KH. Imam Zarkasyi Dan Pemikiran Pendidik
KH. Imam Zarkasyi Dan Pemikiran Pendidik
PENDAHULUAN
tersebut, tak terkecuali dengan sistem pendidikan pesantren. Karena itu, sistem
sejak sebelum berdiri, telah berdiri dan masuk ke masa Pondok Gontor lama, yang
didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin. Setelah redupnya pondok ini pada
generasi ketiga yang dipimpin oleh kyai Santoso Anom Besari, datanglah masa
Pondok Gontor baru yang dimulai oleh K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin
pemberian dari masyarakat. Adapun nama asli yang diberikan pendirinya adalah
institusi pendidikan yang berada di pulau Jawa dan Sumatra yang telah terlebih
beliaulah yang banyak berperan dalam upaya rekonstruksi di pesantren ini tanpa
mengabaikan peran para pendiri sebelumnya. Oleh sebab itu hal inilah yang akan
K.H. Imam Zarkasyi lahir di desa Gontor, Jawa Timur pada 21 Maret 1910
Jamsarem, Solo. Pada waktu yang bersamaan beliau juga belajar di Sekolah
Arabiyah Adabiyah) beliau sangat tertarik pelajaran bahasa Arab dan lalu
mendalaminya.5
mengarahkan Imam Zarkasyi adalah Al-Hasyimi, bekas pejuang Tunisia itu. Tak
Kweekschool di Padang Panjang sampai tahun 1935. Pada tahun 1936, setelah
Aktivitas:
.Ibid. Hal 79 6
4
negara Uni Sovyet tahun 1962 dan menjadi wakil Indonesia dalam
Imam Zarkasyi ternyata seorang ulama yang produktif dalam bidang tulis-
menulis. Dalam kaitan ini, beliau banyak sekali meninggalkan karya ilmiah
Karya tulis:
1. Senjata Penganjur.
2. Pedoman Pendidikan Modern.
3. Kursus Bahasa Islam (no 1, 2 dan 3 ditulis bersama kakaknya K.H.
Zainuddin Fanani).
buku ini diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 reguler dan kelas 1 8
.intensif semester 1
buku Fiqh jilid I diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 reguler dan 9
kelas 1 intensif semester 1 adapun jilid II diajarkan untuk kelas 2
.reguler dan kelas 1 intensif semester 2
buku ini diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 reguler dan kelas 1 10
.intensif semester 1
buku ini berisi teori penulisan huruf Arab. Dulu buku ini 11
diajarkan di KMI PMDG, namun sekarang buku ini tidak diajarkan lagi,
karena materi imla' (dictation) lebih banyak pada praktek, namun buku
.'ini masih menjadi referensi para guru untuk mengajarkan materi imla
5
Selain itu beliau juga menulis beberapa buku petunjuk bagi santri dan guru
pelajaran. Buku-buku beliau hingga kini masih dipakai di KMI Pondok Modern
agama.15
Gontor adalah sebuah desa yang terletak lebih kurang 3 KM sebelah Timur
Tegalsari dan 11 KM ke arah Tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu Gontor
masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan
buku ini hanya menjadi pegangan bagi para siswa dan para 14
.guru, namun tidak diajarkan di kelas
.Ibid, hal. 81 15
6
Pondok Gontor yang didirikan oleh kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus
berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang
daerah di Jawa, konon banyak juga santri yang datang dari daerah Pasundan Jawa
Barat. Setelah kyai Archam wafat, pondok dilanjutkan oleh putera beliau bernama
Santoso Anom Besari. Kyai Santoso adalah generasi ketiga dari pendiri Gontor
Lama. Pada kepemimpinan generasi ketiga ini Gontor Lama mulai surut; kegiatan
Jumlah santri hanya tinggal sedikit dan mereka belajar di sebuah masjid
kecil yang tidak lagi ramai seperti waktu-waktu sebelumnya. Walaupun pondok
Gontor sudah tidak lagi maju sebagaimana pada zaman ayah dan neneknya, kyai
www.gontor.ac.id 16
.Ibid 17
.Ibid 18
7
Santoso tetap bertekad menegakkan agama di desa Gontor. Ia tetap menjadi figur
desa Gontor dan sekitarnya. Dalam usia yang belum begitu lanjut, kyai Santoso
dipanggil Allah SWT. Dengan wafatnya kyai Santoso ini, masa kejayaan pondok
Gontor Lama benar-benar sirna. Saudara-saudara kyai Santoso tidak ada lagi yang
tinggal hanyalah janda kyai Santoso beserta tujuh putera dan puterinya dengan
19
.peninggalan sebuah rumah sederhana dan masjid tua warisan nenek moyangnya
Tetapi rupanya Nyai Santoso tidak hendak melihat pondok Gontor pupus
dan lenyap ditelan sejarah. Ia bekerja keras mendidik putera-puterinya agar dapat
yang telah mati. Ibu Nyai Santoso itupun kemudian memasukkan tiga puteranya
Mereka adalah Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fannani (anak keenam),
dan Imam Zarkasyi (anak bungsu). Sayangnya, Ibu yang berhati mulia ini tidak
kejayaan pondok Gontor Lama, masyarakat desa Gontor dan sekitarnya yang
.Ibid 19
http://abudarda-crb.blogspot.com 20
8
(menghisap candu), mabuk, dan main (berjudi) telah menjadi kebiasaan sehari-
hari. Ini ditambah lagi dengan mewabahnya tradisi gemblakan di kalangan para
21
.warok
yang banyak dipakai dan berlaku di beberapa negara Islam. Akan tetapi keadaan
yang sesuai dengan sistem pendidikan pesantren dalam rangka studi banding,
dapat hidup ratusan tahun dan telah memiliki harta wakaf yang mampu
www.gontor.ac.id 21
9
kepada dunia.
pondok Gontor. Karena itu mereka hendak mendirikan lembaga yang merupakan
Selain itu, gagasan untuk mendirikan pondok pesantren dengan gaya baru
juga diilhami dari peristiwa Kongres Umat Islam Indonesia pada pertengahan
tahun 1926, dalam kongres itu diputuskan bahwa ummat Islam di Indonesia akan
berbahasa Arab dan Inggris. Akhirnya dipilihlah dua orang utusan, yaitu H.O.S
Cokroaminoto yang mahir berbahasa Inggris dan K.H. Mas Mansur yang
menguasai bahasa Arab.23 Hal inilah yang mengilhami Pak Sahal yang hadir
itu juga menjadi bahan pemikiran beliau dalam menentukan bentuk pendidikan
pesantren yang akan didirikannya. Sekolah-sekolah Belanda yang ada di tanah air
mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini didasari oleh sumber daya guru yang
pandai dan cakap dalam penguasaan materi juga dalam metodologi pengajaran
juga ilmu jiwa dan kemasyarakatan. Sementara lembaga pendidikan Islam belum
mampu melahirkan guru yang cakap, pandai serta bertanggung jawab dalam
memajukan masyarakat.24
Dari sisi lain, lembaga pendidikan yang ada pada saat itu sangat timpang,
satu lembaga pendidikan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum saja dan
lembaga pendidikan yang lain hanya mengajarkan ilmu agama saja. 25 Mereka
memandang ilmu secara dikotomis. Kesalahan cara pandang terhadap ilmu ini
adalah masalah serius, karena ia berdampak pada cara pandang ummat juga yang
pendidikan.26
.Ibid 24
.Ibid 25
11
yang paling penting dalam pesantren ialah jiwa dan pendidikan. Karena jiwa dan
pendidikan itulah yang memberikan jasa bagi ummat, dan kedua hal itu jugalah
yang memberikan pengaruh bagi para muballigh dan pemimpin ummat dalam
berbagai bidang kehidupan.27 Oleh sebab itu K.H. Imam Zarkasyi pada seminar
pondok pesantren seluruh Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 4 s.d 7 Juli 1965
1. JIWA KEIKHLASAN
Sepi ing pamrih (tidak didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan-
keagamaan.
5. JIWA BEBAS
Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan
dan memilih jalan hidup. Namun juga tidak terlalu bebas sehingga menjadi
liberal. Namun perlu difahami bebas ini dalam garis-garis disiplin yang
positif.28
Selain jiwa dan beberapa hal yang disebutkan diatas, diantara hal yang
pasca kemerdekaan dimana perubahan terjadi amat pesat dan cepat, maka pondok
pesantren harus siap menghadapi perubahan itu tanpa harus kehilangan jatidirinya
berpandangan:
di masyarakat kelak.
2. Harus ada wakaf yang menjadi backing bagi kelangsungan hidup pondok
pengajarannya.
3. Perlu adanya kaderisasi dan regenerasi pengurus pondok, yang akan
Sehingga pondok pesantren itu akan terus hidup meskipun kyai pendirinya
dalamnya tentang batas hak dan kewajiban kyai, para santri dan pondok
Sekembalinya K.H. Imam Zarkasyi dari Padang Panjang pada tahun 1936,
beliau bersama dua orang kakaknya yaitu K.H. Ahmad Sahal dan K.H. Zainuddin
Fanani melanjutkan perintisan pondok pesantren yang sudah lebih dahulu dimulai
itulah beliau memulai lembaga pendidikan tingkat menengah mirip Normal Islam,
yaitu KMI (Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah)30, saat itu mulai al-thariqah al-
pendidikan yang diaplikasikan Imam Zarkasyi dalam pondok pesantren ini dapat
Darussalam Gontor mendapat sifatnya yang tegas setelah K.H. Imam Zarkasyi
Gontor. Hal ini tidak lepas dari pengalaman beliau berada di institusi-institusi
Arabiyah Islamiyah, Sumatra Thawalib dan Normal Islam School yang dipimpin
pesantren tradisional pada saat itu masih amat jarang yang menggunakan sistem
ini. Hal ini dimaksudkan untuk efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran,
sehingga dengan waktu yang relatif sedikit dapat menghasilkan produk yang
bermutu baik. Hal ini beliau dapatkan dari pengalaman beliau belajar di Madrasah
Manba'ul Ulum yang merupakan Madrasah yang terkenal cukup modern di pulau
Jawa pada saat itu karena didirikan oleh keraton Surakarta (R. Adipati
kelas dilengkapi bangku, meja, papan tulis, kapur dan alat peraga, serta ada
evaluasi belajar dan keseimbangan antara materi agama dan umum (masing-
masing 50 %).33
kemampuan dan keberanian untuk merujuk kepada kedua sumber asli (otoritatif)
tersebut secara langsung tanpa harus taklid kepada pendapat-pendapat ulama yang
telah ada. Hal ini menjadi sangat maklum, karena sosok K.H. Abu Amar pimpinan
pesantren saat itu merupakan sosok yang anti taklid. Juga di pesantren ini beliau
berbaris, akrobat dan diskusi. Dan selama menimba ilmu disini Imam Zarkasyi
ilmu di Madrasah Arabiyah School (MAI) yang dikenal dengan Arabische School,
yang terletak di pasar Kliwon (daerah pemukiman orang-orang Arab) Solo. Semua
umum. Dan buku-buku teks yang digunakan juga berbahasa Arab. Dan disini
bahasa Arab.35
beralih dari sistem pendidikan surau yang merupakan ciri khas dari pendidikan
.Ibid 35
16
meninggalkan ciri khas pesantren, juga dimaksudkan agar tujuan dan asas
pendidikan dapat dibina dan dikembangkan secara lebih efisien dan efektif.37
2. Kurikulum Pesantren
direpresentasikan pada pelajaran fiqh, hadits, ushul fiqh, tafsir dan 100 %
pelajaran umum yang mencakup ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
sains, ilmu jiwa, tata negara dan sebagainya. 38 Selain itu ada pula mata pelajaran
yang amat ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga pendidikannya itu,
yaitu pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris. Penekanan bahasa ini memakai
metode langsung (direct method).39 Perkenalan beliau dengan metode ini ketika
beliau berada di MAI Solo di bawah bimbingan langsung dari Muhammad Oemar
.Ibid. Hal. 61 36
.Ibid. Hal. 58 37
Al-Hasyimy, dan juga ketika berada di Normal Islam School. 40 Pelajaran bahasa
Arab lebih ditekankan pada penguasaan kosakata, sehingga para santri kelas satu
sudah diajarkan mengarang dalam bahasa Arab dengan perbendaharaan kosa kata
yang dimilikinya. Pelajaran ilmu alat, yaitu Nahwu dan Sharf diberikan kepada
santri saat menginjak kelas II, yaitu ketika mereka sudah agak lancar berbicara
Adabullughah baru diajarkan pada saat santri menginjak kelas IV. Demikian
halnya dengan bahasa Inggris, Grammar baru diajarkan ketika para santri
menginjak kelas III, sedangkan materi bahasanya sudah diajarkan dari sejak kelas
I.41 Dan juga totalitas kehidupan yang melingkupi para santri setiap harinya dari
semenjak mereka bangun tidur sampai mereka tidur lagi, juga kegiatan harian
yang mereka jalani, penugasan-penugasan harian sampai bahkan dimarahi atau di-
pesantren adalah milik kyai. Kyai dan atau keluarga adalah pemilik tunggal dari
seluruh aset pesantren. Sehingga apabila kyai itu wafat maka yang
positif dan negatif. Namun pola seperti ini seringkali menjadi faktor kemunduran
Islam, K.H. Imam Zarkasyi dan dua saudaranya telah mewakafkan Pondok
Pesantren Gontor kepada sebuah lembaga yang disebut Badan Wakaf Pondok
Modern Gontor. Ikrar pewakafan ini telah dinyatakan di muka umum oleh ketiga
Wakaf itu, maka Pondok Modern Gontor tidak lagi menjadi milik pribadi atau
Gontor menjadi miliki ummat Islam, dan semua ummat Islam bertanggung jawab
dalam berbagai bidangnya serta sirkulasi keuangan yang ada ditulis dalam jurnal
itu dibagikan kepada seluruh penghuni pondok dan kepada tamu yang berkunjung
kepada semua pihak, dan juga merupakan bentuk akuntabilitas publik yang
Sejalan dengan Panca Jiwa Pondok Modern Gontor, bahwa setiap santri
ditanamkan jiwa agar berdikari dan bebas. Sikap ini tidak saja berarti bahwa santri
jalan hidupnya di masyarakat, tetapi juga bahwa pondok pesantren itu sendiri
sebagai lembaga pendidikan harus tetap independen dan tidak bergantung pada
waktu itu didasarkan pada kepentingan golongan dan politik tertentu hal ini
di pondok ini diajarkan pula kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd48. Beliau
madzhab) pada setiap pembahasan. Lebih lanjut K.H. Imam Zarkasyi dalam
"Itulah sebabnya dalam muqaddimah kitab fiqh jilid I di KMI Pondok Modern
Gontor, dijelaskan: 'Guru tidak boleh menerangkan masalah khilafiyah'. Demikianlah
mendidik menurut ilmu jiwa yang sudah disepakati oleh ahli pendidikan dan ahli ilmu
jiwa. Apabila anak didik menjadi dewasa dan telah membaca sendiri pendapat-pendapat
para ulama beserta dalil masing-masing, akan tahu sendiri kedudukan masalah
khilafiyah itu".49
1. Sintesa pondok modern, yang terdiri atas empat lembaga pendidikan yaitu
mendirikan pondok pesantren dengan sistem baru yang berbeda dari sistem
pondok pesantren tradisional pada umumnya pada saat itu. Pembaharuan dalam
kepada ummat Islam maka struktur kepemilikan berubah dari milik pribadi
Zarkasyi yang tentunya masih dalam perspektif yang sempit. Penulis menyadari
banyaknya kekurangan dalam tulisan ini, sehingga masih terbukanya ruang yang
amat luas untuk perbaikan tulisan ini. Semoga yang sedikit ini dapat memberikan
DAFTAR RUJUKAN
http://abudarda-crb.blogspot.com
KMI PMDG. Tanpa tahun. Diktat Arahan bagi Pengawas Ujian Tulis. Gontor:
Darussalam Press.
Nata, Abuddin. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (seri kajian
Press.
22
Staf Sekretariat PMDG. 1997. Serba Serbi Serba Singkat tentang Pondok Modern
www.gontor.ac.id
www.wandylee.wordpress.com
Press.