua, aspek Intelektual meliputi ilmu
pengetahuan, dan teknologi, ketiga, aspek politik, yaitu
menjadi warga negara yang cinta tanah air, kesadaran hukum
dan kesadaran lingkungan dan keempat, aspek individual
terdiri dari fisik, yaitu sehat dan etos kerja yang tinggi 71
Menurut Anthony Brock, Pendidikan di seluruh dunia akan
berubah dalam generasi yang akan datang, asal jiwa semangat dan
tujuan berubah, hasil pendidikan tidak akan diukur menurut sekian
banyak pengetahuan yang telah diberikan, tetapi manusia
berkumpul untuk membuat usul-usul yang akan membantu
pemerintah dalam menentukan strategi sesuai dengan keadaan
pendidikan.72

B. Sistem Pendidikan Nasional

Kebijakan pendidikan di Indonesia akan mengacu pada


Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional, segala macam kebijakan yang berkaitan dengan
pendidikan akan ditentukan berdasarkan kepada undang-undang
tersebut, dalam UU Sisdiknas pasal 1 Ayat 1 : Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Akhlak

71
Alex, Menyoal Konsep Mutu Pendidikan, Isu-isu kritis Kebijakan
Pendidikan Era Otonomi Daerah, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), h.16
72
Pemecahan sebenarnaya terhadap masalah pendidikan dapat diperoleh
dengan mereorganisasi secara luas ke arah pendidikan, sebab sekali pendidikan
menjadi berkesinambungan, maka gagasan tentang keberhasilan dan kegagalan
akan berubah. Manusia sadar atau tidak sadar tetap terus belajar dan melatih diri
selama hidupnya , terutama melalui pengaruh lingkungannya.Anthony Brock,
Pendidikan dan Hari Depan, Kerangka Masyarakat Belajar, (jakarta, PN Balai
Pustaka 1982) h.89,90.
29

Mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,


bangsa dan negara73
Menurut H.A.R. Tilaar, Sisdiknas haruslah dikelola
dengan tepat sebagai subsistem dari pembangunan
nasional , selanjutnya Tilaar berpendapat, Sisdiknas
74

merupakan dasar dari pembangunan kualitas pendidikan


dan penanganan atau managemen sektor pendidikan sebagai
bagian dari managemen pembangunan nasional.75
Oleh karena itu menurut Rianto Nugroho :Kualitas
pendidikan pada sebuah bangsa juga sangat ditentukan oleh dua
faktor yang mendukung, internal dan eksternal, faktor internal,
meliputi jajaran dunia pendidikan , seperti Depdiknas, dinas
pendidikan daerah dan sekolah yang berada di garis depan, dan
faktor eksternal yaitu masyarakat pada umumnya, dua faktor ini
harus saling menunjang dalam upaya peningkatan kualitas tersebut
dalam lingkungan masyarakat yang sedang membangun dan
memiliki kemampuan pemahaman yang masih beragam, maka
undang-undang akan lebih operasional dilaksanakan jika disertai
dengan pedoman pelaksanaan yang jelas.76
Pedoman pelaksanaan tersebut tentu harus disosialisasikan
(diselaraskan) dengan kemampuan masyarakat dan disesuaikan

73
Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung,
Fokusindo Mandiri, cet 2 2012), h. 2
74
Tujuan Sisdiknas seperti yang diminta dalam Pasal 4 UU no 2 Tahun
1989 dapat tercapai secara efisien dan efektif. Dengan memahami management
SISDIKNAS yang merupakan proses sosial yang direkayasa untuk mencapai
tujuan SISDIKNAS (Keputusan Legislatif dan Eksekutif) secara efektif dan
efisien dengan mengikut sertakan kerjasama serta partisipasi masyarakat. H.A.R.
Tilaar, Managemen Pendidikan Nasional, ( Bandung, PT. Remaja Rosda Karya,
2004) cet. 7, h.4
75
Menurut Tilaar Managemen pendidikan nasional sangat penting karena
bukan saja pendidikan itu merupakan kebutuhan dasar manusia Indonesia,
bahkan merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri, dengan
demikian managemen pendidikan haruslah merupakan subsistem managemen
pembangunan nasional yang tidak lepas dari kecenderungan kecenderungan
global dewasa ini dan dimasa depan. H.A.R. Tilaar, Managemen Pendidikan
Nasional, ( Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2004) cet. 7, h.153
76
Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi,
Kajian dan kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia.(Jakarta PT Elex
Media Kompotindo Kelompok Gramedia).
30

dengan potensi, aspirasi dan kesiapan masyarakat untuk


melaksanakannya, selanjutnya diperlukan pengawalan berupa
pendampingan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pedoman tersebut.
Menurut Sam M.Chan, Untuk menanggapi adanya peluang
sekaligus menghadapi tantangan era global ini pendidikan di
Indonesia memerlukan paradigma baru yang cocok dan sesuai
dengan tuntunan, perubahan dan perkembangan zaman, paradigma
baru pendidikan untuk menghadapi era global.77 Senada dengan
HAR Tilaar, Bahwa paradigma baru pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat
Indonesia baru yang demokratis, mencapai masyarakat yang
demokratis diperlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan
individu dan masyarakat yang demokratis serta pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang dapat
menjawab tantangan internal sekaligus tantangan global. 78
selanjutnya masih menurut Sam. M. Chan, untuk mewujudkan
paradigma baru pendidikan tadi diperlukan aktualisasi pendidikan
nasional yang baru dengan prinsip-prinsip yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman sekarang. 79.

77
Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), h.113
78
HAR Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta:Rieka
Cipta, 2002)
79
Aktualisasi pendidikan nasional yang baru, mengisyaratkan bahwa
tanggung jawab pendidikan tidak lagi dipikul hanya oleh pemerintah, tetapi juga
dibebankan kepada masyarakat sama-sama bertanggung jawab pada segala hal
yang berkaitan dengan pendidikan. Pemerintah dan masyarakat harus memiliki
kepedulian yang sama terhadap mutu dan keberhasilan pendidikan.Dalam
paradigma baru ini, masyarakat yang selama ini pasif terhadap pendidikan
ditantang untuk lebih aktif bahkan proaktif sebagai penanggung jawab
pendidikan, tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikan sumbangan
untuk pembangunan gedung sekolah dan membayar uang sekolah, tetapi yang
lebih penting masyarakat diharapkan turut serta menentukan jenis pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah turut
bertanggunga jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkan
kesejahteraan tenaga pendidik agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik. Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era
Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada) h.115.
31

Menurut A. Samana,Sistem adalah adanya berbagai


komponen (unsur) yang saling berhubungan serta ketergantungan
antar komponen yang bergerak dinamis yang mengarah pada
pencapaina tujuan.80 Begitupun menurut Warijan yang
mendefinisikan, Sistem sebagai rangkaian komponen yang saling
berkaitan dan berfungsi ke arah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan81. Johnson memaparkan, A.System an organized or
complex whole; an assemblage or combination of things or parts
forming a complex or unitary whole82. Selanjutnya dalam undang-
undang tentang sistem pendidikan nasional, bab 1 pasal 1, ayat 3
dituliskan Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.83
Pendidikan merupakan modal dalam mempersiapkan masa
depan peradaban dunia, sehingga pemerintah perlu
mengembangkan strategi pendidikan, melalui kebijakan pendidikan
yang berorientasi pada kualitas yang menyeluruh, menurut George
S. Papadopoulos, kebangkitan pendidikan sebagai gerbang bagi
kemakmuran masa depan.84 Walaupun menurut Winarno
pendidikan nasional dewasa ini cenderung menuju kepada suatu
tragedi nasional karena kekurang mantapan kebijakan pendidikan85,

80
A.Samana, Sistem Pengajaran, Prosedur Pengembnagan Sistem
Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya, (Yogyakarta, karnisius,
1992) h.23,24
81
Warijan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan sistem Instruksional,
P2LPTK, Dirjen Dikti-Depdikbud, (Jakarta, 1984).
82
Johnson,R.A, kast, F.E dan Rosenzweig, J.E, The Theory and
Management of System, McGraw-Hill, (New York, 1973), h. 17
83
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,( Bandung, Fokusindo,
cet ke 2, 2012)
84
George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan
dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI,
(UNESCO Publising,1996), h. 65
85
Menurut Winarno disamping kekurang mantapan kebijakan Pendidikan
juga karena kurangnya profesionalisme birokrasi pendidikan serta masih
kurangnya profesionalnya pelaksana pendidikan , Kebijakan-kebijakan yang
telah dirumuskan di dalam strategi pembangunan pendidikan nasional apabila
tidak diarahkan kembali kepada tujuannya yang hakiki maka hasilnya adalah
tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat brilian
sebagai sintesa dari strategi-strategi pendidikan yang dianggapnya keliru
32

M.Mastuhu beranggapan terpuruknya pendidikan nasional karena


demokrasi di negara kita bagaikan orang sakit 86. Alex melihat
adanya inkonsistensi kebijakan karena perbedaan visi dan
pemahaman terhadap arah pembangunan pendidikan yang
disebabkan oleh pergantian pemerintahan87 sedangakan Tilaar
berasumsi pendidikan nasional Indonesia kehilangan rohnya88
selanjutnya Tilaar menulis bahwa, dewasa ini pendidikan Nasional
bukan lagi pemersatu bangsa tetapi telah merupakan ajang
pertikaian.89 Dari berbagai pendapat di atas dapat kita simpulakan
bahwa peran pemerintah sangatlah besar dalam menggiring arah

sehingga dapat menuju kepada tragedi suatu bangsa Winarno Surahkmad,


Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi, (Jakarta, KOMPAS Penerbit
Buku,2009) h.34
86
M.Mastuhu beranggapan dalam era globalisasi penyakit dunia
dengan cepat menjalar ke berbagai negara lain, terutama negara-negara yang
belum menguasai sains dan teknologi maju. Indonesia dewasa ini bagaikan orang
sakit yang hampir seluruh persendian tulang-tulangnya terasa ngilu, ada tanda-
tanda hanyut menjadi korban globalisasi, jika kita tidak cepat mengobatinya.
Dengan gejala demokrasi yang sakit, masalahnya lahan kegiatan kerja demokrasi
sebagian besar adalah politik. Rakyat Indonesia sudah habis dipeta-petakan
menurut partai politik sehingga rakyat tidak bisa menyuarakan aspirasinya secara
langsung. M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, (Jakarta, Lentera
Hati, 2007). H.42.
87
Dalam pergantian mentri pendidikan nasional seperti : Juwono
Sudarsono, Yahya Muhaimin, Malik Fajar dan Bambang Sudibjo, dari keempat
mentri pada pemerintahan berbeda, telah memberi pengaruh yang berbeda beda
pada pelaksanaan kebijakan dalam pendidikan. Alex, Menyoal Konsep mutu
dalam Kebijakan Pendidikan Isu-isu Kritis Kebijakan Pendidikan di Era
Otonomi Daerah, (bogor, Ghalia 2002), h.17.
88
Menurut Tilaar munculnya banyak kritik baik dari praktisi pendidikan
maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang
tidak mempunyai arah yang jelas menunjukan hilangnya alat vital di dalam
pendidikan nasional yang menggerakan sistem pendidikan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi 1945H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu
Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14 .
89
Tilaar berpendapat setiap kelompok mementingkan kepentingan
kelompoknya sendiri dan masing-masing ingin mewujudkan kepentingan
kelompoknya sendiri , menurut Tilaar terdapat dua kekuatan besar yang
mempengaruhi jalannya pendidikan nasional dewasa ini, yaitu kekuatan politik
dan kekuatan ekonomi H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu
Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14.
33

kemajuan dan keberhasilan pendidikan melalui kebijakan


kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri.
Indonesia memiliki tujuan pendidikan nasional yaitu
membentuk manusia cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa 90. Tujuan pendidikan ini harus kita junjung tinggi.
Artinya setiap aktifitas yang berkaitan dengan masalah pendidikan
harus diarahkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Menurut Winarno, ukuran keberhasilan pendidikan di
Indonesia ialah sejauhmana pendidikan nasional merupakan usaha
yang relevan ditinjau dari amanah konstitusi untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.91
Pedoman pelaksanaan tersebut tentu harus disosialisasikan
(diselaraskan) dengan kemampuan masyarakat dan disesuaikan
dengan potensi, aspirasi dan kesiapan masyarakat untuk
melaksanakannya, selanjutnya diperlukan pengawalan berupa
pendampingan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pedoman tersebut.
Menurut Sam M.Chan, Untuk menanggapi adanya peluang
sekaligus menghadapi tantangan era global ini pendidikan di
Indonesia memerlukan paradigma baru yang cocok dan sesuai
dengan tuntunan, perubahan dan perkembangan zaman, paradigma
baru pendidikan untuk menghadapi era global.92 Senada dengan
HAR Tilaar, Bahwa paradigma baru pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat
Indonesia baru yang demokratis, mencapai masyarakat yang
demokratis diperlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan
individu dan masyarakat yang demokratis serta pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang dapat
menjawab tantangan internal sekaligus tantangan global.93
selanjutnya masih menurut Sam. M. Chan, untuk mewujudkan

90
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional Bab II pasal 3.
91
Winarno Surahkmad, Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi,
(Jakarta, Kompas, 2009) h. 29.
92
Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), h.113
93
HAR Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta:Rieka
Cipta, 2002)
34

paradigma baru pendidikan tadi diperlukan aktualisasi pendidikan


nasional yang baru dengan prinsip-prinsip yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman sekarang.94
Kunci berhasil atau tidaknya suatu bangsa ada pada bidang
pendidikan, dunia pendidikan merupakan modal dalam
mempersiapkan masa depan peradaban dunia , sehingga pemerintah
perlu mengembangkan strategi pendidikan, melalui kebijakan
pendidikan yang berorientasi pada kualitas yang menyeluruh, di
dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 (pasal 1 ayat 1)
dijelaskan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara, selanjutnya (pasal 1 ayat 2) pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.95

94
Aktualisasi pendidikan nasional yang baru, mengisyaratkan bahwa
tanggung jawab pendidikan tidak lagi dipikul hanya oleh pemerintah, tetapi juga
dibebankan kepada masyarakat sama-sama bertanggung jawab pada segala hal
yang berkaitan dengan pendidikan. Pemerintah dan masyarakat harus memiliki
kepedulian yang sama terhadap mutu dan keberhasilan pendidikan.Dalam
paradigma baru ini, masyarakat yang selama ini pasif terhadap pendidikan
ditantang untuk lebih aktif bahkan proaktif sebagai penanggung jawab
pendidikan, tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikan sumbangan
untuk pembangunan gedung sekolah dan membayar uang sekolah, tetapi yang
lebih penting masyarakat diharapkan turut serta menentukan jenis pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah turut
bertanggunga jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkan
kesejahteraan tenaga pendidik agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik. Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era
Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada) h.115.
95
Undang-Undang Sisdiknas (Sisten Pendidikan Nasional), (Bandung,
Fokusindo 2012) cet ke 2
35

Dalam rangka merealisasikan cita-cita mulia tersebut,


pemerintah menetapkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan
Indonesia yang menjadi acuan bagi para pendidik dan tenaga
kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, kedelapan Standar Nasional
Pendidikan tersebut adalah : 1. Standar Kompetensi Lulusan, 2.
Standar Isi, 3. Standar Proses, 4. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, 5. Standar Sarana dan Prasarana, 6. Standar
Pengelolaan Pendidikan, 7. Standar Pembiayaan Pendidikan, dan 8
Standar Penilaian Pendidikan.96
Standar kompetensi lulusan digunakan untuk pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik yang meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kopetensi kelulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal pelajaran 97,
selanjutnya Standar Isi meliputi lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi tersebut
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan98,
setelah itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan
dilaksanakan secara interaktif dan menyenangkan dan memotifasi
siswa untuk aktif serta memberikan kesempatan untuk
berkreatifitas sesuai dengan bakat dan minat peserta didik sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan dan
sesuai dengan yang diharapkan99, kemudian pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta memiliki

96
Permendinas Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Pendidikan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
97
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
98
Permnediknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan menengah
99
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
36

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional100,


selanjutnya setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar, perpustakaan, ruang Laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang kelas, serta ruang lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan101,
kemudian standar pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni
standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan
oleh pemerintah daerah dan standar pengelolaan oleh pemerintah
pusat102, setelah itu pembiayaan pendidikan meliputi biaya
investasi satuan pendidikan, biaya personal, biaya operasional
satuan pendidikan103, dan yang terakhir penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, meliputi penilaian belajar
oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah104. Melihat konsep
kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah diatas
terlihat peran pemerintah sangatlah besar dalam menggiring arah
kemajuan dan keberhasilan pendidikan melalui kebijakan
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri, salah

100
Permendiknas Nomor 12,13,16 Tahun 2007, tentang Standar Pengwas
Sekolah/Madrasah, Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Permendiknas Nomor 24, 25, 27 dan 40
tentang standar tenaga administrasi Sekolah, Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah, standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor,
standar Penguji pada Kursus dan pelatihan.
101
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah dasar dan madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Aras/madrasah Aliyah (SMA/MA). Permendiknas Nomor 40 tahun 2008 tentang
Standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Madrasah Aliayah Kejuruan (MAK).
102
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah. H. 152
103
Permendiknas nomor 69 tahun 2009 tentang standar Biaya Operasi
nonpersonalia tahun 2009 untuk sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah menengah pertama. Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah( SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
104
Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
pendidik.
37

satunya adalah dengan mengeluarkan Kebijakan Desentralisasi


Pendidikan.

C. Desentralisasi Pendidikan

Menurut M. Ryaas Rasyid, Tujuan utama dari kebijakan


desentralisasi tahun 1999 itu adalah agar daerah dapat
memberdayakan kemampuan prakarsa dan kreatifitas daerah untuk
mengatasi berbagai masalah domestik yang semakin kuat105
Sementara pendapat Wahidin Halim, Otonomi daerah harus
dipandang sebagai instrumen desentralisasi-demokratisasi dalam
rangka mempertahankan keutuhan serta keberagaman bangsa,
otonomi bukan tujuan melainkan cara demokratis untuk
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.106
Begitupun menurut Husni Rahim, Salah satu yang
mempengaruhi masa depan pendidikan Islam di Indonesia adalah
demokratisasi, tuntutan demokratisasi pada awalnya ditujukan
pada sistim politik negara sebagai perlawanan terhadap sistim
politik yang otoriter107. Dalam bidang pendidikan M. Sirozi
berpendapat Otonomi daerah akan meningkatkan equity dan

105
M.Ryaas Rasyid merupakan salah seorang diantara sekelompok
birokrat dan intelektual yang pernah memprakarsai lahirnya kebijakan otonomi
daerah , selanjutnya menuturkan desentralisasi merupakan simbol adanya trust
antara pemerintah pusat dan daerah, ini akan dengan sendirinya mengembalikan
harga diri pemerintah dan masyarakat daerah. Kalau dalam sistem yang
sentralistik mereka tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi berbagai masalah,
maka dalam era otonomi daerah ini mereka ditantang untuk secara kreatif
menemukan solusi-solusia atas berbagai masalah yang dihadapi. Posisi kebijakan
otonomi sebagai sebuah proyek pengembalian harga diri pemerintah dan
masyarakat daerah. Dimasa lalu banyak masalah.terjadi di daerah yang tidak
tertangani secara baik karena keterbatasan kewenangan pemerintah daerah di
bidang tersebut.M.Ryaas Rasyid, Menolak Desentralisasi Pemerintahan,
(Jakarta, Millenium Publisher Dyatama Milenia 2002), h.19,20.

107
Husni Rahim, Arah baru Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 2001),hal. 15.
38

efisiensi dalam pendidikan108. Sedangkan Sam M. Chan


berpendapat, Dengan otonomi daerah dalam pengembangan
pendidikan akan berada dalam suasana kondusif dan dalam
wawasan yang demokratis.109
Dalam kaitannya otonomi pendidikan, undang-undang
sisdiknas pasal 11 ayat 1 ditulis pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib memberi layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan bermutu bagi warga negara tanpa
kecuali selanjutnya dalam pasal 34 ayat 1 dan 2 disebutkan
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar, minimal pada pendidikan dasar
tanpa dipungut biaya, karena wajib belajar adalah tanggung ajawab
negara yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat.110
Implemntasi dari desentralisasi pendidikan dapat terlihat dari
kebijakan daerah-daerah yang menetapkan peraturan daerah
disesuaikan dengan kondisi masyarakat daerah tersebut beberapa
daerah menetapkan kebijkan seperti yang terjadi di Kota
Tangerang, Kota Manado, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten
Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Kota Tangerang yang menetapkan peraturan daerah salah
satunya wajib belajar 12 tahun111, penambahan jam PAI112,
anggran pendidikan, perda larangan miras113 dan perda larangan

108
M.Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h. 236.
109
Menurut Sam M Chan walau demikian pemerintah pusat masih saja
mempertahankan bentuk-bentuk-bentuk kewenangan di dunia pendidikan. Hal
ini terlihat jelas pada peraturan pemerintah Republuk indonesia Nomor 25 tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonomi, khususnya pada pasal 2, butir 11, bidang pendidikan tercantum 10 butir
kewenangan yang masih di pegang oleh pemerintah pusat, diantaranya terdapat 7
hal yang penetapannya masih di genggam oleh pusat. Sam M.Chan, Analisis
Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada)h.159
110
Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung,
Fokusindo Mandiri, cet 2 2012).
111
Perda Pendidikan Nomor 11 tahun 2008.
112
Perda Pendidikan Nomor 11 tahun 2008.
113
Lihat Perda larangan Minuman beralkohol Nomor 7 tahun 2005.
39

Prostitusi.114Penerapan otonomi pendidikan dapat kita lihat dalam


studi kasus Penerapan Kurikulum pada Kelembagaan Pendidikan
SMP di Kota Manado.115Peraturan daerah kabupaten Kuningan
nomor 2 tahun 2008 tentang wajib belajar diniyah takmiliyah
Awaliyah : bab II pasal 2 wajib belajar diniyah takmiliyah
Awaliyah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
pasal 3.
Diniyah Takmiliyah Awaliyah berkedudukan sebagai satuan
pendidikan Agama Islam non formal yang menyelenggarakan
pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi siswa sekolah
dasar/sederajat. pasal 4, wajib belajar diniyah Takmiliyah
Awaliyah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tambahan
Pendidikan Agama Islam bagi siswa yang belajar di sekolah
dasar/sederajat. pasal 5, wajib belajar Diniyah Takmiliyah
Awaliyah bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar agama
Islam kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai warga muslim yang beriman, bertaqwa, beramal shaleh dan
berakhlak mulia serta warga negara Indonesia yang berkepribadian,
percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan rohani.
Raperda busana muslim dan pandai baca Al-Quran Di
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, adalah yang serius
mengangkat isu penegakan syariah Islam, bahkan ikut
menandatangani persetujuan pemberlakukan syariat Islam di bumi
La Galigo,116 keseriusan itu dikongkretkan melalui rancangan
peraturan daerah atau Raperda, yang nantinya akan diberlakukan
sebagai Perda, tujuannya katanya adalah untuk menanamkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah, untuk membentuk sikap
sebagai seorang muslim dan muslimah yang baik dan juga untuk
menciptakan masyarakat yang taat menjalankan agamanya. pasal
5 disebutkanSetiap karyawan/karyawati, mahasiswa/mahasiswi,
dan siswa/siswi Sekolah Lanjutan Tingkat atas (SLTA) atau
Madrasah Aliayh (MA) serta pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat

114
Lihat Perda larangan Prostitusi Nomor 8 tahun 2005.
115
Lihat Suwartoyo dkk, Pesepsi Masyarakat Terhadap Desentralisasi
Pendidikan (Studi kasus di kota Manado), (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan) h.86-
89.
116
Lihat Lembar Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan.
40

Pertama (SLTP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang beragama


Islam diwajibkan berbusana muslim dan muslimah, sedangkan bagi
warga masyarakat umum yang beragama Islam adalah bersifat
himbauan. Rancangan peraturan daerah Kuningan tentang Baca
Tulis Al-Quran :1. Murid SD lancar membaca huruf Al-Quran
dengan mengenal tajwid dasar, 2. Siswa SLTP lancar membaca dan
mengenal tajwid serta irama dasar, 3. Siswa SLTA pandai dan fasih
membaca Al-Quran sesuai ilmu tajwid dan mempunyai irama seni
yang baik sesuai dengan fitrahnya 117. Bagi siswa yang tidak bisa
membaca al-Quran sesuai dengan yang dimaksudkan tadi maka
menurut pasal 7 tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi: Bagi tamatan SD dan atau SLTP yang akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya, ternyata
tidak mampu membaca dengan baik dan atau tidak memiliki
sertifikat pandai baca huruf Al-Quran maka yang bersangkutan
tidak/belum dapat diterima pada jenjang pendidikan tersebut. Dan
sertifikat ini akan dikeluarkan oleh Bupati, dengan semangat yang
di perlihatkan oleh setiap kepala daerah dalam peraturan yang
menunjang kepada pendidikan yang cenderung mengedepankan
kepentingan agama maka kita berharap masyarakat Indonesia
dapat kuat secara lahir dan batin sehingga tercipta state nasinal
building dan menjadi negara Baldatun Toyyibatun warobbun
ghofur. Selanjutnya dalam peraturan daerah Kabupaten Kuningan
Jawa Barat No 2 tahun 2008 ditetapkan wajib belajar Diniyah
Takmiliyah Awaliyah selama 4 tahun118, begitupun Peraturan
daerah Kota Tangerang yang menetapkan wajib belajar 12 tahun,
penambahan jam PAI, Perda Larangan Miras dan Perda Larangan
Prostitusi, hal tersebut menandakan bahwa otonomi pendidikan
telah berjalan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dari daerah,
dalam era desentralisasi, daerah dalam membuat kebijakan bidang
pendidikan akan menjadikan undang-undang tersebut sebagai pola

117
Lihat Lembar Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan,
Jawa barat.
118
Pasal 2 Diniyah Takmiliyah Awaliyah berkedudukan sebagai satuan
pendidikan agama Islam non formal yang menyelenggarakan pendidikan Islam
sebagai pelengkap bagi siswa Sekolah Dasar/Sederajat, pasal 4 Wajib Belajar
Diniyah Takmiliyah Awaliyah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tambahan
Pendidikan Agama Islam bagi siswa yang belajar di Sekolah Dasar/Sederajat.
41

yang harus diterjemahkan ke dalam peraturan-peraturan yang


dibuat di daerah, hal penting dari undang-undang tersebut berkaitan
dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional119 yang harus
menjadi acuan dalam menetapkan kebijakan pendidikan yang
berada pada level daerah. Menurut Bernstein yang di kutip Dodi
Handika :

Educational studies is ini a sorry state and in danger of


becoming worse. that is to say, using Bernstein's terms, the
weak grammars of educational studies, those concepts,
relations, and procedures upon which it rests, are becoming
weaker.120 Menurut Bernstein pendidikan dalam kondisi
yang memprihatinkan hal ini terjadi karena kelemahan dari
educational study , baik itu konsep pendidikannya maupun
hubungan antara pihak pihak yang menentukan arah
kebijakan.121

Sistim desentralisasi mengubah prinsip yang berlaku dalam


sentralisasi122. jika pada masa orde baru otoritas pendidikan di
kabupaten dan kota hanya merupakan perpanjangam tangan dari
otoritas pendidikan pusat dan propinsi, maka pada era reformasi
sekarang ini otoritas pendidikan, kabupaten dan kota dituntut lebih
aktif dan kreatif dalam menata sitim pendidikan masing-masing,
inilah semangat otonomisasi yang tergambar dalam undang-undang

119
Pada pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia , sehat, berilmu, cakap,kreatif, madiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab . Kemendiknas, Undang-Undang
sistem Pendidikan Nasional, ( Bandung, Fokusindo, 2012) cet.2, h. 6
120
Stephen j. Ball, education policy and sosial class,Rroutledge, Taylor
& Francis group, London New york , 2006, page 54.
121
Dodi Handika , Pendidikan di tengah gelombang perubahan, pustaka
LPEES, 2007,HAL 16.
122
Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan pemikiran, 2005), h.97
42

nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,123 pemerintah


pusat membuat peraturan general yang harus diterjemahkan oleh
daerah dengan mempertimbangkan potensi dan kekhasan yang
dimiliki daerah masing-masing.
Kebijakan yang sentralisitk selama ini telah mematikan
kreatifitas dan kemandirian daerah,124 begitu juga menurut Hamzah
B. Uno, Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu
iklim birokratik dan sentralistik adalah penyebab keterpurukan
dalam mutu dan keunggulan pendidikan kita125 akan menjadi
sebuah resiko yang amat besar apabila terjadi pertentangan, ketika
daerah diberi kesempatan secara luas untuk mengelola potensinya
dan memikirkan kebijakan-kebijakan strategis dalam pengelolaan
pendidikan126 untuk kemudian diharapkan mampu mengatasi
persoalan pendidikan yang terjadi selama ini dirasakan sebagai
sesuatu pekerjaan yang maha berat, terlihat adanya kegamangan
dan ketidaksiapan dalam menerima wewenang, bukan berarti
kontek otonomi daerah adalah pengalihan persoalan pusat ke
daerah sehingga peran dan fungsi pemerintah pusat dinafikan sama
sekali dalam pengelolaan daerah, selama orde baru, harapan besar
dari pemerintah daerah untuk dapat membangun daerah

123
HAW.Wijaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta,
Raja Grafindo 2005)
124
Kepala daerah baik Gubernur, Bupati atau Walikota hanya diposisikan
sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat semata untuk menjalankan
kebijakan yang telah diatur dari pusat sehingga tertutup peluang untuk berani
beda, akan menjadi sebuah resiko yang amat besar apabila terjadi pertentangan
125
Hal tersebut karena sitem birorasi selalu menempatkan kekuasaan
sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses pengambilan keputusan ,
sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung oleh kekuasaan birokrasi yang
menggurita sejak kekuasaan tingkat pusat , Hamzah B. Uno, Profesi
Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta, Bumi Aksara, 2008), h. 83.
126
Kebijakan Otda memang merupakan bagian integral dan program
reformasi sistim pemerintahan dan pembangunan secara menyeluruh, tetapi
pendidikan adalah salah satu aspek yang mendapat perhatian besar di dalamnya,
bidang pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah adalah salah satu
bidang yang diotonomikan kepada pemerintah daerah sehingga kebijakan Otda
tidak hanya menjadi titik tolak reformasi bidang sosial dan politik, tetapi juga
menjadi titik tolak reformasi sistim pendidikan nasional. M.Sirozi, Politik
Pendidikan, Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik
Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta, Rajagrafindo Persada), h.202
43

berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri ternyata


dirasakan semakin jauh dari kenyataan, yang terjadi adalah
ketergantungan fiskal dan subsidi serta bantuan pemerintah pusat
sebagai wujud ketidak berdayaan pendapatan asli daerah (PAD)
dalam membiayai anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD).127 Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi
perubahan cara pandang terhadap pembangunan nasional, dari cara
pandang yang berorientasi pada pertumbuhan menuuju cara
pandangnya sendiri-sendiri, tergantung kondisi objektif pada saat
itu, pertumbuhan ekonomi, kebijakan pemberian otonomi daerah
dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada
daerah dipandang sebagai langkah strategis.
Argumen Wahidin Halim Keberhasilan sebuah wilayah
dalam mengakses pertumbuhan dan perkembangan daerah, akan
ditentukan oleh banyak faktor yang ikut serta menopang dan
menyangga laju kehidupan masyarakat, dan berbagai faktor itu
dalam banyak hal telah terbukti ikut andil dalam merekayasa
keberhasilan sebuah wilayah dalam menghadapi perubahan
masyarakat.128
Hambatan yang sangat mendasar dari berbagai daerah dalam
mengelola keberhasilan pembangunan wilayahnya, selalu terletak
pada sumber daya alam yang biasanya dialokasikan untuk sumber
pendanaan pos-pos tertentu, menurut Juan Carlos Tedesco
Kekurangan sumber daya keuangan merupakan suatu alasan-
alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan hasil-hasil tindakan
yang miskin129, selanjutnya dikebanyakan negara sumber daya
yang disisihkan untuk pendidikan tidaklah memadai karena
ketidakstabilan politik atau karena Inflasi, dalam otonomi daerah
terdapat undang-undang nomor 25 tahun 1999130 tentang

127
Chabib Sholeh dkk, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah, sebuah
pendekatan struktural menuju tatakelola pemerintahan yang baik, (Bandung,
Fokus media, 2010).h.27
128
Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota Tangerang, (Jakarta, Melibas
2004), h. 15.
129
Juan Carlo Tedesco, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan
dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI,
(UNESCO Publising,1996), h. 89.
44

perimbangan keuangan pusat dan daerah secara umum terdapat


empat sumber keuangan daerah, Pendapat Seargo Pleano,
Pemerintah pusat mempunyai peranan sangat penting dalam
konteks desentralisasi menyangkut mekanisme pengaturan
pembiayaan pendidikan untuk menghaluskan perbedaan antara
pedesaan dan perkotaan131. Masalah yang menjadi perhatian
pemerintah daerah Kota Tangerang dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan meliputi kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan
Akhlak.
Dalam sebuah bukunya Wahidin menuturkan :

Pemberlakuan otonomi daerah merupakan peluang


bagi daerah untuk memanfaatkan seluruh potensi yang ada
secara optimal, otonomi daerah harus di definisikan sebagai
otonomi bagi rakyat daerah, bukan otonomi pemda.
Substansi demokrasi adalah terwujudnya cita-cita
kedaulatan rakyat yang mayoritas berada di daerah-daerah,
fenomena Tangerang sebagai wilayah yang memiliki latar
balakang budaya, dan industri-industri besar serta tempat
wisata mengundang mata dunia untuk menengok dan
menggali potensi-potensi Tangerang yang tumbuh subur, .
tujuan pembangunan daerah Tangerang 2004-2008
pembangunan sarana dan pra sarana publik peningkatan
ketentraman dan ketertiban umum peningkatan potensi
SDM dari sisi IMTAK DAN IPTEK, dalam sistim
administrasi negara pemerintah merupakan agen pelaksana
dari setiap kebijakan para pemimpin. Kebijakan publik
menurut Wahidin adalah sikap dari pemerintah yang
berorientasi pada tindakan. Artinya kebijakan publik
merupakan kerja yang kongkrit dari adanya organisasi

131
Seargo Pleano, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan dan
Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI, (UNESCO
Publising,1996), h. 108.
45

birokrasi pemerintah yang memang diberi kewenangan


untuk melaksanakan tugas tugas kepublikan132
Proses pemberdayaan daerah adalah sebuah upaya
pembelajaran bagi birokrasi untuk menemukan orientasi dan fungsi
baru bagi dirinya maupun bagi masyarakat, perubahan pada
karakter birokrasi dan sifatnya yang berorientasi dilayani menjadi
melayani dalam bahasa yang lebih lazim secara perlahan-lahan
masti ditanamkan paradigma publik service.

D. Kebijakan Pendidikan pada Tingakat Sekolah

Tuntutan reformasi yang menghendaki kebebasan daerah


untuk mengelola potensi daerahnya termasuk dalam bidang
pendidikan, adanya ketidak puasan pengelola pendidikan atas
keterbatasan wewenang yang mereka miliki untuk dapat mengelola
sekolah secara mandiri, mereka umumnya merasa tidak berdaya
karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan pada
konteks pendidikan yang ditetapkan pemerintah, akibatnya peran
utama mereka sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan
dengan rutinitas birokrasi yang menumpulkan kreatifitas
berinovasi, sekolah selama ini hanyalah kepanjangan tangan
birokrasi pemerintah pusat untuk menyelenggarakan urusan
pendidikan, para pengelola sekolah sama sekali tidak memiliki
banyak kelonggaran untuk mengoperasionalkan sekolahnya secara
mandiri. Robert Bisaillion memaparkan sekolah sering tampak
berdiri diam di tempat sedangkan seluruh dunia bergerak, negara
tampaknya tidak lagi lebih lama terus mengarahkan pendidikan,
sekolah penguasa lokal menginginkan suara yang lebih besar agar
dapat menikmati tindakan penentuan nasib yang lebih besar,133 hal
ini menjadi tuntutan di tiap lembaga pendidikan yang mempunyai
keinginan untuk segera meningkatkan mutu pendidikan secara
cepat karena pada kenyataannya penyelengaraan pendidikan di

132
Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota Tangerang, (Jakarta, Melibas,
2004), h. 39-41.
133
Robert Bisaillon, Sekolah Dipersimpangan Jalan, Pendidikan Untuk
Abad 21, Pokok Persoalan dan Harapan (Paris, Unesco publising 1996).h.354.
46

sekolah umumnya diadakan di tingkat pemerintah pusat134, sekolah


hanya menerima apa adanya, kepala sekolah dan guru harus
melaksanakannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknisnya. Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke
daerah, melalui selang birokrasi dengan begitu banyak kebocoran
yang mengakibatkan dana menyusut saat di tingkat operasional.
Dalam kurikulum 2004 muatan lokal dapat dimaknai sebagai
salah satu bentuk desentralisasi pendidikan, daerah diberi
kewenangan menentuksn sendiri kurikulum sesuai dengan
kebutuhan daerah masing-masing.135
Dengan peraturan daerah, sekolah mengembangkan dan
menafsirkan aturan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan yang dianggap dapat meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah tersebut.
Depdiknas terdorong untuk melakukan reorientasi
management sekolah dan managemant pendidikan berbasis pusat
menjadi Managemen Berbasis Sekolah/MBS (School Based
Management) dalam undang-undang Sisdiknas pasal 51 ayat (1)
yang berbunyi, Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip

134
Dominasi pemerintah pusat yang berlangsung dalam jangka waktu
yang cukup lama telah menjadikan pemerintah pusat sebagai supra struktur yang
mengatur dan menetapkan segalanya, sebagian besar sumber daya pemerintahan
dan pembangunan terkonsentrasi di pusat dan di kelola serta di kontrol oleh
pemerintah pusat M.Sirozi, Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan antara
kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta,
Rajagrafindo Persada), h.202
135
Muatan lokal bukan suatu mata pelajaran, tetapi lebih merupakan
kajian, artinya setelah sekolah berkonsultasi dengan instansi induknya, sekolah
dapat mengisi muatan lokal dengan beberapa mata pelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, sekolah yang mempunyai
kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas pendidikan setempat
(propinsi,kabupaten, kota).Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan
Era Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada)h.159
47

Management Berbasis Sekolah.136 E. Mulyasa berpendapat,


MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang
menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.137Senada dengan
E.Mulyasa, Husaini Usman memaparkan,MBS merupakan
pendekatan berbasis sekolah yang melibatkan semua warga
sekolah agar kreatifitas tidak terpasung138. Pendapat Hamzah B.
Uno. Managemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pergeseran
paradigama dalam pengeloaan pendidikan, sekolah dikelola secara
mikro dengan sepenuhnya diperankan oleh kepala sekolah dan
guru-guru sebagai pengelola.139 Bedjo Sujanto mengatakan, MBS
diartikan sebagai model managemen sekolah yang memberikan
otonomi pada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah.140
Sedangkan menurut Rohiyat, MBS sebagai model pengelolaan
yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang

136
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab XIV Tentang
Pengelolaan Pendidikan, Pasal 51 Ayat 1, Sisdiknas (Jakarta, Fokusindo
Mandiri, 2012) cet ke 2, h. 29.
137
Selanjutnya E. Mulyasa memaparkan kewenangan yang bertumpu
pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat
efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan seperti kebijaksananaan
dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik,
orang tua dan guru kemudian. MBS bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber
daya lokal, dan MBS efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti
kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru
dan iklim sekolah.E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi
dan Implementasi (Bandung, Rosda Karya), hal.25.
138
Husaini Usman, Management, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
(Jakarta, Bumi Aksara 2006), h.497.
139
Pergeseran paradigma pengelolaan pendidikan dasar dan menengah
telah tercermin dalam misi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum
dalam GBHN (999) mewujudkan sistim dan iklim pendidikan nasional yang
demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia
,kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat disiplin, bertanggung
jawab, terampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hamzah B.
Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), h. 84.
140
Bedjo Sujanto, Managemen Pendidikan berbasis sekolah, Model
Pengelolaan Sekolah Di Era Otonomi Daerah, ( Jakarta, Sagung Seto, 2007), h.
30.
48

lebih besar kepada sekolah), memberikan keluwesan pada sekolah,


mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah.141
Paradigma MBS beranggapan bahwa satu-satunya jalan masuk
yang terdekat menuju peningakatan mutu dan relevansi adalah
demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas pendidikan. Visi dari
otonomi daerah dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada
upaya pemberdayaan terhadap masyarakat setempat, dilihat dari
visi tersebut maka otonomi daerah diartikan kewenangan dan
pemberdayaan, otonomi daerah di bidang pendidikan berusaha
memberikan kembali pendidikan kepada masyarakat pemilik
daerah.
Pendapat Mukheri Mukhtar, Management berbasis sekolah
merupakan konsep baru dalam pengelolaan pendidikan di
Indonesia yang merupakan bentuk alternatif sekolah dalam
program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai adanya
otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.142
Menurut Muhaimin dkk,Otonomi penyelenggaraan
pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi kepada perubahan
sisitem management pendidikan dari pola sentralisasi ke
desentralisasi.143Selanjutnya tutur Muhaimin dkk,

141
MBS memberikan otonomi yang lebih besar pada sekolah, sekolah
memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelola
sekolahnya sehingga lebih madiri. Rohiyat, Managemen Sekolah, Teori Dasar
dan Praktik , (Bandung, Aditama,2010), h. 47
142
Lebih lanjut Mukheri Mukhtar menyatakan bahwa pelaksanaan
management berbasis sekolah mempunyai tujuan dalam pelaksanaan
kegiatannyayang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, Pertama,
meningkatkan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumberdaya, partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, kedua peningkatan mutu dapat
dilakukan melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas
pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala
sekolah, dan ketiga adalah pemerataan pendidikan yang diperoleh melalui
partisipasi masyarakat dan pemerintah diharapkan berkonsentrasi pada kelompok
yang kurang amapu dalam masyarakat. Mukheri Mukhtar, Pengawasan
Pendidikan(Jakarta, BPJM Press Universitas Negeri Jakarta, 2013)h.16
143
Bersamaan dengan otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut
maka management yang dikembangkan lebih mengarah pada management
berbasis sekolah/madrasah (shool based management) yakni model management
yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah atau madrasah dan
49

Diantara otonomi yang lebih besar diberikan kepada


sekolah/ madrasah adalah menyangkut pengembangan
kurikulum, yang kemudian disebut dengan KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), pengembangan KTSP bertujuan
untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah/madrasah
melalui pemberian kewenangan, keluwesan dan sumber daya
untuk merancang kurikulumnya sendiri dengan mengacu
pada rambu-rambu yang telah ditetapkan144.
Setiap daerah mempunyai kebutuhan dan permasalahan yang
berbeda dengan dearah lainnya,ada kota metropolitan seperti DKI
Jakarta, ada kota industri seperti Tangerang dan Bekasi, ada daerah
pesisir seperti Indramayu, Pelabuhan Ratu, ada daerah pegunungan,
seperti Garut Jawa Barat atau daerah Batu Malang Jawa Timur,
ada daerah wisata seperti Bali dan Nusa Tenggara Barat dan ada
juga daerah terpencil yang kurikulumnya tidak mungkin di
samakan dengan kurikulum DKI Jakarta.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata,kurikulum
desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah
tertentu dalam satuan wilayah atau daerah dan pengembangannya
berdasarkan karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta
kemampuan sekolah.145

mendorong pengambilan keputusan parsitipatif yang melibatkan secara langsung


semua warga sekolah/madrasah (guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan,
orang tua peserta didik, dan masyarakat) atau stakeholder untuk meningkatkan
mutu sekolah/madrasah.Muhaimin dkk, Pengembangan Model Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah, (Jakarta,
Rajagrafindo 2008), h.1
144
Dengan kemandirian tersebut madrasah/sekolah sebagai satuan
pendidikan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya
dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, sehingga ia dapat
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan KTSP, sekolah/madrasah juga lebih mengetahui
kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan
dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sejalan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Muhaimin dkk,
Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada
Sekolah & Madrasah, (Jakarta, Rajagrafindo 2008)h.1
145
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan
disamping juga kekurangan, kelebihan-kelebihannya diantaranya, kurikulum
50

Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, dengan berlandaskan


SK mendikbud nomor : 060/U/1993, yang menandaskan bahwa
pelaksanaan kegiatan pendidikan didasarkan atas keadaan,
kebutuhan, lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang
bersangkutan146, menurut Sam M. Chan, Kurikulum yang
sekarang sedang dilaksanakan dengan memiliki daya antisipatif
terhadap perubahan zaman masa kini akan tertantang kembali pada
beberapa waktu mendatang dengan cepat.147

sesuai dengan tingkat dan kemampuan masyarakat setempat, kurikulum sesuai


dengan tingkat kemampuan sekolah, baik kemampuan profesional, finansial
amaupun managerial disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat
memudahkan dalam pelaksanaannya, kelemahannya adalah tidak ada
keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman, tidak adanya
standar penilaian yang sama, adanya kesulitan jika ada siswa yang pindah
sekolah. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan
Praktek, (Bandung, Remaja Rosdakarya,2010), h.210
146
Realitas di lapangan menunjukan bahwa implementasinya beragam ;
di DKI Jakarta dengan didasarkan SK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Nomor 247/tahun 1994 tentang Pedoman Pengembangan Muatan Lokal
dalam kurikulum SD, ditetapkan bahwa muatan lokal di DKI berorientasi pada
kebersihan, kesehatan, keindahan, ketertiban, keamanan,dan keakraban. Sekolah-
sekolah di Jawa Barat mengisi muatan lokal tersebut dengan dua belas mata
pelajaran yang beragam, antara lain Bahasa Inggris, bahasa sunda, bela diri, seni
tari, ketrampilan keramik, karawitan, tata busana, dan elektronik, semua
pelajaran itu disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap-tiap sekolah
termasuk buku-buku pendukung dan tenaga pengajar. Muatan lokal sekolah-
sekolah di Propinsi Sulawesi Tenggara meliputi sepuluh mata pelajaran
diantaranya adalah bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah,
pertanian,perkebunan,peternakan, perikanan dan permainan. Di Sumatera barat,
hanya lima muatan lokal, yaitu budaya alam Minangkabau, keterampilan
tradisional, baca tulis Al-Quran, bahasa Arab, melayu dan keterampilan
permainan Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), h.203.
147
Konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi pun akan terlepas dari
tantangan dunia seperti: Nilai-nilai lokal yang luhur akan terhanyut terbawa arus
peradaban global jika anak-anak bangsa tidak lagi memilki kepedulian terhadap
nilai-nilai bangsa sendiri akibat tidak dilestarikan melalui pendidikan di sekolah
Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi Daerah,
(Jakarta, Raja Grafindo Persada), h.205.
BAB III
PERDA PENDIDIKAN DAN PERDA PENDUKUNG
PENDIDIKAN DI KOTA TANGERANG

A. Kondisi Objektif Kota Tangerang

Kota Tangerang yang baru berdiri secara administratif 28


Pebruari 1993, dengan luas wilayah tercatat 183.78 km.terbagi
menjadi 13 kecamatan dan 104 kelurahan,148 dengan jumlah
penduduknya 1,5 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk rata-
rata 3,94 persen per tahun,149 terjadi pertumbuhan penduduk
sebagai akibat perluasan pemukiman penduduk yang tidak
tertampung oleh Ibukota Jakarta, jika seluruh warga dan aparatur
negara tidak saling bahu membahu menjaga Kota Tangerang, akan
sulit tercipta harmonisi berjalan dengan sangat baik, krisis
kehidupan akan terjadi dan harus diatasi bersama sebagai bagian
integral menjaga pembangunan Kota Tangerang. Jumlah sekolah
pada tahun 2012 untuk tingkat TK/RA sebanyak 697 sekolah,
tingkat SD/MI sebanyak 607 sekolah, SMP/MTs sebanyak 233
sekolah, tingkat SMA/MA 101 sekolah, tingkat SMK sebanyak 111
sekolah, dengan jumlah total sekolah sebanyak 1.749 sekolah150
Menurut catatan dinas pariwisata Kota Tangerang,
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999,
tentang perubahan kotamadya daerah tingkat II Tangerang, menjadi
Kota Tangerang, daerah otonom yang dikenal sebagai kota industri,
perdagangan dan periwisata, kota ini memiliki lebih dari 2.239
industri besar dan menengah yang mampu menyerap tenaga kerja
trampil sebesar 251.539 orang,151 seperti diketahui bersama,

148
, Buku profil Daerah Kota Tangerang berisikan cakupan data-data yang
telah di peroleh dari masing-masing SKPD berupa dokumen, gambar dan peta
yang memberikan informasi tentang kondisi dasr Kota Tangerang meliputi
keadaan ekonomi. Pemerintah Kota Tangerang, profil daerah Kota Tangerang,
(Tangerang, Pemkot, Tahun 2008), h.4.
149
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat
Berperadabab Akhlakul Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005), h. 80.
150
Pemerintah KotaTangerang, Laporan Pertanggungjawaban Walikota
Tahun 2012, h. 4.27.
151
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Tangerang, Pariwisata Kota Tangerang. (Tangerang, DISPORBUDPAR), h.1.
51
52

Tangerang dan sekitarnya memiliki peran signifikan sebagai


wilayah penyangga kegiatan DKI Jakarta, Kota Tangerang berada
dalam radius 30 km dari pusat pengembangan metropolitan
Jabodetabek. Sebagai salah satu wilayang penyangga kegiatan Kota
Tangerang ditetapkan sebagai kegiatan sekunder yang digarapnya
dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan Jakarta sebagai
kota induknya. Belanda membangun benteng pertahanan di sebelah
timur Cisadane. kemudian diperbaiki dan memperkuat pos atau
garnisun, dengan letak bangunan baru 60 roeden agak ke tenggara,
tepatnya terletak di sebelah timur jalan besar Pal 17. Orang-orang
pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan
sebutan Beng. Sejak itu Tangerang terkenal dengan sebutan
Benteng.152
Menurut Sosiolog dari Universitas Indonesia, Eddy Prabowo
Witanto MA yang dikutip Wahidin Halim:
Tidak terlepas dari kehadiran Benteng Makasar, Benteng
yang dibangun pada zaman kolonial Belanda itu sekarang
sudah rata dengan tanah terletak di tepi sungai Cisadane, di
pusat kota Tangerang, namun sebutan Benteng tak pernah
bisa di lepaskan dari kota Tangerang dan keberadaan etnis
Tionghoa yang banyak mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat Tangerang.153

Jika dilihat dari sensus penduduk tahun 1905 dan 1930


penduduk Tangerang terdiri dari berbagai etnik154, namun
demikian golongan etnik mana yang menjejakan kaki pertama di

152
.Buku Sejarah terbentuknya Kotamadya Dati II Tangerang disusun oleh
tim penyusun berdasarkan masukan dari para tokoh/sesepuh masyarakat
Kotamadya Dati II Tangerang. Pemda Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah
Terbentuknya Kotamadya Dati II Tangerang, (Tangerang, 1995), cet. 1
153
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat
Berperadabab Akhlakul Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005), h. 27
154
Secara garis besar hanya dapat digambarkan komposisi penduduk di
Tangerang pada awalnya, yaitu terdiri atas etnik Sunda, Jawa, Betawi, Cina,
Arab,dan Eropa. Pada masa itu kelompok etnik Sunda sebagian besar menempati
daerah Tangerang Selatan dan Tangerang Tengah yang meliputi wilayah
kecamatan Tangerang, Cikupa, Serpong , Curug, Tigaraksa, dan Legok. Pemda
Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah Terbentuknya Kotamadya Dati II
Tangerang, (Tangerang, 1995), cet. 1
53

bumi Tangerang tidak diketahui dengan pasti. Menurut kronik


sejarah Banten, kedatangan orang sunda di Tangerang berawal dari
keikutsertaan orang priangan menyerbu batavia bersama pasukan
Mataram, namun setelah selesai perang mereka tidak kembali
kedaerahnya melainkan minta izin tetap tinggal di Tangerang.
Kelompok etnik Jawa menempati wilayah Tangerang Barat
Laut dan Tangerang Utara terus menyusur pantai utara pulau jawa
yang meliputi kecamatan Mauk, Kresek dan Rajek, kelompok ini
jika dilihat dari segi bahasa berasal dari keturunan sisa-sisa prajurit
Mataram, mereka sehari-hari menggunakan bahasa Jawa dan pada
umumnya hidup sebagai petani dan nelayan.
Kelompok etnik Cina diperkirakan datang ke Tangerang
bersamaan dengan Belanda yang menduduki dan membangun
Batavia, pembangunan kota Batavia pada waktu itu membutuhkan
sejumlah tenaga tukang sehingga perlu didatangkan imigran-
imigran Cina ke Batavia. Selain itu ada pula orang-orang Cina yang
telah tinggal di sini sebelum Belanda datang. Meraka hidup sebagai
tukang pembuat arak, arak buatan orang Cina ini, sangat disukai
awak kapal Belanda, disisi lain kelopok etnik Cina bukan hanya
memberi sokongan tenaga kerja tetapi mereka juga membantu
dalam keuangan pajak, gelombang besar berdatangan kelompok ini
terjadi pada pertengahan abad 18 sehingga berakibat banyak
pengangguran dan terjadi gangguan keamanan.155
Tangerang adalah wajah sebuah kota dengan kompleksitas
problemnya, pertumbuhan perkotaan sejalan dengan pertumbuhan
penduduk .pertumbuhan penduduk perkotaan rata-rata 4,3 persen
per tahun melebihi pertumbuhan rata-rata penduduk Indonesia
dalam periode 1980-2000 sebesar 1,8 persen156 angka itu
menunjukan bahwa arus urbanisasi memberi kontribusi yang nyata
dalam pertumbuhan penduduk kota, sangat mungkin terjadi ledakan
jika seluruh warga dan aparatur negara tidak saling bahu membahu
menjaga Kota Tangerang, akan sulit tercipta harmonisi berjalan
dengan sangat baik. Maka krisis kehidupan harus diatasi bersama
sebagai bagian integral menjaga pembangunan Kota Tangerang.

155
Pemda Kotamadya tangerang, Sejarah Terbentuknya Kotamadya dati
II Tangerang,(Tangerang, Pemda kota, 1995) h.27
156
Wahidin Halim, 1001 wajah Kota Tangerang Pembangunan menuju
Akhlakul Karimah.(Jakarta, melibas 2004).h.69
54

Pendidikan di negara kita memerlukan seorang pemimpin


yang berani membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan
orang banyak, sehingga tujuan pendidikan nasional kita dapat
tercapai, untuk dapat terciptanya hal tersebut maka perlu adanya
kebijakan-kebijakan yang harus di keluarkan oleh pemerintah
daerah, karena daerahlah yang tahu persis persoalan-persoalan yang
timbul. Tangerang dan sekitarnya memiliki peran signifikan
sebagai wilayah penyangga kegiatan DKI Jakarta. Kota Tangerang
berada dalam radius 30 km dari pusat pengembangan metropolitan
Jabodetabek, sebagai salah satu wilayang penyangga kegiatan kota
Tangerang ditetapkan sebagai kegiatan sekunder yang digarapnya
dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan Jakarta sebagai
kota induknya.
Wahidin Halim merupakan salah satu kepala daerah yang
lahir di Pinang Kota Tangerang sangat memperhatikan masalah-
masalah yang terjadi di dunia pendidikan, sehingga beliau dengan
kebijakannya, bersama dengan dewan perwakilan rakyat daerah
Kota Tangerang banyak melahirkan peraturan daerah dan peraturan
walikota yang mengatur tentang pendidikan.157

157
Tentang keputusan /persetujuan bersama antara Dewan perwakilan
Rakyat Daerah Kota Tangerang dan Walikota Tangerang tentang peraturan
daerah penyelenggaraan Pendidikan di kota Tangerang, dalam ketentuan umum
disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan dan kecerdasan
spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat, bangsa dan
Negara.(Dewan Pendidikan Kota Tangerang) 2009
55

B. PROSES LAHIR PERATURAN DAERAH KOTA


TANGERANG

1.Peran Walikota dan DPRD Dalam Melahirkan Perda


dan Perwal

Upaya untuk mencapai visi pendidikan dengan mutu tinggi


dan cakupan yang luas diperlukan kebijakan yang konsisten agar
mutu pendidikan dapat di capai158, legislatif (DPR-RI)
mengeluarkan undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisitem
Pendidikan Nasional yang pada pokoknya adalah menjamin
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi managemen pendidikan, hal ini dilakukan untuk
menghadapi tantangan dan perubahan baik kehidupan lokal sebagai
konsekuensi otonomi daerah (undang-undang nomor 22 tahun 1999
dan undang-undang nomor 25 tahun 1999.
Salah satu kewajiban kepala daerah dalam rangka
pengelenggaran pemerintahan adalah pengambilan keputusan.
Kemampuan pengambilan keputusan banyak dipengaruhi oleh
variabel pribadi dari kepala daerah itu sendiri159. Pada pemilihan
kepala daerah Kota Tangerang tahun 2008 di gelar banyak
kalangan memastikan bahwa incumbent walikota Wahidin Halim
(WH) akan terpilih kembali dipercaya masyarakat untuk memimpin
Kota Tangerang hingga 2013, hal tersebut dapat dimaklumi karena
keberhasilannya memimpin Kota Tangerang pada periode pertama
(2004-2009)160, dengan berpikiran bahwa bekerja itu adalah ibadah
Wahidin Halim mengatakan :

158
Emzir, dkk, Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,
(Jakarta, Ghalia Indinesia).h.15
159
J.Kaloh, Kepala Daerah Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku
Kepala Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, (Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama,2003) h.169-170.
160
Wahidin Halim dianggap berhasil, baik dalam pembangunan fisik
maupun pembangunan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Kota Tangerang
begitu cinta terhadapWH. Kecintaan mereka dibuktikan ketika KPUD Kota
Tangerang mengumumkan hasil akhir perolehan suara Pilkada Kota Tangerang
Kamis 30 Oktober 2008. Hampir di seluruh tempat pemungutan suara (TPS),
pasangan Wahidin Halim Arief menang mutlak. Indra Setiawan dkk, Dibalik
56

Setiap pribadi, setiap komponen masyarakat yang


tumbuh dan berkembang di wilayah Kota Tangerang,
memiliki kewajiban untuk memberdayakan Kota Tangerang
ke wilayah yang lebih beradab, kewajiban membangun kota
yang beradab ini, sebagai upaya untuk menciptakan iklim
masyarakat madani, masyarakat sipil yang memiliki
kewibawaan, yang di dalamnya tumbuh nilai-nilai moral
dan nilai-nilai kebajikan yang tinggi.161.

Menurut Wahidin Halim,


Masyarakat madani adalah masyarakat yang
mengedepankan prosedur-prosedur demokrasi dan
masyarakat yang menjunjung tinggi etos kerja serta
memahami peran masing-masing dalam masyarakat,
masyarakat madani juga mencoba menyuguhkan berbagai
jawaban untuk menyeimbangkan sarana dan tujuan dalam
mencapai tatanan sosial ideal162.

Selanjutnya Wahidin Halim berpendapat ,

Dalam mewujudkan kebijakan pengembangan Kota


Tangerang dan semangat desentralisasi dari pusat, maka
pengambil keputusan yang lebih besar di tingkat kota harus
didukung oleh efisiensi birokrasi dan pelayanan, begitupun
dengan potensi penduduk kota yang besar merupakan aset
kota harus diberdayakan untuk mencapai manfaat sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan masyarakat kota mandiri .
Ketika membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil
mutlak harus sesuai dengan kondisi daerah yang

Kesuksesan WH, Satu Dekade Pimpin Kota Tangerang( Tangerang, Pemkot


Tangerang), h. 3-4
161
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005), h.70
162
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005), h. 104
57

bersangkutan baik itu masalah kebutuhan maupun potensi


daerah yang bersangkutan. Konsekwensi logisnya penelitian
mendalam tentang keadaan tiap daerah perlu dilakukan
guna mendapatkan informasi dan data yang berguna bagi
penentuan rencana pembangunan secara tepat163.

