Anda di halaman 1dari 11

Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Sanitasi dan Kesehatan

Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan ini diharapkan sebagai pedoman
dalam perencanaan, pelaksanaan, supervisi, serta monitoring dan evaluasi yang
sekaligus sebagai dasar dalam pemenuhan sarana prasarana dan kebutuhan biaya
dalam upaya mewujudkan lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan yang
sehat bagi Narapidana, Anak dan Tahanan serta Petugas Pemasyarakatan baik
secara fisik maupun psikologis

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Terwujudnya lingkungan Labas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan yang sehat, baik
dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan Narapidana,
Anak dan Tahanan serta Ffetugas Pemasyarakatan mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
1) Tersedianya panduan peaksanaan upaya sanitasi dan kesehatan lingkungan di
Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan; I
2) Tersedianya panduan kerjasama antara Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM, Lapas, LPKA Rutan dan Cabang Rutan dengan Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan para pihak terkait lainnya;
3) Tersedianya acuan dalam rangka pemenuhan sarana prasarana dan kebutuhan
biaya dalam pelaksanaan upaya sanitasi dan kesehatan lingkungan di Lapas,
LPKA, Rutan dan Cabang Rutan; I
4) Terselenggaranya upaya sanitasi dan kesehatan lingkungan yang terstandar di
Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan dalam upaya mengurangi angka
kesakitan serta kematiari pada Narapidana, Anak dan Tahanan serta Petugas
Pemasyarakatan yang terkait dengan masalah kesehatan lingkungan.
3. Ruang Lingkup
Surat edaran ini diperuntukkan bagi para penanggungjawab dan pelaksana kegiatan,
antara lain: j
a. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
b. Kepala Divisi Pemasyarajkatan Kantor VVilayah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
c. Kepala Lapas, LPKA dan Rutan/Cabang Rutan.

4. Dasar
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2010 tentang Larangan
Merokok;
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat
dan Tata Cara Pelakssnaan, Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab
Perawatan Tahanan;
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga;
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan;
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
I. Peraturan Presiden Reoublik Indonesia Nomor 30 Tahun2011 tentang
Pengendalian Zoonosis;
m. Peraturan Menteri Kesehatan Republik jIndonesia Nomor 416 Tahun 1990
tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air;
n. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736 Tahun 2010
tentang Pengawasan Kualitas Air Minum;
o. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu
Ibu;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2015 tentang Orgknisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia.

5. Isi Surat Edaran


i
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Kepala
Divisi Pemasyararakatan agar dapat berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi
Kabupaten/Kota untuk mendorong para Kepala Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang
Rutan untuk melaksanakan upaya Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan demi
mewujudkan lingkungan Lapis, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan yang sehat bagi
Narapidana, Anak dan Tahanan dan Petugas Pemasyarakatan baik secara fisik
maupun psikologis dengan melaksanakan pemenuhan terhadap hal-hal sebagai
berikut:

a. Pemenuhan kebutuhan Aif Minum dan Air Bersih di Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan.
Menjamin ketersediaan air minum yang dapat diakses 24 jam sehari dan air bersih
sesuai standar kebutuhan orang/hari di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Standar kebutuhan air minum per orang per hari adalah 2 (dua) Liter (L).
Pemenuhan kebutuhan air minum diperole|h melalui air bersih yang dimasak dan
atau mesin suling air di dalam Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan. Air minum
diberikan secara cuma-cuma, dan dapat mudah diakses selama 24 jam sehari dan
7 hari seminggu. Standar kebutuhan air bersih per orang per hari adalah 100
(seratus) L untuk memenuni kebutuhan mandi, cuci, kakus dan menyiram tanaman
serta membersihkan ruang Sumber air bersih bisa didapatkan melalui Perusahaan
Air Milik Negara, air tanah atau sumber lain yang tersedia, bila air yang tersedia
belum layak untuk digunakan/dikonsumsi maka dapat melalui proses/instalasi
pengolahan air sehingga memenuhi persyaratan air bersih/air layak konsumsi.
Persyaratan di atas paling sedikit memenuhi bahwa air dalam keadaan terlindung
dari sumber pencemamn, binatang Ipembawa penyakit dan tempat
perkembangbiakan vektor, aman dari kemungkinan kontaminasi serta pengolahan,
pewadahan dan penyajian harus memenuhi prinsip higiene dan sanitasi. Tes
laboratorium terhadap kua itas air minum dan air bersih dilaksanakan melalui
kerjasama dengan pihak berwenang sebanyak minimal 1 (satu) kali dalam 6
(enam) bulan. Diharapkan sedapat mungkin melakukan pengolahan air yang telah
dipakai agar dapat digunakan kembali dengan tetap memperhatikan aspek
kesehatan.

b. Pelaksanaan Higiene Sanitasi Pangan di Dapur Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang
Rutan.
Menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam peletakan, pengolahan,
penyajian, pembersihan dan penyimpanan pada bahan makanan, makanan siap
saji dan alat yang digunakan.
Standar Baku Mutu untuk media pangan adalah sebagai berikut:

Prinsip higiene dan sanitasi pada pengolahan pewadahan dan penyajian paling
sedikit meliputi:
- Peralatan masak dan makan harus terbuat dari bahan tara pangan atau food
grade;
- Lapisan permukaan peralatan harus tidsik larut dalam suasana asam, basa
atau garam yang lazim lerdapat dalam pangan;
- Lapisan permukaan peralatan harus tidak mengeluarkan bahan berbahaya
dan logam berat beracun;
- Peralatan bersih yang sap pakai tidak b|oleh dipegang di bagian yang kontak
langsung dengan pangan atau yang mehempel di mulut;
- Peralatan harus bebas dari kuman eschericia coli dan kuman lainnya;
- Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal, dan
mudah dibersihkan;
- Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup
sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari pangan untuk
mencegah pengemburcm;
- Wadah harus terpisah untuk setiap jenis pangan, pangan jadi atau masak,
serta pangan basah dan kering;
- Menggunakan celemek atau apron, tutup rambut, dan sepatu kedap air untuk
melindungi pencemaran pangan; i
- Menggunakan sarung tangan plastik sekali pakai, penjepit makanan dan
sendok garpu untuk melindungi kontak langsung dengan pangan;
- Penyajian pangan dilakjikan dengan cai|a yang terlindung dari kontak
langsung dengan tubuh
- Tidak merokok, makan atau mengunyah selama bekerja atau mengelola
pangan; dan
- Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja, dan setelah keluar
dari toilet atau jamban dalam mengelola pangan.
Selanjutnya, bahan makanan tidak boleh diletakkan di lantai, tetapi harus disimpan
berdasarkan jenis dan ketahanannya. Alat-alat tajam disimpan di dalam lemari
terkunci yang dapat terlihat dari luar. Dalam melakukan tes kualitas bahan pangan,
tempat penyimpanan bahan dan hasil pengelolaan pangan, lingkungan tempat
pengelolaan pangan dan sarana prasarana [yang digunakan secara berkala, perlu
bekerjasama dengan pihak yang kompeteh, minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan. j
c. Pencegahan Penularan Penyakit melalui Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Vektor dan binatang pembawa penyakit di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan masai, yaitu: satu penyakit tertentu
diderita oleh banyak Narapidana, Anak dan Tahanan maupun petugas
pemasyarakatan pada waktu yang relatif be*samaan.
Kondisi-kondisi tertentu yang memerlukan perhatian khusus, antara lain:
1) Skrining Kutu/Skabies bagi Narapidana, Anak dan Tahanan baru.
Penting untuk melakukan skrining Kutu/Skabies bagi Narapidana, Anak dan
Tahanan yang baru masuk ke dalam Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Bila didapati skabies, segera lakukan upaya eradikasi dengan membakar baju
yang digunakan, menggiunting kuku, memotong pendek rambut serta mandi
dengan menggunakan ishampoo dan sabun. Selanjutnya lakukan perawatan
kesehatan dengan obat oles untuk skabies selama minimal 24 jam. Setelah
yakin bebas skabies bisa masuk ke dalam kamar bersama penghuni lain. Bila
terjadi kasus Skabies pada Narapidana, Anak dan Tahanan yang sudah di
dalam kamar, upaya eradikasi harus dilaWan pada seluruh Narapidana, Anak
dan Tahanan di dalam kamar tersebut;
2) Perlu dilakukan upaya berkala dalam memusnahkan jentik nyamuk di
lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan dengan mengubur,
menguras dan menutuo tempat penyimpanan air. Pelatihan Juru Pengamat
Jentik (Jumantik) bisa diperoleh melalui kerjasama dengan Dinas Kesehatan
setempat. Bila terjadi kasus Demam Berdarah di dalam Lapas, LPKA, Rutan
dan Cabang Rutan, agar segera melakukan pengasapan/fogging untuk
membunuh nyamuk. Kcordinasikan upaya-upaya pengasapan/fogging dengan
Dinas Kesehatan setempat; I
3) Perlu diperhatikan bahwa sangat penting untuk menjaga kebersihan bahan
makanan, makanan, minuman/air bersih dan lingkungan dapur serta alat-alat
yang digunakan dari bnatang seperti lalat, kecoa dan tikus karena sangat
rentan menjadi sumber penularan penyakit seperti Leptospirosis dan Diare;
4) Tidak dibenarkan untuk memelihara dan atau membawa binatang peliharaan ke
dalam Lapas, LPKA, Rulan dan Cabang Rutan.

d. Pemenuhan Kebutuhan Vjentilasi dan Sirkulasi Udara yang Memenuhi Standar


dalam Ruang di Lapas, LPKA, Rutan dan dabang Rutan.
Persyaratan kesehatan uclara dalam ruang adalah paling sedikit sama dengan
suhu udara luar ruang dan terhindar dari paparan asap berupa asap rokok, asap
dapur, dan asap dari sumber bergerak lainnya. Tes kualitas udara, dilakukan
melalui kerjasama dengan pihak berwenang, 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
e. Penanganan dan Pengolahan Sampah serta Limbah di Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan.
- Menerapkan Standar Penanganan Sampah yang meliputi:
1) Pemilahan, yaitu memisahkan sampah organik dan non organik;
2) Pengumpulan, yaitu menyediakan tempat pembuangan sampah yang
terpisah antara organik dan non organik di dalam blok hunian;
3) Pengangkutan, yaitu melakukan pengangkutan sampah dari tempat
pembuangan sampah di dalam blok hunian ke tempat pembuangan sampah
(TPS) sementara di dalam Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan dengan
menggunakan alat angkut sampah minimal 2 kali sehari (pagi dan sore).
Sampah di TPS merupakan sampah yang sudah terpilah. TPS harus memiliki
ruang yang memadai memiliki tutup!dan terletak jauh dari dapur, fasilitas
layanan kesehatan, sumber air bersih dan kamar hunian. Kegiatan ini agar
dilengkapi dengan sarana prasarana memadai guna mencegah terjadinya
penularan penyakit.
4) Pengolahan, yaitu sampah organik bisa diolah menjadi pupuk organik dan
biogas. Sampah non organik bisa didaur ulang atau diserahkan kepada pihak
yang memiliki kapasitas untuk mengolah kembali. Penyerahan disertai tanda
terima dan disimpan sebagai arsip.
5) Pemrosesan akhir sampah, yaitu sampah yang sudah tidak bisa digunakan
kembali dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah bekerjasama
dengan Dinas Kebersihan setempat. |
Menerapkan Standar Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Kotoran
Manusia.
Limbah rumah tangga dan kotoran manusia bisa berasal dari kamar mandi, WC,
wastafel, keran cuci, dan dapur. Limbah air kotor dari kamar mandi tidak boleh
dibuang bersama dengan air kotor dari WC dan dapur, masing-masing memiliki
salurannya masing-masing. !
Diameter pipa pembuangan dari kamar mandi adalah 3" (7,5 cm), pipa
pembuangan dari WC adalah 4"(10 cm)|dan dari dapur adalah: 2" (5 cm). Pipa
pembuangan dapat diletakkan pada suatu "shaft" yaitu lobang menerus yang
disediakan untuk tempat pipa air bersih dan pipa air kotor pada bangunan
bertingkat untuk memudahkan pengontrplan. Pipa dapat dipasang pada kolom-
kolom beton dari atas sampai bawah. Setelah sampai bawah semua pipa air
kotor harus merupakan Saluran tertutup di dalam tanah agar tidak menimbulkan
wabah penyakit dan bail tidak sedap.
Di bawah lantai semua pipa sanitasi diberi lobang kontrol, yang sewaktu-waktu
dapat dibuka bila terjadi kemacetan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar tidak
mencemari air dan tanah sekitar adalah:
1) Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m;
keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan
dengan lantai miring ke arah ruang lumpur;
3) Septic tank direncanakan untuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan
jumlah air limbah anteira 70-90% dari volume penggunaan air bersih;
4) Besarnya ruang lumpur diperkirakanj untuk dapat rata-rata per orang 30-40
liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan 2-4 tahun;
5) Pipa air masuk ke dalam tangki lebih tinggi kurang lebih 2.5 cm dari pipa air
keluar;
6) Septic tank dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
untuk membuang gas hasil penguraian.
- Menerapkan Standar Pengelolaan Limbah Medis dengan cara:
1) Melakukan dokumentasi jumlah limbah medis yang dihasilkan;
2) Melaksanakan pengelolaan limbah ses'uai standar dan mendokumentasikan;
3) Bila diperlukan bekerjasama dengan pihak Pengelola Limbah berijin;
4) Menyerahkan limbah kepada pihak Pengelola Limbah disertai bukti
penyerahan; dan
5) Menyimpan bukti penyerahan.
f. Penyediaan Tempat Cuci Tangan dengan Air Mengalir dan Sabun di Lingkungan
Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan menyediakan tempat cuci tangan dengan
air mengalir dan sabun di ruang perkantoran, kamar/blok hunian, kamar mandi dan
pelayanan umum, seperti poliklinik, ruang kunjungan, dapur, ruang menyusui,
ruang perawatan anak di dalam Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan dan
setelah pintu keluar dari blok hunian
g. Penerapan Aturan Bebas Asap Rokok di Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan.
Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan bebas asap rokok, baik di
ruang kantor, kamar/blok hunian, ruang kunjungan dan ruang publik lainnya
diterapkan dengan menyediakan area terbatas di ruang terbuka khusus untuk
merokok.

