Anda di halaman 1dari 12

ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK KARO

Disampaikan pada Seminar Perkawinan Adat Batak


Diselenggarakan oleh Parsadaan Bona Pasogit (PARBOPAS)
Daerah Istimewa Yogyakarta
Tanggal 22 Juni 2002

Disusun oleh

Drs. Swiss Hizkia Sembiring K.


Bedul Tarigan Sibero, SH
Drs. Surya Darma Ginting Manik, M. Si.
Drs. Madison Ginting Munte, M. Si.
Gani Tarigan Sibero, SH

PERPULUNGEN ARIH ERSADA (AE)


YOGYAKARTA
Mei 2002

1
ADAT PERKAWINAN
MASYARAKAT BATAK KARO

A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan setiap masyarakat (suku Pada masyarakat Karo sebenarnya masih ada
bangsa) dimanapun ia berada selalu mempunyai identitas lain yang disandang selain dari pada
suatu tatanan kehidupan dalam masyarakat yang marga dan beru, dan itulah yang disebut bere-
dianut dan dipatuhi oleh kelompok masyarakat bere. Bere-bere ini berasal dari beru (marga) dari
tersebut. Tatanan ini biasa juga disebut dengan ibu. Dengan demikian identitas selengkapnya
adat kebiasaan (Hukum Adat) dan bagi anggota pada umumnya bagi setiap masyarakat Karo
masyarakat yang tidak mematuhinya akan adalah:
dikenakan sangsi (hukuman) menurut adat yang
berlaku. Hukum kebiasaan ini mengatur segala Nama: .., Marga, dan Bere-bere
kehidupan dalam masyarakat salah satu diantara-
Marga atau beru bagi seseorang sangat penting
nya adalah masalah perkawinan. Perkawinan
artinya sebab itulah nantinya yang merupakan
adalah merupakan suatu kodrat yang harus
dasar penentu bagaimana status kekerabatan
dilaksanakan bagi anggota masyarakat yang
(tutur) atau silsilah antar setiap orang, keluarga,
normal, kecuali bagi orang-orang tertentu karena
golongan. Didalam penataan guna keteraturan dan
ada alasan tertentu untuk tidak melaksanakan
keselarasan kekerabatan ini sudah diwariskan oleh
perkawinan. Adat pada masyarakat Karo, artinya
nenek moyang masyarakat Karo, dan tetap
perbuatan sesorang yang baik terhadap orang berlangsung dan berlaku sampai sekarang yaitu:
lain. Perbuatan yang baik ini dilakukan secara
terus menerus terhadap sesamanya secara
bergantian melakukan sesuatu hal yang baik. MERGA SILIMA, TUTUR SIWALUH,
Perilaku yang demikian ini akhirnya menjadi RAKUT/IKETNA SI TELU
suatu kebiasaan yang sering dilakukan antara
sesama anggota masyarakat Karo. Akhirnya Yang pada intinya adalah bahwa: jumlah
merupakan suatu aturan yang diharuskan induk marga pada masyarakat Karo Sebanyak 5
dilaksanakan menjadi suatu aturan Hukum (lima) macam. Hubungan kekerabatan-nya (orat
Adat Karo (Sempa Sitepu, 1995.88). Perkawinan tutur) sebanyak 8 macam, kemudian golongan
dalam masyarakat Karo, sebagaimana pada suku rakut/iketen kekerabatannya ada 3 (tiga) macam.
bangsa lainnya juga mempunyai tatanan atau Dari struktur 5 marga, 8 macam orat tutur yang
aturan yang harus dilaksanakan secara hukum dirakut atau diikat dalam 3 macam kekerabatan,
adat Karo yang masih dianut sampai sekarang ini, berfungsi dalam perilaku atau kehidupan sehari-
walaupun tidak tertutup kemungkinan ada hari masyarakat Karo. Dengan mengetahui
pengaruh dari perkembangan zaman. struktur kekerabatan tersebut maka seseorang
akan mengetahui posisinya terutama dalam acara-
1. Kekerabatan acara adat.
Sebagaimana pada umumnya suku Batak, ma-
Adapun uraian nama /bagian/ golongan tersebut
ka pada suku Batak Karo, dalam perjalanan
sebagai berikut:
kehidupan dari generasi ke generasi hingga
Marga (merga) si lima yaitu:
sekarang juga menarik garis keturunan secara
Patrilinear. Dalam hal ini selalu ditandai bahwa 1. Karo-karo
setiap masyarakat Karo memiliki marga (merga) 2. Ginting
bagi yang berjenis kelamin laki-laki, dan beru 3. Sembiring
bagi perempuan. Jenis marga tersebut selalu 4. Perangin-angin dan
ditarik dari marga sang ayah. 5. Tarigan.

2
Marga masyarakat Karo dari data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Marga
ada dua sumber dimana pada prinsipnya adalah silima ini adalah merupakan marga induk, karena
sama, walaupun ada perbedaan yang yang tidak setiap marga masih mempunyai sub marga atau
begitu berarti. Adapun gambaran marga tersebut cabang-cabang sebagai berikut:

Perangin-
Karo Sekali Ginting Sembiring Tarigan
angin
1 2 3 4 5
1. Karo-karo 1. Babo 1. Colia 1. Kacinambun 1. Tua
2. Kemit 2. Gurupatih 2. Meliala 2. Bangunmulia 2. Silangit
3. Sitepu 3. Suka 3. Muham 3. Benjerang 3. Gersang
4. Bukit 4. Beras 4. Maha 4. Keliat 4. Gemeng
5. Barus 5. Jadibata 5. Pandia 5. Laksa 5. Tegur
6. Gurusinga 6. Sibukit 6. Pelawi 6. Mano 6. Purba
7. Kacaribu 7. Garamata 7. Pandebayang 7. Namohaji 7. Tambak
8. Ketaren 8. Ajar Tambun 8. Depari 8. Pencawan 8. Tambun
9. Kaban 9. Pase 9. Tekang 9. Perbesi 9. Peken
10. Purba 10. Munte 10.Gurukinayan 10.Penggarun 10.Sibero
11. Sinulingga 11. Manik 11.Brahmana 11.Sukatendel 11.Ganagana
12. Surbakti 12. Ajinembah 12.Buhuaji 12.Pinem 12.Jampang
13. Sinukaban 13. Jawak 13.Keling 13.Sebayang 13.Bondong
14. Sinubutan 14. Tumangger 14.Kembaren 14.Sinurat
15. Sinuhaji 15. Sinusinga 15.Keloko 15.Singarimbun
16. Sinuraya 16. Capah 16.Sinupayung 16.Tanjung
17. Samura 17. Saragih 17.Sinulaki 17.Ulujandi
18. Jung 18. Sugihen 18.Sinukapar 18.Uwir
19. Torong 19.Kutabuluh
20. Manik
Sumber : Sempa Sitepu, Sejarah Pijer Podi Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia ,1995

Perangin-
Karo Karo Ginting Sembiring Tarigan
angin
1 2 3 4 5
1. Karo-sekali 1. Babo 1. Colia 1. Kacinambun 1. Tua
2. Kemit 2. Huru Patih 2. Meliala 2. Bangun 2. Selangit
3. Sitepu 3. Suka 3. Muham 3. Benjerang 3. Gersang
4. Bukit 4. Beras 4. Maha 4. Keliat 4. Gerneng
5. Barus 5. Jadibata 5. Pandia 5. Laksa 5. Tegur
6. Gurusinga 6. Garamata 6. Pelawi 6. Mano 6. Purba
7. Kacaribu 7. Ajar Tambun 7. Sinukapar 7. Namohaji 7. Tambak
8. Ketaren 8. Pase 8. Depari 8. Pencawan 8. Tambun
9. Kaban 9. Munte 9. Tekang 9. Perbesi 9. Pekan
10. Purba 10. Manik 10. Gurukinayan 10. Penggarun 10. Sibero
11. Sinulingga 11. Capah 11. Brahmana 11. Sukatendel 11. Ganagana
12. Surbakti 12. Jawak 12. Bunuhaji 12. Pinem 12. Jompong
13. Sinukaban 13. Tumangger 13. Keling 13. Sebayang 13. Bondong
14. Sinubulan 14. Sinusinga 14. Busuk 14. Sinurat
15. Sinuhaji 15. Seragih 15. Pandebayang 15. Singarimbun
16. Sinuraya 16. Sugihen 16. Kembaren 16. Tanjung
17. Samura 17. Keloko 17. Ulujandi
18. Ujung 18. Sinupayung 18. Uwir
19. Sinulaki
20. Negeri
Sumber: UC. Barus, Drs.Mberguh Sembiring,SH. Sejemput Adat Budaya Karo, Cetakan ke 2, 1993.

3
Sedangkan 8 (delapan) atau tutur si waluh (8) kedua belah pihak yaitu keluarga laki-laki dan
adalah: keluarga perempuan.
1. sembuyak
2. senina 2. Upacara Adat Perkawinan.
3. senina sepemeren Pada umumnya jenis atau status upacara
4. senina siparibanen perkawinan di masyarakat Karo tidak hanya satu
5. anak beru macam, tapi ada 4 (empat) yang pada prinsipnya
6. anak beru menteri sama hanya pada bagian-bagian tertentu ada
7. kalimbubu dan sedikit perbedaan yaitu:
8. puang kalimbubu.
Kerja erdemu bayu
Dan 3 (tiga) golongan rakut/iketen si telu adalah: Kerja erdemu bayu, yaitu perkawinan antara
pria/wanita yang masih ada hubungan keluarga
a. Senina yaitu bayu. Bayu bertemu dengan bayu atau
b. Anak beru dan impal (anak paman si calon pengantin pria/anak
c. Kalimbubu. saudara laki-laki ibu calon penganten pria),
sebutannya adalah beru singumban. Atau anak
Inilah dasar kekerabatan dan silsilah bagi singumban nenek calon penganten pria yang
masyarakat Karo. Oleh sebab itu maka bagi setiap sebutannya beru puhun.
pribadipribadi orang Karo sudah pasti ada
hubungan kekerabatannya sesuai dengan identitas Kerja adat pasu-pasu tumbuk petuturken
yang disandangnya yaitu marganya apa., Kerja adat pasu-pasu tumbuk petuturken yaitu
beberenya apa penganten pria dan wanita tidak ada hubungan
Dengan mengetahui marga atau bere-berenya kekeluargaan. Mereka menikah diawali dengan
akan dapat diketahui hubungan kekerabatan perkenalan (ertutur)
seseorang itu, apakah termasuk dalam kelompok
senina, anak beru atau kalimbubu. Kerja adat pasu-pasu tumbuk ngeranaken
Sebenarnya masih ada identitas lain yang cukup Kerja adat pasu-pasu tumbuk ngeranaken
berperanan untuk menentukan bagaimana yaitu antara penganten pria dan wanita menikah
seharusnya hubungan kekerabatan antar setiap tidak sebagaimana seharusnya. Atau kurang
orang, yaitu misalnya: binuang (bere-bere dari sesuai dengan dasar kekerabatan adat Karo,
ayah) kampuh (bere-bere dari kakek/ayah dari misalnya menikah dengan turang impal (anak
ayah kita), soler bere-bere dari ibu), termasuk juga saudara perempuan dari ayah penganten pria),
asal tempat tinggal dari mana? Sesuai dengan atau menikah dengan yang sama bere-berenya
topik pembicaraan dalam makalah ini maka (sipemeren / ibunya sama berunya) Perkawinan
pembahasannya akan kita fokuskan saja sesuai yang demikian ini sebelum memusyawarahkan
dengan tema yang telah ditentukan. tentang pesta adat pernikahan, terlebih dahulu
dimusyawarahkan jalan keluar yang terbaik dari
Perkawinan pada masyarakat Karo, disebut pelanggaran adat yang telah mereka lakukan
nereh empo atau erjabu. (iranaken).
Penganten wanita disebut sereh asal kata si reh
yang artinya yang datang, datang dari keluarganya I Perdemuken arah jumpa gebuk
ketempat orang yang menjadi suaminya (si empo). I Perdemuken arah jumpa gebuk yaitu menikah
Bagi pengantin pria disebut empoasal kata yang bukan karena melanggar adat, khususnya
empuna artinya yang empunya, si mada (yang tutur si waluh, melainkan hubungan sebelumnya
menguasai). (Sempa Sitepu.1995 hal 130). sudah terlalu jauh, sementara salah satu pihak
orang tua dari mereka ada yang tidak setuju atas
Sudut pandang masyarakat Karo mengenai adat perkawinan tersebut.
perkawinan adalah suatu hal yang sangat penting
artinya, sebab melalui perkawinan dapat 3. Perkawinan Adat Karo
diwujudkan wadah cinta kasih, keberlangsungan Selain upacara perkawinan di atas perkawinan
generasi garis keturunan. Selain itu, juga akan dalam masyrakat Karo mengenal juga beberapa
mempunyai hak dalam segala hal yang berkaitan macam perkawinan sebagai berikut:
dengan upacara-upacara adat, serta perkawinan itu
juga merupakan pengikat/perekat kekeluargaan 3.1. Perkawinan sumbang

4
a. Perkawinan sumbang mungkin saja terjadi kalau dia diberi marga Ginting maka sebagai
tapi sifatnya sebenarnya kasuistik yaitu suatu orang tuanya ditunjuk yang bermarga Ginting.
perkawinan yang sangat tidak diharapkan bagi Dengan demikian maka dia akan mempunyai
masyarakat Karo pada umumnya, karena hubungan kekerabatan sebagaimana lajimnya
melanggar dan melecehkan hukum adat yang yang berlaku pada perikehidupan masyarakat
sangat dihormati dan dianut oleh masyarakat Karo.
Karo. Misalnya, perkawinan seorang pria
dengan wanita yang sama garis keturunannya 3.3. Gancih Abu
(semarga). Pada umunya di masyarakat Karo Dalam adat perkawinan masyarakat Karo
melarang perkawinan semarga (erturang), dikenal juga Perkawinan Ganjih Abu yaitu suatu
walaupun pada kenyataannya ada juga terjadi bentuk perkawinan dimana kalau isteri meninggal,
tapi hal ini sangat jarang sekali terjadi. maka sudara isteri tersebut dapat dikawini oleh
Kecuali pada marga Sembiring dapat diterima sang suami yang ditinggal mati. Dalam arti
karena kasus ini mempunyai sejarah saudara isteri tersebut dalam setatus belum kawin
tersendiri. atau janda. Dikatakan Ganjih Abu dalam
b. Kemudian perkawinan erturang impal (ayah terjemahan langsung adalah Ganti Abu. Kenapa
si pemuda bersaudara dengan ibu sigadis / dikatakan Ganti Abu karena pada zaman dahulu
pemudi) Atau dengan kata lain seorang pria bahwa masyarakat Karo masih menganut agama
mengawini gadis anak bibi/bengkilanya (anak pemena (animisme), bagi semua orang yang
berunya) meninggal tidak dikuburkan tapi di bakar (di
abukan). Dari pengertian abu inilah terjadi istilah
3.2. Perkawinan antar suku (perkawinan Ganjih Abu yaitu menggantikan abu isteri yang
campur) sudah meninggal. Perkawinan semacam ini calon
Perkawinan antar suku atau diluar suku isteri diberi upah berupa penghargaan atau
masyarakat Karo secara adat tidak ada larangan. PENALU-NALU.
Walaupun masih banyak masyarakat Karo yang
belum dapat menerima atau merasa keberatan 3.4. Ngelakomangani
Ngelakomangani dalam terjemahan langsung
dengan berbagai alas an anaknya kawin diluar
artinya adalah memberi nafkah lahir batin.
suku Karo dengan berbagai macam alas an. Jika
Perkawinan semacam ini apabila suami mening-
seandainya terjadi perkawinan dengan suku lain,
gal, maka kedudukannya dapat digantikan oleh
dalam peradatan masyarakat Karo baik itu calon
salah satu saudara sekandung suami (khusus bagi
penganten pria maupun calon penganten wanita
yang sudah beristeri) dengan persetujuan:
agar dapat dilangsungkan perkawinan secara adat
maka calon penganten terlebih dahulu disahkan Isteri yang menikah
sebagai anggota masyarakat Karo. Pengesahan ini Pihak isteri (almarhum)
melalui suatu proses pemberian marga/beru yang
Pihak kalimbubu kedua belah pihak
artinya diangkat menjadi anak sesuai dengan
marga atau beru yang diterimanya. Misalnya

B. TAHAPAN MENUJU ADAT PERKAWINAN

1. Masa perkenalan perkenalan tersebut pasti di lalui. Pada masyarakat


Tahapan masa perkenalan ini sebenarnya Karo apabila seorang pemuda sudah dewasa maka
lebih didominasi oleh perkawinan yang bukan ia akan mencari kenalan seorang gadis sebagai
jenis kerja erdemu bayu atau menikah dengan calon pasangan (pacar) yang akan berlanjut
orang yang masih ada hubungan kekeluargaan kejenjang perkawinan.
(impal = anak saudara laki-laki dari ibu penganten
pria) karena yang demikian ini biasanya sudah Di Tanah Karo ada beberapa macam sarana
saling mengenalinya. Seumpama belum saling yang dapat dijadikan tempat berkenalan antara
mengenalpun biasanya orang tua kedua belah lain pesta hiburan, dan biasanya berkaitan erat
pihak berinisiatif untuk memperkenalkannya. Tapi dengan aktivitas sehari-hari masyarakatnya
perkawinan yang bukan karena impal, maka tahap erjuma (bertani), antara lain: Pesta tahunan, yaitu
pesta tersebut dibuat pada mulanya berupa ucapan