Pemerintah Kota Tangerang adalah fasilitator antara


kebutuhan pasar dan warga masyarakat. Kota Tangerang yang di
dalamnya tumbuh beragam kultur perlu melibatkan pasar, warga
masyarakat dan negara dalam proses pembangunan pemerintahan.
Jika realitas sosial ekonomi politik kondusif secara otomatis warga
akan mendapatkan keuntungan dalam proses kelangsungan dalam
kehidupan sehari-hari, dan posisi negara dalam kontek ini hanya
jadi fasilitator antara kebutuhan pasar dan warga masyarakat.
Komponen yang memiliki peranan penting dalam
mengakselerasi kebijakan publik itu adalah komponen eksekutif
atau aparatur negara dan komponen legislatif atau anggota DPR,
dalam hal ini DPRD. Dua komponen ini, mau tidak mau harus
mampu memberi kontribusi yang positif bagi perkembangan dan
pertumbuhan warga, tanpa kontribusiyang positif, dua komponen
penyangga itu hanya menjadi bagian dari masyarakat bukan inti
dari jantung kehidupan Kota Tangerang, padahal tanpa keterlibatan
aktif dari eksekutif dan legislatif, kehidupan di suatu daerah, seperti
wilayah mati tak bertuan menjalani ritual kehidupan sehari-hari
tanpa roh.

a. Pendidikan dalam Pandangan Walikota Wahidin Halim

Kepedulian walikota Wahidin Halim terhadap persoalan


sosial terutama dunia pendidikan, ia wujudkan dengan membentuk
sebuah lembaga, yakni yayasan kemanusiaan Nurani Kami pada
tahun 1977, yayasan ini sampai sekarang mampu memberikan
beasiswa kepada 150 orang, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi, ketika ekonomi krisis melanda, ia pun

163
Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat
berperadaban Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.86
58

harus bekerja lebih keras lagi mengingat jumlah anak putus sekolah
kian bertambah.
Bertolak pada pengalaman yang dialami oleh Wahidin Halim
pada saat masih usia sekolah SD sampai SMP, sekolah rusak
sekolah tidak ada yang layak, akses jalan menuju sekolah tanah
berlumpur dan berbatu gaji orang tua sebagai kepala sekolah di SD
pinang dan di SD Poris Plawad kecil sehingga sulit untuk
menyekolahkan kedelapan anaknya. 164
Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
dilatarbelakangi pemikiran bahwa umumnya lulusan SMU tidak
dapat mengisi pasar kerja yang ada di Kota Tangerang karena
dinilai banyak yang tidak memiliki kemampuan dan keahlian di
bidang pekerjaan yang dibutuhkan penyedia kerja, pemberian
insentif guru negeri/swasta/MTs setiap bulan, dilatarbelakangi
pemikiran bahwa dalam rangka memberikan motivasi dan
meningkatkan kesejahteraan para guru (non diskriminasi), maka
diharapkan dalam mendidik anak-anak menjadi semakin baik
Perda pendidikan adalah hasil pemikiran bersama antara
walikota Tangerang dengan anggota DPRD Kota Tangerang yang
memang sepakat untuk meningkatkan dan mempermudah
masyarakat dalam memperoleh pendidikan di Kota Tangerang,
dalam perda pendidikan, banyak pasal yang membela kepada
masyarakat lemah agar dapat mengenyam pendidikan dan juga
pasal yang mendorong pada perilaku masyarakat agar tercipta kota
yang berahlakul karimah, setelah adanya otonomi daerah
pendidikan menjadi salah satu urusan daerah yang meliputi guru,
anggaran dan bangunan sekolah165, dengan tersedianya fasilitas
pendidikan yang memadai diharapkan mampu mendongkrak mutu
pendidikan.

164
Wawancara dengan H. Abdul Syukur ,( Anggota DPRD Kota
tangerang Periode 1999- 2004 Anggota DPRD Kota Tangerang Periode 2004 -
2008 Anggota DPRD Propinsi Banten Tahun 2008 2014.Bakal Calon Walikota
Tangerang Tahun 2014-2018 Adik Kandung dari Walikota Tangerang H.
Wahidin Halim Selasa 26 Maret 2013)..
165
Wawancara dengan bapak Ir. Suratno Abubakar tanggal 23 Maret
2013 ( Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004 2008 Ketua Komisi A
DPRD Kota Tangerag 2008-2014 Bakal Calon Walikota Tangerang 2014
2018)
59

Sehingga pada saat menjadi walikota tepatnya di tahun


2006 bersama DPRD sepakat membangun sekolah bertingkat
sebanyak 240 sekolah sehingga dana yang dikeluarkan untuk
pendidikan menghabiskan 48 %166 dari APBD, pada saat itu kas
daerah tidak mencukupi, pembangunan sekolah sehingga di cari
cara agar pembangunan sekolah dapat terselesaikan, yaitu dengan
cara investasi kontraktor dengan 3 kali APBD, walaupun ada pihak
bank yang akan membantu dengan cara pinjaman tapi itu tidak
dilakukan. begitu pula, menurut Wahidin.
Pembangunan kota Tangerang berorietasi pada masyarakat
madani sehingga semua komponen yang ada harus melihat arah
pembangunan yang berpijak pada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan, bukan kepentingan yang bertumpu pada pribadi-
pribadi atau kelompok-kelompok, sebagai jembatan untuk semua
komponen itu adalah tunggal : Akhlakul Karimah167, visi Akhlakul
Karimah menuntut semua komponen masyarakat terlibat dan bukan
saja komponen birokrasi tetapi juga masyarakat yang berada di luar
birokrasi pemerintah.
Visi Akhlakul Karimah menjadi visi walikota Wahidin
Halim dalam memimpin kota Tangerang selama 2 periode, doktrin
kerja itu ibadah merupakan ajaran pertama dari konsep akhlakul
karimah, substansi kerja bukan hanya untuk menggelambungkan
perut saja tetapi kerja adalah untuk menata hidup untuk lebih baik
lagi, menata generasi keluarga ke depan agar memiliki kehidupan
yang layak, kehidupan yang layak akan menciptakan generasi yang
tangguh, generasi yang mampu menciptakan kehidupan yang lebih
baik, generasi yang punya itikad membangun peradaban dengan

166
Lihat Anggaran Pendidikan Kota tangerang pada tahun 2004.(Dinas
pendidikan Kota tangerang)
167
Visi Akhlakul Karimah secara substantif bukan hanya milik warga
muslim saja, meski secara penanaman Akhlakul Karimah diambil dari teks-teks
Al_Quran .Penanaman Akhlakul Karimah hanya sebagai cara komunikasi ke
ruang-ruang publik, agar mudah diserap dan mudah diingat, yang pasti menurut
WH visi Akhlakul Karimah juga melihat perbedaan ras, suku dan perbedaan
berpendapat yang bermuara bagi terwujudnya masyarakat madani. Wahidin
Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban
Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.104
60

Akhlak Mulia, dan itu semua bisa dicapai jika mempunyai niat
untuk membangun hari esok yang lebih baik.
Cukup menarik menyimak upaya Wahidin Halim untuk
menjadikan warganya sebagai 'masyarakat madani' yang
berakhlakul karimah. Slogan-slogan akhlakul karimah, misalnya,
saat ini terpampang hampir di semua sudut Kotamadya Tangerang.
Sementara, staf dan jajaran di kantornya, dianjurkan berpakaian
seislami mungkin, ruang rapat di gedung pemdapun dinamai
Ruang Akhlakul Karimah.
Wahidin Halim mengusulkan kepada DPRD Kota
Tangerang untuk melahirkan Perda Pendidikan, Perda Pelarangan
Minuman beralkohol di Kota Tangerang168 dan Perda Pelarangan
Pelacuran169, Saat masih menjadi raperda larangan minuman
beralkohol dan pelarangan pelacuran, DPRD sempat menunda
pengesahan dua raperda tersebut karena dianggap kontroversial. 170

168
Keprihatinan Wahidin Halim selaku walikota saat suatu hari di
datangi oleh seorang ibu yang mengadukan putranya yang tertangkap polisi
karena mabuk dan berjudi padahal dia dari keluarga miskin, hal ini terjadi bukan
satu atau dua orang melainkan banyak, keprihatinan ini disampaikan oleh bapak
Wahidin Halim di hadapan anggota DPRD Kota Tangerang sambil menangis,
(Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD Kota Tangerang Periode
1999- 2004 anggota DPRD kota Tangerang Periode 2004 -2008 anggota DPRD
Propinsi Banten Tahun 2008 2014.Bakal Calon walikota Tangerang tahun
2014-2018 adik kandung dari Walikota Tangerang H. Wahidin Halim Selasa 26
Maret 2013
169
Banyaknya PSK wanita dan waria yang mangkal di sepanjang jalan
di daerah Kota Tangerang seperti di depan Kodim, sepanjang jalan Moch. Yamin
, Jalan Daan Mogot, sepanjang pinggiran sungai cisadane , dan hal ini
mengganggu pemandangan kota.juga menggangu pelajar karena di sepanjang
jalan Moch Yamin terdapat banyak sekolah SMP SMA dan SMK, kemudian
banyaknya waria dan PSK yang terkena penyakit kelamin ( AIDS) hingga
meninggal.PSK yang beropersi di Tangerang yang berjumlah mendekati angka
400 orang disinyalir adalah PSK yang termarjinalkan atau tidak mampu
beroperasi di Jakarta. (Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD
Kota Tangerang periode 1999- 2004 anggota DPRD Kota Tangerang periode
2004 -2008 anggota DPRD propinsi Banten tahun 2008 2014. Bakal calon
walikota Tangerang tahun 2014-2018 adik kandung dari walikota Tangerang H.
Wahidin HalimSelasa 26 Maret 2013
170
Sejak raperda tersebut masih berupa wacana ada kelompok yang
menolak, lantaran perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan politisi yang
menjadi anggota DPRD Kota Tangerang, mereka menolak berpendapat jika
keberadaan dua Raperda tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
61

Bagaimana sesungguhnya konsep dan pemikiran walikota


yang juga dikenal sebagai dai dan 'sufi kontemporer' itu dalam
membangun wilayah dan masyarakatnya, Semua itu tertuang dalam
buku terbarunya yang diberi judul Piagam Akhlakul Karimah, 171.
buku ini menegaskan niat Wahidin Halim untuk menegakkan
Akhlakul Karimah di Kota Tangerang, sebagaimana dicontohkan
Rasulullah saw ketika memerintah Wahidin Halim membeberkan
bahwa pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan berkeadilan
sosial, dapat dibangun melalui konsep-konsep yang Islami dengan
menempatkan kerja sebagai ibadah dan kekuasaan sebagai amanat
Allah swt untuk mengabdi pada masyarakat172, dan salah satu kunci
terpenting untuk itu adalah 'kesalehan individu' para pemimpinnya.
Kepemimpinan walikota Wahidin Halim banyak terinspirasi oleh
pemimpin-pemimpin Islam, Ia menuturkan:
Terinspirasi dari kepemimpinan Umar bin Khatab
yang melayani rakyatnya dan merasa berdosa bila ada
rakyatnya yang menderita karena keteledoran dirinya
sebagai pemimpin, pemimpin yang besar , pemimpin yang
agung, ia haruslah seorang tokoh yang melayani rakyatnya
dengan baik. kebiasaan melayani orang lain membuat diri
tidak jadi sombong, orang yang suka melayani akan selalu
berendah diri, berendah hati memperlihatkan segala
kelebihannya, dia tidak pernah menguku-ngaku dirinya
bahkan malah sebaliknya. Kepemimpinan Imam Khomaeni
menjadi teladan bagi pemimpin manapun dimana Iman
Khomaeni mampu menjadi salah satu pemimpin spiritual
dan sekaligus pimpinan negara yang dihormati dan disegani
karena dimulai dari pribadi yang mampu memanajemi

undangan di atasnya dan dianggap melanggar hak asasi manusia. Wahidin Halim
,Ziarah Budaya Kota Tangerang Menuju Masyarakat Berperadaban Akhlakul
Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.32.
171
Wahudin Halim, Piagam Akhlakul Karimah, Meretas Jalan
Masyarakat Madani (Jakarta, , 2006) h. 10
172
http://myidenty.blogspot.com/2007/08/memahami-pemikiran-dai-
birokrat.html
62

dirinya sendiri dan pribadi yang demikian biasanya sukses


melayani orang lain.173
Kebijakan bidang pendidikan ditujukan untuk
menghasilkan SDM yang tidak hanya pandai secara akademik,
namun juga harus mempunyai kwalitas pada pasar kerja.
Pendidikan lebih ditujukan untuk mencetak manusia dewasa yang
mandiri dari kehidupan bermayarakat yang bertanggung jawab
dan tahu akan kelebihan serta kekurangan dirinya. sehingga
menjadi pribadi-pribadi yang penuh perhatian dan perduli
terhadap sesama. Untuk mencapai tujuan itu ada beberapa
persoalan yang perlu di perhatikandalam membangun bidang
pendidikan, yaitu (1) kualitas pendidikan, dimana di dalamnya
termasuk kualitas kurikulum, kualitas guru, dan kualitas
manajemen pendidikan. (2) kesetaraan dan akdebilitas untuk
memperoleh pelayanan pendidikan baik sarana mau pun
prasarana, peningkatan pelayanan mencakup program prioritas
sbb :
1. Belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan
2. Tingkat dasar, terutama untuk menjangkau masyarakat
kurang mampu.
3. Masih tingginya angka putus sekolah, buta huruf.
4. Masih rendahnya partisipasi sekolah tingkat SLTP, SMA
dan MA.
5. Belum sesuai mutu dan muatan kurikulum dan kebutuhan
dasar tenaga kerja yang tercermin dari banyaknya lulusan
yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
6. Pendidikan luar sekolah masih kurang dapat perhatian dari
pemerintah.
7. Masih rendahnya pelayanan pendidikan dan belum adanya
standar pelayanan minimal yang sesuai dengan kondisi
Kota Tangerang.
8. Kurang memadainya kualitas guru
9. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

173
Wahidin Halim, Management Spiritual, (Jakarta, Melibas, 2004),
h.15
63

10. Sarana dan prasarana pendidikan dalam jumlah dan kualitas


masih dirasakan kurang, terutama di pinggiran Kota
Tangerang.174

Dalam kaitan itu, menurut Wahidin :


Tiap komponen masyarakat juga memiliki peran
penting dalam menciptakan good governance, bukan hanya
para birokrat, dengan demikian, untuk membangun kultur
birokrasi yang sehat juga memerlukan peran masyarakat.
tanpa dukungan mayarakat, birokrasi pemerintahan akan
berjalan tanpa pijakan yang benar dan terarah. Disinilah kerja
sama antar berbagai komponen masyarakat dengan unsur-
unsur birokrasi menjadi sangat urgen, tidak mungkin,
misalnya, salah satu pihak menegakkan nilai-nilai akhlakul
karimah tanpa dukungan pihak lain 175.

Dari pemikiran-pemikiran Walikota tersebut di atas, maka


peran Walikota Tangerang dalam melahirkan perda seperti tersebut
adalah :

174
Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat
berperadaban Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.91-92.
175
Begitu pula, menurut Wahidin, dalam mencegah kemungkaran,
seperti membersihkan kota dari pelacuran, minuman keras, kriminalitas dan
berbagai penyakit sosial lainnya, sangat memerlukan peran aktif masyarakat.
Dalam pandangan Wahidin, jika kita berada di masjid, lalu mendengar ada orang
berbuat zina, mencuri dan membunuh, terus kita dalam hati membenarkannya,
maka kita memiliki derajat yang sama dengan pelaku kemungkaran itu Kita
wajib mencegahnya dengan tindakan. Jika tidak mampu, maka harus
mencegahnya dengan lisan. Setidaknya, membenci kemungkaran itu dengan hati.
Prinsip ini, tampaknya, yang menyemangati diberlakukannya Perda tentang
Pelarangan Pelacuran di Kota Tangerang, sebagai salah satu langkah untuk
menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia. Selain prinsip-prinsip di atas,
buku ini juga berbicara tentang kebersihan, disiplin kerja, pentingnya
berpikir positif, ijtihad, dan keadilan sosial. Semua itu dituturkan dalam
bahasa yang popular, sehingga menarik dibaca dan mudah dipahami siapa
saja. Menurut Harry Mulya Zein, buku ini perlu dibaca untuk lebih
memahami semangat Perda tentang Pelarangan Pelacuran yang cukup
kontroversial itu.Wahidin Halim, Piagam Akhlakul karimah, (Tangerang
melibas, 2008),h. 9.
64

a. Menyampaikan usulan rancangan Perda (Raperda)


Pendidikan dalam rapat paripurna Dewan pada tanggal 13
April 2007176.
b. Menyampaikan surat walikota Tangerang nomor :
188.34/1041-Kumdang/2005 tanggal 28 Juni 2005 Perihal
Rancangan Perda (Raperda) Pelarangan Prostitusi dan
Pelarangan Minuman Keras177.
c. Menyampaikan rasa prihatin dalam sidang paripurna DPRD
Kota Tangerang, karena penundaan pengesahan Raperda
Pelarangan Prostitusi dan Pelarangan Minuman Keras178

2.Peran DPRD Dalam Melahirkan Perda

Peranan lembaga Legislatif daerah dalam pelaksanaan


otonomi daerah adalah mendukung terlaksananya pemerintahan
daerah yang efisien dan efektif bagi tercapainya tujuan untuk
kemajuan daerah tersebut, menurut Soedijarto, salah satu ciri
utama dari sistem pemerintahan yang demokratis adalah suatu
model penyelenggaraan pemerintahannya dilaksanakan atas
persetujuannya rakyat yang diperintah.179
Dengan pemikirannya yang tertuang dalam buku-buku
karangan walikota Wahidin Halim tentang pendidikan maka
bekerja dengan DPRD Kota Tangerang merancang berbagai
peraturan daerah yang mengarah pada kemajuan pendidikan untuk
Kota Tangerang.
Rancangan peraturan daerah (Raperda) dapat berasal dari
DPRD atau kepala daerah (Gubernur, Bupati, atau Walikota).
raperda yang disiapkan oleh kepala daerah disampaikan kepada
DPRD, sedangkan raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan

176
Lihat Lembaran Surat Keputusan Bersama Antara DPRD Kota
Tangerang dan Walikota Tangerang Nomor 188.34 / KEP.014.DPRD / 2007.
177
Lihat Lembaran Surat Keputusan Bersama Antara DPRD Kota
Tangerang dan Walikota Tangerang Nomor 172.4 / KEP.PIM 011.DPRD /VII /
2005.
178
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH, satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang, (Tangerang, Ardiansyah) h. 31-33
179
Soedijarto, Kedudukan dan Peranan Lembaga Legislatif Daerah,
Pidato pada acara Diklat Akselensi Legislatif Bagi Anggota DPRD Se Propinsi
Banten, Tanggal 1 Oktober Tahun 2002.
65

oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah pembahasan Raperda


di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupati/wali
kota, pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat
pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD
yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna180.
Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan oleh pimpinan DPRD
kepada Gubernur atau bupati/walikota untuk disahkan menjadi
perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama, raperda tersebut disahkan oleh gubernur atau
bupati/walikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30
hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan gubernur atau
bupati/walikota, jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut
disetujui bersama tidak ditandangani oleh gubernur atau
bupati/walikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan
wajib diundangkan.
Susunan pimpinan dan anggota panitia khusus Raperda
penyelenggaraan pendidikan di ketahui dari surat keputusan
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang
nomor 171/KEP/.013-PIM.DPRD/2007 tentang pembentukan
panitia khusus pembahasan raperda penyelenggaraan pendidikan
Kota Tangerang :

Tabel 3.1
Susunan Panitia Khusus Raperda Pendidikan

No Nama Jabatan Keterangan


1 Drs.H.M.Krisna Gunata Koordinator F.Golkar
2 Ir.Moh.Bonnie Mufizar Wk.Koordinator F.PKS
3 Herry Rumawatine,S.H Wk.Koordinator F.Demokrat
4 Drs.PO Abbas Sunarya Ketua F.Golkar
5 Drs.H.Deddi Rustandi Wk.Ketua F.PAN
6 Asep Mulyawan,S.Pd Sekretaris F.PKS

180
Lembaran Pemandangan Umum Fraksi-fraksi Dewan Perwakilan
rakyat Daerah Kota tangerang Terhadap Pengatar nota Keuangan Rancangan
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang Tahun
Anggaran 2004,.h. .24.
66

7 Hj. Ulfah Anggota F.Golkar


8 Saeroji Anggota F.PKS
9 John Alfred Nikijuluw Anggota F.Demokrat
10 Sakti Nasution Anggota F.Demokrat
11 M.Happy Dwi Atmoko Anggota F.PDIP
12 Dra.Yati Rohayati Anggota F.PPP
13 Ir.Suratno Abubakar Anggota F.PAN
14 H.Endang Zulkarnain Anggota F.K.Benteng
15 Saiful Millah Anggota F.K.Benteng
Sumber : Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Tangerang

Selanjutnya setelah panitia bekerja membahas raperda


tersebut maka keluarlah surat keputusan bersama antara Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang dengan Walikota
Tangerang dengan nomor surat : 188.34/KEP.014.DPRD/2007-
188.34/KEP.120.KUMDANG/2007 tentang persetujuan terhadap 4
(empat) buah raperda Kota Tangerang yaitu :
a. Raperda tentang Penyelenggaraan Pendidikan
b. Raperda tentang Rencana Detail Tata ruang Kecamatan
Benda
c. Raperda tentang Retribusi Izin Gangguan
d. Raperda tentang pencabutan perda Kota Tangerang no 3
tahun 2001 tentang Retrebusi Dispensasi Pemakaian Jalan

Surat keputusan ini ditandatangani oleh walikota


Tangerang H. Wahidin Halim dengan ketua DPRD Kota tangerang
H.M. Krisna Gunata pada tanggal 20 Juni 2007, dengan tembusan
kepada gubernur Banten, pimpinan dan para anggota DPRD Kota
Tangerang dan unsur Muspida181
Surat keputusan bersama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) nomor 188.34/KEP.023-DPRD/2005-
188.34/KEP.147/KUMDANG/2005 tentang persetujuan terhadap 2
(dua) buah rancangan peraturan daerah Kota Tangerang menjadi
peraturan daerah Kota Tangerang, dengan menimbang dilakukan
pembahasan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku, serta

181
Lembaran Surat Keputusan bersama yang di keluarkan oleh Kantor
DPRD Kota Tangerang. Tahun 2007.
67

dengan mempertimbangkan pendapat akhir fraksi DPRD Kota


Tangerang pada rapat paripurna hari Senin tanggal 21 Nopember
2005, rancangan peraturan daerah bisa diterima dan disetujui
menjadi peraturan daerah, dan dengan pertimbangan bersama
selanjutnya DPRD Kota Tangerang beserta Walikota Tangerang
menyetujui rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah
kota Tangerang adapun kedua rancangan perda itu adalah :
1. Raperda tentang Pelarangan Prostitusi,
2. Raperda tentang Pelarangan Pengadaan dan Penjualan
Minuman Beralkohol.
Selanjutnya surat keputusan bersama ini di tandatangani
oleh walikota Tangerang Wahidin Halim bersama ketua DPRD
Kota tangerang M.Krisna Gunata di Tangerang pada Tanggal 21
Nopember 2005, surat keputusan ini di sampaikan kepada
Gubernur Banten , pimpinan dan anggota DPRD kota Tangerang,
dan unsur muspida182.
Keberadaan peraturan walikota (Perwal) nomor 54 tahu
2008 tentang Larangan Merokok bagi pelajar, Pendidik dan Tenaga
Kependidikan adalah merupakan peraturan yang hanya dibuat oleh
eksekutif, dan tidak melibatkan legislatif (DPRD), perwal ini
berkembang menjadi peraturan daerah (Perda) nomor 5 tahun
2010 tentang kawasan tanpa rokok, dengan tujuan utama untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tangerang, maka
diperlukan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk senantiasa membiasakan hidup
sehat, sedangkan Perwal bertujuan untuk melindungi siswa dari
bahaya kesehatan akibat merokok, mencegah bertambahnya
perokok remaja atau perokok pemula dan untuk menciptakan
lingkunagan sekolah yang sehat tanpa asap rokok, sehingga perlu
ada pengaturan merokok dan penetapan lingkungan sekolah
sebagai kawasan bebas rokok.
Merokok menurut walikota Wahidin Halim bukan
hanya terkait dengan biaya kesehatan, tapi juga bagaimana
masyarakat Kota Tangerang mampu membiasakan hidup
sehat, salah satunya tanpa asap rokok, negara tak mungkin

182
Lembaran Surat Keputusan bersama yang di keluarkan oleh Kantor
DPRD Kota Tangerang. Tahun 2005.
68

melarang peredaran rokok di Kota Tangerang. Kendati


demikian, ada cara untuk bisa menuju hidup sehat melalui
pembatasan rokok183.

Perda dan Perwal ini merupakan komitmen dari pemda


dalam memerangi bahaya rokok dengan tujuan melindungi
kesehatan dari bahaya akibat merokok, penegakan dan
pelakasanaan perda ini dimulai dari lingkungan pusat pemerintahan
Kota Tangerang, walikota kemudian menginstruksikan kepada
kepala Dinas Kesehatan, kepala Dinas Pendidikan, Camat dan
Lurah se kota Tangerang untuk melaksanakan sosialisasi dan
penyuluhan184

C. Perda Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pendidikan di


Kota Tangerang

Lahirnya peraturan daerah nomor 11 tahun 2007 tentang


pendidikan di dasarkan pada undang-undang nomor 23 tahun 2004
tentang pemerintah daerah, serta undang-undang nomor 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, serta undang-undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen185
Selanjutnya lahirnya peraturan daerah ini dengan menimbang
bertujuan untuk menyelenggrakan pendidikan yang diarahkan pada
perwujudan masyarakat yang beriman, bertakwa, berbudaya dan
berakhlak mulia, serta memiliki kualitas sumber daya manusia
yang dapat diandalkan dalam pembangunan, serta untuk
melaksanakan wewenang dan mewujudkan kemandirian daerah
dalam bidang pendidikan, perlua adanya pengaturan
penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan menurut norma-

183
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH,Satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang.( Puspem Kota Tangerang), h. 113.
184
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH,Satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang.( Puspem Kota Tangerang), h. 114.
185
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang,
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h. 2.
69

norma yang mengacu pada sitem pendidikan nasional dan


berpedoman pada program pembangunan nasional186.
Perda Pendidikan yang akan di teliti disini adalah yang
berkaitan dengan penambahan jam PAI dari 2 jam pelajaran
menjadi 3 jam pelajaran yang masuk pada bagian kebijakan bidang
kurikulum serta kebijakan yang mengatur masalah anggaran
pendidikan.

1.Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan

Pada bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan


pasal 4, disebutkan bahwa, pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pemdidikan187, selanjutnya dalam bagian ketiga tentang
penyelenggaraan pendidikan dan managemen pendidikan formal
pasal, pada pasal 12, ditulis, dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah, pengawas sekolah dan kepala sekolah dapat
mengoptimalkan peran dan fungsi gugus sekolah, melalui Pusat
Kegiatan Guru (PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru Pembimbing,
Kelompok Kerja Kepala Sekolah(K3S) dan organisasi profesi
pendidik lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan, selanjutnya
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus mengarah pada
upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
mutu melalui pembentukan komite sekolah/madrasah.
HAR Tilaar berpendapat, Pendidikan merupakan suatu
proses yang bertujuan, setiap proses yang bertujuan tentunya
mempunyai ukuran dalam mencapai tujuan tersebut 188.

186
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang,
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h. 1.
187
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang,
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h12.
188
Dalam konteks pendidikan nasional Indonesia diperlukan standar
yang perlu dicapai di dalam kurun waktu tertentu di dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan. Hal ini berarti perlu perumusan yang jelas dan terarah dan
fisible mengenai tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan dapat berupa
tujuan ideal, tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah dan rencana
strategis yang terlihat dengan keadaan dan waktu tertentu. Apabila sebagai syarat
70

Selanjutnya menurut Paul legrad, untuk mencapai tujuannya


pendidikan mengalami rintangan yang besar dalam perjalanan
kemajuannya, pertahanan nasional tidak lagi ditentukan di dalam
tangsi, tetapi di dalam laboratorium para ilmuwan.189
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Tangerang
pemerintah Kota Tangerang memperhatikan kualitas pendidikan
dengan memperhatikan berbagai aspek, baik itu siswa, mulai dari
penerimaaan peserta didik baru, kegiatan belajar mengajar, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana belajar

2.Kebijakan Bidang Kurikulum (Penanbahan Jam PAI)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kerangka dasar kurikulum
adalah tatanan konseptual kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan standar nasional pendidikan.190 Dalam undang-undang
no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 14 ayat
(1) ditulis kurikulum nasional yang ditetapkan berdasarkan
kebijakan Departemen Pendidikan Nasional dan/atau Departemen
Agama.191. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, Kurikulum
merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari pendidikan dan

utama di dalam proses pendidikan adanya rumusan tujuan yang jelas, maka
didalam pencapaian tujuan sementara atau rencana strategis perlu dirumuskan
langkah-langkah strategis dalam mencapainya. H.A.R. Tilaar, Standarisasi
Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 75
189
Profesi sebagai pengajar sebagian besar tidak menguntungkan bagi
jiwa yang berimajinasi dan berkreasi, dengan alasan apapun dalam profesinya ,
seorang pengajar pada tingkatan manapun tidak pernah ikut serta dalam suatu
dialog, ia tidak harus menyesuaikan dirinya terhadap rekan-rekannya, tetapi lulus
sistem ujian dari para murid dan menjadi penguasa penuh di dalam kelas. Paul
Legrand, Pendidikan dipersoalkan, Krisis Dalam pendidikan, (Jakarta, PN Balai
Pustaka, 1982)h.23.
190
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
191
Pasal 37 ayat(1) a, Undang-undang Nomor 20 tahun2003 tentang
Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat Pendidikan Agama.
71

pengajaran dan kurikulum merupakan syarat mutlak bagi


pendidikan di sekolah.192 Seiring dengan perkembangan zaman
perubahan demi perubahan untuk mencapai arah dan tujuan yang
lebih baik selalu dan terus dilakukan dalam segala bidang demi
kemajuan, baik dalam sektor sosial, politik, ekonomi, budaya dan
lebih-lebih perubahan dalam bidang pendidikan. Demikian juga
dengan berbagai kebijakan yang dibuat dan ditempuh oleh
pemerintah tidak lain adalah untuk mewujudkan kondisi yang lebih
baik dan lebih memihak kepada kepentingan masyarakat.
Menurut Riant Nugroho,Dalam lingkungan masyarakat yang
sedang membangun dan memiliki kemampuan pemahaman yang
masih beragam193. Maka undang-undang akan lebih operasional
dilaksanakan jika disertai dengan pedoman pelaksanaan yang jelas,
pedoman pelaksanaan disosialisasikan (diselaraskan) dengan
kemampuan masyarakat dan disesuaikan dengan potensi, aspirasi
dan kesiapan masyarakat untuk melaksanakannya, selanjutnya
diperlukan pengawalan berupa pendampingan, pembinaan,
pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pedoman tersebut.
Peraturan daerah Kota Tangerang tentang penyelenggaraan
pendidikan diawali dengan pemikiran pertimbangan yang
diarahkan pada perwujudan masyarakat yang beriman , bertakwa,
berbudaya dan berakhlak mulia serta memiliki kualitas sumber
daya manusia yang dapat diandalkan dalam pembangun .serta
melaksanakan wewenang dan mewujudkan kemandirian daerah
dalam bidang pendidikan perlu adanya pengaturan
penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan menurut norma-

192
Kurikulummempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan.Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan
urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga
merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan
teoritis bagi pengembangan kurikulum sebagai institusi pendidikan.Nana
Syaodah Sukmadinata, pengembangan Kurikulum, Teori dan praktek(Bandung,
Rosyda Karya, 2011), h.3,4.
193
Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi,
Kajian dan kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia.( Jakarta, Elex
Media Komputindo Gramedia), h. 21
72

norma yang mengacu pada sistem pendidikan nasional dan


berpedoman pada program pembangunan nasional.194
Pada Bab III, Pasal 4 berbunyi : Prinsip penyelenggaraan
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultur dan kemajemukan bangsa. 195
dalam pasal 4 tersebut di atas terdapat kalimat nilai keagamaan
yang harus mewarnai penyelenggaraan pendidikan di Kota
Tangerang, seperti pembiasaan-pembiasaan yang mendukung pada
nilai keagamaan diantaranya pembiasaan tadarus Al-Quran pada
saat awal pelajaran,196shalat Zuhur atau shalat Jumat berjamaah di
sekolah,197 serta penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan
dengan nilai-nilai keagamaan.
Pada pasal 14 ayat (1) ditulis kurikulum nasional yang
ditetapkan berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional
dan /atau Departemen Agama198. Selanjutnya dikatakan : satuan
pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat dimungkinkan
untuk menambah mata pelajaran sesuai dengan ciri khas masing-
masing dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Dinas
Pendidikan dan Departemen Agama.199