h. Penyediaan Ruang Ramah Anak di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Penyediaan ruang ramah anak diperlukan bagi anak yang berkunjung ke Lapas,
LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Pembuatan Lubang Resapan Biopori dan Sumur Resapan di Lapas, LPKA, Rutan
dan Cabang Rutan.
- Cara membuat lubang resapan biopori:
1) Buat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-16 cm dan kedalaman
sekitar 100-120 cm tapi jangan rrjelebihi permukaan air tanah. Lubang
tersebut dapat dibuat dengan bambu, pipa besi atau bor tanah dengan jarak
antar lubang 60-100 cm. ]
2) Lubang diisi dengan sampah organik. Setiap 5 hari sekali dilakukan
penambahan sampah organik.
3) Kompos yang terbentuk dalam lubang resapan biopori dapat diambil untuk
menyuburkan tanaman.
4) Mulut atau pangkal lubang dikelilingi adukan semen selebar 2-3 cm setebal
2 cm supaya tanah tidak jatuh ke lubang (longsor).
5) Jumlah lubang resapan biopori ditentukan berdasarkan luas lahan, yaitu
setiap 50 meter persegi luas lahan dibuat 10 lubang.
6) Lubang resapan berpori dapat dibuat sendiri dengan bor tanah atau
dikerjakan oleh tukang bor sumur.
- Syarat umum dalam membuat sumur resapan sesuai Standar Nasional
Indonesia tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan, antara lain:
1) Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah
berlereng, curam atau labil.
2) Sumur resapan berjarak minimal 5 meter dari tempat penimbunan sampah
dan septic tank serta berjarak minimal 1 meter dari fondasi bangunan.
3) Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal 2
meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air tanah mininimal
1,5 meter pada musim hujan.
4) Struktur tanah harus; mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah
menyerap air) minimal 2 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu
menyerap genangan air setinggi 2 cm.
- Cara membuat sumur resapan air:
1) Saluran air hujan, terdiri dari ta ang horisontal, talang vertikal, dan
penghubung antara talang vertikal dengan sumur resapan. Penghubung
tersebut dapat menggunakan pipa PVC atau pipa beton yang diameternya
dapat disesuaikan dengan ukuran talang vertikal.
2) Dinding sumur bisa dibuat dengan semua dinding dibuat bata susun tanpa
plester, atau setenga h bagian ke atas diplester.
3) Membuat pori-pori dari pipa PVc| 1-1 % inch yang ditanam/dipasang
diantara bata susun tersebut.
4) Masukkan batu kerikil (split) atau puing-puing batu atau pecahan batu bata
(sisa pengerjaan) atau batu-batu kali di atasnya dan ditutup dengan lapisan
ijuk kira-kira 10 cm (ketebalan lapisan batu dan ijuk kira-kira setengah dari
kedalaman sumur).
5) Untuk keamanan, puat penutup sumur dari beton bertulang dengan
ketebalan penutup 10-12 cm. Atur jposisi penutup kurang lebih 15 cm di
bawah permukaan tanah sehingga di atasnya dapat ditutup tanah atau
diletakkan pot-pot tanaman.
j. Khusus untuk Lapas Wanrta atau Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan yang
memiliki WBP dan Tahanan wanita, agar menyediakan ruang olahraga,
memerlukan perhatian khusus untuk ruang hunian bagi WBP dan Tahanan wanita
yang hamil, pasca melahirkan dan menyusui serta perawatan dan tempat bermain
bagi anak yang tinggal bersama ibunya (sampai usia 2 tahun) di dalam Lapas,
Rutan dan Cabang Rutan. j
k. Penyelenggaraan Pelatihan Evakuasi saat terjadi Kebakaran dan Bencana Alam
serta penyediaan ruang terbuka tempat tlerkumpul di Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan.
I. Pemanfaatan Sumber-sumber Energi Alternatif di Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan.
Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan dengan jumlah hunian yang tinggi dan
membutuhkan energi besar juga dapat [memanfaatkan sumber-sumber energi
alternatif di sekitarnya, seperti:
1) Matahari
2) Angin
3) Hydropower/kekuatan air
4) Biomassa/Biogas
5) Gelombang Laut
m. Pemenuhan Syarat Lokasi dan Tanah yang akan dibangun Lapas, LPKA, Rutan
dan Cabang Rutan
Persyaratan untuk media tanah paling sedikit tidak bekas pembuangan sampah
dan atau lokasi pertambangan, memiliki sumber air yang cukup, tidak banjir atau
berada di lokasi rawan banjir, serta memiliki akses jalan dan listrik.
n. Pencatatan dan Peiaporan dan Instrumen Supervisi Upaya Sanitasi dan
Kesehatan Lingkungan di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan.
Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM wajib
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan upaya sanitasi dan
kesehatan lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan secara tertulis serta
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan setiap awal bulan
(lampiran I).
Supervisi dilaksanakan oleh petugas Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
untuk melakukan evaluasi secara mandiri dan dengan pihak terkait sebagai bahan
evaluasi upaya Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan dengan menggunakan instrumen (lampiran II).
6. Penutup
Demikian Surat Edaran Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan ini disampaikan, agar dapat menjadi perhatian dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, diucapkan terima
kasih.

Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 21 Desember2016

DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN,

IWAYAWfc DUSAK
NIP 1^570727 198303 1 001

Tembusan:
1. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Lampiran I
FORMUUR KESWAT HE

KOPSURAT

Instrumen Pencatatan dan Peiaporan


Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan

KANTOR WILAYAH :

Air Bersih Air Minum Sampah Limbah WC

Ujl Ujl
Jumlah Sampah yang
Laboratorium
Volume
Laboratorium Upaya Pengolahan Limbah Medis Limbah Manusia Jumlah
Sumber
dihasllkan/bulan (m3)
Berkala Berkala
Volume Air
Air
No. UPT Sumber Air Air yang Minum Ket
Minum
(tanah, tersedia/ yang Hasil Pengolahan Volume Upaya pengolahan
(masak, Jumlah
POAM,dll.) bulan Ada/ tersedia/ Ada/ Non Ada/ (pupuk, Septic Blok
suling, Organik /bulan Kantor
(m3) Tidak bulan Tidak Organik Tidak bfogas, Tank Hunian
dll) (kg) Hasil
(m3) an;) (m3) -Ada/-
Kerjasama Mandlri (pupuk,
Tidak
biogas, dll.)

20.
Kepala Divisi Pemasyarakatan,

NIP
Lampiran II

KOPSURAT

Instrumen Supervisi
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
Pelaksanaan
No Keglatan Keterangan
Sudah Sedang Belum
1. Pemenuhan kebutuhan Air Minum dan Air Bersih di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
2. Pelaksanaan Higiene Sanitasi Pangan di dapur Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
3. Pencegahan penularan penyakit melalui Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Lapas, LPKA, Rutan dan
Cabang Rutan
Pemenuhan kebutuhan ventilasi dan sirkulasi udara yang memenuhi standar dalam ruang di Lapas, LPKA, Rutan
dan Cabang Rutan
Penanganan dan pengolahan sampah serta limbah di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
6. Penyediaan tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun di lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang
Rutan
7. Penerapan aturan bebas asap rokok di lingkungan Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
Penyediaan ruang ramah anak dnapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
Pembuatan lubang resapan biopori dan sumur resapan di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
10. Khusus untuk Lapas Wanita atau Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan yang memiliki WBP Wanita, menyediakan
ruang berolah raga, perhatian khusus untuk ruang hunian bagi WBP wanita yang hamil, pasca melahirkan dan
menyusui serta perawatan dan tempat bermain bagi anak yang tinggal di dalam Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang
Rutan
11, Pelatihan evakuasi saat terjadi kebakaran dan bencana alam serta penyediaan ruang terbuka tempat berkumpul
12. Pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
13. Pemenuhan syarat lokasi dan tanah yang akan dibangun Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan
14. Pencatatan dan peiaporan upaya sanitasi dan kesehatan lingkungan di Lapas, LPKA, Rutan dan Cabang Rutan

20.
Petugas Pelaksana Supervisi,

NIP

Anda mungkin juga menyukai