Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MATA KULIAH AKUNTANSI

PERPAJAKAN
AKUNTANSI PAJAK PIUTANG

Disusun oleh Kelompok 6 (AK6-B3):


1. Noer Yanitavia (142010300138)
2. Eka Listya Putri (142010300169)
3. Rifqi Ardiansyah (142010300172)
4. Emy Sulistiana (142010300173)
5. Ayu Octaning Tyas (142010300176)

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
SEMESTER GENAP 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah akuntansi dan pajak
melalui media massa seperti buku,koran,televise,radio maupun melalui orang-orang di
sekitar kita. Biasanya akutansi dan pajak digunakan dalam berbagai bidang mulai dari
kegiatan usaha,pemerintah,maupun pendidikan.Yaitu dengan melakukan pencatatan
terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan keuangan.
Akuntansi perpajakan merupakan suatu seni dalam mencatat, menggolongkan,
mengikhtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi financial yang dilakukan oleh
perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak
(penghasilan yang di gunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan
yang terutang) yang diperoleh atau diterima dalam satu tahun pajak untuk dipakai
sebagai dasar penetapan beban/pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan
sebagai wajib pajak.
Salah satu akun yang sering dicatat dalam akuntansi,ialah piutang.Ketika
perusahaan memperoleh piutang dari customer , maka piutang tersebut dapat ditagih
sehingga memperoleh pendapatan.Dan pendapatan itulah yang akan dikenakan
perhitungan pajak.
Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk
kas. Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada
asset lain-lain. Dalam SAK- ETAP yang di atur dalam IAI (2009:52).
Piutang dagang adalah perkiraan aktiva lancar yang terbesar selain persediaan.
Secara bersama-sama dengan persediaan jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari
aktiva lancar dan lebih dari 30% total aktiva untuk semua industri manufaktur.
Manajemen dan kebijakan kredit yaitu dasar untuk pengambilan keputusan pemberian
kredit. Keputusan itu melibatkan standar kredit, syarat-syarat kredit, dan penentuan
siapa yang akan menerima kredit.
Dari pembahasan di atas, maka dari itu kami membuat makalah mengenai Piutang
Dagang dan Persediaan Barang Dagang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Apa definisi piutang?
2) Apa pengertian piutang usaha ?
3) Bagaimana piutang dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewah ?
4) Bagaimana nilai piutang dalam neraca ?
5) Apa yang dimaksud dengan piutang diluar usaha?
6) Bagaimana penyisishan piutang tak tertagih?
7) Bagaimana pembebanan biaya tak tetagih ?
8) Bagaimana penghapusan piutang menurut pajak ?
9) Bagaimana pembentukan cadangan piutang tidak tertagih ?

1.3 TUJUAN
1) Mengetahui definisi piutang.
2) Mengetahui pengertian piutang usaha.
3) Mengetahui piutang dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewah.
4) Mengetahui nilai piutang dalam neraca
5) Mengetahui piutang diluar usaha.
6) Mengetahui piutang tak tertagih.
7) Mengetahui pembebanan biaya tak tetagih.
8) Mengetahui penghapusan piutang menurut pajak
9) Mengetahui pembentukan cadangan piutang tidak tertagih.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PIUTANG


Definisi Piutang Menurut Kieso dan Weygandt mendefinisikan pengertian piutang
sebagai berikut Receivables are claims held against customers and others for money,
goods, or services. (Kumpulan Ilmu, 2012) Dalam pendapat yang lain, piutang juga
didefinisikan dengan pengertian Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang
terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya (Warren
Reeve dan Fess, 2005 : 404).
Seomarso berpendapat, bahwa Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk
memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan
penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk
mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau
jasa yang dilakukan (Soemarso, 2004 : 338). Sedangkan menurut buku Akuntansi
Perpajakan Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati, Piutang adalah hak perusahaan
kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk kas. (Sukrisno Agoes dan Estralita
Trisnawati, 2011 : 24).