194
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010) h.1
195
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan,
(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h.12.
196
Wawancara dengan Ibu Hj. Yusnidar Munaf guru PAI pada SMPN 9
Kota Tangerang, yang selalu melaksanakan Tadarus Al-Quran pada setiap pagi
sebelum Pelajaran dimulai.
197
Wawancara dengan Maman Suyaman selaku Guru PAI pada SMKN
4 Kota tangerang yang menuturkan bahwa di SMKN 4 rutin diadakan Shalat
Jumat di Sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh siswa bahkan gerbang sekolah
ditutup.
198
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h.16
199
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h.17
73

Pengajaran pendidikan agama menjadi salah satu perhatian


walikota Tangerang, hal ini dapat dimaklumi karena mata pelajaran
PAI merupakan salah satu bidang studi yang wajib dalam
kurikulum pendidikan dasar, sebagaimana diamanatkan oleh pasal
37 ayat (1)200, sehingga dalam bab III, pasal 16 ditulis, Isi
kurikulum muatan lokal memuat mata pelajaran wajib dan mata
pelajaran pilihan, adapun mata pelajaran wajib adalah budi pekerti
dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan201, khusus mata
pelajaran agama sekurang-kurangnya 3 jam pelajaran dalam
sepekan, adapun penambahan satu jam di fokuskan pada
pembelajaran Baca Tulis Al-Quran.(BTQ)202
Dalam pelaksanaan perda pasal 16 ini, direalisasikan di
sekolah dengan cara memasukan materi baca tilis Al-Quran ini
dijadikan bidang studi yang masuk ke dalam program kurikuler
dengan memiliki jam dan guru bidang studi PAI, sehingga jam PAI
yang asalnya 2 jam ditambah menjadi 3 jam203, pada kurikulum
tahun 2013, mata pelajaran PAI bertambah menjadi 3 jam pelajaran
204
dan tetap ditambah 1 jam pelajaran BTQ, sehingga total menjadi
4 jam pelajaran.
Menurut Juhaya S. Praja, Tingkah laku manusia bergulir
tanpa sengaja memberikan pengaruh yang cukup besar secara
regeneratif.205 Tantangan yang akan menghadang dalam upaya
menanggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti siswa
diantaranya, arus globalisasi dengan teknologinya yng berkembang
pesat merupakan tantangan tersendiri dimana informasi baik positif
maupun negatif dapat langsung diakses dalam kamar atau rumah,

200
Pasal 37 ayat(1) a, sisdiknas Nomor 20 tahun2003 menyatakan
bahwa, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat a. Pendidikan
Agama
201
Jam pelajaran Budi Pekerti adalah 1 jam pelajaran disampaikan oleh
wali kelas atau guru PAI.
202
Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)
203
Praktek baca tulis Al-Quran ini telah dilaksanakan di seluruh
sekolah yang ada di lingkungan Kota Tangerang.
204
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan Struktur kurikulum.
205
Juhaya S. Praja, Ilmu Akhlak ( Bandung, Pustaka Setia 2010) h. 50.
74

tanpa ada bekal yang kuat dalam penanaman agama maka akan
berdampak negatif jika tidak disaring dengan benar, selain itu pola
hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di
tengah-tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak
dapat diabaikan juga moral pejabat /birokrat yang memang sudah
melekat seperti koruptor yang tidak peduli pada kesusahan orang
lain ikut menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan
kebijakan, diragukan ketulusan dan keseriusannya
mengimplementaskannya secara benar, serta kurikulum sekolah
mengenai dimasukannya materi moral dan budipekerti ke dalam
setiap mata pelajaran juga cukup sulit.
Dalam peraturan daerah nomor 11 Tahun 2007 pada pasal 16
alinea kedua berbunyi : Mata pelajaran wajib adalah budi pekerti
dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan. Pengembangan kota
Tangerang dengan melihat kondisi dan potensi-potensi yang ada,
maka diformulasikan visi Kota Tangerang,yaitu : Kota Tangerang
Sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman yang Ramah
Lingkungan dalam Masyarakat yang Berakhlakul Karimah.206
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang sisdiknas pada Bab 1 pasal 1 ditulis bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,Akhlak Mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.207
Dalam Al-Quran kata Akhak sering disebut, seperti dalam firman
Allah SWT :


Dan sesungguhnya engkau benar-benar
berbudi pekerti yang luhur
(Qs.Al-Qolam/68 ayat 4)208

206
Pemerintah Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah, Profil
Daerah Kota tangerang, 2008.
207
Undang-Undang sistim pendidikan Nasioanal Nomor 20 tahun 2003.
208
AL-Quranul Karim, terbitan Departeb Agama Republik Indonesia.
75

Pendidikan agama bagi siswa tidak hanya ditekankan pada


segi pengausaan hal-hal yang bersifat kognitif atau penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama atau ritual keagamaan semata,
akan tetapi yang lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan membuatnya terwujud nyata dalam tingkah laku
dan budi pekerti sehari-hari itulah yang disebut budi pekerti sehari-
hari itulah yang disebut budi pekerti luhur atau Akhlakul
Karimah209
Dalam merespon tujuan pendidikan nasional yang
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, kantor dinas Kota Tangerang yang merupakan perpanjangan
tangan dari walikota Tangerang mengeluarkan edaran pemakaian
seragam rok panjang bagi siswi SMP/MTS,SMA/SMK/MA yang
berada di lingkungan Kota Tangerang, serta edaran pemakian
busana muslim setiap hari Jumat yang berlaku tidak hanya untuk
pelajar saja tetapi juga seluruh pegawai yang berada di lingkungan
pemerintah daerah Kota Tangerang210, kebijakan tersebut
menekankan kepada aspek Akhlak yang harus dilakukan sehari-
hari sebagai buah dari hasil belajar dalam kelas, keberadaan akhlak

209
Dalam penggunaan sehari-hari pengertian Akhlak sering disandingkan
dengan kata etika, moral, dan susila. Melihat fungsinya keempat kata tersebut
sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan baik
dan mana perbuatan buruk. Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada
rasio sedangkan akhlak bersumber pada al-Quran dan Hadits, sementara rasio
hanya pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh al-Quran dan
Hadits. Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada
ketentuan atau kebiasaan umum yang di masyarakat. Selain itu, etika bersifat
teoritis, sementara moral, susila dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral,
itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana
yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar
salah, layak tidak layak. Sementara etika lebih berbicara mengapa berbuatan itu
dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan
mempertimbangkan tentang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik
tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian
etika. Baca Rahmawati, (ed), Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta: Intimedia
Ciptanusantara, 2004), h., 28-29.
210
Menurut Ibu Ikka Staff di Dinas Kota Tangerang dalam sebuah
wawancara di katakan edaran di berlakukan pada tahun 2005 ke setiap sekolah
dan instansi pemerintahan yang berada di lingkungan Kota Tangerang
76

akan eksis terealisasi dalam perbuatan. Akhlak adalah watak dan


karakter yang melekat pada diri seseorang dan bersifat spontan,
namun demikian, akhlak juga bisa ditanamkan, dilatih dan
dibiasakan melalui pendidikan 211.

3. Kebijakan Anggaran Pendidikan

Faktor utama yang memberikan pengaruh terhadap mutu


pendidikan adalah masalah dana pendidikan yang
212
memadai.persoalan anggran pendidikan ini akan menyangkut
besarnya anggaran dan efektifitas penggunaan, secara makro,
besarnya anggaran pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih
sangat kecil walau negara sudah menganggarkan 20% 213, dengan
demikian pemerintah belum konsisten dalam memperhatikan
pendidikan di Indonesia sehingga pemerintah daerah harus
mengambil kebijakan yang bisa membela masayarakat sehingga
semua lapisan masarakat bisa menikmati layanan pendidikan.
Realisasi dari pasal 49 ayat (1) undang-undang sistem
pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab penuh atas
pembiayaan pendidikan, baik menyangkut biaya pendidik, sarana

211
Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP
dan SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group) 2012.h. 96.
212
Lihat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, pasal 10 ayat (1).
213
Apabila mengacu pada UUD 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003
yang menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN, maka anggran
pendidikan sebesar 20% dari 368,8 triliun adalah sebesar 73,6 triliun.Jumlah
anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan sebagaimana yang diuraikan
presiden Megawati sebesar 14,93 triliun tidak lebih dari 4 % dari total APBD.
Demikian juga dalam UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun 2005
pasal 5, menetapkan bahwa jumlah anggaran belanja negara sebesar
397.769.661.000,00(tiga ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh ratus enam
puluh sembilan miliar tiga ratus sembilan juta enamratus enam puluh satu ribu
rupiah), sektor pendidikan mendapat alokasi sebesar 24.225.543.000,00(dua
puluh empat triliun dua ratus dua puluh lima miliar lima ratus empat puluh tiga
juta rupuah).Jumlah tersebut hanya 6% dari APBN, padahal seharusnya dana
yang disediakan sebesar 20% dari APBN, yakni 79 triliun rupiah, .Emzir dkk,
Isu-Isu Kritis Kebijakan pendidikan Era Otonomi Daerah, (Jakarta, Ghalia
Indonesia) h.15.
77

dan peserta didik, kemudian pada ayat selanjutnya (3) ditulis


pemerintah daerah bertanggung jawab mengusahakan penyedian
anggaran pendidikan minimal 20 % ( dua puluh persen) dari APBD
di luar gaji tenaga pendidik , tenaga kependidikan dan pendidikan
kedinasan. 214
Selanjutnya pada paragraf 2 tentang pendanaan pendidikan
pasal 29 dikatakan pemerintah daerah berkewajiban memberikan
bantuan penyelenggaraan pendidikan sebagai dana operasional
sekolah kepada peserta didik dalam upaya penuntasan wajib belajar
pendidikan 12 (Dua belas ) tahun215.
Bantuan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya
penuntasan wajib belajar 12 tahun di Kota Tangerang terealisasi
pada tahun ajran 2013-2014 ini dalam bentuk Bantuan Operasional
Pendidikan (BOP) 2013 dengan perwal nomor 43 Tahun 2012
tentang Biaya Operasional Pendidikan Negeri Tahun 2013 dengan
menimbang bahwa dalam rangka penuntasan wajib belajar
pendidikan 12 tahun, dialokasikan biaya Operasional Pendidikan
pada satuan pendidikan negeri dalam anggaran pendapatan dan
belanja daerah Kota Tangerang tahun anggaran 2013., dengan
sasaran BOP adalah :
1) Satuan Pendidikan jenjang SDN dan MIN
2) Satuan Pendidikan jenjang SMPN dan MTsN
3) Satuan Pendidikan jenjang SMAN dan MAN
4) Satuan Pendidikan SMKN

214
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan,(Pemkot, Bagian
Hukum dan perundang-undangan. 2010), h.. 27.
215
Bantuan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya penuntasan wajib
belajar 12 tahun di Kota Tangerang telah terrealisasi pada tahun ajran 2013-2014
ini dalam bentuk Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) 2013 dengan perwal
nomor 43 Tahun 2012 , keputusan walikota nomor 910 tahun2012, tentang
standar belanja bidang pendidikan tahun anggaran 2012, keputusan walikota
nomor 910 2013 tentang standar biaya pendidikan tahun 2013, keputusan kepala
dinas nomor 900 tentang penjelasan rincian belanja biaya operasional pendidikan
kota Tangerang tahun anggran 2013, keputusan kepala dinas pendidikan nomor
900 tentang penetapan besaran honorarium kegiatan proses belajar mengajar
Tangerang tahun anggaran 2013.Dinas Pendidikan, Buku petunjuk Teknis Biaya
operasional Pendidikan 2013 Kota Tangerang (Tangerang kantor Dinas
Pendidikan, 2013)
78

Pada bagian keenam pasal peneriamaan peserta didik baru


terdapat kalimat : Sekolah harus memperhatikan calon peserta didik
dari keluarga miskin di lingkungan sekitar sekolah dalam lingkup
kota216, anggaran pendidikan di kota Tangerang selalu lebih dari 20
%, seperti yang terjadi pada tahun 2004 sektor pendidikan
dikeluarkan sebesar 48,01 % dari APBD Kota Tangerang. 217
Masalah yang menjadi perhatian pemerintah daerah
Tangerang adalah memperbaiki sarana pendidikan dan bantuan
pendidikan bagi siswa, dalam sebuah wawancara dengan Bapak Ir.
Suratno Abubakar218 Jumat 23 Maret 2013 yang berkaitan dengan
anggaran pendidikan kota Tangerang terlihat dalam tabel anggaran
pendidikan kota Tangerang pada tahun 2004 mencapai 48%, dari
anggran APBD Rp. 595.959.247.256.31,- sektor pendidikan
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 286.121.081.805.81,- menurut Ir
Suratno Abubakar:
Anggaran tersebut banyak digunakan sarana gedung
sekolah bertingkat, dengan tersedianya fasilitas pendidikan
yang memadai diharapkan mampu mendongkrak mutu
pendidikan, tahun 2005 membangun 220 unit gedung sekolah
Tahun 2008 pembangunan sekolah mencapai 400 unit. Tahun
2008 membangun 13 unit Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Tahun 2005 anggaran pendidikan mencapai Rp. 213
miliar urutan paling tinggi dari pos-pos anggaran lainnya dari
APBD..219

Perda pendidikan adalah hasil pemikiran bersama antara


walikota Tangerang dengan anggota DPRD kota Tangerang yang

216
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h. 27
217
Sumber dari Kantor Pendidikan Kota Tangerang.
218
Ir. Suratno Abubakar adalah salah seorang Anggota DPRD Kota
Tangerang periode 2004 2008, Ketua Komisi A .DPRD KotaTangerang 2008-
2014,Bakal Calon Walikota Tangerang 2014 2018.
219
Wawancara dengan Ir. Suratno Abubakar,adalah salah seorang
Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004 2008, Ketua Komisi A .DPRD
KotaTangerang 2008-2014,Bakal Calon Walikota Tangerang 2014 2018.
79

memang sepakat untuk meningkatkan dan mempermudah


masyarakat dalam memperoleh pendidikan di Kota Tangerang.
Dalam perda pendidikan banyak pasal yang membela kepada
masyarakat lemah agar dapat mengenyam pendidikan dan juga
pasal yang mendorong pada perilaku masyarakat agar tercipta kota
yang berahlakul karimah. Setelah adanya otonomi daerah
pendidikan menjadi salah satu urusan daerah yang meliputi guru,
anggaran dan bangunan sekolah.
Undang- undang nomor 20 tahun 2003 pasal 49220 tentang
Sistim Pendidikan Nasional sebenarnya sudah mengamanatkan
tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk pembiayaan dan
pembangunan pendidikan ini selain itu dalam undang-undang
nomor 32 tahun2004 pasal 10 ayat (3) tentang pemerintah daerah
disebutkan bahwa pendidikan bukan merupakan wewenang
Pendidikan yang dikelola oleh pemerintah daerah di tulis
dalam pasal 14 ayat (1) point f bahwa urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten dan kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi antara
lain urusan penyelenggaraan pendidikan, Kebijakan ini lebih
menegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan nasional
merupakan tugas dan kewenangan yang diberikan secara luas
kepada daerah otonom kabupaten/ kota.
Amanat undang-undang tersebut direspon oleh pemerintah
daerah dengan mengeluarkan peraturan daerah tentang pendidikan
pada pasal 29 ayat (2) tentang pendanaan pendidikan221, dalam

220
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 49
menyatakan: ayat (1) Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Negara (APBN)pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).Ayat (2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Ayat (3)
dana pendidikan dari pemerintah danpemerintah daerah untuk satuan pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Ayat (4) dana pendidikan dari pemerintah ke pemerintah daerah
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan
Nasional pasal 50 ayat (3)
221
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota Tangerang nomor
11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, pemerintah kota Tangerang
bagian hukum dan perundang-undangan 2010.
80

peraturan daerah tersebut dijelaskan,Pemerintah daerah


berkewajiban memberikan bantuan penyelenggaran pendidikan
sebagai dana operasional sekolah kepada peserta didik dalam upaya
penuntasan wajib belajar 12 (dua belas tahun) ,artinya pemerintah
daerah tidak diperkenankan memungut biaya pendidikan untuk
keperluan apapun. Pada awal tahun pembelajaran 2013-2014 ini
semua sekolah negeri SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA di kota
Tangerang tidak boleh memungut biaya pendidikan kepada siswa,
kebijakan ini sejajar dengan kebijakan pendidikan di tingkat
nasional, yaitu undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 46 ayat
(2) yang menyatakan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal
31 undang-undang dasar Republik Indonesia tahun 1945, kota
Tangerang menetapkan program wajib belajar dengan pendanaan
ditanggung oleh pemerintah kota Tangerang pada tingkat dasar dan
menengah.
Dari seluruh kebijakan pemda kota Tangerang yang peneliti
temukan, ternyata peraturan walikota Tangerang tentang Bantuan
Operasional Pendidikan (BOP) untuk sekolah tingkat menengah
(SMA/SMK/MA) inilah yang paling baru, dan baru akan di
realisasikan pada tahun pelajaran 2013-2014, dan sekarang dalam
tahap sosialisasi, sedangkan yang sudah berjalan adalah bantuan
operasional pendidikan untuk tingkat dasar ( SD/MI,SMP/MTS).
Dalam peraturan walikota Tangerang nomor 43 tahun 2012
tersebut dijelaskan bahwa dalam melaksanakan penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun dan rintisan wajib belajar
pendidikan 12 tahun, dialokasikan biaya operasional pendidikan
pada satuan pendidikan negeri dalam anggaran pendapatan dan
belanja daerah kota Tangerang tahun anggaran 2013 dan
berdasarkan pertimbangan di atas maka pelaksanaannya dapat di
realisasikan dengan efektif, efisien, transparan dan akuntabel.222

222
Tujuan dan sasaran Bantuan Operasional Pendidikan dari peraturan
walikota tersebut adalah untuk meringankan beban masyarakat terhadap
penyedian pendidikan, tujuan program BOP ini adalah ; pertama, Membebaskan
biaya seluruh siswa jenjang pendidikan dasar dan biaya kegiatan ekstrakurikuler,
kedua, Meningkatkan kinerja dan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan, ketiga, Melengkapi kebutuhan untuk Proses Belajar Mengajar
81

Menurut Zarkasih kepala bagian anggaran Dinas kota


Tangerang 223 :

Besaran dana BOP yang diperuntukan bagi peserta didik


jenjang SDN/MIN dan SMP/MTsN diberikan selama 12
bulan terhitung bulan Januari 2013 sampai dengan bulan
Desember 2013, karena BOP untuk pendidikan dasar sudah
berjalan sebelumnya, sedangkan Bantuan Operasional
Pendidikan (BOP) yang diperuntukan bagi peserta didik
jenjang SMAN dan SMKN diberikan terhitung dari bulan Juli
2013 sampai dengan bulan Desember 2013.

Adapun biaya yang tidak ditanggung oleh BOP adalah


biaya pribadi peserta didik seperti ; Peralatan dan perlengkapan
sekolah antara lain pakaian sekolah, sepatu, tas, alat-alat tulis,
transportasi peserta didik dan uang saku peserta didik.
Di Kota Tangerang dalam upaya mengatasi permasalahan
perubahan zaman dilakukan pemerintah daerah pada pasal 29
tentang sekolah bertaraf internasional yang mengacu pada undang-
undang sisdiknas disebutkan bahwa Pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional224. Dengan tuntunan amanat undang-undang , maka
setiap kabupaten /kota harus ada rintisan sekolah bertaraf
internasional minimal masing-masing satuan pendidikan satu
sekolah, atas dasar itulah pemda Kota Tangerang mengaturnya
dalam pasal 29: Pendanaan penyelenggaraan sekolah bertaraf
internasional bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah daerah, masyarakat dan orang tua, bantuan

(PBM) keempat, Memelihara Sarana dan Prasarana Pendidikan kelima,


Meningkatkan pengelolaan administrasi satuan pendidikan. Dinas Pendidikan
Kota Tangerang, Petunjuk teknis BOP, Dinas Pendidikan Kota tangerang Tahun
,2013.
223
Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 11 Juni 2013 di ruang
kerja Bapak Zarkasih di kantor Dinas Pendidikan Kota Tangerang.
224
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional pasal 50 ayat (3), h. 28
82

pendanaan penyelenggara sekolah bertaraf internasional yang


berasal dari pemerintah melalui rekening tersendiri guna
memudahkan pengawasan.
Dengan kebijakan yang dikeluarkan pemda kota Tangerang
dapat dipahami bahwa pemerintah memiliki harapan besar terhadap
masyarakatnya.

D. Perda Pendukung Pendidikan di Kota Tangerang

Telah di jelaskan di atas, bahwa tujuan pendidikan nasional


yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, konsep pendidikan
tersebut adalah kesesuaian antara tujuan pendidikan dengan hasil
pendidikan yang dicapai, indikator keberhasilannya adalah
berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman kepada Tuhan yang Maha Esa. Berakhlak Mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta tanggung jawab.
Pendapat Emzir dkk, indikator keberhasilan mutu pendidikan
dirumuskan menjadi empat aspek penting yakni :
Pertama, aspek agama yang meliputi keimanan,
ketakwaan, dan Akhlak Mulia, kedua, aspek intelektual,
meliputi ilmu pengetahuan dan teknologi, ketiga, aspek
politik, yaitu menjadi warga negara yang cinta tanah air,
berkesadaran hukum, dan berkesadaran lingkungan dan
kempat, aspek individual terdiri dari fisik dan mental, aspek
fisik yaitu sehat dan etos kerja yang tinggi, sedangakan aspek
mental meliputi madiri dan berdisiplin, keempat aspek
tersebut dalam implementasi kebijakannya saling
mempengaruhi dan saling mendominasi satu dengan yang
lainnya, sehingga sulit untuk dikenali satu persatu, kemudian
secara operasional keempat aspek ini menjadi kriteria dan
83

standar untuk mewujudkan sistem dan iklim pendidikan


nasional yang demokratis dan bermutu225
Di dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik
menarik, yaitu kekuatan yang mendorong ke arah kebaikan atau
kebenaran dan kekuatan yang mendorong ke arah kejahatan atau
kebathilan, kekuatan baik itu datangnya dari akal sehat yang
dituntun oleh fitrah kesucian, sedangkan yang sebaliknya datang
dari nafsu yang di inspirasi oleh syetan, masing-masing kekuatan
ini akan berupaya mengarahkan seorang manusia kepada apa yang
diinginkannya, akhirnya salah satu dari kekuatan itu akan mampu
mengalahkan yang lain.
Menurut Wahidin Halim, Setiap komponen masyarakat yang
tumbuh dan berkembang di kota Tangerang memiliki kewajiban
untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, 226sesuai dengan tuntunan
Al-Quran dalam Surat Al-Maidah ayat 48227, membangun kota
yang beradab adalah sebagai upaya untuk menciptakan iklim
masyarakat madani, tumbuh nilai-nilai moral dan nilai-nilai
kebaikan yang tinggi, jalan menuju masyarakat madani adalah visi
Akhlakul Karimah228, visi Akhlakul Karimah secara substantif
bukan hanya milik warga muslim saja,penamaan Akhlakul

225
Emzir dkk, Isu-Isu Kritis Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Ghalia Indonesia) h.16,17
226
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadaban Akhakul Karimah, (Jakarta, Auracitra) cet ke 2 tahun
2011, h.103.
227
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-
Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. QS. al-Maidah ayat 48
228
Dijelaskan bahwa Visi kota Tangerang adalah : Kota Tangerang
sebagai kota industri, perdagangan dan pemukiman yang ramah lingkungan .
Pemerintah Kota Tangerang, Profil Daerah Kota Tangerang, (Tangerang, Badan
Perencana Daerah , 2008) , h.4.
84

Karimah hanya sebagai cara komunukasi ke ruang-ruang publik


agar mudah di serap dan mudah diingat.229.

1. Peraturan Daerah Kota Tangerang No 7 tahun 2005 tentang


Pelarangan Pengedaran dan Penjualan minuman
Beralkohol.

Pertimbangan dikeluarkannya peraturan daerah tentang


larangan minuman beralkohol adalah dengan pertimbangan bahwa
minuman beralkohol pada hakekatnya dapat membahayakan
kesehatan jasmani dan rohani, mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat serta mengancam kehidupan masa depan
generasi muda bangsa, dengan pertimbangan tersebut diatas serta
untuk menunjang ketertiban umum dan ketertiban masyarakat perlu
adanya pelarangan pengedaran dan penjualan minuman beralkohol
yang ditetapkan dengan peraturan daerah, selain itu pula larangan
minuman beralkohol terdapat dalam Al-Quran Surat Al-baqoroh
ayat 219230
Perda nomor 7 tahun 2005 tentang pelarangan pengedaran
dan penjualan minuman beralkohol. bab III:
Pasal 3, setiap orang atau badan hukum di daerah
Tangerang dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman
beralkohol
Pasal 5, setiap orang dilarang menggunakan atau
meminum minuman keras atau yang mengandung alkohol
sebagaimana dimaksud pada pasal 2 peraturan daerah ini di
tempat umum. Terkait maraknya miras di tengah masyarakat
ini, polisi angkat tangan .secara jujur pihak kepolisian
mengaku tidak tahu kalau miras sudah di jual di

229
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadaban Akhakul Karimah, (Jakarta, Auracitra) cet ke 2 tahun
2011, h.106.
230
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir. QS. Al-Baqoroh ayat 219.
85

minimarket.selanjutnya pada pasal 6, Setiap orang dilarang


mabuk di tempat umum di daerah sebagai akibat meminum
minuman keras231. Berdasarkan peraturan kementrian
Perdagangan (Permendag) No 43 Tahun 2009, tentang
pengadaan , pengedaran , penjualan , pengawasan, dan
pengendalian minuman beralkohol , miras boleh diedarkan di
minimarket dengan sejumlah syarat . syarat tersebut
diantaranya miras hanya berkadar alkohol 0-5%232
Minuman beralkohol pada hakikatnya dapat membahayakan
kesehatan jasmani dan rohani, mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat serta mengancam kehidupan masa depan
generasi bangsa.
Pasal 7, siapapun dilarang menjadi pengecer minuman
beralkohol golongan A,B,C, kecuali toko bebas bea ( Duty Free
Shop) dan tempat-tempat sebagaimana dikecualikan dalam pasal 4
peraturan daerah ini.233
Untuk menunjang ketertiban umum dan ketertiban
masyarakat perlu adanya pelarangan pengedaran dan penjualan
minuman beralkohol yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Indonesia dinilai sebagai surga bagi perdagangan minuman
keras (miras), sebab pengawasan peredaran miras di Indonesia
sangat longgar dan miras bebas dijual untuk anak di bawah umur.
Data Kementrian Perdagangan (Kemendag) memcatat impor
miras ke Indonesia selalu naik tajam, pada tahun 2007 realisasi
impor miras mencapai 28.690 karton, pada tahun 2008 meningkat

231
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota tangerang
nomor 7 tahun 2007 tentang Larangan Pengedaran dan Penjualan minuman
Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-undangan
2005.
232
Akan tetapi peraturan tersebut menentukan bahwa pembeli harus
berusia diatas 117 tahun, hal ini wajib dibuktikan pembeli dengan menyerahkan
kartu identitas diri, dan dalam Permendag tidak disebutkan dengan siapa pihak
yang bertanggunga jawab melakukan pengawasan terhadap ketentuan
perdagangan miras ini. Kemendag melempar tanggung jawab ini kepada
pemerintah daerah. Baca koran Republika hari Rabu 19 Juni 2013
233
Lembar Daerah kota Tangerang Peraturan Daerah Kota Tangerang
nomor 7 tahun 2007 Tentang Larangan Pengedaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-undangan
2005.
86

tajam menjadi 143.668 karton, dan pada tahun 2009 angka impor
miras meroket menjadi 279.052 karton, dalam dua tahun terakhir
angka penjualan miras terus naik hungga dua kali lipat234
Aktivis anti miras Fahira Idriss, mengatakan rancangan
Undang-Undang (RUU) miras hanya ditempatkan di urutan 63 dari
70 RUU dalam program legislasi nasional(prolegnas) di DPR
pemerintah seharusnya segera menertibkan peraturan pemerintah
(PP) soal miras, menurutnya aturan soal miras bisa mengikuti jejak
PP No 109 tahun 2012 tentang rokok.235
Masyarakat Tangerang merupakan masyarakat yang
heterogen, berbagai macam suku, agama, ras yang menyebabkan
rawannya terjadi tindakan kriminalitas di sekitar kota, agama Islam
dalam Al-Quran telah terlebih dahulu menetapkan pelarangan
minuman keras / beralkohol sebagai bagian dari perbuatan syaitan
seperti yang tercantuma dalam QS. Al-Baqoroh ayat 219 .
Dalam peraturan daerah no 7 tahun 2005, tentang larangan
minuman beralkohol, dikatakan dalam bab III, Pasal 3 ayat 1
Setiap orang atau badan hukum di daerah dilarang mengedarkan
dan atau menjual minuman beralkohol golongan A, B, dan C 236,
selanjutnya pasal 5 ayat 1 menegaskan, bahwa setiap orang
dilaranga menggunakan atau meminum minuman keras atau yang

234
Turki dan Thailand mampu membatasi penjualan miras pada jam
tertentu . sedangkan di Indonesia penjualan miras tak mengenal batas umur
,waktu dan wilayah, Penjualan miras di dekat perumahan , rumah sakit, serta
tempat ibadah masih sering terjadi. Indonesia Surganya Miras, Republika hari
Rabu 19 Juni 2013, h. 1
235
Indonesia Surganya Miras, Republika, hari Rabu 19 Juni 2013, h.1
236
Minuman beralkohol dikelompokan dalam golongan sebagai berikut :
a. Minuman beralkohol golongan A, yaitu minuman beralkohol dengan kadar
ethanol ( C2H5OH) 1 % (satu persen) sampai dengan 5 % (lima persen), b.
Minuman beralkohol golongan B yaitu minuman beralkohol dengan kadar
ethanol ( C2H5OH) lebih dari 5 % (lima persen) sampai 20 % (dua puluh
persen), c. Minuman beralkohol golongan golongan C yaitu minuman beralkohol
dengan kadar etanol ( C2H2OH) lebih dari 20 % ( dua puluh persen) sampai
dengan 55%(lima puluh lima persen). Lembar daerah kota tangerang peraturan
daerah kota tangerang nomor 7 tahun 2007 tentang Larangan Pengedaran dan
Penjualan minuman Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan
perundang-undangan 2005.h.6
87

mengandung alkohol sebagaimana dimaksud pada pasal 2


peraturan daerah ini di tempat tempat umum.237
Wakil presiden PT Sarinah Purnama selaku importir
minuman keras mengatakan, telah terjadi peningkatan permintaan
minuman keras di Indonesia selanjutnya purnama mengatakan
pihaknya selaku importir lepas tangan mengenai siapa konsumen
dari miras yang menyerbu Indonesia.238. Perlawanan terhadap
pelarangan minuman beralkohol datang dari asosiasi minuman
keras dan perusahaan minuman keras, sebagian anggota DPR
yang mengganggap aturan pelarangan minuman keras kontra
dengan aturan yang ada di atasnya.
Keberadaan peraturan daerah (Perda) dan diatas adalah
sebagai upaya dari sebuah kebijakan kepala daerah dalam
memperbaiki krisis pendidikan di negara kita dan problem lainnya
yang merupakan perkara mendesak dan menuntut pemecahan
problematika pendidikan, menjadi tugas kita yang sangat berat di
abad ini,sebab keadaan kita terutama umat Islam jika ingin kembali
bangkit memegang tampuk kepemimpinan 239, maka kita harus
bersama-sama mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh
walikota Tangerang beserta DPRD Tangerang dengan turut serta
membantu untuk melaksanakan kebijakan tersebut sehingga

237
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota tangerang nomor
7 tahun 2007 tentang Larangan Pengedaran dan Penjualan minuman
Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-undangan
2005.h. 7
238
Di minimarket Seven Eleven di Mampang , Jakarta Selatan sejumlah
Miras dijual bebas .di ruang rokok mini market itu tampak pasangan muda mudi
yang sangat belia dengan bebasnya menegak miras. Indonesia Surganya Miras,
Republika hari Rabu 19 Juni 2013, h.1
239
Umat Islam mencapai puncak kemajuan peradabannya pada masa
Pemerintahan Abbasiyah,yakni ketika tampuk kekuasaan dipegang oleh khalifah
Harun Ar-Rasyid (w.809) yang kemudian dilanjutkan oleh putranya Al-Mamun
(w.833 M) .Lihat Hasan Ibrahim Hasan,Sejarah dan Kebudayaan Islam
(Yogyakarta:Kota Kembang cet 1.hal128.lebih istimewa lagi kedua khalifah
tersebut sangat menghormati para penuntut ilmu dan cendikiawan,menyediakan
fasilitas yang cukup bahkan selalu memberikan hadiah dan harta yang
banyak.Lihat misalnya Muhammad Athiyah Al-Abrasyi,Beberapa Pemikiran
pendidikan Islam,(terj) Syamsudin Asyrofi, (Jogyakarta : Titian Ilahi Pres,
1996),cet.I,h.38-40
88

pendidikan dapat terlaksana sesuai dengan tuntunan agama dan


ketaatan kepada Ulil Amri.
Pada bab VII pasal 13, diatur tentang ketentuan pidana
terhadap pelanggar Peraturan daerah ini, disebutkan :
Bagi siapapun yang melanggar pasal 3 ayat 1, pasal 4 dan
pasal 7, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah, selanjutnya barang siapa yang melanggar pasal 5 dan pasal
6 peraturan daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau denda paling tinggi sebesar Rp. 5.000.000,- (lima
juta rupiah), kemudian minuman beralkohol sebagai barang bukti
pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud diatas, dirampas
untuk dimusnahkan oleh instansi atau petugas yang berwenang.
Selain di kota Tangerang Perda miras pun di terapkan di kota
Cirebon, hal ini menyusul disahkannya peraturan daerah miras nol
persen oleh DPRD Kota Cirebon, menurut Cecep Suhardiman,
selaku ketua pansus perda anti miras yang juga anggota komisi A
DPRD Kota Cirebon menjelaskan ada 11 bab dan 13 pasal dalam
perda tersebut240.

2. Perwal No 54 Tahun 2010 Tentang Larangan Merokok Bagi


Siswa, Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat kota Tangerang, diperlukan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk senantiasa
membiasakan hidup sehat
Larangan merokok bagi siswa dan tenaga kependidikan yang
terdapat dalam :Bab III pasal 4 , dalam rangka melaksanakan
ketentuan pasal 115 Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, maka pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan
bebas rokok, pasal 5 disebutkan setiap siswa dilarang merokok baik
dalam sekolah maupun diluar lingkungan sekolah, pasal 7 siswa
majib menegur / memperingatkan atau melaporkan kepada guru

240
Intinya ,setiap orang dan badan hukum melarang menjamu ,
mengkonsumsi dan mengedarkan miras jenis apapun, termasuk oplosan, namun
hal itu mendapat pengecualian untuk ritual agama tertentu seperti Katolik dan
Hindu. Koran republika, Rabu, 19 juni 2013, h. 9
89

atau kepala sekolah apabila ada siswa satu sekolahnya merokok,


pada bab III pasal 4 kepala sekolah wajib melarang guru dan/atau
tenaga kependidikan merokok di dalam lingkungan sekolah. Guru
dan/atau tenaga kependidikan wajib menegur atau melaporkan
kepada kepala sekolah apabila ada yang merokok di lingkungana
sekolah. Kepala sekolah wajib mengambil tindakan atas laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 atau melaporkannya kepada
kepala dinas. Pasal 7 ; Siswa wajib menegur/ memperingatkan atau
melaporkan kepada guru atau kepala sekolah apabila ada siswa satu
sekolahnya merokok.241
Selanjutnya adapun sangsi yang dapat diterapkan kepada
pelanggar adalah, jika ada siswa yang merokok,kepala sekolah
wajib mengambil tindakan bertahap (1) menegur / memperingatkan
siswa, (2) melaporkan/meminta orang tua siswa untuk melarang
anaknya merokok (3) membuat pernyataan tidak akan merokok
dengan tanda tangan siswa dan orang tua (4) melarang siswa ikut
belajar paling lama 1 bulan242.
Rokok merupakan salah satu zat aditif yang bila digunakan
dapat mengakibatkan bahaya kesehatan individu, masyarakat dan
lingkungan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk itu
diperlukan upaya pengendalian dan perlindungan terhadap bahaya

241
Perda tentang larangan merokok bagi pelajar, pendidik dan tenaga
kependidikan ini adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 115
undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan , maka pemerintah
daerah wajib menetapkan kawasan daerah bebas rokok serta peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan pokok bagi kesehatan
9lembaran negara tahun 2003 no 36 tambahan lembaran negara nomor 4276) dan
peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil
(lembar negara tahun 2010 nomor 74 tambahan lembaran negara Republik
Indonesia nomor 5135) Lembar daerah kota tangerang peraturan walikota kota
tangerang nomor 54 tahun 2008 tentang Larangan Merokok bagi siswa, guru
dan tenaga kependidikan, Pemerintah Kota Tangerang Bagian Hukum dan
Perundang-undangan(Tangerang, 2008).

242
Lembar daerah kota tangerang peraturan walikota kota tangerang
nomor 54 tahun 2008 tentang Larangan Merokok bagi siswa, guru dan tenaga
kependidikan, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-
undangan 2008.
90

rokok bagi kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan


berkesinambungan. Walikota prihatin terhadap kotanya yang masih
dikuasai rokok dan perokok, akhirnya mengusulkan untuk
membuat perwal larangan rokok, kemudian dia tegaskan, terapkan,
dimulai dari kantornya tanpa kecuali.
Tidak hanya untuk pegawai peraturan larangan merokok juga
di atur untuk siswa, guru, kepala sekolah dan pegawai sekolah
seperti yang tertulis dalam bab II pasal 4 ayat (1), kepala sekolah
wajib melarang guru dan /atau tenaga kependidikan merokok di
dalam lingkungan sekolah, pasal 5 disebutkan Setiap siswa
dilarang merikok baik dalam maupun diluar lingkungan sekolah.
Pimpinan pusat Muhammadiyah bahkan lebih berani
mengeluarkan fatwa haram untuk rokok, menurut Syamsul Anwar
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Surat fatwa
Haram, nomor 6/SM/MTT/III/2010. Muhammadiyah sudah
mengharamkan rokok243 yang pertama kami melihat berdasarkan
hasil kajian dari ahli medis dan akademisi, semuanya sepakat rokok
adalah sesuatu yang membahayakan karena mengandung zat aditif
dan zat berbahaya lainnya, papar Syamsul, selanjutnya Syamsul
menjelaskan, dari sisi agama sesuatu yang membahayakan itu
dilarang. Jadi dari sisi itu ada keselarasan antara ketentuan
agama.
Dalam salah satu tulisanya Wahidin Halim menceritakan :
ada dua orang lurah ketahuan merokok di tempat parkir kantor
kantor walikota, besoknya ketika apel pagi Wahidin Halim dalam
orasinya mengumumkan kedua lurah tersebut di non aktifkan.244
Penganut agama Islam, dengan keimanan nya, menyakini
bahwa yang berhak memerintah dan melarangnya hanyalah Allah
SWT, dan yang berhak menerjemahkan semua perintahnya
hanyalah Rosulullah SAW, oleh karena itu untuk melaksanakan
perintah Nya, umat Islam diharuskan melihat dan mengambil
pelajaran dari perbuatan ,perkataan dan persetujuan nabi
Muhammad SAW,yang disebut dengan As-sunnah,sebaliknya
perilaku yang dihasilkan dari rekayasanya dalam beragama
dipandang sebagai perilaku yang menentang Allah SWT, dan
243
Putusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 6/SM/MTT/III/2010
244
Ramon Papana, W.H Lucunya Sang Walikota, ( Jakarta, Indonesia
Comedy Club, 2014), h. 37.
91

Rosulnya, yang hanya dibenarkan dalam masalah-masalah


kemasyarakatan atau masalah keduniaan,sedangkan masalah yang
bersifat ukhrowiyah muthlaqoh (ibadah mahdhoh) secara langsung
harus di dasarkan pada pembuat hukum yang mutlak yaitu Allah
SWT dan Rosulnya.
Kaidah-kaidah hukum yang dibentuk akibat adanya gejala
sosial dapat menjadi hukum tertulis atau tidak tertulis, hukum atau
peraturan tidak tertulis dapat berbentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan daerah, keputusan pengadilan, instruksi
presiden dan lain sebagainya.245, demikian pula perda yang
dilahirkan oleh pemerintah daerah kota Tangerang merupakan
penjabaran dari apa yang termaktub dalam Al-Quran dan Hadits
nabi Muhammad SAW.

3. Perda Nomor 8 Tahun 2005 tentang Larangan Pelacuran

Tebitnya peraturan daerah tentang larangan pelacuran dengan


pertimbangan bahwa pelacuran merupakan suatu perbuatan yang
bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan yang berdampak
negatif terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat, serta sebagai
upaya melestarikan nilai-nilai luhur budaya masyarakat yang tertib
dan dinamis serta dalam rangka mencegah pelanggaran terhadap
praktek-paraktek pelacuran di kota tangerang, perlu menetapkan
peraturan daerah tentang pelarangan pelacuran246.
Arus urbanisasi yang bertambah setiap tahun ke kota Jakarta
menjadikan banyaknya para pelacur yang terpinggirkan bergeser ke
kota Tangerang sebagai alternatif para pekerja sek komersial (PSK)
beroperasi, sehingga sebelum perda anti pelacuran lahir, di setiap
sudut jalan di kota Tangerang, kita bisa dengan mudah melihat para
PSK baik wanita ataupun waria secara terang-terangan mencari
mangsa di pinggir jalan kota Tangerang.
Undang-undang pornografi, undang-undang RI nomor
44tahun 2008, adalah rujukan dari lahirnya peraturan daerah
tentang larangan pelacuran, disebutkan dalam :

245
Beni Ahmad Saebani dkk, Ilmu Akhlak, CV Pustaka Setia, Bandung,
cet 1 2010, hal 45
246
Lembar Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 8 tahun 2005, tentang Pelarangan Pelacuran.
92

Bab I, pasal 1 bahwa:pornogarafi adalah gambar, sketsa,


ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka
umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang
melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat, Bab II pasal 2 :
Setiap orang di daerah baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama
dilarang mendirikan atau menyediakan tempat orang untuk
melakukan pelacuran, selanjutnya dalam bab II pasal 4 dikatakan
Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak,
menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor,
mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, meyewakan atau
menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat, a.
Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang,
kekerasan seksual, masturbasi atau onani, ketelanjangan atau
tampilan yang mengesankan ketelanjangan alat kelamin atau
pornografi anak.247
Bahwa dalam upaya melestarikan nilai-nilai luhur budaya
masyarakat yang tertib dan dinamis serta dalam rangka mencegah
pelanggaran terhadap praktek-praktek pelacuran di kota Tangerang,
perlu menetapkan peraturan daerah tentang pelarangan pelacuran,
seperti yang terdapat dalam Al-Quran , QS. An-Nuur ayat 30,31.
Profesi pelacur adalah profesi yang dilarang olah semua
agama di dunia, profesi yang kendati sudah ada sejak zaman purba
namun tidak pernah mendapatkan pembenaran dari seluruh budaya
manusia,profesi yang selalu menjadi musuh setiap peradaban justru
telah dipilih oleh sebagian pelajar di negara kita, praktek pelacuran
pada zaman sekarang tidak hanya di lakukan orang dewasa,
malaikan juga olah pelajar,profesional 248bagi generasi orang tua
sekarang pasti tidak akan pernah membayangkan akan hadirnya
suatu zaman dimana banyak pelajar SMP yang dengan sadar sudah
menekuni profesi sebagai pelacur, menurut ketua Pimpinan wilayah
Muhamadiyah Agus Suradika mengatakan, para remaja saat ini
dapat dikatakan sedang menghadapi tantangan yang sangat berat,

247
Undang-Undang Pronografi, Undang-Undang RI, Nomor 44 Tahun
2008. (Jakarta, Tim Redaksi Fokus Media, 2008), h.4.
248
Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau
Ababil, (edisi 14-31 Juli 2013), h.7
93

yaitu apa yang dipelajari di sekolah semuanya nyaris bertentangan


dengan realitas yang ada di masyarakat249, oleh karena itulah
dikatakan pada perda no 8, ayat 2, siapapun dilarang bermesra-
mesraan, berpelukan dan atau berciuman yang mengarah kepada
hubungan seksual, baik di tempat umum atau tempat-tempat yang
kelihatan oleh umum, dalam Islam Al-Quran surat An-nuur ayat
30-31, mengatur tentang pergaulan dan kesopanan dalam
berinteraksi agar tidak menimbulkan perbuatan yang menjurus
pada perzinaan 250
Ketika di sekolah mereka belajar tentang kesantunan,
kesopanan, kejujuran, kesederhanaan,serta diajari tentang cara
berpakaian yang sopan, namun mereka melihat kenyataan yang ada
justru tidak seperti apa yang diajarkan di sekolah, setidaknya itulah
yang yang ditampilkan oleh televisi, kotak ajaib yang oleh manusia
sekarang telah dianggap sebagai guru kehidupan.
Prostitusi di indonesia merupakan salah satu fenomena yang
akrab di telinga masyarakat, dari waktu ke waktu kasus itu semakin
meningkat, tidak hanya dari segi kuatitas tetapi juga modusnya,
prostitusi anak merupakan modus yang belakangan ini terekspose
di media masa, di Surabaya NA (15) terciduk sebagai mucikari atau

249
Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau
Ababil, (edisi 14-31 Juli 2013), h. 7
250
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat".31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
.(Qs. AN- Nuur ayat 30-31).
94

agen yang menawarkan jasa teman-temannya dan bahkan kakak


kandungnya sendiri,di Jawa Tengah kasus prostitusi pelajar SMU
juga terangkat251. Kasus prostitusi anak sejatinya bukan hanya
masalah jangka pendek yang dapat ditangani seperti dokter
menangani pasien yang menserita sakit fisik saja, prostitusi tidak
hanya menimbulan sakit fisik dan biologis semata, tetapi dampak
psikis dari penyimpangan itu jauh lebih panjang dan rumit.dalam
konteks anak menjadi korban prostitusi akibat perdagangan orang
(trafiking), dapat menimbulkan trauma psikis yang dalam sehingga
konsep dirinya menjadi tidak lagi jelas dan sehat selanjutnya dapat
kita lihat pada pasal 8, setiap masyarakat berkewajiban untuk
melaporkan kepada petugas yang berwenang apabila ia mengetahui
langsung kegiatan pelacuran, masyarakat sepatutnya
memperkokoh fungsi kontrolnya kepada setiap individu, bukan
berarti masyarakat turut campur terhadap hak masing-masing
anggotanya, tetapi paling tidak menjalankan perannya sebagai
pengawal tata nilai dan norma yang akhirnya bisa mengarahkan
perilaku moral masyarakat, hal tersebut sesuai dengan Undang-
Undang Pornogarafi Bab III, tentang perlindungan anak,
disebutkan pada pasal 16 ayat (1): Pemerintah, lembaga sosial,
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan , keluarga, dan atau
masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan, pendampingan,
serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental bagi setiap anak
yang menjadi korban atau pelaku pornografi252
Pertentangan perda pelacuran datang dari LBH perempuan
yang menganggap perda tersebut mengekang hak perempuan
karena ada isu salah tangkap terhadap seorang perempuan pekerja
dan seorang istri guru karena adanya jam malam .padahal jam

251
Pada kasus NA, orang tua NA, mengatakan bahwa dirinya mengetahui
hampir setiap sore sampai malam NA keluar rumah tetapi tidak tau apa yang
dilakukan oleh NA di luar rumah. Tidak perlu diperdebatkan lagi untuk kasus
dan fenomena di atas sebagai salah satu bentuk perilaku sosial yang menyimpang
karena perilaku tersebut tidak bisa diterima oleh norma dan aturan sosial
manapun dan nilai kemanusiaan apappun .Dalam perspektif perilaku
menyimpang deviasi ini termasuk dalam tindakan non conform.Baca Majalah
suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak Galau Ababil, (edisi 14-31 Juli
2013), h. 48
252
Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang Pronografi,( Undang-
Undang RI, Nomor 44 Tahun 2008.)
95

malam tersebut tidak ada, dan wanita tersebut memang benar


seorang PSK, karena sebelum ditanggap telah di awasi dalam
waktu yang lama.
Nama kotamadya Tangerang belakangan menjadi makin
populer setelah pemberlakuan perda nomor 8 Tahun 2005 tentang
pelarangan pelacuran mengundang kontroversi, semangat walikota
Tangerang walikota Wahidin Halim untuk membersihkan kota
Tangerang dari pelacuran itu tampaknya masih akan menghadapi
kendala, hambatan terutama datang dari pihak-pihak yang melihat
perda itu sebagai upaya pembatasan aktivitas kaum perempuan.
Menurut Wahidin, dalam mencegah kemungkaran, seperti
membersihkan kota dari pelacuran, minuman keras, kriminalitas
dan berbagai penyakit sosial lainnya, sangat memerlukan peran
aktif masyarakat, dalam pandangan Wahidin, jika kita berada di
masjid, lalu mendengar ada orang berbuat zina, mencuri dan
membunuh, terus kita dalam hati membenarkannya, maka kita
memiliki derajat yang sama dengan pelaku kemungkaran itu. Kita
wajib mencegahnya dengan tindakan, jika tidak mampu, maka
harus mencegahnya dengan lisan, setidaknya, membenci
kemungkaran itu dengan hati, prinsip ini, tampaknya, yang
menyemangati diberlakukannya perda tentang pelarangan
pelacuran di kota Tangerang, sebagai salah satu langkah untuk
menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia.
Menurut Shoimah Kastolani,selaku pimpinan pusat
Muhamadiyah menuturkan,Salah satu faktor yang mendukung
pelajar memilih jalannya di dunia hedonis nan glamor adalah
sistem pendidikan yang tidak memihak pada kebudayaan
bangsa253. Hal tersebut di respon oleh pemerintah kota Tangerang
dengan mengeluarkan perda nomor 8, agar dapat meminimalisir
terjadinya kebebasan bergaul di kalangan pelajar karena pagar
peraturan daerah yang merujuk pada aturan dan ajaran Islam.
Peraturan Daerah ini disosialisasikan dengan berbagai cara
diantaranya adalah :
1. Pemasangan spanduk di setiap sudut Kota Tangerang.

253
Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau
Ababil, (edisi 14-31 Juli 2013)h. 11
96

2. Penyebaran lembaran Peraturan Daerah ke setiap


sekolah.
3. Walikota, anggota DPRD, Kepolisian berkeliling ke
setiap sekolah dalam uapacara setiap hari Senin secara
bergilir.
4. Ketersediaan buku-buku yang berhubungan dengan
Perda di perpustakaan Kota Tangerang.
5. Melalui pemberitaan Media / Koran lokal
6. Melalui Website Kota Tangerang.
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN DAMPAK KEBIJAKAN PERDA
PENDIDIKAN DAN PERDA PENDUKUNG PENDIDIKAN
DI KOTA TANGERANG

A. Implementasi dan Manfaat Perda Pendidikan

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan

a. Implementasi Peningkatan Program Kualitas Pendidikan

Implementasi dari peningkatan kualitas pendidikan di kota


Tangerang dengan melaksanakan kegiatan sebagai bentuk usaha
pemerintah kota Tangerang melalui kantor dinas pendidikan dengan
berbagai kegiatan yang menunjang kepada perbaikan kualitas
pendidikan baik dari siswa, guru, dan sarana prasarana penunjang
belajar, program peningkatan kualitas pendidikan yang berkaitan
dengan siswa dapat kita lihat dari tabel di bawah ini yang
menggambarkan tentang kegiatan peningkatan mutu pendidikan bagi
siswa :
Tabel 4.1
Program Peningkatan Mutu (siswa) tahun 2012

No Program kegiatan Pelaksanaan

1 Pelaksanaan program Wajib 98,28%


belajar 9 tahun
2 Pengadaan alat praktik siswa 98,52%
dan peraga siswa
3 Seleksi siswa teladan 98,10%
SMA/SMK
4 Lomba kompetensi Siswa 98,81%
SMK
5 Olimpiase Sains dan 98,74%
Olimpiade Olah raga SMA

97
98

6 Sertifikasi Bidang keahlian 100%


siswa SMK
7 Pembinaan bakat minat dan 99,06%
kratifitas latihan ujian
Nasional UN (Tryout UN
SMA/SMK
8 Fasilitas Peningkatan 100%
pelayanan pendidikan bagi
siswa tidak mampu dan
berprestasi
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang

Di Tahun 2012 kinerja program ini dapat dilihat dari fisik dan
keuangan program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan masing-masing sebesar 100 % dan 96,28%254.
peningkatan mutu pendidik tergambar pada kegiatan para guru lewat
organisasi guru seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dengan meningkatkan jumlah
peserta, seperti yang terdapat dalam Tabel :

Tabel 4.2
Peningkatan peserta KKG dan MGMP
No
Organisasi Tahun 2008 Tahun 2012
1 Kelompok Kerja Guru 300 Orang 1.800 Orang

2 Musyawarah Guru mata 200 Orang 1.200 Orang


Pelajaran
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang

KKG merupakan kegiatan pembinaan kepada kelompok kerja


guru jenjang TK/SD, untuk menyelenggarakan kegiatan pembinaan
kelompok kerja guru pada tahun 2012 ini pemerintah kota Tangerang

254
Besarnya anggraran yang direalisasikan adalah Rp.1,283.236.550,00 dari
Jumlah keseluruhan 1.332.879.790,00.Laporan Keuangan Pertanggung Jawaban
Walikota Tangerang Tahun 2012.h.4.66
99

menyerap dana sebesar 98,67% dari yang dianggarkan, kelompok


kerja guru pada tahun 2012 betambah anggota sebanyak 65 orang.
MGMP merupakan wadah pembinaan terhadap para guru
setiap mata pelajaran dengan ruang lingkup pekerjaan peningkatan
kompetensi guru setiap mata pelajaran, dalam pelaksanaanya
menyerap dana sebesar 89,94% dari yang dianggarkan, dan anggota
MGMP pada tahun 2012 meningkat sebanyak 225 orang anggota
MGMP.

Tabel 4.3
Peningkatan Pendidikan Formal Pendidik (Jenjang S1)
No Tahun 2008 Tahun 2012

1 Guru SMA/MA 1.241 Orang 2.032 Orang

2 Guru SMK 1.091Orang 1.822 Orang

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang

Pendidikan formal bagi pendidik merupakan salah satu jalan


untuk meningkatkan mutu pendidikan, kota Tangerang pertambahan
jumlah pendidik yang berijasah sarjana meningkat dibandingkan tahun
2008 pada jenjang SMA sebanyak 1.241 orang dan bertambah
menjadi 2.032 orang pada tahun 2012, dan pada jenjang SMK jumlah
guru yang berpendidikan sarjana sebanyak 1.091 orang, dan
meningkat pada tahun 2012 menjadi 1.822 orang peningkatan mutu
pendidik juga dilakukan lewat pemilihan guru, kepala sekolah dan
pengawas berprestasi sebanyak 11 orang yang akan menjadi utusan ke
propinsi, kegiatan ini menyerap dana sebesar 98,29% dari anggran
yang ditetapkan untuk pemilihan guru, kepala sekolah dan pengawas
berprestasi255.

255
Besarnya anggraran yang direalisasikan adalah Rp.159.244.000,00,- dari
Jumlah keseluruhan Rp.162.000.000,00,-.Laporan Keuangan Pertanggung Jawaban
Walikota Tangerang Tahun 2012.h.4.66
100

b. Dampak Peningkatan kualitas pendidikan

Dampak dari peningkatan mutu pendidikan dapat kita lihat dari


hasil yang diperoleh Pemerintah Kota Tangerang, salah satunya
adalah keberhasilan belajar mengajar adalah Nilai Ujian Akhir
Nasional (UAN) dan Nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) pada tahun
2012 meningkat dibandingkan dengan tahun 2008, rata-rata jumlah
nilai ujian akhir nasional yang dicapai siswa di kota Tangerang dapat
di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4
Peningkatan Nilai Ujian Nasional
NO TAHUN TAHUN
INDIKATOR
2008 2012
1 Tingkat rata-rata jumlah nilai 44,45 55,30
ujian nasional SMA/MA
2 Tingkat rata-rata jumlah nilai 44,45 55,30
ujian SMK

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang

Relatif tingginya nilai rata-rata ujian akhir yang diperoleh siswa


di kota Tangerang tersebut tidak lepas dari dukungan berbagai
kegiatan yang diselenggarakan pada tahun 2012 antara lain, kegiatan
pembinaan minat, bakat dan kreatifitas siswa, latihan ujian,
pembiayaan ujian SD sampai SMA, pembinaan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) dan sertifikasi bidang keahlian siswa SMK 256.
Selanjutnya peningkatan kualitas pendidikan akan menyebabkan
pendidikan siswa terus berkelanjutan sehingga menurunnya angka
putus sekolah siswa yang disebabkan oleh ketidakmampuan siswa
tersebut dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Angka putus
sekolah di Kota Tangerang mengalami penurunan dibandingkan
dengsn tahun 2007. Seperti yang tertera dalam tabel berikut ini :

256
Dinas pendidikan Kota Tangerang LKPJ Walikota Tangerang tahun 2012,
Laporan Penyelenggaraan pendidikan urusan Pemerintah Daerah Kota Tangerang.
101

Tabel 4.5
Angka putus Sekolah
NO
INDIKATOR TAHUN 2007 TAHUN 2012

1 Tingkat angka 0,06 % 0.02 %


putus sekolah
SD/MI

2 Tingkat angaka 0,29 % 0,01 %


putus sekolah
SMP/MTs

3 Tingkat angka 0,39% 0,02 %


putus sekolah
SMA/SMK/MA

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang Profil tahun 2008 dan 2012,

Angka putus sekolah257 tahun 2008 di tingkat SD/MI menurun


sedikit dari 0,06% di tahun 2008 menjadi 0,02 % di tahun 2012, hal
tersebut karena masyarakat selain kesadaran dalam pendidikan sudah
sangat baik, namun masih cukup tinggi pada tahun 2007, berarti ada
sejumlah siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya di
SMP/MTs, umumnya hal ini terkait dengan ekonomi, baik karena
mereka tidak mampu membayar biaya sekolahnya maupun karena
harus ikut membantu orang tuanya untuk bekerja hingga harus
berhenti dari sekolahnya, namun pada tahun 2012, angka putus
sekolah SMP/MTS menurun menjadi 0,01 %, hal tersebut karena
kesadaran orang tua semakin baik, serta anggaran pendidikan di
Tangerang meningkat, sebagaimana di SMP/MTS, di SMA/MA juga
menunjukkan persentase yang cukup tinggi yaitu 0.39 pada tahun
2007, dibandingkan dengan SMP/MTS di SMA/MA angka putus

257
Angka putus sekolah adalah persentase siswa sekolah yang tidak dapat
meneruskan sekolahnya pada jenjang pendidikan yang sama (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA), indikator ini dapat menggambarkan tingkat kemampuan penduduk
dalam mengakses pendidikan pada, masing-masing jenjang pendidikan hingga
selesai. (Profil Kota Tangerang, Pemerintah Kota Tangerang , 2008), h.15.
102

sekolahnya lebih tinggi, umumnya hal ini terkait dengan ekonomi baik
karena mereka tidak mampu membayar biaya sekolahnya maupun
karena mereka harus ikut membantu orang tuanya untuk bekerja
sehingga harus berhenti dari sekolahnya, tetapi pada tahun 2012 angka
putus sekolah SMA/SMK/MA menurun menjadi 0.02 % , karena
anggaran pendidikan yang terus meningkat.
Menurut Anthony Brock, Pendidikan seumur hidup
seharusnya merupakan kunci dari kebijakan pendidikan, baik di
negara yang telah berkembang atau negara yang sedang
berkembang258.

Tabel 4.6
Perbandingan Jumlah Guru Tahun 2008-2012

No Sekolah 2008 2009 2010 2011 2012


1 SD/MI 616 6.313 7.348 9.487 10.091
2 SMP/Mts 3.687 3.383 3.379 4.505 5.023
3 SMA/MA 1.975 2.061 2.038 2.305 2.880
4 SMK 2.185 2.307 2.259 2.317 3.882
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2012

Dapat dilihat dalam tabel di atas jumlah guru SMA/MA pada


tahun 2008 berjumlah 1.975 orang, kemudian meningkat menjadi
2.061 pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 jumlah guru SMA/MA
di kota Tangerang sempat berkurang jumlahnya menjadi 2.038,
258
Konsep pendidikan seumur hidup dapat diterapkan dengan berbagai jalan ,
bagi semua negara persoalan ini merupakan soal genting dimasa kini, Perubahan
pendidikan yang diusulkan Peru belum lama berselang, misalnya, memerlukan
penyusunan kembali seluruh pendidikan, di dalam maupun di luar sekolah dengan
didasari pendidikan seumur hidup, dengan bergerak jauh di luar perubahan
pengajaran, usul-usul tersebut langsung diarahkan kepada perubahan struktur secara
radikal dalam masyarakat Peru. Gagasan itu menjamin hak tiap orang untuk dapat
memilih pendidikan yang diingini dan bertujuan untuk menciptakan
pendidikanberdasar pada lingkungan pendidikan yang dirancangkan untuk berdialog
dan partisipasi secara tanggung jawab. Untuk memperluas kemungkinan mencapai
pendidikan tinggi dan kesempatan mengadakan pilihan yang lebih luas telah
dilakukan di Amerika Serikat dengan programnyaUniversitas Tanpa Dinding,
pendidikan ini diperbolehkan. Anthony Block, Alih Bahasa, Soeparmo, Krisis
Dalam Pendidikan Kerangka Masyarakat Belajar, Pendidikan Hari Depan, (
Jakarta, PN Balai Pustaka 1982), h.89-90.
103

namun kemudian bertambah lagi menjadi 2.305 pada tahun 2011, dan
bertambah lagi menjadi 2.880 pada tahun 2012. Menurut Anthony
Brock,Perkembangan pendidikan sangat memerlukan peningkatan
jumlah guru, yang berwenang harus menyadari bahwa biaya lebih
besar untuk staf guru akan membawa perbaikan dalam hasilnya259

Tabel 4.7
Penghargaan yang diraih Pemkot Tangerang bidang Mutu
Pendidikan
No Penghargaan Tahun Keterangan

1 Kelulusan terbaik se-Banten 2011 Pripinsi


Empat tahun berturut-turut
dengan indeks kelulusan
mencapai 99%.

2 Rangking ke 3 kelulusan UN 2011 Nasional


SMA/SMK/MA tingkat
Nasional

259
Pemerintah tiap negara perlu mempertimbangkan untuk menyisihkan
sebagian dai kenaikan anggaran pendidikan guna mengembangkan jalan-jalan baru
dalam membuat sistem pendidikan menjadi lebih tepat guna atau lebih efisien.
Strategi pendidikan guru harus disusun dengan mengindahkan faktor-faktor tersebut,
program untuk melatih guru sebaiknyasebagai pendidik organisator yang mampu
mengajar anak dan orang dewasa di dalam dan diluar sekolah, bahkan jika perlu
mendatangkan sukarelawan jika perlu diikutsertakan dalam mengajar di sekolah,
juga mahasiswa perlu ikut serta, dengan mendidik diri sambil mengajar orang lain.
Sangat banyak sukarelawan dan guru tidak tetap perlu dimnfaatkan dalam sekolah
dan dalam sistim pendidikan pada umumnya, mereka dapat melaksanakan bukan
hanya tugas non pengajaran seperti membebaskan guru supaya dapat mengajar tetapi
setelah mengikuti kursus latihan pendek, juga dapat diikutsertakan dalam
pengajaran. Anthony Block, Alih Bahasa, Soeparmo, Krisis Dalam Pendidikan
Kerangka Masyarakat Belajar, Pendidikan Hari Depan, ( Jakarta, PN Balai Pustaka
1982), h.111-112.
104

3 Predikat Pelopor Pendidikan 2008 Nasional


Nasional dari Depdiknas RI,

4 Predikat Pembangunan 2008 Nasional


Sekolah dengan Kualitas
Terbaik Standar Bermutu
Tingkat Nasional dari
Depdiknas RI,

5 Pelopor se-Abad Kebangkitan 2008 Nasional


Nasional dari
Jawa Post, tahun 2008.

6 Tanda Penghargaan Lencana 2008 Nasional


Melati dari Kwartir Nasional,

7 Penghargaan Sebagai Pemuda 2007 Nasional


Pelopor dari Menpora RI

9 Penghargaan Ksatria Bakti 2010 Nasional


Husada Kartika,

10 Pelayanan Publik Terbaik dari 2007 Nasional


Kementerian PAN RI

11 Innovative Govermment 2012 Nasional


Award (IGA)
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang.
105

2.Penambahan Jam PAI


a. Implementasi Penambahan Jam PAI menjadi 3 JP

Implementasi kebijakan penambahan jam PAI yang tercantum


dalam perda endidikan di kota Tangerang, diapresiasi oleh sekolah-
sekolah dengan memasukan 3 jam PAI ke dalam jadwal pelajaran 260. .
Materi PAI setelah menjadi 3 jam pelajaran bertambah seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini, namun peneliti melihat belum ada
keseragaman materi setelah penambahan jam PAI, sehingga
penambahan materi PAI disampaikan secara berbeda, disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing sekolah, seperti yang tercantum
pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8
Perbandingan Jam PAI 2JP dengan 3JP

No PAI 2 Jam pelajaran PAI 3 Jam Pelajaran


1 PAI dengan Kopetensi Adanya penambahan materi
pokok: Al-Quran, Tadarus Al-Quran,
Akidah, Akhlak, pemahaman tajwid pada
Muamalah, Tarikh. kompetensi Al-Quran,
Akidah, Akhlak, Muamalah
dan Tarikh.
2 Intensitas tatap muka Intensitas pertemuan dengan
dengan siawa lebih siswa lebih lama sehingga
sedikit, sehingga jam penyampaian materi tidak
PAI disampaikan terburu-buru
singkat

260
Lihat Jadwal Pelajaran di SMA/SMK/MA, di wilayah Kota Tangerang.
Dalam jadwal pelajaran di SMK Negeri 4 Kota Tangerang tampak pada hari Senin
jam ke 1, 2, 3 adalah jam PAI dengan guru pengajar Maman Suyaman M.Ag dengan
Kode Ag (Agama), dan MAN (Maman Suyaman) di kelas XII RPL 2, serta lihat di
jadwal pelajaran SMK Negeri 3 Tangerang pada hari Selasa jam ke 1, 2, 3 adalah
jam PAI dengan guru pengajar Kode 49 ( Misbakul Munir M.Pd) di kelas XI Boga
3.
106

b.Dampak Penambahan Jam PAI

Dampak penambahan jam PAI menjadi 3 Jam Pelajaran, ,


harapannya adalah siswa SMA/SMK/MA di kota Tangerang bebas
buta huruf Al-Quran, namun kenyataannya masih ada siswa
SMA/SMK/MA yang belum bisa membaca Al-Quran, seperti yang
tercantum pada tabel hasil angket di bawah ini261:

Tabel 4.9
Kemampuan membaca dan menulis Al-Quran Pelajar
SMA/SMK/MA
Kurang Tidak
No Indikator Lancar
lancar bisa

1 Kemampuan 53,23 % 43,55 % 3.23%


membaca Al-Quran

2 Kemampuan menulis 86,02 % 11,29 % 2,69%


ayat Al-Quran

Dari hasil angket kepada responden siswa SMA/SMK/MA di


kota Tangerang didapat hasil 53,23 %, responden menguku telah
lancar membaca Al-Quran, kemampuan mereka dapat membaca Al-
Quran disebabkan karena mereka berasal dari MTs (Madrasah
Tsanawiyah, tapi ada juga karena di rumah selalu ikut pengajian di
mesjid, dan karena bimbingan orang tua selanjutnya sebanyak 43,55
% responden sudah bisa membaca Al-Quran namun belum lancar,hal
ini disebabkan karena di rumah orang tua tidak pernah menyuruh
mengaji, ada juaga yang mengatakan mengajinya hanya di sekolah
saja pas pelajaran BTQ, dan ada juga yang mengatakan mengajinya
pada saat bulan puasa saja sehingga tidak terbiasa dan menjadi lupa
cara membaca Al-Quran yang benar, jika dilihat persentase
responden yang mengaku tidak lancar membaca Al-Quran artinya
masih banyak yang harus dibina dalam kelancaran membaca Al-

261
Jumlah populasi sekolah tingkat SMA/SMK/MA di kota Tangerang pada
akhir tahun 2012 adalah 331 sekolah, dan sekolah yang dijadikan sempel 20% dari
jumlah populasi yaitu 66 sekolah SMA/SMK/MA dengan sampel acak.
107

Quran karena sudah dewasa dan sudah baligh, dari tabel di atas
terlihat responden ada yang masih tidak bisa membaca Al-Quran
sebanyak 3.23% , ini menunjukan bahwa penambahan jam PAI dalam
perda pendidikan masih perlu perbaikan dalam pembinana terhadap
pelajar yang belum bisa walaupun secara keseluruhan ada dampak
yang positif bagi pendidikan terutama dalam bidang pendidikan.
Idealnya pengawas PAI di kota Tangerang mempunyai data
tentang kemampuan Baca Tulis Al-Quan secara keseluruhan yang di
peroleh dari para guru PAI di kota Tangerang, menurut Mukheri
Mukhtar, pengawasan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan serta mengadakan penyesuaian mengenai tujuan yang
ingin dicapai, supaya tujuan itu dapat lebih realistis serta untuk
membandingkan antara rencana dengan pelaksanaan kegiatan262.
Sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan dari penambahan
jam PAI dilakukan pemetaan terhadap siswa yang tidak bisa baca tulis
Al-Quran / belum lancar dalam membaca Al-Quran sehingga dapat
di tindak lanjuti di setiap sekolah263.

262
Agar fungsi pengawasa dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka
dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan: pertama , pemerikasaan, yang
dilakukan terhadap setiap satuan kerja di lingkungan organisasi atau lembaga
mengenai pelaksanaan program, penataan dan pemanfaatan tenaga, uang,
perlengkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
secara berdaya guna, berhasil guna, Kedua, penilaian yang dilakukan terhadap hasil
yang dilaporkan secara berkala atau sewaktu-waktu dari setiap bagian yang ada pada
organisasi atau lembaga tentang bidang kerja di lingkunganya, pengurusan yang
dilakukan untuk meneliti mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang
hambatan, penyimpangan atau penyalahguanaan di bidang teknik operasional dan
teknik administrasi dan managemen pada setiap satuan kerja di lingkungan
organisasi atau lembaga ketiga, peninjauan yang dilakukan dengan menyaksikan
langsung pada tempat pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh, tentang program pelaksanaan program, dalam hal ini pengawasan dapat
melakukan pengamatan dan pemantauan yang dilakukan dengan menyaksikan
langsung pada tempat pelaksanaan kegiatan untuk menampung masalah yang timbul
dalam pelaksanaan kegiatan untuk menampung masalah yang timbul dalam proses
pelaksanaan program berdasarkan laporan dan informasi.Mukheri Mukhtar,
Pengawasan Pendidikan(Jakarta, BPJM Press Universitas Negeri Jakarta, 2013)h 48
263
Saat peneliti melakukan observasi ke Kemenag Kota Tangerang dan
bertemu dengan Ibu Ramiati selaku pengawas tingkat SMA/SMK, dan Drs Anwar
Mussadad selaku ketua Pokjawas Kota Tangerang mengatakan bahwa laporan
kemampuan Baca Tulis Al-Quran kepada guru sudah di gabung dalam nilai
praktek dan USBN dimana nilai kemapuan Baca Tulis Al-Quran ada di dalamnya.
108

Selanjutnya pemerintah daerah tidak hanya memberi kebijakan


penambahan jam PAI saja tetapi seharusnya memfasilitasi kepada
pengawas PAI dan guru PAI untuk mendesain kurikulum yang
disesuaikan dengan 3 jam pelajaran.serta pemantauan terhadap
pelaksanaan jam PAI, agar dampak dari kebijakan tersebut dapat
menjadikan pelajar di kota tangerang semakin mencintai dan terbiasa
membaca Al-Quran. melalui angket berikut ditanyakan tentang
pengalaman responden dalam mengkhatamkan Al-Quran, dan
didapatlah hasil seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.10
Pengalaman khatam Al-Quran Pelajar SMA/SMK/MA

No Indikator Lebih dari 2 1 kali Belum


kali Pernah

1 Pengalaman 21,51 % 33,87 % 44,62 %


Khatam Al-
Quran

Pengalaman dalam menghatamkan Al-Quran siswa


SMA/SMK/MA di kota Tangerang sangat sedikit yang pernah
menghkhatamkan Al-Quran (21,51 %), sehingga perlu pembinaan
supaya para siswa gemar membaca Al-Quran, siswa yang belum
pernah menghatamkan Al-Quran masih banyak yaitu 44,62 %,
sehingga tugas guru PAI masih panjang supaya siswa cinta dengan Al-
Quran,
Pembiasaan yang menunjang pada pembentukan pembiasaan
yang baik selain dari baca tulis Al-Quran, di sekolah-sekolah di
lingkungan kota Tangerang diantaranya, pembacaan Surah Yasin atau
Shalawat Nabi menjadi rutinitas di sebagian besar sekolah dasar
Negeri yang dilaksanakan setiap jam pertama padahari Jumat,
termasuk dilaksanakan pula di SMKN 2 kota Tangerang, dan SMKN
3 kota Tangerang.264

264
Pengamatan dan keterangan dari Bapak Deden,selaku Koordinator
BP/BK di SMKN 2 KotaTangerang.
109

Di SMPN 2 kota Tangerang dilakukan pembacaan Asmaul


Husna oleh guru dan siswa setiap pagi ketika menyambut kedatangan
siswa-siswi dan guru di sekolah265, di SMKN 2 dan SMKN 4
kotaTangerang siswa diwajibkan melaksanakan shalat Jumat di
sekolah yang mayoritas pelajarnya laki-laki dan mengikuti malam
bina iman dan taqwa (Mabit) bagi seluruh siswa tingkat X
(sepuluh)266.
Salah satu upaya menanggulangi kemerosotan moral dan budi
pekerti siswa yang diakibatkan berbagai pengaruh di atas diantaranya
dengan pembinaan akhlak mulia di sekolah, dalam peraturan daerah
nomor 11 tahun 2007 pada pasal 16 alinea kedua berbunyi : mata
pelajaran wajib adalah budi pekerti dilaksanakan pada semua jenjang
pendidikan, dalam wawancara dengan dengan kepala sekolah SMKN
8 Tangerang Hj. Endah Resmiati S.Pd M.Si di ruang kerjanya yang
beralamat di Jatiuwung Tangerang mengatakan bahwa mata Pelajaran
Budi Pekerti di SMKN 8 Tangerang masuk dalam jadwal Pelajaran
selama 1 jam pelajaran dan di sampaikan oleh wali kelas sesuai
dengan kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan kurikulum
yang dibuat oleh tim kurikulum SMKN 8 Kota Tangerang, begitu juga
yang terjadi di SMKN 3 kota Tangerang masuk dalam jadwal
pelajaran selama 1 jam pelajaran dan di sampaikan oleh wali kelas
sesuai dengan kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan
kurikulum yang dibuat oleh tim guru Pendidikan Agama Islam SMKN
3 kotaTangerang.
Wawancarapun dilakukan terhadap pengawas PAI pada sekolah
di Kementrian Agama kota Tangerang, Hj. Rahmi M.Pd yang
mengungkapkan bahwa semua sekolah yang menjadi binaanya ketika

265
Wawancara dengan bapak Kasan S.Pd selaku Guru PAI di SMPN 2
Kota Tangerang
266
SMKN 4 Kota Tangerang adalah sebuah sekolah kejuruan yang
didominasi pelajar laki-laki karena program studi yang ada di sekolah tersebut
merupakan bidang keahlian yang umumnya dipilih oleh pelajar laki-laki seperti
jurusan teknik mesin, listrik, Bangunan sehingga jika pembinanan tidak dilakukan
terus menerus bukan tidak mungkin siswa-siaswa SMKN4 Kota Tangerang terlibat
dalam tawuran antar sekolah terutama antar SMK yang mayoritas pelajarnya laki-
laki. Wawancara dengan Maman Suryaman, M.Ag (Wakil KepalaSekolah bidang
Kesiswaan SMKN 4 kotaTangerang). Wawancara dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 15 Juni 2013 pukul 08.44 sampai dengan pukul 10.05.
110

dilaksanakan supervisi tampak dalam jadwal bahwa budi peketi di


laksanakan sesuai dengan ketentuan267.
SMPN 9 yang berada di jalan Belimbing perumnas 1 Kota
Tangerang menerapkan kebijakan budaya baca selama 40 menit
sebelum KBM di pagi hari268 dengan rincian 20 menit baca Al-Quran
bagi siswa muslim dan bagi siswa yang non muslim membaca kitab
suci sesuai dengan agamanya kemudian 20 menit membaca buku apa
saja sesuai dengan keinginan, dampak dari kebijakan tersebut adalah
siswa menjadi gemar menbaca dan menjadi sering dibelikan buku
sehingga berdampak tidak malas belajar karena merasa suka
membaca,269 dampak yang lain adalah semua siswa setiap hari
memakai busana muslim karena membaca Al-Quran tadi dan ini
tidak menimbulkan keberatan dari pihak manapun.270
Hal yang sama terjadi di SMKN 3 Kota Tangerang, pelajaran
Budi Pekerti juga masuk dalam jadwal Pelajaran selama 1 jam setiap
minggu yang di sampaikan oleh Wali Kelas sesuai dengan kelas yang
menjadi tanggung jawabnya dan kurikulumnya dibuat oleh Tim guru
Pendidikan Agama Islam SMKN 3 kota Tangerang, hasil wawancara
dengan salah seorang pengawas PAI pada sekolah di Kementrian
Agama kota Tangerang.
Pelajaran Budi Pekerti ini diberlakukan untuk mencapai visi
kota Tangerang, yaitu: Kota Tangerang sebagai kota industri,
perdagangan, dan pemukiman yang ramah lingkungan dalam
masyarakat yang Berakhlakul Karimah,271 hal ini selaras dengan
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pada bab 1

267
Di SMKN 3 Kota Tangerang jadwal Budi Pekerti tertera jelas dalam
penjadwalan mata pelajaran dengan kode BP ( budi peketi) yang disampaikan oleh
wali kelas sesuai dengan tanggung jawabnya.
268
Wawancara dengan Guru PAI ,Ibu Hj. Yusnidar Munaf, budaya baca
dilaksanalan, termasuk guru dan stap Tata Usaha yang ada di SMPN 9.
269
Wawancara dengan siswa alumni SMPN 9, Salsabila Syifa Rahmania,
menurut siswa tersebut awalnya sekolah membebaskan untuk membaca apa saja
termasuk Novel remaja, tetapi karena kebiasaan tersebut dia dan teman-temannya
menjadi hobi membaca dan meningkatkan prestasi bejar ketika peneliti bertanya,
dapat kunci jawaban ngak saat UN, dia menjawab punya tapi jawabannya banyak
yang salah, akhirnya saya kerjakan sendiri dan Alhamdulillah saya bisa.
270
Wawancara dengan Guru PAI pada SMPN 9 Kota Tangerang melalui
Telepon dengan Ibu Hj. Yusnidar Munaf S.Ag
271
Pemerintah Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah, Profil Daerah
Kota Tangerang, 2008.
111

pasal 1 ditulis bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana


untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, Akhlak Mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara272.
Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu
manusia dan terhadap suatu bangsa, dalam suatu syair dikatakan:
Sesungguhnya bangsa itu tetap hidup selama bangsa itu
berakhlak, jika akhlak mereka lenyap maka hancurlah
mereka273. Nabi Muhammad Saw adalah seorang rasul yang
diutus pada saat terjadi kebobrokan akhlak, Allah SWT sengaja
mengutus nabi Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan
akhlak.
Adapun salah satu upaya untuk menunjang pendidikan akhlak,
menurut Ika, salah satu staf pada kantor dinas pendidikan kota
Tangerang menjelaskan, pada tahun 2005 kepala dinas kota
Tangerang mengeluarkan surat edaran pemakaian rok panjang dan
celana panjang bagi siswa-siswi SMP/MTs, SMA/SMK/MA yang ada
di wilayah Kota Tangerang, hal ini ditujukan agar siswa dapat
melindungi tubuhnya dan terhindar dari penampakan aurat yang akan
mengundang kejahilan dari lawan jenisnya, baik di sekolah maupun di
jalan atau di angkot, selain itu, pemakaian rok panjang memudahkan
siswa untuk menutup aurat secara penuh pada saat jam pelajaran BTQ
dan PAI, karena ketika sedang membaca Al-Quran adabnya adalah
harus suci dan menutup aurat.274
Pendidikan agama bagi siswa tidak hanya ditekankan pada segi
penguasaan hal-hal yang bersifat pengetahuan tentang ajaran agama
atau ritual keagamaan semata, akan tetapi yang lebih penting adalah
menanamkan nilai-nilai keagamaan dan membuatnya terwujud nyata

272
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
273
Umar Baradza, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-putri Anda-2, (Surabaya,
PustakaProgressip, 1992), hal. 1.
274
Di SMKN3 Kota Tangerang Guru Pendidikan Agama Islam
menganjurkan siswi menutup aurat pada saat jam pelajaran PAI dan BTQ.
112

dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari. Budi pekerti sehari-
hari itulah yang disebut akhlakul karimah275.
Upaya lain untuk pendidikan akhlak pelajar di Kota Tangerang,
kepala dinas pendidikan yang merupakan perpanjangan tangan dari
walikota Tangerang mengeluarkan surat edaran pemakian busana
muslim setiap hari Jumat yang berlaku tidak hanya untuk pelajar saja,
tetapi juga bagi seluruh pegawai yang berada di lingkungan
pemerintah daerah kota Tangerang, kebijakan tersebut sebagai upaya
merealisasikan hasil belajar siswa dalam kelas kedalam perilaku
sehari-hari karena agar bersifat permanen dalam jiwa anak, akhlak
harus ditanamkan, dilatih, dan dibiasakan melalui pendidikan276.
Berkaitan dengan pemakaian seragam rok panjang bagi siswi
SMA,MA,SMK di Kota Tangerang responden pelajar 90.69%
mengatakan benar bahwa sekolah menerapkan aturan pemakaian
seragam rok penjang bagi seluruh pelajar putri baik muslim maupun
non muslim, selanjutnya 3.23% responden pelajar mengatan tidak
benar, selanjutnya 89.25% responden pelajar mengatakan setiap hari
jumat seluruh siswa putra dan putri memakai busana muslim, dan
sekitar 4,30% responden mengatakan tidak benar memakai seragam
muslim pada hari Jumat, hal tersebut dikarenakan pelajar tersebut non
muslim.

275
Dalam penggunaan sehari-hari pengertian Akhlak sering disandingkan
dengan kata etika, moral, dan susila. Melihat fungsinya keempat kata tersebut
sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan baik dan
mana perbuatan buruk. Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio
sedangkan akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadits, sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh al-Quran dan Hadits.
Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada ketentuan
atau kebiasaan umum yang di masyarakat. Selain itu, etika bersifat teoritis,
sementara moral, susila dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral, itu
berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang
tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak
tidak layak. Sementara etika lebih berbicara mengapa berbuatan itu dikatakan baik
atau buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan mempertimbangkan tentang baik dan
buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan
sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika. Baca Rahmawati, (ed), Belajar
Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2004), h., 28-29.
276
Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP dan
SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group 2012), .h. 96.
113

Dampak yang lain adalah dengan adanya penghargaan yang


pernah diterima oleh pemerintah kota Tangerang yang berkaitan
dengan kebijakan di bidang keagamaan seperti yang tercantum dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 4.11
Penghargaan Pemkot Tangerang Bidang Keagamaan
No Penghargaan Tahun Keterangan
1 Penghargaan Amal
Bhakti dari Departemen Nasional
Agama, atas Kepedulian 2010
Pemkot Tangerang
terhadap perkembangan
pendidikan agama di
daerahnya.
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang

2.Kebijakan Anggaran Pendidikan

a. Implementasi Kebijakan Anggaran Pendidikan

Implementasi dari kebijakan anggaran pendidikan adalah


dengan dilaksanakannya program pengalokasian anggaran pendidikan
20 %, hal tersebut disebabkan karena pemerintah Kota Tangerang
beranggapan bahwa faktor utama yang memberikan pengaruh
terhadap mutu pendidikan adalah masalah dana pendidikan yang
memadai. Persoalan anggaran pendidikan ini akan menyangkut
besarnya anggaran dan efektifitas penggunaan, secara makro besarnya
anggaran pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih sangat kecil
walau negara sudah menganggarkan 20%277. Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 pasal 49 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk
pembiayaan dan pembangunan pendidikan. Selain itu, dalam Undang -
undang nomor 32 tahun2004 pasal 10 ayat (3) tentang pemerintah
daerah disebutkan bahwa pendidikan bukan merupakan wewenang
pemerintah (pusat). Artinya masalah pendidikan merupakan

277
Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat (1).
114

wewenang pemerintah daerah, pernyataan ini di tulis dalam pasal 14


ayat (1) point f bahwa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah untuk kabupaten dan kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi antara lain: urusan penyelenggaraan
pendidikan. Kebijakan ini lebih menegaskan bahwa penyelenggaraan
pendidikan nasional merupakan tugas dan kewenangan yang diberikan
secara luas kepada daerah otonom kabupaten/ kota278.
Realisasi dari pasal 49 ayat (1) Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab penuh atas
pembiayaan pendidikan, baik menyangkut biaya pendidik, sarana, dan
peserta didik. Kemudian pada ayat selanjutnya (3) ditulis Pemerintah
Daerah bertanggung jawab mengusahakan penyedian anggaran
pendidikan minimal 20 % ( dua puluh persen) dari APBD di luar gaji
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan pendidikan kedinasan.
Adapun anggaran pendidikan di Kota Tangerang selalu lebih
besar dari 20 %, seperti yang terjadi pada tahun 2004 anggaran untuk
sektor pendidikan dikeluarkan sebesar 48,01 % dari APBD Kota
Tangerang279, adapun untuk lebih rinci mengenai anggaran pendidikan
kota Tangerang tergambar pada daftar tabel berikut ini:

Tabel 4. 12
Anggaran Pendidikan Kota Tangerang

Jumlah APBD Sektorpendidikan Prosen


No Tahun
(Rupiah) (Rupiah) tase (%)
1 2004 595.959.247.256,31 286.121.081.805,81 48,01
2 2005 676.005.209.673,49 246.969.131.211,12 36,53

278
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 49 menyatakan:
ayat (1) Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Negara (APBN) pada sektor pendidikan
dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ayat (2)
Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ayat (3) dana pendidikan dari Pemerintah
dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (4) dana
pendidikan dari Pemerintah ke Pemerintah Daerah diberikan dalam bentuk hibah
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
279
Sumber dari kantor Dinas Pendidikan Kota Tangerang.
115

3 2006 838.940.489.917,33 379.851.399.421,89 45,28


4 2007 914.427.674.060,00 255.345.798.396,00 27,92
5 2008 1.110.465.811.164.87 377.890.814.873.00 34.03
6 2009 1.212.047.263.828.58 452.949.523.697.84 37.37
7 2010 1.475.835.273.435.30 582.920.662.746.14 39.49
8 2011 1.857.355.895.589.00 667.731.316.629.54 35.95
9 2012 2.469.802.359.546.41 710.055.130.249.75 28.75
Sumber : Kantor Dinas Kota Tangerang

Masalah yang menjadi perhatian pemerintah daerah kota


Tangerang adalah memperbaiki sarana pendidikan dan bantuan
pendidikan bagi siswa.
Menurut penjelasan Ir. Suratno Abubakar:
Yang berkaitan dengan anggaran pendidikan kota Tangerang
pada tahun 2004 yang mencapai 48% dari anggaran APBD Rp.
595.959.247.256.31,- yakni sebesar Rp. 286.121.081.805.81,-
hal ini disebabkan perlu dibangunnya sarana gedung sekolah
bertingkat agar tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai
yang diharapkan mampu mendongkrak mutu pendidikan di kota
Tangerang, pada tahun 2005 dibangun 220 unit gedung sekolah,
tahun 2008 pembangunan sekolah mencapai 400 unit, tahun
2008 membangun 13 unit Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pada tahun 2005 anggaran pendidikan mencapai Rp. 213 miliar
yang merupakan urutan paling tinggi dari pos-pos anggaran
lainnya dari APBD, anggaran pendidikan kota Tangerang juga
meliputi penghargaan kepada kepala sekolah dan guru
berprestasi dengan memberangkatkan umroh, memberlakukan
kartu multi guna untuk siswa dari golongan tidak mampu untuk
mendapat bantuan pendidikan. 280
Selain itu, kota Tangerang juga menetapkan program wajib
belajar 12 tahun dengan pendanaan ditanggung oleh pemerintah kota
Tangerang pada tingkat dasar dan menengah, hal ini sebagai salah
satu bertuk implementasi peraturan daerah tentang pendidikan pada

280
Ir. Suratno Abubakar adalah salah seorang Anggota DPRD Kota
Tangerang periode 2004 2008, Ketua Komisi A .DPRD KotaTangerang 2008-
2014, Bakal Calon Walikota Tangerang 2014 2018.
116

pasal 29 ayat (2) tentang pendanaan pendidikan281, yang menjelaskan


pemerintah daerah berkewajiban memberikan bantuan penyelenggaran
pendidikan sebagai dana operasional sekolah kepada peserta didik
dalam upaya penuntasan wajib belajar 12 (dua belas tahun) dan
pemerintah daerah tidak diperkenankan memungut biaya operasional
pendidikan dari orang tua/wali siswa.
Pada awal tahun pembelajaran 2013-2014 ini semua sekolah
negeri mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK di Kota
Tangerang tidak boleh memungut biaya operasional pendidikan
kepada orang tua/wali siswa, kebijakan ini sejalan dengan kebijakan
pendidikan di tingkat nasional, yaitu undang-undang nomor 20 tahun
2003 pasal 46 ayat (2) yang menyatakan bahwa pemerintah daerah
bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana
diatur dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945.
Dari seluruh kebijakan Pemda Kota Tangerang yang penulis
temukan, ternyata peraturan Walikota Tangerang tentang Bantuan
Operasional Pendidikan (BOP) untuk sekolah tingkat menengah
(SMA/SMK) inilah yang paling baru, dan mulai direalisasikan pada
tahun pelajaran 2013-2014, dan sekarang dalam tahap sosialisasi.
Sedangkan yang sudah berjalan adalah bantuan operasional siswa
untuk tingkat dasar ( SD/MI,SMP/MTS) yang sumber dananya dari
pemerintah pusat, adapun petunjuk teknis Bantuan Operasional
Pendidikan (BOP) kota Tangerang282 dikeluarkan berdasarkan :
a. Peraturan Walikota tangerang nomor 43 tahun 2012, tanggal 28
Desember 2012 tentang biaya operasional pendidikan pada
satuan pendidikan negeri tahun 2013;
b. Keputusan Walikota Tangerang nomor 910/Kep.422-Dispendik/
2012, tanggal 5 Nopember 2012 tentang standar belanja bidang
pendidikan tahun anggaran 2013;

281
Lembar daerah Kota Tangerang peraturan daerah Kota Tangerang nomor
11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, pemerintah Kota Tangerang
bagian hukum dan perundang-undangan 2010.
282
Petunjuk teknis tersebut dikeluarkan oleh kantor dinas pendidikan Kota
Tangerang dan di berikan ke semua sekolah SD/MI,SMP/MTS,SMA/SMK/MA
Negeri yang berada di wilayah Kota Tangerang untuk di ketahui dan disosialisasikan
kepada guru dan staf TU, siswa dan orang tua siswa, sebanyak 41 halaman.
117

c. Keputusan walikota Tangerang nomor 910/kep.423-


Dispendik/2012, tanggal 5 Nopember 2012 tentang standar
biaya pendidikan tahun 2013;
d. Keputusan kepala dinas pendidikan kota Tangerang nomor
900/209-sek/2012, tanggal 31 Desember 2012 tentang
penjelasan rincian belanja biaya operasional pendidikan kota
Tangerang tahun anggaran 2013;
e. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang nomor :
900/210-Sek/2012, tanggal 31 Desember 2012 tentang
penetapan besaran honorarium kegiatan proses belajar
mengajar Tangerang tahun anggaran 2013.

Dalam peraturan Walikota Tangerang nomor 43 tahun 2012


tersebut dijelaskan bahwa dalam melaksanakan penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun dan rintisan wajib belajar pendidikan
12 tahun, dialokasikan biaya operasional pendidikan pada satuan
pendidikan negeri dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kota
Tangerang tahun anggaran 2013 dan berdasarkan pertimbangan di
atas, maka pelaksanaannya dapat direalisasikan dengan efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel.
Tujuan dan sasaran bantuan operasional pendidikan dari
peraturan walikota tersebut adalah untuk meringankan beban
masyarakat terhadap penyedian pendidikan. Secara rinci tujuan
program Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) ini adalah :
a. Membebaskan biaya seluruh siswa jenjang pendidikan dasar dan
biaya kegiatan ekstrakurikuler;
b. Meningkatkan kinerja dan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan;
c. Melengkapi kebutuhan untuk Proses Belajar Mengajar (PBM);
d. Memelihara sarana dan prasarana pendidikan;
e. Meningkatkan pengelolaan administrasi satuan pendidikan.
Adapun sasaran dari penerima bantuan operasional pendidikan
adalah satuan pendidikan jenjang SDN/MIN, satuan pendidikan
jenjang SMPN/MTsN, satuan pendidikan jenjang SMAN, dan satuan
pendidikan jenjang SMKN, besaran bantuan operasional pendidikan
untuk masing-masing jenjang per siswa/bulan berbeda-beda
tergantung dari kebutuhan masing-masing satuan pendidikan yang di
rinci sebagai berikut :
118

Tabel 4.13
Besaran Dana Bantuan Operasional Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Besaran BOP

1 SDN, MIN Rp.42.500,


2 SMPN, MTsN Rp.105.000,
3 SMAN / MA Rp.220.000,
4 SMK Kelompok Bisnis Manajemen
Rp.220.000,
(SMKN 1,SMKN 7)
5 SMKN Kelompok Teknologi dan Rekayasa
Rp.300.000,
(SMKN 2,4,6,8)
6 SMKN Kelompok Periwisata
Rp.250.000,
(SMKN 3)
7 SMKN Kelompok Kesehatan ( SMKN 9)
Rp.250.000,
8 SMKN Kelompok Komputer Informatika
Rp.225.000,
(SMKN 5)
Sumber : Petunjuk Teknis BOP Tahun 2013

Adapun biaya yang tidak ditanggung oleh BOP adalah biaya


pribadi peserta didik seperti peralatan dan perlengkapan sekolah;
antara lain pakaian sekolah, sepatu, tas, alat-alat tulis, transportasi
peserta didik, dan uang saku peserta didik.
Dengan anggaran pendidikan yang begitu besar yang
dikeluarkan oleh Pemda Kota Tangerang, dapat dipahami bahwa
walikota Tangerang memiliki harapan besar terhadap masyarakatnya
di kemudian hari agar bisa berpartisipasi memajukan Kota Tangerang
dan Indonesia di masa yang akan datang.
Dari fakta di atas agar dapat dilihat kebenarannya peneliti
melakukan pendataan lewat angket kepada siswa SMA/SMK/MA di
kota Tangerang tentang kebenaran dari bantuan operasional sekolah
sehingga di dapat data sebagai berikut: sebanyak 70.93% responden
pelajar mengatakan benar bahwa SPP mereka dibayar dari dana
bantuan operasional pendidikan dari pemerintah kota Tangerang,
sebanyak 18,60% pelajar mengaku ragu-ragu SPP mereka dibayar
119

oleh bantuan operasional pendidikan, hal tersebut kemungkinan


karena masih ada sekolah- sekolah yang memungut uang kepada
orang tua siswa pada awal tahun, dengan alasan untuk kegiatan yang
tidak dianggarkan dalam bantuan operasional pendidikan dan 10,47%
mengaku tidak benar kerana responden bersekolah di sekolah swasta
yang belum di biayai oleh bantuan operasional pendidikan.

b.Dampak Kebijakan Anggaran Pendidikan

Dampak dari kebijakan anggran pendidikan adalah dengan


meningkatnya indeks pendidikan dalam komponen indeks
pembangunan manusia283, yang dapat menggambarkan pembangunan
di bidang pendidikan, terlihat disana indeks pendidikan di kota
Tangerang setiap tahunnya mengalami kenaikan dari 64,77 di tahun
2009, naik menjadi 65,44 di tahun 2010, kemudian 65,96 di tahun
2011 dan terus naik lagi di tahun 2012 menjadi 66,3 , sebagai tanda
kemajuan dalam bidang pendidikan. Jadi pada tahun 2012 IPM Kota
Tangerang ada pada posisi menengah atas.

283
IPM (Indeks Pembangunan Manusia) merupakan cerminan dari kinerja
pembangunan yang dicapai oleh suatu wilayah dengan menggunakan alat ukur
berupa indikator komposit IPM, yang merupakan indeks gabungan dari indeks
kesehatan (angka Harapan Hidup), indeks pendidikan (angka melek huruf) dan
ondeks ekonomi (tingkat daya beli penduduk ) ketiga indikator tersebut dapat
dianggap menggambarkan tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan
manusia di suatu wilayah . Perhitungan IPM ini merupakan formula yang digunakan
oleh UNDP (United Nation Development Program) untuk mengukur upaya
pembangunan manusia, namun indeks ini mampu mengukur dimensimpokok
pembangunan manusia, yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk.
Kriteria Nilai IPM ( Nilai, 50 = IPM rendah, 50-65 = IPM Menengah Bawah,
66-79 = IPM Menengah Atas, 80-100 = IPM Tinggi. LKPJ Walikota Tangerang,
Dinas Pendidikan Kota Tangerang, (Penyelenggaran Urusan Pemerintah Daerah,
2012), H. 4-18
120

Tabel 4.14
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya di Kota Tangerang
Tahun 2012

Komponen IPM 2009 2010 2011 2012


1 2 3 4 5

Indeks Harapan 72,22 72,29 73,1 73,8


Hidup

Indeks 87,69 87,26 88,13 88,4


Pendidikan284

Indeks ekonomi 64,77 65,44 65,96 66,3

IPM 74,89 75,17 75,81 76,2

Sumber : Kantor Litbangsat Kota Tangerang 2012


*) Angka Hasil olahan Bapeda Kota Tangerang

Sarana dan prasarana di bidang pendidikan Kota Tangerang


setiap tahun selalu diperbanyak, pemerintah Kota Tangerang
menyediakan bangunan untuk setiap jenjang pendidikan agar siwa dan
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan tenang
karena sarana pendukung belajar tersedia dengan baik Setiap tahun
pemerintah Kota Tangerang selalu menambah gedung sekolah mulai
dari SD/MI sampai dengan SMA/SMK/MA, dapat kita lihat dalam
tabel :

284
Indeks Pendidikan = 2/3 Indeks Melek huruf +1/3 Indeks Rata-Rata Lama
Sekolah, Laporan pertanggung jawaban Walikota Tangerang 2011,h. 4-16
121

Tabel 4.15
Perkembangan Jumlah Sekolah di Kota Tangerang Tahun 2009-2012

Tahun SMA/MA SMK Jumlah

2008 99 80 1.309

2009 103 91 1.681

2010 104 102 1.663

2011 105 106 1.700

2012 101 111 1.749


Sumber : Profil Dinas Pendidikan Tahun 2012

Pembangunan gedung sekolah tingkat SMA/SMK pun


mengalami peningkatan dari tahun 2009 dengan jumlah penambahan
lima sekolah tahun 2010 menambah lagi 4 sekolah, kemudian tahun
2011 dibangun 6 gedung sekolah dan tahun 2012 dibangun 7 gedung
sekolah baru.
Tabel 4.16
Pembangunan gedung SMA dan SMK tahun 2009-2012

No Sekolah 2009 2010 2011 2012

1 SMA 3 2 3 4

2 SMK 2 2 3 3

Jumlah 5 4 6 7
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2012

Keberadaan murid dengan guru adalah merupakan hal yang tak


kalah penting dalam analisis kependidikan.perbandingan antara murid
dan guru ( rasio murid dan guru ) mengindikasikan tingkat efektifitas
122

proses belajar mengajar di sekolah untuk semua tingkatan. Semakin


besar rasio murud guru, akan menunjukan ketidak efektifan dalam
proses belajar mengajar, sebaliknya semakin kecil nilai rasio murid-
guru akan memberikan informasi tentang efektifnya belajar mengajar.
Untuk melihat kecenderungan perubahan kualitas sarana guru dari
tahun ke tahun. Tabel di bawah mendeskripsikan jumlah murid yang
terus bertambah dari tahun 2008 :

Tabel 4.17
Perbandingan Jumlah Murid Tahun 2008-2012

No Sekolah 2008 2009 2010 2011 2012

1 SMA 34.163 35.376 41.173 28535 28.186

2 SMK 32.765 34.245 14.156 46.298 46.759

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2012

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan indikator yang


berguna untuk mengukur daya serap penduduk usia tertentu untuk
bersekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan usia tersebut .
angka partisipasi murni merupakan indikator yang berguna untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan
tertentu, untuk sekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan
batasan usianya, apabila dibandingkan dibandingkan dengan APK,
APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik, karena APM
melihat partisipasi penduduk kelompok usia tertentu di jenjang
pendidikan yang sesuai, pemerintah daerah kota Tangerang285.Lihat
perbandingan APK tahun 2008 dengan APK 2008

Tabel 4.18

285
Profil Kota Tangerang tahun 2008 dan laporan pertanggung jawaban
Walikota tahun 2012.
123

Perbandingan Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar


Tahun 2008 dengan Tahun 2012

Jumlah
SMA/SMK/MA
APM APK

2008 51,23 % 72,06 %

2012 90,00 % 95,00 %


Sumber : Dinas pendidikan Kota Tangerang 2012

Dampak dari perda Nomor 11 tahun 2007 adalah dengan


diterimanya penghargaan dari berbagai pihak sebagai apresiasi
terhadap terobosan yang diambil oleh pemerintah kota Tangerang
terutama dalam bidang pendidikan, penghargaan tersebut adalah :

Tabel 4.19
Penghargaan Pemkot Tangerang Dalam Bidang Keuangan

No Penghargaan Tahun Keterangan

1 Pengelolaan Keuangan Terbaik 2006 Propinsi


se-Provinsi Banten Versi BPK RI

2 Piala Citra Abdi Negara untuk 2006


Pelayanan Publik Terbaik Tingkat Nasional
Nasional dari Presiden RI.

3 Men Obsession Award Bidang 2006 Nasional


Pemerintahan dan Pelayanan
Publik dari Majalah Men
Obsession.
124

4 Pengelolaan Keuangan Terbaik 2007 Nasional


se-Indonesia dari Departemen
Keuangan RI.

5 Tanda Kehormatan Satya 2007


Lencana Karya Satya 20 tahun. Nasional

6 Nominator 4 Besar BPKP Award 2008


dari BPK RI, Nasional

7 Tingkat Kepuasan Masyarakat 2008 Nasional


atas Pelayanan Kinerja Pemkot
Capai 71% dari LSI, tahun 2008.

8 Warta Ekonomi E-Goverment 2008 Nasional


Award Bidang Website Terbaik
dari Majalah Warta Ekonomi,

9 Penghargaan Atas Upaya 2007 Nasional


Pencapaian Pelaporan Keuangan
yang Baik Tahun Anggaran 2007
dari BPK RI.

10 Penghargaan Atas Laporan 2009 Nasional


Keuangan dengan Opini Wajar
Tanpa Pengecualian dari BPK RI
Tahun Anggaran 2007, 2008, dan
2009.
125

11 Penghargaan sebagai Daerah 2009 Nasional


Berprestasi Berdasarkan Kinerja
Keuangan, Kinerja Ekonomi dan
Kesejahteraan dari Departemen
Keuangan RI,

12 Penghargaan Ksatria Bakti 2010 Nasional


Husada Kartika,
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang

B. Implementasi dan Dampak Perda dan Perwal Pendukung


Pendidikan

1. larangan Minuman Beralkohol

a. Implementasi Perda Larangan Minuman Beralkohol

Implementasi perda larangan minuman beralkohol yaitu dengan


adanya aturan tata tertib di setiap sekolah, tentang larangan meminum
minuman yang mengandung alkohol, selain itu larangan meminum
minuman beralkohol juga menjadi bagian dari materi pembelajaran
PAI, dalam silabus di tingkat SMA/SMK/MA286 terdapat kopetensi
Akhlak dengan sub kopentensi (Menghindari Perilaku tercela) dengan
Kompetensi Dasar menjelaskan, menyebutkan dan menghindari
dosa besar, dengan indikator salah satunya adalah larangan meminum
minuman keras, materi dosa besar 287 disampaikan tidak lebih dari 2
(dua) jam pelajaran, itupun bergabung dengan indikator- indikator
yang termasuk ke dalam dosa besar yaitu pencurian, perampokan,
pembunuhan, perbuatan zina, murtad dan durhaka pada orang tua
dimana guru hanya menerangkan secara global saja tentang efek dan
ancaman jika seorang muslim meminum minuman beralkohol, para
guru PAI di sekolah sangat terbantu dengan adanya kebijpkan Perda

286
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tingkat SMK/SMA , Kota
tangerang
287
Mutmainah, MS Anwari, Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI
(Syariah Islam Tentang Dosa Besar), Jakarta, Sinektika , 2011
126

no 7 tahun 2005 mengenai pelarangan peredaran miras/minuman


beralkohol di kota Tangerang , demikian yang di paparkan oleh bapak
Jamaludin sebagai guru PAI di SMK Yuppentek kota Tangerang, hal
senada juga dikatakan oleh bapak Mahmud Yunus selaku guru PAI di
SMKN 1 kota Tangerang 288.
Implementasi dari perda miras tersebut adalah dengan selalu
diadakannya operasi yang dilakukan oleh Tim Keamanan Lingkungan
dalam operasi penertiban, yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) kota Tangerang, karena pernah terjadi tahun lalu
timbulnya perkelahian pelajar yang disebabkan oleh minuman keras di
daerah Ciledug289, dalam laporan operasi penertiban penegakan Perda
nomor 7 tentang pelarangan dan peredaran minuman beralkohol bulan
Desember 2012, dilaksanakan pada tanggal 4, 7, 11 dan 14 Desember
2012, dengan anggota personil 152-154 orang beroperasi di
kecamatan Pinang, Cipondoh, Ciledug, Cibodas dengan jenis
minuman antara lain : manison houses (wisky), anggur buah (kuda
mas), anggur ginseng, anggur Kolesom (orang tua), anker bir, bir
bintang, anggur ginseng (intisari) guiness, mix max, heineken (bir
putih) dengan kadar alkohol 5%- 43%, penjaringan tersebut terjadi di
toko kelontong , warung jamu, warung rokok, Korean restoran
Arirang, operasi dilakukan pada pukul 15.00Wib 21.45 Wib,
kegiatan tim pengendalian keamanan lingkungan untuk operasi
penertiban pelarangan dan peredaran minuman beralkohol pada Satpol
PP kota Tangerang pada bulan Desember 2012 sebesar Rp.
61.546.666.67 (enam puluh satu juta enam ratus enam puluh
enamrupiah enampuluh tujuh sen) dengan kendaraan operasional :
mobil truk dalmas 3 Unit, Dalmas polres kota Tangerang 1 unit, pick
up Penther Satpol PP 7 unit, minibus 5 unit, roda dua motor trail 8
Unit, dan perlengkapan operasional, handy Talky 25 buah, kamera

288
Wawancara dengan Bapak Jamaludin , Guru Pendidikan Agana Islam di
SMK Yupentek I Kota tangerang yang merangkap wakil kepala sekolah bidang
Humas, begitu juga yang dikemukakan oleh Bapak Mahmud Yunus selaku Guru
Pendidikan Agama Islam di SMKN 1 kota Tangerang yang merangkap sebagai
Wakil Kepala Sekolah Bidang Management mutu. Yang di lakukan pada hari Kamis
tanggal 7 November 2013
289
Hasil wawancara dengan Bapak Saeful kasi bidang Pembinaan dan
Penyuluhan di Kantor satpol PP Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 25
Oktober 2013 jam 11.12 Wib 13.55 Wib.
127

Digital 1 buah. Satuan Polisi Pamong Praja, Laporan tim Kegiatan


Pengendalian Keamanan lingkungan, Operasi Penertiban Penegakan
Perda Nomor 7 Tentang pelarangan dan PeredaranMinuman
Beralkohol 2012.
Kegiatan tim pengendalian kemanan lingkungan (operasi
terpadu) diadakan setiap bulan sebanyak 4 (empat kali) sesuai dengan
dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) satuan polisi pamong praja
kota Tangerang dengan program peningkatan kemanan lingkungan.
Perda Nomor 7 tahun 2005 tentang pelarangan minuman
beralkohol dalam Bab IV, tentang penyitaan dan pemusnahan pasal 9
di jelaskan :
Semua minuman beralkohol golongan A,B, dan C sebagaimana
dimaksud pada pasal 2 yang ada di daerah selain yang ada di
tempat sebagaimana dimaksud pada pasal 4, pasal 5 ayat (2)
dan pasal 7, peraturan daerah ini disita dan dimusnahkan. b. Tata
cara penyitaan dan pemusnahan minuman beralkohol
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku Bab VII ; pasal 13, Ketentuan pidana,
melanggar pasal 3 kurungan 3 bulan dan denda 50 juta290.

b. Dampak Perda Larangan Minuman Beralkohol.

Dampak dari kebijakan peraturan daerah tentang larangan


minuman beralkohol ada pada berkurangnya peredaran Minuman
keras dari tahun ke tahun karena pemerintah kota Tangerang
melakukan kegiatan penertiban terkait dengan penertiban minuman
keras, diketahui bahwa jumlah hasil penertiban pada tahun 2007
mengalami peningkatan dari tahun 2006, jumlah hasil minuman keras
yang berhasil ditertibkan pada tahun 2007 mencapai 54.100 botol.

290
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2005.
128

Tabel 4.20
Perbandingan Operasi Penertiban Miras Tahun 2006, 2007 dengan
Tahun 2012

Jenis Barang 2006 2007 2012


Jumlah Miras 32.391 54.100 6.079
(botol)

Sumber : Profil Daerah Kota Tangerang ,2008, Laporan Satuan Polisi


Pamong Praja 2012.

Penertiban Minuman keras sebagai implementasi dari Perda


Nomor 7 tahun 2005 adalah dilakukannya operasi penertiban yang
dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, pada
tahun 2006 telah tersita sejumlah 32. 391 botol miras yang diperoleh
dari supermarket, toko kelontong, warung roko di pinggir jalan,
selanjutnya pada tahun 2007 petugas menyita sebanyak 54.100 botol
minuman keras, telah terjadi penurunan jumlah botol miras jika
dibandingkan dengan tahun 2006, hal ini menunjukan dampak yang
baik dan efek jera bagi toko-toko yang menyediakan miras sehingga
mereka tidak menjual lagi minuman keras, kemudian pada tahun 2012
operasi miras mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu
menjadi 6.079 botol, ini menandakan perda miras sangat efektif di
lapangan walaupun belum bebas 100 %,
Adapun dampak dari pemberlakuan perda larangan miras adalah
berkurangnya tingkat kriminalitas pelajar menurun, seperti tawuran
yang bisanya sering terjadi di wilayah kota Tangerang karena tidak
dapat dipungkiri, banyaknya perkelahian antar pelajar maupun
mahasiswa biasanya di awali dengan minum-minuman beralkohol
Pada saat dilakukan observasi ke kantor polsek Sukasari kota
Tangerang untuk menanyakan tentang kasus tawuran pelajar di
Tangerang yang di terima oleh Kabareskrim bapak Eko menuturkan
Perkelahian pelajar di Tangerang untuk tahun 2013 ini tidak ada
kejadian karena petugas kepolisian selalu melakukan operasi
penjagaan sebagai bentuk kewaspadaan dan antisipasi sebelum
kejadian tawuran terjadi.
Sehingga saat ditanya tentang data kejadian berupa garafik
kejadian tawuran pada setiap tahunnya bapak Eko mengatakan tidak
129

pernah mencatat dikarenakan tidak ada permintaan dari Kapolres


Tangerang dan sebab lain adalah karena tawuran di Tangerang tidak
seperti kejadian curanmor yang sering terjadi di wilayah kota
Tangerang. Seharusnya untuk data kejadian tawuran pelajar di kota
Tangerang setiap polsek mempunyai laporan kejadian perkelahian
antar pelajar meskipun tidak terjadi, namun tetap dilaporkan.
Menurut bapak Rahmat Saleh selaku guru di SMK PGRI 109
kota Tangerang, mengakui bahawa sekolah PGRI 109, sering
didatangi oleh para aparat kepolisian, bahkan sampai masuk ke dalam
kelas untuk sweeping dan pengarahan sebagai bentuk antisipatif agar
tidak terjadi tawuran, karena pelajar SMK PGRI 109, terkenal sering
bergerombol yang dikhawatirkan terjadi perkelahian291.
Pengaruh alkohol dan narkotik selalu menjadi pemicu terjadinya
perkelahian baik pelajar maupun mahasiswa seperti yang diberitakan
oleh koran Republika yang memberitakan tentang perkelahian antar
mahasiswa Universitas Negeri Makasar Sulawesi Selatan292.
Hasil angket menunjukan sebanyak 82.26% responden pelajar
mengatakan tahu tentang perda larangan miras, ini mengungkapkan
bahwa sebagian besar pelajar di kota Tangerang paham bahwa di Kota
Tangerang ada larangan peredaran minuman beralkohol artinya
sosialisasi pemerintah kota terhadap perda ini cukup baik, selain itu
operasi penertiban oleh Satpol PP begitu terbuka dan dapat disaksikan
oleh masyarakat umum karena operasi melibatkan petugas yang
banyak sehingga mudah di lihat, selanjutnya 12.37% mengatakan
ragu-ragu, hal ini banyak dipilih oleh pelajar yang tidak terlalu peduli
dengan operasi miras karena mereka menganggap cukup tahu saja dan
ada sebagian kecil pelajar yang mengaku tidak tahu tentang perda
miras yaitu sekitar 5,38 % menjawab tidak tahu pelajar tersebut
semuanya berjenis kelamin perempuan.

291
Wawancara dengan Bapak Rahmat Saleh selaku guru IPA di SMK
PGRI 109 Kota Tangerang, wawancara dilakukan di SMKN 3 Kota Tangerang pada
hari Senin tanggal 4 November 2013.
292
Penyidik polda Sulsel menemukan narkoba jenis ganja sebanyak 3,5 kg
beserta timbangan dan laptop di fakultas Seni dan Desain UNM pada hari Jumat
tanggal 12 Oktober 2013, dan polisi mensinyalir adanya peredaran Narkoba di
lingkungan UNM dan pelakunya adalah mahasiswa. Republika,( Sabtu, 13 Oktober
2013).
130

Dampak dari berkurangnya peredaran minuman keras


melindungi pelajar yang kerap kali melakukan tawuran, karena
pengaruh dari minuman keras tersebut, data yang di dapat masih ada
kejadian tawuran pelajar di Kota Tangerang, kenyataan yang terjadi
tawuran pelajar di kota Tangerang masih terjadi, walaupun data ini
tidak di dapat dari kantor Polsek Kota Tangerang tetapi data tersebut
di peroleh dari media sosial yang memberikan informasi bahwa
perkeahian pelajar di Tangerang masih terjadi hanya peneliti
melihatnya berkurang dari tahun 2012 yang terjadi sekitar 11
kejadian menjadi 2 kejadian tawuran pada tahun 2013.293

Tabel 4.21
Perbandingan jumlah perkelahian pelajar di Kota Tangerang
Tahun 2012 Tahun 2013

Keterangan 2012 2013

Perkelahian pelajar 11 kejadian 2 kejadian


di kota Tangerang

Urutan kejadian tawuran pelajar di kota Tangerang pada Tahun


2013, terjadi pada hari Kamis, tanggal 25 April 2013, yang
melibatkan sejumlah pelajar selepas melaksanakan UN (Ujian
Nasional), Wahidin Halim selaku Walikota Tangerang mengatakan,
Kepala Sekolah yang tidak mampu mengatasi anak didiknya terlibat
tawuran akan kami copot, pada apel pagi di balai kota Tangerang,
Wahidin juga mengatakan sebelum memberikan sanksi , akan
mengumpulkan kepala SD, SMP, SMA dan mencari solusi terbaik,
padahal tawuran tersebut sempat dibubarkan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja294, terjadi pada hari Jumat tanggal 18 Oktober 2013
bertempat di jalan Sawah Dalam, Ketapang kota Tangerang295.

293
Megapolitan.kompascom/read/2012/09/27/20010192.
294
http//www. Tempo .co. Tangerang, Jumat Tanggal 26, Juli 2013.
295
http//www. Antara news..com Tanggal 15, April 2013.
131

Peristiwa masih adanya tawuran pelajar di kota Tangerang


bukan berarti perda pendidikan dan perda Pendukung Pendidikan
tidak jalan atau tidak di implementasikan, akan tetapi perlu kontrol
yang berkesinambungan dari semua pihak agar bisa mengontrol
pelajar, baik sekolah, kantor dinas pendidikan, pihak kepolisian, serta
orang tua siswa.
Dampak dari diberlakukannya larangan peredaran minuman
beralkohol sebanyak 72.04% mengatakan baik, pelajar yang memilih
jawaban ini merupakan pelajar yang tidak pernah bersentuhan dengan
minuman keras sehingga memahami betul tentang manfaat perda
tersebut sebanyak 19,35% mengatakan cukup, pelajar yang menjawab
demikian tidak terlalu ambil pusing dengan dampak yang ada dan 8,60
% responden yang mengatakan tidak tahu.

1.Perwal Larangan Merokok di Sekolah


a. Implementasi Perwal Larangan Merokok di Sekolah

Implementasi kebijakan perwal larangan merokok di setiap


sekolah di wilayah Kota Tangerang akan terlihat dari peraturan/tata
tertib yang dibuat oleh sekolah dan merujuk kepada perwal larangan
merokok seperti dalam pasal 7. Ayat 2 kepala sekolah wajib
mengambil tindakan bertahap perokok, mulai menegur siswa yang
merokok, melaporkan kepada orang tua, membuat surat pernyataan
tidak akan mengulang dengan tanda tangan siswa itu sendiri, dan
melarang siswa belajar paling lama 1 bulan, begitu juga ketika ada
guru dan /atau tenaga kependidikan wajib menegur atau melaporkan
kepada kepala sekolah apabila ada yang merokok di lingkungan
sekolah. Pasal 10 dikatakan, kepala sekolah, guru dan /tenaga
kependidikan memperingatkan apabila ada orang yang memasuki
kawasan tanpa rokok dengan tidak menghindarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal sebelumnya,296 sekolah-sekolah
di wilayah Kota Tangerang memasang spanduk kawasan bebas rokok
di setiap tempat sebagai peringatan bahwa di tempat tersebut dan
sekitarnya dilarang merokok termasuk para tamu yang datang ke

296
Lembar Daerah Kota Tangerang, Perwal Nomor 54 tentang larangan
merokok bagi siswa, pendidik dan tenaga kependidikan 2008.
132

lingkungan sekolah. implementasi dari larangan merokok jika dirinci


adalah sebagai berikut :
1. Adanya aturan tata tertib di setiap sekolah dengan sangsi-
sangsinya.
2. Adanya papan tempel di setiap sekolah yang memperingatkan
larangan merokok
3. Pemberitahun tentang tempat yang dijadikan kawasan bebas
rokok
4. Penertiban yang dilakukan oleh petugas Satpol PP ke setiap
sekolah dan instansi pemerintah.

Larangan merokok pun selalu diadakan razia yang dilakukan


pada tahun 2013 sampai dengan bulan Mei, menurut Bapak Saeful
perwal larangan merokok lebih kepada sosialisasi secara terus
menerus agar masyarakat menyadari dan memahami tentang bahaya
merokok297, hasil operasi tersebut adalah :
Operasi di lakukan di tempat-tempat seperti : gudang sound
system sebelah ruangan Al-Amanah lantai V (1 bungkus rokok dan 3
buah asbak), SMAN 2 Tangerang (1 bungkus rokok kosong di gudang
belakang), kecamatan Tangerang (2 asbak), gedung kantor Cisadane
area kantin (1 orang merokok), kec. Neglasari (1 orang merokok), kel.
Mekar Sari, kec. Neglasari (1orang merokok), kantor Inspektorat (1
buah asbak), Universita Muhammadiyah (2 orang merokok), kantor
Disnaker kota Tangerang (1 orang merokok), kawasan Pendidikan
Cikokol (2 orang merokok), Yayasan Pendidikan Pancakarya Cikokol
(6 buah asbak) dan kel. Cimone (2 buah asbak) 2. Pebruari : KUA
kec. Pinang (2 buah asbak), KUA kec. Jatiuwung (1 buah asbak dan 1
orang merokok), kel. Keroncong (1 orang merokok), SDN Jati I kec.
Jatiuwung (2 orang merokok), kecamatan Batuceper (3 buah asbak),
kecamatan Benda (2 buah asbak, 2 bungkus rokok dan 2 orang
merokok), kelurahan Benda (2 orang merokok), kel. Gebang Raya (1
buah asbak & 1 bungkus rokok), kel. Periuk Jaya (3 buah asbak) 3.
Maret : kecamatan Ciledug (2 buah asbak), kelurahan Pondok Bahar
(3 buah asbak), kelurahan Karang Tengah (1 buah asbak), Kel. Suka
Asih (1 buah asbak), KPU kota Tangerang (1 buah asbak), kelurahan
297
Hasil wawancara dengan Bapak Saeful Kasi Bidang Pembinaan dan
Penyuluhan di Kantor Satpol PP Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 25
Oktober 2013 jam 11.12 Wib 13.55 Wib.
133

Sukasari (1 orang merokok), puskesmas Sukasari (1 orang merokok),


kelurahan Sukarasa (2 buah asbak), UPTD SMPN 1 Tangerang (1
buah asbak), kantor Dinas Perhubungan (3 orang merokok, kecamatan
Neglasari (1 orang merokok), puskesmas Neglasari (1 orang
merokok), kelurahan Cimone (1 orang merokok), kelurahan Karawaci
Baru (1 buah asbak), kelurahan NusaJaya (1 buah asbak dan 1 orang
merokok); 4. April : kelurahan Poris Plawad (1 buah asbak),
kelurahan Batujaya (2 orang merokok), kantor KIR/DLLAJ Batuceper
(7 orang merokok), kelurahan Batusari (1 buah asbak), kel.
Panunggangan Utara (1 buah asbak), SDN Panunggangan 5 (2 buah
asbak), 5. Mei gedung kantor Cisadane area kantin (2 orang
merokok), kantor Dinas Pekerjaan Umum (2 orang merokok),
kelurahan Kedaung Wetan (1 orang merokok), SMA N 6 Tangerang
(1 buah asbak dan 1 Orang merokok), kantor Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (2 buah asbak dan 2 orang merokok)298

b.Dampak Perwal Larangan Merokok

Saat angket kepada responden diberi pertanyaan tentang


adanya larangan merokok di sekolah , hampir seratus persen pelajar
mengaku sekolah melarang pelajar untuk merokok di sekolah dan
seratus persen responden pelajar mengaku sangat benar sekolahnya
selalu mengadakan operasi penertiban siswa pada waktu yang tidak
ditentukan (mendadak) dan pelajarpun mengatakan sangat benar kalau
sekolah selalu memberikan sangsi kepada siswa yang melanggar
peraturan termasuk merokok299.
Dampak perwal larangan merokok adalah :
1. Lingkungan sekolah menjadi bebas asap rokok, karena semua
warga sekolah tidak melakukan perbuatan merokok di
sekoah300

298
Laporan Satuan polisi Pamong Praja Kota Tangerang Tahun 2012.
299
Obervasi ke SMKN 1 Kota Tangerang, SMAN 1 Kota Tangerang,
SMKN 4 Kota Tangerang, SMKN 3 Kota Tangerang, di sekolah-sekolah tersebut
terdapat Tata Tertib yang terpasang di dinding sekolah dan di lembaran yang
disebarkan kepada Orang tua murid pada awal tahun ajaran baru.
300
Wawancara dengan Ibu Dra Mimin Aminah, Guru pada SMK Negeri 1
Kota Tangerang, Pada Hari Jumat tanggal November 2013, bertempat di SMK
Negeri 1 Kota Tangerang.
134

2. Terjaganya kesehatan warga sekolah, baik itu siswa, guru, staf


tata usaha/ seluruh warga sekolah301.
3. Terlatihnya siswa dari sifat pemborosan karena uang jajannya
dibelikan rokok302.

2. Larangan Prostitusi

a. Implementasi Perda Larangan Prostitusi

Implementasi peraturan daerah tentang larangan prostitusi


adalah adanaya aturan tata tertib di sekoah seperti yang tercantum
pada aturan di SMK Negeri 1 kota Tangerang pada point B yang
berjudul tata tertib siswa UPTD SMK Negeri 1 kota Tangerang, pada
peraturan nomor 15 point c. Pelajar dilarang membawa buku porno,
begitupun dengan tata tertib yang berlaku di SMK Negeri 3 kota
Tangerang, pada peraturan nomor 5 point 6 siswa/siswi dilarang
membawa buku/gambar porno, hal ini adalah implemntasi dari perda
larangan pelacuran yang terdapat pada pasal 4 ayat 1. Imlpementasi
yang lain adalah larangan perzinaan terdapat dalam kurikulum/silabus
PAI kelas XI tingkat SMA/SMK terdapat kopetensi Akhlak, dengan
sub kopetensi perilaku tercela, dengan pokok bahasan dosa besar,
dengan indikator bahasan menjauhi perbuatan zina 303, pembahasan
kompetensi perilaku tercela tersebut selain indkator menjauhi
perbuatan zina juga ada indikator yang lain yaitu pencurian,
perampokan, pembunuhan, murtad, dan durhaka kepada orang tua,
seluruh indikator tersebut disampaikan hanya dengan waktu 4 jam
pelajaran atau 2 kali tatap muka, jadi guru PAI menerangkannya
singkat, sederhana, dan terbaras, tapi dengan adanya perda larangan
prostitusi, secara tidak langsung membantu para guru PAI dalam
membentuk perilaku siswa untuk memagari dan menjauhi perbuatan
perzinahan, karena pada perda tersebut juga mengatur tata tertib

301
Wawancara dengan Ibu Khotimatul Husna, guru PAI pada SMA Negeri
1 Kota Tangerang
302
Wawancara dengan kresna, siswa kelas XII Akomodasi Perhotelan 2,
tahun ajaran 2013-2-14, di SMK Negeri 3 Kota tangerang
303
Lihat Silabus Pendidikan Agama Islam Tingkat SMK/SMA Kota
Tangerang
135

bergaul antara laki-laki dan perempuan, sangsi yang diterapkan dalam


perda bagi yang melanggar adalah :
Larangan prostitusi, perda no 8 tahun 2005, dalam bab
IV pasal 9, barang siapa melanggar ketentuan pasal 2 ayat (1) dan ayat
(2) Peraturan daerah ini, diancam kurungan paling lama kurungan 3
bulan denda 15(Lima belas juta rupiah). Ayat (2) Tindak pidana
sebagaimana dimaksud ayat (1) apasal ini adalah pelanggaran,
selanjutnya dalam Bab V, pasal 11, ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan
penyidikan sebagai berikut: a. Menerima laporan atau pengaduan dari
seseorang terhadap adanya tindak pidana, b. Melakukan tindakan
pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ,
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka, d. Melakukan penyitaan benda atau surat,
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang, f. Memanggil
seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi,
g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemerikasaan perkara304.

b. Dampak Perda Larangan Pelacuran

Dampak dari terbitnya perda larangan pelacuran adalah:


1) Membantu guru PAI dalam pembelajaran kopetensi
Akhlak.
2) Melindungi pelajar dan masyarakat dari perbuatan
maksiat.
3) Kota Tangerang menjadi lebih kondusif.
4) Operasi Satpol PP membuat para PSK tidak berani beroperas
di kota Tangerang.

Selain berkurangnya para PSK yang beropersi di kota


Tangerang yang disebabkan operasi Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP) , juga karena operasi tersebut juga menertibkan para
pasangan yang berpacaran di sekitar kota Tangerang, termasuk
pasangan berpacaran pelajar. Berikut adalah perbandingan operasi
yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang :

304
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005
136

Tabel 4.22
Perbandingan Operasi Penertiban PSK Tahun 2006,2007 dengan
2012
2013
Jenis Masalah 2006 2007 2012
( sd.Mei)

269 114 0 3
PSK
8 64 2 0
Waria
Pasangan
138 39
Pacaran
Sumber : Profil Daerah Kota tangerang ,2008, Laporan Satuan Polisi
Pamong Praja 2012, 2013

Pada tahun 2006 penangkapan PSK cukup banyak yaitu 269


orang dan berkurang dan berkurang menjadi 114 pada tahun 2007,
tahun 2012 aparat satuan polisi pamong praja tidak menemukan PSK,
hal ini bisa disebabkan karena PSK tidak berani lagi beroperasi di
daerah kota Tangerang karena keaktifan tim Satpol PP yang terus
melakukan operasi,walaupun pada bulan Februari 2013 ditangkap 3
orang PSK.
Pada tahun 2006 dan 2007 penertiban kepada para PSK dan
waria saja, namun pada tahun 20012 penertiban dilakukan juga pada
pasangan yang sedang berduaan termasuk para pelajar, sehingga pada
tahun 2012 terjaring 138 pasangan pacaran yang ditertibkan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang dan pada tahun 2013
sampai dengan bulan Mei 2013 pasangan yang berpacaran ditertibkan
sebanyak 39 pasang.
Jadi perda ini tidak hanya menjaring PSK saja tetapi juga
pasangan yang berpacaran, termasuk pelajar, karena pengontrolan oleh
sekolah sangat sulit, tak akan ada guru yang bisa melakukuan razia di
taman-taman atau mall, sedangkan petugas Satpol PP berfungsi
mengawal perda dan bergerak rutin setiap bulan empat kali operasi
yang dilakukan pada jam yang berbeda dan tempat yang berbeda.
137

Perda nomor 8 tahun 2005 ini melindungi masyarakat terutama


pelajar dalam kemaksiatan, karena itu di kota Tangerang Akhlak
pelajar terjaga, dengan harapan kejadian-kejadian di sekolah lain yang
meruntuhkan moral bangsa, mempermalukan dunia pendidikan
mempermalukan guru 305, terutama guru PAI tidak terjadi di Kota
Tangerang. kota Tangerang diharapkan tertib, aman dan nyaman,
sehingga dapat berdampak bagi dunia pendidikan , dimana pelajar
harus konsentrasi untuk belajar tanpa diganggu oleh pemandangan
yang tidak baik.
Dampak dari pemberlakukan perda larangan prostitusi adalah
terciptanya suasana nyaman, seperti tidak tampak lagi para wanita
penghibur dan para waria berjejer di sepanjang jalan di Kota
Tangerang, dan pelajar semakin tenang karena menurut penuturan dari
Ibu Suarni selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan BP/BK
di SMAN 1 Kota Tangerang : Dengan adanya perda larangan
prostitusi maka sekarang para pelajar lebih sering berada di rumah
berkumpul bersama keluarga306.
Demi menjaga keamanan dan ketertiban operasi penertiban
Satpol PP, tidak hanya menertibkan PSK saja akan tetapi juga pelajar
yang masih berkeliaran setelah jam 18.00 WIB 307.dari hasil penelitian
sebanyak 45.70% responden pelajar mengatakan tahu tentang perda
larangan prostitusi, mendekati setengah dari responden mengetahui
tentang keberadaan dari perda prostitusi ini, karena perda ini pernah
menjadi pemberitaan terhadap LSM yang mempersoalkan kelahiran
perda ini karena dianggap mengganggu hak wanita yang bekerja
sampai malam, selanjutnya sebanyak 18,82% mengatakan ragu-ragu,
hal ini karena pernah mendengar tetapi tidak terlalu paham dan
35.48% mengatkan tidak tahu, responden yang mengaku tidak tahu
adalah mereka yang baru duduk di kelas X SMA/SMK sehingga
kurang dapat memperoleh sosialisasi dari orang tua dan guru.
Kota Tangerang populer setelah pemberlakuan perda nomor 8
tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran mengundang kontroversi,

305
Kejadian yang terbaru adalah dengan beredarnya video mesum pelajar
SMP 4 jakarta di tengah-tengah masyarakat.
306
Wawancara dengan Ibu Hj. Suarni Guru PAI SMAN 1 Kota Tangerang.
307
Hasil wawancara dengan Bapak Saeful kasi bidang Pembinaan dan
Penyuluhan di Kantor satpol PP Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 25
Oktober 2013 jam 11.12 Wib 13.55 Wib.
138

semangat pemda untuk membersihkan Kota Tangerang dari pelacuran


itu tampaknya masih akan menghadapi kendala, hambatan terutama
datang dari pihak-pihak yang melihat perda itu sebagai upaya
pembatasan aktivitas kaum perempuan.
Dampak dari larangan prostitusi di Kota Tangerang menurut
pelajar sebanyak 54,30% baik, hal ini karena responden merasa
terganggu dengan adanya para PSK yang berkeliaran di sekitar
sekolah-sekoah di Kota Tangerang begitu juga dengan para waria,
yang bebas mengontrak rumah di sekitar sekolah-sekolah di daerah
sukasari terutama di jalan Mohammad Yamin, sebanyak 41.40%
mengatakan cukup, hal ini bisa diakibatkan karena responden
menghawatirkan para PSK dan waria kembali beroperasi jika petugas
Satpol PP lengah mengadakan operasi penertiban dan sebanyak 4,30
% responden yang mengatakan jelek, menurut salah satu
responenyang menjawab jelek dia beralasan, opersi yang dilakukan
Satpol PP mengganggu hak pribadi, padahal belum tentu pelajar atau
perempuan yang berjalan pada malam hari tersebut adalah sebagai
pelacur.
Meskipun pro dan kontra dalam menegakan larangan prostitusi
ini banyak terjadi, namun perintah kota tetap menjalankn perda ini,
karena pemda beranggapan manfaatnya lebih banyak dari
madharatnya, dan masyarakat mendukung pemda dalam menegakan
kebenaran demi melindungi masyarakat dari kemaksiatan termasuk
pelajar, dengan komitmen pemda dalam melayani masyarakat, tahun
2013 ini kembali mendapat penghargaan, koran Madina edisi 10
November 2013 diberitakan, Pada tahun ini Kota Tangerang menjadi
bahan rujukan bagi daerah lain di Indonesia. Pemerintah Kota
Tangerang yang diwakili oleh Plt. Arief R.Wismansyah berbagi
pengalaman pada Seminar Sosialisasi dan penyerahan nominator IGA
(Inovative Goverment Award) untuk katagori pelayanan publik tahun
2013, yang betempat di gedung Sasana Bakti Praja Kemendagri.
Menurut Arief R.Wismansyah : Pemerintah Kota Tangerang
dinilai telah berhasil mengembangkan progaram Inovatif dalam
meningkatkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
Kota Tangerang.308
308
Pemerintah Kota Tangerang dijadikan Rujukan Pemerintah Daerah
lain,Koran Madina , 10 November 2013. h.9.
139

Perda pendidikan dan perda pendukung pendidikan di Kota


Tangerang masih perlu penelaahan dan pengawasan dalam
mengimplementasikannya, sehingga pelajar dapat menjadi manusia
yang berbudi luhur dan mampu meningkatakan kualitas pendidikan
setiap tahunnya.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada uraian tentang kebijkan pendidikan di kota


Tangerang, dapatlah disimpulkan beberapa hal, Pertama, bahwa
Kebijakan Pemerintah kota Tangerang berupa Perda bidang
pendidikan dan Perda Pendukung Pendidikan merupakan pemikiran
dari Walikota Tangerang yang di setujui oleh DPRD Kota
tangerang, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat kota
Tangerang agar dapat menikmati pendidikan secara adil dan
dipagari oleh kebijakan yang melindungi pelajar di Kota
Tangerang.
Kedua, Kebijakan dalam bidang Pendidikan di kota
Tangerang, diantaranya berisi tentang peningkatan mutu
pendidikan di kota Tangerang, penambahan jam PAI dari 2 jam
pelajaran menjadi 3 jam pelajaran dan anggaran pendidikan
menjadi pos yang lebih besar dibandingkan dengan pos yang
lainnya. Selanjutnya perda pendukung pendidikan diantaranya
adalah Perda Nomor 7 Tentang larangan Minuman keras, Perwal
no 54 tahun 2007 tentang Larangan merokok bagi pelajar, pendidik
dan tenaga kependidikan serta Perda Nomor 8 tahun 2005 tentang
larangan prostitusi. Perda pendukung pendidikan adalah
merupakan upaya Pemerintah daerah untuk meminimalisir
masalah-masalah yang akan mempengaruhi terhadap konsentrasi
siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga dengan pagar Perda
pelajar di kota Tangerang.
Ketiga, Implementasi dari Perda Pendidikan dapat kita lihat
di sekolah-sekolah yang berada di daerah Tangerang menerapkan
jadwal Pelajaran PAI sebanyak 3 jam pelajaran, selanjutnya dalam
anggaran pendidikan telah nyata bahwa wajib belajar 12 tahun
telah di terapkan di Kota tangerang dengan menggratiskan SPP
bagi seluruh jenjang sekolah negeri mulai dari SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA/SMK. Serta dengan banyaknya gedung-gedung sekolah
yang dibangun oleh Pemerintah Kota Tangerang. Impementasi dari
Perda Larangan merokok, larangan prostitusi dan larangan
minuman beralkohol, dapat terlihat dari Tata tertib yang di
140
141

berlakukan di seluruh sekolah yang berada di Kota Tangerang,


mengarah kepada perlindungan agar siswa tidak sampai melakukan
pelanggaran Perda tersebut. Serta Peranan Satuan Polisi Pamong
Praja Kota Tangerang yang terus menerus melakukan razia sebagai
penegakan dari Perda-perda tersebut.
Keempat, Dampak dari Perda Pendidikan di kota Tangerang
dalam kualitas pendidikan dapat kita lihat dari jumlah siswa dan
guru yang semakin meningkat, peningkatan jumlah rata-rata hasil
Ujian Nasional, Juara umum Lomba Keterampilan Siswa SMK
tingkat Propinsi, menurunnya angka putus sekolah,makin
banyaknya anggota organisasi guru, Dampak dari Penambahan
jam PAI adalah pelajar SMA/SMK/MA di kota Tangerang adalah
dengan melihat jumlah Pelajar yang sudah bisa membaca Al-
Quran, walaupun masih ada 3,11 % siswa SMA/SMK/MA di kota
Tangerang yang belum bisa membaca Al-Quran, sehingga perda
penambahan jam PAI masih harus terus di pantau oleh pengawas
sekolah agar semua sekolah konsisten dengan perda penambahan
jam PAI dan melaporkan tentang kemajuan kemapuan siswa dalam
BTQ, Sedangkan dampak dari Anggaran Pendidikan diatas 20%
adalah pertumbuhan pembangunan gedung sekolah yang ada di
lingkungan kota Tangerang dari tahun ke tahun mengalami
pertambahan yang sangat pesat mulai dari gedung SD/MI, SMP,
MTs, SMA/SMK/MA, Bantuan Operasional Pendidikan (BOP)
yang sudah terrealisasi tahun ajaran 2013-2014 untuk tingkat
SMA/MA/SMK walaupun belum menyentuh sekolah swasta.
Selanjutnya Dampak dari Perda pendukung Pendidikan dapat
dilihat dari berkurangnya temuan dalam razia minuman keras,
berkurangnya tawuran pelajar tahun 2013 yang hanya terjadi 2
kejadian dibanding tahun 2012 yang masih terjadi 11 kejadian
tawuran pelajar, maka perda pendidikan harus dapat di laksanakan
dan dipantau oleh berbagai pihak mulai dari tingkat sekolah, kantor
Dinas Pendidikan, dan tidak hanya oleh pemerintah dan sekolah
saja tetapi peran orang tua di rumah juga sangat mempengaruhi dari
pendidikan itu sendiri. Karena itu peran pengawas sekolah belum
bekerja secara optimal untuk mengawal pendidikan, dengan
memnatau keefektipan dari Implementasi Perda Perdidikan.
142

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang kebijakan pendidikan di
kota Tangerang penulis mengajukan beberapa saran atau pemikiran
kepada pihak-pihak terkait, yaitu: Pertama, agar pemerintah daerah
kota Tangerang tetap memperhatikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat.
Kedua, pengelolaan pendidikan sebaiknya
mengoptimalisasikan perda perdidikan ini dalam program sekolah,
agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan di tingkat sekolah.
Karena dengan otonomi pendidikan, pemerintah memberi
kewenangan kepada sekolah serta guru-guru dalam merencanakan
dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan potensi dan
keragaman yang dimiliki sekolah/madrasah masing-masing.
Ketiga, pemerintah Kota Tangerang yang mengeluarkan
perda, agar memperhatikan kepentingan yang diakibatkan dari
lahirnya perda, dalam hal ini penambahan jam PAI dari 2 jam
pelajaran menjadi 3 Jam pelajaran, hendaklah memfasilitasi untuk
merevisi kurikulum PAI, sehingga adanya keseragaman di semua
sekolah sesuai tuntutan perda.
Keempat, Kantor Dinas Pendidikan kota Tangerang , agar
melakukan pemantauan terhadap implemntasi perda pendidikan di
sekolah/madrasah, agar bisa mengukur sejauh mana pelaksanaan
perda pendidikan di sekolah dan menerima masukan-masukan dari
kepala sekolah, guru, orang tua siswa, serta melakukan pendataan
tentang perkembangan siswa/pelajar setiap tahunnya.
Kelima, Pengawas sekolah/madrasah sebaiknya melakukan
pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru, agar melasanakan
program kurikulum sesuai dengan perda pendidikan sebagai
respon terhadap kebijakan yang digulirkan pemerintah daerah
dalam dunia pendidikan serta dapat mengukur tingkat penyerapan
sekolah terhadap perda pendidikan, kemudian juga untuk pemetaan
terhadap langkah selanjutnya jika kebijakan tersebut membutuhkan
perbaikan atau revisi sehingga cita-cita yang tertuang dalam sistem
pendidikan nasional dapat terwujud. serta selalu rutin melakukan
pendataan dari setiap sekolah tentang pekembangan Akhlak siswa,
dan kemampuan Baca Tulis Al-Quran, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam Baca Tulis Al-Quran,
143

sehingga perda bukan hanya hiasan saja melainkan sebegai


pemenuhan pada kebutuhan siswa
Keenam, Para Guru PAI di sekolah dan madrasah agar
memanfaatkan kebijakan penambahan jam PAI dengan sepenih hati
dan memberikan laporan kepada pengawas sekolah/madrasah
tentang perkembangan kemampuan BTQ siswa secara jujur apa
adanya, agar dapat diketahui sejauhmana keefektipan dari perda
tersebut.
Ketujuh, kepada masyarakat, agar ikut memperhatikan dan
memberikan masukan terhadap lembaga pendidikan, walaupun
bagaimana mereka mempunyai hak dan kewajiban terhadap
perkembangan dan kemajuan pendidikan.
Kedelapan, kepada peneliti-peneliti muda, agar penelitian
tentang kebijakan pendidikan di daerah ini, menjadi bahan kajian
tesis berikutnya, karena kajian dalam tesis ini masih perlu
ditindaklanjuti sehimgga memberi kebermanfaatan bagi
kepentingan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukti Bisri, Kebijakan Pengembangan Madrasah Unggulan


Model Terpadu, Desertasi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2008).

Abdul Munir, Kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru terhadap


Pendidikan Islam di Bidang Madrasah, Tesis, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2000).

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta, Kencana, 2011).

Adian Husaini, Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter


& Beradab, ( Jakarta, Cakrawala Publishing dan Adabi
Press, 2012 ).

Ahmad Mustafa Al-Maragi,Terjemah Tafsir Al-Maraghi,


(Semarang Toha Putra, 1987).

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung


PT.Remaja rosda karya, 2005).

Alex, Menyoal Konsep mutu dalam Kebijakan Pendidikan Isu-isu


Kritis Kebijakan Pendidikan di Eara Otonomi Daerah,
(Bogor, Ghalia 2002) Departemen Agama RI, 2008)

Azumardi Azra dkk, Paradigma Baru Pendidikan, (Jakarta, PIC


UIN Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam

Amini Sutari Gani Suriokusumo, Bunga Rampai Soempah


Pemoeda yang dihimpun oleh Yayasan gedung-gedung
bersejarah, (Jakarta, Balai Pustaka, 1986).

Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, (Jakarta, Pustaka Firdaus


Ali, 1989).

144
145

Bacharuddin Yusuf Habibie, Detik-detik yang Menentukan, Jalan


Panjang Indonesia menuju Demokrasi, (Jakarta THC
Mandiri 2006).

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Tangerang, Lembaran


Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang nomor 5 tahun 2010 tentang Larangan
Merokok bagi Siswa,Guru,dan Tenaga Kependidikan.
2008.

Bedjo Sujanto, Managemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Model


Pengelolaan Sekolah Di Era Otonomi Daerah,( Jakarta,
Sagung Seto, 2007)

Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, ( Bandung


Pustaka Setia, 2010 ).

Choirudin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta,


Gema Insani, 2005).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia


, (Jakarta ,Gramedia Pustaka Utama,2008),

Dewan Pendidikan kota tangerang, Kumpulan Undang-Undang


dan Peraturan tentang Pendidikan,( Tangerang, 2009)

Dodi Nandika, Pendidikan di Tengah gelombang


Perubahan,(Jakarta, LP3ES, 2007)

Fauzan, Kebijakan Pemerintahan terhadap Pendidikan Tinggi


Agama Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia Tesis,
(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2003)

George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok


Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang
Pendidikan untuk Abad XXI, (UNESCO
Publising,1996)
146

Hamdan AB Andi Malla, Kebijakan Pemerintah tentang


Madrasah, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006)

Hamlan Ab.Andi Mallla, Kebijakan Pemerintah tentang Madrasah,


Posisi Madrasah dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan
Nasional 1945-2005 ,(Jakrta, UIN Syarif Hidayatullah
2008).

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan


Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta, Bumi
Aksara, 2008),

Harold G.Shane, Arti Pendidikan bagi Masa Depan,(Jakarta, Raja


Grafika Persada, 2002)

Hasan langgunung, Asas-Asas Pendidikan Islam,(Jakarta, pustaka


al-husna, 1988).

Hassan Ibrahim Hasan, Sejarah dan kebudataan Islam,(Bandung,


Kota Kembang, cet 1 , 1989).

HAW.Wijaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta,


Raja Grafindo 2005).

Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken, Politik Lokal di


Indonesia, ( Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 2007 ).

Husaini Usman, Management ,Teori, Praktik, dan Riset


Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara 2006)

Husni rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia,(Jalarta,


logos wacana ilmu, 2001).

Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia,


(Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan pemikiran, 2005)

Imam Suprayogo, Metodologi penelitian sosial Agama ,(Bandung ,


Remaja Rosda Karya, 2003)
147

Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP


dan SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group)
2012

Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH Satu Dekade Pimpin


Kota Tangerang.

Irwan Abdullah, Kondisi Sosial yang dibayangi Disintegrasi Tanpa


Ujung, ( Jakarta, Penerbit Harian Kompas, 2000 ).

J.drost,sj, Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan,


(Jakarta, grasindo 1999)

Juan Carlo Tedesco, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan


dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan
untuk Abad XXI, (Jakarta, UNESCO Publising,1996)

Kareel Steenbrink, Pesantren, Sekolah, Madrasah, (


Jakarta, LP3S 1974)

Lexi J. Moleong, MetodePenelitianKualitatif, (Bandung,


Rosdakarya, 2002),

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung ,Pustaka Setia


2011)

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: FE UII, 1989)

Mastuhu, M Sistim Pendidikan Nasional Visioner, (Jakarta Lentera


Hati, 2007).

Miguel Fernandez Perez,Krisis Dalam Pendidikan,(Jakarta, PN


Balai Pustaka, 1982.

M.ngalim purwanto, Ilmu pendidikan,(Bandung PT. Remaja


Rosdakarya 1994),
148

Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian, Refleksi pengembangan


Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian
(Malang, UIN Malang Press 2008)

Moh.alifudin, reformasi pendidikan.(Jakarta Magnascript


Publishing, 2012)
Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Ghalia Indonesia, Cetakan
ketujuh 2009).

Muhaimin dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan pada Sekolah dan Madrasah( Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2008).

Muhaimin , Pluralisme dan multikulturalisme paradigma baru,


pendidikan agama islam di indonasia,(Malang,Adytia
Media Publishing, , 2011).

Muhamad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia:


Peran Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU No
2/1989.Desertasi Indonesian-Netherlands Cooperation
In Islamic Studies (INIS 2004) .

Mulyana, E, Manajemen Berbasis Sekolah,(Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya, Cetakan ketigabelas, 2011)

M.Sirozi,Politik pendidikan, Dinamika Hubungan antara


kepentingan kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan.

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan


Praktek ( Bandung Remaja Rosdakarya 1997 ).

Nusa Putra dan Hendarman, Metodologi Penelitian Kebijakan, (


Bandung Remaja Rosdakarya, 2012).

Pemda Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah Terbentuknya


Kotamadya Dati II Tangerang, (Tangerang, 1995).
149

Pemerintah Kota Tangerang, bag.hukum dan Perundang-undangan,


Lembaran Daerah Kota Tangerang,Peraturan Daerah
Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pendidikan, 2010

Pemerintah Kota Tangerang,bag.Hukum dan Perundang-Undangan,


Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan daerah
kota tangerang Nomor 11 tahun 2005 tentang
Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol, 2007.

Pemerintah Kota Tangerang, Bag. Hukum dan Perundang-


undangan, Lembaran Daerah Kota Tangerang,
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 tahun
2005 tentang pelarangan Pelacuran, 2005.

Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 tahun 2010 tentang


Kawasan Tanpa Rokok (Bagian Hukum Sekertariat
Daerah Kota Tangerang, 2011 ).

Pemerintah Kota Tangerang, Profil Daerah Kota Tangerang, tahun


2008.

Rahmawati, (ed), Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta:


Intimedia Ciptanusantara, 2004)

Ramon Papana, W.H lucunya sang walikota,(Jakarta, Indonesia


Comedy Club, 2013)

Ratu Sutiah, Integrasi Madrasah Kedalam Sistem Pendidikan


Nasional: Studi Banding Kurikulum Madrasah dan
Sekolah Umum Sesudah UUSPN No 3 Tahun
1989,(Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1999).

Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa


Revolusi, Kajian dan kritik atas kebijakan
Desentralisasi di Indonesia.(Jakarta PT Elex Media
Kompotindo Kelompok GRAMEDIA).
150

Robert Bisaillon, Sekolah Dipersimpangan Jalan, Pendidikan


Untuk Abad 21, Pokok Persoalan dan Harapan(Paris,
Unesco publising 1996)

Rohiyat, Managemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik ,


(Bandung, Aditama,2010),
Rozali Abdulah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan
Kepala Daerah Secara Langsung, (Jakarta:Grafindo
Persada).

Ryaas Rasyid, Menolak Resentralisasi Pemerintahan (draft Revisi


UU no. 22, 1999 versi Depdagri) ( Jakarta, Millenium
Publisher, 2002).

Satya Joewana, Informasi Penanggulangan Napza Secara Terpadu


( Pedoman Bagi Keluarga) (Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, Departemen Kesehatan R.I. 2001)

Seargo Pleano, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan dan


Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan
untuk Abad XXI, (UNESCO Publising,1996),

Sigmund Freud, Civilization and its Discontents, Peradaban dan


Kekecewaan-kekecewaan ( Terjemahan oleh Apri
Danarto, Penerbit Jendela 2002 ).

Stephen j. Ball, Education Policy and Sosial Class, Routledge,


(New Taylor & Francis group,London New York ,
2006).

Suara Muhammadiah edisi No. 14 th ke 98, 16 - 31 Juli 2013.

Syafarudin, Managemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan,


(Jakarta,Grasindo Jakarta,2002)

Syamsudin Asyrofi, (Jogyakarta : Titian Ilahi Pres, 1996),cet.I.


151

Toni Wismantoro, Fajar Merekah di Kota Tangerang, (ATS),


(Jakarta:Amanat Tangerang Sejahtera, 2008)

Tilaar, H.A.R., Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian


Pendidikan Masa Depan, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya Cetakan ketujuh,2004).
---------------, Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu tinjauan
kritis, ( Jakarta Rineka Cipta 2006 )

----------------, Manifesto Pendidikan Nasional, Tinjauan dari


Perspektif Postmodenisme dan Studi Kultural, ( Jakarta,
Penerbit Buku Kompas, 2005 ).

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Undang-Undang Pornografi, Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 44 tahun 2008.

Wahidin Halim, Managemen spiritual Menuju Masyarakat


Berakhlakul Karimah, ( Jakarta,Melibas, 2004 ).

-----------------, Ziarah budaya Kota Tangerang Menuju


Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah,
(Jakarta,Auracitra Cet.II 2011).

------------------, 1001 Wajah Kota Tangerang Pembangunan


Menuju Akhlakul Karimah ( Jakarta, Melibas, 2004).

Winarno Surahkmad, Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi,


(Jakarta, Kompas, Penerbit Buku,2009)
152

Anda mungkin juga menyukai