Studi Potensi Hutan Mangrove Sebagai Eko
Studi Potensi Hutan Mangrove Sebagai Eko
Oleh:
KELOMPOK 8
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
STUDI POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI EKOWISATA
BERBASIS EDUKASI, KONSERVASI, DAN ESTETIKA DI INDONESIA
Oleh: Kelompok 8
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas
di dunia mencapai 25 % dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia (18
juta hektar) yaitu seluas 4,5 juta hektar atau sebanyak 3,8 % dari total luas
hutan di Indonesia secara keseluruhan. Hal tersebutlah yang mendorong
kawasan mangrove untuk dimanfaatkan sebagai ekowisata. Ekowisata
merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan, baik alam yang alami
maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif
yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Metode
yang digunakan adalah studi literatur. Hutan mangrove dapat dijadikan
ekowisata apabila memenuhi kriteria penilaian seperti ketebalan dan kerapatan
pohon, jenis flora atau fauna mangrove, dan kisaran pasang surut. Diketahui
area ekowisata hutan mangrove yang telah dikembangkan di Indonesia, di
antaranya Wisata Anyar Mangrove (WAM) dan Ekowisata Mangrove
Wonorejo, Wisata Mangrove Probolinggo, Taman Wisata Alam Angke Kapuk,
Mangrove Forest Bali, dan lainnya. Produk-produk yang ditawarkan
ekowisata hutan mangrove dapat beragam tergantung pada lokasi dan keadaan
hutan mangrove yang akan dijadikan area ekowisata serta memiliki nilai
edukasi, konservasi, dan estetika bagi wisatawan.
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ........................................... i
DAFTAR ISI ........................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Ekowisata .............................................................................. 3
2.2 Hutan Mangrove ........................................................................... 5
2.3 Ekowisata Hutan Mangrove .......................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 10
3.1 Studi Potensi Hutan Mangrove sebagai Ekowisata ...................... 10
3.2 Beberapa Ekowisata Hutan Mangrove di Indonesia...................... 14
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................... 18
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah pantai dan pesisir mempunyai sifat atau ciri yang unik,
merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut; mengandung
kekayaan sumberdaya alam yang beragam seperti ekosistem hutan mangrove.
Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi yang sangat penting secara ekologi
dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global.
Menurut Kusmana et al. (2003) dalam Fahriansyah dan Dessy (2012), ekosistem
hutan mangrove yaitu suatu sistem yang terdiri atas berbagai organisme (seperti
tumbuhan dan hewan), berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan
sesamanya dalam habitat mangrove.
1
Sektor pariwisata pesisir perlu mendapat perhatian dan dikembangkan
untuk meningkatkan pendapatan daerah, termasuk mempertahankan keberadaan
hutan mangrove dari pengikisan dan kepunahan. Pembangunan ekowisata
berperan untuk konservasi sumberdaya alam dan membantu masyarakat lokal
dalam memenuhi kesejahteraan hidup. Pembangunan ekowisata memberikan
perubahan terhadap kualitas hidup, struktur sosio-ekonomi, dan organisasi sosial
dalam masyarakat lokal. Menurut Pender dan Sharpley (2005) dalam Fahriansyah
dan Dessy (2012), masyarakat lokal dapat memutuskan jika masyarakat ingin atau
tidak ingin untuk terlibat dalam pembangunan pariwisata. Masyarakat lokal yang
terlibat dalam pengelolaan ekowisata adalah dengan cara menyediakan berbagai
fasilitas untuk wisatawan, meningkatkan jumlah wisatawan, dan mengendalikan
dampak terhadap lingkungan hidup. Oleh sebab itu, penataan dan perencanaan
yang baik sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya alam hutan
mangrove di perairan suatu pantai.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekowisata
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan, baik alam
yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan
partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.
Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau
ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi
akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman
alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Khan, 2003 dalam Sudiarta,
2006). Ekowisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menikmati
keindahan alam dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pantingnya
berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang
berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan
pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata ekowisata
dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat setempat.
3
2. wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan;
3. masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan pengawasan
pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan;
4. pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur
tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi
terhadap lingkungan yang berlebihan;
5. akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan
mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan
dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya.
4
8. menjamin bahwa pembangunan ekowisata tidak mengakibatkan perubahan
lingkungan dan sosial-budaya yang berlebihan sebagaimana ditentukan oleh
para ahli dan peneliti;
9. membangun infrastruktur yang harus ramah lingkungan dan menyatu dengan
budaya masyarakat setempat, tidak menggunakan bahan bakar yang terbuat
dari fosil, dan tidak menggangu ekosistem flora dan fauna.
5
estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung (Bengen, 2001 dalam
Muahaerin, 2008).
6
tempat rekreasi (Hamilton dan Snedaker, 1994; Dahuri, 1996 dalam Muahaerin,
2008).
7
wisatawan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal (Fennell, 2008
dalam Fahriansyah dan Yoswaty, 2012).
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah
pantai.
Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta
hektar dan yang telah mengalami kerusakan sekitar 5,30 juta hektar. Kerusakan
tersebut antara lain disebabkan oleh konversi mangrove menjadi kawasan
pertambakan, pemukiman, dan industri, padahal mangrove berfungsi sangat
strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan
organisme akuatik. Keseimbangan ekologi lingkungan perairan pantai akan tetap
10
terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan karena mangrove dapat
berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap polusi. Mangrove juga
merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda, kepiting pemakan detritus,
dan bivalvia pemakan plankton sehingga akan memperkuat fungsi mangrove
sebagai biofilter alami (Mulyadi dkk., 2010).
Perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber daya alam secara
berlebihan diakibatkan karena pertambahan penduduk yang semakin cepat dan
luas kawasan yang terbangun. Hutan mangrove di beberapa kawasan, salah
satunya Sungai Wain Balikpapan dengan cepat menjadi semakin menipis dan
berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan kawasan tersebut (Mulyadi dkk.,
2010).
11
4. membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan
internasional;
5. mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan;
6. mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di obyek
wisata tersebut.
12
ketebalan dan kerapatan pohon, jenis flora atau fauna mangrove dan kisaran
pasang surut.
13
Wisata ini dikembangkan sedemikian rupa untuk memanfaatkan waduk
sehingga bisa mengendalikan banjir. Keberadaan hutan mangrove ini pun menjadi
habitat bagi berbagai jenis burung termasuk burung migran dan burung yang
dilindungi seperti Bubut Jawa, Raja Udang, Kuntul, dan lain sebagainya.
Pengunjung juga dimanjakan dengan keindahan pemandangan panorama pantai
dan eksotisnya flora dan fauna yang dapat dilihat secara langsung di joglo yang
berada di tengah pantai (Jawa Timuran, 2013).
14
5. Mangrove Forest Bali, Bali
Obyek Wisata Hutan Mangrove Bali ini merupakan obyek wisata yang alami
yang terletak di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai di pinggiran Denpasar,
berbatasan langsung dengan Kabupaten Badung. Kawasan hutan mangrove terluas
di Bali ini berlokasi hanya beberapa ratus meter dari Simpang Dewa Ruci, Kuta,
pusat kemacetan terparah di Bali saat ini (Almarogi, 2014).
Luas hutan bakau sekitar 1300 hektar, merupakan hasil kerjasama pemerintah
dengan Japan International Cooperation Agency. Kawasan wisata ini sangat
bagus untuk anak-anak sekolah, untuk bisa mengenal lingkungan lebih dekat,
sering juga dijadikan sebagai tempat penelitian. Di beberapa titik disediakan
tempat khusus untuk menikmati keindahan hutan dan menghirup udara segar yang
jauh dari polusi. Bahkan di tengah hutan disediakan tower untuk bisa melihat
seluruh kawasan hutan (Almarogi, 2014).
15
BAB IV
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17
alam/wisata-anyar-mangrove-alternatif-wisata-bahari-alami-di-surabaya/.
Diakses Tanggal 27 Februari 2015 Pukul 09.10 WIB.
Pender, L. and R. Sharpley. 2005. The Management of Tourism. SAGE
Publications Ltd. London.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Prize.
Semarang. 236 hal.
Sudiarta, Made. 2006. Ekowisata Hutan Mangrove : Wahana Pelestarian Alam dan
Pendidikan Lingkungan. Jurnal Manajemen Pariwisata Vol. 5 No 12.
Wijayanti, T. 2007. Konservasi Hutan Mangrove sebagai Wisata Pendidikan.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Surabaya.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya
pesisir berbasis konservasi. Makalah Sains Departemen MSP. IPB.
Bogor.
Zamroni, Muhammad. 2014. Hutan Mangrove di Taman Wisata Alam Angke
Kapuk.http://matriphe.com/2014/09/15/hutan-mangrove-di-taman-wisata-
alam-angke-kapuk. Diakses Tanggal 26 Februari 2015 Pukul 00.02 WIB.
18
LAMPIRAN
19
3. Wisata Mangrove Probolinggo, Jawa Timur
20
5. Mangrove Forest Bali, Bali
21
22