2017
1
KATA PENGANTAR
Pendidikan masyarakat merupakan suatu proses dimana upaya pendidikan yang diprakarsai
pemerintah diwujudkan secara terpadu dengan upaya penduduk setempat untuk
meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih bermanfaat dan
memberdayakan masyarakat.
Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan
perannya dalam penyusunan petunjuk teknis ini. Akhirnya semoga pedoman yang disusun
dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua,
dengan harapan semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.
2
DAFTAR ISI
A. Pengertian Bantuan . 9
B. Lembaga Penyelenggara . 9
C. Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan 9
D. Pengajuan Bantuan . 9
E. Jumlah Bantuan ... 9
F. Sifat Bantuan .. . 9
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu dari dua puluh dua kelompok marjinal di Indonesia disandang oleh perempuan, yaitu
perempuan marjinal. Kondisi marjinal perempuan terjadi di banyak bidang kehidupan
baik disektor publik maupun domestik. Pendidikan, ekonomi, pekerjaan, kebijakan
publik, hak-hak dasar perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia,
kesetaraan gender, politik, dan kesehatan merupakan sebagian dari bidang kehidupan di
dalamnya terbukti masih banyak me marjinalisasikan perempuan.
Di bidang kesehatan reproduksi, angka kematian ibu melahirkan masih relatif cukup
tinggi. Hal tersebut sangat berkaitan pemenuhan hak akses terhadap layanan kesehatan
perempuan belum mencukupi. Kebijakan di bidang pemenuhan layanan kesehatan
perempuan khususnya yang terkait dengan fungsi reproduksi menyebabkan perempuan
banyak yang tertinggal dalam pengetahuan dan belum mampu memberdayakan dirinya
sendiri. Keterbatasan perempuan untuk mengakses sumber- sumber informasi kesehatan,
meningkatkan pengetahuan, serta layanan kesehatan reproduksi perempuan menyebabkan
perempuan masih tertinggal. Kontribusi perempuan di bidang ketenagakerjaan dan
ekonomi juga masih jauh tertinggal dibanding dengan laki-laki.
Pada tanggal 6-8 September Tahun 2000, para pimpinan Negara menyelenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di
New York, Amerika Serikat yang dihadiri oleh 189 kepala Negara. Tujuan pertemuan ini
adalah membangun kesepakatan bersama untuk suatu dunia yang lebih damai dan
sejahtera. Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh
Negara-negara di dunia, terutama masalah pembangunan dan kemiskinan, lingkungan
hidup, perdamaian dan keamanan, Hak Asasi Manusia, demokrasi dan tata kelola
(pemerintahan) serta upaya melindungi kelompok rentan. Setelah membahas berbagai
persoalan selama dua hari, akhirnya KTT Millenium menghasilkan Deklarasi Millenium
(Millenium Declaration). Sejumlah 147 Kepala Negara yang hadir, menandatangani
deklarasi tersebut.
Pencapaian tujuan, target dan indikator ini, dibatasi sampai dengan tahun 2015.
Indonesia, yang dalam pembukaan konstitusinya menyatakan diri sebagai Negara yang
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, ikut pula menandatangani Deklarasi Millenium (Millennium
Declaration).
1
Menjelang berakhirnya MDG, pada 20-22 Juni 2012 diselenggarakan KTT Rio + 20
tentang pembangunan berkelanjutan, di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam forum tersebut,
pimpinan Negara Columbia, Guatemala dan Peru mengusulkan seperangkat konsep
tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable Development Goal-SDG) yang lebih
komprehensif untuk pemberantasan kemiskinan sebagai tujuan yang menyeluruh dan
berkelanjutan.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Kebijakan ekonomi hijau dalam konteks
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan (Green Economy in the
context of sustainable development and poverty eradication), (ii) Pengembangan
kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutionl
Framework For Sustainable Development), serta (iii) Kerangka kerja untuk aksi dan
instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and
Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGa) post-2015 yang mencukupi 3 pilar atau dimensi
pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan
Millennium Development Goals (MDGs), yaitu Pilar Ekonomi, Sosial dan
Kelestarian Lingkungan Hidup.
Untuk menindaklanjuti ide SDG ini, PBB membentuk Panel (tim) terdiri dari 3 orang
Co-chair yaitu Perdana Menteri Inggris Raya David Cameron, Presiden Liberia Ellen
Johson-Sirleaf, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) + 23 anggota
+ 1 ex-officio +1 executive secretary. Tim tersebut merupakan perwakilan pemerintah,
swasta, akademisi, masyarakat sipil, dan pemuda dengan memperhatikan
keseimbangan geografi dan gender masing-masing dalam kapasitas pribadi. Tim
tersebut kemudian disebut The Secretary-Generals High-Level Panel of Eminent
Persons on The Post-2015 Development Agenda (HELP). Tim ini bertugas untuk
menyelenggarakan konsultasi dan merumuskan usulan-usulan dalam konsultasi
sebuah laporan hasil konsultasi. Konsultasi ini dilakukan sekaligus merupakan
perbaikan proses dari kritik terhadap MDG.
2
tingkat internasional, organisasi perempuan di tingkat internasional, nasional dan local
harus terlibat.
Setelah melalui proses panjang sejak Januari 2012 dan melibatkan berbagai pihak dari
berbagai Negara, agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable
Development Goal-SDG) yang memuat 17 tujuan (Goal) dan 169 sasaran (target)
yang terkandung dalam dokumen Transforming our world: The 2030 Agenda of
Sustainable Development, akhirnya disahkan dalam Forum UN Summit, 25 27
September 2015, bagian dari rangkaian siding umum perserikatan bangsa bangsa
(UN General Assembly UNGA) ke 70 tahun 2015. Sebanyak 193 pemimpin dunia
termasuk Indonsesia yang dihadiri oleh bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla telah
menandatangani kesepakatan tersebut sebagai bukti dari komitmen tiap Negara untuk
mendapatkan SDG.
3
9. Tujuan kesembilan yakni membangun infrastruktur yang berketahanan,
mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi
(8 target)
10. Tujuan kesepuluh yakni mengurangi kesenjangan di dalam dan antar Negara (10
target)
11. Tujuan kesebelas yakni menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
berketahanan dan berkelanjutan (10 target)
12. Tujuan keduabelas yakni menjamin pola produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan (11 target)
13. Tujuan ketigabelas yakni mengambil tindakan mendesak untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya (5 target)
14. Tujuan keempatbelas yaitu melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta
sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan (10
target)
15. Tujuan kelimabelas yaitu melindungi, memperbarui, serta mendorong
penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara
berkelanjutan memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi
tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati (12 target)
16. Tujuan keenambelas yaitu mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang ,
serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan (12 target), dan
17. Tujuan ketujuhbelas yaitu memperkuat cara cara implementasi dan
merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan (19 target).
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran
Pendidikan.
4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
(GNP-PWB/PBA);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta aksara (GNP-PWB/PBA);
4
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2013 tentang
Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 81 tahun 2013 tentang Satuan
Pendidikan Nonformal;
8. Komitmen internasional :
a. Deklarasi dunia tahun 1997 tentang pendidikan orang dewasa atau Confintea V,
Adult Education, The Hamburg Declaration-the Agenda for the Future;
b. Kerangka Aksi Dakar Pendidikan Untuk Semua PUS (The Dakar Framework for
Action on Education for All);
c. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals MDGs);
d. Dasawarsa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB (United Nations
Decade of Education for Sustainable Development) 2004-2014.
C. Tujuan
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam
meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik
pertama dan utama dalam keluarga.
2. Menyusun rencana aksi Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal
(GP3M) kabupaten/kota.
3. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan marjinal yang pada gilirannya
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga yang berimbas pada
peningkatan pendidikan dan kualitas hidup generasi berikutnya.
D. Manfaat
Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khususnya perempuan marjinal dari
berbagai aspek.
2. Meningkatkan ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan pendidikan pemberdayaan
perempuan.
3. Menurunkan angka buta aksara, khususnya bagi perempuan marjinal.
4. Menurunkan tingkat jumlah korban tindak pidana perdagangan orang khususnya
perempuan dan anak.
5. Menurunkan jumlah buruh migran/tenaga kerja khususnya perempuan ke luar negeri.
5
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN
B. Tingkatan kegiatan
Terdapat tiga tingkatan GP3M, meliputi:
1. Tingkat nasional
2. Tingkat provinsi
3. Tingkat Kabupaten/Kota
6
10. Pemberian penghargaan terhadap pegiat perempuan marjinal
11. Pembacaan doa
12. Penutup
13. Peninjauan pameran dan pentas seni
G. Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari DIPA Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan tahun 2017.
7
BAB III
BANTUAN PENYELENGGARAAN GERAKAN PENDIDIKAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MARJINAL (GP3M)
A. Pengertian Bantuan
1. Belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat (kode anggaran 526311)
2. Bantuan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) adalah
penyerahan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk transfer uang yang
dipergunakan untuk Pencanangan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Marjinal pada 20 lokasi.
B. Lembaga Penyelenggara
Lembaga Penyelenggara GP3M adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota terpilih.
D. Pengajuan Bantuan
Mengajukan proposal ditujukan kepada Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan
Kesetaraan, u.p. Kasubdit Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Berkelanjutan.
Proposal direkomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.
E. Jumlah Bantuan
Alokasi dana untuk pencanangan GP3M sejumlah Rp. 2.600.000.000.- (dua milyar enam
ratus juta rupiah) untuk 20 lokasi @ Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah).
Rencana Anggaran Belanja (RAB) lembaga penerima bantuan (terlampir).
F. Sifat Bantuan
Dana bantuan untuk GP3M tidak dikompetisikan, tetapi berdasarkan penunjukan
berdasarkan pertimbangan daerah yang memiliki kategori terdapat pejuang/pegiat
perempuan, memiliki angka DO tertinggi dan memiliki buruh migran/tenaga kerja
perempuan serta rentan tindak pidana perdagangan orang. (lokasi penerima bantuan
terlampir)
8
BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai rambu-rambu yang masih bersifat umum. Implementasi
pedoman ini memerlukan kreativitas dan penyesuaian dengan karakteristik daerah, jenis
kegiatan dan potensi lokal yang tersedia. semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam
penyelenggaraan program kegiatan.
9
DAFTAR LAMPIRAN
A. Rincian Anggaran (sesuai dengan kondisi daerah)
10
Sewa Meja Kursi 600 org 15.000 Rp 9.000.000
6 Konsumsi Rp -
Konsumsi Panitia 21 org 3 kl 63 ok 25.000 Rp 1.575.000
Konsumsi Peserta 600 org 1 kl 600 ok 25.000 Rp 15.000.000
7 Dokumentasi dan Kesenian 1 keg 20.000.000 Rp 20.000.000
8 ATK dan Penggandaan Rp -
ATK dan penggandaan bahan 1 keg 4.000.000 Rp 4.000.000
Rp 130.000.000
11