Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN PENCANANGAN PROGRAM GERAKAN PENDIDIKAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL TINGKAT NASIONAL, PROVINSI,


DAN KABUPATEN/KOTA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN


MASYARAKAT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2017

1
KATA PENGANTAR

Pendidikan masyarakat merupakan suatu proses dimana upaya pendidikan yang diprakarsai
pemerintah diwujudkan secara terpadu dengan upaya penduduk setempat untuk
meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih bermanfaat dan
memberdayakan masyarakat.

Sejatinya pengembangan pendidikan masyarakat merupakan upaya peningkatan kemampuan


personal orang dewasa sebagai anggota masyarakat yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kapasitas masyarakat sebagai investasi masyarakat dalam proses pembelajaran pendidikan
sepanjang hayat.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan berupaya meningkatkan


keaksaraan penduduk orang dewasa melalui berbagai program yang terintegrasi dengan
program keaksaraan usaha mandiri, pengembangan budaya baca masyarakat,
pengarusutamaan gender bidang pendidikan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keorangtuaan, dan penataan kelembagaan pendidikan nonformal.

Seiring dengan kecenderungan perkembangan dan tuntutan masyarakat yang semakin


kompleks, kebutuhan masyarakat terhadap layanan pendidikan nonformal juga semakin
berkembang. Dengan demikian, untuk meningkatkan mutu dan penjaminan kualitas
pelaksanaan program pendidikan masyarakat, perlu disusun pedoman sebagai acuan untuk
mengajukan dan melaksanakan program pendidikan masyarakat tahun 2017.

Pedoman Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal ini, diharapkan dapat


digunakan sebagai acuan bagi para pembina, pengelola atau penyelenggara program
pendidikan masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan program dan kegiatan.

Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan
perannya dalam penyusunan petunjuk teknis ini. Akhirnya semoga pedoman yang disusun
dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua,
dengan harapan semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.

Jakarta, Januari 2017


Direktur Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Dr. Erman Syamsuddin


NIP 195703041983031001

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Dasar Hukum ...................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 5
D. Manfaat ............................................................................................................ 5

BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN ............................................................... 6

A. Deskripsi/Jabaran Kegiatan Pencanangan GP3M................................................ 6


B. Tingkatan kegiatan .............................................................................................. 6
C. Jenis-jenis kegiatan pendukung ........................................................................... 6
D. Susunan acara Pencanangan GP3M .................................................................... 6
E. Unsur-unsur yang terlibat .................................................................................... 7
F. Kriteria Lokasi Pencanangan GP3M ................................................................... 7
G. Pembiayaan ......................................................................................................... 8

BAB III BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN


PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M) ...................................... 9

A. Pengertian Bantuan . 9
B. Lembaga Penyelenggara . 9
C. Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan 9
D. Pengajuan Bantuan . 9
E. Jumlah Bantuan ... 9
F. Sifat Bantuan .. . 9

BAB IV PENUTUP............................................................................................... 10

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Satu dari dua puluh dua kelompok marjinal di Indonesia disandang oleh perempuan, yaitu
perempuan marjinal. Kondisi marjinal perempuan terjadi di banyak bidang kehidupan
baik disektor publik maupun domestik. Pendidikan, ekonomi, pekerjaan, kebijakan
publik, hak-hak dasar perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia,
kesetaraan gender, politik, dan kesehatan merupakan sebagian dari bidang kehidupan di
dalamnya terbukti masih banyak me marjinalisasikan perempuan.
Di bidang kesehatan reproduksi, angka kematian ibu melahirkan masih relatif cukup
tinggi. Hal tersebut sangat berkaitan pemenuhan hak akses terhadap layanan kesehatan
perempuan belum mencukupi. Kebijakan di bidang pemenuhan layanan kesehatan
perempuan khususnya yang terkait dengan fungsi reproduksi menyebabkan perempuan
banyak yang tertinggal dalam pengetahuan dan belum mampu memberdayakan dirinya
sendiri. Keterbatasan perempuan untuk mengakses sumber- sumber informasi kesehatan,
meningkatkan pengetahuan, serta layanan kesehatan reproduksi perempuan menyebabkan
perempuan masih tertinggal. Kontribusi perempuan di bidang ketenagakerjaan dan
ekonomi juga masih jauh tertinggal dibanding dengan laki-laki.
Pada tanggal 6-8 September Tahun 2000, para pimpinan Negara menyelenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di
New York, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 189 kepala Negara. Tujuan pertemuan ini
adalah membangun kesepakatan bersama untuk suatu dunia yang lebih damai dan
sejahtera. Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh
Negara-negara di dunia, terutama masalah pembangunan dan kemiskinan, lingkungan
hidup, perdamaian dan keamanan, Hak Asasi Manusia, demokrasi dan tata kelola
(pemerintahan) serta upaya melindungi kelompok rentan. Setelah membahas berbagai
persoalan selama dua hari, akhirnya KTT Millenium menghasilkan Deklarasi Millenium
(Millenium Declaration). Sejumlah 147 Kepala Negara yang hadir, menandatangani
deklarasi tersebut.

Pada bulan Agustus 2001, sekertariat PBB menerbitkan 8 tujuan Pembangunan


Millenium (Millenium Development Goals disingkat MDGs). Dalam 8 tujuan
Pembangunan Millenium tersebut terdapat 18 target dan 54 alat ukur keberhasilan
(indicator). Kedelapan tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) itu adalah :
1. Penghapusan kemiskinan (Eradicate extreme poverty and hunger)
2. Pendidikan untuk semua (Achieve universal primary education)
3. Persamaan gender (Promote Gender Equality And Empower Women)
4. Perlawanan terhadap penyakit (Combat Hiv/Aids, Malaria And Other Diseases)
5. Penurunan angka kematian anak (Reduce Child Mortality)
6. Peningkatan kesehatan ibu (Improve Maternal Health)
7. Pelestarian lingkungan hidup (Ensure Environmental Sustainability)
8. Kerjasama global (Develop A Global Partnership For Development)

Pencapaian tujuan, target dan indikator ini, dibatasi sampai dengan tahun 2015.
Indonesia, yang dalam pembukaan konstitusinya menyatakan diri sebagai Negara yang
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, ikut pula menandatangani Deklarasi Millenium (Millennium
Declaration).

1
Menjelang berakhirnya MDG, pada 20-22 Juni 2012 diselenggarakan KTT Rio + 20
tentang pembangunan berkelanjutan, di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam forum tersebut,
pimpinan Negara Columbia, Guatemala dan Peru mengusulkan seperangkat konsep
tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable Development Goal-SDG) yang lebih
komprehensif untuk pemberantasan kemiskinan sebagai tujuan yang menyeluruh dan
berkelanjutan.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Kebijakan ekonomi hijau dalam konteks
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan (Green Economy in the
context of sustainable development and poverty eradication), (ii) Pengembangan
kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutionl
Framework For Sustainable Development), serta (iii) Kerangka kerja untuk aksi dan
instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and
Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGa) post-2015 yang mencukupi 3 pilar atau dimensi
pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan
Millennium Development Goals (MDGs), yaitu Pilar Ekonomi, Sosial dan
Kelestarian Lingkungan Hidup.

Untuk menindaklanjuti ide SDG ini, PBB membentuk Panel (tim) terdiri dari 3 orang
Co-chair yaitu Perdana Menteri Inggris Raya David Cameron, Presiden Liberia Ellen
Johson-Sirleaf, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) + 23 anggota
+ 1 ex-officio +1 executive secretary. Tim tersebut merupakan perwakilan pemerintah,
swasta, akademisi, masyarakat sipil, dan pemuda dengan memperhatikan
keseimbangan geografi dan gender masing-masing dalam kapasitas pribadi. Tim
tersebut kemudian disebut The Secretary-Generals High-Level Panel of Eminent
Persons on The Post-2015 Development Agenda (HELP). Tim ini bertugas untuk
menyelenggarakan konsultasi dan merumuskan usulan-usulan dalam konsultasi
sebuah laporan hasil konsultasi. Konsultasi ini dilakukan sekaligus merupakan
perbaikan proses dari kritik terhadap MDG.

Menanggapi perkembangan dunia yang tengah menyusun agenda pembangunan


global sebagai pengganti MDG, dalam pertemuan konsultasi organisasi-orgabisasi
perempuan untuk efektifitas pembangunan (The International Womens Rights
Organisation and Networks Consultation on CSO Partnership for Development
Effectiveness) yang diselenggarakan oleh Association for Womens Rights in
Development (AWID), the African Womens Development and Communication
Network (FEMNET), Asia Pasific Forum on Women, Law and Development
(APWLD) and Coordinadora de la Mujer/Bolivia di Nairobi-Kenya pada 25-26 Juli
2012, disepakati bahwa organisasi perempuan harus ikut terlibat dalam proses
kebijakan pembangunan ditingkat internasional, nasional maupun local untuk
memastikan bahwa pembangunan akan menyumbang pada pemenuhan hak-hak
perempuan dan mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Proses dan
substansi tujuan pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian serius organisasi-
organisasi perempuan internasional dan melibatkan beberapa organisasi perempuan di
tingkat nasional. Gerakan perempuan meyakini, bahwa kesepakatan di tingkat
internsional, yang melibatkan pimpinan-pimpinan Negara, pada akhirnya akan
dilaksankan di tingkat nasional dan local, oleh karenanya, sejak pembahasan di

2
tingkat internasional, organisasi perempuan di tingkat internasional, nasional dan local
harus terlibat.

