KOLORIMETRI
I. TUJUAN
I.1
Mampu membandingkan konsentrasi larutan berdasarkan kepekatan
warnanya.
I.2
Mampu menentukan konsentrasi larutan FeSCN2+.
I.3
Mampu menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan FeSCN2+.
perubahan, dan energi yang terlibat dalam perubahan tersebut. Bila suatu
perubahan yang disebut dengan reaksi kimia. Persoalan yang timbul adalah
Jumlah zat dapat langsung ditimbang bila zat awal adalah padat atau cair
dan zat hasil perubahan adalah gas. Jumlah zat juga dapat ditentukan
melalui tekanan dan warna. Untuk menentukan jumlah zat melalui tekanan
Metode analisa ini adalah bagian dari analisa fotometri. Pengukuran zat
Cahaya masuk
Jika sinar, baik monokromatis maupun polikromatis, mengenai suatu
Larutan C
media, maka intensitasnya akan berkurang. Berkurangnya intensitas sinar
(Underwood, 1998)
Analisis fotometrik dibagi menjadi empat metode :
a. Analisa kolorimetri, apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar
tampak.
b. Analisa turbudimetri, apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar
terusan.
c. Analisa nefelometri, apabila intensitas sinar yang diukur adalah sinar
hambur koloid.
d. Analisa fluometri, apabila intensitas sinar yang digunakan adalah sinar
(Damin, 1997)
II.3
Hukum Bougrer Lambert
Apabila sinar monokromatis melalui media yang transparan, maka
dilewati.
DI = K.I.di
Dengan :
I = Intensitas sinar mula-mula
K = koefisien senapan
T = tebal media yang ditembus
(Khopkar, 1990)
II.4
Hukum Beer
Menyelidiki suau hubungan antara intensitas serapan dan konsentrasi
yang encer.
b) Syarat kimia
Zat yang diukur harus stabil.
c) Syarat cahaya
Cahaya yang digunakan harus yang monokromatik.
d) Syarat kejernihan
Larutan yang akan diukur harus jernih.
(Khopkar, 1990)
II.5
Hukum Lambert Beer
Hubungan antara jumlah zat / cahaya yang diserap olah larutan disebut
C2 =
(Brady, 1984)
II.6
Senyawa Kompleks
Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah
dengan berbagai molekul netral, fosfin tersubtitusi, aisin dan stibin, karbon
oksidasi formal yang positif rendah, nol atau bahkan negatif. Ini adalah
rendah.
(Cotton, 1989)
II.7
Metode Kolorimetri
Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak,
senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak
larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama
warna.
ditempelkan pada tabung kaca dengan ukuran yang sama. Larutan yang
Cx . bx = Cy . by atau Cy =
Pada metode ini, Cxby dijaga agar tetap dan konsentrasi larutan yang
diukur adalah Cy, panjang jalan yang ditempuh sinar divariasikan hingga
(Sumardjo, 1997)
II.9
Kolorimetri Visual
Pada kolorimetri, suatu duplikasi warna dilakukan dengan larutan
yang mengandung sejumlah zat yang sama pada kolom dengan acameter
penampang yang sama serta tegak lurus dengan arah sinar. Biasanya zat-zat
dubuscq dengan mengukur kepekatan melaui mata. Pada alat ini ditemui
dua tabung yang dapat dinaikkan dan diturunkan. Jumlah zat pada suatu
maka :
A1 = a.b1.c1
A2 = a.b2.c2
Keterangan :
a = tetapan jenis zat
b = tebal larutan yang disinar
c = konsentrasi zat
Bila kedua larutan tersebut memiliki kepekatan yang sama maka
A1 = A2 a.b1.c1 = a.b2.c2
b1.c1 = b2.c2
(Khopkar, 1990)
II.10
Spektrofometri
Spektrofometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari
visual suatu studi lebih mngenai penyerapan energy cahaya oleh spesies
umumnya indikator adalah asam atau basa yang sangat lemah. Faktor lain
Molle Job. Pada perbandingan mol adsorbansinya diukur pada deret larutan
reagennya, sedangkan jumlah zat lain tetap. Pada metode job variasi
pH = pKa + log
(Khopkar, 1991)
II.13
Tetapan Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan adalah suatu reaksi untuk mendapatkan
hasil reaksi.
Untuk mendapat reaksi umum dalam air :
A(aq) + B(aq) C(aq) + D(aq)
K= ; K = tetapan kesetimbangan
(Underwood,1996)
2.14 Faktor faktor Kesetimbangan
2.14.1 Luas Permukaan Bidang Sentuh
Pada reaksi kimia terjadi tumbukan antar partikel atom unsur atau
maka ada bidang sentuh yang beraksi. Luas permukaan sentuh makin
zat itu tidak mengalami perubahan yang tepat. Makin tinggi nilai
Reaksi akan berlangsung cepat jika suhunya lebih tinggi dan oleh
bergilir dari coklat, hijau, biru lalu kembali putih dalam keadaan
mol H2O, bergantung pada kelembaban suhu, kelarutan lebih besar di air
panas, dalam bentuk kristal, stabil di udara, larutan bersifat alkali dengan
pH 9,8.
(Budaveri, 1989)
2.15.4 Aquades (H2O)
Tidak berwarna, pH netral = 7, jernih, titik didih 100 OC, titik beku 0OC,
pelarut universal.
(Budaveri, 1989)
III.2
Bahan
1. Fe(NO3)3
2. KSCN
3. Aquades (H2O)
4. Na2HPO4
III.3
Gambar Alat
a. Gelas kimia b. Gelas ukur c. Tabung reaksi
e. Pipet tetes f. Labu ukur g. Corong
III.4
Skema Kerja
III.4.1 Reaksi- reaksi pendahuluan
10 mL KSCN 0,002 M
Gelas kimia
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 0 mL KSCN 0,002 M
Penggojogan campuran
Penambahan aquades
Hasil
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 1 mL KSCN 0,002 M
Penggojogan campuran
Penambahan aquades
Hasil
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 2 mL KSCN 0,002 M
Penggojogan campuran
Penambahan aquades
Hasil
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 3 mL KSCN 0,002 M
Penggojog ancampuran
Penambahan aquades
Hasil
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 4 mL KSCN 0,002 M
Penggojogan campuran
Penambahan aquades
Hasil
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan 5 mL KSCN 0,002 M
Penggojogan campuran
Penambahan aquades
Hasil
5 mL Fe(NO3)3 0,2 M
Labu ukur
Penambahan larutan x
Penggojogan campuran
Penambahan aquades
Hasil
Tabung
Perlakuan Hasil
Reaksi
10 mL KSCN 0,002 M + 3mL lar Warna larutan merah
1
Fe(NO3)3 0,2 M pekat.
10 mL KSCN 0,002 M +3 mL lar Waran larutan merah
sebelumnya.
10 mL KSCN 0,002 M + 3mL lar Warna larutan merah
M
10 mL KSCN 0,002 M + 3mL lar Warna larutan kuning,
endapan putih.
IV.2
Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi Pembentukan FeSCN2+
2 M ) + aquades hingga 25 mL
duboscq ).
4 mL KSCN 0,002 M + 5 mL larutan Warna larutan merah tua,
V. PEMBAHASAN
V.1
Reaksi reaksi Pendahuluan
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan konsentrasi larutan
sebagai pembanding. Untuk tabung reaksi yang lain karena pada percobaan ini
menggunakan metode deret standar yang mana larutan yang akan dianalisa
sama.
(Fatih, 2008)
Pada tabung reaksi II ditambahkan 1 tetes KSCN pekat, warna larutan
tetap merah pekat namun lebih encer. Hal ini disebabkan penambahan volume
(Brady, 1990)
Begitu juga pada tabung reaksi III yang ditambahkan 3 tetes Fe(NO 3)3 0,2 M
Na2HPO4 menunjukan warna larutan menjadi kuning dan sangat encer. Selain
2Na
V.2
Penentuan Tetapan Kesetimbangan Reaksi Pembentukan (FeSCN)2+
Percobaan ini diawali dengan menyediakan 7 labu ukur ukuran 10 mL.
mol ~M. Mol sendiri berbanding lurus terhadap koefisien persamaan reaksi,
maka :
Perbandingan koefisien perbandingan mol perbandingan M
(Chang, 1994)
3+ -
Fe(NO3)3 Fe + 3NO3
0,2 M 0,2 M
Sehingga diperoleh konsentrasi ion Fe3+ sebesar 0,2 M. Setelah ditambahkan
air hingga 10 mL, konsentrasi ion Fe3+ tersebut akan berubah menjadi :
M2 = =
M2 = 0,1 M
Pada tabung reaksi ditambahkan 1 mL larutan KSCN 0,002 M, warna
yang dihasilkan adalah merah tua dan encer. Pada tabung reaksi sebelumnya
(tabung reaksi I), larutan ditambahkan aquades hingga batas labu ukur 10 mL
Reaksi :
Fe(NO3)3 + 3KSCN 3KNO3 + Fe(SCN)2+ + 2SCN-
Konsentrasi ion Fe3+ :
M1 . V1 = M2 . V2
M2 = =
M2 = 0,1 M
Keterangan :
M=
M=
M = 0,00011 M
Sehingga konsentrasi (FeSCN)2+ dalm 10 mL larutan (ditambah aquades
M2 = = =
M2 = 0,0007 M
Pada tabung reakdi III ditambahkan 3 mL larutan KSCN 0,002 M
kemudian ditambahkan aquades hingga batas labu ukur. Warna larutan yang
M2 = =
M2 = 0,1 M
Konsentrasi ion (FeSCN)2+ adalah :
Fe(NO3)3 + 3KSCN 3KNO3 + (FeSCN)2+ + 2SCN-
Awal 0,01 0,004 - - -
Bereaksi 0,0013 0,004 0,004 0,0013 0,004
Setimbang 0,0087 - 0,004 0,0013 0,004
Mol (FeSCN)2+ = 0,0013 mmol
Konsentrasinya, M= =
M = 0,0013 mmol
2+
Konsentrasi (FeSCN) dalam larutan :
M1 . V1 = M2 . V2
M2 = =
M2 = 0,00013 M
Tetapan kesetimbangan :
Kc =
Kc =
Kc = 612,0459 x 10-21
Pada tabung reaksi IV ditambahkan masing masing 3; 4 dan 5 mL
larutan KSCN 0,002. Perubahan yang terjadi secara berurutan adalah warna
pada tabung reaksi IV menjadi merah pekat. Pada tabung reaksi V, larutan
berwarna makin pekat dan pada tabung reaksi VI warna larutan paling pekat.
masing tabung reaksi berubah, seperti pembuktian pada tabung reaksi II dan
III. Seangkan pada tabung reaksi ke VII yang mana penambahan larutan
KSCN belum diketahui, diperoleh warna larutan yang sama dengan tabung
VI. KESIMPULAN
VI.1
Pembandingan konsentrasi larutan dilakukan dengan pengamatan sesuai
DAFTAR PUSTAKA
States : Wiley.
Budaveri, Susan. 1989. The Merck Index Second Edition. USA : The Merck
Index Co.
Chang, Raymond. 1994. Chemistry Fifth Edition. USA : Mc Grawhill.
Cotton, Albert F. 1989. Kimia Organik Dasar. Jakarta : UI Press.
Fatih, Ahmad. 2008. Kamus Kimia. Jakarta : Panji Pustaka.
Keenan, Wood. 1990. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M, terjemahan oleh Saptoraharjo, a., 1990. Konsep Dasar Kimia
UNDIP Press.
Parker, Sybil P. 1993. Encyclopedia of Chemistry. Mc. Graw Hill : USA.
Petrucci, Ralph H. 1985. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Underwood, A L. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Ke-6. Jakarta :
Erlangga.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Asisten, Praktikan 1,
M. Perdana
J2C006035 Okky Amelia Pratiwi
J2C009036
Praktikan 2,
Praktikan 3,
Dewiana Purbosari
J2C009039
Praktikan 5,
Praktikan 6,
Indah Murtikarini
J2C009041
Praktikan 7,
Praktikan 8,
PERCOBAAN 5
ANALISIS KUANTITATIF BERDASARKAN
WARNA LARUTAN :
KOLORIMETRI
PERCOBAAN V
Disusun oleh :
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2009