Babe alias Baekuni (49) begitulah ia sering disapa.
Babe terkenal dengan kasus sodominya dikalangan anak kecil sebaya sekolah dasar ataupun SMP. Kini saja sudah 15 orang anak yang telah disodominya. Padahal sebelum kasus ini merebak, Babe hanya mengaku dia hanya menyodomi dan memutilasi 7 korban saja. Ada 2 motif yang mendasarkan perbuatan Babe: 1.Karena mungkin saja sejak kecil Babe sudah mendapat pengalaman buruk pada masa kecilnya, berikut penuturan salah satu Psikolog Reza Indragiri Amriel:
Psikolog Reza Indragiri Amriel menilai,
perilaku bejat Babeh menyodomi, membunuh, dan memotong-motong korbannya dapat dipengaruhi pen galaman buruknya pada masa kecil. Dengan menyodomi anak-anak, bisa jadi Babeh menghukum atau menumpahkan kebencian terhadap dirinya sendiri. "Dari penelitian terhadap child molester, tidak sedikit dari mereka yang pada masa kecilnya juga mengalami molestation (penganiayaan). Mereka tumbuh dewasa dan menjelma sebagi molester baru sebagai bentuk kompensasi terhadap masa silam mereka," ungkap Reza Si pelaku, kata Dosen Psikologi Forensik Universitas Bina Nusantara Jakarta ini, akan menjelma dari individu kanak- kanak (korban) menjadi individu dewasa (pelaku) yang berperilaku sama bejatnya akibat timbunan dendam, sakit hati, dan emosi-emosi negatif lain yang menumpuk di dalam jiwanya. Kebencian dan emosi negatif ini bisa mengarah pada diri sendiri sehingga pelaku seperti ingin menghukum dirinya. "Jika ini yang terjadi, lewat mensodomi anak-anak lain, si pelaku sesungguhnya merupakan pantulan betapa ia tengah menghukum atau menumpahkan kebencian terhadap dirinya sendiri. Dan manakala sodomi diteruskan dengan membunuh dan memutilasi si anak, sempurna-lah prosesi pembunuhan terhadap dirinya sendiri, setidaknya secara psikis," kata Reza. Kebencian, kata Reza, juga bisa terarah kepada pihak lain. Namun, karena si pelaku tidak berhasil membalas sakit hatinya pada orang yang telah menganiayanya semasa kecil dulu, si pelaku menjadikan anak-anak lain sebagai obyek pengganti. Ditanya apakah kelainan jiwa yang dialami Babeh dapat disembuhkan, Reza menyatakan akan sangat sulit. "Dari sekian banyak kelainan psikologis, sampai sekarang belum ada pendekatan efektif untuk memodifikasi perilaku si pelaku. Alhasil, yang perlu/realistis dilakukan adalah melindungi korban potensial, yakni mempersempit ruang gerak pelaku," ujar lulusan Psikologi Forensik Universitas Melbourne ini. 2. Kemungkinan Babe menderita homoseksual bawaan dan paedofilia sejak lahir, berikut penjelasannya: Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi, Baekuni alias Babe, 48 tahun, pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap Ardiansyah, 9 tahun, adalah homoseksual bawaan sejak lahir. "Sejak kecil dia tidak bisa ereksi dengan lawan jenisnya," ujar psikolog Universitas Indonesia yang menjadi pemeriksa kejiwaan Babe, Sarlito Wirawan Bahkan, selama menikah, duda tanpa anak tersebut belum pernah berhubungan badan dengan istrinya hingga pasangannya tersebut meninggal dunia. "Karena ini homoseksual bawaan. Selain itu ia paedofil, hanya suka pada anak kecil laki-laki," kata Sarlito. Dalam pemeriksaan psikologi, kata Sarlito, Babe mengaku bahwa dia bukan hanya membunuh dan memutilasi Ardiansyah. Namun, sebelumnya dia juga telah membunuh enam anak jalanan dan tiga di antaranya dimutilasi. Motif pembunuhan tersebut karena korban melawan pada saat akan disodomi. Korban dicekik dengan tali rafia hingga mati dan selanjutnya disodomi. Empat dari tujuh korbannya dimutilasi dan organ tubuhnya dibuang di tempat umum. "Karena itu dia kategori Nekrofil (berhubungan seksual dengan mayat)," kata Sarlito Berdasarkan keterangannya, Babe adalah anak ke 11 dari 12 bersaudara dari keluarga miskin di Magelang. Pada waktu kecil Babe beberapa kali tidak naik kelas, sehingga dia keluar sekolah pada saat kelas 3 sekolah dasar. Pada usia 12 tahun dia merantau dan menjadi anak jalanan di Jakarta. Pada saat itu ia sempat mengalami kekerasan seksual di sekitar Lapangan Banteng, tempat dia biasa mengamen. Namun, Sarlito membantah bahwa pengalaman buruk masa kecil Babe yang membuat Babe suka berhubungan seksual dengan anak kecil. "Perilaku dia itu lebih karena bawaan, memang dia homoseksual dan paedofil sejak kecil," kata Sarlito Selain itu, menurut Sarlito, Babe memiliki pola yang sama dalam melakukan pembunuhan dan mutilasinya. Seluruh korban dicekik dengan tali rafia, setelah korban mati baru disodomi. Korban-korban yang dimutilasi dipotong menjadi beberapa bagian yang sama dan selanjutnya dibuang di tempat umum supaya ditemukan dan dimakamkan orang lain.