Setelah melalui proses panjang sejak Januari 2012 dan melibatkan berbagai pihak dari
berbagai Negara, agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable
Development Goal-SDG) yang memuat 17 tujuan (Goal) dan 169 sasaran (target)
yang terkandung dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of
Sustainable Development, akhirnya disahkan dalam Forum UN Summit, 25 27
September 2015, bagian dari rangkaian siding umum perserikatan bangsa bangsa
(UN General Assembly UNGA) ke 70 tahun 2015. Sebanyak 193 pemimpin dunia
termasuk Indonsesia yang dihadiri oleh bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla telah
menandatangani kesepakatan tersebut sebagai bukti dari komitmen tiap Negara untuk
mendapatkan SDG.

Dengan diadopsinya pembangunan baru yang menggantikan Millennium


Development Goal, maka semua Negara anggota Perserikata Bangsa Bangsa (PBB)
terikat untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan, mulai 1 januari 2017 yang
akan dating. Agenda 2030 tujuan pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat
diintegrasikan ke dalam dokumen pembangun nasional setiap Negara.

Peran organisasi organisasi perempuan dalam mempengaruhi substansi dari tujuan


pemabangunan berkelanjutan, membuahkan hasil yang menggembirakan diantaranya :
1) dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of Sustainable
Development diakui bahwa pengarusutamaan Gender merupakan hal yang penting
dann sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan berkelanjutan, 2) Dari 169 target yang telah dirumuskan dalam 17
tujuan pembangunan berkelanjutan, terdapat 104 sasaran yang memuat
pengarusutamaan gender.

Adapun 17 tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pertama yakni mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun


(memiliki 7 target),
2. Tujuan kedua yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan (8 target)
3. Tujuan ketiga yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segalan usia (13 target)
4. Tujuan keempat yakni menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta
mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang (10 target)
5. Tujuan kelima yakni menjaminkesetaraan gender serta memberdayakan seluruh
perempuan (9 target)
6. Tujuan keenam yakni menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi
yang bereklanjutan bagi semua orang (8 target)
7. Tujuan ketujuh yakni menjamin akses energy yang terjangkau, terjamin,
berkelanjutan dan modern bagi semua orang (5 target)
8. Tujuan kedelapan yakni mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus menerus,
inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak bagi semua orang (12 target)

3
9. Tujuan kesembilan yakni membangun infrastruktur yang berketahanan,
mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi
(8 target)
10. Tujuan kesepuluh yakni mengurangi kesenjangan di dalam dan antar Negara (10
target)
11. Tujuan kesebelas yakni menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
berketahanan dan berkelanjutan (10 target)
12. Tujuan keduabelas yakni menjamin pola produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan (11 target)
13. Tujuan ketigabelas yakni mengambil tindakan mendesak untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya (5 target)
14. Tujuan keempatbelas yaitu melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta
sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan (10
target)
15. Tujuan kelimabelas yaitu melindungi, memperbarui, serta mendorong
penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara
berkelanjutan memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi
tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati (12 target)
16. Tujuan keenambelas yaitu mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang ,
serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan (12 target), dan
17. Tujuan ketujuhbelas yaitu memperkuat cara cara implementasi dan
merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan (19 target).

Masyarakat dan gerakan perempuan penting untuk mengetahui tentang komitmen


Indonesia terhadap pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan yang akan mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2017, agar dapat
berperan aktif dalam seluruh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi, serta mendapatkan manfaat yang sungguh dari pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Rasional tersebut menjadi pertimbangan mendasar bahwa untuk mencegah makin
termajinalkan, untuk mengeluarkan perempuan dari situasi marjinal,
memberdayakan perempuan merupakan pilihan bijaksana, mengingat semakin
pentingnya peran perempuan dalam kehidupan masa kini. Maka dari itu perlu
dilakukan Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran
Pendidikan.
4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
(GNP-PWB/PBA);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta aksara (GNP-PWB/PBA);

4
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2013 tentang
Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 81 tahun 2013 tentang Satuan
Pendidikan Nonformal;
8. Komitmen internasional :
a. Deklarasi dunia tahun 1997 tentang pendidikan orang dewasa atau Confintea V,
Adult Education, The Hamburg Declaration-the Agenda for the Future;
b. Kerangka Aksi Dakar Pendidikan Untuk Semua PUS (The Dakar Framework for
Action on Education for All);
c. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals MDGs);
d. Dasawarsa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB (United Nations
Decade of Education for Sustainable Development) 2004-2014.

