Pencucian Uang Yang Terorganisir
Pencucian Uang Yang Terorganisir
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
1
dan penyuapan ini merupakan tindak pidana kejahatan menurut KUHP. Apakah
sama cara melakukan kedua tindak pidana ini dari waktu ke waktu atau dari
situasi ke situasi berlainan atau oleh orang yang satu dengan orang yang lain atau
dapat terjadi pelakunya sama, akan tetapi objek dan korbannya tidak sama .
3
NHT. Siahaan. 2005. Pencucian uang dan Kejahatan Perbankan. Sinar
Harapan. Jakarta, halaman 103.
4
Ibid. halaman 3
5
Sudarmadji .Makalah yang berjudul Essensi dan Cakupan UU Tentang
Pencucian Uang di Indonesia, disampaikan pada seminar nasional Sosialisasi
UU No 15 tahun 2002 Kerjasama Kajian Hukum dan Bisnis Fakultas Hukum
Unsri dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Sumsel tgl 15 Juli 2002.halaman
12
6
Munir Fuady, 2001, op.cit halaman 186 195.
2
Salah satu kasus BCCI adalah dibukanya rekening di BCCI oleh sebuah
kantor konsultan keuangan yang mengatakan mempunyai klien berupa investor
kaya di negara Amerika Latin. Jenis-jenis kejahatan money laun-dering yang
dilakukan BCCI berhubungan dengan perdagangan obat bius. BCCI ber-tindak
sebagai penyalur uang hasil transaksi itu. Kemudian tahun 1990 Dinas Bea dan
Cukai Amerika Serikat berhasil membongkar jaringan perdagangan obat bius
yang melibatkan BCCI. Kasus Chemical Bank tahun 1977. Chemical Bank
cabang New York melalui salah seorang manajernya menerima suap dari seorang
yang terlibat dalam perdagangan obat bius agar transaskinya berupa setoran uang
(hasil kejahatan) dalam rekening valas tersebut tidak dilaporkan dengan tidak
mengisi formilir Currency Transaction Report (CTR).
Jika diperhatikan uang hasil money laundering itu telah melalui dua periode.
Pertama uang itu diperoleh dari kejahatan, kedua uang itu dibersihkan melalui
money laundering dengan berbagai cara sehingga menjadikan uang itu legal.
Memperhatikan konvensi yang berhubungan dengan money laundering dan kasus
money laundering, nampak kejahatan ini tersusun rapi dan bersifat internasional.
Munir Fuady menyebutkan bahwa money laundering merupakan kejahatan yang
teror-ganisir (organized crime). Menurut hemat penulis tentu ada beberapa
parameter untuk menentukan bahwa kejahatan money laundering ini merupakan
kejahatan terorganisir.
II. Permasalahan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tingkat internasional ada suatu konvensi the United Nation Convention
Against Illicit Trafic in Narcotics, Drugs and Psycotropic Substances of 1988,
yang biasa disebut dengan the Vienna Convention, disebut juga U N Drug
Convention 1988. Konvensi ini mewajibkan para anggotanya untuk menyatakan
pidana terhadap tindakan tertentu yang berhubungan dengan narkotika dan money
laundering. Berdasarkan kon-vensi ini RI telah meratifikasi dengan UU No 7
tahun 1997. Implementasi ratifikasi ini baru pada tahun 2002 RI membuat UU No
15 tahun 2002 menyatakan bahwa money laundering sebagai tindak pidana. UU
No 15 tahun 2002 kemudian diubah dengan UU No 25 tahun 2003.
7
Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Undip. Semarang
halaman 13.
8
Pada tingkat internasional usaha penegakkan hukum pidana tahap formulasi
atau kriminalisasi dituangkan dalam bentuk konvensi. Konvensi mewajibkan
negara-negara peserta membentuk undang-undang untuk memberantas
kejahatan yang disebutkan dalam konvensi.
4
No 15 tahun 2002 perlu disesuaikan dengan perkembangan hukum pidana tentang
pencucian uang dan standar internasional.
Pencucian uang sebagai tindak pidana yang terorganisir tentu ada beberapa
pi-hak yang terlibat dan mempunyai tugas masing-masing. Biasanya organisasi
seperti ini disebut dengan sindikat atau jaringan. Agar organisasi ini berjalan
dengan sempurna sesuai dengan rencana perlu adanya kerangka tertentu sebagai
sarana.
1. Model dengan operasi C-Chase. Model ini menyimpan uang di bank diba-
wah ketentuan sehingga bebas dari kewajiban lapor transaksi keuangan
(Non Currency Transaction Reports) dan melibatkan bank luar negeri
dengan memanfaatkan tax haven.
2. Model pizza connection. Model ini memanfaatkan sisa uang yang ditanam
di bank untuk mendapatkan konsesi Pizza, dan melibatkan negara tax haven
dengan memanfaatkan ekspor fiktif.
3. Model La Mina. Model ini memanfaatkan pedagang grosir emas dan
permata dalam negeri dan luar negeri.
9
Perubahan UU No 15 tahun 2002 tentang Pencucian Uang
10
Munir Fuady. 2001. op.cit halaman 198 206 ada 11 model
5
4. Model dengan penyelundupan uang kontan ke negara lain. Model ini mem-
pergunakan konspirasi bisnis semu dengan system bank parallel.
5. Model dengan melakukan perdagangan saham di Bursa Efek.Model ini
melakukan kerja sama dengan lemabaga keuangan yang bergerak di bursa
efek.
11
Munir Fuady, 2001 ibid halaman 155
6
8. Rekayasa Pinjaman Luar Negeri. Uang hasil kejahatan tetap berada di dalam
negeri. Namun dibuat rekayasa dokumen seakan-akan bantuan pinjaman dari luar
negeri
2.3. Metode
1. Buy and Sell Conversions Metode ini dilakukan meallui transaksi barang dan
jasa. Suatu aset dapat dijual kepada konspirator yang bersedia membeli atau
menjual lebih mahal dengan mendapatkan fee atau deskon. Selisih harga yang
dibayar kemudian dicuci secara transaki bisnis. Barang atau jasa dapat diubah
menjadi hasil yang legal melalui rekening pribadi atau perusahaan yang ada di
suatu bank
2.4. Instrumen.
Instrumen yang dimaksud berupa lembaga penyedia jasa baik penyedia jasa
keuangan berupa bank ataupun non bank maupun non keuangan. Ada 8 (delapan)
Instrumen yang dipergunakan dalam pencucian uang. yaitu :
12
NHT.Siahaan. 2005 Op.cit halaman 21
7
Menurut UU No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasar Modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Pasasl 1 angka 13). Pasar
Uang adalah sarana yang menyediakan pembaiayaan jangka pendek (kurang
dari satu tahun). Pasar uang tidak mempunyai tempat fisik seperti pasar modal.
Pasar uang memperdagangkan antara lain : surat berharga pemerintah, sertifikat
deposito,surat perusahaan seperti aksep, dan wesel. Lembaga lembaga yang
aktif dalam pasar uang adalah bank komersial, merchant banks, bank dagang,
penyalur uang, dan bank sentral13.
7. Emas dan Barang Antik
8. Kantor konsultan keuangan
2.5. Tahapan14
1.Placement. Tahap ini upaya menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak
pidana ke dalam system keuangan (financial system) atau upaya menempatkan
uang giral (cheque, weselbank, sertifikat deposito, dll) kembali ke dalam system
keuangan, terutama system perbankan.
2. Layering Upaya untuk mentransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak
pidana (dirty money) yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa
keuangan (terutama bank) sebagai hasil upaya penempatan (placement ) ke
penyedia jasa keuangan yang lain. Dengan dilakukan layering, akan menjadi sulit
bagi pene-gak hukum untuk dapat mengetahui assal usul harta kekayaan tersebut.
2.6. Pelaku
8
Pencucian uang merupakan kejahatan kerah putih (white collar crime).
Kejahatan kerah putih tidak ada rumusan yang jelas baik dari sisi kriminologi
maupun dalam perundang-undangan. Pergerakan kejahatan kerah putih sangat
luas yang dapat meliputi perekonomian, keuangan, dan biasanya dilakukan secara
terorganisir (organized crime)16.
Salah satu kasus BCCI adalah dibukanya rekening di BCCI oleh sebuah
kantor konsultan keuangan yang mengatakan mempunyai klien beru-pa investor
kaya di negara Amerika Latin. Rekening tidak aktif selama 6 bulan lalu mendadak
ada masuk dana melalui telegram berkali kali dalam jumlah yang besar. Lalu
Direktur dari kantor konsultan keuangan tersebut memerintahkan mentransfer
sebagian besar dananya kesebuah rekening bank di Panama via bank besar di New
York.
16
Marulak Pardede. 1995.Hukum Pidana Bank. Pustaka Sinar Harapan Jakarta
halaman 135
17
NHT. Siahaan. Op.cit halaman 41
9
Jamaika ditolak kredit sebanyak US $ 60 Juta dari dana Moneter International,
karena kredit lamanya belum lunas. BCCI sebagai Godfather datang dengan
menawar-kan kredit sebesar US $ 40 Juta, dengan syarat agar Bank Sentral Jamica
menyerahkan bisnisnya kepada BCCI, dan hal ini dipenuhi oleh Jamaica.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
Daftar Pustaka
12