5
syukur kepada Tuhan karena telah selesai panen matang, dan dalam pelaksanaannya ada
padi yang ditanam disawah; ada lagi yang keterlibatan orang lain yaitu kelang (perantara)
namanya pesta Guro-guro Aron yaitu pesta dan beberapa pemuda-pemudi tapi dengan
yang khusus bagi muda-mudi (singuda-nguda jumlah ganjil waktu keberangkatannya biasanya
anak perana); pesta Ngerires dsb. pagi hari. Acara nangkih ini setelah tiba di
Pesta-pesta hiburan yang demikian ini biasanya rumah bengkila, ada beberapa hal yang mereka
dilaksanakan secara rutin tiap tahun. Momentum laksanakan yang sifatnya simbolik dan sakral
seperti inilah yang paling banyak terjadi tahapan seperti:
perkenalan antar muda/mudi yang dijalin
ketingkat pacaran (naki-naki). Ncekuh busan (masukkan tangan ke dalam
Naki-naki ini dahulu dilakukan pada malam hari tempat beras yang dipenuhi beras) bagi si
dimana pihak pemuda akan mendatangi siwanita gadis, yang magnanya agar dalam rumah
yang menjadi idamannya, dan biasanya dilakukan tangganya kelak serba berkecukupan
diluar rumah. Namun sejalan dengan terutama pangan, dan sikapnya tidak
perkembangan di segala bidang maka sarana berubah.
untuk dapat berkenalan ini semakin luas dan
berkembang misalnya bertemu / berkenalan di Memakan cimpa buka siang (kue makan
pasar (tiga), sekolah, surat menyurat, rubrik di tradisional yang terbuat dari beras ketan,
mas media dsb. Terlepas dari via apa perkenalan gula merah dan kelapa) dengan magna agar
itu terjadi, dan dalam jangka waktu yang relatif jernih pikiran dan dalam rumah tangganya
maka muda/mudi yang lain di sekitar daerah kelak berjalan dengan manis (Sempa Sitepu
tempat ke dua belah pihak akhirnya juga tau ibid, hal 136).
bahwa diantara kedua belah pihak telah terjadi 2. Tahap Nungkuni Kata
hubungan asmara. Pada tahap ini jalinan kasih antara kedua
Demikianlah pada umumnya tahap perkenalan insan berlainan jenis ini semakin matap. Kerdua
dilaksanakan pada masa sekarang. Sebenarnya belah pihak telah memberitahukan tentang
masih ada satu tahapan lagi dilaksanakan setelah hubungan mereka kepada orang tua masing-
perkenalan ini, khususnya pada zaman dahulu masing.
(masih minim memeluk agama) yaitu nangkih. Pihak keluarga laki-laki berunding (sukut
Nangkih (Bhs.Indonesia = naik), artinya setelah anak beru) dan menentukan hari yang baik untuk
mantap masa perkenalan dan seia sekata untuk mendatangi ke rumah keluarga pihak perempuan
menjadi suami isteri maka mereka berdua dengan missi berkenalan antar keluarga dan
membuat suatu keputusan untuk melarikan diri ke dilanjutkan dengan yang paling inti yaitu
suatu tempat (biasanya kerumah bengkila/anak menyatakan persetujuan /restu tentang hubungan
berukeluarga pihak calon penganten pria). asmara anaknya dengan putri keluarga wanita dan
Pelaksanaan nangkih ini juga ada 3 (tiga) bagian dengan penuh harapan kesediaan dan persetujuan
yaitu: pihak keluarga (nungkun kata).
Nangkih la iperberkat / murtas dinding / Pada tahap ini biasanya yang turut berunding
erbuni-buni, yaitu berangkat berdua pada malam belum kuh sangkep pada kedua belah pihak
hari tanpa pemberitahuan, kecuali meninggal- keluarga dan masih bersifat informal. Biasanya
kan suatu tanda bagi keluarga bagi calon pihak keluarga laki-laki yang ikut serta, baru
pengantin wanita. beberapa sukut (senina turanan, siparibanen)
dengan anak beru tua saja, demikian juga dipihak
Nangkih i perberkat/jumpa impal, yaitu keluarga wanita.
mereka berdua berangkat seizin atau ada restu Biasanya apabila nungkun kata ini jawabannya
dari keluarga kedua belah pihak karena mereka mengarah kepada syarat persetujuan, maka
masih rimpal (masih anak paman) selanjutnya pihak keluarga pria meningkatkan isi
pembicaraan kearah pertanyaan kapan waktu dan
Nangkih I perberkat la jumpa impal, yaitu hari yang paling baik untuk mereka datang lagi
kedua belah pihak calon pengantin ini sama- secara formal yaitu tahap ngembah belo
sama tidak menikah dengan impalnya, tapi selambar (membawa sirih selembar).
keduanya sudah berkenalan dan saling jatuh
cinta setelah sekian waktu lamanya berpacaran, 3. Ngembah Belo Selambar
kemudian memutuskan untuk nangkih. Jenis Sebelum tahap ini dilaksanakan sebenarnya
nangkih seperti ini sangat terencana dengan masih ada tugas intern yang begitu santun dan

6
penuh hormat dilaksanakan oleh sukut keluarga Kelengkapan maba belo selambar ini antara
pria ini, yaitu mendatangi pihak kalimbubunya lain:
(paman si pria, atau saudara laki-laki ibu si pria Kampel adat sebanyak 6 (enam) buah lengkap
dan dari pihak kalimbubu si ayah sipemeren atau isinya yaitu; gamber, sirih, kapur, pinang,
disebut juga singalo ulu emas; dengan maksud tembakau, rokok dan korek api.
menyampaikan bahwa keponakan-nya (bere- Makanan lengkap dengan lauk pauknya.
berenya) merencanakan pernikahan. Dan juga
memohon kesediaannya ikut melangsungkan 3.1. Proses Ngembah Belo Selambar
tahap ngembah Belo Selambar. Diawali dengan makan bersama di rumah
Setelah tugas intern ini selesai dilaksanakan keluarga calon penganten wanita setelah semua
baru tahap Ngembah belo selambar ini selesai makan, maka diatur posisi tempat duduk
dilanmgsungkan sesuai dengan waktu yang sudah sesuai dengan tegun aron/orat tutur secara
disepakati sebelumnya (pada waktu nungkun protokoler sebagai berikut:
kata). Pada tahap ini bisa dikatakan sudah lebih Tegun anak beru posisi tempat duduknya di
formal, karena personil yang ikut datang ke rumah depan pintu dan disebelah kanannya tempat duduk
pihak keluarga perempuan sudah semakin lengkap tegun sukut, disebelah kanan sukut tempat duduk
dan terlibat dalam perundingan. Demikian juga puang kalimbubu tegun kalimbubu, dan pada
bagi pihak keluarga perempuan sudah sama-sama bagian kanan kalimbubu posisi tempat duduk
kuh sangkep. (senina, senina sepemeren, masing-masing keluarga calon penganten pria dan
siparibanen, anak beru, anak beru menteri, wanita saling berhadapan. Pada bagian paling
kalimbubu dan puang kalimbubu). depan dari kedua kelompok keluarga ini masing-
masing, duduk satu atau dua orang anak beru
singerana (juru bicaranya masing-masing).

Pintu Belakang

6 Pihak siempo (pihak laki-laki)


1. anak beru
7 4 2. sukut
3. kalimbubu
4. puang kalimbubu
8 10 5 3 5. anak beru singerana

Pihak sinereh (pihak wanita)


6. anak beru
9 2 7. sukut
8. kalimbubu
1 9. puang kalimbubu
10. anak beru singerana

Pintu Depan
Posisi tempat duduk masing-masing kekerabatan dalam runggu

Sebagai kata pembukaan acara pihak keluarga pria melalui juru bicaranya tidak langsung masuk
wanita melalui juru bicaranya langsung ke inti maksud kedatangannya, tapi terlebih
mengajukan berupa pertanyaan yaitu; adi enggo dahulu menawarkan dan mengajak merokok (bagi
kita ellah man bagenda, kai ngenda kata nakan ? pria) nginang (makan sirih) bagi wanita. Bila hal
(kalau kita semua telah selesai makan seperti ini, ini disetujui maka langsung diserahkan anak
apa gerangan maksud dan tujuannya?). Dan dalam berunya dan diterima oleh keluarga wanita
menyambut pertanyaan ini anak beru juru bicara melalui anak beru juru bicaranya yaitu yang
keluarga calon penganten pria langsung tanggap sebelumnya sudah dipersiapkan di kemas dalam
dan diteruskannya kepada kalimbubunya apa wadah yang disebut kampil adat sebanyak 6
sebaiknya jawabannya. Biasanya pihak keluarga (enam) buah, masing-masing lengkap dengan

7
isinya ialah perlengkapan merokok dan makan bersama-sama mengemban tugas adat
sirih (nginang) Adapun keenam pembagian kalimbubunya itu.
kampil tersebut adalah:
Adapun istilah pembagian emas kawin ini
1. Kepada sukut dan senina pihak keluarga yang untuk anak beru ialah: Perkembaren (bila
wanita. jenis pesta adatnya KERJA ERDEMU BAYU),
2. Kepada singalo bere-bere (paman) saudara Sabe (bila jenis pesta adatnya NGERANAKEN)
laki-laki ibu (Sempa Sitepu, ibid, 141,142).
3. Kepada singalo perkempun dan perninin Dan setelah ada kesepakatan mengenai besar
4. Kepada singalo perbibin dan sirembah ku lau kecilnya batang unjukan (mas kawin) yang
(pihak saudara perempuan ayah wanita) sebenarnya perundingan cukup panjang, alot,
5. Kepada anak beru melelahkan (yang bersifat prestise) maka
6. Kepada kalimbubu si ngalo ulu emas selanjutnya yang lebih penting lagi ialah
menentukan besar kecilnya pesta adat.
Selang beberapa menit merokok dan makan sirih
kampil adat dengan isinya dikembalikan lagi 4. Macam Kerja Adat Perkawinan
kepada keluarga pria melalui anak beru keluarga Besar kecilnya pesta adat ialah merupakan
wanita kepada keluarga pria man anak berunya. harkat dan perwujudan prestise/gengsi bagi setiap
Singkat kata sampailah kepada inti pembicaraan kelompok keluarga si nereh (pihak keluarga calon
yaitu: penganten wanita). Besar kecilnya pesta adat
terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu:
merundingkan hari yang baik dalam proses
tahap berikutnya (Nganting manuk) dan 4.1. Kerja Adat Perjabun Sintua
pesta adatnya secara mufakat. Kerja adat perjabun sintua lebih kurang ciri-
Menentukan batang unjuken, simecur, tukur cirinya adalah sebagai berikut:
(emas kawin) dan belinna kerja (besarnya
pesta adat). Mengenai nominal batang Personil keluarga yang diundang maksimal
unjuken (mas kawin) ini dulunya mata uang atau selengkapnya (luas menyeluruh).
gulden dan itupun di daerah Karo berfariasi, Semua undangan sesuai dengan ketentuan
termasuk jabatan / pangkat ayah wanita itu adat memakai busana adat lengkap (rose).
pada daerah tempat tinggalnya turut Disertai dengan gendang/musik adat
menentukan besar kecilnya mas kawin. Tapi (ERKATA GENDANG ADAT/MUSIK
dewasa ini yang umum dilakukan mata TRADISIONAL).
uang rupiah tapi masih tetap berfariasi, Tempat pelaksanaannya di gedung
antara lain yang biasa ditetapkan dan (los/bale).
dilaksanakan antara Rp. 180.000,- Rp. Memotong ternak besar lembu/kerbau yang
160.000,- dan Rp.120.000,- paling besar sebanyak 2 atau 3 ekor sebagai
Misalnya jika besarnya Rp. 160.000,-maka hidangan lauk pauk dan dise-suaikan pula
perinciannya sebagai berikut: dengan banyaknya beras yang dimasak.
1. Kalimbubu singalo bere-bere (pihak
paman) Rp.76.000,- 4.2. Kerja Adat perjabun Sintengah
2. Singalo perkempun, singalo perninin Kerja adat perjabun sintengan kurang lebih cirri-
(nenek/kakek), menerima besarnya cirinya sebagai berikut:
setengah dari yang di atasnya Jumlah undangan keluarga biasa artinya
(ngerangguti) yaitu Rp. 38.000,- tidak secara keseluruhan.
3. Perbibin (saudara perempuan ayah) Jumlah undangan /keluarga yang memakai
setengah (ngerangguti) dari yang di busana adat dan atribut adat (rose) lengkap
atasnya Rp. 19.000,- terbatas.
4. Sirembah kulau (kelompok yang Biasanya tidak disertai dengan gendang adat
memandikan waktu calon penganten tradisional.
waktu kecil) Rp. 16.000,- Bisanya hanya dilangsungkan dirumah
5. Pihak anak beru Rp.18.000,- (dan orang tua penganten wanita (menggunakan
biasanya diberikan 1/3 kepada anak lape-lape atau tenda).
beru pihak keluarga pria, dengan tujuan Ternak yang dipotong lembu/kerbau tapi
agar kelak mereka sudah setara dan tidak yang paling besar 1 (satu) ekor,

8
banyaknya beras yang dimasak menye- Semua perlengkapan pelaksanaan acara nganting
suaikan. manuk ini adalah menjadi tanggung jawab pihak
keluarga calon penganten pria.
4.3. Kerja Adat Perjabun Singuda.
Kerja adat perjabun singuda lebih kurang ciri- Tegun (pihak) yang hadir dalam pelaksanaan
cirinya sbb: acara ini adalah:

Keluarga yang diundang terbatas. a. Sukut siempo (orang tua kandung dan
Yang memakai busana adat dan atribut adat saudara langsung)
(rose) hanya kedua penganten dan kedua b. Senina silako runggu/turanan, yaitu bukan
belah pihak orang tua penganten saja saudara kandung dari orang tua penganten
Dilaksanakan dirumah orang tua penganten pria, akan tetapi masih saudara juga. Dialah
wanita nantinya yang bertugas dalam bermusya-
Sebagai lauk pauk memotong ternak kecil warah itu sebagai singaloken ranan ras
yaitu babi dan ayam atau ada juga istilahnya peseh ranan (penerima dan penyampai/
erbante (beli di pasar daging beberapa kg penyalur pembicaraan antara kelompok
saja). sukut si empo dengan pihak anak beru atau
juru bicara).
Jumlah proses dan inti yang dimusya- c. Senina sipemeren (saudara sukut siempo
warahkan, dan jika semua ini memang sudah berdasarkan bersaudara ibu). Siparibanen
merupakan kesepakatan ke dua belah pihak antara (saudara sukut siempo, karena isteri mereka
kelompok pihak keluarga pria dan wanita , maka bersaudara) dan si Pengalon (bersaudara
diwujudkan dalam bentuk simbol berupa jaminan karena anak beru mereka sama). Senina
sebagai kesungguhan dari pihak keluarga calon sipemeren, senina siparibanen dan senina
penganten pria yaitu biasa disebut PENINDIH sipengalon di dalam orat tutur (kekerabatan)
PUDUN (serjumlah uang yang dibungkus kain lalu mereka juga adalah bersaudara walaupun
diikat dengan bengkuang (sejenis daun pandan sebenarnya mereka tidak satu marga.
bahan pembuat tikar) ini sering juga disebut d. Anak beru dan anak beru menteri (pihak
BATUNA. yang mengawini saudara perempuan dari
ayah penganten pria).
5. Nganting Manuk e. Kalimbubu singalo ulu emas (kelompok
Nganting manuk terjemahan langsungnya kalimbubu ayah penganten pria).
adalah menjinjing ayam. Ayam dibawa ke rumah f. Kalimbubu singalo bere-bere (kelompok
pihak keluarga calon penganten wanita oleh pihak paman atau saudara laki-laki ibu penganten
calon keluarga penganten pria guna dimasak pria).
menjadi lauk untuk makan bersama sebelum g. Kalimbubu singalo perkempun (kelompok
runggu (berunding dimulai). Dalam per- kalimbubu dari kalimbubu singalo bere-
kembangannya sekarang ini terkadang ayam bere)
tersebut dibawa dalam keadaan sudah masak dari
rumah keluarga calon penganten pria. Mengapa Sementara dari pihak keluarga calon penganten
harus ayam dan bukan binatang atau ternak wanita yang ikut runggu (berunding) adalah: sama
lainnya, karena mungkin dulunya ayam ini dengan kelompok-kelompok kekerabatan keluarga
dianggap sejenis lauk pauk yang paling baik, baik calon penganten pria, kecuali ada tambahan dua
dalam artian praktis, mudah didapat dan enak yaitu:
rasanya. Selain itu ayam tersebut merupakan
perlambang yang mempunyai makna yaitu: Ayam 1. Kalimbubu singalo perninin. dan
rajin cari makan, penuh kasih sayang, pembrani, 2. Singalo perbibin (kelompok saudara
tahan menderita tidak membeda-bedakan/pusong perempuan dari ayah penganten wanita).
la ndobah (Taridah Bangun, Adat Perkawinan
Proses acara nganting manuk ini adalah sama
Masyarakat Karo, hal.48,49). Terkadang tempat
dengan ngembah belo selambar, yaitu diawali
pelaksanaan nganting manuk ini langsung di los
dengan makan bersama, ndudurken (mem-
(bangunan tempat melaksanakan upacara-upacara
berikan) kampil disertai isi perlengkapan rokok
adat) karena setelah acara nganting manuk ini
dan man belo/sekapur sirih baru kemudian masuk
dilaksanakan hari besoknya dilangsungkan di
keinti pembicaraan. Pada tahap ini personil
tempat itu juga acara Pesta Adat Perkawinannya.
masing-masing tegun (kelompok) sudah semakin

9
banyak (karena sudah berdatangan keluarga dari 6.2. Pedalan Emas
tempat yang jauh). Saat-saat seperti inilah diwujudkan sesuai
Inti pembicaraan berupa lanjutan dari isi dengan isi musyawarah sebelumnya. Disini
kesepakatan pada waktu ngembah belo selambar dijalankan secara kongkrit batang unjuken, tukur
istilahnya ERSINGET-SINGET (saling meng- (emas kawin), dan itulah yang disebut Pedalan
ingatkan entah ada yang lupa / pemantapan). Emas kepada pihak-pihak yang berhak meneri-
Adapun sebagai tambahan adalah bahwa pada manya.
tahap ini calon penganten pria dan wanita telah
diikut sertakan, dan pesertanya juga sudah 6.3. Pedalan Pinggan Adat
semakin banyak yang berdatangan maka Pada acara ini Pinggan Adat (nasi dengan
dilaksanakanlah perkenalan yang dimulai dari lauk pauk, yang dianggap makanan pokok resmi
calon penganten pria diikuti kerabatnya yaitu dan yang terhormat/mulia) disampaikan sejumlah
simupus (ayah/ibu penganten pria) sukut, senina, 11 piring. Diserahkan masing-masing di atas kain
kalimbubu, anak beru dan seterusnya. adat kepada kelompok si nereh (keluarga
penganten wanita) sebanyak 6 (enam) pinggan,
Berikutnya memperkenalkan calon penganten dan yang menerima adalah pihak-pihak:
wanita, dilanjutkan simupus (ayah/ibu calon 1. pinggan untuk tegun puang kalimbubu
penganten wanita) dan seterusnya. Baru ke- 1. pinggan untuk tegun kalimbubu
mudian ditanyakan kepada semua yang ikut 1. pinggan untuk tegun sukut
runggu tentang persetujuannya kedua calon 1. pinggan untuk tegun anak beru
penganten tersebut. Pembicaraan dalam 1. pinggan untuk tegun penghulu
musyawarah sudah semakin terperinci dan 1. pinggan untuk tegun singalo perbibin
mendetail misalnya; Besok paginya jam berapa
pesta adat dimulai, nama-nama personil yang Lima pinggan untuk kelompok si empo
menerima tamu undangan, siapa masing-masing (kelompok keluarga penganten pria, dan yang
kelompok yang menerima tukur (emas kawin), berhak menerima adalah:
apa bentuk luah (berupa hadiah/kado) kepada
penganten, siapa-siapa yang menyerahkan, dari 1. pinggan untuk tegun puang kalimbubu
masing-masing pihak siapa nantinya yang 1. pinggan untuk tegun kalimbubu
memberi kata-kata petuah dan berbagai macam 1. pinggan untuk tegun sukut
detail lainnya. Karena pada acara tahap pesta adat 1. pinggan untuk tegun anak beru
itu nantinya tidak ada lagi runggu (musyawarah) 1. pinggan untuk tegun singaloperkempun
maka materi pembicaraan juga mengarah kepada
Setelah semua Pinggan Adat ini diserahkan
hal-hal yang berkaitan dengan tahap berikutnya
kerpada pihak yang berhak menerimanya, maka
yaitu MUKUL.
semua persiapan makan dibagikan kepada seluruh
peserta undangan untuk makan bersama-sama
6. Acara Kerja Adat (Pesta Adat) setelah didahului doa. Dari acara ke acara
Kerja adat (Pesta Adat) perkawinan dilaksanakan selanjutnya diselingi dengan Gendang Adat.
melalui suatu proses atau acara dalam pelaksana-
annya yaitu: 6.4. Mereken Pedah-pedah/Luah
Pada acara ini adalah memberikan / menyam-
6.1. Proses rose (berpakaian atribut adat). paikan petuah-petuah/nasihat dan benda kenangan
Tempat untuk memakai pakaian adat beserta kepada penganten. Pada acara ini kedua belah
atributnya sudah ditentukan, bagi masing-masing pihak kelompok keluarga wanita dan pria wajib
yang turut ikut memakai atribut adat (sesuai memberikan kata petuah atau dengan kata lain
ketentuan) dikenakan atau dipakaikan (di osei) masing-masing pihak tutur si waluh.
oleh kalimbubu-nya masing-masing. Kemudian Khusus pada urutan kalimbubu setelah selesai
setelah Rose Adat ini selesai semuanya maka memberi kata petuah disertai dengan penyerahan
diarak berjalan dengan berurutan dan teratur ke benda kenangan (berupa perlengkapan hidup
lokasi tempat di berlangsungkannya pesta. Pada berumah tangga antara lain; periuk,ceret, piring,
tempat pesta itu semua tegun-tegun (pihak-pihak) tikar, kasur, tendang/lampu dan yanic dll.).
sudah dutentukan tempat duduknya masing- Dengan selesainya acara ini maka selesailah acara
masingsebagaimana pada proses pada tahap pesta adat tersebut, kemudian kedua penganten
sebelumnya. diantar oleh kerabat KUH SANGKEP NGGELUH
ke rumah orang tua penganten pria.

10
7. Mukul (adalah salah satu acara makan khusus bagian hati/jeroan pertanda nantinya mau
bagi kedua penganten.) menang sendiri/egois
7.1. Man Sepiring
bagian punggung pertanda nantinya kuat
dan tidak lekas capek
Acara ini dilaksanakan pada malam hari pada hari
pelaksanaan pesta adat, ataupun setelah kedua bagian kaki/ceker pertanda nantinya suka
penganten dihantarkan dan berada di rumah orang kerja keras
tua penganten pria. bagian ekor pertanda nantinya penurut
Mukul adalah merupakan peristiwa awal dijalani
penganten setelah siangnya mereka di adati Kemudian penganten mulai makan dan telah
sehingga telah sah sebagai suami isteri. Upacara diketahui bagian ayam yang pertama kali mereka
mukul ini merupakan acara makan bersama antara makan, maka selanjutnya para kerabat lainnya
suami isteri yang pertama sekali dalam memasuki mulai makan bersama yang sebelumnya memang
rumah tangga yang baru. telah tersaji juga. Pada tahap ini, keluarga kedua
belah pihak mulai membicarakan rumah tempat
Proses acara mukul ini masih disertai dan
tinggal keluarga baru ini (Njayo).
disaksikan oleh kerabat KUH SANGKEP antara
kelompok keluarga dari pihak penganten pria dan 7.2. Pertuturen atau Ngobah Tutur
wanita. Santapan khusus mukul telah dipersiapkan Dengan berlangsungnya suatu perkawinan
sedemikian rupa, yaitu nasi dengan lauk ayam menurut adat masyarakat Karo, maka terjadilah
satu ekor untuk disajikan dalam satu piring / suatu akibat hukum (adat) dalam kekerabatan dan
pinggan besar untuk disantap berdua penganten kehidupan pergaulan sehari-hari yang masih
dan disaksikan oleh kerabat kedua belah pihak. dianut secara umum. Karena dalam masyarakat
Pada saat inilah merupakan sekaligus sebagai Karo akibat suatu perkawinan dikenal dalam
psikotes bagi kedua penganten. Bagian yang mana hubungan kekerabatan berpantangan berbicara
atau anggota badan yang mana ayam gulai utuh secara langsung pada kerabat-kerabat tertentu
tersebut pertama kali diambil dan dimakan oleh menurut adat. Atau biasa juga disebut rebu.
penganten pria maupun wanita. Sebab setiap Dalam acara ini dipersiapkan beberapa sekapur
bagian anggota badan ayam gulai tersebut sirih, untuk diberikan pengantin kepada anggota
mempunyai arti/magna dan simbol. keluarga atau kekerabatan yang ada, dan sekasli
Misalnya: gus menentukan pertuturen bagi pihak-pihak
keluarga yang akan mejadi rebu (berpantangan
bagian kepala pertanda nantinya keras
berbicara secara langsung)
kepala
bagian leher pertanda nantinya suka adu Adapun pihak-pihak keluarga yang berpantang
argumentasi berbicara langsung (rebu) adalah sebagai berikut:
bagian dada pertanda nantinya penyabar

A1 B1

A2 B2

D1 C1 E1

D2 C2 E2

A1 = Ayah (bapa) penganten laki-laki, C2 = Penganten perempuan


A2 = Ibu (nande) penganten laki-laki, D1 = Saudara perempuan penganten laki-laki
B1 = Ayah (bapa) penganten perempuan, D2 = Suami saudara perempuan penganten laki-laki
B2 = Ibu (nande) penganten perempuan, E1 = Saudara laki-laki penganten perempuan
C1 = Penganten laki-laki, E2 = Isteri saudara penganten perempuan

11
Dalam hubungan kekerabatan dalam per- sebelum orang tuanya sendiri dating dari
gaulan sehari-hari yang dikatakan rebu (berpan- kampungnya.
tang berbicara secara langsung) adalah: Selain itu diendesken juga kepada salah satu
orang tua yang semarga dengan bere-berenya.
1. Ayah laki-laki rebu dengan ibu penganten Misalnya kalau sipenganten wanita bere-bere
perempuan (erturangku) A1 dengan B2 Karo (marga ibunya Karo-karo) maka ditunjuklah
2. Penganten laki-laki rebu dengan ibu salah seorang yang bermarga Karo-karo sebagai
penganten perempuan (mami) C1 dengan saudara ibunya atau dalam masyarakat Karo
B2 disebut mamanya.
3. Penganten laki-laki rebu dengan isteri
saudara laki-laki penganten perempuan 8. Ngulihi Tudung (mengambil kain penutup
(erturangku) C1 dengan E2 kepala)
4. Penganten perempuan rebu dengan suami Tahap acara ini dilaksanakan pada hari-hari
saudara perempuan penganten laki-laki berikutnya (bukan pada hari pelaksanaan pesta
(erturangku) C2 dengan D2 adat). Jadi tahapan ini bisa juga dikatakan paska
pesta perkawinan adat. Inti dan proses acara ini
Setelah pertuturen atau merobah tutur selesai, pada prinsipnya adalah sehubungan dengan
maka penganten memberikan 3 (tiga) lembar penganten wanita tersebut sudah dinikahi dan
amak tayangen (tikar tempat tidur) kepada: dibawa ke rumah pihak keluarga penganten pria,
yang artinya si penganten wanita sudah menjadi
1. lembar kepada orang tua penganten laki-laki
miliknya siempo (milik kelurga pengamnten pria).
1. lembar untuk orang tua penganten wanita
Kemudian dari pihak keluarga penganten pria
(kalimbubu).
dating kerumah kalimbubu (keluarga penganten
1. lembar kepada kalimbubu singalo emas
wanita) dengan membawa makanan beserta lauk
Selain itu biasa juga diberikan pinggan pauknya yang sudah dimasak. Sesudah selesai
perpanganan (piring untuk makan) kepada anak berramah tamah di rumah kalimbubu, ketika
beru yang ada disitu. hendak pulang kerumah penganten pria, pihak
kalimbubu menghantarkan kerumah penganten
7.3. Pesai-sai Sibarumah/ Pengendesen pria. Pada waktu itulah semua kado yang diterima
Dalam acara ini orang tua penganten wanita dari keluarga diserahkan kepada kedua mempelai.
mengendesken (menyerahkan anak perempuannya Pada saat itu juga pihak kalimbubu memberikan
kepada salah seorang (orang tua) dikampung selembar kain kelam-kelam yaitu selembar kain
penganten laki-laki yang diangkat sebagai orang yang pada masyarakat Karo di jadikan tudung
tuanya. Misalnya penganten wanita bermarga atau penutup kepala kepada anaknya (penganten
(beru) Ginting maka yang ditunjuk menjadi orang wanita).
tua angjkatnya adalah yang bermarga Ginting.
Orang tua angkat inilah yang selanjutnya sebagai
wakil dari orang tuanya dalam acaraacara adat

C. PENUTUP
Demikianlah uraian singkat mengenai adat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Oleh
perkawinan masyarakat Karo yang dapat sebab itu dalam seminar adat Perkawinan Batak
disampaikan dalam seminar ini. Tim penulis ini diharapkan partisipasi para peserta secara utuh
sangat menyadari masih banyak kekurangan demi sempurnanya makalah ini, dengan harapan
dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan dapat menjadikan penambahan informasi bagi
waktu, referensi yang ada, pakar sebagai nara hukum adat umumnya dan khususnya HUKUM
sumber. Selain itu tim juga merasa kesulitan ADAT PERKAWINAN SUKU BATAK.
dalam pembahasan bahasa karena kadang-kadang
ada kata-kata yang sangat sulit untuk

12

Anda mungkin juga menyukai