Prinsip Kemoterapi
Prinsip Kemoterapi
BAB I
PENDAHULUAN
itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif
terapi radiasi.
rekuren dan atau penyakit yang telah metastasis jauh. Tetapi pada
squamous cell carcinoma pada kepala dan leher yang tidak dapat
1
2
sistemik walaupun ada sebagian kecil dapat berupa tablet atau kapsul.
kerusakan pada sel sehat. Setelah beberapa periode 1-3 minggu sel
sehat pulih dan sel kanker juga akan pulih kembali namun mengalami
dipergunakan.2
Pada tahun 1955, kemoterapi pertama kali digunakan untuk mengobati tumor
perlu dipahami.3
Pada awal abad ke 20 kemoterapi pertama kali dipergunakan oleh Ehrlich yang
berasal dari agen anti parasit (alkyllating agent). Penggunaan obat anti kanker
3
yang dapat dipakai untuk mengobati leukemia. Umumnya obat anti-kanker itu
sangat toksik, sehingga penggunaannya harus dengan sangat hati-hati dan atas
indikasi yang tepat. Sejak waktu itu makin banyak ditemukan obat yang dapat
dipakai untuk mengobati kanker. Saat ini dikenal lebih dari 40 jenis obat anti-
BAB II
KEMOTERAPI
obatan tertentu yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan
ada pula yang dapat membunuh sel kanker. Dimana obat obatan kemoterapi
metastatik sel tumor yang secara klinik tidak terdeteksi, yang apabila tidak diobati
lanjut, dan pada beberapa penderita dengan tumor padat lanjut tidak dapat diterapi
penderita dengan kanker testis, kanker paru small cell, kanker ovarii, limfoma,
payudara, kanker kolon, osteosarkoma, dan beberapa tumor padat pada anak.
responsif terhadap kemoterapi pada siklus sel, dan jumlah sel yang menunjukkan
resisten secara bawaan atau didapat terhadap obat kemoterapi. Obat kemoterapi
5
yang efektif harus mempunyai toksisitas yang lebih besar pada sel tumor
2.2 Sitokinetik
Pada proses pembelahan sel manusia, terdapat lima fase proliferasi sel, baik
anak yang baru terbentuk setelah mitosis tumbuh menjadi sel dewasa, membentuk
(haploid).
Sel dewasa masuk ke zona perbatasan yang menentukan apakah sel itu akan :
a) Berhenti bertumbuh
Sel yang berhenti bertumbuh akan masuk ke fase G-0
misalnya untuk mengganti sel yang rusak atau mati dan kembali masuk ke
Fase-S.
2. Sel yang tetap tidak akan tumbuh sampai sel itu mati. Hanya sel saraf yang
praktis tidak akan tumbuh lagi.
b) Tumbuh terus
Sel yang tumbuh lagi akan masuk ke fase-S
bantuan enzim DNA polimerase. Dengan dibentuknya DNA baru maka rantai
ialah pembelahan sel, dari sel induk menjadi 2 sel anak yang mempunyai
struktur genetika yang sama dengan sel induknya. Di sini rantai ganda DNA
yang merupakan pembawa informasi gen terbelah menjadi dua rantai tunggal
Sel kanker sendiri sendiri merupakan turunan dari sel yang normal, akan tetapi
jumlah dan penampilan kromosom, tetapi ada juga sel kanker dengan penampilan
pola kromosom yang normal. Kecepatan sel yang mati tidak seimbang dengan
kecepatan sel yang baru. Sel kanker mendesak dan merusak jaringan dan organ
host.
7
diperlukan untuk pembelahan sel. Sel-sel tumor tidak memerlukan protein yang
lebih cepat jika terdapat banyak bahan yang digunakan untuk pembelahan sel.
Perubahan yang mencolok pada sel-sel tumor yang di kultur adalah
khas lainnya adalah meningkatnya transport glukosa. Pada sel kanker peningkatan
kebutuhan zat-zat nutrien dari darah. Karena difusi oksigen dan zat terlarut hanya
terbatas beberapa milimeter saja maka banyak neoplasma yang tumbuh cepat
pembuluh darah non neoplastik dari jaringan normal ke arah tumor tersebut
Polypeptide Angiogenic .
Terjadinya perubahan biokimia sel ke arah metabolisme primitif (embrio)
embrio, hanya pada kanker dihasilkan oleh sel orang dewasa. Hal ini dapat
Sel-sel kanker juga dapat menghasilkan zat biologik aktif seperti yang
diproduksi oleh sel normal dimana sel neoplasma tersebut berasal. Dilepaskannya
paratiroid.
Kecepatan tumbuh tumor dinyatakan dengan tumor doubling time (TDT) yaitu
waktu yang diperlukan sel tumor untuk menambah volume 2 kali dari ukuran
bervariasi antara 8-600 hari, rata-rata 20-100 hari. Pengukuran TDT dapat
2. Faktor tumor
a. Jenis tumor.
Umumnya tumor yang asalnya dari jaringan kaya pembuluh darah
tubuh
c. Pasokan darah
d. Penyakit-penyakit tertentu.
Kebanyakan tumor pada manusia paling tidak berada 1 tahun atau bahkan 10
tahun dalam tubuh sebelum terdeteksi secara klinis. Jadi terdapat waktu yang
panjang mulai antara mulai terjadi transformasi hingga timbul gejala klinis
kanker. Selama periode ini dapat dilakukan deteksi dini dan terapi bedah yang
sedini mungkin maka mungkin akan dihasilkan terapi bedah lebih memuaskan.
dengan menghambat sintesis enzim maupun bahan esensial untuk sintesis dan atau
Berdasarkan mekanisme cara kerja obat, zat yang berguna pada tumor dibagi
sebagai berikut :
10
produksi mRNA.
menjadi :
1) Cell Cycle Depending Drugs Specific Phase
Obat jenis golongan ini hanya bekerja pada fase tertentu dalam proses
pembelahan sel, sehingga obat ini dapat efektif bekerja jika terdapat dalam
jumlah yang cukup pada sel tumor yang memasukki fase tertentu tersebut.
2) Cell Cycle Depending Drugs Non Spesific Phase
Obat jenis golongan ini bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah
tetapi tidak tergantung pada proses pembelahan sel, sehingga obat ini dapat
efektif bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah tanpa
tergantung fasenya.
Cell Cycle Independing Drugs (CCID)
11
Obat ini membunuh sel tumor pada setiap keadaan dan tidak tergantung pada
pembelahan sel. Obat sitostatika yang hanya dapat bekerja pada satu fase
misalnya golongan alkaloid, sedangkan yang dapat bekerja pada beberapa fase
3) Antimetabolit
Obat anti kanker yang termasuk golongan antimetabolit bekerja dengan cara
analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel,
sedangkan ada juga yang bekerja dengan cara menghambat enzim yang penting
membelah cepat.
Yang termasuk golongan ini antara lain :
4) Mitotic Spindle
Obat anti kanker yang termasuk golongan mitotic spindle berikatan dengan
5) Cytoprotektive Agents
Yang termasuk golongan ini antara lain : Amifostin dan Dexrazoxan
6) Topoisomerase Inhibitor
Obat anti kanker yang termasuk golongan topoisomerase inhibitor bekerja
Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya
relatif rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat
maksimal
Sitostatik efektif pada sel yang mengalami mitosis, terutama pada saat sel
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemakaian obat anti
kanker adalah :
1) Jenis kanker
Untuk keperluan pemberian kemoterapi, maka kanker dibagi menjadi 2
jenis, yaitu :
a) Kanker hemopoitik dan limfopoitik
Umumnya termasuk kanker sistemik, yang termasuk dalam golongan
kanker jenis ini antara lain : kanker darah (leukemia), limfoma maligna,
operasi.
b) Kanker padat (solid)
Kanker golongan ini dimulai secara lokal kemudian menyebar regional
adjuvan.
2) Kemosensitivitas kanker
Sensitivitas tumor terhadap obat-obatan anti kanker tidak selalu sama,
namun pada umumnya sel kanker dapat bersifat sensitif, responsif dan
bahkan resisten.
3) Populasi sel kanker
Dalam sebuah tumor, sel kanker heterogen yakni terdiri dari bermacam-
Tumor sebesar 1 kg, fraksi sel yang tumbuh tidak lebih dari 10%. Fraksi sel
yang tumbuh dalam tubuh dapat naik menjadi 50% atau malah lebih. Sel yang
berada dalam fraksi tumbuh dapat dihancurkan dengan obat yang bekerja
pada fase spesifik. Obat ini memberikan efek toksik minimal pada sel yang
tidak tumbuh
Fraksi sel yang tumbuh pada keadaan tertentu (stem sel = G0 sel)
Fraksi sel ini tidak tumbuh, namun dapat tumbuh lagi apabila terdapat
rangsangan untuk menggantikan sel-sel yang mati atau rusak sehingga bentuk
15
dan fungsi organ tetap baik seperti semula. Fraksi sel ini tidak dapat
dihancurkan dengan obat yang bekerja pada sel yang sedang tumbuh, dan
dapat dihancurkan oleh obat yang bekerja pada fase non spesifik. Pemberian
rangsangan yang adekuat sel dapat ditarik masuk ke dalam fraksi sel yang
tumbuh, sehingga fraksi sel yang tumbuh dapat menjadi lebih besar.
b) Fraksi non klonogen (non clonogenic fraction)
Fraksi non klonogen ialah fraksi sel yang tidak mempunyai kemampuan
tumbuh, fraksi sel ini dapat dianggap sebagai sel yang mati. Meskipun masih
hidup namun tidak dapat tumbuh lagi. Pada keadaan kanker keseimbangan
tersebut terganggu, pada kanker yang telah bermanifestasi klinik, fraksi sel
bersamaan seluruhnya, dalam satu tumor tidak semua sel kanker yang terdapat di
dalamnya peka terhadap obat anti kanker. Bila pada pertumbuhan kanker tersebut
bertambah secara logaritmik maka sel yang mati pun secara logaritmik. Jumlah sel
kanker yang terbunuh oleh obat anti kanker bersifat konstan secara proporsional
atau persentase tidak tergantung banyaknya sel kanker yang ada, minimum 0% sel
sampai maksimum 99,9% sel. Hipotesa disebut Hipotesa Log Sel yang Terbunuh
paparan obat sampai jumlah sel kanker sisa yang masih hidup minimal. Makin
16
besarnya jumlah beban sel, semakin banyak paparan obat yang diperlukan. Dan
diharapkan sel kanker yang masih tersisa itu dapat dibunuh oleh imunitas tubuh.
Contohnya ada tumor sebesar 2 cm mengandung 1010 sel mendapat kemoterapi
non cycle cell specific yang dapat membunuh 99,9% sel sehingga sel yang tersisa
dan masih hidup tinggal 1 diantara 10 3 sel. Setelah paparan ke 1 tinggal 107 sel,
pada paparan ke 2 tinggal 104 sel, pada paparan ke 3 tinggal 101 sel yang masih
hidup. Tumor yang tersisa sangat kecil, sehingga secara subklinik dan
mikroskopis tidak terlihat lagi. Sisa sel tumor yang tinggal sedikit itu akan
maksimal 105 sel kanker. Implikasi klinik dari besar beban sel kanker dan hipotesa
disarankan.
5) Siklus pertumbuhan kanker
Obat anti kanker bekerja pada :
Semua siklus (Cell Cycle non specific)
Obat anti kanker jenis ini bekerja pada semua siklus sel, dimana sel sedang
berada pada siklus pertumbuhan sel atau pun tidak. Sel yang
specific)
17
Obat anti kanker jenis ini hanya bekerja pada sel yang berada dalam siklus
pertumbuhan, tetapi tidak pada sel yang tidak tumbuh (G0). Toksisitas sel
daripada sel yang pertumbuhannya lambat, tetapi ada juga sel yang tidak
peka terhadap obat walaupun dosisnya tinggi. Untuk sel kanker golongan
ini sebaiknya diberi obat anti kanker dalam waktu yang pendek dan dosis
yang tinggi
6) Imunitas tubuh
Penderita kanker yang telah bermanifestasi klinis, imunitas tubuhnya
kanker terbatas sampai sejumlah 105 jumlah sel. Setelah jumlah sel kanker
alih untuk menghancurkan lebih lanjut sisa sel kanker yang masih ada.
tubuh.
dan radiasi.
2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan
terutama pada kasus kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis
utama dapat diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat mandiri,
artinya terapi adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah
atau pada kanker yang telah menyebar jauh (umumnya stadium IV). Pemberian
kemoterapi pada kanker stadium lanjut yang telah menyebar jauh ialah untuk
tujuan paliatif.
diberikan pasca operasi dan atau pasca radioterapi untuk kanker yang bersifat
kemosensitif. Pada penderita kanker yang setelah beberapa bulan dan tahun timbul
residif yakni pada waktu operasi atau radioterapi masih ada sel kanker
mikroskopik yang masih hidup dalam lapangan operasi atau ada metastase jauh
makroskopis.
- Pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya resiko
Hepar ).
8. Elektrolit dalam batas normal.
9. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada
penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal
ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi
untuk:
Kontraindikasi kemoterapi:
Absolut Relatif
Penyakit stadium terminal Usia lanjut
Hamil trimester pertama, kecuali akan Keadaan umum yang sangat jelek
digugurkan
Septikemia Ada gangguan fungsi organ vital
Koma Demensia
Penderita tidak dapat mengunjungi
fasilitas penunjang
Peroral Intraperikardial
Intravena Intraperitoneal
Intra arteri Intratekal
Intra pleura Isolated perfution
terhadap salah satu obat mungkin sensitif terhadap obat yang lain. Dalam
tatalaksana kanker daerah kepala dan leher kombinasi yang paling sering
docetaxel, dan 5-FU. Pada beberapa penelitian kemoterapi kombinasi pada pasien
yang rekuren didapatkan respon rata-rata sekitar 30-40 %. Bahkan pada penelitian
yang lain pemberian kemoterapi neoadjuvan pada pasien kanker yang tidak
21
berbeda
Mencegah atau memperlambat terjadinya resistensi baru
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi :
Obat-obatan yang memiliki efektivitas parsial terhadap tumor tertentu jika
tersebut dipilih berdasarkan toksisitas dari masing-masing obat yang tidak akan
2.9 Kemoiradiasi
Dalam terapi kemoiradiasi konkomitan, kemoterapi dan terapi radiasi diberikan
tumor yang berbeda berdasarkan pada spesifisitas siklus sel, pH, dan
4) Eradikasi awal dari sel-sel tumor dapat mencegah resistensi sel terhadap
modalitas terapi
6) Kemoterapi menghambat perbaikan kerusakan subletal akibat radiasi dan
kanker daerah kepala dan leher dengan penyebaran lokoregional lanjut yang tidak
yang lebih baik dibanding jika hanya dilakukan terapi radiasi saja. Pemberian
kemoiradiasi setelah operasi pada pasien dengan resiko tinggi relaps dari beberapa
penelitian menunjukan hasil yang baik dibanding dengan terapi radiasi saja. Pada
pasien yang resectable tetapi karena alasan medis atau karena menolak dilakukan
BAB III
Beberapa obat-obat yang biasa digunakan untuk tumor daerah kepala dan
leher :
3.1 Paclitaxel dan docetaxel
Paclitaxel dan docetaxel adalah obat yang sering digunakan untuk kanker
daerah kepala dan leher. Pertama kali diisolasi dari sejenis pohon cemara didaerah
pasifik, meskipun sekarang telah diproduksi dari bahan sintetik. Golongan taxane
diberikan paclitaxel sebagai agen tunggal dalam dosis tinggi lebih dari 24 jam
minggu sekali dimasukan ke dalam infus diberikan selama 3 jam pada pasien yang
berobat jalan.
25
Pada penelitian lain dengan jumlah pasien yang lebih besar dengan kombinasi
Aktivitas docetaxel menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda dengan paclitaxel.
Obat-obat golongan ini banyak digunakan sebagai lini pertama pengobatan pada
3.2 Cisplatin
Cisplatin merupakan obat utama yang digunakan dalam terapi kanker daerah
kepala dan leher. Pertama kali disintesis oleh Peyrone pada thun 1845, dikenal
dan dituliskan Rybak, Talaska dan Schacht. Sisplatin menandai aktivitas tumor
dan menghambat tumor yang tidak sensitif terhadap fase S inhibitor yang cepat
bereaksi dengan sifat elektrofilik / oksidasi dengan target utama DNA sel.
Aktivitas anti tumornya dihasilkan dari pengikatan intraseluler sel-sel yang
membentuk ikatan silang DNA. Cisplatin biasanya diberikan selama 2-6 jam
dengan dosis 60 sampai 120 mg/m2. Toksisitas terhadap ginjal paling sering
magnesium dan natrium. Reaksi toksik lainnya adalah mual dan muntah,
sel rambut luar kokhlea mulai dari basal / turn kokhlea kemudian akan mengenai
apex kokhlea dimana bagian sel rambut luar yang paling dalam adalah yang
menunjukkan adanya disfungsi sel rambut luar dan stria vaskularis. Jika dosis
sisplatin ditingkatkan atau diberikan secara berulang maka akan terjadi kerusakan
yang lebih parah pada sel rambut dalam dan sel penyokong. Sel rambut dalam
dapat rusak jika ketiga baris sel rambut luar sudah mengalami degenerasi.
Untuk agen tunggal rentang dosis dari 60-120 mg/m 2 diberikan setiap 3-4
minggu. Rata-rata respon parsial didapat hampir 15-30 %. Saat ini Cisplatin
aktivitas anti tumor dan mengurangi efek toksiknya. Carboplatin sekarang banyak
3.3 5-Fluorouracil
5-FU adalah antimetabolit yang bekerja secara antagonis dengan timin
atau secara tidak langsung via fluorouridine (FUR) melalui aksi berurutan dari
ribonucleotide reductase (RR). Di sisi lain, FdUDP dapat pula di fosforilasi atau
difosforilasi oleh thymidine kinase (TK) dan menjadi thymidylate synthase (TS)
adalah rate-limiting step katabolisme 5-FU pada sel normal dan sel tumor, dan
proprsi dari pengrusakan menjadi metabolit tidak aktif mencapai 80% (Longley
Peningkatan ekspresi TS pada sel kanker merupakan respon sel yang dapat
di luar daur sel (G0). 5-FU hanya bekerja pada sel yang aktif menjalankan daur
diekspresikan tinggi pada fase G1 melalui perantara aktivitas transkripsi dari E2F.
diperlukan dalam fase sintesis. Perlakuan dengan 5-FU pada sel kanker dapat
menyebabkan akumulasi sel pada fase G1 dan awal fase sintesis (G1/S arrest)
(Liu et al., 2006). Namun, bagaimanapun aktivitas penghambatan daur sel oleh 5-
pada fase G2/M. 5-FU meningkatkan ekspresi cyclin A, cyclin B, dan CDC2 yang
merupakan protein regulator pada fase G2/M (Lim et al., 2007). Mekanisme yang
memperantarai aktivitas pada fase tersebut masih perlu ditelusuri lebih lanjut.
Pada sel Lovo dan WiDr, Backus et al. (2001) melaporkan bahwa 5-FU
menyebabkan penghambatan daur sel pada fase S. Hal ini menunjukkan bahwa
diperlukan penelitian untuk konfirmasi aktivitas 5-FU pada daur sel jika
apoptosis tanpa melibatkan peran p53, tetapi melibatkan peningkatan ekspresi p21
dan pRb. Kedua protein tersebut memiliki peran penting dalam sistem checkpoint
pada fase G1. Ekspresi pRb tinggi akan menghambat aktivitas E2F sehingga
menyebabkan penghambatan daur sel pada fase G1 dan S. Sel yang berada pada
fase G1 akan terhenti pada fase G1, sedangkan sel yang berada fase S akan
terhenti pada fase tersebut. Resistensi yang disebabkan oleh 5-FU dapat terjadi
melalui perantaraan penghambatan daur sel. Sel kanker dengan p21 mutan tidak
dapat memacu penghentian daur sel sehingga langsung memacu apoptosis tetapi
sel dengan p21 normal yang memacu penghentian daur sel akan memicu
munculnya sel yang resisten. Aktivitas 5-FU dalam pemacuan apoptosis dapat
melalui jalur p53 atau tidak (dependent or independent p53) (Levrero et al.,
2000). Hal ini dibuktikan bahwa 5-FU dapat menginduksi apoptosis pada sel
Efek samping dari 5-FU yang ditemukan pada pasien antara lain neutropenia,
stomatitis, diare, dan hand-food syndrome. Masing-masing efek ini terkait dengan
metode pemberian yang diterapkan pada pasien (Meyerhardt and Mayer, 2005).
Pada kasus yang efek samping 5-FU yang paling parah adalah kardiotoksisitas
meskipun hal ini jarang ditemui (Thomas et al., 2004). Dibandingkan dengan agen
kemoterapi yang lain, 5-FU memiliki selektivitas yang tinggi pada aktivitas TS
dan efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan. Meskipun demikian,
30
5-Fluorouracil bekerja spesifik sebagai analog urasil pada fase S yang dapat
synthase dan konversi senyawa uridin menjadi timidin. Sehingga sel akan
kekurangan timidin dan tidak dapat mensintesis DNA. Efek samping yang
Pemberian agen tunggal 5-FU pada kanker daerah kepala dan leher mempunyai
hanya sekitar 13 %.
5-Fluorouracil diberikan dalam Dosis : 500-600 mg/m setiap 3-4 minggu atau
425 mg/m pada hari 1-5 setiap 4 minggu. I.V. infus kontinyu: 1000 mg/m/hari
untuk 4-5 hari setiap 3-4 minggu atau 2300-2600 mg/m2 pada hari pertama setiap
minggu atau 300-400 mg/m2/hari atau 225 mg/m/hari untuk 5-8 minggu (dengan
terapi radiasi).4,5
3.4 Methotrexate
Methotrexate adalah suatu antimetabolit yang bekerja mengganggu
terjadi kekurangan folat didalam sel dan akan menghambat sintesis DNA. Obat ini
muntah, diare dan fibrosis hati. Methotrexate menghasilkan respon parsial sekitar
Growth factor merupakan hormon yang disekresikan secara lokal, yang terlibat
dari sel normal. Reseptor growth factor ini termasuk ke dalam tipe reseptor tirosin
kinase (RTK) yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan berbagai bagian sel.
Jika suatu growth factor berikatan pada reseptornya, akan memicu serangkaian
peristiwa molekuler yang berujung pada transkripsi gen, dimana transkripsi gen
ini selanjutnya akan memicu sintesis protein terrtentu yang dibutuhkan dalam
berbagai proses dalam sel yang terkait dengan pertumbuhan dan proliferasi sel.
Salah satu reseptor growth factor adalah epidermal growth factor receptor
(HER), suatu reseptor permukaan sel yang berperan penting sebagai mediator
glikoprotein 170 kDa yang terdiri dari 3 domain fungsional yaitu domain ligan
sitoplasmik (Gb.1). terdapat empat tipe reseptor ini, yaitu: EGFR (HER 1/erb-1),
HER2 (erbB-2/neu), HER3 (erbB-3) dan HER4 (erbB-4). Setiap reseptor berikatan
dengan ligan yang berbeda-beda. Terdapat tujuh ligan yang berbeda secara genetik
EGFR terjadi pada kanker kandung kemih, otak, payudara, serviks, uterus, kolon,
down regulation VEGF, interleukin 8 dan ekspresi bEGF (basic fibroblast growth
factor) pada xenograf tumor. Cetuximab diberikan secara intravena dengan dosis
memungkinkan diberikan setiap minggu. Pada saat dosis awal diberikan secara
perlahanlahan secara intravena dalam dosis besar diberikan sekitar 2 jam. Untuk
After the first infusion, the following infusions are given once weekly and take
about an hour. Mekanisme kinetik obat ini belum diketahui secara pasti dan
bersihan sistemik terjadi secara lengkap. Pada kanker Kepala dan leher cetuximab
3.6 Nimotuzumab
terapi target bekerja sangat selektif dengan menjadikan zat zat spesifik dalam
pengobatan. Dengan demikian, efek samping yang muncul dari pemberian obat
terapi target jauh lebih ringan dibandingkan obat kanker konvensional. Pasien,
misalnya, pada umumnya tidak akan mengalami rambut rontok, muntah atau
34
penurunan kadar sel darah putih sebagaimana yang lazim ditemukan pada
kemoterapi konvensional.
Berbagai uji klinik yang melibatkan ribuan pasien dari beragam ras di banyak
negara (Eropa, USA, Jepang, Asia, Kuba) telah dan terus dilakukan untuk
meneliti lebih jauh khasiat dan keamanan Nimotuzumab dalam berbagai jenis
kanker seperti kanker kepala dan leher, kanker otak, kanker paru, kanker usus,
esophagus. Nimotuzumab bukan satu satunya terapi target yang bekerja terhadap
Pada terapi dengan menggunakan obat obat anti-EGFR yang telah beredar
jerawat atau bisul dalam berbagai tingkat keparahan (bisa mencapai grade 3 dan
4) dipermukaan tubuh yang dikenal dengan skin rash. Efek samping skin rash
memang tidak mengancam jiwa, tetapi jika tingkatannya sudah masuk grade 2
atau medium, efek samping ini dirasakan sangat mengganggu kenyamanan dan
penampilan pasien. Hal ini ternyata tidak berlaku bagi Nimotuzumab. Pasien yang
klinis, sebagian besar tidak mengalami efek samping skin rash, apalagi dalam
Setelah mendapat izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
BAB IV
penatalaksanaan metastasis atau kanker rekuren daerah kepala dan leher. Agen ini
dilakukan dalam beberapa fase dari tahapan percobaan klinis (clinical trial)
penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis maksimal yang dapat ditoleransi dan
spektrum toksisitas pada manusia untuk jadwal pemberian obat. Secara klinis
harapan hidup.
Fase II
Pada fase ini peneliti mempelajari aktivitas terapi atau efikasi obat baru pada
penyakit yang spesifik dan stadiumnya dengan dosis yang telah ditentukan.
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah mendefinisikan aktivitas obat, biasanya
diukur sebagai respon rata-rata dengan toksisitas rata-rata yang masih dapat
diterima.
Dalam menilai respon rata-rata, penting untuk mengikuti secara hati-hati kriteria
respon yang telah ditentukan. Kriteria respon yang digunakan saat ini adalah
Fase III
Jika informasi yang didapat dari fase II ternyata obat baru atau kombinasi obat
tersebut memiliki aktivitas anti tumor, obat tersebut dibandingkan dengan standar
terapi yang sekarang digunakan. Pada fase III dua terapi dibandingkan secara acak
(randomized). Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
terapi dan toksisitas dari obat. Sebagai contoh, terapi obat terbaru dengan aktivitas
yang sama tetapi memiliki toksisitas yang rendah dipertimbangkan lebih superior.
Angka harapan hidup juga sering kali digunakan sebagai tujuan akhir dari
Hampir sepertiga pasien dengan karsinoma sel squamosa pada daerah kepala
dan leher datang untuk berobat dengan lesi stadium awal. Pasien-pasien ini tidak
terjadi rekurensi lokoregional yang tidak dapat dilakukan tindakan bedah lebih
lanjut atau radiasi, kemoterapi berperan sebagai terapi paliatif. Hampir sepertiga
(respon komplit atau parsial) dalam jangka waktu 3 sampai 6 bulan. Pada pasien
dengan kanker stadium III dan IV, kemoterapi berperan dalam memperbaiki angka
pada awalnya kemudian dilakukan radioterapi memberikan hasil yang lebih baik
Affairs Laryngeal Cancer study Group (VALCSG) yang mengevaluasi 332 pasien
dengan kanker laring stadium III dan IV yang masih resectable. Regimen
kemoterapi yang digunakan adalah cisplatin dan infus 5-FU diberikan sebanyak 3
harian 180 sampai 200 cGy dengan total dosis 6600 sampai 7600 cGy, dan jika
diperlukan dilakukan diseksi leher setelah terapi radiasi. Didapatkan 31% pasien
bening leher sering terjadi. Insidensi metastasis jauh lebih tinggi dibanding tipe
karsinoma sel skuamosa pada daerah kepala dan leher. Sekitar 5-11% secara klinis
mg/m2 IV, pada hari 1, 22, dan 43) bersamaan dengan terapi radiasi (70 Gy dalam
cisplatin dan infus 5-FU. Hasilnya didapatkan 69 % lebih dari 3 tahun bebas
progresi tumor dan 78 % pasien dapat bertahan hidup. Hasil ini berdampak dalam
lokoregional.4,5,6
Kemoterapi memegang peranan penting pada kanker nasofaring dan sekarang
sangat sensitif terhadap kemoterapi. Tiga penelitian yang berkelanjutan dari total
131 penderita yang diobati dengan regimen yang mengandung cisplatin untuk
mengalami respon parsial. Sepuluh persen bebas dari penyakit 2 tahun setelah
kemoterapi.
Kemoterapi juga memegang peranan pada carcinoma sel skuamosa dan
Amerika Serikat. Penderita (134) dilakukan randomisai untuk terapi radiasi saja
atau dengan cisplatin konkomitan dan postradiasi cisplatin dan 5 FU. Penelitian
ini dihentikan awal apabila terdapat perbedaan signifikan pada survival 2 tahun
dengan pilihan kelompok kemoterapi (80% vs 55%). Apakah data ini relevan
40
untuk tipe endemik kanker nasofaring yang terjadi di Timur jauh dan daerah
keganasan daerah kepala dan leher. Pada umumnya tindakan pembedahan dan
agen tunggal kemoterapi yang biasa diberikan adalah doxorubicin, cisplatin, dan
pada kanker tiroid. Kemoterapi seringkali dipertimbangkan pasca operasi atau jika
gagal dengan terapi radiasi. Pada tipe papilare atau folikular radioactive iodine
dengan respon rata-rata sekitar 30-40 %. Obat-obat lain yang juga dapat
sudah mendapat terapi yang terbaik. Kombinasi modalitas kemoterapi dan radiasi
diberikan secara awal dalam tatalaksana penyakit ini, hasilnya lebih baik
41
dan cisplatin memberikan respon komplit yang lebih tinggi dibanding jika
FU.4,.5,6,7
Kemoterapi emergensi dapat dibagi dalam ciri efek samping yang berat pada
toksisitas organ spesifik. Nausea, vomiting, dan diare intraktabel kurang umum
dengan adanya antiemetik dan anti diare modern masih terjadi pada beberapa
Mukositis berat dapat segera dirawat untuk diberi narkotik parenteral dan hidrasi.
infeksi yang ditandai demam, menggigil, atau tanda atau gejala spesifik,
agresif, tetapi tidak dapat menolong apabila awalnya merupakan demam yang
Penderita ini perlu dirawat di rumah sakit untuk perdarahannya atau untuk tranfusi
trombosit.
Kegagalan ginjal akut dapat terjadi pada pemberian dosis tinggi metotreksat
dan cisplatin. Penderita yang mendapat cisplatin juga dapat mengalami kehilangan
BAB V
KESIMPULAN
atau obat secara sistemik, walaupun sebagian kecil dapat berupa tablet atau
kapsul dengan tujuan membunuh sel kanker dengan menghambat kerja sel.
terhadap penyakit tetapi tidak berdampak pada perbaikan angka harapan hidup.
Kemoterapi neo adjuvan pada keganasan daerah kepala dan leher yang
resectable.
DAFTAR PUSTAKA
44
Cancer. Dalam : Cancer of Head and Neck. Jatin P Shah. American Cancer
Society. 2001
1995;331-353
and neck cancer. Dalam Bailey BJ. Head and neck surgery otolaryngology.
5. Saini A et al. Chemotherapy for head and neck cancer. Dalam : Principles and
6. Henk JM. Principles of head and neck radiotherapy. Dalam : Principles and
head and neck cancer. Dalam : Head and neck cancer emerging perspectives.