Makalah Imun (Vaksin)
Makalah Imun (Vaksin)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerugian ekonomis. Rijkers (1981) menyebutkan, bahwa patogen selalu ada dalam
timbul dalam kegiatan perikanan budidaya dan bahkan pada ikan-ikan di perairan
Teknik yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan penyakit pada ikan
adalah meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas) pada ikan. Salah satu caranya
adalah melakukan imunisasi atau bisa juga melalui vaksinasi yaitu menyuntikkan
vaksin tertentu ke tubuh ikan. Vaksin adalah suatu antigen yang digunakan untuk
memvaksinasi ikan terbuat dari orgnisme penyakit yang telah dilemahkan dengan
tentang vaksin yang ditujukan untuk ikan budidaya agar dapat mengurangi
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
vaksinasi.
mempengaruhi vaksinasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vaksinasi
Vaksin berasal dari kata vacca (sapi). Di temukan oleh Edward Jenner pada
tahun 1798 yang mengendalikan penyakit cacar (smallpox) pada manusia. Vaksin
bersifat spesifik melalui pemberian vaksin. Secara umum aktivitas ini dikenal
sebagai imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi pasif diperoleh dengan pemberian
serum kebal maupun dengan cara diturunkan oleh induk ikan yang dikenal sebagai
(Alifuddin, 2002).
tertentu, sehingga diperoleh sintasan hidup yang tinggi akibat proteksi imunologik
tersebut. Secara umum, manfaat vaksinasi antara lain dalam hal : peningkatan
3
C. Jenis-jenis Vaksin
Secara umum terdapat 2 jenis vaksin yakni vaksin konvensional dan vaksin
yang digunakan. Produk vaksin dengan teknologi tinggi (hi-tech) dikenal sebagai
1. Vaksin konvensional dibedakan atas vaksin mati dan vaksin hidup. Vaksin
mati berasal dari patogen yang dimatikan, ekstrak atau bagian-bagian tertentu
dari patogen; sedang vaksin hidup berasal dari patogen yang dilemahkan atau
diatenuasi.
2. Vaksin yang termasuk kelompok vaksin moderen atau vaksin biotek adalah
Untuk mencapai sasaran vaksinasi yakni sintasan hidup yang tinggi, maka
vaksin harus bersifat antara lain antigenik, imunogenik dan protektif. Sifat-sifat ini
yang menyebabkan ikan tahan (imun) terhadap patogen tersebut. Disamping itu,
vaksin harus aman dan tidak boleh menimbulkan tanda-tanda sakit yang secara
(bersama dengan pakan) dan injeksi. Pemilihan cara aplikasi ini terutama
didasarkan atas ukuran ikan. Sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi pada
fase larva, 1-2 minggu setelah menetas. Umumnya dosis vaksin yang diberikan
sebesar 105-106 sel/ml. Vaksinasi ini sebaiknya diulangi setelah 2-3 minggu dari
pemberian pertama; dan dapat diulangi pada saat ikan berumur 2 bulan. Beberapa
4
kendala membatasi pengembangan dan penggunaan vaksin secara meluas pada
Secara umum, terdapat 4 cara pemberian vaksin pada ikan (Anonim. 2014) :
Dosis vaksin akurat, menggunakan syringe (spoit) kecil 0,1 1 ml, jarum
kecil dan pendek (biasanya diberi pengaman karet/busa pada bagian ujung
jarum agar tidak menembus tubuh ikan terlalu dalam/maks. 0,5 cm, ukuran
ikan > 20 gram, bisa injeksi 1000 1500 ekor dalam sejam (sistem otomasi
dan operator terlatih), efisien karena jml vaksin yang hilang dapat
5
2. Imersi/celup (dipping)
sampai 2 : 8 (tergantung jenis dan konsentrasi vaksin), 1-2 liter vaksin bisa
untuk 100 kg ikan dengan jumlah maks dipping 20 kali, vaksin umumnya
masuk melalui insang dan kulit, stres kurang namun tidak seefektif injeksi.
3. Perendaman (bathing)
Ikan direndam dalam larutan vaksin selama 1 jam, kondisi air statik dengan
DO cukup, solusi vaksin ( 2 : 1000 or 1 : 1000), jml vaksin 1-2 liter cukup untuk
100 kg ikan, umumnya digunakan pada ikan-ikan kecil 1-5 g, sangat mudah
tapi kurang efektif. Vaksin masuk ke tubuh ikan via kulit atau insang.
6
4. Oral (dalam pakan)
Vaksin (Ag) diberikan dalam pakan, biasanya untuk ikan berukuran agak
besar > 40 g, vaksin diserap dalam intestin ikan, tidak menimbulkan stres,
dipengaruhi oleh faktor kualitas vaksin, ikan dan lingkungan media budidaya.
dikenali oleh limfosit dan kekuatannya berikatan dengan antibodi. Faktor ikan
meliputi antara lain, umur, jenis dan kondisi fisiologis. Salah satu faktor lingkungan
budidaya yang sangat berpengaruh terhadap vaksinasi adalah suhu. Suhu media
(Alifuddin, 2002).
Respon spesifik yang terbentuk yakni ini respon yang sangat bergantung
kepada suhu (temperature dependent). Karena itu, suhu media budidaya harus
diatur sedemikian rupa berkisar 20-25 C, agar respon spesifik dapat terbentuk
optimum dalam waktu 1-2 minggu. Faktor lainnya yang harus diperhatikan dalam
vaksinasi adalah jenis adjuvant. Penggunaan adjuvant yang tidak sesuai dapat
7
menimbulkan efek samping seperti timbulnya abses, granulomata lokal, dan
autoimun. Selain hal tersebut, kualitas pakan yang diberi-kan dan padat
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
moderen.
dan oral.
tinggi terhadap satu peyakit tertentu dan hasil nyata yang akan diperoleh
B. Saran
Adapun saran atas pembuatan makalah ini adalah sekiranya dalam penulisan
9
DAFTAR PUSTAKA
10