Tesis
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
Master Pendidikan Islam (M.Pd.I)
oleh:
Lia Nurmalia
Nim : 2811011000027
Pembimbing :
Prof.Dr.Husni Rahim
oleh
Lia Nurmalia
Nim : 2811011000027
Pembimbing
Transliteration
b = z = f = =
t = s = q =
th = sh = k =
j = s{ = l =
h{ = d{ = m =
kh = t{ = n =
d = z{ = h =
dh = = w =
r = gh = y =
Short: a = ;i = ; u=
Diphthong: ay =; aw =
iv
KATA PENGANTAR
Penulis,
vi
ABSTRAK
Sebagai kota perbatasan dan penyangga Ibukota Jakarta,
Tangerang menjadi kota mempunyai masalah sosial yang sangat
kompleks, sehingga membutuhkan strategi jitu dalam memetakan
permasalahan pertumbuhan kota yang cepat melebihi daya
dukung Kota Tangerang itu sendiri. Pedidikan di Kota Tangerang
tidak dapat dipisahkan dari pengaruh permasalahan Kota yang terus
bergerak pesat.
Undang-undang nomor 22 tahun 1999, tentang otonomi
daerah, memberi jalan pemberdayaan dan pengembangan suatu
wilayah agar dapat mengatur sendiri wilayahnya sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan di wilayah tersebut. Perda Kota
Tangerang nomor 11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pendidikan di Kota Tangerang adalah produk bersama antara
kepala daerah dengan DPRD kota Tangerang yang mengatur
pendidikan agar dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat
yaitu wajib belajar 12 tahun (pasal 29), penambahan jam pelajaran
PAI menjadi 3 jam pelajaran (pasal 16), anggaran pendidikan
20%(pasal 49), komitmen pemerintah dalam anggaran pendidikan
di Kota Tangerang setiap tahun selalu diatas 20 %, terutama pada
anggaran 2004 yang mencapai 48% dari anggaran secara
keseluruhan. Selanjutnya Perwal no. 54 tahun 2008, tentang
larangan merokok, Perda no. 7 tahun 2005, tentang larangan
peredaran minuman keras dan Perda no. 8 tahun 2005, tentang
larangan prostitusi, merupakan Perda yang dapat mendukung
terciptanya situasi wilayah Kota Tangerang yang tenang dan dapat
berdampak positif bagi kemajuan pendidikan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,
penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil,
yaitu dengan penelaahan dokumen, wawancara dan pengamatan
terhadap objek yang diteliti.
Hasil penelitian kebijakan ini menunjukan adanya
peningkatan kualitas pendidikan, dan adanya peningkatan
dukungan Pemda terhadap dunia pendidikan di Kota Tangerang.
Selanjutnya pemda perlu melakukan pemantauan terhadap
pelaksaan perda-perda tersebut agar dapat berfungsi secara
maksimal.
vii
ABSTRACT
As a border town and the capital buffer Jakarta, Tangerang
is a city that has a very complex social issue, thus requiring a
surefire strategy of mapping problems in the city's rapid growth
beyond the carrying capacity of the city itself. Education in the city
of Tangerang can not be separated from the influence of the
problems of the city which is moving rapidly.
The Government constitution No. 22 of 1999, concerning
regional autonomy gave way for the empowerment and
development of an area in order to regulate its own territory in
accordance with the problems and needs in the region, including
autonomy in education as a form of building democracy
community. Tangerang city Regulation No. 11 of 2007 on the
organization of education in the city of Tangerang is a joint product
between the regional head andTangerang City Council which set
about education so that it can be felt by the whole society, namely
12 -year compulsory education ( Article 29 ) , the addition of PAI
school hours to 3 hours of lessons ( article 16 ), 20 % of education
budget ( article 49 ) , the government's commitment to education in
the city of Tangerangbudget every year is always above 20 % ,
especially in the 2004 budget reached 48 % of the overall budget.
Furthermore head of municipality regulation No. 5 of 2010, about
the smoking ban , regulation No. 7 of 2005 on the prohibition of
liquor distribution and regulation No. 8 of 2005 on the prohibition
of prostitution are the ones that can support the creation of the city
of Tangerang situation quiet and can have a positive impact for the
advancement of education.
This study used a qualitative research that prefer the process
than the result with analyze the document, make a conversation to
the speaker and do the observation of the object.
The results of this policy shows the enhancement of
education quality and endorsement from the government in
Tangerang city. So, the government in Tangerang city need to
monitor the implementation of those regulation and functionate
with maximum.
viii
.
22 1999
. 11 2002
dnardnaaTdna
12 (
)29 IAP 3 ( ) 11
20 ( )99 rdnaaTdnareaaaT
20 2009 94 .
5 2010 2 2005
( )4 2005
.
/ AMA / AMS
.
. rdnaaTdnanaregnaT
.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................ iv
ABSTRAK.................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
DAFTARTABEL ........................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 135
B. Saran ........................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ketimpangan sosial tersebut seperti urbanisasi, kemiskinan, disorganisasi
keluarga, kejahatan dan lumpuhnya lembaga-lembaga sosial masyarakat.Kota
Tangerang juga menghadapi berbagai ragam persoalan perkotaan yang
berkaitan dengan prasarana dan sarana kota.Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota
Tangerang, (Jakarta, Melibas, 2004), cet.1 h.48,49
2
Jumlah kasus peredaran narkotika adalah jumlah kasus atau kejadian
peredaran narkoba yang terjadi pada tahun tertentu untuk masing-masing jenis
narkoba seperti ekstasi, putau, shabu-shabu, Jumlah kasus penyalahgunaan
narkoba adalah jumlah kasus atau kejadian penyalahgunaan narkoba yang terjadi
pada tahun tertentu untuk masing-masing jenis narkoba. Tahun 2003 terjadi
sebanyak 189 kasus dan 198 tersangka,tahun 2004, sebanyak 208 kasus dan 208
tersangka,, tahun 2005, sebanyak 248 kasus dan 337 tersangka, tahun 2006
sebanyak239 kasus dan 345 tersangka, tahun 2007 sebanyak 261 kasus dan 354
tersangka. Sumber Badan Narkotika Tangerang (BNK), 2008 yang di kutip
dalam buku. Badan Perencanaan Daerah Profil Daerah Kota Tangerang
(Tangerang , Pemerintah Kota Tangerang, 2008) h.77
1
2
3
Tangerang dengan letaknya yang strategis (hanya 26 kilometer barat
Jakarta), kemudian tumbuh menjadi salah satu zona industri terpenting dan
menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta, wilayah Tangerang dipersiapkan
untuk mendorong kegiatan perdagangan dan industri, mengembangkan pusat-
pusat pemukiman dan menjaga keserasian pembangunan antara DKI Jakarta
dengan daerah-daerah yang berbatasan langsung. Toni Wismantoro, Fajar
Merekah di Kota Tangerang, (ATS), (Jakarta:Amanat Tangerang Sejahtera,
2008),hal. 104.
4
Hokkian yang datang ke Tangerang dan tinggal turun temurun di
kawasan pasar lama ,mereka masuk dengan perahu melalui sungai Cisadane
sejak lebih dari 300 tahun silam. Wahidin Halim, Ziarah budaya Kota
Tangerang Menuju Masyarakat Berperadabab Akhlakul Karimah,
(Jakarta,Auracitra Cet.II 2011),hal 27.
5
Arak merupakan minuman keras yang paling tua dikonsumsi manusia..
Miras jenis ini dibuat dari beras dikukus sampai setengah matang, kemudian
ditaruh di tampah dan diratakan setelah itu, ditaburi biang ragi dan di simpan
pada tempat yang kering selama tiga hari agar terjadi proses fermentasi,
kemudian beras yang sudah menjadi tape diperas guna diambil airnya. Tahap
selanjutnya air hasil perasan beras kemudian disuling guna diambil araknya,
setelah itu, arak muda disimpan dalam wadah steril agar kadar alkoholnya
meningkat, kadar alkohol arak putih sekitar 40 %. Wawancara Dengan Lautse
Indra pada tanggal 2 April 2013 di SMKN 3 Tangerang.
3
6
Budaya ini dilakukan bila terjadi pergantian musim dari musim gugur ke
musim semi untuk menghangat tubuh dan budaya jika ada salah satu keluarga
yang meninggal Wawancara dengan Lautse Indra, Warga Etnis Tionghoa dan
mengajar Bahasa Mandarin di SMKN 3 Tangerang pada tanggal 2 April 2013 di
SMKN 3 Tangerang.
7
Awal pembentukan kabupaten Tangerang didasarkan maklumat Jakarta
Syu Nomor 4 tanggal 27 Desember 1943, sedangkan peresmianya dilakukan
pada hari Selasa 4 Januari 1944, dengan R. Atik Suardi menjadi Bupati
Tangerang pertama, seorang aktifis yang menjadi seorang pimpinan paguyuban
Pasundan, ia pernah menjabat sebagai pembantu R.Pandu Suradiningrat di
Gunseibu Jawa Barat. Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945
mendapat sambutan hangat dari para pemimpin dan masyarakat Tangerang.
Wujudnya terdiri atas dua bentuk, pertama menegakan kemerdekaan dengan cara
membentuk pemerintahan daerah di Tangerang yang menunjang Proklamasi
kemerdekaan RI, mulai dari tingkat kabupaten ke bawah. Kedua
mempertahankan kemerdekaan dengan cara menentang dan melawan pihak asing
dan antek-anteknya yang berusaha untuk menjajah kembali dan pihak yang mau
mendirikan negara sendiri yang tidak mengakui keberadaan Republik Indonesia,
Terjadilah revolusi kemerdekaan . Akhirnya kedaulatan Republik Indonesia bisa
ditegakan di Tangerang. Kedudukan Kabupaten Tangerang yang dikukuhkan
kembali pada awal masa Republik Indonesia (19 Agustus 1945) dan berlaku
terus hingga kini. Kabupaten ini jadi salah satu kabupaten di Propinsi Jawa
Barat. Sesuai dengan semangat dan tuntutan otonomi daerah serta perkembangan
Kota Tangerang yang meningkat pesat , status pemerintahan Kota Tangerang
sendiri di tingkatkan. Tadinya kota itu adalah kota kecamatan , lalu jadi kota
administratif. Kota Tangerang yang memiliki luas wilayah 17.729.794 hektar
dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1993 tentang pembentukan
Kota Tangerang. Wahhidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadaban Aklakul Karimah, (Jakarta:Auracitra, 2011), cet. 2,
hal. 19-20.
4
8
Pemda Kota Tangerang, Sejarah terbentuknya Kotamadya Dati II
Tangerang, Cet I 1995.
9
Wawancara dengan Bapak Saarin, penduduk asli Tangerang yang
tinggal di daerah Bojong Larang Karawaci Rt02/05.
10
Tari Cokek adalah tarian khas Tangerang yang diwarnai budaya etnik
China, tarian Cokek mirip sintren dari Cirebon, tarian ini kerap identik dengan
keerotisan penarinya yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat lantaran
dalam peragaannya pria wanita menari berpasangan dalam posisi berempet-
dempetan. Dinas Pemuda Olah Raga Budaya Dan Pariwisata Kota Tangerang,
Pariwisata Kota Tangerang, ( Tangerang, DISPORBUDAR) h. 13
5
11
Rozali Abdulah,Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung, (Jakarta:Grafindo Persada), hal.153.
12
Hambatan fundamental dari berbagai daerah dalam mengelola
keberhasilan pembangunan wilayahnya, selalu saja terletak pada sumber daya
alam, yang biasanya dialokasikan untuk sumber pendapatan pos-pos tertentu,
apalagi jika UU no 25/99 tentang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah
menganut sistim bagi hasil eksploitasi sumber daya alam (SDA), dan secara
teoritis jika menggantungkan pada SDA, hanya beberapa daerah yang siap
menyongsong diberlakukannya UU tersebut. Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota
Tangerang, (Jakarta: Melibas,2004), hal. 15.
6
13
Perda (Peraturan Daerah) adalah Produk Undang-Undang yang dibuat
atas kesepakatan antara Eksekutif dengan legislatif di satu Daerah. (Keputusan
Legislatif dan Eksekutif), wawancara hari Selasa, 25 Juni 2013 dengan anggota
7
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2.Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokusnya penelitian ini diperlukan pembatasan
masalah penelitian. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada
permasalahan yang terjadi di Kota Tangerang yang telah terpisah
dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
(Tangsel). Selanjutnya permasalahan yang diteliti adalah seputar
kebutuhan pendidikan masyarakat Kota Tangerang yang terimbas
dari keadaan kota yang berdampingan dengan Ibukota Jakarta.
Dengan demikian kajian ini difokuskan pada kebijakan
pendidikan di Kota Tangerang, (Studi kasus periode Walikota
Wahidin Halim) dengan menelaah kebijakan-kebijakan pemerintah
daerah Kota Tangerang berupa Peraturan Daerah (Perda), dan
Peraturan Walikota (Perwal) yang berkaitan dengan pendidikan dan
nantinya akan dilakukan komparasi kebijakan pemerintah daerah
Dewan Bapak Suratno Abubakar sebagai Anggota DPRD Kota Tangerang dan
bapak Komarudin mantan anggota DPRD kota Tangerang periode 1999-2004.
14
Perwal (Peraturan Walikota) Undang-undang yang merupakan
menjabaran /rincian dari Peraturan Daerah agar peraturan bisa lebih jelas dan
lebih fokus pada masalah ( Keputusan Eksekutif). Hasil wawancara hari Selasa,
25 Juni 2013 dengan anggota dewan bapak Suratno Abubakar sebagai anggota
DPRD kota Tangerang dan bapak Komarudin mantan anggota DPRD kota
Tangerang periode 1999-2004.
8
3.Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan
bahwa kebijakan daerah dalam penddikan dapat memperbaiki
mutu pendidikan di Kota Tangerang, lebih rinci penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menganalisis peranan walikota dalam melahirkan peraturan
daerah yang didukung oleh kalangan Eksekutif dan
Legislatif ( DPRD).
2. Mengidentifikasi beberapa kebijakan pemerintah Kota
Tangerang dalam bidang pendidikan.
9
D. Signifikansi Penelitian
15
Muhamad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran
Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU No 2/1989.(Desertasi Indonesian-
Netherlands Cooperation In Islamic Studies )
16
Hamlan Ab.Andi Mallla, Kebijakan Pemerintah tentang Madrasah,
Posisi Madrasah dalam Konfigurasi Sistem Pendidikan Nasional 1945-
2005.(Desertasi , UIN Syarif Hidayatullah 2008).
11
kebijakan dalam pemerintahan orde lama dan orde baru, tesis ini
membahas tentang kebijakan-kebijakan yang diterapkan
pemerintah, baik pada masa orde lama maupun orde baru sangat
berpengaruh terhadap proses penciptaan kondisi PTAIN yang lebih
inklusif, terbuka dan lebih memberi peluang kepada para lulusan
pendidikan tinggi.17
Ratu Sutiah yang mengkaji kurikulum madrasah pada era
orde baru dalam tesisnya Integrasi Madrasah ke dalam Sistem
pendidikan Nasional (studi banding Kurikulum Madrasah dan
Sekolah Umum sebelum dan sesudah UUPN no 2 tahun 1989)
menyimpulkan bahwa kurikulum madrasah sesudah UUSPN no 2
tahun 1989 cenderung mengikuti kurikulum sekolah umum.18
Abdul Mukti Bisri, judul Desertasi, Kebijakan
Pengembangan Madrasah Unggulan Model dan Terpadu, desertasi
ini membahas bahwasanya kebijakan pengembangan madrasah
unggulan ketika intervensinya bertumpu pada aspek fisik, sarana
dan prasarana juga mengkritik kebijakan penganggaran pendidikan
di Departemen Agama yang lebih terfokus.19
Abdul Munir judul tesis, Kebijaksanaan Pemerintah Orde
Baru terhadap Pendidikan Islam di Bidang Madrasah. Dalam tesis
ini membahas tentang eksistensi madrasah masa orde baru sejak
sebelum lahirnya SKB Tiga Menteri 1975 dan pasca lahirnya SKB
tiga menteri yang menjadikan madrasah sebagai bagian integral
dari sistem pendidikan nasional.20
Melihat penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semua
penelitian itu diarahkan kepada kebijakan pemerintah tentang
pendidikan pada tingkat pusat, maka dalam penelitian ini akan di
khususkan pada kebijakan pemerintah di bidang pendidikan di
17
Fauzan, Kebijakan pemerintahan terhadap Pendidikan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia, (Tesis, Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,
2003)
18
Ratu Sutiah, Integrasi Madrasah Kedalam Sistem Pendidikan
Nasional: Studi Banding Kurikulum Madrasah dan Sekolah Umum Sesudah
UUSPN No 3 Tahun 1989,(Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1999).
19
Abdul Mukti Bisri, Kebijakan Pengembangan Madrasah Unggulan
Model Terpadu, (Desertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
20
Abdul Munir, Kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru Terhadap
Pendidikan Islam di Bidang Madrasah, (Tesis, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2000). h. 21
12
F. Metodologi Penelitian
21
Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,
Remaja Rosda Karya, 2013) cet.ke 31, h.5.
22
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung,Pustaka Setia
2011) h.89.
23
Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,
Remaja Rosda Karya, 2013) cet.ke 31, h.6.
24
Nusa Putra, Hendarman, Metodologi Kebijakan, (Bandung, Rosda
Karya,2012), h.10.
13
1. Sumber Data
25
Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan
yang tetulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data,bukti, informasi
kealamiahan yang diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk
lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Mahmud,
Metode Penelitian Pendidikan(Bandung ,Pustaka Setia 2011) h.183.
26
SK tentang Pembentukan Panitia Khusus Tanggapan DPRD Tangerang
terhadap Perda pendidikan dan Perda Pendukung pendidikan sebanyak 3
halaman ditanda tangani oleh ketua DPRD kota Tangerang.
27
SK tentang Pembentukan Panitia Pengesahan Perda Pendidikan
sebanyak 3 halaman ditanda tangani oleh walikota dan ketua DPRD kota
Tangerang.
14
28
Keputusan pempinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Tangerang No 171/KEP.013-PIM.DPRD/2007 berisi susunan Pimpinan dan
anggota Panitia Khusus RAPERDA penyelenggaraan Pendidikan, yang terdiri
dari 15 Orang yang diketuai oleh Drs. PO Abas Sunarya, M.Si dari Fraksi Golkar
29
Naskah No 188.34/KEP.032-DPRD/2005,tentang berisi persetujuan
antara DPRD Kota Tangerang dengan Walikota Tangerang tentang 2 (dua)
buah Rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah Kota Tangerang
yaitu Raperda Tentang Pelarangan Prostitusi dan Larangan Pengadaan dan
Persetujuan Minuman Keras.
15
30
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung Pustaka Setia
2011) h.168 .
31
.Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Pustaka Setia
2011) h.151.
16
32
Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES,
2012), cet.ke 30, h. 207.
33
Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES,
2012), cet.ke 30, h, 207.
34
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2013) h. 216..
35
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung Pustaka Setia 2011)
h.168.
36
Sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian
rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sampel acak
sederhana merupakan sampel kesempatan sehingga hasilnya dapat dievaluasi
secara objektif. terpilihnya tetap satuan elementer kedalam sampel itu harus
benar-benar berdasarkan faktor kebetulan bebas dari subjektifitas. Sofian Effendi
dkk, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta, LP3ES, 2012), cet.ke 30, h, 158.
17
37
Tujuan utama analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam
bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan hubungan antar problem
penelitian dapat dipelajari dan diuji.Moch. Kasiran, Metodologi Penelitian,
Refleksi pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian
(Malang, UIN Malang 2008) h.128.
38
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2013) h. 151.
18
39
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: FE UII, 1989), hal. 87.
BAB II
40
George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok
Persoalan dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad
XXI, (UNESCO Publising,1996), h. 10
41
Menurut Winarno disamping kekurangmantapan kebijakan
Pendidikan juga karena kurangnya profesionalisme birokrasi pendidikan serta
masih kurangnya profesionalnya pelaksana pendidikan , Kebijakan-kebijakan
yang telah dirumuskan di dalam strategi pembangunan pendidikan nasional
apabila tidak diarahkan kembali kepada tujuannya yang hakiki maka hasilnya
adalah tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat
brilian sebagai sintesa dari strategi-strategi pendidikan yang dianggapnya keliru
sehingga dapat menuju kepada tragedi suatu bangsa Winarno surahkmad,
pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi, (Jakarta, KOMPAS Penerbit Buku,
2009), h. 41.
42
M.Mastuhu beranggapan dalam era globalisasi penyakit dunia
dengan cepat menjalar ke berbagai negara lain, terutama negara-negara yang
belum menguasai sains dan teknologi maju. Indonesia dewasa ini bagaikan orang
sakit yang hampir seluruh persendian tulang-tulangnya terasa ngilu, ada tanda-
tanda hanyut menjadi korban globalisasi, jika kita tidak cepat
mengobatinya.dengan gejala demokrasi yang sakit, masalahnya lahan kegiatan
kerja demokrasi sebagian besar adalah politik.rakyat Indonesia sudah habis
dipeta-petakan menurut partai politik sehingga rakyat tidak bisa menyuarakan
aspirasinya secara langsung.M. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner,
(Jakarta, Lentera Hati, 2007), h.38.
19
20
43
Dalam pergantian mentri pendidikan nasional seperti : Juwono
Sudarsono,yahya Muhaimin, Malik Fajar dan Bambang Sudibjo, dari keempat
mentri pada pemerintahan berbeda, telah memberi pengaruh yang berbeda beda
pada pelaksanaan kebijakan dalam pendidikan. Alex,Menyoal Konsep mutu
dalam Kebijakan Pendidikan Isu-isu Kritis Kebijakan Pendidikan di Era
Otonomi Daerah, (bogor, Ghalia 2002) h.17
44
Menurut Tilaar munculnya banyak kritik baik dari praktisi pendidikan
maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang
tidak mempunyai arah yang jelas menunjukan hilangnya alat vital di dalam
pendidikan nasional yang menggerakan sistem pendidikan untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi 1945. H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional
Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14
45
Tilaar berpendapat setiap kelompok mementingkan kepentingan
kelompoknya sendiri dan masing-masing ingin mewujudkan kepentingan
kelompoknya sendiri , menurut Tilaar terdapat dua kekuatan besar yang
mempengaruhi jalannya pendidikan nasional dewasa ini, yaitu kekuatan politik
dan kekuatan ekonomi H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu
Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 14
46
Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis,(Jakarta,
Rineka cipta, 2006). H. 10.
21
47
Moh.Alifudin, Reformasi Pendidikan.(Jakarta, Magnascript Publishing,
2012), h. 16.
48
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran
Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2 / 1989,( Indonesia Netherlands
Cooperation in Islamic Studies, 2004) hal 1.
49
Kareel A. Steenbrink, Pesantren, madrasah, Sekolah : pendidikan Isam
dalam kurun Modern ( Jakarta ; LP3ES, 1974), h.23,24.
50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta ,Gramedia Pustaka Utama,2008), h190.
51
Wahidin Halim, Managemen Spiritual, (Melibas , Jakarta 2004),hal 13.
22
52
Nusa Putra, Hendarman, Metodologi Kebijakan, (Bandung, Rosda
Karya,2012), h.44-45.
53
Selanjutnya menurut Wahidin tiga elemen kebijakan publik: (1)
identifikasi dari tujuan ingin dicapai; (2) taktik atau strategi dari beragam
langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) penyediaan ragam input
untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik maupun strategi
tersebut di atas. Dari ketiganya tersirat bahwa pada dasarnya kebijakan publik
adalah sebuah sikap pemerintah yang berorientasi pada tindakan. Artinya
kebijkan publik merupakan kerja kongkrit dari adanya organisasi birokrasi
pemerintah yang memang diberi wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas
kepublikan, tugas-tugas yang menyangkut hajat orang banyak, seperti
pendidikan, kesehatan, transportasi, peneranga, air dan sebagainya. Dan tugas-
tugas kepublikan tersebut lebih konkret lagi adalah berupa serangkaian program
tindakan yang hendak direalisasikan dalam bentuk nyata. karena itu biasanya
diperlukan pentahapan dan managemen tertentu agar tujuan tersebut terealisasi.
Rangkaian proses perealisasian tujuan program kepublikan tersebutlah yang
dinamakan kebijakan publik. kebijakan publik memiliki beberapa implikasi (1)
bahwa kebijakan publik itu bentuk awalnya adalah penetapan tindakan-tindakan
23
pemerintah; (2) bahwa kebijakan publik tersebut tidak cukup hanya dinyatakan
dalam bentuk teks-teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau
diimplementasikan secara nyata; (3) bahwa kebijakan publik tersebut pada
hakikatnya harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik jangka
panjang, menengah, dan jangka pendek, yang sebelumnya telah dirancang secara
matang dan terencana dan (4) bahwa segala proses itu diperuntukan semata bagi
pemenuhan kepada masyarakat. Itu artinya karena kebijakan publik merupakan
sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka ukuran sukses atau tidaknya
kebijakan tersebut tergantung bagaimana masyarakat menilai. Bila masyarakat
merasa kebutuhan dan kepentingannya sudah terpenuhi oleh kebijakan publik,
maka dengan sendirinya kebijakan tersebut akan dianggap telah menjalankan
fungsi pelayanannya dengan baik. tapi bila yang terjadi sebaliknya, maka dengan
sendirinya masyarakat menganggap bahwa kebijakan publik yang ada tidaklah
sukses atau gagal. Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota tangerang, Pembangunan
menuju Akhlakul Karimah (Jakarta, Melibas, 2004), hal 90,91.