2.2 PIUTANG USAHA


Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Dalam usaha pelayanan jasa, piutang dicatat pada saat pelayanan jasa dilaksanakan.
Adakalanya bentuk piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang komersial yaitu
wesel tagih. Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset
lancar, sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan
pada asset lain-lain. WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memungut
PPN atas penyerahan barang dan jasa kena pajak yang dikakukannya.
Dalam akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161) sering terjadi pemberian
potongan perniagaan ( trade discount -> potongan yang diberikan pada saat terjadi
transaksi penjualan dengan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai (
cash discount - > potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar
pelanggan segera melakukan pembayaran tagihan). Selain itu, sering terjadi retur
penjualan. Praktik akuntanasi komersial membukukan potongan tersebut dengan
ketentuan perpajakan. Namun, pembukuan penyisihan (allowance) untuk potongan tunai
dan retur penjualan tidak diperkenankan untuk tujuan perpajakan karena ketentuan
perpajakan lebih menekankan pada keadaan senyatanya dan bukan bersifat antisipatif
dengan penyisihan tersebut.
Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan) berguna
untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan hal yang
lazim. Menurut weygent. Kimmel dan kieso (2011: 353-355) pembentukan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih di dasarkan pada: (1) persentase penjualan -> income
statement approach; atau (2) presentase piutang usaha -> balance sheet approach. Selain
itu perusahaan dapat membuat analisa umur piutang ( againg schedule of account
receivable) yang menerapkan persentase yang berbeda untuk berbagai kategori umur
piutang.
Keterangan Direct written-off Allowance method
method

Estimasi jumlah piutang tak Tidak perlukan Beban piutang tak


Tertagih tertagih xx
Cadangan piutang tak
tertagih - xx

Penghapusan piutang usaha Beban piutang tak Cadangan piutang tak


tertagih xxx tertagih xxx
Piutang usaha Piutang usaha
xxx xxx

Piutang usaha Piutang usaha


Piutang usaha yang telah dihapus
xxx xxx
Beban Cadangan piutang tak
piutang tak tertagih tertagih xxx
xxx
Kas
Kas xxx
xxx Piutang usaha
Piutang xxx
usaha
xxx
Adapun syarat-syarat penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf (h) adalah sebagai berikut
(h.) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;


2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;

Ketentuan perpajakan lebih melihat realitas dan memberlakukan metode


pengahpusan langsung (direct wriyyen-of method). Akan tetapi, pembentukan cadangan/
pemupukan dana cadangan untuk jenis usaha tertentu seperti:

1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS)
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan\
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industry.
Memperkenankan adanya pembentukan penyisihan (cadangan) sesuai dengan ketentuan
perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf c jo. PMK-81/PMK.03/2009

Contoh:
a. PT Abadi menjual barang dagang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp.5.500.000
(sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 Febuari 2012. PT Abadi telah dikukuhkan
sebagai PKP pada tanggal 15 maret 2006. System pencatatan persediaan yang digunakan
oleh PT Abadi adalah system perpetual, di mana Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah
sebesar Rp.3.500.000

Jawab:
Jurnal
Tanggal Keterangan Debit Kredit

10- feb-2012 Piutang usaha 5.500.00


Pajak keluaran 500.000
Penjualan 5.000.000
Harga pokok penjualan 3.500.000
Persediaan 3.500.000

Apabila pencatatan persediaan menggunakan system periodic sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit

10- feb-2012 Piutang usaha 5.500.000


Pajak keluaran 500.000
Penjualan 5.000.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit

10-feb-2012 Piutang usaha 5.000.000


Penjualan 5.000.000
Harga pokok penjualan 3.500.000
Persediaan 3.500.000

b. Pada tanggal 14 febuari 2012, PT Zap mengembalikan barang yang telah dibeli pada
tanggal 10 febuari 2012 dari PT Abadi senilai Rp. 2.000.000. harga pokok barang
tersebut sebesar Rp. 500.000. PT Abadi mencatat transaksi retur penjualan sebagai
berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit

14-feb-2012 Retur penjualan 2.000.000


Pajak keluaran 200.000
Piutang usaha 2.200.000
Harga pokok penjualan 500.000
Persediaan 500.000

Apabila menggunakan system periodic maka jurnal sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit

14-feb-2012 Retur penjualan 2.000.000


PPN keluaran 200.000
Piutang usaha 2.200.000
a.
c. Pada tanggal 26 febuari PT Abadi menghapus piutang usaha terhadap salah satu
debiturnya, karena PT Bola telah mengalami pailit. Adapun syarat-syarat penghapusan
piutang yang tidak dapat ditagih telah memenuhi ketentuan perpajakan. Piutang yang
dihapuskan tersebut sebesar Rp. 1.000.000
Jawab: Jurnal menggunakan direct written of method

Tanggal Keterangan Debit Kredit

26-feb-2012 Beban piutang tak tetagih 1.000.000


Piutang usaha 1.000.000

2.3 PIUTANG DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA


Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang
dilakukan dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Piutang
dalam hubungan istimewa dapat timbul karena terjadinya transaksi seperti :

1. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh WP kepada pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi,
listrik, dan lain-lain; penjualan harta tetap seperti mesin di mana pengeluaran
atau pembebanan tersebut akan ditagih lagi kepada pihak tersebut
2. Peminjaman dana
3. Transaksi penyerahan barang atau penyerahan jas
Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 18 ayat 4, (4) Hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf
f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:

1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara
Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada
dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih
yang disebut terakhir;

2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Apabila ada hubungan istimewa di antara WP maka akan menimbulkan dampak


terhadap aspek perpajakan masing-masing pihak yang memiliki hungana istimewa
tersebut. Dampak tersebut diatur dalam pasal 18 ayat (3), (3a), (3b), (3c), dan (3d).

3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja
sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), yang
berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.
(3b) Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain
atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company), dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib
Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan
tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
(3c) Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose
company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia
dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.

(3d) Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi
kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.

2.4 NILAI PIUTANG DALAM NERACA


Saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial adalah saldo piutang di
kurangi penyisihan piutang tak tertagih. Metode penghapusan piutang yang di perkenankan
dalam perpajakan di luar 6 usaha yang di atur dalam PMK-81/PMK.03/2009, metode
langsung sedangkan dalam akuntansi diperbolehkan memilih metode langsung atau metode
pencadangan.

1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS);
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadanagn biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industri.

2.5 PIUTANG DI LUAR USAHA


Timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim asuransi,
retitusi pajak, royalty, dll. Apabila dapat ditagih pada waktu singkat dapat di golongkan
sebagai asset lancar. Apabila penagihannya di lakukan lebih dari 1 tahun, maka di
golongkan sebagi aset lain lain.

2.6 PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH


Akuntansi komersial mengatur bahwa jumlah kootor piutang tetang disajikan dineraca
yang diikuti dengan penyisishan untuk piutang yang diragukan atau taksirkan piutang
yang tidak dapat ditagih. Pada prinsipnya, terdapat 2 cara dalam menetapkan jumlah
penyisishan piutang tidak tertagih.
1. Atas dasar Saldo Piutang
Cara ini dilakukan dengan menetapkan suatu presentase terhadap saldo
piutang rata-rata atau golongan unsur piutang pada akhir periode.
Contoh :
Saldo piutang per 1 Januari sebesar Rp. 10.000.000,00 dan saldo piutang per
31 Desember 2008 Rp.20.000.000,00 diasumsikan penyisihannya 2 %. Besar
penyisihan piutang tak tertagih dihitung sebagai berikut :
Saldo piutang rata-rata = Rp. 10.000.000,00+ Rp.20.000.000,00
2
= Rp.15.000.000,00
Penyisihan piutang tak tertagih = 2% x Rp.15.000.000,00
= Rp.7.500.000,00
Apabila dasar yang digunakan adalah golongan umur piutang pada akhir
periode perusahaan harus membuat daftar umur piutang (aging schedule of
receivable) seperti contoh berikut :

Dari data daftar umum piutang diatas kemudian diolah dan diklasifikasikan
sesuai persentase piutang tak tertagih seperti contoh berikut :

2. Atas dasar Saldo Penjualan


Seperti cara sebelumnya, cara ini juga dilakukan dengan menetapkan
presentase tertentu terhadap penjualan. Dasar yang digunakan dapat menggunakan
penjualan kredit atau total penjualan. Sebagai contoh, total penjualan kredit tahun
2007 Rp. 1.400.000,00. Presentase penyisihan yang ditetapkan perusahaan 2%
dari penjualan. Besar saldo penyisihan piutang tak tertagih (2% x Rp.
140.000.000,00) = Rp. 2.800.000,00 sedangkan biaya piutangtak tertagih juga
sama, yaitu (2% x Rp. 140.000.000,00 ) = 2.800.000,00.
Apabila cara ini digunakam, maka jumlah penyisihannya sama dengan yang
dibebankan sebagai biaya.

2.7 PEMBEBANAN BIAYA TAK TERTAGIH


Misalkan diketahui bahwa besarnya penyisihan yang harus dibentuk pada tahun 2008
sebesar Rp. 7.500.000,00. Jumlah tersebut harustampak di Neraca dengan akun
Penyisishan Piutang Tak Tertagih. Selanjutnya untuk menentukan berapa besarnya yang
dibebankan sebagai biaya, saldo awal akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih perlu
diperhatikan dulu.
Diasumsikan saldo awalnya kredit sebesar Rp. 3.000.000,00 selisihnya (Rp.
7.500.000,00 Rp. 3.000.000,00) = Rp. 4.500.000,00 menjadi biaya tahun yang
bersangkutan dengan ayat jurnal penyesuaian :

Tanggal Keterangan D (Rp) K (Rp)

Biaya Piutang Tak Tertagih 4.500.000,00


Penyisihan Piutang Tidak Tertagih 4.500.000,00

Demikian pula sebaliknya apabila saldo debit akun Penyisihan Piutang tak Tertagih
sebesar Rp.1.000.000,00, maka ayat jurnal penyesuaian yang dibuat :
Tanggal Keterangan D (Rp) K (Rp)

Biaya Piutang Tak Tertagih 8.500.000,00


Penyisihan Piutang Tidak Tertagih 8.500.000,00

Bila dasar saldo penjualan yang digunakan, maka besarnya piutang yang tak tertagih
yang dibebankan sama dengan penyisihannya, maka pembebanannya dibuat adalah ayat
jurnal seperti berikut :

Tanggal Keterangan D (Rp) K (Rp)

Biaya Piutang Tak Tertagih 2.800.000,00


Penyisihan Piutang 2.800.000,00
2.8 PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Dasar Hukum Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 565/KMK.04/2000 Keputusan
Menteri Keuangan Nomor : 539/KMK.03/2002 Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
68/PMK. 03/2012 Daluwarsa Penagihan Berdasarkan rumusan Pasal 22 ayat (1) diatur
bahwa hak Direktorat Jenderal Pajak mempunyai hak untuk melakukan penagihan pajak
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali. Adapun yang menjadi tujuan dari pengaturan hak Direktorat
Jenderal Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun adalah untuk memberikan kepastian
hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi, sehingga UU KUP mengatur mengenai
daluwarsa penagihan pajak. Dalam hal Utang Pajak telah memasuki tanggal daluwarsa
penagihan, hak negara untuk melakukan penagihan utang pajak termasuk bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak tidak lagi dapat dilakukan.
Pengertian Penghapusan Piutang Pajak Keputusan Menteri Keuangan Nomor
539/KMK.03/2002 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menter Keuangan No.
68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya
Piutang Pajak mengatur tentang Piutang Pajak yang dapat dihapuskan. Dirjen Pajak
memberikan kebijaksanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang masih memiliki
kewajiban pajak yang masih terhutang namun dapat dihapuskan sebagaimana dalam
ketentuan tersebut.
1. Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum
dalam:
a. Surat Tagihan Pajak (STP);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);
e. Surat Ketetapan Pajak (SKP);
f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT);
g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
masih harus dibayar bertambah.

2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak
mungkin ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan;
b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan penanggung jawab tidak dapat
ditemukan.
b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Syarat-syarat Penghapusan Piutang Pajak


Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih Direktorat
Jenderal Pajak telah melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Untuk
memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi, Direktorat Jenderal Pajak wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian
administrasi dan hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian. Laporan Hasil
Penelitian tersebut harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau Piutang Pajak yang
bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya Piutang Pajak yang tidak dapat
ditagih lagi sehingga diusulkan untuk dihapus. Piutang Pajak hanya dapat diusulkan untuk
dihapuskan setelah adanya Laporan Hasil Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
setiap akhir tahun takwim menyusun Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak
berdasarkan Laporan Hasil Penelitian. Usulan Penghapusan Piutang Pajak setiap awal
tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
atasannya. Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan
Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang telah diteliti kepada Direktur Jenderal
Pajak. Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi Dalam Pasal 2 Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 625/PJ./2001 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang
Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak dijelaskan yang dimaksud
dengan penelitian setempat dan penelitian administrasi. Penelitian setempat dilakukan
oleh Juru Sita Pajak Negara terhadap piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi karena :

Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan
tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan bahwa
Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta warisan dan
tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang berwenang;
Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat
keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Wajib Pajak
memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi; Berdasarkan
surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak. Selanjutnya, penelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang pajak
yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah
daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan
Hasil Penelitian Administrasi.

2.9 PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK


Sesuai keputusan menteri Keuangan No. 235/KMK No.01/1998 Tanggal 14 April
1998 tentang perubahan Keputasan Menteri Keuangan No. 80/KMK.04/1995
tentangnyabesarnya Dana Cadangan yang boleh Dikenakan sebagaibiaya yang
menyatakan bahwa Bank dapat Membentuk Dana Cadangan Tak Tertagih. Besarnya dana
cadangan piutang tak tertagih yang dikenakan untuk dibebankan sebagai biaya Usaha
Bank tersebut sebagai berikut :
1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus
2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar
3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan
4. 100% dari kredit yan digolongkan macet

Penggolongan tersebut telah sesuai dengan yang digariskan dalam lampiran


Keputusan Direksi Bank Indonesioa No.31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998.
Masing-masing setelah dikurangkan dengan nilai agunan berupa giro, deposito, dan
tabungan yang diblokir oleh Bank.
Pembentukan cadangan dan perhitunganya harus diaudit oleh kantor akuntan publik
yang menyatakan perhitungan dana cadanganpiutang tidak tertagih tersebut dilaksanakan
sesuai ketentuan yang berlaku dan telah diperhitungkankelaba rugi konvensional.
Kerugian sebenarnya yang disebabkan piutangyang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan ke akun Cadangan/Pemyisihan Piutang idak Tertagih dengan ayat jurnal :

