PERPAJAKAN
AKUNTANSI PAJAK PIUTANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1) Mengetahui definisi piutang.
2) Mengetahui pengertian piutang usaha.
3) Mengetahui piutang dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewah.
4) Mengetahui nilai piutang dalam neraca
5) Mengetahui piutang diluar usaha.
6) Mengetahui piutang tak tertagih.
7) Mengetahui pembebanan biaya tak tetagih.
8) Mengetahui penghapusan piutang menurut pajak
9) Mengetahui pembentukan cadangan piutang tidak tertagih.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS)
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan\
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industry.
Memperkenankan adanya pembentukan penyisihan (cadangan) sesuai dengan ketentuan
perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf c jo. PMK-81/PMK.03/2009
Contoh:
a. PT Abadi menjual barang dagang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp.5.500.000
(sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 Febuari 2012. PT Abadi telah dikukuhkan
sebagai PKP pada tanggal 15 maret 2006. System pencatatan persediaan yang digunakan
oleh PT Abadi adalah system perpetual, di mana Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah
sebesar Rp.3.500.000
Jawab:
Jurnal
Tanggal Keterangan Debit Kredit
b. Pada tanggal 14 febuari 2012, PT Zap mengembalikan barang yang telah dibeli pada
tanggal 10 febuari 2012 dari PT Abadi senilai Rp. 2.000.000. harga pokok barang
tersebut sebesar Rp. 500.000. PT Abadi mencatat transaksi retur penjualan sebagai
berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh WP kepada pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi,
listrik, dan lain-lain; penjualan harta tetap seperti mesin di mana pengeluaran
atau pembebanan tersebut akan ditagih lagi kepada pihak tersebut
2. Peminjaman dana
3. Transaksi penyerahan barang atau penyerahan jas
Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 18 ayat 4, (4) Hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf
f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara
Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada
dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih
yang disebut terakhir;
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja
sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), yang
berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.
(3b) Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain
atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company), dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib
Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan
tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
(3c) Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose
company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia
dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
(3d) Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi
kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.
1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS);
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadanagn biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industri.
Dari data daftar umum piutang diatas kemudian diolah dan diklasifikasikan
sesuai persentase piutang tak tertagih seperti contoh berikut :
Demikian pula sebaliknya apabila saldo debit akun Penyisihan Piutang tak Tertagih
sebesar Rp.1.000.000,00, maka ayat jurnal penyesuaian yang dibuat :
Tanggal Keterangan D (Rp) K (Rp)
Bila dasar saldo penjualan yang digunakan, maka besarnya piutang yang tak tertagih
yang dibebankan sama dengan penyisihannya, maka pembebanannya dibuat adalah ayat
jurnal seperti berikut :
2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak
mungkin ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan;
b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan penanggung jawab tidak dapat
ditemukan.
b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan
tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan bahwa
Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta warisan dan
tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang berwenang;
Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat
keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Wajib Pajak
memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi; Berdasarkan
surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak. Selanjutnya, penelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang pajak
yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah
daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan
Hasil Penelitian Administrasi.
4.1 KESIMPULAN
Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk
kas. Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada asset
lain-lain. Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan)
berguna untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan
hal yang lazim. Ketentuan perpajakan lebih melihat realitas dan memberlakukan metode
pengahapusan langsung (direct wriyyen-of method).Pada prinsipnya, terdapat dua cara
dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih, yaitu (1) Atas dasar Saldo
Piutang, dan (2) Atas dasar Saldo Penjualan.
Besarnya dana cadangan piutang tidak tertagih yang diperkenankan untuk
dibebankan sebagai biaya Usaha Bank tersebut sebagai berikut :
1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus
2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar
3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan
4. 100% dari kredit yan digolongkan macet
Kerugian sebenarnya yang disebabkan oleh piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih dibebankan ke akun Cadangan/Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dengan ayat
jurnal :
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati.2008.Akuntansi Perpajakan. Jakarta :
Salemba Empat
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati.2013.Akuntansi Perpajakan. Jakarta :
Salemba Empat
Waluyo.2014. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat