Anda di halaman 1dari 63

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI


(1) (2) (3) (4) (5)
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Tetap
NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG
PENATAAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


2. Menimbang: Penyempurnaan redaksional Nusantara berpengertian pulau-pulau a. bahwa wilayah Negara
a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik diantara perairan (laut) hal ini sudah Kesatuan Republik Indonesia
Indonesia yang merupakan negara kepulauan Frasa:ruang dan yang serta ditetapkan dalam Pasal 46 huruf (a) dan yang meliputi ruang darat, ruang
berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah berciri Nusantra baik sebagai huruf (b) Hukum Laut Internasional (United laut, dan ruang udara, termasuk
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang kesatuan wadah diusulkan untuk Nationas Conventions on the Law of the ruang di dalam bumi, beserta
udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun dihapus. Sea)yang telah diratifikasi dengan Undang sumber daya alamnya, perlu
sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang ditingkatkan upaya
pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, Frasa: maupun sebagai sumber Pengesahan United Nationas Conventions pengelolaannya secara
dan berhasil guna dengan berpedoman pada daya, diusulkan untuk dihapus dan on the Law of the Sea bijaksana, berdaya guna, dan
kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang diganti dengan frasa: beserta berhasil guna dengan
wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya sumber daya alamnya. Bahwa yang akan diatur dalam Undang- berpedoman pada kaidah
demi terwujudnya kesejahteraan umum dan Undang ini adalah Penataan Ruang wilayah pelestarian lingkungan sehingga
keadilan sosial sesuai dengan landasan Frasa: berpedoman pada kaidah nasional yang terdiri dari ruang darat, ruang kualitas ruang wilayah nasional
konstitusional Undang-Undang Dasar Negara penataan ruang diusulkan untuk laut dan ruang udara agar ruang tersebut dapat terjaga keberlanjutannya
Republik Indonesia Tahun 1945; dihapus dan digantikan terpelihara dan terjamin kelestariannya, demi terwujudnya kesejahteraan
denganfrasa: berpedoman pada serta sumber daya alam yang terkandung di umum dan keadilan sosial
pelestarian lingkungan sehingga dalamnya dikelola dengan bijaksana agar sesuai dengan landasan
dapat mensejahterakan rakyat Indonesia. konstitusional Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

3. b. bahwa perkembangan situasi dan kondisi Penyempurnaan redaksional Dalam Bahasa Indonesia yang baik dan b. bahwa perkembangan situasi
nasional dan internasional menuntut penegakan Frasa: dan pada kalimat nasional benar penggunaan frasa dan terhadap dan kondisi nasional serta
prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, dan internasional dusulkan untuk beberapa kata sambung dapat dilakukan internasional menuntut
kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka dihapus dan digantikan dengan dengan tanda koma dan frasa serta penegakan prinsip keterpaduan,
penyelenggaraan penataan ruang yang baik Frasa serta menjadi: nasional keberlanjutan, demokrasi,
sesuai dengan landasan idiil Pancasila; serta internasional. kepastian hukum, dan keadilan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 1


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
dalam rangka penyelenggaraan
penataan ruang yang baik
sesuai dengan landasan idiil
Pancasila;
4. c. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasional Perubahan redaksional Dalam Bahasa Indonesia yang baik dan c. bahwa untuk memperkukuh
berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan benar penggunaan frasa dan terhadap Ketahanan Nasional
dengan kebijakan otonomi daerah yang Frasa: dan pada kalimat beberapa kata sambung dapat dilakukan berdasarkan Wawasan
memberikan kewenangan semakin besar kepada keserasian dan keterpaduan dengan tanda koma dan frasa serta Nusantara dan sejalan dengan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan antardaerah dan antara pusat kebijakan otonomi daerah yang
penataan ruang, maka kewenangan tersebut dan daerah diusulkan untuk memberikan kewenangan
perlu diatur demi menjaga keserasian dan dihapus dan digantikan dengan: semakin besar kepada
keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan keserasian dan keterpaduan pemerintah daerah dalam
daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah serta antara pusat penyelenggaraan penataan
antardaerah; dan daerah ruang, maka kewenangan
tersebut perlu diatur demi
menjaga keserasian dan
keterpaduan antardaerah serta
antara pusat dan daerah agar
tidak menimbulkan kesenjangan
antardaerah;
5. d. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan Tetap
pemahaman masyarakat yang berkembang
terhadap pentingnya penataan ruang sehingga
diperlukan penyelenggaraan penataan ruang
yang transparan, efektif, dan partisipatif agar
terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan;
6. e. bahwa secara geografis Negara Kesatuan Tetap
Republik Indonesia berada pada kawasan rawan
bencana sehingga diperlukan penataan ruang
yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan
kehidupan dan penghidupan;
7. f. bahwa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tetap
tentang Penataan Ruang sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang
sehingga perlu diganti dengan undang-undang
penataan ruang yang baru;
8. g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana Tetap
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 2


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk
Undang-Undang tentang Penataan Ruang;
9. Mengingat: Tetap
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 25A, dan Pasal 33
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
10. Dengan Persetujuan Bersama Tetap
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

11. Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG Tetap


PENATAAN RUANG.
12. BAB I Tetap
KETENTUAN UMUM
13. Pasal 1
14. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Tetap
15. 1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang Tetap
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
16. - Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru ini ditujukan 1.a. Ruang darat adalah ruang yang
agar tidak terjadi konflik perencanaan pada terletak di atas dan di bawah
Penambahan substansi pengertian ruang yang sama permukaan bumi, termasuk
dan batasan ruang darat yang permukaan perairan darat dan
diatur dan menjadi kewenangan sisi darat dari garis pantai
penataan ruang terendah, dimana negara
Indonesia memiliki hak
yurisdiksinya.
- Penyesuaian urutan butir.
17. Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru ini ditujukan 1.b. Ruang laut adalah ruang yang
agar tidak terjadi konflik perencanaan pada terletak di atas dan di bawah
Penambahan substansi pengertian ruang yang sama permukaan laut dimulai dari
dan batasan ruang laut yang diatur sisi laut dari sisi garis pantai
dan menjadi kewenangan terendah termasuk dasar laut

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 3


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
penataan ruang dan bagian bumi di bawahnya,
dimana negara Indonesia
memiliki hak yurisdiksinya.

- Penyesuaian urutan butir.


18. - Penambahan substansi baru Adanya permasalahan dalam pengaturan 1.c. Ruang udara adalah ruang yang
penataan ruang pada ruang melayang terletak di atas ruang daratan
Penambahan substansi pengertian seiring dengan perkembangan teknologi dan atau ruang lautan sekitar
dan batasan ruang udara yang untuk mengatasi permasalahan wilayah negara dan melekat
diatur dan menjadi kewenangan pembangunan yang sudah terbatas di atas pada bumi, di mana negara
penataan ruang tanah. Indonesia memiliki hak
yurisdiksinya.

- Penyesuaian urutan butir.


19. - Penambahan substansi baru Penambahan substansi ini dimaksudkan 1.d. Ruang di dalam bumi adalah
agar menghindari konflik tata ruang antara ruang yang terletak di bawah
Penambahan substansi pengertian penataan ruang di atas permukaan bumi dan permukaan bumi dan/atau
dan batasan ruang di dalam bumi dibawah permukaan bumi. lautan, dimana negara
yang diatur dan menjadi Indonesia memiliki hak
kewenangan penataan ruang yurisdiksinya.

- Penyesuaian urutan butir.


20. 2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan Tetap
pola ruang.
21. 3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat Tetap
permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
22. 4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang Tetap
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya.
23. 5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses Tetap
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
24. 6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah Tetap
kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 4


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
penataan ruang.
25. 7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Tetap
Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
26. 8. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, Tetap
atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsure penyelenggara pemerintahan daerah.
27. 9. Pengaturan penataan ruang adalah upaya Tetap
pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam penataan ruang.
28. 10. Pembinaan penataan ruang adala upaya untuk Tetap
meningkatkan kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
29. 11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya Tetap
pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
30. 12. Pengawasan penataan ruang adalah upaya Tetap
agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
31. 13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses Tetap
untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
32. 14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk Tetap
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
33. 15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah Tetap
upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
34. 16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 5


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
tata ruang.
35. 17. Wilayah adalah ruang yang merupakan Tetap
kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional.
36. 18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola Tetap
ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan
pada tingkat wilayah.
37. 19. Sistem internal perkotaan adalah struktur Tetap
ruangdan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat internal
perkotaan.
38. 20. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi Tetap
utama lindung atau budi daya.
39. 21. Kawasan lindung adalah wilayah yang Tetap
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
40. 22. Kawasan budi daya adalah wilayah yang Tetap
ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.
41. 23. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang Tetap
mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
42. 24. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang Tetap
terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem
agrobisnis.
43. 25. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 6


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
44. 26. Kawasan metropolitan adalah kawasan Tetap
perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan
perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan
perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem
jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi
dengan jumlah penduduk secara keseluruhan
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta)
jiwa.
45. 27. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang Tetap
terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan
metropolitan yang memiliki hubungan
fungsional dan membentuk sebuah sistem.
46. 28. Kawasan strategis nasional adalah wilayah Tetap
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia.
47. 29. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah Perubahan redaksional Adanya kawasan pertahanan dan keamanan 29. Kawasan strategis provinsi
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena dalam lingkup provinsi yang tidak termasuk adalah wilayah yang penataan
mempunyai pengaruh sangat penting dalam Adanya penambahan kata ke dalam kawasan strategis nasional yang ruangnya diprioritaskan karena
lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan membutuhkan pengaturan tersendiri. mempunyai pengaruh sangat
budaya, dan/atau lingkungan. sebelum kata ekonomi penting dalam lingkup provinsi
terhadap pertahanan dan
keamanan, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
48. 30. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah Perubahan redaksional Adanya kawasan pertahanan dan keamanan 30. Kawasan strategis
wilayah yang penataan ruangnya dalam lingkup kabupaten yang tidak kabupaten/kota adalah wilayah
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh Adanya penambahan kata termasuk ke dalam kawasan strategis yang penataan ruangnya
sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota pertahanan dan keamanan nasional maupun provinsi yang diprioritaskan karena
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau sebelum kata ekonomi membutuhkan pengaturan tersendiri. mempunyai pengaruh sangat

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 7


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
lingkungan. penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap
pertahanan dan keamanan,
ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.
49. 31. Ruang terbuka hijau adalah area Tetap
memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
50. 32. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang Tetap
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
51. 33. Orang adalah orang perseorangan dan/atau Tetap
korporasi.
52. 34. Menteri adalah menteri yang Tetap
menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam bidang penataan ruang.
53. BAB II Tetap
ASAS DAN TUJUAN
54. Pasal 2 Tetap
55. Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Tetap
Indonesia, penataan ruang diselenggarakan
berdasarkan asas:
56. a. keterpaduan; Tetap
57. b. keserasian, keselarasan, dan Tetap
keseimbangan;
58. c. keberlanjutan; Tetap
59. d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; Tetap
60. e. keterbukaan; Tetap
61. f. kebersamaan dan kemitraan; Tetap
62. g. pelindungan kepentingan umum; Tetap
63. h. kepastian hukum dan keadilan; dan Tetap
64. i. akuntabilitas. Tetap
65. Pasal 3
66. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk Frase: berlandaskan Wawasan - Wawasan Nusantara adalah cara Penyelenggaraan penataan ruang
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, Nusantara diusulkan untuk pandang bangsa Indonesia terhadap bertujuan untuk mewujudkan ruang

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 8


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan dihapus dan diganti dengan: wilayah Negara Kesatuan Republik wilayah nasional yang aman,
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional kalimat: Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau nyaman, produktif, dan berkelanjutan
dengan: berlandaskan prinsip kelestarian yang di persatukan oleh laut atau dikenal berlandaskan prinsip kelestarian dan
dan ketahanan nasional dengan peraiaran pedalaman, dalam hal Ketahanan Nasional dengan:
in I laut bukan dipandang sebagai
pemisah antara pulau satu dengan pulau
yang lain tetapi laut adalah pemersatu
pulau-pulau di Indonesia sebagai Negara
Kepulauan yang telah diakui oleh dunia
internasional

- Adapun untuk mewujudkan ruang


wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan bukan
dengan cara pandang melainkan dengan
prinsip kelestarian agar tidak terjadi
kerusakan lingkungan yang merugikan
bagi generasi Indonesia yang akan
datang.
67. a. terwujudnya keharmonisan antara Tetap
lingkungan alam dan lingkungan buatan;
68. b. terwujudnya keterpaduan dalam Tetap
penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
69. c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan Tetap
pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
70. BAB III Tetap
KLASIFIKASI PENATAAN RUANG
71. Pasal 4
72. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, Tetap
fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
73. Pasal 5 Tetap
74. (1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri Tetap
atas sistem wilayah dan sistem internal
perkotaan.
75. (2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama Tetap
kawasan terdiri atas kawasan lindung dan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 9


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
kawasan budi daya.
76. (3) Penataan ruang berdasarkan wilayah Tetap
administrative terdiri atas penataan ruang
wilayah nasional, penataan ruang wilayah
provinsi, dan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota.
77. (4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan Tetap
kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang
kawasan perdesaan.
78. (5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis Tetap
kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan strategis nasional, penataan
ruang kawasan strategis provinsi, dan
penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
79. Pasal 6
80. (1) Penataan ruang diselenggarakan dengan Tetap
memperhatikan:
81. a. kondisi fisik wilayah Negara Tetap
Kesatuan Republik Indonesia yang
rentan terhadap bencana;
82. b. potensi sumber daya alam, sumber Tetap
daya manusia, dan sumber daya
buatan; kondisi ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, pertahanan
keamanan, lingkungan hidup, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan; dan
83. c. geostrategi, geopolitik, dan Tetap
geoekonomi.
84. (2) Penataan ruang wilayah nasional, Adanya anggapan bahwa perda Kata berjenjang perlu diberikan penjelasan Perlu penambahan penjelasan pasal
penataan ruang wilayah provinsi, dan RTRW kab/kota tidak bisa untuk menegaskan bahwa substansi 6 ayat (2) mengenai kata
penataan ruang wilayah kabupaten/kota ditetapkan sebelum perda RTRW rencana tata ruang untuk wilayah harus berjenjang.
dilakukan secara berjenjang dan Provinsi ditetapkan mengacu pada rencana tata ruang yang
komplementer. lebih tinggi atau diatasnya. Ayat (2)
Yang dimaksud berjenjang
adalah bahwa penataan ruang
diatur secara hierarkis dan saling
terkait dimana rencana tata ruang

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 10


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
yang disusun harus mengacu
pada rencana tata ruang yang
lebih tinggi.

85. (3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi Tetap


ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah
kedaulatan nasional yang mencakup ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan.
86. (4) Penataan ruang wilayah provinsi dan Tetap
kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
87. (5) Ruang laut dan ruang udara, Tetap
pengelolaannya diatur dengan undang-
undang tersendiri.
88. BAB IV Tetap
TUGAS DAN WEWENANG
89. Bagian Kesatu Tetap
Tugas
90. Pasal 7 Tetap
91. (1) Negara menyelenggarakan penataan ruang Tetap
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
92. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1), negara
memberikan kewenangan
penyelenggaraan penataan ruang kepada
Pemerintah dan pemerintah daerah.
93. (3) Penyelenggaraan penataan ruang Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan tetap menghormati hak
yang dimiliki orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
94. Bagian Kedua Tetap
Wewenang Pemerintah
95. Pasal 8 Tetap
96. (1) Wewenang Pemerintah dalam Tetap
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 11


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
97. a. pengaturan, pembinaan, dan Tetap
pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota, serta
terhadap pelaksanaan penataan
ruang kawasan strategis nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota;
98. b. pelaksanaan penataan ruang Tetap
wilayah nasional;
99. c. pelaksanaan penataan ruang Tetap
kawasan strategis nasional; dan
100. d. kerja sama penataan ruang Tetap
antarnegara dan pemfasilitasan
kerja sama penataan ruang
antarprovinsi.
101. (2) Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan Tetap
penataan ruang nasional meliputi:
102. a. perencanaan tata ruang wilayah Tetap
nasional;
103. b. pemanfaatan ruang wilayah Tetap
nasional; dan
104. c. pengendalian pemanfaatan ruang Tetap
wilayah nasional.
105. (3) Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan Tetap
penataan ruang kawasan strategis nasional
meliputi:
106. a. penetapan kawasan strategis Tetap
nasional;
107. b. perencanaan tata ruang kawasan Tetap
strategis nasional;
108. c. pemanfaatan ruang kawasan Tetap
strategis nasional; dan
109. d. pengendalian pemanfaatan ruang Tetap
kawasan strategis nasional.
110. (4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan Tetap
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
strategis nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c dan huruf d dapat
dilaksanakan pemerintah daerah melalui
dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 12


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
111. (5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan Tetap
ruang, Pemerintah berwenang menyusun
dan menetapkan pedoman bidang
penataan ruang.
112. (6) Dalam pelaksanaan wewenang Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5),
Pemerintah:
113. a. menyebarluaskan informasi yang Tetap
berkaitan dengan:
114. 1) rencana umum dan rencana Tetap
rinci tata ruang dalam rangka
pelaksanaan penataan ruang
wilayah nasional;
115. 2) arahan peraturan zonasi Tetap
untuk sistem nasional yang
disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah nasional; dan
116. 3) pedoman bidang penataan Tetap
ruang;
117. b. menetapkan standar pelayanan Tetap
minimal bidang penataan ruang.
118. Pasal 9
119. (1) Penyelenggaraan penataan ruang Tetap
dilaksanakan oleh seorang Menteri.
120. (2) Tugas dan tanggung jawab Menteri dalam Tetap
penyelenggaraan penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
121. a. pengaturan, pembinaan, dan Tetap
pengawasan penataan ruang;
122. b. pelaksanaan penataan ruang Tetap
nasional; dan
123. c. koordinasi penyelenggaraan Tetap
penataan ruang lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku
kepentingan.
124. Bagian Ketiga Tetap
Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 13


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
125. Pasal 10
126. (1) Wewenang pemerintah daerah provinsi Tetap
dalam penyelenggaraan penataan ruang
meliputi:
127. a. pengaturan, pembinaan, dan Tetap
pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah provinsi,
dan kabupaten/kota, serta terhadap
pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis provinsi dan
kabupaten/kota;
128. b. pelaksanaan penataan ruang Tetap
wilayah provinsi;
129. c. pelaksanaan penataan ruang Tetap
kawasan strategis provinsi; dan
130. d. kerja sama penataan ruang Tetap
antarprovinsi dan pemfasilitasan
kerja sama penataan ruang
antarkabupaten/kota.
131. (2) Wewenang pemerintah daerah provinsi Tetap
dalam pelaksanaan penataan ruang
wilayah provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
132. a. perencanaan tata ruang wilayah Tetap
provinsi;
133. b. pemanfaatan ruang wilayah provinsi; Tetap
dan
134. c. pengendalian pemanfaatan ruang Tetap
wilayah provinsi.
135. (3) Dalam penataan ruang kawasan strategis Tetap
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, pemerintah daerah provinsi
melaksanakan:
136. a. penetapan kawasan strategis Tetap
provinsi;
137. b. perencanaan tata ruang kawasan Tetap
strategis provinsi;
138. c. pemanfaatan ruang kawasan Tetap
strategis provinsi; dan
139. d. pengendalian pemanfaatan ruang Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 14


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
kawasan strategis provinsi.
140. (4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan Tetap
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
strategis provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c dan huruf d dapat
dilaksanakan pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui tugas pembantuan.
141. (5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan Tetap
ruang wilayah provinsi, pemerintah daerah
provinsi dapat menyusun petunjuk
pelaksanaan bidang penataan ruang pada
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
142. (6) Dalam pelaksanaan wewenang Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5),
pemerintah daerah provinsi:
143. a. menyebarluaskan informasi yang Tetap
berkaitan dengan:
144. 1) rencana umum dan rencana Tetap
rinci tata ruang dalam rangka
pelaksanaan penataan ruang
wilayah provinsi;
145. 2) arahan peraturan zonasi Tetap
untuk sistem provinsi yang
disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah provinsi; dan
146. 3) petunjuk pelaksanaan bidang Tetap
penataan ruang;
147. b. melaksanakan standar pelayanan Tetap
minimal bidang penataan ruang.
148. (7) Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak Tetap
dapat memenuhi standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang,
Pemerintah mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
149. Bagian Keempat Tetap
Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
150.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 15


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
Pasal 11
151. (1) Wewenang pemerintah daerah Tetap
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi:
152. a. pengaturan, pembinaan, dan Tetap
pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah
kabupaten/kota dan kawasan
strategis kabupaten/kota;
153. b. pelaksanaan penataan ruang Tetap
wilayah kabupaten/kota;
154. c. pelaksanaan penataan ruang Tetap
kawasan strategis kabupaten/kota;
dan
155. d. kerja sama penataan ruang Tetap
antarkabupaten/kota.
156. (2) Wewenang pemerintah daerah Tetap
kabupaten/kota dalam pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi:
157. a. perencanaan tata ruang wilayah Tetap
kabupaten/kota;
158. b. pemanfaatan ruang wilayah Tetap
kabupaten/kota; dan
159. c. pengendalian pemanfaatan ruang Tetap
wilayah kabupaten/kota.
160. (3) Dalam pelaksanaan penataan ruang Tetap
kawasan strategis kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, pemerintah daerah kabupaten/kota
melaksanakan:
161. a. penetapan kawasan strategis Tetap
kabupaten/kota;
162. b. perencanaan tata ruang kawasan Tetap
strategis kabupaten/kota;
163. c. pemanfaatan ruang kawasan Tetap
strategis kabupaten/kota; dan
164. d. pengendalian pemanfaatan ruang Tetap
kawasan strategis kabupaten/kota.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 16


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
165. (4) Dalam melaksanakan kewenangan Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), pemerintah daerah
kabupaten/kota mengacu pada pedoman
bidang penataan ruang dan petunjuk
pelaksanaannya.
166. (5) Dalam pelaksanaan wewenang Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4), pemerintah
daerah kabupaten/kota:
167. a. menyebarluaskan informasi yang Tetap
berkaitan dengan rencana umum
dan rencana rinci tata ruang dalam
rangka pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota; dan
168. b. melaksanakan standar pelayanan Tetap
minimal bidang penataan ruang.
169. (6) Dalam hal pemerintah daerah Tetap
kabupaten/kota tidak dapat memenuhi
standar pelayanan minimal bidang
penataan ruang, pemerintah daerah
provinsi dapat mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
170. BAB V Tetap
PENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN
RUANG
171. Pasal 12
172. Pengaturan penataan ruang dilakukan Tetap
melaluipenetapan ketentuan peraturan perundang-
undangan bidang penataan ruang termasuk
pedoman bidang penataan ruang.
173. Pasal 13
174. (1) Pemerintah melakukan pembinaan Tetap
penataan ruang kepada pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan masyarakat.
175. (2) Pembinaan penataan ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 17


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
176. a. koordinasi penyelenggaraan Tetap
penataan ruang;
177. b. sosialisasi peraturan perundang- Tetap
undangan dan sosialisasi pedoman
bidang penataan ruang;
178. c. pemberian bimbingan, supervisi, Tetap
dan konsultasi pelaksanaan
penataan ruang;
179. d. pendidikan dan pelatihan; Tetap
180. e. penelitian dan pengembangan; Tetap
181. f. pengembangan sistem informasi Tetap
dan komunikasi penataan ruang;
182. g. penyebarluasan informasi penataan Tetap
ruang kepada masyarakat; dan
183. h. pengembangan kesadaran dan Tetap
tanggung jawab masyarakat.
184. (3) Pemerintah daerah provinsi dan Tetap
pemerintah daerah kabupaten/kota
menyelenggarakan pembinaan penataan
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menurut kewenangannya masing-
masing.
185. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tetap
penyelenggaraan pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah.
186. BAB VI Tetap
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG
187. Bagian Kesatu Tetap
Perencanaan Tata Ruang
188. Paragraf 1
Umum
189. Pasal 14
190. (1) Perencanaan tata ruang dilakukan untuk Tetap
menghasilkan:
191. a. rencana umum tata ruang; dan Tetap
192. b. rencana rinci tata ruang. Tetap
193. (2) Rencana umum tata ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1) huruf a secara

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 18


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
berhierarki terdiri atas:
194. a. Rencana Tata Ruang Wilayah Tetap
Nasional;
195. b. rencana tata ruang wilayah provinsi; Tetap
dan
196. c. rencana tata ruang wilayah Tetap
kabupaten dan rencana tata ruang
wilayah kota.
197. (3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
198. a. rencana tata ruang pulau/kepulauan Tetap
dan rencana tata ruang kawasan
strategis nasional;
199. b. rencana tata ruang kawasan Tetap
strategis provinsi; dan
200. c. rencana detail tata ruang Tetap
kabupaten/kota dan rencana tata
ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
201. (4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun
sebagai perangkat operasional rencana
umum tata ruang.
202. (5) Rencana rinci tata ruang sebagaimana Pasal 5 ayat (1) menimbulkam Ayat (2) penetapan standar dan kriteria Perlu adanya penjelasan lebih lanjut
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b kerancuan, karena pengertian teknis tidak dijelaskan dalam penjelasan, dalam petunjuk pelaksanaan atau
disusun apabila: yang dimaksud dengan apa yang dimaksud dengan standard dan pedoman penyusunan tata ruang.
menetapkan peraturan lain di kriteria teknis. Pada umumnya standard dan
bidang penataan ruang dalam kriteria teknis didasarkan atas analisis/kajian
penjelasan pasal ini dikatakan: yang bersifat teknis/keilmuan yang hanya
Yang dimaksud dengan ketentuan dikuasai oleh instansi teknis yang
peraturan perundang undangan bersangkutan. Dengan demikian penentuan
adalah peraturan pemerintah standar teknis dan kriteria teknis melalui
tentang pembagianurusan partisipasi masyarakat akan menimbulkan
pemerintahan antara Pemerintah, bias, Peranserta masyarakat ang diperlukan
pemerintah daerahprovinsi, dan dalan hal ini adalah dalam implementasinya,
pemerintah daerah yang berarti dibutuhkan adalah sosialisasi
kabupaten/kota. Dengan demikian kepada masyarakat.
tidak ada kaitan dengan tata ruang
203. a. rencana umum tata ruang belum Tetap
dapat dijadikan dasar dalam

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 19


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
pelaksanaan pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan
ruang; dan/atau
204. b. rencana umum tata ruang Tetap
mencakup wilayah perencanaan
yang luas dan skala peta dalam
rencana umum tata ruang tersebut
memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan.
205. (6) Rencana detail tata ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (3) huruf c dijadikan
dasar bagi penyusunan peraturan zonasi.
206. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat Tetap
ketelitian peta rencana tata ruang diatur
dengan peraturan pemerintah.
207. Pasal 15
208. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana Tetap
tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi.
209. Pasal 16
210. (1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali. Tetap
211. (2) Peninjauan kembali rencana tata ruang Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menghasilkan rekomendasi berupa:
212. a. rencana tata ruang yang ada dapat Tetap
tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya; atau
213. b. rencana tata ruang yang ada perlu Tetap
direvisi.
214. (3) Apabila peninjauan kembali rencana tata Tetap
ruang menghasilkan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, revisi rencana tata ruang dilaksanakan
dengan tetap menghormati hak yang
dimiliki orang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
215. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria Tetap
dan tata cara peninjauan kembali rencana

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 20


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan pemerintah.
216. Pasal 17
217. (1) Muatan rencana tata ruang mencakup Tetap
rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang.
218. (2) Rencana struktur ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana
sistem pusat permukiman dan rencana
sistem jaringan prasarana.
219. (3) Rencana pola ruang sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1) meliputi
peruntukan kawasan lindung dan kawasan
budi daya.
220. (4) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan Tetap
budi daya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi peruntukan ruang untuk
kegiatan pelestarian lingkungan, sosial,
budaya, ekonomi, pertahanan, dan
keamanan.
221. (5) Dalam rangka pelestarian lingkungan Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30
(tiga puluh) persen dari luas daerah aliran
sungai.
222. (6) Penyusunan rencana tata ruang harus Tetap
memperhatikan keterkaitan antarwilayah,
antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan
kawasan.
223. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Tetap
penyusunan rencana tata ruang yang
berkaitan dengan fungsi pertahanan dan
keamanan sebagai subsistem rencana tata
ruang wilayah diatur dengan peraturan
pemerintah.
224. Pasal 18
225. (1) Penetapan rancangan peraturan daerah Tetap
provinsi tentang rencana tata ruang wilayah

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 21


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
provinsi dan rencana rinci tata ruang
terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan substansi dari Menteri.
226. (2) Penetapan rancangan peraturan daerah Tetap
kabupaten/kota tentang rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan rencana rinci
tata ruang terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan substansi dari Menteri setelah
mendapatkan rekomendasi Gubernur.
227. (3) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, Tetap
dan tata cara penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan penyusunan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan peraturan Menteri.
228. Paragraf 2
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional
229. Pasal 19
230. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Tetap
Nasionalharus memperhatikan:
231. a. Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Tetap
Nasional;
232. b. perkembangan permasalahan regional dan
global, serta hasil pengkajian implikasi Tetap
penataan ruang nasional;
233. c. upaya pemerataan pembangunan dan
Tetap
pertumbuhan serta stabilitas ekonomi;
234. d. keselarasan aspirasi pembangunan
Tetap
nasional dan pembangunan daerah;
235. e. daya dukung dan daya tampung lingkungan
Tetap
hidup;
236. f. rencana pembangunan jangka panjang
nasional;
237. g. rencana tata ruang kawasan strategis
Tetap
nasional; dan
238. h. rencana tata ruang wilayah provinsi dan
Tetap
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
239. Pasal 20
240. (1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 22


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
memuat:
241. a. tujuan, kebijakan, dan strategi
Tetap
penataan ruang wilayah nasional;
242. b. rencana struktur ruang wilayah
nasional yang meliputi sistem
perkotaan nasional yang terkait
Tetap
dengan kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya dan sistem
jaringan prasarana utama;
243. c. rencana pola ruang wilayah nasional
yang meliputi kawasan lindung
nasional dan kawasan budi daya Tetap
yang memiliki nilai strategis
nasional;
244. d. penetapan kawasan strategis
Tetap
nasional;
245. e. arahan pemanfaatan ruang yang
berisi indikasi program utama jangka Tetap
menengah lima tahunan; dan
246. f. arahan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah nasional yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi
Tetap
sistem nasional, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi.
247. (2) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Tetap
menjadipedoman untuk:
248. a. penyusunan rencana pembangunan
Tetap
jangka panjang nasional;
249. b. penyusunan rencana pembangunan
Tetap
jangka menengah nasional;
250. c. pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di Tetap
wilayah nasional;
251. d. mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah Tetap
provinsi, serta keserasian
antarsektor;
252. e. penetapan lokasi dan fungsi ruang Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 23


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
untuk investasi;
253. f. penataan ruang kawasan strategis
Tetap
nasional; dan
254. g. penataan ruang wilayah provinsi dan
Tetap
kabupaten/kota.
255. (3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) Tetap
tahun.
256. (4) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Tetap
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
257. (5) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu
yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan dan/atau perubahan
Tetap
batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
258. (6) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Tetap
diatur dengan peraturan pemerintah.
259. Pasal 21
260. (1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana Terhadap rencana rinci tata ruang Terhadap aspek pertahanan dan keamanan (1) Rencana rinci tata ruang
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf a yang dimaksudkan pada Pasal 14 memerlukan peraturan yang lebih tinggi, sebagaimana dimaksud dalam
diatur dengan peraturan presiden. ayat (3) perlu dilakukan selain itu dalam Peraturan Pemerintah Pasal 14 ayat (3) huruf a diatur
pengecualian dalam pengertian Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 dengan peraturan presiden,
kawasan strategis nasional atas tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kecuali untuk aspek
pertahanan dan keamanan Nasional pada Pasal 81 mengatakan: pertahanan dan keamanan
Negara, dipisahkan dengan Penetapan kawasan strategis nasional Negara diatur dengan
ekonomi, sosial, budaya dan/atau berdasarkan kepentingan pertahanan dan Peraturan Pemerintah.
lingkungan termasuk wilayah yang keamanan sebagaimana dimaksud dalam
telah ditetapkan sebagai warisan Pasal 76 ditetapkan dengan Peraturan
dunia, Pemerintah.
Adapun isi Pasal 76 sebagai berikut:
Kawasan strategis nasional dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan
ditetapkan dengan kriteria:
a. diperuntukan bagi kepentingan
pemelihaaan keamanan dan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 24


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
pertahanan Negara berdasarkan
geostrategic nasional;
b. diperuntukan bagi basis militer, daerah
latihan militer, daerah pembuangan
amunisis dan peralatan pergtahanan
lainnya, gudang amunisi, daerah uji
coba system persenjataan, dan/atau
kawasan industri system pertahanan;
atau
c. merupakan wilayah kedaulatan Negara
termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan Negara
tetangga dan/atau laut lepas.
261. (2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman,
dan tata cara penyusunan rencana rinci
Tetap
tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
262. Paragraf 3
Tetap
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi
Pasal 22 Belum jelasnya batasan kata - Adanya ketidakjelasan dalam Perlunya penambahan penjelasan
(1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah mengacu dalam penyusunan menafsirkan kata mengacu, mengenai kata mengacu :
provinsi mengacu pada: RTRW Provinsi yang dapat - Sejauhmana RTRWN, pedoman bidang
a. Rencana Tata Ruang Wilayah menyebabkan penafsiran yang penataan ruang, dan RPJPD diacu dalam Pasal 22
Nasional; berbeda penyusunan RTRW Ayat (1)
b. pedoman bidang penataan ruang; Yang dimaksud dengan mengacu
dan adalah bahwa secara
c. rencana pembangunan jangka substansional rencana tata ruang
panjang daerah. tidak boleh bertentangan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;pedoman bidang
penataan ruang; danrencana
pembangunan jangka panjang
daerah.
.......................

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 25


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
263. (2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah Belum jelasnya batasan kata - Adanya ketidakjelasan dalam Perlunya penambahan penjelasan
provinsi harus memperhatikan: memperhatikan dalam menafsirkan kata memperhatikan, mengenai kata memperhatikan :
penyusunan RTRW Provinsi yang - Sejauhmana variabel-variabel pada pasal
dapat menyebabkan penafsiran 22 ayat (2) huruf a sampai h diperhatikan Pasal 22
yang berbeda dalam penyusunan RTRW. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
memperhatikan adalah bahwa
rencana tata ruang yang disusun
harus mengantisipasi dan/atau
mempertimbangkan aspek-aspek
yang ditentukan.
264. a. perkembangan permasalahan
nasional dan hasil pengkajian Tetap
implikasi penataan ruang provinsi;
265. b. upaya pemerataan pembangunan
Tetap
dan pertumbuhan ekonomi provinsi;
266. c. keselarasan aspirasi pembangunan
provinsi dan pembangunan Tetap
kabupaten/kota;
267. d. daya dukung dan daya tampung
Tetap
lingkungan hidup;
268. e. rencana pembangunan jangka
Tetap
panjang daerah;
269. f. rencana tata ruang wilayah provinsi
Tetap
yang berbatasan;
270. g. rencana tata ruang kawasan Ketentuan ini membingungkan RTR Kawasan Strategis Provinsi adalah - Perubahan redaksional:
strategis provinsi; dan karena rencana tata ruang rencana rinci (turunan) dari RTRW Provinsi, g. Pengembangan kawasan strategis
kawasan strategis provinsi sehingga bagaimana mungkin penyusunan provinsi; dan
menunggu penetapan Perda RTRW Provinsi memperhatikan produk
RTRW Provinsi. turunannya. Namun, secara substantif
memang harus mempertimbangkan
kemungkinan pengembangan di Kawasan
Strategis Provinsi.

271. h. rencana tata ruang wilayah


Tetap
kabupaten/kota.
272. Pasal 23
273. (1) Rencana tata ruang wilayah provinsi
Tetap
memuat:
274. a. tujuan, kebijakan, dan strategi Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 26


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
penataan ruang wilayah provinsi;
275. b. rencana struktur ruang wilayah
provinsi yang meliputi sistem
perkotaan dalam wilayahnya yang
berkaitan dengan kawasan Tetap
perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan
prasarana wilayah provinsi;
276. c. rencana pola ruang wilayah provinsi
yang meliputi kawasan lindung dan
Tetap
kawasan budi daya yang memiliki
nilai strategis provinsi;
277. d. penetapan kawasan strategis
Tetap
provinsi;
278. e. arahan pemanfaatan ruang wilayah
provinsi yang berisi indikasi program
Tetap
utama jangka menengah lima
tahunan; dan
279. f. arahan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi
Tetap
sistem provinsi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi.
280. (2) Rencana tata ruang wilayah provinsi
Tetap
menjadi pedoman untuk:
281. a. penyusunan rencana pembangunan
Tetap
jangka panjang daerah;
282. b. penyusunan rencana pembangunan
Tetap
jangka menengah daerah;
283. c. pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang Tetap
dalam wilayah provinsi;
284. d. mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah Tetap
kabupaten/kota, serta keserasian
antarsektor;
285. e. penetapan lokasi dan fungsi ruang
Tetap
untuk investasi;

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 27


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
286. f. penataan ruang kawasan strategis
Tetap
provinsi; dan
287. g. penataan ruang wilayah
Tetap
kabupaten/kota.
288. (3) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
Tetap
provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun.
289. (4) Rencana tata ruang wilayah provinsi Adanya perbedaan interpretasi Terdapat dua perbedaan pemahaman : Perlu tambahan penjelasan untuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengenai peninjauan kembali - Peninjauan kembali dilakukan memberikan interpretasi yang
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) rencana tata ruang wilayah setelah 5 tahun tepat terhadap ketentuan
tahun. provinsi - Peninjauan kembali dilakukan peninjauan kembali RTRW, baik
sebelum 5 tahun (dalam rentang 1- dari segi waktu (kapan), kriteria,
Ada anggapan bahwa pengertian 5 tahun) dan ketentuan lain yang
Penjelasan ditinjau kembali 1 (satu) kali Perbedaan interpretasi ini dimungkinkan dibutuhkan.
Peninjauan kembali rencana tata ruang merupakan dalam 5 (lima) tahun, ditafsirkan disebabkan oleh penggunaan kata
upaya untuk melihat kesesuaian antara rencana tata bahwa sebelum 5 (lima) tahun dalam. Penjelasan
ruang dan kebutuhan pembangunan yang Peraturan Daerah dapat di revisi. Oleh sebagian besar pemda memahami (4) yang dimaksud dengan 1 (satu)
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis kata dalam adalah bahwa peninjauan kali dalam 5 (lima) tahun adalah
dan dinamika internal, serta pelaksanaan kembali dilakukan dalam rentang 1-5 peninjauan kembali rencana tata
pemanfaatan ruang. tahun atau dengan kata lain tidak harus ruang wilayah provinsi dilakukan
Hasil peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah menunggu 5 tahun sejak RTRW 1 (satu) kali setiap 5 tahun
provinsi berisi rekomendasi tindak lanjut sebagai ditetapkan.
berikut:
a. perlu dilakukan revisi karena adanya Dalam penjelasannya tidak secara tegas
perubahan kebijakan dan strategi nasional menjelaskan kapan peninjauan kembali tsb
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang dilakukan. Selain itu tidak adanya klausul
wilayah provinsi dan/atau terjadi dinamika yang menyebutkan waktu (kapan)
internal provinsi yang mempengaruhi peninjauan kembali tsb dapat dilaksanakan.
pemanfaatan ruang provinsi secara mendasar;
atau
b. tidak perlu dilakukan revisi karena tidak ada
perubahan kebijakan dan strategi nasional dan
tidak terjadi dinamika internal provinsi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang provinsi
secara mendasar.
Dinamika internal provinsi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang provinsi secara mendasar,
antara lain, berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan pemekaran wilayah provinsi dan
kabupaten/kota yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 28


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)

290. (1) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu


yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan dan/atau perubahan
batas teritorial negara dan/atau wilayah Tetap
provinsi yang ditetapkan dengan Undang-
Undang, rencana tata ruang wilayah
provinsi ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
291. (2) Rencana tata ruang wilayah provinsi
ditetapkan dengan peraturan daerah Tetap
provinsi.
292. Pasal 24
293. (1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf b
Tetap
ditetapkan dengan peraturan daerah
provinsi.
294. (2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman,
dan tata cara penyusunan rencana rinci
Tetap
tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
295. Paragraf 4
Tetap
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
296. Pasal 25
297. (1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah
Tetap
kabupaten mengacu pada:
298. a. Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan rencana tata ruang Tetap
wilayah provinsi;
299. b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan
Tetap
bidang penataan ruang; dan
300. c. rencana pembangunan jangka
Tetap
panjang daerah.
301. (2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah
Tetap
kabupaten harus memperhatikan:
302. a. perkembangan permasalahan
provinsi dan hasil pengkajian
Tetap
implikasi penataan ruang
kabupaten;

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 29


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
303. b. upaya pemerataan pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi Tetap
kabupaten;
304. c. keselarasan aspirasi pembangunan
Tetap
kabupaten;
305. d. daya dukung dan daya tampung
Tetap
lingkungan hidup;
306. e. rencana pembangunan jangka
Tetap
panjang daerah;
307. f. rencana tata ruang wilayah
Tetap
kabupaten yang berbatasan; dan
308. g. rencana tata ruang kawasan Ketentuan ini membingungkan RTR Kawasan Strategis kabupaten adalah - Perubahan redaksional:
strategis kabupaten. karena rencana tata ruang rencana rinci (turunan) dari RTRW g. Pengembangan kawasan strategis
kawasan strategis kabupaten kabupaten, sehingga bagaimana mungkin kabupaten; dan
menunggu penetapan Perda penyusunan RTRW kabupaten
RTRW kabupaten. memperhatikan produk turunannya. Namun,
secara substantif memang harus
mempertimbangkan kemungkinan
pengembangan di Kawasan Strategis
kabupaten.

309. Pasal 26
310. (1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten
Tetap
memuat:
311. a. tujuan, kebijakan, dan strategi
Tetap
penataan ruang wilayah kabupaten;
312. b. rencana struktur ruang wilayah
kabupaten yang meliputi sistem
perkotaan di wilayahnya yang terkait
Tetap
dengan kawasan perdesaan dan
sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten;
313. c. rencana pola ruang wilayah
kabupaten yang meliputi kawasan
Tetap
lindung kabupaten dan kawasan
budi daya kabupaten;
314. d. penetapan kawasan strategis
Tetap
kabupaten;
315. e. arahan pemanfaatan ruang wilayah
Tetap
kabupaten yang berisi indikasi

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 30


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
program utama jangka menengah
lima tahunan; dan
316. f. ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten yang berisi ketentuan
Tetap
umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi.
317. (2) Rencana tata ruang wilayah kabupaten
Tetap
menjadi pedoman untuk:
318. a. penyusunan rencana pembangunan
Tetap
jangka panjang daerah;
319. b. penyusunan rencana pembangunan
Tetap
jangka menengah daerah;
320. c. pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di Tetap
wilayah kabupaten;
321. d. mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan Tetap
antarsektor;
322. e. penetapan lokasi dan fungsi ruang
Tetap
untuk investasi; dan
323. f. penataan ruang kawasan strategis
Tetap
kabupaten.
324. (3) Rencana tata ruang wilayah kabupaten
menjadi dasar untuk penerbitan perizinan
Tetap
lokasi pembangunan dan administrasi
pertanahan.
325. (4) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
Tetap
kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.
326. (5) Rencana tata ruang wilayah kabupaten Ada anggapan bahwa pengertian - Perbedaan penafsiran terhadap maksud - Seharusnya redaksional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali 1 (satu) kali ketentuan yang diatur sering terjadi, (bunyi) ayat tersebut, adalah :
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) dalam 5 (lima) tahun, ditafsirkan karena kurang lengkapnya penjelasan di (5) Rencana tata ruang wilayah
tahun. bahwa revisi Peraturan Daerah UU dan tergatung juga kompetensi dari kabupaten sebagaimana
dapat dilakukan kapan saja pada pihak yang menafsirkan. dimaksud pada ayat (1) ditinjau
Penjelasan : periode 1-5 tahun. - Klausul: ... ditinjau kembali 1 kali dalam 5 kembali 1 (satu) kali setiap 5
Ayat (5) Ada ketidakjelasan terkait rentang tahun dapat ditafsirkan boleh ditinjau (lima) tahun
...... waktu untuk peninjauan kembali pada periode 1-5 tahun asal tidak lebih
Peninjauan kembali dan revisi dalam waktu RTRW, apakah kapan saja pada dari 1 kali dalam 5 tahun. Perlu tambahan penjelasan yang
kurang dari 5 (lima) tahun dilakukan kurun waktu 5 tahun (antara tahun dalam petunjuk teknis terkait kapan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 31


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
apabila strategi pemanfaatan ruang dan ke 1-5), atau setelah 5 tahun. waktu yang diijinkan untuk
struktur ruang wilayah kabupaten yang peninjauan kembali.
bersangkutan menuntut adanya suatu
perubahan yang mendasar sebagai akibat
dari penjabaran Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan/atau rencana tata
ruang wilayah provinsi dan dinamika
pembangunan di wilayah kabupaten yang
bersangkutan.
.......
327. (6) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu
yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan dan/atau perubahan
batas teritorial negara, wilayah provinsi,
Tetap
dan/atau wilayah kabupaten yang
ditetapkan dengan Undang-Undang,
rencana tata ruang wilayah kabupaten
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
328. (7) Rencana tata ruang wilayah kabupaten
ditetapkan dengan peraturan daerah Tetap
kabupaten.
329. Pasal 27 Tetap
330. (8) Rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf c
Tetap
ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten.
331. (9) Ketentuan mengenai muatan, pedoman,
dan tata cara penyusunan rencana rinci
Tetap
tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.
332. Paragraf 5
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota
333. Pasal 28
334. Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah Tetap
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis
untuk perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan
ketentuan selain rinciandalam Pasal 26 ayat (1)

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 32


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
ditambahkan:
335. a. rencana penyediaan dan pemanfaatan Pengaturan sebagaimana dalam Fungsi RTH adalah dalam rangka menjaga Klausul pengaturan terkait RTH,
ruang terbuka hijau; klausul ini, seharusnya juga keindahan, suhu udara dan kelestarian sarana jaringan pejalan kaki,
b. rencana penyediaan dan pemanfaatan diberlakukan untuk kawasan suatu lingkungan/ kawasan, dan tidak terkait angkutan umum, kegiatan sektor
ruang terbuka nonhijau; dan perkotaan di wilayah kabupaten dengan administratif, begitupun kebutuhan informal dan ruang evakuasi
c. sarana jaringan pejalan kaki, angkutan dan permasalahan jaringan pejalan kaki, bencana untuk kawasan perkotaan
umum, kegiatan sektor informal, dan ruang angkutan umum, kegiatan sektor informal di wilayah kabupaten perlu
evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk dan ruang evakuasi juga tidak ditentukan ditambahkan dalam Peraturan
menjalankan fungsi wilayah kota sebagai oleh batasan administratif, namun sangat Menteri yang mengatur ketentuan
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat terkkait dengan tingkat perkembangan mengenai muatan, pedoman, dan
pertumbuhan wilayah. pembangunan suatu kawasan. Atas dasar tata cara penyusunan rencana tata
tersebut, maka seharusnya ketentuan- ruang kabupaten/kota, maupun
ketentuan ini berlaku juga untuk wilayah penyusunan renacana rinci tata
kabupaten di kawasan perkotaan. ruang kabupaten/kota.

336. Pasal 29
337. (1) Ruang terbuka hijau sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri
Tetap
dari ruang terbuka hijau publik dan ruang
terbuka hijau privat.
338. (2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah Adanya perbedaan nomenklatur Perlu adanya penambahan mengenai Adanya nomenklatur yang berbeda
kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari UU PR dan konsideran penjelasan lingkup ketentuan RTH pada antara UU PR dan Permen PU No.5
dari luas wilayah kota. menimbang Permen PU No. 5 penjelasan atau perubahan substansi pada Tahun 2008, mengenai lingkup
Tahun 2008 tentang Pedoman pasal 29 ayat (2). ketentuan pelaksanaan RTH.
Penyediaan dan Pemanfaatan Dalam pasal 29 ayat (2) UU PR
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan disebutkan bahwa :
Perkotaan. (2) Proporsi ruang terbuka hijau
pada wilayah kota paling sedikit
30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 33


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
Permen PU No.5 Tahun 2008 pada
konsideran menimbang
menyebutkan:
b. bahwa Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang memberikan landasan
untuk pengaturan ruang terbuka
hijau dalam rangka mewujudkan
ruang kawasan perkotaan yang
aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;
c. bahwa dalam rangka implementasi
Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang
diperlukan adanya Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;

Pasal 1 :
2. Kawasan perkotaan adalah
wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi

Adanya perbedaan nomenklatur


ini menyebabkan kebingungan
dalam pelaksanaan ketentuan
RTH, karena jika menggunakan
nomenklatur perkotaan, maka
ketentuan penyediaan RTH juga
akan berlaku/mengikat di wilayah
kabupaten yang sudah menjadi
wilayah perkotaan. Namun dari
UU PR, ketentuan RTH hanya

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 34


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
berada di wilayah kota.
339. Ketentuan RTH hanya untuk Pengaturan ketentuan porsi RTH Ketentuan RTH, harus diberlakukan
wilayah kota, sedangkan untuk seharusnya berlaku juga untuk kawasan juga untuk kawasan perkotaan di
wilayah perkotaan di kabupaten perkotaan di wilayah kabupaten, karena wilayah kabupaten.
tidak diatur ketentuan yang sama, sudah banyak kawasan perkotaan di wilayah Pengaturan ketentuan RTH tersebut
Beberapa kota mengalami kabupaten yang tidak memiliki RTH perlu diatur dalam Peraturan
kesulitan terutama dikaitkan Pasal memadai, sehingga akan berpotensi Menteri.
29 ayat (3) bahwa proporsi RTH masalah untuk masa mendatang kalau
publik pada wilayah kota kawasan perkotaan semakin berkembang.
Paling sedikit 20 (dua puluh) Ketentuan yang mengatur tentang RTH
persen dari luas wilayah kota. publik adalah dari segi statusnya dimiliki/
Kendala yang dihadapi Pemda dikuasai oleh pemerintah sangat
kota untuk mencapai 20 (dua memberatkan bagi Pemda, terutama di kota-
puluh/ persen dari wilayah kota kota besar, sehingga untuk memenuhinya
sulit mencari atau mendapatkan membutuhkan dana yang sangat besar yang
lahan. sangat sulit untuk dipenuhi APBD,
sedangkan di sisi lain dari sisi fungsinya
masih mungkin memenuhi RTH publik
sebesar 20% melalui kerjasama dengan
pengembang/investor/swasta, namun dari
status tetap milik swasta/privat. Di sisi yang
lain ada ketentuan sanksi bila tidak dicapai
pemenuhan RTH 30 % sebagaimana diatur
di dalam pasal 36 ayat (4)
Penjelasan : Adanya kesalahpahaman DPRD DPRD memaknai proporsi minimal RTH Penyempurnaan Substansi
Ayat (2) dalam memaknai Pasal 29 UU PR sebesar 30 (tiga puluh) persen pada pasal Menambah penjelasan mengenai
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan Cth. Kota Makassar 29 (2) UU PR adalah sebagai luasan proporsi 30 (tiga puluh persen) pada
ukuranminimal untuk menjamin eksisting pada penyusunan RTRW, bukan penjelasan ayat (2) :
keseimbangan ekosistem kota,baik luasan setelah RTRW tsb ditetapkan. Proporsi 30 (tiga puluh) persen
keseimbangan sistem hidrologi dan Adanya kesalahpahaman ini menjadi merupakan ukuran minimal luasan
sistemmikroklimat, maupun sistem ekologis penghambat dalam penetapan Perda RTRW RTH ketika rencana tata ruang
lain, yangselanjutnya akan meningkatkan karena luasan RTH eksisting kota tsb belum wilayah kota berakhir.
ketersediaan udarabersih yang diperlukan mencapai 30% dari luas wilayah kota serta
masyarakat, serta sekaligus tidak adanya ketentuan yang jelas mengenai
dapatmeningkatkan nilai estetika kota. pengertian proporsi 30 (tiga puluh) persen.

Untuk lebih meningkatkan fungsi dan


proporsi ruangterbuka hijau di kota,
pemerintah, masyarakat, dan
swasta didorong untuk menanam

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 35


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
tumbuhan di atasbangunan gedung
miliknya.

340. (3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada


wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) Tetap
persen dari luas wilayah kota.
341. Pasal 30
Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (3)
Tetap
disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki
pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur
dan pola ruang.
342. Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka Tetap
nonhijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf a dan huruf b diatur dengan peraturan Menteri.
343. Bagian Kedua
Pemanfaatan Ruang
344. Paragraf 1
Umum
345. Pasal 32
346. (1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui
pelaksanaan program pemanfaatan ruang
beserta pembiayaannya.
347. (2) Pemanfaatan ruang sebagaimana Klausul ini agak membingungkan, Dapat menimbulkan salah penafsiran karena Kalimat yang seharusnya cukup
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan karena ada kata-kata .. over correct sebagai berikut:
dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang dapat (2) Pemanfaatan ruang
pemanfaatan ruang secara vertical maupun dilaksanakan dengan sebagaimana dimaksud pada
pemanfaatan ruang di dalam bumi. pemanfaatan ruang .... ayat (1) dapat dilaksanakan,
baik dengan pemanfaatan
ruang secara vertical maupun
pemanfaatan ruang di dalam
bumi
348. (3) Program pemanfaatan ruang beserta
pembiayaannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) termasuk jabaran dari indikasi Tetap
program utama yang termuat di dalam
rencana tata ruang wilayah.
349. (4) Pemanfaatan ruang diselenggarakan Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 36


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
secara bertahap sesuai dengan jangka
waktu indikasi program utama pemanfaatan
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang.
350. (5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disinkronisasikan dengan pelaksanaan Tetap
pemanfaatan ruang wilayah administratif
sekitarnya.
351. (6) Pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan memperhatikan standar pelayanan Tetap
minimal dalam penyediaan sarana dan
prasarana.
352. Pasal 33
353. (1) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang dilaksanakan dengan
Tetap
mengembangkan penatagunaan tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara,
dan penatagunaan sumber daya alam lain.
354. (2) Dalam rangka pengembangan
penatagunaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan kegiatan
penyusunan dan penetapan neraca
Tetap
penatagunaan tanah, neraca
penatagunaan sumber daya air, neraca
penatagunaan udara, dan neraca
penatagunaan sumber daya alam lain.
355. (3) Penatagunaan tanah pada ruang yang
direncanakan untuk pembangunan
prasarana dan sarana bagi kepentingan
umum memberikan hak prioritas pertama Tetap
bagi Pemerintah dan pemerintah daerah
untuk menerima pengalihan hak atas tanah
dari pemegang hak atas tanah.
356. (4) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang
yang berfungsi lindung, diberikan prioritas
Tetap
pertama bagi Pemerintah dan pemerintah
daerah untuk menerima pengalihan hak

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 37


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
atas tanah dari pemegang hak atas tanah
jika yang bersangkutan akan melepaskan
haknya.
357. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan
Tetap
sumber daya alam lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan pemerintah.
358. Paragraf 2
Tetap
Pemanfaatan Ruang Wilayah
359. Pasal 34 Tetap
360. (1) Dalam pemanfaatan ruang wilayah
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota Tetap
dilakukan:
361. a. perumusan kebijakan strategis
operasionalisasi rencana tata ruang
Tetap
wilayah dan rencana tata ruang
kawasan strategis;
362. b. perumusan program sektoral dalam
rangka perwujudan struktur ruang
Tetap
dan pola ruang wilayah dan
kawasan strategis; dan
363. c. pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan program pemanfaatan ruang Tetap
wilayah dan kawasan strategis.
364. (2) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan
strategis operasionalisasi rencana tata
ruang wilayah dan rencana tata ruang
kawasan strategis sebagaimana dimaksud
Tetap
pada ayat (1) huruf a ditetapkan kawasan
budi daya yang dikendalikan dan kawasan
budi daya yang didorong
pengembangannya.
365. (3) Pelaksanaan pembangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c
Tetap
dilaksanakan melalui pengembangan
kawasan secara terpadu.
366. (4) Pemanfaatan ruang sebagaimana
Tetap
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 38


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
sesuai dengan:
367. a. standar pelayanan minimal bidang
Tetap
penataan ruang;
368. b. standar kualitas lingkungan; dan Tetap
369. c. daya dukung dan daya tampung
Tetap
lingkungan hidup.
370. Bagian Ketiga
Tetap
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
371. Pasal 35
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
Tetap
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
372. Pasal 36
373. (1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 disusun sebagai pedoman Tetap
pengendalian pemanfaatan ruang.
374. (2) Peraturan zonasi disusun berdasarkan
rencana rinci tata ruang untuk setiap zona Tetap
pemanfaatan ruang.
375. (3) Peraturan zonasi ditetapkan dengan: Tetap
376. a. peraturan pemerintah untuk arahan
Tetap
peraturan zonasi sistem nasional;
377. b. peraturan daerah provinsi untuk
arahan peraturan zonasi sistem Tetap
provinsi; dan
378. c. peraturan daerah kabupaten/kota
Tetap
untuk peraturan zonasi.
379. Pasal 37
380. (1) Ketentuan perizinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 diatur oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah
Tetap
menurut kewenangan masing-masing
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
381. (2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah
Tetap
daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 39


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
382. (3) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan Kata-kata yang benar Kata yang benar bersifat relatif (tergantung (3) Izin pemanfaatan ruang yang
dan/atau diperoleh dengan tidak melalui menimbulkan interpretasi yang pada penilaian subjektif), sehingga dikeluarkan dan/atau diperoleh
prosedur yang benar, batal demi hukum. berbeda-beda. berdampak pada ketidakpastian hukum. dengan tidak melalui prosedur
sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan, batal
demi hukum.
383. (4) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh
melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan
Tetap
rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.
384. (5) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat
pembatalan izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dapat dimintakan Tetap
penggantian yang layak kepada instansi
pemberi izin.
385. (6) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
lagi akibat adanya perubahan rencana tata
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Tetap
Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.
386. (7) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang
menerbitkan izin pemanfaatan ruang
Tetap
dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.
387. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur
perolehan izin dan tata cara penggantian
yang layak sebagaimana dimaksud pada Tetap
ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan
peraturan pemerintah.
388. Pasal 38
389. (1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
agar pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah dapat diberikan Tetap
insentif dan/atau disinsentif oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah.
390. (2) Insentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35, yang merupakan perangkat atau Tetap
upaya untuk memberikan imbalan terhadap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 40


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang, berupa:
391. a. keringanan pajak, pemberian
kompensasi, subsidi silang, imbalan, Tetap
sewa ruang, dan urun saham;
392. b. pembangunan serta pengadaan
Tetap
infrastruktur;
393. c. kemudahan prosedur perizinan;
Tetap
dan/atau
394. d. pemberian penghargaan kepada
masyarakat, swasta dan/atau Tetap
pemerintah daerah.
395. (3) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35, yang merupakan perangkat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau Tetap
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang, berupa:
396. a. pengenaan pajak yang tinggi yang
disesuaikan dengan besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk mengatasi Tetap
dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang; dan/atau
397. b. pembatasan penyediaan
infrastruktur, pengenaan Tetap
kompensasi, dan penalti.
398. (4) Insentif dan disinsentif diberikan dengan
Tetap
tetap menghormati hak masyarakat.
399. (5) Insentif dan disinsentif dapat diberikan
Tetap
oleh:
400. a. Pemerintah kepada pemerintah
Tetap
daerah;
401. b. pemerintah daerah kepada
Tetap
pemerintah daerah lainnya; dan
402. c. pemerintah kepada masyarakat. Tetap
403. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk
dan tata cara pemberian insentif dan
Tetap
disinsentif diatur dengan peraturan
pemerintah.
404. Pasal 39
Tetap
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 41


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
Pasal 35 merupakan tindakan penertiban yang
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan
zonasi.
405. Pasal 40 Tetap
406. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian
pemanfaatan ruang diatur dengan peraturan Tetap
pemerintah.
407. Bagian Keempat
Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
408. Paragraf 1
Umum
409. Pasal 41
410. (1) Penataan ruang kawasan perkotaan
Tetap
diselenggarakan pada:
411. a. kawasan perkotaan yang
merupakan bagian wilayah Tetap
kabupaten; atau
412. b. kawasan yang secara fungsional
berciri perkotaan yang mencakup 2
(dua) atau lebih wilayah Tetap
kabupaten/kota pada satu atau lebih
wilayah provinsi.
413. (2) Kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
menurut besarannya dapat berbentuk
kawasan perkotaan kecil, kawasan Tetap
perkotaan sedang, kawasan perkotaan
besar, kawasan metropolitan, atau
kawasan megapolitan.
414. (3) Kriteria mengenai kawasan perkotaan
menurut besarannya sebagaimana
Tetap
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
peraturan pemerintah.
415. Paragraf 2
Tetap
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan
416. Pasal 42
417. (1) Rencana tata ruang kawasan perkotaan
yang merupakan bagian wilayah kabupaten Tetap
adalah rencana rinci tata ruang wilayah

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 42


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
kabupaten.
418. (2) Dalam perencanaan tata ruang kawasan
perkotaan sebagaimana dimaksud pada
Tetap
ayat (1) berlaku ketentuan Pasal 29, dan
Pasal 30.
419. Pasal 43
420. (1) Rencana tata ruang kawasan perkotaan
yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten/kota pada satu atau lebih
Tetap
wilayah provinsi merupakan alat koordinasi
dalam pelaksanaan pembangunan yang
bersifat lintas wilayah.
421. (2) Rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berisi arahan
Tetap
struktur ruang dan pola ruang yang bersifat
lintas wilayah administratif.
422. Pasal 44 Tetap
423. (1) Rencana tata ruang kawasan metropolitan
merupakan alat koordinasi pelaksanaan Tetap
pembangunan lintas wilayah.
424. (2) Rencana tata ruang kawasan metropolitan
Tetap
dan/atau kawasan megapolitan berisi:
425. a. tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan ruang kawasan Tetap
metropolitan dan/atau megapolitan;
426. b. rencana struktur ruang kawasan
metropolitan yang meliputi sistem
pusat kegiatan dan sistem jaringan Tetap
prasarana kawasan metropolitan
dan/atau megapolitan;
427. c. rencana pola ruang kawasan
metropolitan dan/atau megapolitan
Tetap
yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya;
428. d. arahan pemanfaatan ruang kawasan
metropolitan dan/atau megapolitan
yang berisi indikasi program utama Tetap
yang bersifat interdependen
antarwilayah administratif; dan
429. e. ketentuan pengendalian Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 43


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
pemanfaatan ruang kawasan
metropolitan dan/atau megapolitan
yang berisi arahan peraturan zonasi
kawasan metropolitan dan/atau
megapolitan, arahan ketentuan
perizinan, arahan ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.
430. Paragraf 3
Tetap
Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
431. Pasal 45 Tetap
432. (1) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan
yang merupakan bagian wilayah kabupaten
Tetap
merupakan bagian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
433. (2) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan
yang merupakan bagian dari 2 (dua) atau
lebih wilayah kabupaten/kota pada satu
atau lebih wilayah provinsi dilaksanakan
Tetap
melalui penyusunan program
pembangunan beserta pembiayaannya
secara terkoordinasi antarwilayah
kabupaten/kota terkait.
434. Paragraf 4
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Tetap
Perkotaan
435. Pasal 46
436. (1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Pemberian ijin bangunan dan sebagainya (1) Pengendalian pemanfaatan
perkotaan yang merupakan bagian wilayah dilakukan oleh Pemerintah Daerah, adalah ruang kawasan perkotaan
kabupaten merupakan bagian tidak logis bila pengendalian pemanfaatan yang merupakan bagian
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah ruang dilakukan oleh suatu badan yang tidak wilayah kabupaten merupakan
kabupaten. Sebaiknya pengendalian jelas kewenangan dan bentuk bagian pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan organisasinya. Setiap pemberi ijin maka pemanfaatan ruang wilayah
perkotaan dilakukan oleh Dinas pengendaliannya harus dari aparat kabupaten yang
Tata Ruang Kabupaten Pemerintah Daerah pelaksanaannya dilakukan
oleh Dinas Tata Ruang, Badan
Koordinasi Tata Ruang Daerah
(BKTRD) dan/atau Bappeda
Kabupaten
437. (2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Pengendalian adalah bagian dari Adalah hal yang sangat tidak relevan apabila (2) Pengendalian pemanfaatan
perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau pengawasan, pada Pasal 55 pengawasan dilakukan oleh Pemerintah ruang kawasan perkotaan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 44


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
lebih wilayah kabupaten/kota pada satu Undang-Undang ini pengawasan Daerah sedangkan untuk pengendalian yang mencakup 2 (dua) atau
atau lebih wilayah provinsi dilaksanakan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dilakukan oleh suatu lembaga yang tidak lebih wilayah kabupaten/kota
oleh setiap kabupaten/kota. jelas statusnya. pada satu atau lebih wilayah
provinsi dilaksanakan oleh
masing-masing Dinas Tata
Ruang, BKTRD Bappeda
Kabupaten/ Kota dan/atau
dapat berkordinasi antar
Kabupaten/Kota
438. (3) Untuk kawasan perkotaan yang mencakup Untuk Kasiba dan Lisiba jelas ditentukan (3) Untuk kawasan perkotaan
Tidak jelas lembaga apa yang
2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pengelolanya yaitu pihak swasta. Terhadap yang mencakup 2 (dua) atau
dimaksud pada ayat (3) ini
yang mempunyai lembaga pengelolaan ayat (3) ini menimbulkan ambigu dan lebih wilayah kabupaten/kota
mengingat kawasan perkotaannya
tersendiri, pengendaliannya dapat perbedaan pandangan apakah yang pengendalian pemanfaatan
pun mencakup 2 (dua) atau lebih
dilaksanakan oleh lembaga dimaksud. dimaksud disini lembaga semacam Kasiba, ruangnya dilakukan bersama
apakah lembaga ini lembaga
Lisiba atau lembaga apa. olehDinas Tata Ruang, Badan
pemerintah daerah atau suwasta
Koordinasi Tata Ruang Daerah
tidak ada kejelasan, sebaiknya
(BKTRD) dan/atau Bappeda
dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten
439. Paragraf 5
Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
440. Pasal 47
441. (1) Penataan ruang kawasan perkotaan yang
mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
Tetap
kabupaten/kota dilaksanakan melalui kerja
sama antardaerah.
442. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan
ruang kawasan perkotaan diatur dengan Tetap
peraturan pemerintah.
443. Bagian Kelima
Tetap
Penataan Ruang Kawasan Perdesaan
444. Paragraf 1
Umum
445. Pasal 48
446. (1) Penataan ruang kawasan perdesaan
Tetap
diarahkan untuk:
447. a. pemberdayaan masyarakat
Tetap
perdesaan;
448. b. pertahanan kualitas lingkungan
setempat dan wilayah yang Tetap
didukungnya;

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 45


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
449. c. konservasi sumber daya alam; Tetap
450. d. pelestarian warisan budaya lokal; Tetap
451. e. pertahanan kawasan lahan abadi
pertanian pangan untuk ketahanan Tetap
pangan; dan
452. f. penjagaan keseimbangan
pembangunan perdesaan- Tetap
perkotaan.
453. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelindungan terhadap kawasan lahan abadi
pertanian pangan sebagaimana dimaksud Tetap
pada ayat (1) huruf e diatur dengan
Undang-Undang.
454. (3) Penataan ruang kawasan perdesaan
Tetap
diselenggarakan pada:
455. a. kawasan perdesaan yang
merupakan bagian wilayah Tetap
kabupaten; atau
456. b. kawasan yang secara fungsional
berciri perdesaan yang mencakup 2
(dua) atau lebih wilayah kabupaten Tetap
pada satu atau lebih wilayah
provinsi.
457. (4) Kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk Tetap
kawasan agropolitan.
458. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan
ruang kawasan agropolitan diatur dengan Tetap
peraturan pemerintah.
459. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan
ruang kawasan perdesaan diatur dengan Tetap
peraturan pemerintah.
460. Paragraf`2
Tetap
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perdesaan
461. Pasal 49
462. Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang
merupakan bagian wilayah kabupaten adalah bagian Tetap
rencana tata ruang wilayah kabupaten.
463. Pasal 50 Tetap
464. (1) Penataan ruang kawasan perdesaan dalam Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 46


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
1 (satu) wilayah kabupaten dapat dilakukan
pada tingkat wilayah kecamatan atau
beberapa wilayah desa atau nama lain
yang disamakan dengan desa yang
merupakan bentuk detail dari penataan
ruang wilayah kabupaten.
465. (2) Rencana tata ruang kawasan perdesaan
yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten merupakan alat koordinasi Tetap
dalam pelaksanaan pembangunan yang
bersifat lintas wilayah.
466. (3) Rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berisi struktur
Tetap
ruang dan pola ruang yang bersifat lintas
wilayah administratif.
467. Pasal 51
468. (1) Rencana tata ruang kawasan agropolitan
merupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) Tetap
atau beberapa wilayah kabupaten.
469. (2) Rencana tata ruang kawasan agropolitan
Tetap
memuat:
470. a. tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan ruang kawasan Tetap
agropolitan;
471. b. rencana struktur ruang kawasan
agropolitan yang meliputi sistem
Tetap
pusat kegiatan dan sistem jaringan
prasarana kawasan agropolitan;
472. c. rencana pola ruang kawasan
agropolitan yang meliputi kawasan Tetap
lindung dan kawasan budi daya;
473. d. arahan pemanfaatan ruang kawasan
agropolitan yang berisi indikasi
Tetap
program utama yang bersifat
interdependen antardesa; dan
474. e. ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan
agropolitan yang berisi arahan Tetap
peraturan zonasi kawasan
agropolitan, arahan ketentuan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 47


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
perizinan, arahan ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.
475. Paragraf 3
Tetap
Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan
476. Pasal 52 Tetap
477. (1) Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan
yang merupakan bagian wilayah kabupaten
Tetap
merupakan bagian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
478. (2) Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan
yang merupakan bagian dari 2 (dua) atau
lebih wilayah kabupaten dilaksanakan
melalui penyusunan program Tetap
pembangunan beserta pembiayaannya
secara terkoordinasi antarwilayah
kabupaten terkait.
479. Paragraf 4
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Tetap
Perdesaan
480. Pasal 53
481. (1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
perdesaan yang merupakan bagian wilayah
kabupaten merupakan bagian Tetap
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
482. (2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau
Tetap
lebih wilayah kabupaten dilaksanakan oleh
setiap kabupaten.
483. (3) Untuk kawasan perdesaan yang mencakup
2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten yang
mempunyai lembaga kerja sama
Tetap
antarwilayah kabupaten, pengendaliannya
dapat dilaksanakan oleh lembaga
dimaksud.
484. Paragraf 5
Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan
Perdesaan
485. Pasal 54
486. Tetap

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 48


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
(1) Penataan ruang kawasan perdesaan yang
mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten dilaksanakan melalui kerja sama
antardaerah.
487. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan
ruang kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk kawasan
agropolitan yang berada dalam 1 (satu)
kabupaten diatur dengan peraturan daerah
kabupaten, untuk kawasan agropolitan
Tetap
yang berada pada 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten diatur dengan peraturan
daerah provinsi, dan untuk kawasan
agropolitan yang berada pada 2 (dua) atau
lebih wilayah provinsi diatur dengan
peraturan pemerintah.
488. (3) Penataan ruang kawasan perdesaan
diselenggarakan secara terintegrasi
dengan kawasan perkotaan sebagai satu Tetap
kesatuan pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota.
489. (4) Penataan ruang kawasan agropolitan
diselenggarakan dalam keterpaduan sistem Tetap
perkotaan wilayah dan nasional.
490. (5) Keterpaduan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) mencakup keterpaduan sistem
permukiman, prasarana, sistem ruang Tetap
terbuka, baik ruang terbuka hijau maupun
ruang terbuka nonhijau.
491. BAB VII
Tetap
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
492. Pasal 55
493. (1) Untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Tetap
dilakukan pengawasan terhadap kinerja
pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang.
494. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
Tetap
ayat (1) terdiri atas tindakan pemantauan,

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 49


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
evaluasi, dan pelaporan.
495. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah dan
Tetap
pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
496. (4) Pengawasan Pemerintah dan pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
Tetap
(3) dilakukan dengan melibatkan peran
masyarakat.
497. (5) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat dilakukan dengan
menyampaikan laporan dan/atau Tetap
pengaduan kepada Pemerintah dan
pemerintah daerah.
498. Pasal 56 Tetap
499. (1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2)
dilakukan dengan mengamati dan
Tetap
memeriksa kesesuaian antara
penyelenggaraan penataan ruang dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
500. (2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terbukti terjadi penyimpangan administratif
dalam penyelenggaraan penataan ruang, Tetap
Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota
mengambil langkah penyelesaian sesuai
dengan kewenangannya.
501. (3) Dalam hal Bupati/Walikota tidak
melaksanakan langkah penyelesaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Tetap
Gubernur mengambil langkah penyelesaian
yang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota.

502. (4) Dalam hal Gubernur tidak melaksanakan


langkah penyelesaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
Tetap
Menteri mengambil langkah penyelesaian
yang tidak dilaksanakan Gubernur.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 50


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
503. Pasal 57 Tetap
504. Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan
penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 ayat (2), pihak yang melakukan Tetap
penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
505. Pasal 58
506. (1) Untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
dilakukan pula pengawasan terhadap
Tetap
kinerja fungsi dan manfaat
penyelenggaraan penataan ruang dan
kinerja pemenuhan standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang.
507. (2) Dalam rangka peningkatan kinerja fungsi Perlu penjelasan lebih lanjut - Belum adanya pengertian ini Penambahan ayat penjelas
dan manfaat penyelenggaraan penataan mengenai pengertian standar menyebabkan kendala peningkatan
ruang wilayah nasional disusun standar pelayanan penyelenggaraan kinerja fungsi dan manfaat Penjelasan
pelayanan penyelenggaraan penataan penataan ruang untuk tingkat penyelenggaraan penataan ruang. (2) yang dimaksud dengan standar
ruang untuk tingkat nasional. nasional - Bagaimana dengan fungsi dan manfaat pelayanan penyelenggaraan
penyelenggaraan penataan ruang di penataan ruang untuk tingkat
tingkat provinsi dan kab/kota? nasional adalah ....

508. (3) Standar pelayanan minimal bidang


penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi aspek pelayanan
Tetap
dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
509. (4) Standar pelayanan minimal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang
Tetap
provinsi dan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang kabupaten/kota.

510. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar


pelayanan minimal bidang penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan Tetap
ayat (4) diatur dengan peraturan Menteri.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 51


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
511. Pasal 59 Tetap
512. (1) Pengawasan terhadap penataan ruang
pada setiap tingkat wilayah dilakukan
Tetap
dengan menggunakan pedoman bidang
penataan ruang.
513. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditujukan pada pengaturan,
Tetap
pembinaan, dan pelaksanaan penataan
ruang.
514. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengawasan terhadap pengaturan,
Tetap
pembinaan, dan pelaksanaan penataan
ruang diatur dengan peraturan Menteri.
515. BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN
MASYARAKAT
516. Pasal 60
517. Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk: Tetap
518. a. mengetahui rencana tata ruang; Tetap
519. b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
Tetap
akibat penataan ruang;
520. c. memperoleh penggantian yang layak atas
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
Tetap
kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang;
521. d. mengajukan keberatan kepada pejabat
berwenang terhadap pembangunan yang
Tetap
tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
522. e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan
penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada Tetap
pejabat berwenang; dan

523. f. mengajukan gugatan ganti kerugian


kepada pemerintah dan/atau pemegang
izin apabila kegiatan pembangunan yang
Tetap
tidak sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 52


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
524. Pasal 61 Tetap
525. Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib: Tetap
526. a. menaati rencana tata ruang yang telah
Tetap
ditetapkan;
527. b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang Tetap
berwenang;
528. c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
Tetap
persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
529. d. memberikan akses terhadap kawasan yang
oleh ketentuan peraturan perundang- Tetap
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
530. Pasal 62 Tetap
531. Setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, dikenai Tetap
sanksi administratif.
532. Pasal 63
533. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Tetap
Pasal 62 dapat berupa:
534. a. peringatan tertulis; Tetap
535. b. penghentian sementara kegiatan; Tetap
536. c. penghentian sementara pelayanan umum; Tetap
537. d. penutupan lokasi; Tetap
538. e. pencabutan izin; Tetap
539. f. pembatalan izin; Tetap
540. g. pembongkaran bangunan; Tetap
541. h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau Tetap
542. i. denda administratif. Tetap
543. Pasal 64 Tetap
544. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata
cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
Tetap
dimaksud dalam Pasal 63 diatur dengan peraturan
pemerintah.
545. Pasal 65
546. (1) Penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan oleh pemerintah dengan Tetap
melibatkan peran masyarakat.
547. (2) Peran masyarakat dalam penataan ruang
Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 53


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
dilakukan, antara lain, melalui:
548. a. partisipasi dalam penyusunan
Tetap
rencana tata ruang;
549. b. partisipasi dalam pemanfaatan
Tetap
ruang; dan
550. c. partisipasi dalam pengendalian
Tetap
pemanfaatan ruang.
551. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
dan bentuk peran masyarakat dalam
penataan ruang sebagaimana dimaksud Tetap
pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.
552. Pasal 66
553. (1) Masyarakat yang dirugikan akibat - Belum adanya tata cara atau Tanpa kejelasan prosedur atau hukum acara Perlu amandemen terhadap pasal
penyelenggaraan penataan ruang dapat hukum acara yang digunakan untuk menggugat pihak pihak yang tersebut.
mengajukan gugatan melalui pengadilan. untuk mengajukan ke melanggar tata ruang baik pihak yang di beri
pengadilan hukum acara apa. ijin mapun pihak yang member ijin akan
- Tidak adanya kejelasan bentuk terbebas dari tuntutan.
pengadilan pidana, perdata,
atau tata negara.
554. (2) Dalam hal masyarakat mengajukan
gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tergugat dapat membuktikan bahwa Tetap
tidak terjadi penyimpangan dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
555. BAB IX
Tetap
PENYELESAIAN SENGKETA
556. Pasal 67 Tetap
557. (1) Penyelesaian sengketa penataan ruang
pada tahap pertama diupayakan
Tetap
berdasarkan prinsip musyawarah untuk
mufakat.
558. (2) Dalam hal penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diperoleh kesepakatan, para pihak dapat
menempuh upaya penyelesaian sengketa
Tetap
melalui pengadilan atau di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 54


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
559. BAB X
Tetap
PENYIDIKAN
560. Pasal 68
561. (1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia, pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
di bidang penataan ruang diberi wewenang
Tetap
khusus sebagai penyidik untuk membantu
pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
562. (2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
Tetap
dimaksud pada ayat (1) berwenang:
563. a. melakukan pemeriksaan atas
kebenaran laporan atau keterangan
yang berkenaan dengan tindak Tetap
pidana dalam bidang penataan
ruang;
564. b. melakukan pemeriksaan terhadap
orang yang diduga melakukan
Tetap
tindak pidana dalam bidang
penataan ruang;
565. c. meminta keterangan dan bahan
bukti dari orang sehubungan dengan
Tetap
peristiwa tindak pidana dalam
bidang penataan ruang;
566. d. melakukan pemeriksaan atas
dokumen-dokumen yang berkenaan
Tetap
dengan tindak pidana dalam bidang
penataan ruang;
567. e. melakukan pemeriksaan di tempat
tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan dan
Tetap
penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara
tindak pidana dalam bidang

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 55


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
penataan ruang; dan
568. f. meminta bantuan tenaga ahli dalam
rangka pelaksanaan tugas
Tetap
penyidikan tindak pidana dalam
bidang penataan ruang.
569. (3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan kepada pejabat Tetap
penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia.
570. (4) Apabila pelaksanaan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memerlukan tindakan penangkapan dan
penahanan, penyidik pegawai negeri sipil
Tetap
melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
571. (5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan
hasil penyidikan kepada penuntut umum Tetap
melalui pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia.
572. (6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai
negeri sipil dan tata cara serta proses
Tetap
penyidikan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
573. BAB XI
KETENTUAN PIDANA
574. Pasal 69
575. (1) Setiap orang yang tidak menaati rencana Kata-kata mengakibatkan Adanya multitafsir pada ketentuan ini Perlu adanya penambahan
tata ruang yang telah ditetapkan perubahan fungsi ruang disebabkan ketidakjelasan pengertian penjelasan ayat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 menimbulkan ketidakjelasan dan perubahan fungsi ruang yang akan dikenai
huruf a yang mengakibatkan perubahan multitafsir sanksi pidana. Penjelasan
fungsi ruang, dipidana dengan pidana (1) Yang dimaksud dengan
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan mengakibatkan perubahan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 fungsi ruang adalah
(lima ratus juta rupiah). perubahan ruang yang tidak
sesuai dengan fungsi ruang
yang telah ditetapkan dalam

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 56


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
rencana tata ruang.
576. (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana Tetap
penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan
denda paling banyak Rp1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
577. (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan kematian
orang, pelaku dipidana dengan pidana
Tetap
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
578. Pasal 70
579. (1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang
tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
Tetap
huruf b, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
580. (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, pelaku dipidana dengan
Tetap
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
581. (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana Tetap
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
582. (4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan kematian
Tetap
orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 57


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
583. Pasal 71 Tetap
584. Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf
Tetap
c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
585. Pasal 72
586. Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap
kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan Tetap
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
587. Pasal 73 Tetap
588. (1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang
yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan
rencana tata ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan Tetap
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
589. (2) Selain sanksi pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat
dikenai pidana tambahan berupa Tetap
pemberhentian secara tidak dengan hormat
dari jabatannya.
590. Pasal 74 Tetap
591. (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal
71, dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu
korporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, pidana yang dapat Tetap
dijatuhkan terhadap korporasi berupa
pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali dari pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 58


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
71, dan Pasal 72.
592. (2) Selain pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat Tetap
dijatuhi pidana tambahan berupa:
593. a. pencabutan izin usaha; dan/atau Tetap
594. b. pencabutan status badan hukum. Tetap
595. Pasal 75
596. (1) Setiap orang yang menderita kerugian
akibat tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal
Tetap
71, dan Pasal 72, dapat menuntut ganti
kerugian secara perdata kepada pelaku
tindak pidana.
597. (2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Tetap
dilaksanakan sesuai dengan hukum acara
pidana.
598. BAB XII
Tetap
KETENTUAN PERALIHAN
599. Pasal 76
600. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
penataan ruang yang telah ada tetap berlaku Tetap
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti
berdasarkan Undang-Undang ini.
601. Pasal 77 Tetap
602. (1) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan,
semua pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang harus
Tetap
disesuaikan dengan rencana tata ruang
melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan
ruang.
603. (2) Pemanfataan ruang yang sah menurut Kalimat penyesuaian pasal 77,
rencana tata ruang sebelumnya diberi yang tidak sesuai dengan
masa transisi selama 3 (tiga) tahun untuk peraturan tata ruang yang baru
penyesuaian. harus disesuaikan dalam waktu 3
tahun. Sehingga bentrok kenapa
rtrw dibentuk 20 tahun tapi harus
disesuaikan selama 3 tahun?
Cth. Bogor

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 59


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
604. (3) Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya
diterbitkan sebelum penetapan rencana
tata ruang dan dapat dibuktikan bahwa izin
Tetap
tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur
yang benar, kepada pemegang izin
diberikan penggantian yang layak.
605. BAB XIII
Tetap
KETENTUAN PENUTUP

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 60


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
606. Pasal 78 Pasal 78 ayat (4) huruf b, huruf c
(1) Peraturan pemerintah yang diamanatkan Ayat (4) huruf b mengamanatkan
Undang-Undang ini diselesaikan paling semua peraturan daerah provinsi
lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak disusun atau disesuaikan paling
Undang-Undang ini diberlakukan. lambat dalam waktu 2 (dua) tahun
(2) Peraturan presiden yang diamanatkan terhitung sejak Undang Undang ini
Undang-Undang ini diselesaikan paling diberlakukan; dan
lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak Ayat (4) huruf c mengamanatkan
Undang-Undang ini diberlakukan. semua peraturan daerah provinsi
(3) Peraturan Menteri yang diamanatkan disusun atau disesuaikan paling
Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun
lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak terhitung sejak Undang Undang ini
Undang-Undang ini diberlakukan. diberlakukan.
Perbedaan tahun yang signifikan
menimbulkan masalah bagi
daerah yang sudah
meneyelesaikan perda RTRW nya
sebelum Peraturan Presiden dan
Peraturan Menteri terbit sehingga
penyesuaiannya membutuhkan
biaya dan untuk mendapat
persetujuan dari DPRD
memerlukan energi yang berat.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 61


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
607. (4) Dengan berlakunya Undang-Undang ini: Tetap
608. a. Peraturan Pemerintah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional disesuaikan paling lambat
Tetap
dalam waktu 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan terhitung sejak
Undang-Undang ini diberlakukan;
609. b. semua peraturan daerah provinsi
tentang rencana tata ruang wilayah
provinsi disusun atau disesuaikan
Tetap
paling lambat dalam waktu 2 (dua)
tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diberlakukan; dan
610. c. semua peraturan daerah Tidak adanya kalusul pasal yang - Tidak adanya kepastian hukum tentang - Penambahan ayat baru yang
kabupaten/kota tentang rencana tata mengatur sanksi dan/atau bentuk sanksi yang tegas dan/atau bentuk mengatur sanksi dan/atau
ruang wilayah kabupaten/kota ketentuan lainnya, jika jangka ketentuan lainnya (contoh : melalui bentuk ketentuan lainnya :
disusun atau disesuaikan paling waktu penetapan peraturan mekanisme insentif dan disinsentif) yang (5) Mengenakan sanksi dan/atau
lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak daerah yang diamanatkan dalam dapat mendorong penyusunan dan bentuk ketentuan lainnya
Undang-Undang ini diberlakukan. pasal 78 ayat (4) huruf b dan c penetapan peraturan daerah sesuai kepada Pemerintah Daerah
tidak dipenuhi. amanat Pasal 78 ayat (4) huruf b dan c. yang tidak memenuhi
- amanat pasal 78 ayat (4)
huruf b dan c.

- Penyesuaian urutan ayat


611. Pasal 79
612. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Tetap
Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3501) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
613. Pasal 80 Tetap
614. Undang-Undang ini mulai berlaku pada
tanggaldiundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
Tetap
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
615. Disahkan di Jakarta
Tetap
pada tanggal 26 April 2007

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 62


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
No. MUATAN UU MASALAH ANALISIS REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
616. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. Tetap

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


617. Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 April 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
Tetap
ttd.

HAMID AWALUDIN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) 63


UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Anda mungkin juga menyukai