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Penyisihan Piutang Tidak Tertagih 200.000.000,00
Piutang Usaha 200.000.000,00
Dalam hal cadangan piutang tidak tertagih tidak atau tidak seluruhnya dpakai untuk
menutup kerugian, maka kelebihancadangan diperhitungkan sebagai penghasilan.
Demikian pula sebaliknya apabila cadangan tidak mencukupi, maka kekurangan
diperhitungkan sebagai kerugian.
Masalah pembentukan dana Cadangan Penghapusan Piutang Ragu-Ragu atas Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU) yangtelah diatur dalam SE-22/PJ.42/1990 menjadi tidak
berlaku. Dengan demikian SBPU yang tidak diendor oleh Bank Indonesia tidak termasuk
pengertian kredit, oleh karena itu tidakdiperkenankan membentuk Cadangan.
Perubahan berkali-kali dilakukan dengan Keputusan Menteri Keuangan
No.68/KMK.04/ 1999 diadakan perubahan terhadap Keputusan Menteri Keuangan
No.80/KMK.04/ 1995 yang telah dilakukan perunahan dengan Keputusan Menteri
Keuangan No.235/KMK.01/ 1998.
BAB III
ANALISIS KASUS AKUNTANSI PEPRAJAKAN (PIUTANG)

3.1 Penerapan akuntansi perpajakan (piutang) pada PT. Gudang Garam


Pada laporan keuangan milik PT. Gudang Garam terdapat pinjaman yang diberikan
dan piutang pada awal pengakuan diukur berdasarkan nilai wajar, ditambah biaya
transaksi signifikan yang dapat diatribusikan secara langsung. Setelah pengakuan awal,
aset keuangan ini diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi, dikurangi dengan
penyisihan penurunan nilai, bila diperlukan. Penyisihan penurunan nilai diakui saat
terdapat bukti yang cukup bahwa perseroan dan entitas anak tidak mampu menagih sesuai
dengan ketentuan awal. PT. Gudang Garam menggunakan metode analisis umur piutang
dalam menaksir tingkat kerugian piutangnya.
Pada penyampaian laporan keuangan, tidak terdapat akun cadangan kerugian piutang
pada neraca ataupu laba/rugi. PT Gudang Garam di pastikan menggunakan metode
penghapusan langsung (directet write off method) terkait kerugian atas piutang. Metode
tersebut adalah metode yang di perbolehkan dalam perpajakan.
Bentuk pengandalian PT. Gudang Garam (Perseroan) dan entitas anak meminimalisir
risiko kredit dari piutang dengan menetapkan uang jaminan dan batasan jumlah piutang
yang dapat diberikan. Resiko ini juga di jaga dengan pengawasan berkesinambungan atas
jumlah dan stastus ketertagihan piutang tersebut.
PT. Gudang Garam juga memiliki kepemilikan secara langsung dan tidak langsung
pada entitas anak, hal tersebut bisa disebut sebagai hubungan istimewa. Karena
penyertaan kepemilikannya sekitar 60%-100%, melebihi 25% dari ketentuan perpajakan.
Meskipun tidak di jabarkan terkait transaksi piutang pada laporan keuangannyan. Ketika
terjadi transaksi khususnya piutang ataupun yang lainnya dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, akan berlaku Pasal 18 ayat (3 a-d) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk
kas. Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada asset
lain-lain. Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan)
berguna untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan
hal yang lazim. Ketentuan perpajakan lebih melihat realitas dan memberlakukan metode
pengahapusan langsung (direct wriyyen-of method).Pada prinsipnya, terdapat dua cara
dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih, yaitu (1) Atas dasar Saldo
Piutang, dan (2) Atas dasar Saldo Penjualan.
Besarnya dana cadangan piutang tidak tertagih yang diperkenankan untuk
dibebankan sebagai biaya Usaha Bank tersebut sebagai berikut :
1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus
2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar
3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan
4. 100% dari kredit yan digolongkan macet

Kerugian sebenarnya yang disebabkan oleh piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih dibebankan ke akun Cadangan/Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dengan ayat
jurnal :

Penyisihan piutang tidak tertagih xxx

Piutang usaha xxx

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati.2008.Akuntansi Perpajakan. Jakarta :
Salemba Empat
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati.2013.Akuntansi Perpajakan. Jakarta :
Salemba Empat
Waluyo.2014. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai