Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Kulit Pisang untuk Produksi Asam Sitrat Menggunakan

Aspergillus Niger (Pengaruh Penambahan Trikalsiumfosfat sebagai Sumber


Fosfor)

SKRIPSI

Oleh:
Anggraeni Dwi Khusumawati
135100301111097

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam sitrat (2-hydroxypropane-1,2,3-trikarboksilat, C6H8O7) adalah asam
organik alami. Pada makanan dan minuman pemberian asam sitrat bertujuan
untuk mengatur pH, pengawet, serta sebagai emulsifier dan buffer (Jinglan et al.,
2009). Hampir 70% dari total produksi asam sitrat digunakan dalam industri
makanan, 12% untuk industri farmasi dan 18% untuk industri lainnya (Liu et al.,
2015). Senyawa ini dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme melalui proses fermentasi (Carolina dkk, 2015). Permintaan
asam sitrat di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010,
tingkat konsumsi asam sitrat oleh industri mencapai 23.993,59 ton dengan
tingkat produksi 18.450,120 ton (BPS, 2010). Pemanfaatan yang cukup besar
tersebut mendorong peneliti untuk memperoleh asam sitrat dengan kualitas yang
baik dengan penambahan nutrisi untuk meningkatkan produksi asam sitrat pada
proses fermentasi.
Pemilihan bahan baku yang murah diperlukan untuk mengurangi biaya
produksi, salah satunya dengan pemanfaatan produk limbah pertanian. Limbah
pisang saat ini menjadi masalah yang viral, khususnya di daerah tropis (Kreem
and Rahman, 2013). Pemanfaatan limbah pertanian dipilih untuk mengatasi
permasalahan dalam pengelolaan limbah yang dihadapi oleh industri berbasis
agro, khususnya di negara berkembang. Produksi pisang di dunia diperkirakan
mencapai 48.900.000 ton, Indonesia menduduki peringkat ketiga. Kulit pisang
adalah limbah organik yang kaya akan karbohidrat dan nutrisi lainnya,
pemanfaatan kulit pisang biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak
(Alagarsamy and Nallusamy, 2010). (Alagarsamy and Nallusamy, 2010).
Penggunaan kulit pisang pada penelitihan ini selain untuk mengurangi
permasalahan lingkungan, juga untuk meningkatkan nilai ekonomi.
Kulit pisang mengandung pati (3%), protein kasar (6-9%), lemak mentah
(3,8-11%), serat (43,2-49,7%), glukosa (2,4%), fruktosa (6,2%), sukrosa (2,6%),
asam lemak, asam amino (leucine, vaine, phenylalanine dan threonine) dan
mikronutrien ( K, P, Ca, Na, Fe, Mn) (Mohapatra et al., 2010), sehingga memiliki
potensi sebagai bahan baku proses pembuatan asam sitrat. Salah satu faktor
penting dalam fermentasi asam sitrat adalah komposisi nutrisi dari media yang
digunakan harus menyediakan senyawa sumber karbon, nitrogen dan fosfor bagi
mikroorganisme (Ali et al., 2002). Pada kulit pisang tidak terdapat kandungan
fosfor yang dibutuhkan dalam membantu pertumbuhan Aspergillus niger pada
proses fermentasi asam sitrat. Trikalsiumfosfat digunakan sebagai sumber fosfor
dalam penambahan nutrisi substrat fermentasi asam sitrat (Hidayat, 2007).
Kisaran jumlah sumber fosfor yang dibutuhkan dalam menghasilkan asam sitrat
yang optimal adalah 0,6% sampai 3,2% (Iqbal, 2008). Penambahan fosfor
diharapkan mampu meningkatkan metabolisme sel dan menaikkan produksi
asam sitrat.
Banyak mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses produksi asam
sitrat, seperti Penicillium glaucum, Candida tropicalis, A. Niger, A. Awamori, A.
Nidulans, Hansenula anamola dan Yarrowia lipolytica. Namun diantara
mikroorganisme tersebut A. Niger merupakan mikroorganisme utama yang
digunakan di industri untuk produksi asam sitrat karena lebih banyak
menghasilkan asam sitrat per satuan waktu dan juga kemampuannya untuk
memproduksi asam sitrat dari bahan yang murah (Carolina dkk, 2015).
Fermentasi yang digunakan pada penelitihan ini adalah fermmentasi padat.
Fermentasi padat memiliki beberapa keuntungan lebih dibandingkan dengan
fermentasi terendam yaitu, penghematan energi, penerapannya yang sesuai
untuk limbah pertanian, serta menghasilkan lebih sedikit air limbah sehingga
lebih ramah lingkungan (Prado et al., 2005). Penelitihan ini penting dilakukan
sebagai salah satu solusi untuk mengurangi jumlah limbah pertanian yang
semakin meningkat dengan mengubah limbah tersebut menjadi produk yang
bernilai.

1.1 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah berapa konsentrasi
Trikalsiumfosfat yang tepat pada Aspergillus niger untuk meningkatkan
metabolisme sel dan menaikkan produksi asam sitrat dari limbah kulit pisang?

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan
konsentrasi Trikalsiumfosfat yang tepat pada Aspergillus niger untuk
meningkatkan metabolisme sel dan menaikkan produksi asam sitrat dari limbah
kulit pisang.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Meningkatkan nilai tambah kulit pisang sebagai bahan baku alternatif
produksi asam sitrat.
2. Membantu mengurangi limbah kulit pisang.
3. Mengetahui jumlah konsentrasi Trikalsiumfosfat yang tepat sebagai
sumber fosfor untuk meningkatkan metabolisme sel dan menaikkan
produksi asam sitrat dari limbah kulit pisang

DAFTAR PUSTAKA
Alagarsamy, K., dan Nallusamy, S. 2010. Citric Acid Production by Koji
Fermentation Using Banana Peel as a Novel Substrate. Bioresource
Technology. 101: 5552-5556.

Ali, S., Ikram, H., Qadeer, M.,A., dan Javed, I. 2002. Production of Citric Acid
by Aspergillus Niger Using Cane Molasses in a Stirred Fermentor.
Electronic Journal of Biotechnology. 5(3): 1717-3458.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kebutuhan Asam Sitrat di Indonesia 2010. Badan
Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.

Carolina, A., Abubakar, S., Iman, P., Maksum, Saadah, D., Rachman, Agus, S.,
dan Safri, I. 2015. Fermentasi Bian Rendam Molases dengan
Apergillus niger untuk Produksi Asam Sitrat. Chimica et Natura Acta.
Vol. 3, No. 1, April 2015: 25-29.

Hidayat, N. 2007. Fermentasi Asam Sitrat. http://www.Permi.Malang. Tanggal


Akses: 23 Oktober 2008.

Iqbal, Q. 2008. Quantification of Fungal Biomass Growth During Citric Acid


Production by Aspergillus Niger on Expanded Clay Solid Substrate.
Departement of Bioresource Engneering. McGill University. Canada.

Jinglan, W., Qijun, P., Wolfgang, A., dan Mirjana, M. 2009. Model-Based Design
of a Pilot-Scale Simulated Moving Bed for Purification of Citric Acid
from Fermentation Broth. Journal of Chromatography. 1216: 8793-8805.

Kreem, S., O., dan Rahman, R., A. 2013. Utilization of Banana Peels for Citric
Aid Production by Aspergillus niger. Agricultural and Biology Journal.
384: 2151-7517.

Liu, X., Xinfeng, W., Jiaxing, X., Jun, X., Jinshun, L., Tong, Z., Zhen, W.,
Yuanfang, D., dan Jianlong, H. 2015. Citric Acid Prouction by Yarrowia
lipolytica SWJ-1b Using Corn Steep Liquor as a Source of Organic
Nitrogen and Vitamins. Industrial Crops and Products. 78:154-160.
Mohapatra, D., Sabyasachi, M., dan Namrata, S. 2009. Banana and its by-
Product Utilisation: an Overview. Journal of Scientific and Industrial
Research. 69: 323-329.

Prado, F.,C., Vandenberghe, Woiciechowski, Leon, R., dan Soccol, C.,R. 2005.
Citric Acid Production by Solid-State Fermentation on a Semi-Pilot
Scale Using Different Percentages of Treated Cassava Bagasse.
Journal of Chemical Engineering. 22(4): 547-555.

Anda mungkin juga menyukai