Mekanisme Terjadinya Adiksi
Mekanisme Terjadinya Adiksi
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward
pada manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang
menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa
menyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa
berasal secara alami, seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuat
orang merasakan senang ketika makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasal
dari obat-obatan. Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur tertentu di
otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh reward
alami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived (mempertahankan
kehidupan).
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut : ventral
tegmental area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTA terhubung
dengan nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang
akan mengirim informasi melalui saraf. Saraf di VTA mengandung
neurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens
dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang
memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan bekerja pada system reward.
Pada obat golongan opiat, reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA,
nucleus accumbens dan cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang
meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang menggunakan
obat-obat golongan opiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan
mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-
obat opiat akan memberikan efek analgesia, sedangkan pada jalur reward akan
memberikan reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang menyebabkan
orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan
reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang
terlibat dalam system reward.
Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan garda terdepan bagi akses
masyarakat terhadap obat, maka farmasis dapat berkontribusi secara signifikan
dalam mengidentifikasi dan mencegah penyalahgunaan obat. Melihat berbagai
kemungkinan akses masyarakat terhadap obat yang bisa disalah-gunakan, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya
penyalahgunaan obat, lebih baik dengan cara yang sistematik dan terstruktur.