Dosen : Dr. Lukman Daris, S.Pi., M.Si & Jumrawati, S.Pi., M.Si
LAPORAN PRAKTIKUM
(PENGAMATAN ALAT TANGKAP BIOTA LAUT)
Di Pulau Barrang Lompo Kec. Sangkarrang Makassar
Sulawesi Selatan
OLEH
LEMBAR PENGESAHAN
Kegiatan praktikum mata kuliah Eksplorasi Sumber Daya Hayati Laut yang
bertema pengamatan langsung alat tangkap biota laut yang ada di Pulau Barrang
Lompo Makassar.
Disusun Oleh :
MUH. ASYKAL
Stk. 215007
Laporan kegiatan praktikum ini telah disetjui dan disyahkan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Eksplorasi Sumber Daya Hayati Laut.
Pembimbing I Pembimbing II
i
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis masih bisa melaksanakan dan menyelesaikan
laporan mata kuliah Eksplorasi Sumber Daya Hayati Laut. Tak lupa pula salawat
dan salam selalu tercurahkan atas baginda Rasulullah Muhammad SAW, serta doa
tercurah kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.
Penulis
Muh. Asykal
ii
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
DAFTAR ISI
Sampul
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
iii
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
Fasilitas umum di pulau ini cukup maju dibanding pulau lainnya, tersedia
transportasi reguler dari dan ke Makassar dengan kapal biayanya Rp. 10.000,- per
orang sekali jalan, sanitasi yang cukup baik, fasilitas pendidikan : 1 buah Taman
Kanak-kanak (TK), dan 2 buah Sekolah Dasar. Pulau ini dilengkapi juga dengan
fasilitas kesehatan berupa 1 buah Puskesmas dan sebuah lagi puskesmas
pembantu dengan tenaga medis.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Pulau
Barrang Lompo umumnya masih bersifat tradisional. Jika ditinjau dari prinsip
teknik penangkapan ikan di Pulau Barrang Lompo terlihat telah banyak
memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan.
Selain itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar
memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan
maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut
membuktikan perkembangan peradaban manusia dapat mendorong manusia untuk
semakin kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya didaerah
tersebut.
2
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
3
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
4
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
BAB II
METODE PRAKTIKUM
No Alat Kegunaan
Untuk mendokumentasikan gambar
1. Kamera nelayan, alat tangkap dan alat bantu
penangkapan.
2. Alat Tulis Untuk mencatat hasil wawancara
dengan nelayan
5
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Lokasi
Secara administrasi kelurahan Barrang Lompo dibagi menjadi 4 Rukun
Warga (RW) dengan luas wilayah 20,38 ha. Dari hasil analisis TIPP didapatkan
luasan masing-masing RW yaitu RW I dengan luasan wilayah 3,73 ha, RW II
dengan luas wilayah 5,33 ha, RW III dengan luas wilayah 6,5 ha dan RW IV
dengan luas wilayah 20,38 ha. Berdasarkan data BPS Jumlah penduduk pulau ini
pada tahun 2010 sebanyak 4.209 jiwa.
Berdasarkan survey yang dilakukan ternyata potensi masyrakat disini
sebagai nelayan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengembangan
daerah tersebut. Mengingat cara penangkapan ikan yang dilakukan masih
tradisional dan juga pelestarian ekosistem laut. Bahkan salah satu buah tangan
berupa makanan dari budidaya laut bisa dijadikan cirri khas pulau Barrang
Lompo. Adapun alat tangkap yang tradisional digunakan oleh para nelayan,
seperti Bubu, Pancing, Jaring, Panah dan Rawe (Long Line).
3.2 Komponen Alat Tangkap Nelayan Barrang Lompo
3.2.1 Nelayan
Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun
permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat
merupakan perairan tawar, payau maupun laut.
Nelayan merupakan pelaksana dalam pengoprasian alat tangkap dan
menjadi salah satu penentu pelestarian ekosistem perairan dimana ia tetap
memiliki peran ganda sebagai pengguna alat tangkap yang ramah lingkungan di
permukaan air serta ia juga yang mengemudikan perahu.
6
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
3.2.2 Kapal
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang ada di pulau Barrang
Lompo, jenis kapal yang umum digunakan seperti pada gambar di bawah ini :
7
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
8
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
9
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
10
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
11
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
Panah terdiri dari tangkai panah yang terbuat dari kayu atau bambu dan
mata panah yang terbuat dari besi. Bentuk mata panah ada yang hanya satu, dua
dan tiga (Subani dan Barus 1989). Panah bertujuan untuk menjepit atau melukai
target tangkapan (von Brandt 1984). Jumlah nelayan pada pengoperasian panah
adalah dua orang, satu orang bertugas untuk mengemudikan perahu dan satu
orang bertugas untuk mengoperasikan panah. Metode pengoperasian panah sangat
sederhana. Setelah nelayan berada di fishing ground, nelayan menombakkan atau
menancapkan panah ke target tangkapan (Subani dan Barus 1989).
Daerah pengoperasian panh biasanya di daerah pantai dan di ekosistem
tarumbu karang. Adapun hasil tangkapan yang di hasilkan adalah ikan kakap, ikan
kerapu, kepiting, udang dan biota laut lainnya.
3.4 Pandangan Masyarakat Terhadap Alat Tangkap
Nelayan di pulau Barrang Lompo yang setiap hari menangkap tidak
pernah sekali pun menjumpai hasil tangkapan ikan berkurang jumlahnya
walaupun ada banyak nelayan yang melakukan hal yang sama setiap harinya.
Kondisi ini berjalan bertahun-tahun, sehingga pada akhirnya muncul sebuah
kesimpulan bahwa ikan-ikan yang ada di lautan tidak akan pernah habis seberapa
pun banyaknya diambil (ditangkap). Pemikiran yang melandasi pola pemanfaatan
sumberdaya oleh masyarakat pulau Barrang Lompo sumberdaya ikan masih di
jaga dengan tetap menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
12
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
13
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu alat
tangkap yang digunakan atau yang ada di Kecamatan Sangkarrang Pulau Barrang
Lompo Makassar masih tergolong tradisional hal ini dapat dilihat dari model alat
tangkap dan teknologi yang digunakan diperahu masih tergolong rendah. Pada
umumnya alat tangkap dioprasikan dengan menggunakan umpan dan paling
banyak nelayan menggunakan alat tangkap bubu yang di operasikan di sekitar
wilayah pulau Barrang Lompo.
Pada kesempatan penyusunan laporan praktikum mata kuliah Eksplorasi
Sumber Daya Hayati Laut, Penulis mengemukakan dan menjelaskan dua alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan di pulau Barrang Lompo.
4.2 Saran
Dalam pengoprasian alat tangkap yang ada di pulau Barrang Lompo
sebaiknya menggunakan alat bantu yang lebih modern guna mempermudah
pencarian daerah penangkapan (fishing groung), hal ini diperlukan meningkatkan
hasil tangkapan nelayan yang ada di daerah tersebut.
14
Rehabilitasi Sumber Daya Hayati Laut
DAFTAR PUSTAKA
Subani W, Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia.
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. 248 hlm. Yang Berbeda Pada Bubu Lipat Kepiting Bakau.
Monintja, D.R dan S. Martasuganda 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya
Hayati Laut. Diktat kuliah, Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal.
Martasuganda Set al. 2004. Teknologi Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.
Seri Alat Tangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 157 hlm.
Martasuganda S. 2003. Bubu (Traps). Bogor: Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Iskandar, Dahri. 2011. Analisis Hasil Tangkapan Sampingan Bubu Yang
Dioperasikan Di Perairan Karang Kepulauan Seribu.
15