1
d. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan :
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggung jawab (responsible)
3. Praktik atau tindakan (piskomotor)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
b. Respon terpimpin (guide response)
c. Mekanisme (mecanism)
d. Adopsi (adoption)
2
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
B: f (PF,EF,RF)
Dimana: B: Behavior
PF: Predisponding Factors
EF: Enabling Factors
RF: Reinforcing Factors
F: Factors
Adapun skema kategori faktor yang member konstribusi atas perlaku
kesehatan menurut L.Green (1980) adalah sebagai berikut.
3
3. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada faktor penguat adalah
dengan pelatihan-pelatihan kepad keluarga,toko masyarajat untuk
menguatkan perilaku yang sudah terbentuk.
Dari teori Lawrence Green tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan sebagainya, dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan
terhadap kesehatan juga mendukung atau memperkuat terbentuknya perilaku.
Dengan demikian, perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam domain, yaitu perilaku dalam bentuk pemgetahuan, sikap dan
tindakan nyata atau perbuatan.
Contoh:
Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di puskesmas
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat dari
pemeriksaan kehamilan bagi ibu dan janin yang dikandung (predisposing factors).
Tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh dari puskesmas tempat
memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap (enabling
factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh
masyarakat lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan
tentang pentingya pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).
4
Tahap ksembilan dan terakhir terdiri evaluasi hasil adalah menentukan efek akhir
dari intervensi pada kualitas dan hidup penduduk.
Qualit
Dalam praktik sebenarnya, PRECEDE dan PROCEED merupakan fungsi
y of
dalam suatu siklus yang berkelanjutan. Informasi yang di kumpulkan dalam
life
PRECED dalah panduan [engembangan tujuan program dan sasaran dalam
pelaksanaan PROCEED. Informasi yang sama juga memberikan kriteria terhadap
keberhsln program diukur dalam evaluasi melanjutkan.pada gilirannya data yang
dikumpulkn dalam tahap pelaksanaan dan evaluasi PROCEED memperjelas
hubungan di periksa dalam PRECED antara kesehatan atau kualitas hidup hasil,
prilaku dan lingkungan perubanhan. Data ini juga menunjukkan bagaimana
program dapat di modifikasi untuk lebih dekat mencapai target dan tujuan mereka.
Di antara kontribusi dari model PRECEDE-PROCEED adalah bahwa hal itu
telah didorong dan memfasilitasi perencanaan yang lebih sistematis da
komprehensif dari program kesehatan masayarakat. Kadang-kadang praktisi da
peneliti berusaha untuk mengatasi kesehatan tertentu atau kualitas hidup masalah
dalam kelompok orang tertentu tanpa mengetahui apakah orang-orang
menganggap masalah ini menjdi penting. Lainkali, mereka memilih intervensi
mereka dan merasa nyaman menggunakannya bukan mecari intervensi yag tepat
untuk populasi tertentu. Namun apa yang telah di laluinya untuk satu kelompok
orang mungkin tidak bekerja lagi bagi orag lain, mengingat betapa orang sangat
berbeda dalam prioritas mereka, nilai dan prilaku. PRECEDE-PROCEED karena
itu di mulai dengan mlibatkan penduduk kepentingn diri mereka dalam proses
identifikasi kesehatan mereka yang paling penting atau kualitas pada masalah
kehidupan. Kemudian panduan model peneliti dan praktisi untuk menentukan
apayang menyebabkan isu sehat mereka adalah, apa yang harus mendahului
mereka, dengan cara ini, intervensi dapat di rancang tidak berdasarkan pada
Spekulasi tapi lebih pada pemahaman yang jelas tentang faktor apa yang
mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup masalah pada populasi itu. Selain itu,
perkembangan dari fase ke fase dalam PRECEDE memungkinkan praktisi untuk
menetapkan prioritas dalam setiap fase yang membantu mempersempit fokus
dalam setiap tahapan berikutnya sehingga sampai pada subset erat didefinisikan
faktor sebagai target untuk intervensi. Hal ini penting, karena tidak ada program
tunggal mampu menangani semua faktor predisposing, enabling, dan reinforcing
untuk semua perilaku, gaya hidup, dan lingkungan yang mempengaruhi semua
masalah kesehatan dan kualitas hidup yang menarik.
5
Aplikasi dari model PRECEDE-PROCEED di bidang kesehatan
masyarakat banyak sekali dan beragam. Model ini telah digunakan untuk
merencanakan, merancang, mengimplementasikan, dan/atau mengevaluasi
program untuk kesehatan yang beragam dan kualitas-hidup sebagai isu kanker
payudara,serviks, dan skrinning kanker prostat, pemeriksaan payudara sendiri,
pendidikan kanker, kesehatan jantung;kesehatan ibudan anak; pencegahan cedera,
kontrol berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, kontrol tembakau,
penyalahgunaan alkohol dan obat; gizi berbasis sekolah; kebijakan kesehatan
pendidikan, dan pengembangan kurikulum dan pelatihan bagi para profesional
perawatan kesehatan.
Determinan Perilaku Menurut Teori Snehandu B. Kar
Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5 determinan
perilaku, yaitu:
6
Uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Di mana:
B = Behaviour
f = fungsi
BI = Behaviour Intention
SS = Social Support
AI = Accessebility of Information
PA = Personal Autonomy
AS = Action Situation
7
terjadidengan sendirinya karena seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan
di sekitarnya. Lingkungan di sini adalah lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi,
dan sebagainya, misalnya : orang yang tinggal di pinggir sungai, maka semua
kegiatan sehari-harinya mulai dari mencuci, mandi, masak, minum, buang air
besar, dan sebagainya dilakukan di sungai. Con toh yang lain : ibu mempunyai
bayi usia 3 bulan belum membawa anaknya untuk diimunisasi karena adanya
budaya di daerah tersebut yang menganggap tabu apabila membawa bayinya
tersebut keluar rumah, maka ibu tersebut tidak akan membawa bayinya untuk
diimunisasi dikarenakan menghormati budaya setempat.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku karena sudah direncanakan oleh individu sendiri,
misalnya : seorang perokok berat terdiagnosis kanker paru-paru stadium dini,
maka ia akan memutuskan untuk mengurangi merokok bahkan sampai tidak
merokok lagi (berhenti merokok).
3. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan
didalam masyarakat yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku, maka yang
sering terjadiadalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan
perilaku tersebut, dan sebagian lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau
perubahan perilaku. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk
berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama, misalnya :pemerintah
menurunkan program imunisasi nasional (PIN) untuk mengeliminasi polio, ada
sebagian masyarakat yang menerima/mendukung program tersebut dengan cara
datang ke tempat pelayanan yang telah disiapkan pemerintah untuk
mengimunisasikan anaknya, sebagian lagi tidak menerima program tersebut
karenamenganggap bahwa imunisasi bisa menyebabkan anak merek demam dan
menganggap kalau sesuatu yang diberi secara gratis biasanya tidak baik.
Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari dalam meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap,
emosi, motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar. Faktor luar
individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik seperti iklim, manusia, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit
dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang,
sehingga proses terbentuknya perilaku ini dapat diilustrasikan seperti gambar 1
(satu) (Notoatmodjo, 1997) .
B. Strategi perubahan perilaku
Strategi adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi
promosi kesehatan secara efektif dan efisien, untuk mendapatkan perubahan
perilaku sesuai dengan tujuan promosi kesehatan yaitu perilaku dan lingkuangan
yang kondusikanf bagi kesehatan. Menurut WHO strategi peruahan perilaku
masyarakat dapata dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan.
Perubahan perilaku seseorang terjadi karena adanya kekuatan yang
mendorong perilaku tersebut, misalnya : adanya undang-undang/peraturan
yang harus dipatuhi oleh masyarakat, dengan cara ini akan menghasilkan
perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan perilaku tersebut belum
tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau
belum didasari oleh kesadaran sendiri.
8
2. Pemberian informasi
Pemberian informasi ke masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat
dapat memberikan kesdaran pada diri mereka yang pada akhirnya dapat
mengubah perilaku masyarakat. Strategi perubahan perilaku ini lebihbaik
daripada cara yang pertama, dikarenakan meraka tidak memakai kekerasan.
Hasil atau perubahan perilaku ini memerlukan waktu yang lama, tetapi
perubahan perilakunya akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan). Sebagai contoh: memberikan
informasi tentang pola hidup sehat, cara pemeliharaan penyaki, cara
pencegahan penyakit, tanda-tanda bahaya kehamilan, dan sebagainya.
3. Diskusi partisipasi
Diskusi partisipasi merupakan peningkatan daricara yang kedua yaitu
pemberian informasi. Pada saat diskusi terjadi komunikasi dua arah. Hal ini
berarti bahwa masyarkat tidak pasif menerima informasi, tetapi diharapkan
aktif berpartisipasi pada saat menerima informasi.
Pada saat diskusi tidak ada pemaksaan kepada penduduk,tetapi petugas
kesehatan membantu masyarakat untuk berpikir tentang masalah kesehatan
yang dihadapi dan meminta mereka memikirkan jalan pemecahannya. Hal ini
berarti masyarakat turut berperan serta bertindak untuk meningkatkan
kesehatan meraka.
Dengan demikian, pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilak meraka
diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang
mereka peroleh akan lebih langgeng lagi. Diskusi partisipasi adalah cara yang
baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan
kesehatan.
A Teori Perubahan Perilaku
1. Health Belief Model
Model keyakinan kesehatan (Health Belief Model-HBM) dikembangkan
sejak 1950 oleh kelompok ahli psikologi social dalam pelayanan kesehatan
masyarakat Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan
partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi
penyakit . Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka utama
perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang
kesehatan .Selain itu, Model Keyakinan Kesehatan digunakan untuk
mengidentifikasi prioritas beberapa factor penting yang berdampak terhadap
pengambilan keputusan secarara sional dalam situasi yang tidak menentu
(Rosenstock, 1990).
Model Kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio
psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem
kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat. Untuk menerima
usaha sama dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori
yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior, yang
oleh Becker tahun 1974 mengembangkan dari teori lapangan (field theory)
oleh Lewin tahun 1954 menjadi model kepercayaan kesehatan/ health belief
model.
9
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap
isu keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut
merupakan kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alas
an individu melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan
dengan berbagai hubungan variasi yang lebih luas.Isu tersebut juga
memberikan dukungan penting bagi Model Keyakinan Kesehatan dalam
menjelaskan perilaku pencegahan dan respons terhadap gejala atau diagnosis
penyakit.
Model ini didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi
dini tuberculosis. Health Belief Model didasarkan atas 3 faktor :
1 Kesiapan Individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari
suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan.
2 Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3 Perilaku itu sendiri.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman , dan adanya kepercayaan
bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.
Health Belief Model (HBM) menjadi salah satu kerangka
konseptual yang digunakan secara luas di dalam perilaku kesehatan selama 5
dasawarsa.HBM digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan dari
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, serta sebagai sebuah kerangka
pedoman dari intervensi perilaku kesehatan.HBM menggambarkan,
membandingkan, dan menganalisa dengan menggunakan sebuah aturan yang luas
dari beraneka ragam teknik analitik. Lebih dari 2 dasawarsa yang lalu, lebih
banyak penelitian yang melakukan penetapan ukuran dari kepercayaan orang yang
bersangkutan terhadap kondisi kesehatan dan hubungan antara kepercayaan-
kepercayaan ini.
Tinjauan dini dari penelitian HBM menemukan
tersedianya konteks sejarah untuk cabang ini (Becker, 1974 ; Janz & Becker,
1984). HBM baru saja melanjutkan penelitian untuk menegaskan kepercayaan
individu yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan, lalu menempatkannya di
berbagai ragam analisis & memeriksa kualitas dari prediktifnya.
HBM mulai berkembang pada tahun 1950 oleh sebuah
kelompok ahli ilmu jiwa sosial di US.Pelayanan kesehatan masyarakat
menjelaskan kegagalan yang tersebar luas dari keikutsertaan individu dalam
program untuk pencegahan dan pendeteksian penyakit (Hochbaum, 1958;
Rosenstock, 1960, 1974).Kemudian model ini menyampaikan tentang respon
orang untuk berbagai gejala (Kirscht, 1974) dan tingkah laku mereka sebagai
respons untuk mendiagnosa penyakit, dengan factor-faktor yang adheren untuk
aturan hidup dalam kedokteran (Becker, 1974).Pada umumnya, sekarang timbul
kepercayaan/ keyakinan bahwa orang lebih memilih tindakan pencegahan,
perlindungan atau untuk mengontrol keadaan sakit dan sehat.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
10
meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebaginya.
3 Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan
atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh
terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap
orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
11
Usia, gender, etnis Manfaat yang
Kepribadian dirasakan dikurangi
Pengetahuan Sosial- hambatan untuk
ekonomi mengubah perilaku
Ketidakkebalan/kepar
ahan penyakit yang Ancaman penyakit Kecenderungan
dirasakan yang dirasakan perubahan perilaku
Isyarat untuk
bertindak
Pendidikan
Gejala,
Figur 3.2 Komponen Model Keyakinan Kesehatan dan Hubungan
Antarkomponen
C Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan (HBM)
Model keyakinan kesehatanan dalah perilaku pencegahan yang
berkaitann dengan dunia medis dan mmencakup berbagai perilaku, seperti
pemeriksaan, pencegahan, danimunisasi.Contohnya, model keyakinan
kesehatan dalam imunisasi member kesan bahwa orang yang mengikut
program imunisasi percaya akan hal-hal berikut:
a Kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentanpenyakit)
b Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius.
c Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegahan
penyakit.
d Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi, tetapi hasil beberapa
penelitian model ini menunjukkan kebalikannya.
Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-
sifat yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu
seperti merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan
alcohol, penggunaan kondom untuk pencegahan AIDS, dan gosok gigi.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit telah lebih ditekankan pada
control resiko. Model keyakinan kesehatan juga telah meluas melebihi
pencegahan, namun juga meliputi keadaan kesakitan dan perilaku peran
sakit.Penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap gejala
menggambarkan secara lengkap bagaimana individu menginterpretasikan
keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif. Gambaran tentang
kesakitan diterjemahkan ke dalam variabel-variabel HBM. Selanjutnya
variabel-variabel ini digunakan untuk meramalkan perilaku berikutnya.
Dalam perkembangannya HBM telah menggunakan ketertarikan dalam
kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang dikaitkan dengan perkembangan
dari kondisi kronis, termasuk gaya hidup tertentu seperti merokok, diet,
12
olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alcohol, penggunaan kondom
untuk pencegahan AIDS, dan gosok gigi. Penekanan promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit telah diganti control terhadap resiko serta HBM
telah diterapkan pada perilaku itu sendiri dan lebih penting untuk
mencegah perubahan dalam perilaku.
Perluasan HBM melebihi pencegahan, terjadi untuk keadaan kesakitan
dan perilaku peran sakit.Penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap
gejala, menggambarkan secara lengkap bagaimana individu
menginterpretasikan keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku
selektif.Hal ini berarti gambaran tentang kesakitan diterjemahkan kedalam
variable-variabel HBM, selanjutnya variable ini digunakan untuk
meramalkan perilaku berikutnya.
Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku mempengaruhi
seseorang untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak .
Petunjuk berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang
menonjol (salient position) diduga tepat memulai proses perilaku. Hal ini
berupa berbagai informasi dari luar atau nasiha tmengenai permasalahan
kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nsihat orang lain,
pengalaman penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman).
Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi
oleh berbagai variabel, yaitu variable demografi (umur, jenis kelamin, latar
belakang budaya), variable sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial,
tekanan sosial), dan variabel structural (pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya).Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan memandang
penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang sudah memiliki
pengalaman dengan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki pengalaman ini.
1 Variabel demografi (umur, jeniskelamin, latar belakang budaya).
Contoh : seorang wanita yang telah berumur akan memandang secara
berbeda resiko kanker serviks bila dibandingkan dengan remaja wanita.
2 Variabel psiko sosiologis (kepribadian, kelassosial, tekanansosial).
Contoh : seorang wanita hamil yang mengalami tekanan dari
lingkungannya akan berbeda pandangannya terhadap pemeriksaan rutin
kehamilan dengan wanita hamil yang tidak mengalami tekanan sosial.
3 Variabel struktural (pengetahuan dan pengalaman sebelumnya).
Contoh : ibu hamil yang tahu bahwa senam hamil akan mempermudah ibu
dalam proses persalinan nanti, maka ia akan rutin mengikuti kelas senam
hamil; orang tua yang pernah mempunyai anak yang terkena polio karena
tidak mendapat imunisasi polio, maka untuk anak yang selanjutnya ia akan
berusaha untuk mendapatkan imunisasi polio dengan harapan agar
anaknya yang sekarang tidak lagi mengalami polio. Adapun model
kepercayaan kesehatan dapat digambarkan dalam skema 1.
13
Skema Health Belief Model
DAFTAR PUSTAKA
14
perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan
internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga
merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat
dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku
manusia.
15
1. Hasil belajar otomatis (menyanyi,berkumpul,tertawa,dan
sebagainya)
2. Membicarakan,diskusi,memikirkan bersama orang lain.
3. Berolahraga dengan teratur.
4. Mengembangkan teori toleransi.
5. Belajar mengenaldan membahas stress dengan menarik
diri,kompromi.
6. Coping strategi atau meningkatkan toleransi.
7. Kaitanya dengan kesehatan mental:mengenal sumber
meningkatkan toleransi dan sebagainya.
Menurut Diana faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang atau
penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau
mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, reaksi
terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu
mempersepsi suatu peristiwa. Hal ini sependapat dengan Sellye bahwa
stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat menjadi
peristiwa positif dan tidak berbahaya atau menjadi peristiwa yang
berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Umam, 2010).
Stres disebabkan oleh banyak sumber: peristiwa-peristiwa
kehidupan (perubahan dalam masalah orang tua, berelasi, penyakit fisik
atau cedera, keuangan, kematian seseorang yang dicintai);pengaruh-
pengaruh kimia dan lingkungan (cuaca, kebisingan,makanan);kejadian-
kejadian positif (pernikahan, liburan); gaya hidup atau faktor-faktor
emosional (gelisah, takut, keyakinan-keyakinan yang kaku, jadwal-jadwal
yang padat);relasi (konflik dalam komunikasi, masalah-masalah dalam
hubungan pribadi);hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan (kehilangan,
berhenti, tanggung jawab pekerjaan yang membingungkan). Satu sumber
stress lain yang besar namun sering tidak diperhatikan adalah logika
pribadi seseorang.
Tuntutan-tuntutan stres hidup mempunyai potensi menambah
stress.Lalu lintas yang padat, orang yang agresif, dan tuntutan-tuntutan dah
harapan-harapan yang berlebihan dalam pekerjaan dapat merangsang
stress. Tuntutan-tuntutan yang muncul dalam berelasi pasangan hidup,
anak-anak, dan kawan-kawan dekat juga dapat menjadi sumber stress.
Satu pandangan yang sangat menarik dari sumber-sumber peristiwa
kehidupan umum dari stress dikembangkan pada tahun 1970 oleh psikiater
Universitas Washington, Thomas H. Holmes dan Richard Rahe. Holmes
dan Rahe mengidentifikasi 43 sumber-sumber umum stress dari
pengalaman setiap hari. Di sini ada 10 peristiwa yang paling menyebabkan
stress:
1. Meninggalanya pasangan hidup
2. Perceraian
3. Pemisahan yang berhubungan dengan perkawinan
4. Masa tahanan
5. Kematian anggota keluarga dekat
6. Luka pribadi atau sakit
16
7. Pernikahan
8. Dipecat dari pekerjaan
9. Rekonsiliasi yang berhubungan dengan perkawinan
10. Pensiun
C. Stress Koping
Pengelolaan stress merupakan suatu proses dimana individu mencoba
untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan
yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan )
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi
situasi stress.
Fungsi dan jenis coping adalah sebagai berikut:
1. Emotion-focused coping
a. Digunakan untuk mengatur respons emosional terhadap sres.
b. Pengaturan ini melalui perilaku individu,seperti penggunaan
alcohol,bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan ,melalui strategi kognitif.
c. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi stress,individu akan
cenderung mengatur emosinya.
2. Problem-focused coping
a. Untuk mengurangi stressor,individu akan mengatasi dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru,
individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya
yakin akan dapat mengubah situasi.
b. Metode atau fungsi massalah ini lebih sering digunakan oleh orang
dewasa.
17
Stress dihilangkan atau dikurangi dengan cara memcahkan atau
mengendalikan masalah (masalah yang terkait dengan pekerjaan). Cara kedua
adalah respons berfokus pada emosi (emotion focus), yaitu respons diarahkan
pada reaksi emosional individu/internal. Stress dihilangkan dengan cara
mengatur konsekuensi stress emosional dari peristiwa dan cenderung
digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkandali (beberapa
jenis masalah kesehatan).
Model transaksional dari stress dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk
mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stress. Pengalaman stress ditafsirkan
sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini tergantung pada
dampak dari stressor eksternal. Hal ini demediasi oleh penilaian pertama orang
tentang stressor dan penilaian kedua pada sumber daya social atau budaya
sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresot, seseorang engavaluasi potensi
ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang
tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stress, positif, terkendali,
menantang, atau tidak relevan. Penilain kedua menghadapi stressor adalah
evaluasi pengendalian stressor dan sumber daya yang dimiliki untuk
menghadapinya. Sebagai contoh, penilaian sumber daya masyarakat dalam
mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan
tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada table 3.4
Table 3.1 kunci konstruksi model transaksi stres dan koping (glanz.dkk.2002)
Konsep Definisi
Penilaian primer (primary Evaluasi makna dari suatu stressor atau peritiwa
appraisal) mengancam.
Penilaian sekunder Evaluasi pengendalian dari stressor dan sumber daya
(secondary appraisal) untuk menghadapinya.
Upaya koping Strategi realisasi digunakan untuk menengahi
penilaian primer dan sekunder
Manajemen masalah Masalah diarahkan untuk mengubah situasi stress.
Regulasi emosi peraturan bertujuan mengubah cara berpikir dalam
menghadapi situasi stress.
Meaning-based koping Koping mendorong emosi positif yang pada
gilirannya menopang protes koping dengan
memungkinkan pemeragaan masalah atau emosi
terfokus koping.
Outcomes of koping Emosional kesejahteraan, status fungsional, perilaku
kesehatan.
Penempatan tipe koping Menggeneralisasi cara berperilaku yang dapat
yang sesuai (dispositional mempengaruhi reaksi seseorang secara emosional
koping styles) atau menghadapi stressor, relative stabil sepanjang
waktu dan situasi.
Optimism Kecenderungan untuk memiliki harapan umum
positif bagi hasil.
Information seking Mencari gaya waspada (pemantauan) diandingkan
dengan mereka yang melibatkan penghindaran
(menumpulkan)
18
Glanz, dkk (2002) melakukan survey, eksperimen, dan kuasieksperimen
terhadap teknik terapi biofeedback, relaksasi, dan citra visual untuk
memperkuat teorinya yang mengembangkan kesadaran dan control tanggapan
pada stress, biofeedback adalah salah satu teknik mengurangi stress dan
ketegangan dalam menanggapi situasi sehari-hari. Teknik relaksasi
menggunakan stimulus mental yang konstan, sikap pasif, dan lingkungan yang
tenang. Teknik relaksasi yang umum digunakan adalah relaksasi pelatihan,
hypnosis dan yoga. Visual citra adalah teknik yang digunakan untuk
meningkatkan suasana hati seseorang dan meningkatkan keterampilan koping,
misalnya dengan memvisualisasikan pertahanan antibody menghancurkan sel
tumor.
19