Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh
atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu
proses absorpsi (A) merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat
pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru,
otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,
dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang
280cm,diameter 4cm, disertai dengan vili dan mikrovili ), distribusi (D)
proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh,
proses ini dipengaruhi oleh aliran darah, permeabilitas kapiler, ikatan
protein, metabolisme (M) proses tubuh merubah komposisi obat sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh, dan ekskresi (E)
eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari
tubuh oleh ginjal dan melalui urin . Metabolisme atau biotransformasi dan
ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat.
Kurva obat dalam plasma dan waktu
Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam grafik ini :
1. MEC (Minimum Effect Concentration) merupakan kadar minimal
yang harus dicapai obat agar berefek
2. MTC (minimum toxix concentration) merupakan kadar dimana
obat mulai bersifat toksis bagi tubuh.
3. Therapeutic Range merupakan konsentrasi dimana obat berefek
dalam batas aman
4. Onset merupakan waktu dimana obat mulai berefek atau
memasuki MEC
5. T Max merupakan waktu dimana kadar obat dalam plasma
sampai pada puncaknya
6. C Max merupakan kadar maksimum yang dapat dicapai obat
pada plasma
7. AUC (Area Under Curve) menunjukan jumlah obat di dalam
plasma
8. Duration of Action menunjukan rentang waktu dimana obat
berefek memasuki MEC sampai tidak berefek atau turun dari MEC

Selain itu ada pula yang disebut Frekuensi Pemberian. Frekuensi Pemberian
merupakan jarak (interval) antar pemberian obat. Dari grafik di atas dapat
kita lihat:
1. Jika frekuensi pemberian kecil berarti eliminasi obat lebih lambat
2. Jika tan alfa dari grafik (kadar/waktu) lebih besar, berarti eliminasi
lebih cepat
3. Jika t1/2 (waktu dimana obat tereliminasi 1/2nya) lebih kecil
(cepat). berati eliminasinya lebih cepat
Model Farmakokinetika :
1. Model Mammillary
2. Model Catenary
3. Model Fisiologi ( aliran )
BAB II
PEMBAHASAN
1. Model Mammillary
Model terdiri atas satu atau lebih kompartemen perifer yang
dihubungkan ke suatu kompartemen sentral. Kompartemen sentral
mewakili plasma dan jaringan-jaringan yang perfusinya tinggi dan
secara cepat berkesetimbangan dengan obat. Model mamillary dapat
dianggap sebagai suatu sistem yang berhubungan secara erat, karena
jumlah obat dalam setiap kompartemen dalam setiap sistem tersebut
dapat diperkirakan setelah obat dimasukkan ke dalam suatu
kompartemen tertentu.

Menurut Mammillary model kompartemen dibagi menjadi :


a. Kompartemen satu terbuka intravaskuler
Perfusi terjadi sangat cepat seperti tanpa proses distribusi sebab
distribusi tidak diamati karena terlalu cepatnya. (Hanya ada satu
fase yaitu eliminasi). Pada model satu kompartemen tubuh
dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan secara cepat
terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari
tubuh karena merupakan kompartemen terbuka.
Selain itu model kompartemen satu terbuka tidak menghitung
kadar obat yang sebenarnya dalam jaringan, tapi menganggap
bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat
dalam jaringan.
Jadi saat kita analisis kadar obat dalam darah, maka nilai yg kita
dapat dianggap sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tapi
konsentrasi obat dalam berbagai jaringan tidak sama pada
berbagai waktu.
Model satu kompartemen terbuka intravaskuler

Pada pemberian intravena, semua obat langsung masuk ke


pembuluh darah dan didistribusikan.
Dalam hal ini volume dimana obat terlarut disebut Volume
distribusi (Vd)
Vd = DB0 / Cp0 atau Vd = Dosis / Cp0
dimana,
DB0 merupakan kadar obat dalam tubuh mula2 atau sama dengan
dosis yg diberikan
Cp0 merupakan kadar obat dalam plasma mula2. didapat dari anti
ln K pada persamaan regresi linier t vs Cp
Ada juga Tetapan Laju Eliminasi (K) yang terdiri dari:
Tetapan Laju eliminasi (K) = Tetapan Laju metabolisme
(Km) + Tetapan Laju Eksresi (Ke)

b. Kompartemen satu terbuka ekstravaskuler


Sebelum memasuki kompartemen sentral, obat harus mengalami
absorbsi. (Terdiri dari 2 fase yaitu absorbsi dan eliminasi).
Absorpsi
Pada pemberian per oral obat tidak langsung masuk ke
pembuluh darah, tapi obat harus masuk ke lambung dulu dan
diabsropsi di lambung/usus tergantung pH obat tersebut.

Setelah obat dari saluran Gastrointestinal (GI) diabsorpsi, baru obat


bisa masuk ke tubuh di sinilah obat bisa berefek. Setelah itu obat
tereliminasi.
Dosis yang diberikan tidak semuanya masuk ke pembuluh darah. Kalau di
intravaskuler DB0 = dosis yg kita berikan.
Pada ekstravaskuler jumlah obat yang diterima oleh obat tidak sama
dengan dosis yang diberikan. Pertama saat obat diabsorpsi ada sejumlah
obat yang hilang( yang tidak ikut terabsorpsi), setelah sampai dilambung
obat masuk ke vena hepatic dan dimetabolisme oleh hati di metabolisme
lintas pertama (first pass effect). Inilah yang dimaksud DGI atau jumlah
obat yang ada di saluran gastrointestinal yang menyangkut juga tentang
laju absorbsi obat.
Selain itu ada juga DE atau jumlah obat yang dieliminasi sehingga
jumlah obat yang diterima tubuh/dalam saluran darah sistemik (DB) itu
tergantung pada DGI dan DE .
Kurva kadar plasma dan waktu
Kurva di ekstravaskuler ada fase absorpsinya.
Pada masing2 fase, perbedaan laju absorpsi dan eliminasi
berbeda:
Pada fase absorpsi : laju absorpsi obat lebih besar dari laju
eliminasi (dDGI/dt > dDE/dt)
Pada waktu konsentrasi puncak (Cmax) : laju eliminasi obat =
laju absoprsi (dDGI/dt = dDE/dt)
Setelah obat mencapai puncak (fase pasca absorpsi) , obat-
obat tersebut tidak langsung hilang semua. tap ada beberapa
obat yang masih berada di saluran cerna. Namun laju
eliminasinya lebih cepat dari laju absorpsinya (dDGI/dt <
dDE/dt)
Pada fase eliminasi dimana obat jumlahnya jauh berkurang,
yang terjadi hanyalah eliminasi. Fase absorpsi tidak terjadi
dan dianggap nol. Fase eliminasi ini biasanya mengikuti orde
ke satu (dDB/dt = -KDB)
Model absorpsi orde ke satu
Kebanyakan obat mengikuti orde ke satu.Model ini menganggap
laju absorpsi dan laju eliminasi juga termasuk orde ke satu.
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa pada saat
diabsorpsi obat tidak sepenuhnya sampai di saluran sistemik.
Parameter yang dipakai untuk menunjukkan fraksi obat yang
sampai di saluran sistemik yaitu F (bioavailabilitas). Selain itu
ada pula Ka atau tetapan laju absorpsi obat di saluran gastro
intestinal.
dDGI / dt = Ka x DGI x F
(Tanda minus hanya menunjukkan kadar obat di saluran GI
berkurang)
atau jika diubah menjadi bentuk eksponensial

Do merupakan dosis awal yg diberikan Sedangkan untuk


eliminasi faktor yang berpengaruh adalah tetapan laju
eliminasi K
dDE/dt = -K x DB
Sehingga jika kita memasukkan persamaan2 tersebut pada
dDB/dt = dDGI/dt dDE/dt menjadi:
dDB/dt = (Ka x DGI x F) (K x DB) atau bisa juga ditulis