54
Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Peran
Tokoh-Tokoh Islam dalam Penyusunan UU no 2 / 1989,( Indonesia Netherlands
Cooperation in Islamic Studies,2004) hal. 2.
24
55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta , Gramedia Pustaka Utama, 2008), h190.
56
J.Drost,sj, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, (
Grasindo Jakarta 1999), hal 1-2.
57
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
58
A. Zaki badawi, Mujam Musthalahat al-Ulum al-Ijtimaiyat (Bairut
Maktabah Lubnan, 1982) h. 127.
59
M. Ngalim Purwanto, ilmu pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung 1994, hal 11.
25
60
Muhaimin , Pluralisme dan Multikulturalisme paradigma baru,
pendidikan agama islam di indonasia,(Malang, Adytia media publishing, ,
2011), hal 197.
61
Miguel Fernansez Perez, Krisis dalam Pendidikan, (Jakarta, Balain
Pustaka, 1982) h.11
62
Dari semua usaha manusia agaknya pendidikan adalah salah satu yang
mengalami rintangan paling besar dalam perjalanan kemajuannya. Hingga kini
belum pernah terjadi evolusi di dalam dunia pendidikan, standar moral umum
telah maju dan gelombang kejutan dari sejumlah kemajuan yang menentukan
dalam peradaban kita telah terasa dalam pendidikan, secara umum dapat
dikatakan bahwa integritas atau kesempurnaan pelajar setidaknya telah dihargai
sampai tingkat tertentu rencana pelajaran dan metodik telah lebih menurut
penalaran. Tetapi menurut sebagian besar masih tetap tidak berubah, rintangan-
rintangan yang dijumpai dalam jalan perubahan telah diketahui. Apakah nilai-
nilai fisik, sosial, emosional dan estetis telah dikorbankan guna pengertian
terbatas dari pengetahuan dan pemikiran, sejauh mana pendidikan menunjukan
jalan tentang adanya kita di dunia ini dalam usaha seseorang yang terarah secara
sistematis untuk mengkordinasi fakta-fakta pengalaman menjadi kepribadian
yang utuh dan seimbang.Paul Legrad, Pendidikan Dipersoalkan, (Jakarta, PN
Balai Pustaka, 1982) h.23-24.
63
Pada masa Kolonial, kebijakan diskriminasi pendidikan yang diterapkan
oleh pemerintah kolonial Belanda disertai oleh agenda politik, dan jika dilihat
dari struktur kelembagaan pendidikan yang sentralistik dan besarnya intervensi
26
67
Akh.Minhaji, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia dan
Tradisi Berfikir Kritis, Paradigma Baru Pendidikan, (Jakarta, PIC UIN Jakarta,
2008), h. 35.
68
M.Amin Abdullah, Paradigma Baru pendidikan Islam, restrospeksi
dan proyeksi Modernisasi pendidikan Islam di indonesia, Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam Direktorat Jendral pendidikan Islam , Departemen Agama Islam RI
, (Jakarta, IISEP, 2008), h.46.
69
Lihat Bacharuddin Yusuf Habibie, Detik-detik yang menentukan, Jalan
panjang Indonesia menuju Demikrasi, (Jakarta THC Mandiri 2006).h. 201.
70
Depolitisasi pendidikan , berbagai kebijakan telah ditetapkan yang pada
umumnya berada dalam kerangka perbaikan mutu pendidikan .hanya perubahan-
perubahan tersebut cederung bersifat politis , seperti kebijakan KBK yang baru
saja di tetapkan kemudian dibekukan dan diganti dengan kurikulum baru,
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), hal.10
28
71
Alex, Menyoal Konsep Mutu Pendidikan, Isu-isu kritis Kebijakan
Pendidikan Era Otonomi Daerah, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), h.16
72
Pemecahan sebenarnaya terhadap masalah pendidikan dapat diperoleh
dengan mereorganisasi secara luas ke arah pendidikan, sebab sekali pendidikan
menjadi berkesinambungan, maka gagasan tentang keberhasilan dan kegagalan
akan berubah. Manusia sadar atau tidak sadar tetap terus belajar dan melatih diri
selama hidupnya , terutama melalui pengaruh lingkungannya.Anthony Brock,
Pendidikan dan Hari Depan, Kerangka Masyarakat Belajar, (jakarta, PN Balai
Pustaka 1982) h.89,90.
29
73
Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung,
Fokusindo Mandiri, cet 2 2012), h. 2
74
Tujuan Sisdiknas seperti yang diminta dalam Pasal 4 UU no 2 Tahun
1989 dapat tercapai secara efisien dan efektif. Dengan memahami management
SISDIKNAS yang merupakan proses sosial yang direkayasa untuk mencapai
tujuan SISDIKNAS (Keputusan Legislatif dan Eksekutif) secara efektif dan
efisien dengan mengikut sertakan kerjasama serta partisipasi masyarakat. H.A.R.
Tilaar, Managemen Pendidikan Nasional, ( Bandung, PT. Remaja Rosda Karya,
2004) cet. 7, h.4
75
Menurut Tilaar Managemen pendidikan nasional sangat penting karena
bukan saja pendidikan itu merupakan kebutuhan dasar manusia Indonesia,
bahkan merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri, dengan
demikian managemen pendidikan haruslah merupakan subsistem managemen
pembangunan nasional yang tidak lepas dari kecenderungan kecenderungan
global dewasa ini dan dimasa depan. H.A.R. Tilaar, Managemen Pendidikan
Nasional, ( Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2004) cet. 7, h.153
76
Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi,
Kajian dan kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia.(Jakarta PT Elex
Media Kompotindo Kelompok Gramedia).
30
77
Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), h.113
78
HAR Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta:Rieka
Cipta, 2002)
79
Aktualisasi pendidikan nasional yang baru, mengisyaratkan bahwa
tanggung jawab pendidikan tidak lagi dipikul hanya oleh pemerintah, tetapi juga
dibebankan kepada masyarakat sama-sama bertanggung jawab pada segala hal
yang berkaitan dengan pendidikan. Pemerintah dan masyarakat harus memiliki
kepedulian yang sama terhadap mutu dan keberhasilan pendidikan.Dalam
paradigma baru ini, masyarakat yang selama ini pasif terhadap pendidikan
ditantang untuk lebih aktif bahkan proaktif sebagai penanggung jawab
pendidikan, tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikan sumbangan
untuk pembangunan gedung sekolah dan membayar uang sekolah, tetapi yang
lebih penting masyarakat diharapkan turut serta menentukan jenis pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah turut
bertanggunga jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkan
kesejahteraan tenaga pendidik agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik. Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era
Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada) h.115.
31
80
A.Samana, Sistem Pengajaran, Prosedur Pengembnagan Sistem
Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya, (Yogyakarta, karnisius,
1992) h.23,24
81
Warijan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan sistem Instruksional,
P2LPTK, Dirjen Dikti-Depdikbud, (Jakarta, 1984).
82
Johnson,R.A, kast, F.E dan Rosenzweig, J.E, The Theory and
Management of System, McGraw-Hill, (New York, 1973), h. 17
83
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,( Bandung, Fokusindo,
cet ke 2, 2012)
84
George S. Papadopoulos, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan
dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI,
(UNESCO Publising,1996), h. 65
85
Menurut Winarno disamping kekurang mantapan kebijakan Pendidikan
juga karena kurangnya profesionalisme birokrasi pendidikan serta masih
kurangnya profesionalnya pelaksana pendidikan , Kebijakan-kebijakan yang
telah dirumuskan di dalam strategi pembangunan pendidikan nasional apabila
tidak diarahkan kembali kepada tujuannya yang hakiki maka hasilnya adalah
tragedi suatu bangsa,Winarno mencanangkan konsep-konsep yang sangat brilian
sebagai sintesa dari strategi-strategi pendidikan yang dianggapnya keliru
32
90
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional Bab II pasal 3.
91
Winarno Surahkmad, Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi,
(Jakarta, Kompas, 2009) h. 29.
92
Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), h.113
93
HAR Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta:Rieka
Cipta, 2002)
34
94
Aktualisasi pendidikan nasional yang baru, mengisyaratkan bahwa
tanggung jawab pendidikan tidak lagi dipikul hanya oleh pemerintah, tetapi juga
dibebankan kepada masyarakat sama-sama bertanggung jawab pada segala hal
yang berkaitan dengan pendidikan. Pemerintah dan masyarakat harus memiliki
kepedulian yang sama terhadap mutu dan keberhasilan pendidikan.Dalam
paradigma baru ini, masyarakat yang selama ini pasif terhadap pendidikan
ditantang untuk lebih aktif bahkan proaktif sebagai penanggung jawab
pendidikan, tanggung jawab ini tidak hanya sekedar memberikan sumbangan
untuk pembangunan gedung sekolah dan membayar uang sekolah, tetapi yang
lebih penting masyarakat diharapkan turut serta menentukan jenis pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah turut
bertanggunga jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan dan memikirkan
kesejahteraan tenaga pendidik agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu
pada peserta didik. Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan Era
Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada) h.115.
95
Undang-Undang Sisdiknas (Sisten Pendidikan Nasional), (Bandung,
Fokusindo 2012) cet ke 2
35
96
Permendinas Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Pendidikan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
97
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
98
Permnediknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan menengah
99
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
36
100
Permendiknas Nomor 12,13,16 Tahun 2007, tentang Standar Pengwas
Sekolah/Madrasah, Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Permendiknas Nomor 24, 25, 27 dan 40
tentang standar tenaga administrasi Sekolah, Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah, standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor,
standar Penguji pada Kursus dan pelatihan.
101
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah dasar dan madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Aras/madrasah Aliyah (SMA/MA). Permendiknas Nomor 40 tahun 2008 tentang
Standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Madrasah Aliayah Kejuruan (MAK).
102
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah. H. 152
103
Permendiknas nomor 69 tahun 2009 tentang standar Biaya Operasi
nonpersonalia tahun 2009 untuk sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah menengah pertama. Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah( SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
104
Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
pendidik.
37
C. Desentralisasi Pendidikan
105
M.Ryaas Rasyid merupakan salah seorang diantara sekelompok
birokrat dan intelektual yang pernah memprakarsai lahirnya kebijakan otonomi
daerah , selanjutnya menuturkan desentralisasi merupakan simbol adanya trust
antara pemerintah pusat dan daerah, ini akan dengan sendirinya mengembalikan
harga diri pemerintah dan masyarakat daerah. Kalau dalam sistem yang
sentralistik mereka tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi berbagai masalah,
maka dalam era otonomi daerah ini mereka ditantang untuk secara kreatif
menemukan solusi-solusia atas berbagai masalah yang dihadapi. Posisi kebijakan
otonomi sebagai sebuah proyek pengembalian harga diri pemerintah dan
masyarakat daerah. Dimasa lalu banyak masalah.terjadi di daerah yang tidak
tertangani secara baik karena keterbatasan kewenangan pemerintah daerah di
bidang tersebut.M.Ryaas Rasyid, Menolak Desentralisasi Pemerintahan,
(Jakarta, Millenium Publisher Dyatama Milenia 2002), h.19,20.
107
Husni Rahim, Arah baru Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 2001),hal. 15.
38
108
M.Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h. 236.
109
Menurut Sam M Chan walau demikian pemerintah pusat masih saja
mempertahankan bentuk-bentuk-bentuk kewenangan di dunia pendidikan. Hal
ini terlihat jelas pada peraturan pemerintah Republuk indonesia Nomor 25 tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonomi, khususnya pada pasal 2, butir 11, bidang pendidikan tercantum 10 butir
kewenangan yang masih di pegang oleh pemerintah pusat, diantaranya terdapat 7
hal yang penetapannya masih di genggam oleh pusat. Sam M.Chan, Analisis
Swot, Kebijakan pendidikan Era Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada)h.159
110
Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung,
Fokusindo Mandiri, cet 2 2012).
111
Perda Pendidikan Nomor 11 tahun 2008.
112
Perda Pendidikan Nomor 11 tahun 2008.
113
Lihat Perda larangan Minuman beralkohol Nomor 7 tahun 2005.
39
114
Lihat Perda larangan Prostitusi Nomor 8 tahun 2005.
115
Lihat Suwartoyo dkk, Pesepsi Masyarakat Terhadap Desentralisasi
Pendidikan (Studi kasus di kota Manado), (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan) h.86-
89.
116
Lihat Lembar Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan.
40
117
Lihat Lembar Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan,
Jawa barat.
118
Pasal 2 Diniyah Takmiliyah Awaliyah berkedudukan sebagai satuan
pendidikan agama Islam non formal yang menyelenggarakan pendidikan Islam
sebagai pelengkap bagi siswa Sekolah Dasar/Sederajat, pasal 4 Wajib Belajar
Diniyah Takmiliyah Awaliyah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tambahan
Pendidikan Agama Islam bagi siswa yang belajar di Sekolah Dasar/Sederajat.
41
119
Pada pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia , sehat, berilmu, cakap,kreatif, madiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab . Kemendiknas, Undang-Undang
sistem Pendidikan Nasional, ( Bandung, Fokusindo, 2012) cet.2, h. 6
120
Stephen j. Ball, education policy and sosial class,Rroutledge, Taylor
& Francis group, London New york , 2006, page 54.
121
Dodi Handika , Pendidikan di tengah gelombang perubahan, pustaka
LPEES, 2007,HAL 16.
122
Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan pemikiran, 2005), h.97
42
123
HAW.Wijaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta,
Raja Grafindo 2005)
124
Kepala daerah baik Gubernur, Bupati atau Walikota hanya diposisikan
sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat semata untuk menjalankan
kebijakan yang telah diatur dari pusat sehingga tertutup peluang untuk berani
beda, akan menjadi sebuah resiko yang amat besar apabila terjadi pertentangan
125
Hal tersebut karena sitem birorasi selalu menempatkan kekuasaan
sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses pengambilan keputusan ,
sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung oleh kekuasaan birokrasi yang
menggurita sejak kekuasaan tingkat pusat , Hamzah B. Uno, Profesi
Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia,
(Jakarta, Bumi Aksara, 2008), h. 83.
126
Kebijakan Otda memang merupakan bagian integral dan program
reformasi sistim pemerintahan dan pembangunan secara menyeluruh, tetapi
pendidikan adalah salah satu aspek yang mendapat perhatian besar di dalamnya,
bidang pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah adalah salah satu
bidang yang diotonomikan kepada pemerintah daerah sehingga kebijakan Otda
tidak hanya menjadi titik tolak reformasi bidang sosial dan politik, tetapi juga
menjadi titik tolak reformasi sistim pendidikan nasional. M.Sirozi, Politik
Pendidikan, Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik
Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta, Rajagrafindo Persada), h.202
43
127
Chabib Sholeh dkk, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah, sebuah
pendekatan struktural menuju tatakelola pemerintahan yang baik, (Bandung,
Fokus media, 2010).h.27
128
Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota Tangerang, (Jakarta, Melibas
2004), h. 15.
129
Juan Carlo Tedesco, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan
dan Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI,
(UNESCO Publising,1996), h. 89.
44
131
Seargo Pleano, Pendidikan Pada abad XXI Pokok Persoalan dan
Harapan, Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad XXI, (UNESCO
Publising,1996), h. 108.
45
132
Wahidin Halim, 1001 Wajah Kota Tangerang, (Jakarta, Melibas,
2004), h. 39-41.
133
Robert Bisaillon, Sekolah Dipersimpangan Jalan, Pendidikan Untuk
Abad 21, Pokok Persoalan dan Harapan (Paris, Unesco publising 1996).h.354.
46
134
Dominasi pemerintah pusat yang berlangsung dalam jangka waktu
yang cukup lama telah menjadikan pemerintah pusat sebagai supra struktur yang
mengatur dan menetapkan segalanya, sebagian besar sumber daya pemerintahan
dan pembangunan terkonsentrasi di pusat dan di kelola serta di kontrol oleh
pemerintah pusat M.Sirozi, Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan antara
kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta,
Rajagrafindo Persada), h.202
135
Muatan lokal bukan suatu mata pelajaran, tetapi lebih merupakan
kajian, artinya setelah sekolah berkonsultasi dengan instansi induknya, sekolah
dapat mengisi muatan lokal dengan beberapa mata pelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, sekolah yang mempunyai
kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas pendidikan setempat
(propinsi,kabupaten, kota).Sam M.Chan, Analisis Swot, Kebijakan pendidikan
Era Otonomi Daerah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada)h.159
47
136
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab XIV Tentang
Pengelolaan Pendidikan, Pasal 51 Ayat 1, Sisdiknas (Jakarta, Fokusindo
Mandiri, 2012) cet ke 2, h. 29.
137
Selanjutnya E. Mulyasa memaparkan kewenangan yang bertumpu
pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat
efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan seperti kebijaksananaan
dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik,
orang tua dan guru kemudian. MBS bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber
daya lokal, dan MBS efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti
kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru
dan iklim sekolah.E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi
dan Implementasi (Bandung, Rosda Karya), hal.25.
138
Husaini Usman, Management, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
(Jakarta, Bumi Aksara 2006), h.497.
139
Pergeseran paradigma pengelolaan pendidikan dasar dan menengah
telah tercermin dalam misi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum
dalam GBHN (999) mewujudkan sistim dan iklim pendidikan nasional yang
demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia
,kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat disiplin, bertanggung
jawab, terampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hamzah B.
Uno, Profesi Kependidikan, Probleme, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), h. 84.
140
Bedjo Sujanto, Managemen Pendidikan berbasis sekolah, Model
Pengelolaan Sekolah Di Era Otonomi Daerah, ( Jakarta, Sagung Seto, 2007), h.
30.
48
141
MBS memberikan otonomi yang lebih besar pada sekolah, sekolah
memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelola
sekolahnya sehingga lebih madiri. Rohiyat, Managemen Sekolah, Teori Dasar
dan Praktik , (Bandung, Aditama,2010), h. 47
142
Lebih lanjut Mukheri Mukhtar menyatakan bahwa pelaksanaan
management berbasis sekolah mempunyai tujuan dalam pelaksanaan
kegiatannyayang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, Pertama,
meningkatkan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumberdaya, partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, kedua peningkatan mutu dapat
dilakukan melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas
pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala
sekolah, dan ketiga adalah pemerataan pendidikan yang diperoleh melalui
partisipasi masyarakat dan pemerintah diharapkan berkonsentrasi pada kelompok
yang kurang amapu dalam masyarakat. Mukheri Mukhtar, Pengawasan
Pendidikan(Jakarta, BPJM Press Universitas Negeri Jakarta, 2013)h.16
143
Bersamaan dengan otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut
maka management yang dikembangkan lebih mengarah pada management
berbasis sekolah/madrasah (shool based management) yakni model management
yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah atau madrasah dan
49
148
, Buku profil Daerah Kota Tangerang berisikan cakupan data-data yang
telah di peroleh dari masing-masing SKPD berupa dokumen, gambar dan peta
yang memberikan informasi tentang kondisi dasr Kota Tangerang meliputi
keadaan ekonomi. Pemerintah Kota Tangerang, profil daerah Kota Tangerang,
(Tangerang, Pemkot, Tahun 2008), h.4.
149
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat
Berperadabab Akhlakul Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005), h. 80.
150
Pemerintah KotaTangerang, Laporan Pertanggungjawaban Walikota
Tahun 2012, h. 4.27.
151
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Tangerang, Pariwisata Kota Tangerang. (Tangerang, DISPORBUDPAR), h.1.
51
52
152
.Buku Sejarah terbentuknya Kotamadya Dati II Tangerang disusun oleh
tim penyusun berdasarkan masukan dari para tokoh/sesepuh masyarakat
Kotamadya Dati II Tangerang. Pemda Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah
Terbentuknya Kotamadya Dati II Tangerang, (Tangerang, 1995), cet. 1
153
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju Masyarakat
Berperadabab Akhlakul Karimah, (jakarta, Auracitra, 2005), h. 27
154
Secara garis besar hanya dapat digambarkan komposisi penduduk di
Tangerang pada awalnya, yaitu terdiri atas etnik Sunda, Jawa, Betawi, Cina,
Arab,dan Eropa. Pada masa itu kelompok etnik Sunda sebagian besar menempati
daerah Tangerang Selatan dan Tangerang Tengah yang meliputi wilayah
kecamatan Tangerang, Cikupa, Serpong , Curug, Tigaraksa, dan Legok. Pemda
Kotamadya Dati II Tangerang, Sejarah Terbentuknya Kotamadya Dati II
Tangerang, (Tangerang, 1995), cet. 1
53
155
Pemda Kotamadya tangerang, Sejarah Terbentuknya Kotamadya dati
II Tangerang,(Tangerang, Pemda kota, 1995) h.27
156
Wahidin Halim, 1001 wajah Kota Tangerang Pembangunan menuju
Akhlakul Karimah.(Jakarta, melibas 2004).h.69
54
157
Tentang keputusan /persetujuan bersama antara Dewan perwakilan
Rakyat Daerah Kota Tangerang dan Walikota Tangerang tentang peraturan
daerah penyelenggaraan Pendidikan di kota Tangerang, dalam ketentuan umum
disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan dan kecerdasan
spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat, bangsa dan
Negara.(Dewan Pendidikan Kota Tangerang) 2009
55
158
Emzir, dkk, Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,
(Jakarta, Ghalia Indinesia).h.15
159
J.Kaloh, Kepala Daerah Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku
Kepala Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, (Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama,2003) h.169-170.
160
Wahidin Halim dianggap berhasil, baik dalam pembangunan fisik
maupun pembangunan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Kota Tangerang
begitu cinta terhadapWH. Kecintaan mereka dibuktikan ketika KPUD Kota
Tangerang mengumumkan hasil akhir perolehan suara Pilkada Kota Tangerang
Kamis 30 Oktober 2008. Hampir di seluruh tempat pemungutan suara (TPS),
pasangan Wahidin Halim Arief menang mutlak. Indra Setiawan dkk, Dibalik
56
163
Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat
berperadaban Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.86
58
harus bekerja lebih keras lagi mengingat jumlah anak putus sekolah
kian bertambah.
Bertolak pada pengalaman yang dialami oleh Wahidin Halim
pada saat masih usia sekolah SD sampai SMP, sekolah rusak
sekolah tidak ada yang layak, akses jalan menuju sekolah tanah
berlumpur dan berbatu gaji orang tua sebagai kepala sekolah di SD
pinang dan di SD Poris Plawad kecil sehingga sulit untuk
menyekolahkan kedelapan anaknya. 164
Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
dilatarbelakangi pemikiran bahwa umumnya lulusan SMU tidak
dapat mengisi pasar kerja yang ada di Kota Tangerang karena
dinilai banyak yang tidak memiliki kemampuan dan keahlian di
bidang pekerjaan yang dibutuhkan penyedia kerja, pemberian
insentif guru negeri/swasta/MTs setiap bulan, dilatarbelakangi
pemikiran bahwa dalam rangka memberikan motivasi dan
meningkatkan kesejahteraan para guru (non diskriminasi), maka
diharapkan dalam mendidik anak-anak menjadi semakin baik
Perda pendidikan adalah hasil pemikiran bersama antara
walikota Tangerang dengan anggota DPRD Kota Tangerang yang
memang sepakat untuk meningkatkan dan mempermudah
masyarakat dalam memperoleh pendidikan di Kota Tangerang,
dalam perda pendidikan, banyak pasal yang membela kepada
masyarakat lemah agar dapat mengenyam pendidikan dan juga
pasal yang mendorong pada perilaku masyarakat agar tercipta kota
yang berahlakul karimah, setelah adanya otonomi daerah
pendidikan menjadi salah satu urusan daerah yang meliputi guru,
anggaran dan bangunan sekolah165, dengan tersedianya fasilitas
pendidikan yang memadai diharapkan mampu mendongkrak mutu
pendidikan.
164
Wawancara dengan H. Abdul Syukur ,( Anggota DPRD Kota
tangerang Periode 1999- 2004 Anggota DPRD Kota Tangerang Periode 2004 -
2008 Anggota DPRD Propinsi Banten Tahun 2008 2014.Bakal Calon Walikota
Tangerang Tahun 2014-2018 Adik Kandung dari Walikota Tangerang H.
Wahidin Halim Selasa 26 Maret 2013)..
165
Wawancara dengan bapak Ir. Suratno Abubakar tanggal 23 Maret
2013 ( Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004 2008 Ketua Komisi A
DPRD Kota Tangerag 2008-2014 Bakal Calon Walikota Tangerang 2014
2018)
59
166
Lihat Anggaran Pendidikan Kota tangerang pada tahun 2004.(Dinas
pendidikan Kota tangerang)
167
Visi Akhlakul Karimah secara substantif bukan hanya milik warga
muslim saja, meski secara penanaman Akhlakul Karimah diambil dari teks-teks
Al_Quran .Penanaman Akhlakul Karimah hanya sebagai cara komunikasi ke
ruang-ruang publik, agar mudah diserap dan mudah diingat, yang pasti menurut
WH visi Akhlakul Karimah juga melihat perbedaan ras, suku dan perbedaan
berpendapat yang bermuara bagi terwujudnya masyarakat madani. Wahidin
Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat berperadaban
Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.104
60
Akhlak Mulia, dan itu semua bisa dicapai jika mempunyai niat
untuk membangun hari esok yang lebih baik.
Cukup menarik menyimak upaya Wahidin Halim untuk
menjadikan warganya sebagai 'masyarakat madani' yang
berakhlakul karimah. Slogan-slogan akhlakul karimah, misalnya,
saat ini terpampang hampir di semua sudut Kotamadya Tangerang.
Sementara, staf dan jajaran di kantornya, dianjurkan berpakaian
seislami mungkin, ruang rapat di gedung pemdapun dinamai
Ruang Akhlakul Karimah.
Wahidin Halim mengusulkan kepada DPRD Kota
Tangerang untuk melahirkan Perda Pendidikan, Perda Pelarangan
Minuman beralkohol di Kota Tangerang168 dan Perda Pelarangan
Pelacuran169, Saat masih menjadi raperda larangan minuman
beralkohol dan pelarangan pelacuran, DPRD sempat menunda
pengesahan dua raperda tersebut karena dianggap kontroversial. 170
168
Keprihatinan Wahidin Halim selaku walikota saat suatu hari di
datangi oleh seorang ibu yang mengadukan putranya yang tertangkap polisi
karena mabuk dan berjudi padahal dia dari keluarga miskin, hal ini terjadi bukan
satu atau dua orang melainkan banyak, keprihatinan ini disampaikan oleh bapak
Wahidin Halim di hadapan anggota DPRD Kota Tangerang sambil menangis,
(Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD Kota Tangerang Periode
1999- 2004 anggota DPRD kota Tangerang Periode 2004 -2008 anggota DPRD
Propinsi Banten Tahun 2008 2014.Bakal Calon walikota Tangerang tahun
2014-2018 adik kandung dari Walikota Tangerang H. Wahidin Halim Selasa 26
Maret 2013
169
Banyaknya PSK wanita dan waria yang mangkal di sepanjang jalan
di daerah Kota Tangerang seperti di depan Kodim, sepanjang jalan Moch. Yamin
, Jalan Daan Mogot, sepanjang pinggiran sungai cisadane , dan hal ini
mengganggu pemandangan kota.juga menggangu pelajar karena di sepanjang
jalan Moch Yamin terdapat banyak sekolah SMP SMA dan SMK, kemudian
banyaknya waria dan PSK yang terkena penyakit kelamin ( AIDS) hingga
meninggal.PSK yang beropersi di Tangerang yang berjumlah mendekati angka
400 orang disinyalir adalah PSK yang termarjinalkan atau tidak mampu
beroperasi di Jakarta. (Wawancara dengan H. Abdul Syukur , Anggota DPRD
Kota Tangerang periode 1999- 2004 anggota DPRD Kota Tangerang periode
2004 -2008 anggota DPRD propinsi Banten tahun 2008 2014. Bakal calon
walikota Tangerang tahun 2014-2018 adik kandung dari walikota Tangerang H.
Wahidin HalimSelasa 26 Maret 2013
170
Sejak raperda tersebut masih berupa wacana ada kelompok yang
menolak, lantaran perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan politisi yang
menjadi anggota DPRD Kota Tangerang, mereka menolak berpendapat jika
keberadaan dua Raperda tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
61
undangan di atasnya dan dianggap melanggar hak asasi manusia. Wahidin Halim
,Ziarah Budaya Kota Tangerang Menuju Masyarakat Berperadaban Akhlakul
Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.32.
171
Wahudin Halim, Piagam Akhlakul Karimah, Meretas Jalan
Masyarakat Madani (Jakarta, , 2006) h. 10
172
http://myidenty.blogspot.com/2007/08/memahami-pemikiran-dai-
birokrat.html
62
173
Wahidin Halim, Management Spiritual, (Jakarta, Melibas, 2004),
h.15
63
174
Wahidin Halim ,Ziarah Budaya Kota Tangerang menuju Masyarakat
berperadaban Akhlakul Karimah, (Jakarta, Auracitra 2011, cet 2) h.91-92.
175
Begitu pula, menurut Wahidin, dalam mencegah kemungkaran,
seperti membersihkan kota dari pelacuran, minuman keras, kriminalitas dan
berbagai penyakit sosial lainnya, sangat memerlukan peran aktif masyarakat.
Dalam pandangan Wahidin, jika kita berada di masjid, lalu mendengar ada orang
berbuat zina, mencuri dan membunuh, terus kita dalam hati membenarkannya,
maka kita memiliki derajat yang sama dengan pelaku kemungkaran itu Kita
wajib mencegahnya dengan tindakan. Jika tidak mampu, maka harus
mencegahnya dengan lisan. Setidaknya, membenci kemungkaran itu dengan hati.
Prinsip ini, tampaknya, yang menyemangati diberlakukannya Perda tentang
Pelarangan Pelacuran di Kota Tangerang, sebagai salah satu langkah untuk
menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia. Selain prinsip-prinsip di atas,
buku ini juga berbicara tentang kebersihan, disiplin kerja, pentingnya
berpikir positif, ijtihad, dan keadilan sosial. Semua itu dituturkan dalam
bahasa yang popular, sehingga menarik dibaca dan mudah dipahami siapa
saja. Menurut Harry Mulya Zein, buku ini perlu dibaca untuk lebih
memahami semangat Perda tentang Pelarangan Pelacuran yang cukup
kontroversial itu.Wahidin Halim, Piagam Akhlakul karimah, (Tangerang
melibas, 2008),h. 9.
64
176
Lihat Lembaran Surat Keputusan Bersama Antara DPRD Kota
Tangerang dan Walikota Tangerang Nomor 188.34 / KEP.014.DPRD / 2007.
177
Lihat Lembaran Surat Keputusan Bersama Antara DPRD Kota
Tangerang dan Walikota Tangerang Nomor 172.4 / KEP.PIM 011.DPRD /VII /
2005.
178
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH, satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang, (Tangerang, Ardiansyah) h. 31-33
179
Soedijarto, Kedudukan dan Peranan Lembaga Legislatif Daerah,
Pidato pada acara Diklat Akselensi Legislatif Bagi Anggota DPRD Se Propinsi
Banten, Tanggal 1 Oktober Tahun 2002.
65
Tabel 3.1
Susunan Panitia Khusus Raperda Pendidikan
180
Lembaran Pemandangan Umum Fraksi-fraksi Dewan Perwakilan
rakyat Daerah Kota tangerang Terhadap Pengatar nota Keuangan Rancangan
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang Tahun
Anggaran 2004,.h. .24.
66
181
Lembaran Surat Keputusan bersama yang di keluarkan oleh Kantor
DPRD Kota Tangerang. Tahun 2007.
67
182
Lembaran Surat Keputusan bersama yang di keluarkan oleh Kantor
DPRD Kota Tangerang. Tahun 2005.
68
183
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH,Satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang.( Puspem Kota Tangerang), h. 113.
184
Indra Setiawan dkk, Dibalik Kesuksesan WH,Satu Dekade Pimpin
Kota Tangerang.( Puspem Kota Tangerang), h. 114.
185
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang,
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h. 2.
69
186
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang,
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h. 1.
187
Lembaran Dearah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang,
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, h12.
188
Dalam konteks pendidikan nasional Indonesia diperlukan standar
yang perlu dicapai di dalam kurun waktu tertentu di dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan. Hal ini berarti perlu perumusan yang jelas dan terarah dan
fisible mengenai tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan dapat berupa
tujuan ideal, tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah dan rencana
strategis yang terlihat dengan keadaan dan waktu tertentu. Apabila sebagai syarat
70
utama di dalam proses pendidikan adanya rumusan tujuan yang jelas, maka
didalam pencapaian tujuan sementara atau rencana strategis perlu dirumuskan
langkah-langkah strategis dalam mencapainya. H.A.R. Tilaar, Standarisasi
Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), h. 75
189
Profesi sebagai pengajar sebagian besar tidak menguntungkan bagi
jiwa yang berimajinasi dan berkreasi, dengan alasan apapun dalam profesinya ,
seorang pengajar pada tingkatan manapun tidak pernah ikut serta dalam suatu
dialog, ia tidak harus menyesuaikan dirinya terhadap rekan-rekannya, tetapi lulus
sistem ujian dari para murid dan menjadi penguasa penuh di dalam kelas. Paul
Legrand, Pendidikan dipersoalkan, Krisis Dalam pendidikan, (Jakarta, PN Balai
Pustaka, 1982)h.23.
190
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
191
Pasal 37 ayat(1) a, Undang-undang Nomor 20 tahun2003 tentang
Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat Pendidikan Agama.
71
192
Kurikulummempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan.Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan
urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga
merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan
teoritis bagi pengembangan kurikulum sebagai institusi pendidikan.Nana
Syaodah Sukmadinata, pengembangan Kurikulum, Teori dan praktek(Bandung,
Rosyda Karya, 2011), h.3,4.
193
Riant Nugroho D, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi,
Kajian dan kritik atas kebijakan Desentralisasi di Indonesia.( Jakarta, Elex
Media Komputindo Gramedia), h. 21
72
194
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010) h.1
195
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan,
(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h.12.
196
Wawancara dengan Ibu Hj. Yusnidar Munaf guru PAI pada SMPN 9
Kota Tangerang, yang selalu melaksanakan Tadarus Al-Quran pada setiap pagi
sebelum Pelajaran dimulai.
197
Wawancara dengan Maman Suyaman selaku Guru PAI pada SMKN
4 Kota tangerang yang menuturkan bahwa di SMKN 4 rutin diadakan Shalat
Jumat di Sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh siswa bahkan gerbang sekolah
ditutup.
198
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h.16
199
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h.17
73
200
Pasal 37 ayat(1) a, sisdiknas Nomor 20 tahun2003 menyatakan
bahwa, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat a. Pendidikan
Agama
201
Jam pelajaran Budi Pekerti adalah 1 jam pelajaran disampaikan oleh
wali kelas atau guru PAI.
202
Lembaran Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)
203
Praktek baca tulis Al-Quran ini telah dilaksanakan di seluruh
sekolah yang ada di lingkungan Kota Tangerang.
204
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan Struktur kurikulum.
205
Juhaya S. Praja, Ilmu Akhlak ( Bandung, Pustaka Setia 2010) h. 50.
74
tanpa ada bekal yang kuat dalam penanaman agama maka akan
berdampak negatif jika tidak disaring dengan benar, selain itu pola
hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di
tengah-tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak
dapat diabaikan juga moral pejabat /birokrat yang memang sudah
melekat seperti koruptor yang tidak peduli pada kesusahan orang
lain ikut menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan
kebijakan, diragukan ketulusan dan keseriusannya
mengimplementaskannya secara benar, serta kurikulum sekolah
mengenai dimasukannya materi moral dan budipekerti ke dalam
setiap mata pelajaran juga cukup sulit.
Dalam peraturan daerah nomor 11 Tahun 2007 pada pasal 16
alinea kedua berbunyi : Mata pelajaran wajib adalah budi pekerti
dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan. Pengembangan kota
Tangerang dengan melihat kondisi dan potensi-potensi yang ada,
maka diformulasikan visi Kota Tangerang,yaitu : Kota Tangerang
Sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Pemukiman yang Ramah
Lingkungan dalam Masyarakat yang Berakhlakul Karimah.206
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang sisdiknas pada Bab 1 pasal 1 ditulis bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,Akhlak Mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.207
Dalam Al-Quran kata Akhak sering disebut, seperti dalam firman
Allah SWT :
Dan sesungguhnya engkau benar-benar
berbudi pekerti yang luhur
(Qs.Al-Qolam/68 ayat 4)208
206
Pemerintah Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah, Profil
Daerah Kota tangerang, 2008.
207
Undang-Undang sistim pendidikan Nasioanal Nomor 20 tahun 2003.
208
AL-Quranul Karim, terbitan Departeb Agama Republik Indonesia.
75
209
Dalam penggunaan sehari-hari pengertian Akhlak sering disandingkan
dengan kata etika, moral, dan susila. Melihat fungsinya keempat kata tersebut
sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan baik
dan mana perbuatan buruk. Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada
rasio sedangkan akhlak bersumber pada al-Quran dan Hadits, sementara rasio
hanya pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh al-Quran dan
Hadits. Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada
ketentuan atau kebiasaan umum yang di masyarakat. Selain itu, etika bersifat
teoritis, sementara moral, susila dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral,
itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana
yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar
salah, layak tidak layak. Sementara etika lebih berbicara mengapa berbuatan itu
dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan
mempertimbangkan tentang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik
tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian
etika. Baca Rahmawati, (ed), Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta: Intimedia
Ciptanusantara, 2004), h., 28-29.
210
Menurut Ibu Ikka Staff di Dinas Kota Tangerang dalam sebuah
wawancara di katakan edaran di berlakukan pada tahun 2005 ke setiap sekolah
dan instansi pemerintahan yang berada di lingkungan Kota Tangerang
76
211
Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP
dan SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group) 2012.h. 96.
212
Lihat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, pasal 10 ayat (1).
213
Apabila mengacu pada UUD 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003
yang menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN, maka anggran
pendidikan sebesar 20% dari 368,8 triliun adalah sebesar 73,6 triliun.Jumlah
anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan sebagaimana yang diuraikan
presiden Megawati sebesar 14,93 triliun tidak lebih dari 4 % dari total APBD.
Demikian juga dalam UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun 2005
pasal 5, menetapkan bahwa jumlah anggaran belanja negara sebesar
397.769.661.000,00(tiga ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh ratus enam
puluh sembilan miliar tiga ratus sembilan juta enamratus enam puluh satu ribu
rupiah), sektor pendidikan mendapat alokasi sebesar 24.225.543.000,00(dua
puluh empat triliun dua ratus dua puluh lima miliar lima ratus empat puluh tiga
juta rupuah).Jumlah tersebut hanya 6% dari APBN, padahal seharusnya dana
yang disediakan sebesar 20% dari APBN, yakni 79 triliun rupiah, .Emzir dkk,
Isu-Isu Kritis Kebijakan pendidikan Era Otonomi Daerah, (Jakarta, Ghalia
Indonesia) h.15.
77
214
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan,(Pemkot, Bagian
Hukum dan perundang-undangan. 2010), h.. 27.
215
Bantuan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya penuntasan wajib
belajar 12 tahun di Kota Tangerang telah terrealisasi pada tahun ajran 2013-2014
ini dalam bentuk Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) 2013 dengan perwal
nomor 43 Tahun 2012 , keputusan walikota nomor 910 tahun2012, tentang
standar belanja bidang pendidikan tahun anggaran 2012, keputusan walikota
nomor 910 2013 tentang standar biaya pendidikan tahun 2013, keputusan kepala
dinas nomor 900 tentang penjelasan rincian belanja biaya operasional pendidikan
kota Tangerang tahun anggran 2013, keputusan kepala dinas pendidikan nomor
900 tentang penetapan besaran honorarium kegiatan proses belajar mengajar
Tangerang tahun anggaran 2013.Dinas Pendidikan, Buku petunjuk Teknis Biaya
operasional Pendidikan 2013 Kota Tangerang (Tangerang kantor Dinas
Pendidikan, 2013)
78
216
Lembaran Daerah kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota
Tangerang Nomor 11 tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan,(Pemkot, Bagian Hukum dan perundang-undangan. 2010)h. 27
217
Sumber dari Kantor Pendidikan Kota Tangerang.
218
Ir. Suratno Abubakar adalah salah seorang Anggota DPRD Kota
Tangerang periode 2004 2008, Ketua Komisi A .DPRD KotaTangerang 2008-
2014,Bakal Calon Walikota Tangerang 2014 2018.
219
Wawancara dengan Ir. Suratno Abubakar,adalah salah seorang
Anggota DPRD Kota Tangerang periode 2004 2008, Ketua Komisi A .DPRD
KotaTangerang 2008-2014,Bakal Calon Walikota Tangerang 2014 2018.
79
220
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 49
menyatakan: ayat (1) Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Negara (APBN)pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).Ayat (2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Ayat (3)
dana pendidikan dari pemerintah danpemerintah daerah untuk satuan pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Ayat (4) dana pendidikan dari pemerintah ke pemerintah daerah
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan
Nasional pasal 50 ayat (3)
221
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota Tangerang nomor
11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, pemerintah kota Tangerang
bagian hukum dan perundang-undangan 2010.
80
222
Tujuan dan sasaran Bantuan Operasional Pendidikan dari peraturan
walikota tersebut adalah untuk meringankan beban masyarakat terhadap
penyedian pendidikan, tujuan program BOP ini adalah ; pertama, Membebaskan
biaya seluruh siswa jenjang pendidikan dasar dan biaya kegiatan ekstrakurikuler,
kedua, Meningkatkan kinerja dan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan, ketiga, Melengkapi kebutuhan untuk Proses Belajar Mengajar
81
225
Emzir dkk, Isu-Isu Kritis Kebijakan pendidikan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta, Ghalia Indonesia) h.16,17
226
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadaban Akhakul Karimah, (Jakarta, Auracitra) cet ke 2 tahun
2011, h.103.
227
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-
Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. QS. al-Maidah ayat 48
228
Dijelaskan bahwa Visi kota Tangerang adalah : Kota Tangerang
sebagai kota industri, perdagangan dan pemukiman yang ramah lingkungan .
Pemerintah Kota Tangerang, Profil Daerah Kota Tangerang, (Tangerang, Badan
Perencana Daerah , 2008) , h.4.
84
229
Wahidin Halim, Ziarah Budaya Kota Tangerang, Menuju
Masyarakat Berperadaban Akhakul Karimah, (Jakarta, Auracitra) cet ke 2 tahun
2011, h.106.
230
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir. QS. Al-Baqoroh ayat 219.
85
231
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota tangerang
nomor 7 tahun 2007 tentang Larangan Pengedaran dan Penjualan minuman
Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-undangan
2005.
232
Akan tetapi peraturan tersebut menentukan bahwa pembeli harus
berusia diatas 117 tahun, hal ini wajib dibuktikan pembeli dengan menyerahkan
kartu identitas diri, dan dalam Permendag tidak disebutkan dengan siapa pihak
yang bertanggunga jawab melakukan pengawasan terhadap ketentuan
perdagangan miras ini. Kemendag melempar tanggung jawab ini kepada
pemerintah daerah. Baca koran Republika hari Rabu 19 Juni 2013
233
Lembar Daerah kota Tangerang Peraturan Daerah Kota Tangerang
nomor 7 tahun 2007 Tentang Larangan Pengedaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-undangan
2005.
86
tajam menjadi 143.668 karton, dan pada tahun 2009 angka impor
miras meroket menjadi 279.052 karton, dalam dua tahun terakhir
angka penjualan miras terus naik hungga dua kali lipat234
Aktivis anti miras Fahira Idriss, mengatakan rancangan
Undang-Undang (RUU) miras hanya ditempatkan di urutan 63 dari
70 RUU dalam program legislasi nasional(prolegnas) di DPR
pemerintah seharusnya segera menertibkan peraturan pemerintah
(PP) soal miras, menurutnya aturan soal miras bisa mengikuti jejak
PP No 109 tahun 2012 tentang rokok.235
Masyarakat Tangerang merupakan masyarakat yang
heterogen, berbagai macam suku, agama, ras yang menyebabkan
rawannya terjadi tindakan kriminalitas di sekitar kota, agama Islam
dalam Al-Quran telah terlebih dahulu menetapkan pelarangan
minuman keras / beralkohol sebagai bagian dari perbuatan syaitan
seperti yang tercantuma dalam QS. Al-Baqoroh ayat 219 .
Dalam peraturan daerah no 7 tahun 2005, tentang larangan
minuman beralkohol, dikatakan dalam bab III, Pasal 3 ayat 1
Setiap orang atau badan hukum di daerah dilarang mengedarkan
dan atau menjual minuman beralkohol golongan A, B, dan C 236,
selanjutnya pasal 5 ayat 1 menegaskan, bahwa setiap orang
dilaranga menggunakan atau meminum minuman keras atau yang
234
Turki dan Thailand mampu membatasi penjualan miras pada jam
tertentu . sedangkan di Indonesia penjualan miras tak mengenal batas umur
,waktu dan wilayah, Penjualan miras di dekat perumahan , rumah sakit, serta
tempat ibadah masih sering terjadi. Indonesia Surganya Miras, Republika hari
Rabu 19 Juni 2013, h. 1
235
Indonesia Surganya Miras, Republika, hari Rabu 19 Juni 2013, h.1
236
Minuman beralkohol dikelompokan dalam golongan sebagai berikut :
a. Minuman beralkohol golongan A, yaitu minuman beralkohol dengan kadar
ethanol ( C2H5OH) 1 % (satu persen) sampai dengan 5 % (lima persen), b.
Minuman beralkohol golongan B yaitu minuman beralkohol dengan kadar
ethanol ( C2H5OH) lebih dari 5 % (lima persen) sampai 20 % (dua puluh
persen), c. Minuman beralkohol golongan golongan C yaitu minuman beralkohol
dengan kadar etanol ( C2H2OH) lebih dari 20 % ( dua puluh persen) sampai
dengan 55%(lima puluh lima persen). Lembar daerah kota tangerang peraturan
daerah kota tangerang nomor 7 tahun 2007 tentang Larangan Pengedaran dan
Penjualan minuman Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan
perundang-undangan 2005.h.6
87
237
Lembar daerah kota tangerang peraturan daerah kota tangerang nomor
7 tahun 2007 tentang Larangan Pengedaran dan Penjualan minuman
Beralkohol, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-undangan
2005.h. 7
238
Di minimarket Seven Eleven di Mampang , Jakarta Selatan sejumlah
Miras dijual bebas .di ruang rokok mini market itu tampak pasangan muda mudi
yang sangat belia dengan bebasnya menegak miras. Indonesia Surganya Miras,
Republika hari Rabu 19 Juni 2013, h.1
239
Umat Islam mencapai puncak kemajuan peradabannya pada masa
Pemerintahan Abbasiyah,yakni ketika tampuk kekuasaan dipegang oleh khalifah
Harun Ar-Rasyid (w.809) yang kemudian dilanjutkan oleh putranya Al-Mamun
(w.833 M) .Lihat Hasan Ibrahim Hasan,Sejarah dan Kebudayaan Islam
(Yogyakarta:Kota Kembang cet 1.hal128.lebih istimewa lagi kedua khalifah
tersebut sangat menghormati para penuntut ilmu dan cendikiawan,menyediakan
fasilitas yang cukup bahkan selalu memberikan hadiah dan harta yang
banyak.Lihat misalnya Muhammad Athiyah Al-Abrasyi,Beberapa Pemikiran
pendidikan Islam,(terj) Syamsudin Asyrofi, (Jogyakarta : Titian Ilahi Pres,
1996),cet.I,h.38-40
88
240
Intinya ,setiap orang dan badan hukum melarang menjamu ,
mengkonsumsi dan mengedarkan miras jenis apapun, termasuk oplosan, namun
hal itu mendapat pengecualian untuk ritual agama tertentu seperti Katolik dan
Hindu. Koran republika, Rabu, 19 juni 2013, h. 9
89
241
Perda tentang larangan merokok bagi pelajar, pendidik dan tenaga
kependidikan ini adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 115
undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan , maka pemerintah
daerah wajib menetapkan kawasan daerah bebas rokok serta peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan pokok bagi kesehatan
9lembaran negara tahun 2003 no 36 tambahan lembaran negara nomor 4276) dan
peraturan pemerintah no 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil
(lembar negara tahun 2010 nomor 74 tambahan lembaran negara Republik
Indonesia nomor 5135) Lembar daerah kota tangerang peraturan walikota kota
tangerang nomor 54 tahun 2008 tentang Larangan Merokok bagi siswa, guru
dan tenaga kependidikan, Pemerintah Kota Tangerang Bagian Hukum dan
Perundang-undangan(Tangerang, 2008).
242
Lembar daerah kota tangerang peraturan walikota kota tangerang
nomor 54 tahun 2008 tentang Larangan Merokok bagi siswa, guru dan tenaga
kependidikan, pemerintah kota tangerang bagian hukum dan perundang-
undangan 2008.
90
245
Beni Ahmad Saebani dkk, Ilmu Akhlak, CV Pustaka Setia, Bandung,
cet 1 2010, hal 45
246
Lembar Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 8 tahun 2005, tentang Pelarangan Pelacuran.
92
247
Undang-Undang Pronografi, Undang-Undang RI, Nomor 44 Tahun
2008. (Jakarta, Tim Redaksi Fokus Media, 2008), h.4.
248
Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau
Ababil, (edisi 14-31 Juli 2013), h.7
93
249
Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau
Ababil, (edisi 14-31 Juli 2013), h. 7
250
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat".31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
.(Qs. AN- Nuur ayat 30-31).
94
251
Pada kasus NA, orang tua NA, mengatakan bahwa dirinya mengetahui
hampir setiap sore sampai malam NA keluar rumah tetapi tidak tau apa yang
dilakukan oleh NA di luar rumah. Tidak perlu diperdebatkan lagi untuk kasus
dan fenomena di atas sebagai salah satu bentuk perilaku sosial yang menyimpang
karena perilaku tersebut tidak bisa diterima oleh norma dan aturan sosial
manapun dan nilai kemanusiaan apappun .Dalam perspektif perilaku
menyimpang deviasi ini termasuk dalam tindakan non conform.Baca Majalah
suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak Galau Ababil, (edisi 14-31 Juli
2013), h. 48
252
Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang Pronografi,( Undang-
Undang RI, Nomor 44 Tahun 2008.)
95
253
Baca Majalah suara Muhamadiyah, Prostitusi Pelajar Puncak galau
Ababil, (edisi 14-31 Juli 2013)h. 11
96
97
98
Di Tahun 2012 kinerja program ini dapat dilihat dari fisik dan
keuangan program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan masing-masing sebesar 100 % dan 96,28%254.
peningkatan mutu pendidik tergambar pada kegiatan para guru lewat
organisasi guru seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dengan meningkatkan jumlah
peserta, seperti yang terdapat dalam Tabel :
Tabel 4.2
Peningkatan peserta KKG dan MGMP
No
Organisasi Tahun 2008 Tahun 2012
1 Kelompok Kerja Guru 300 Orang 1.800 Orang
254
Besarnya anggraran yang direalisasikan adalah Rp.1,283.236.550,00 dari
Jumlah keseluruhan 1.332.879.790,00.Laporan Keuangan Pertanggung Jawaban
Walikota Tangerang Tahun 2012.h.4.66
99
Tabel 4.3
Peningkatan Pendidikan Formal Pendidik (Jenjang S1)
No Tahun 2008 Tahun 2012
255
Besarnya anggraran yang direalisasikan adalah Rp.159.244.000,00,- dari
Jumlah keseluruhan Rp.162.000.000,00,-.Laporan Keuangan Pertanggung Jawaban
Walikota Tangerang Tahun 2012.h.4.66
100
Tabel 4.4
Peningkatan Nilai Ujian Nasional
NO TAHUN TAHUN
INDIKATOR
2008 2012
1 Tingkat rata-rata jumlah nilai 44,45 55,30
ujian nasional SMA/MA
2 Tingkat rata-rata jumlah nilai 44,45 55,30
ujian SMK
256
Dinas pendidikan Kota Tangerang LKPJ Walikota Tangerang tahun 2012,
Laporan Penyelenggaraan pendidikan urusan Pemerintah Daerah Kota Tangerang.
101
Tabel 4.5
Angka putus Sekolah
NO
INDIKATOR TAHUN 2007 TAHUN 2012
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang Profil tahun 2008 dan 2012,
257
Angka putus sekolah adalah persentase siswa sekolah yang tidak dapat
meneruskan sekolahnya pada jenjang pendidikan yang sama (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA), indikator ini dapat menggambarkan tingkat kemampuan penduduk
dalam mengakses pendidikan pada, masing-masing jenjang pendidikan hingga
selesai. (Profil Kota Tangerang, Pemerintah Kota Tangerang , 2008), h.15.
102
sekolahnya lebih tinggi, umumnya hal ini terkait dengan ekonomi baik
karena mereka tidak mampu membayar biaya sekolahnya maupun
karena mereka harus ikut membantu orang tuanya untuk bekerja
sehingga harus berhenti dari sekolahnya, tetapi pada tahun 2012 angka
putus sekolah SMA/SMK/MA menurun menjadi 0.02 % , karena
anggaran pendidikan yang terus meningkat.
Menurut Anthony Brock, Pendidikan seumur hidup
seharusnya merupakan kunci dari kebijakan pendidikan, baik di
negara yang telah berkembang atau negara yang sedang
berkembang258.
Tabel 4.6
Perbandingan Jumlah Guru Tahun 2008-2012
namun kemudian bertambah lagi menjadi 2.305 pada tahun 2011, dan
bertambah lagi menjadi 2.880 pada tahun 2012. Menurut Anthony
Brock,Perkembangan pendidikan sangat memerlukan peningkatan
jumlah guru, yang berwenang harus menyadari bahwa biaya lebih
besar untuk staf guru akan membawa perbaikan dalam hasilnya259
Tabel 4.7
Penghargaan yang diraih Pemkot Tangerang bidang Mutu
Pendidikan
No Penghargaan Tahun Keterangan
259
Pemerintah tiap negara perlu mempertimbangkan untuk menyisihkan
sebagian dai kenaikan anggaran pendidikan guna mengembangkan jalan-jalan baru
dalam membuat sistem pendidikan menjadi lebih tepat guna atau lebih efisien.
Strategi pendidikan guru harus disusun dengan mengindahkan faktor-faktor tersebut,
program untuk melatih guru sebaiknyasebagai pendidik organisator yang mampu
mengajar anak dan orang dewasa di dalam dan diluar sekolah, bahkan jika perlu
mendatangkan sukarelawan jika perlu diikutsertakan dalam mengajar di sekolah,
juga mahasiswa perlu ikut serta, dengan mendidik diri sambil mengajar orang lain.
Sangat banyak sukarelawan dan guru tidak tetap perlu dimnfaatkan dalam sekolah
dan dalam sistim pendidikan pada umumnya, mereka dapat melaksanakan bukan
hanya tugas non pengajaran seperti membebaskan guru supaya dapat mengajar tetapi
setelah mengikuti kursus latihan pendek, juga dapat diikutsertakan dalam
pengajaran. Anthony Block, Alih Bahasa, Soeparmo, Krisis Dalam Pendidikan
Kerangka Masyarakat Belajar, Pendidikan Hari Depan, ( Jakarta, PN Balai Pustaka
1982), h.111-112.
104
Tabel 4.8
Perbandingan Jam PAI 2JP dengan 3JP
260
Lihat Jadwal Pelajaran di SMA/SMK/MA, di wilayah Kota Tangerang.
Dalam jadwal pelajaran di SMK Negeri 4 Kota Tangerang tampak pada hari Senin
jam ke 1, 2, 3 adalah jam PAI dengan guru pengajar Maman Suyaman M.Ag dengan
Kode Ag (Agama), dan MAN (Maman Suyaman) di kelas XII RPL 2, serta lihat di
jadwal pelajaran SMK Negeri 3 Tangerang pada hari Selasa jam ke 1, 2, 3 adalah
jam PAI dengan guru pengajar Kode 49 ( Misbakul Munir M.Pd) di kelas XI Boga
3.
106
Tabel 4.9
Kemampuan membaca dan menulis Al-Quran Pelajar
SMA/SMK/MA
Kurang Tidak
No Indikator Lancar
lancar bisa
261
Jumlah populasi sekolah tingkat SMA/SMK/MA di kota Tangerang pada
akhir tahun 2012 adalah 331 sekolah, dan sekolah yang dijadikan sempel 20% dari
jumlah populasi yaitu 66 sekolah SMA/SMK/MA dengan sampel acak.
107
Quran karena sudah dewasa dan sudah baligh, dari tabel di atas
terlihat responden ada yang masih tidak bisa membaca Al-Quran
sebanyak 3.23% , ini menunjukan bahwa penambahan jam PAI dalam
perda pendidikan masih perlu perbaikan dalam pembinana terhadap
pelajar yang belum bisa walaupun secara keseluruhan ada dampak
yang positif bagi pendidikan terutama dalam bidang pendidikan.
Idealnya pengawas PAI di kota Tangerang mempunyai data
tentang kemampuan Baca Tulis Al-Quan secara keseluruhan yang di
peroleh dari para guru PAI di kota Tangerang, menurut Mukheri
Mukhtar, pengawasan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan serta mengadakan penyesuaian mengenai tujuan yang
ingin dicapai, supaya tujuan itu dapat lebih realistis serta untuk
membandingkan antara rencana dengan pelaksanaan kegiatan262.
Sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan dari penambahan
jam PAI dilakukan pemetaan terhadap siswa yang tidak bisa baca tulis
Al-Quran / belum lancar dalam membaca Al-Quran sehingga dapat
di tindak lanjuti di setiap sekolah263.
262
Agar fungsi pengawasa dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka
dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan: pertama , pemerikasaan, yang
dilakukan terhadap setiap satuan kerja di lingkungan organisasi atau lembaga
mengenai pelaksanaan program, penataan dan pemanfaatan tenaga, uang,
perlengkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
secara berdaya guna, berhasil guna, Kedua, penilaian yang dilakukan terhadap hasil
yang dilaporkan secara berkala atau sewaktu-waktu dari setiap bagian yang ada pada
organisasi atau lembaga tentang bidang kerja di lingkunganya, pengurusan yang
dilakukan untuk meneliti mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang
hambatan, penyimpangan atau penyalahguanaan di bidang teknik operasional dan
teknik administrasi dan managemen pada setiap satuan kerja di lingkungan
organisasi atau lembaga ketiga, peninjauan yang dilakukan dengan menyaksikan
langsung pada tempat pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh, tentang program pelaksanaan program, dalam hal ini pengawasan dapat
melakukan pengamatan dan pemantauan yang dilakukan dengan menyaksikan
langsung pada tempat pelaksanaan kegiatan untuk menampung masalah yang timbul
dalam pelaksanaan kegiatan untuk menampung masalah yang timbul dalam proses
pelaksanaan program berdasarkan laporan dan informasi.Mukheri Mukhtar,
Pengawasan Pendidikan(Jakarta, BPJM Press Universitas Negeri Jakarta, 2013)h 48
263
Saat peneliti melakukan observasi ke Kemenag Kota Tangerang dan
bertemu dengan Ibu Ramiati selaku pengawas tingkat SMA/SMK, dan Drs Anwar
Mussadad selaku ketua Pokjawas Kota Tangerang mengatakan bahwa laporan
kemampuan Baca Tulis Al-Quran kepada guru sudah di gabung dalam nilai
praktek dan USBN dimana nilai kemapuan Baca Tulis Al-Quran ada di dalamnya.
108
Tabel 4.10
Pengalaman khatam Al-Quran Pelajar SMA/SMK/MA
264
Pengamatan dan keterangan dari Bapak Deden,selaku Koordinator
BP/BK di SMKN 2 KotaTangerang.
109
265
Wawancara dengan bapak Kasan S.Pd selaku Guru PAI di SMPN 2
Kota Tangerang
266
SMKN 4 Kota Tangerang adalah sebuah sekolah kejuruan yang
didominasi pelajar laki-laki karena program studi yang ada di sekolah tersebut
merupakan bidang keahlian yang umumnya dipilih oleh pelajar laki-laki seperti
jurusan teknik mesin, listrik, Bangunan sehingga jika pembinanan tidak dilakukan
terus menerus bukan tidak mungkin siswa-siaswa SMKN4 Kota Tangerang terlibat
dalam tawuran antar sekolah terutama antar SMK yang mayoritas pelajarnya laki-
laki. Wawancara dengan Maman Suryaman, M.Ag (Wakil KepalaSekolah bidang
Kesiswaan SMKN 4 kotaTangerang). Wawancara dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 15 Juni 2013 pukul 08.44 sampai dengan pukul 10.05.
110
267
Di SMKN 3 Kota Tangerang jadwal Budi Pekerti tertera jelas dalam
penjadwalan mata pelajaran dengan kode BP ( budi peketi) yang disampaikan oleh
wali kelas sesuai dengan tanggung jawabnya.
268
Wawancara dengan Guru PAI ,Ibu Hj. Yusnidar Munaf, budaya baca
dilaksanalan, termasuk guru dan stap Tata Usaha yang ada di SMPN 9.
269
Wawancara dengan siswa alumni SMPN 9, Salsabila Syifa Rahmania,
menurut siswa tersebut awalnya sekolah membebaskan untuk membaca apa saja
termasuk Novel remaja, tetapi karena kebiasaan tersebut dia dan teman-temannya
menjadi hobi membaca dan meningkatkan prestasi bejar ketika peneliti bertanya,
dapat kunci jawaban ngak saat UN, dia menjawab punya tapi jawabannya banyak
yang salah, akhirnya saya kerjakan sendiri dan Alhamdulillah saya bisa.
270
Wawancara dengan Guru PAI pada SMPN 9 Kota Tangerang melalui
Telepon dengan Ibu Hj. Yusnidar Munaf S.Ag
271
Pemerintah Kota Tangerang, Badan Perencanaan Daerah, Profil Daerah
Kota Tangerang, 2008.
111
272
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
273
Umar Baradza, Bimbingan Akhlak Bagi Putra-putri Anda-2, (Surabaya,
PustakaProgressip, 1992), hal. 1.
274
Di SMKN3 Kota Tangerang Guru Pendidikan Agama Islam
menganjurkan siswi menutup aurat pada saat jam pelajaran PAI dan BTQ.
112
dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari. Budi pekerti sehari-
hari itulah yang disebut akhlakul karimah275.
Upaya lain untuk pendidikan akhlak pelajar di Kota Tangerang,
kepala dinas pendidikan yang merupakan perpanjangan tangan dari
walikota Tangerang mengeluarkan surat edaran pemakian busana
muslim setiap hari Jumat yang berlaku tidak hanya untuk pelajar saja,
tetapi juga bagi seluruh pegawai yang berada di lingkungan
pemerintah daerah kota Tangerang, kebijakan tersebut sebagai upaya
merealisasikan hasil belajar siswa dalam kelas kedalam perilaku
sehari-hari karena agar bersifat permanen dalam jiwa anak, akhlak
harus ditanamkan, dilatih, dan dibiasakan melalui pendidikan276.
Berkaitan dengan pemakaian seragam rok panjang bagi siswi
SMA,MA,SMK di Kota Tangerang responden pelajar 90.69%
mengatakan benar bahwa sekolah menerapkan aturan pemakaian
seragam rok penjang bagi seluruh pelajar putri baik muslim maupun
non muslim, selanjutnya 3.23% responden pelajar mengatan tidak
benar, selanjutnya 89.25% responden pelajar mengatakan setiap hari
jumat seluruh siswa putra dan putri memakai busana muslim, dan
sekitar 4,30% responden mengatakan tidak benar memakai seragam
muslim pada hari Jumat, hal tersebut dikarenakan pelajar tersebut non
muslim.
275
Dalam penggunaan sehari-hari pengertian Akhlak sering disandingkan
dengan kata etika, moral, dan susila. Melihat fungsinya keempat kata tersebut
sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan baik dan
mana perbuatan buruk. Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio
sedangkan akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadits, sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh al-Quran dan Hadits.
Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada ketentuan
atau kebiasaan umum yang di masyarakat. Selain itu, etika bersifat teoritis,
sementara moral, susila dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral, itu
berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang
tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak
tidak layak. Sementara etika lebih berbicara mengapa berbuatan itu dikatakan baik
atau buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan mempertimbangkan tentang baik dan
buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan
sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika. Baca Rahmawati, (ed), Belajar
Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2004), h., 28-29.
276
Imatu Rofi dkk, Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam di SMP dan
SMA ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group 2012), .h. 96.
113
277
Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat (1).
114
Tabel 4. 12
Anggaran Pendidikan Kota Tangerang
278
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 49 menyatakan:
ayat (1) Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Negara (APBN) pada sektor pendidikan
dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ayat (2)
Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ayat (3) dana pendidikan dari Pemerintah
dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (4) dana
pendidikan dari Pemerintah ke Pemerintah Daerah diberikan dalam bentuk hibah
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
279
Sumber dari kantor Dinas Pendidikan Kota Tangerang.
115
280
Ir. Suratno Abubakar adalah salah seorang Anggota DPRD Kota
Tangerang periode 2004 2008, Ketua Komisi A .DPRD KotaTangerang 2008-
2014, Bakal Calon Walikota Tangerang 2014 2018.
116
281
Lembar daerah Kota Tangerang peraturan daerah Kota Tangerang nomor
11 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan, pemerintah Kota Tangerang
bagian hukum dan perundang-undangan 2010.
282
Petunjuk teknis tersebut dikeluarkan oleh kantor dinas pendidikan Kota
Tangerang dan di berikan ke semua sekolah SD/MI,SMP/MTS,SMA/SMK/MA
Negeri yang berada di wilayah Kota Tangerang untuk di ketahui dan disosialisasikan
kepada guru dan staf TU, siswa dan orang tua siswa, sebanyak 41 halaman.
117
Tabel 4.13
Besaran Dana Bantuan Operasional Pendidikan
283
IPM (Indeks Pembangunan Manusia) merupakan cerminan dari kinerja
pembangunan yang dicapai oleh suatu wilayah dengan menggunakan alat ukur
berupa indikator komposit IPM, yang merupakan indeks gabungan dari indeks
kesehatan (angka Harapan Hidup), indeks pendidikan (angka melek huruf) dan
ondeks ekonomi (tingkat daya beli penduduk ) ketiga indikator tersebut dapat
dianggap menggambarkan tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan
manusia di suatu wilayah . Perhitungan IPM ini merupakan formula yang digunakan
oleh UNDP (United Nation Development Program) untuk mengukur upaya
pembangunan manusia, namun indeks ini mampu mengukur dimensimpokok
pembangunan manusia, yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk.
Kriteria Nilai IPM ( Nilai, 50 = IPM rendah, 50-65 = IPM Menengah Bawah,
66-79 = IPM Menengah Atas, 80-100 = IPM Tinggi. LKPJ Walikota Tangerang,
Dinas Pendidikan Kota Tangerang, (Penyelenggaran Urusan Pemerintah Daerah,
2012), H. 4-18
120
Tabel 4.14
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya di Kota Tangerang
Tahun 2012
284
Indeks Pendidikan = 2/3 Indeks Melek huruf +1/3 Indeks Rata-Rata Lama
Sekolah, Laporan pertanggung jawaban Walikota Tangerang 2011,h. 4-16
121
Tabel 4.15
Perkembangan Jumlah Sekolah di Kota Tangerang Tahun 2009-2012
2008 99 80 1.309
1 SMA 3 2 3 4
2 SMK 2 2 3 3
Jumlah 5 4 6 7
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tangerang 2012
Tabel 4.17
Perbandingan Jumlah Murid Tahun 2008-2012
Tabel 4.18
285
Profil Kota Tangerang tahun 2008 dan laporan pertanggung jawaban
Walikota tahun 2012.
123
Jumlah
SMA/SMK/MA
APM APK
Tabel 4.19
Penghargaan Pemkot Tangerang Dalam Bidang Keuangan
286
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tingkat SMK/SMA , Kota
tangerang
287
Mutmainah, MS Anwari, Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI
(Syariah Islam Tentang Dosa Besar), Jakarta, Sinektika , 2011
126
288
Wawancara dengan Bapak Jamaludin , Guru Pendidikan Agana Islam di
SMK Yupentek I Kota tangerang yang merangkap wakil kepala sekolah bidang
Humas, begitu juga yang dikemukakan oleh Bapak Mahmud Yunus selaku Guru
Pendidikan Agama Islam di SMKN 1 kota Tangerang yang merangkap sebagai
Wakil Kepala Sekolah Bidang Management mutu. Yang di lakukan pada hari Kamis
tanggal 7 November 2013
289
Hasil wawancara dengan Bapak Saeful kasi bidang Pembinaan dan
Penyuluhan di Kantor satpol PP Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 25
Oktober 2013 jam 11.12 Wib 13.55 Wib.
127
290
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 7 tahun 2005.
128
Tabel 4.20
Perbandingan Operasi Penertiban Miras Tahun 2006, 2007 dengan
Tahun 2012
291
Wawancara dengan Bapak Rahmat Saleh selaku guru IPA di SMK
PGRI 109 Kota Tangerang, wawancara dilakukan di SMKN 3 Kota Tangerang pada
hari Senin tanggal 4 November 2013.
292
Penyidik polda Sulsel menemukan narkoba jenis ganja sebanyak 3,5 kg
beserta timbangan dan laptop di fakultas Seni dan Desain UNM pada hari Jumat
tanggal 12 Oktober 2013, dan polisi mensinyalir adanya peredaran Narkoba di
lingkungan UNM dan pelakunya adalah mahasiswa. Republika,( Sabtu, 13 Oktober
2013).
130
Tabel 4.21
Perbandingan jumlah perkelahian pelajar di Kota Tangerang
Tahun 2012 Tahun 2013
293
Megapolitan.kompascom/read/2012/09/27/20010192.
294
http//www. Tempo .co. Tangerang, Jumat Tanggal 26, Juli 2013.
295
http//www. Antara news..com Tanggal 15, April 2013.
131
296
Lembar Daerah Kota Tangerang, Perwal Nomor 54 tentang larangan
merokok bagi siswa, pendidik dan tenaga kependidikan 2008.
132
298
Laporan Satuan polisi Pamong Praja Kota Tangerang Tahun 2012.
299
Obervasi ke SMKN 1 Kota Tangerang, SMAN 1 Kota Tangerang,
SMKN 4 Kota Tangerang, SMKN 3 Kota Tangerang, di sekolah-sekolah tersebut
terdapat Tata Tertib yang terpasang di dinding sekolah dan di lembaran yang
disebarkan kepada Orang tua murid pada awal tahun ajaran baru.
300
Wawancara dengan Ibu Dra Mimin Aminah, Guru pada SMK Negeri 1
Kota Tangerang, Pada Hari Jumat tanggal November 2013, bertempat di SMK
Negeri 1 Kota Tangerang.
134
2. Larangan Prostitusi
301
Wawancara dengan Ibu Khotimatul Husna, guru PAI pada SMA Negeri
1 Kota Tangerang
302
Wawancara dengan kresna, siswa kelas XII Akomodasi Perhotelan 2,
tahun ajaran 2013-2-14, di SMK Negeri 3 Kota tangerang
303
Lihat Silabus Pendidikan Agama Islam Tingkat SMK/SMA Kota
Tangerang
135
304
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 8 Tahun 2005
136
Tabel 4.22
Perbandingan Operasi Penertiban PSK Tahun 2006,2007 dengan
2012
2013
Jenis Masalah 2006 2007 2012
( sd.Mei)
269 114 0 3
PSK
8 64 2 0
Waria
Pasangan
138 39
Pacaran
Sumber : Profil Daerah Kota tangerang ,2008, Laporan Satuan Polisi
Pamong Praja 2012, 2013
305
Kejadian yang terbaru adalah dengan beredarnya video mesum pelajar
SMP 4 jakarta di tengah-tengah masyarakat.
306
Wawancara dengan Ibu Hj. Suarni Guru PAI SMAN 1 Kota Tangerang.
307
Hasil wawancara dengan Bapak Saeful kasi bidang Pembinaan dan
Penyuluhan di Kantor satpol PP Kota Tangerang pada hari Kamis tanggal 25
Oktober 2013 jam 11.12 Wib 13.55 Wib.
138
A. KESIMPULAN
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang kebijakan pendidikan di
kota Tangerang penulis mengajukan beberapa saran atau pemikiran
kepada pihak-pihak terkait, yaitu: Pertama, agar pemerintah daerah
kota Tangerang tetap memperhatikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat.
Kedua, pengelolaan pendidikan sebaiknya
mengoptimalisasikan perda perdidikan ini dalam program sekolah,
agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan di tingkat sekolah.
Karena dengan otonomi pendidikan, pemerintah memberi
kewenangan kepada sekolah serta guru-guru dalam merencanakan
dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan potensi dan
keragaman yang dimiliki sekolah/madrasah masing-masing.
Ketiga, pemerintah Kota Tangerang yang mengeluarkan
perda, agar memperhatikan kepentingan yang diakibatkan dari
lahirnya perda, dalam hal ini penambahan jam PAI dari 2 jam
pelajaran menjadi 3 Jam pelajaran, hendaklah memfasilitasi untuk
merevisi kurikulum PAI, sehingga adanya keseragaman di semua
sekolah sesuai tuntutan perda.
Keempat, Kantor Dinas Pendidikan kota Tangerang , agar
melakukan pemantauan terhadap implemntasi perda pendidikan di
sekolah/madrasah, agar bisa mengukur sejauh mana pelaksanaan
perda pendidikan di sekolah dan menerima masukan-masukan dari
kepala sekolah, guru, orang tua siswa, serta melakukan pendataan
tentang perkembangan siswa/pelajar setiap tahunnya.
Kelima, Pengawas sekolah/madrasah sebaiknya melakukan
pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru, agar melasanakan
program kurikulum sesuai dengan perda pendidikan sebagai
respon terhadap kebijakan yang digulirkan pemerintah daerah
dalam dunia pendidikan serta dapat mengukur tingkat penyerapan
sekolah terhadap perda pendidikan, kemudian juga untuk pemetaan
terhadap langkah selanjutnya jika kebijakan tersebut membutuhkan
perbaikan atau revisi sehingga cita-cita yang tertuang dalam sistem
pendidikan nasional dapat terwujud. serta selalu rutin melakukan
pendataan dari setiap sekolah tentang pekembangan Akhlak siswa,
dan kemampuan Baca Tulis Al-Quran, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam Baca Tulis Al-Quran,
143
144
145