C. Tujuan
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam
meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik
pertama dan utama dalam keluarga.
2. Menyusun rencana aksi Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal
(GP3M) kabupaten/kota.
3. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan marjinal yang pada gilirannya
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada
peningkatan pendidikan dan kualitas hidup generasi berikutnya.

D. Manfaat
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khususnya perempuan marjinal dari
berbagai aspek.
2. Meningkatkan ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan pendidikan pemberdayaan
perempuan.
3. Menurunkan angka buta aksara, khususnya bagi perempuan marjinal.
4. Menurunkan tingkat jumlah korban tindak pidana perdagangan orang khususnya
perempuan dan anak.
5. Menurunkan jumlah buruh migran/tenaga kerja khususnya perempuan ke luar negeri.

5
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Deskripsi/Jabaran Kegiatan Pencanangan GP3M


Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) sebagai program
terobosan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam upaya memberdayakan kaum perempuan
marjinal akibat ketidakmampuan dari berbagai aspek.
GP3M Merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu
rumah tangga, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga, yang diharapkan
dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada peningkatan pendidikan
dan kualitas hidup generasi berikutnya.

B. Tingkatan kegiatan
Terdapat tiga tingkatan GP3M, meliputi:
1. Tingkat nasional
2. Tingkat provinsi
3. Tingkat Kabupaten/Kota

C. Jenis-jenis kegiatan pendukung


Ada beberapa kegiatan pendukung dalam rangka pencanangan Gerakan Pendidikan
Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) antara lain:
1. Workshop
2. Seminar nasional/daerah
3. Pameran produk/hasil karya perempuan marjinal
4. Gerakan Indonesia Membaca (GIM) tingkat Kabupaten/Kota
5. Peluncuran Desa Vokasi
6. Pembinaan Perempuan Marjinal melalui program Pendidikan Kecakapan Hidup
Perempuan (PKH-P)
7. Pembinaan untuk daerah yang angka drop-out (DO) tinggi dan daerah daerah rawan
trafficking serta buruh migran perempuan
8. Memberikan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan.

D. Susunan acara Pencanangan GP3M


Rambu-rambu acara pencanangan :
1. Kesenian daerah/tarian selamat datang
2. Pembukaan oleh MC
3. Mars GP3M
4. Laporan panitia
5. Laporan Gubernur/Bupati/Walikota
6. Pembacaan Ikrar Perempuan Marjinal
7. Tesmoni Penerima Manfaat GP3M
8. Sambutan sekaligus Pencanangan GP3M oleh Menko PMK/Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan/KPP dan PA/ Gubernur/Bupati/Walikota
9. Penampilan kesenian daerah bernuansa Pemberdayaan Perempuan Marjinal

6
10. Pemberian penghargaan terhadap pegiat perempuan marjinal
11. Pembacaan doa
12. Penutup
13. Peninjauan pameran dan pentas seni

E. Unsur-unsur yang terlibat


Unsur yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain:
1. Forum PKBM
2. Forum SKB
3. Forum TBM
4. Asosiasi Pondok Pesantren
5. Paguyuban Rumpin
6. Forum Tutor Keaksaraan
7. Forum Tutor Kesetaraan
8. Oase KK
9. PSW/G
10. Dewan Masjid Indonesia
11. Majelis Taklim
12. Dewan Gereja/PGI
13. Aisyiyah
14. Muslimat NU
15. Fatayat NU
16. Pokja PUG
17. Prodi PLS & Ikatan Sarjana PLS
18. PKK
19. Asahpena (Sekolah Rumah)
20. HIPKI
21. HISPPI
22. Ikatan Pesantren Indonesia
23. KOWANI
24. GOW

F. Kriteria Lokasi Pencanangan GP3M


Lokasi pencanangan GP3M harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Pejuang perempuan yang melakukan pemberdayaan terhadap kaumnya untuk
meningkatkan kecakapan personal, seperti: literacy/keberaksaraan, ketrampilan hidup,
kewirausahaan dan pendidikan.
2. Daerah rentan trafficking dan drop-out SD/SMP/SMA/K maupun buruh migran
3. Memiliki desa untuk dijadikan desa vokasi
4. Memiliki produk unggulan daerah yang dibuat oleh perempuan marjinal
5. Memiliki sharing budget (Anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota)

G. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari DIPA Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan tahun 2017.

7
BAB III
BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M)

A. Pengertian Bantuan
1. Belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat (kode anggaran 526311)
2. Bantuan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) adalah
penyerahan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk transfer uang yang
dipergunakan untuk Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Marjinal pada 20 lokasi.

B. Lembaga Penyelenggara
Lembaga Penyelenggara GP3M adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota terpilih.

C. Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan


1. Akta notaris/SK lembaga
2. Memiliki NPWP atas nama lembaga
3. Memiliki rekening atas nama lembaga
4. Memiliki struktur organisasi yang jelas
5. Mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan setempat

D. Pengajuan Bantuan
Mengajukan proposal ditujukan kepada Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan
Kesetaraan, u.p. Kasubdit Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Berkelanjutan.
Proposal direkomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.
E. Jumlah Bantuan
Alokasi dana untuk pencanangan GP3M sejumlah Rp. 2.600.000.000.- (dua milyar enam
ratus juta rupiah) untuk 20 lokasi @ Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah).
Rencana Anggaran Belanja (RAB) lembaga penerima bantuan (terlampir).

F. Sifat Bantuan
Dana bantuan untuk GP3M tidak dikompetisikan, tetapi berdasarkan penunjukan
berdasarkan pertimbangan daerah yang memiliki kategori terdapat pejuang/pegiat
perempuan, memiliki angka DO tertinggi dan memiliki buruh migran/tenaga kerja
perempuan serta rentan tindak pidana perdagangan orang. (lokasi penerima bantuan
terlampir)

8
BAB IV
PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai rambu-rambu yang masih bersifat umum. Implementasi
pedoman ini memerlukan kreativitas dan penyesuaian dengan karakteristik daerah, jenis
kegiatan dan potensi lokal yang tersedia. semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam
penyelenggaraan program kegiatan.

Apabila memerlukan informasi lebih lanjut tentang program Gerakan Pendidikan


Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) lembaga dapat menghubungi Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan melalui email :
subdit.kesetaraan2017@gmail.com nomor kantor 021-5725501

9
DAFTAR LAMPIRAN
A. Rincian Anggaran (sesuai dengan kondisi daerah)

RANCANGAN PEMBIAYAAN PENCANANGAN GERAKAN GP3M


(tentative)

No. Uraian Kegiaran Volume Satuan Harga Satuan Jumlah


A. Pemberian Bantuan Sosial 1 keg 130.000.000 Rp 130.000.000
1. Biaya Manajemen Panitia Daerah Rp -
1 Biaya Rapat-rapat Koordinasi 25 org 3 kl 75 ok 25.000 Rp 1.875.000
2 Biaya Transport Rp -
transport panitia daerah 21 org 150.000 Rp 3.150.000
pengerahan massa 600 org 30.000 Rp 18.000.000
3 Honorarium Panitia Daerah Rp -
Penanggung jawab 1 org 1 kl 1 ok 450.000 Rp 450.000
Ketua 1 org 1 kl 1 ok 400.000 Rp 400.000
Sekretaris/Anggota 19 org 1 kl 19 ok 300.000 Rp 5.700.000
4 Biaya Pengadaan Sarana dan Prasarana Rp -
Pembuatan backdrop 2 buah 2.000.000 Rp 4.000.000
Pembuatan Spanduk 20 buah 350.000 Rp 7.000.000
Pembuatan Umbul-umbul 50 buah 200.000 Rp 10.000.000
Pembuatan Undangan 200 buah 20.000 Rp 4.000.000
5 Biaya Pembuatan/sewa Rp -
Pembuatan Panggung 1 paket 12.850.000 Rp 12.850.000
Sewa Tenda 1 paket 10.000.000 Rp 10.000.000
Pembuatan Taman 1 paket 3.000.000 Rp 3.000.000

10
Sewa Meja Kursi 600 org 15.000 Rp 9.000.000
6 Konsumsi Rp -
Konsumsi Panitia 21 org 3 kl 63 ok 25.000 Rp 1.575.000
Konsumsi Peserta 600 org 1 kl 600 ok 25.000 Rp 15.000.000
7 Dokumentasi dan Kesenian 1 keg 20.000.000 Rp 20.000.000
8 ATK dan Penggandaan Rp -
ATK dan penggandaan bahan 1 keg 4.000.000 Rp 4.000.000
Rp 130.000.000

B. Lokasi lembaga penyelenggara GP3M


Dilaksanakan di 34 Provinsi yang dipilih dari satu kabupaten/kota.

11

Anda mungkin juga menyukai