Persamaan itu jika bisa jadi persamaan untuk menghitung


konsentrasi obat (Cp) dalam plasma pada waktu t

Selain itu kita juga dapat mencari kadar puncak (Cmax)


dengan rumus:

harga A kita dapet dari antiln intersep ekstrapolasi kurva


absorpsi.
harga B kita dapet dari antiln intersep ekstrapolasi kurva
eliminasi

Metode penetapan ka
Metode Residual
Pada metode residual nilai Ka dianggap sangat besar
dibanding K (Ka >K)
Sehingga laju absorpsi cepat dan absorspsinya dianggap
sempurna
Persamaan Cp menjadi:

atau diperoleh juga


dimana A adalah suatu tetapan sehingga persamaan Cp
menjadi

Langkah-langkah mencari Ka
1) Gambar konsentrasi obat vs waktu pada kertas semilog
2) Tentukan minimal 3 titik di bagian eliminasi yg lurus lalu
buat regresi linier, kemudian diekstrapolasi.
3) Dapet y = bx +a
b = slope = K (tetapan laju eliminasi)
a = intersep, anti ln a = B
4) Tentukan 4 titik pertama di fase absorpsi
5) Cari kadar ekstrapolasi (C) dengan cara memasukkan
variabel waktu dari 4 titik di fase absorpsi yg kita pilih
(3) ke persamaan regresi linier (2)
6) Cari kadar Residu (Cr) dengan cara: Kadar residu = kadar
ekstrapolasi (C) Cp
7) Ubah Cr jadi bentuk ln, Regresi ln Cr vs t.
Ketemu y = bx + a
b = slope = Ka (Tetapan laju absorpsi)
a = intersep, anti ln a = A
9. Cari CpMax & TMax

Metode wagner Nelson


pada metode ini kita cari prosen obat yang tidak
diabsorpsi (1-Ab/Abinf) vs T
Total dosis obat (Do) dihitung semuanya baik yg di dinding
usus (DGI), urin (DU) maupun yg ditubuh (DB).
Do = DGI + DB + DU
jika obat semua sudah diabsropsi (DGI = 0) persamaannya
jadi :
Do = DB + DU
Du sendiri dapat didapatkan dari:
Du = k x Vd x (AUC)o-inf

parameternya:
Ab t = jumlah obat yang diabsorpsi pada waktu t
Ab = Cp x Vd + k x Vd (AUC)o-inf
fraksi obat yang masih harus diabsorpsi
sisa obat di GI tiap waktu

Langkah2 penentuan Ka
1) Gambar log konsentrasi obat vs waktu pada kertas
semilog
2) Cari K dengan regresi linier t vs Cp
3) Cari (AUC)t-o dengan metode trapezium
untuk AUC yang terakhir gunakan rumus (Cp pada waktu
terakhir / K)
4) Jumlahkan semua AUC hingga didapat (AUC)0-inf
5) Hitung K x (AUC)t-o untuk mendapatkan K (AUC)t-oUntuk
mencari Ab/Ab inf dapat digunakan rumus langsung

6) Cari harga 1-Ab/Abinf


7) Regresi t vs 1-Ab/Abinf
dapet y = bx + a
b = Ka

c. Kompartemen 2 terbuka intravaskuler


Kompartemen dianggap hanya satu dan ada proses distribusi
dari sentral ke perifer atau sebaliknya. Tidak ada proses absorbsi
tetapi ada proses eliminasi.
Asumsi untuk model 2 kompartemen terbuka intravaskuler adalah
proses distribusi dan eliminasi mengikuti orde pertama dan Obat
tereliminasi dari kompartemen sentral.
Data darah
Pada pemberian obat secara IV, kurva yang diplotkan pada
kertas semilog akan memiliki 2 fase
Fase alfa = Fase distribusi
Fase beta = Fase post distribusi = Fase Eliminasi
Langkah-langkah perhitungan
Plot waktu (x) vs log Kadar (y)
Dengan tau bentuk kurvanya kita bisa menentukan mana
yang termasuk fase distribusi dan mana yang termasuk fase
eliminasi.

contoh hasil kurva plot waktu (x) VS log


kadar (y)
Regresi titik-titik yang termasuk fase eliminasi
Dari contoh kurva diatas , kita tau fase eliminasi dimulai dari waktu 4
jam. Jadi regresi t 4 jam 16 jam
Cari Kadar ekstrapolasi pada fase distribusi (Cp)
Caranya masukkan waktu (t) pada fase distribusi ke
persamaan regresi yang didapat pada fase eliminasi Fase
distribusi dari grafik didapat pada t
Cari Kadar Residual (Cr = Cp Cp)
Regresi linier t vs ln Cr

d. Kompartemen 2 terbuka ekstravaskuler


Obat mengalami proses absorpsi, distribusi dan eliminasi.
2. Model Catenary
Dalam farmakokinetika model mammilary harus dibedakan
dengan macam model kompartemen yang lain yang disebut model
caternary. Model caternary terdiri atas kompartemen-kompartemen
yang bergabung satu dengan yang lain menjadi satu deretan
kompartemen. Sebaliknya, model mammilary terdiri atas satu atau
lebih kompartemen yang mengelilingi suatu kompartemen sentral.

3. Model Fisiologi ( aliran )


Model fisiologik juga dikenal sebagai model aliran darah atau
model perfusi, merupakan model farmakokinetik yang didasarkan atas
data anatomik dan fisiologik yang diketahui. Makna yang nyata dari
model fisiologik adalah dapat digunakannya model ini dalam
memprakirakan farmakokinetika pada manusia dari data hewan. Jadi,
parameter-parameter fisiologik dan anatomik dapat digunakan untuk
memprakirakan efek obat pada manusia berdasar efek obat pada
hewan.

BAB III
PENUTUP
Pada model 1 kompartemen, obat menganggap tubuh seperti 1 ruang yang
sama dimana obat secara cepat terdistribusi ke semua jaringan

Pada model 2 kompartemen, obat menganggap tubuh seperti 2 bagian:

1. Kompartemen sentral: organ2 dimana perfusi darahnya cepat


(misalnya hati, ginjal)
2. Kompartemen perifer: organ2 dimana perfusi darahnya lambat
(misalnya otot, lemak)

Perbedaan Model 1 dan 2 Kompartemen


Model 1 kompartemen Model 2 Kompartemen
a. Hanya ada kompartemen a. Terdiri dari kompartemen
sentral sentral dan perifer
b. Kesetimbangan obat b. Kesetimbangan distribusi obat
berlangsung cepat berlangsung lambat
c. Bersifat satu fase, pemisahan c. Distribusi dan penyebaran
distribusi dan eliminasi tidak obat merupakan dua fase
terjadi yang berbeda

Gambar a merupakan model 1 kompartemen sedangkan gambar b adalah


model 2 kompartemen. (Jambhekar dan Breen, 2009)

Daftar Isi :
https://frangkynuru.wordpress.com/2015/03/03/makalah-
farmakokinetik-dan-farmakodinamik/
https://denikrisna.wordpress.com/category/bakul/farmakokinet
ika/
https://denikrisna.wordpress.com/2011/04/02/kenalan-dengan-
farmakokinetika/
http://krissandy-gatez.blogspot.co.id/2012/05/model-
kompartemen.html

MODEL-MODEL FARMAKOKINETIKA
DISUSUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BIOFARMASETIKA-FARMAKOKINETIK
DISUSUN OLEH :
ANNISA FAUZIA ULHAQ
14.44238.1002

AKADEMI FARMASI YPF 2017


JALAN CISARANTEN KULON NO 105 BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai