Anda di halaman 1dari 22

1

Pembaharuan Sistem Pesantren (Studi Pemikiran KH. Imam Zarkasyi)


Achmad Subekti / Guru PAI SMPIT Nururrahman

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia telah berimplikasi pada lahirnya kemajuan zaman.

Dan adanya perubahan ini (kemodernan) seringkali membentur pada aneka

kemapanan, yang juga mengakibatkan keharusan untuk mengadakan usaha

kontekstualisasi bangunan-bangunan sosio-kultural dengan dinamika kemodernan

tersebut, tak terkecuali dengan sistem pendidikan pesantren. Karena itu, sistem

pendidikan pesantren harus melakukan upaya rekonstruksi pemahaman tentang

ajaran-ajarannya agar tetap relevan dan survive.1

Pondok Pesantren Darussalam Gontor memiliki sejarah yang panjang,

sejak sebelum berdiri, telah berdiri dan masuk ke masa Pondok Gontor lama, yang

didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin. Setelah redupnya pondok ini pada

generasi ketiga yang dipimpin oleh kyai Santoso Anom Besari, datanglah masa

Pondok Gontor baru yang dimulai oleh K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin

Fananie dan K.H. Imam Zarkasyi.2 Pendidikan di pondok ini mengutamakan

pembinaan akhlak, pembentukan karakter. Proses pembelajarannya

diselenggarakan menurut sistem sekolah yang modern, dengan menggunakan

metodik dan didaktik modern serta senantiasa memperhatikan perkembangan


Suwendi, Rekonstruksi Sistem Pendidikan Pesantren: Beberapa 1
Catatan dalam Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, Said Aqiel Siraj et al, (Bandung: Pustaka
.Hidayah, 1999). Hal. 216

Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam edisi Lembaga 2


.Pendidikan Islam (Depok: CV BINA MUDA CIPTAKREASI, 2010). Hal. 219
2

dalam sistem pendidikan dan pengajarannya. Nama "pondok modern" adalah

pemberian dari masyarakat. Adapun nama asli yang diberikan pendirinya adalah

Darussalam.3 Adalah K.H. Imam Zarkasyi yang memberikan pengaruh besar

dalam upaya modernisasi pesantren ini setelah pengembaraannya di beberapa

institusi pendidikan yang berada di pulau Jawa dan Sumatra yang telah terlebih

dahulu menyelenggarakan pendidikan dengan sistem modern. Diakui atau tidak

beliaulah yang banyak berperan dalam upaya rekonstruksi di pesantren ini tanpa

mengabaikan peran para pendiri sebelumnya. Oleh sebab itu hal inilah yang akan

dibahas dalam tulisan ini.

A. BIOGRAFI SINGKAT K.H. IMAM ZARKASYI

K.H. Imam Zarkasyi lahir di desa Gontor, Jawa Timur pada 21 Maret 1910

M. Belum belum genap usianya mencapai 16 tahun, ia mula-mula belajar di

beberapa pesantren yang ada di daerah kelahirannya, seperti pesantren Josari,

pesantren Joresan dan pesantren Tegalsari. Setelah menyelesaikan pendidikannya

di Sekolah Ongko loro (1925)4, ia melanjutkan studinya di Pondok Pesantren

Jamsarem, Solo. Pada waktu yang bersamaan beliau juga belajar di Sekolah

Mamba'ul Ulum. Lalu masih di kota yang sama ia melanjutkan pendidikannya di

sekolah Arabiyah Adabiyah yang dipimpin oleh Ustadz. M.O. Al-Hasyimy,

sampai tahun 1930. Selama belajar di sekolah-sekolah tersebut (terutama Sekolah

.Ibid. Hal. 221 3

sekolah rendah yang didirikan oleh pemerintah bagi rakyat kecil 4


(non-bangsawan) yang keberadaannya sangat jarang dan biasanya
didirikan sesuai dengan kebutuhan pemerintah dan perusahaan
(www.wandylee.wordpress.com)
3

Arabiyah Adabiyah) beliau sangat tertarik pelajaran bahasa Arab dan lalu

mendalaminya.5

Sewaktu belajar di Solo, guru yang paling banyak mengisi dan

mengarahkan Imam Zarkasyi adalah Al-Hasyimi, bekas pejuang Tunisia itu. Tak

lama setelah menyelesaikan pendidikannya di Solo beliau meneruskan ke

Kweekschool di Padang Panjang sampai tahun 1935. Pada tahun 1936, setelah

menyelesaikan jenjang pendidikan di Kweekschool Islam Padang Panjang beliau

dipercaya menjadi guru dan direktur di perguruan tersebut. Setahun kemudian

beliau kembali ke Gontor dan mendirikan Pondok Darussalam Gontor bersama

kakaknya dan beliau menjadi direkturnya.6

Aktivitas:

1. Kepala Kantor Agama Karesidenan Madiun tahun 1943.


2. Seksi Pendidikan di Kementrian Agama tahun 1946.
3. Ketua PB Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII) sejak 1948 1955.
4. Kepala Bagian Perencanaan Pendidikan Agama Sekolah Dasar di

Kementrian Agama sejak 1951-1953.


5. Anggota Badan Perencanaan Peraturan Pokok Pendidikan Swasta pada

Kementrian Pendidikan tahun 1957.


6. Anggota Dewan Perancang Nasional tahun 1959.
7. Meskipun telah keluar dari Departemen Agama, namun beliau masih

dipercaya untuk menjadi ketua Majelis Pertimbangan Pendidikan dan

Pengajaran Agama (MP3A) hingga wafatnya. Dalam kancah internasional

pernah menjadi anggota delegasi Indonesia dalam peninjauan ke negara-

Penyusun, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor (Gontor: 5


.Darussalam Press, 2004). Hal. 78. Selanjutnya disingkat Profil

.Ibid. Hal 79 6
4

negara Uni Sovyet tahun 1962 dan menjadi wakil Indonesia dalam

Mu'tamar Majma' al-Buhuts al-Islamiyah (Muktamar Akademi Islam se

Dunia) ke VII di Kairo Mesir tahun 1972.7

Imam Zarkasyi ternyata seorang ulama yang produktif dalam bidang tulis-

menulis. Dalam kaitan ini, beliau banyak sekali meninggalkan karya ilmiah

yang hingga saat ini dapat dinikmati.

Karya tulis:

1. Senjata Penganjur.
2. Pedoman Pendidikan Modern.
3. Kursus Bahasa Islam (no 1, 2 dan 3 ditulis bersama kakaknya K.H.

Zainuddin Fanani).

Adapun buku-buku yang beliau tulis sendiri adalah:

1. Ushuluddin (Pelajaran 'Aqaid/keimanan).8


2. Pelajaran Fiqh I dan II.9
3. Pelajaran Tajwid (bahasa Indonesia).10
4. Bimbingan Keimanan.
5. Qowa'idul Imla'.11
.Ibid 7

buku ini diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 reguler dan kelas 1 8
.intensif semester 1

buku Fiqh jilid I diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 reguler dan 9
kelas 1 intensif semester 1 adapun jilid II diajarkan untuk kelas 2
.reguler dan kelas 1 intensif semester 2

buku ini diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 reguler dan kelas 1 10
.intensif semester 1

buku ini berisi teori penulisan huruf Arab. Dulu buku ini 11
diajarkan di KMI PMDG, namun sekarang buku ini tidak diajarkan lagi,
karena materi imla' (dictation) lebih banyak pada praktek, namun buku
.'ini masih menjadi referensi para guru untuk mengajarkan materi imla
5

6. Pelajaran Huruf Al Qur'an I dan II

Dan dibantu oleh Ustadz Imam Subani beliau menyusun buku:

1. Durusullughoh Al Arabiyah I dan II (beserta kamusnya)12


2. At-Tamrinat jilid I dan II (beserta kamusnya)13
3. I'rabu Amtsilati-Al Jumal, jilid I dan II.14

Selain itu beliau juga menulis beberapa buku petunjuk bagi santri dan guru

di Pondok Modern Gontor (diktat), termasuk metode mengajar beberapa mata

pelajaran. Buku-buku beliau hingga kini masih dipakai di KMI Pondok Modern

Darussalam Gontor dan Pondok-pondok Pesantren alumni dan beberapa sekolah

agama.15

B. SEJARAH GONTOR LAMA

Gontor adalah sebuah desa yang terletak lebih kurang 3 KM sebelah Timur

Tegalsari dan 11 KM ke arah Tenggara dari kota Ponorogo. Pada saat itu Gontor

masih merupakan kawasan hutan yang belum banyak didatangi orang. Bahkan

buku ini diajarkan di KMI PMDG untuk kelas 1 dan kelas 2 12


.reguler serta kelas 1 intensif

secara formal buku ini tidak diajarkan, namun program terbaru 13


dari KMI menjadikan latihan mingguan bagi seluruh siswa dengan
.menggunakan buku ini diluar jam formal pembelajaran di kelas

buku ini hanya menjadi pegangan bagi para siswa dan para 14
.guru, namun tidak diajarkan di kelas

.Ibid, hal. 81 15
6

hutan ini dikenal sebagai tempat persembunyian para perampok, penjahat,


16
.penyamun, pemabuk, dan sebagainya

Di tempat inilah Kyai muda Sulaiman Jamaluddin diberi amanat oleh

mertuanya untuk merintis pondok pesantren seperti Tegalsari. Dengan 40 santri

yang dibekalkan oleh kyai Khalifah kepadanya, maka berangkatlah rombongan


17
.tersebut menuju desa Gontor untuk mendirikan pondok Gontor

Pondok Gontor yang didirikan oleh kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus

berkembang dengan pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putera beliau yang

bernama kyai Archam Anom Besari. Santri-santrinya berdatangan dari berbagai

daerah di Jawa, konon banyak juga santri yang datang dari daerah Pasundan Jawa

Barat. Setelah kyai Archam wafat, pondok dilanjutkan oleh putera beliau bernama

Santoso Anom Besari. Kyai Santoso adalah generasi ketiga dari pendiri Gontor

Lama. Pada kepemimpinan generasi ketiga ini Gontor Lama mulai surut; kegiatan

pendidikan dan pengajaran di pesantren mulai memudar. Diantara sebab


18
.kemundurannya adalah karena kurangnya perhatian terhadap kaderisasi

Jumlah santri hanya tinggal sedikit dan mereka belajar di sebuah masjid

kecil yang tidak lagi ramai seperti waktu-waktu sebelumnya. Walaupun pondok

Gontor sudah tidak lagi maju sebagaimana pada zaman ayah dan neneknya, kyai

www.gontor.ac.id 16

.Ibid 17

.Ibid 18
7

Santoso tetap bertekad menegakkan agama di desa Gontor. Ia tetap menjadi figur

dan tokoh rujukan dalam berbagai persoalan keagamaan dan kemasyarakatan di

desa Gontor dan sekitarnya. Dalam usia yang belum begitu lanjut, kyai Santoso

dipanggil Allah SWT. Dengan wafatnya kyai Santoso ini, masa kejayaan pondok

Gontor Lama benar-benar sirna. Saudara-saudara kyai Santoso tidak ada lagi yang

sanggup menggantikannya untuk mempertahankan keberadaan pondok. Yang

tinggal hanyalah janda kyai Santoso beserta tujuh putera dan puterinya dengan
19
.peninggalan sebuah rumah sederhana dan masjid tua warisan nenek moyangnya

Tetapi rupanya Nyai Santoso tidak hendak melihat pondok Gontor pupus

dan lenyap ditelan sejarah. Ia bekerja keras mendidik putera-puterinya agar dapat

meneruskan perjuangan nenek moyangnya, yaitu menghidupkan kembali Gontor

yang telah mati. Ibu Nyai Santoso itupun kemudian memasukkan tiga puteranya

ke beberapa pesantren dan lembaga pendidikan lain untuk memperdalam agama.

Mereka adalah Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fannani (anak keenam),

dan Imam Zarkasyi (anak bungsu). Sayangnya, Ibu yang berhati mulia ini tidak

pernah menyaksikan kebangkitan kembali Gontor di tangan ketiga puteranya itu.


20
.Beliau wafat saat ketiga puteranya masih dalam masa belajar

Sepeninggal Kyai Santoso Anom Besari dan seiring dengan runtuhnya

kejayaan pondok Gontor Lama, masyarakat desa Gontor dan sekitarnya yang

sebelumnya taat beragama tampak mulai kehilangan pegangan. Mereka berubah

.Ibid 19

http://abudarda-crb.blogspot.com 20
8

menjadi masyarakat yang meninggalkan agama dan bahkan anti agama.

Kehidupan mo-limo: maling (mencuri), madon (main perempuan), madat

(menghisap candu), mabuk, dan main (berjudi) telah menjadi kebiasaan sehari-

hari. Ini ditambah lagi dengan mewabahnya tradisi gemblakan di kalangan para
21
.warok

Demikianlah suasana dan tradisi kehidupan masyarakat Gontor dan

sekitarnya setelah pudarnya masa kejayaan Pondok Gontor Lama.

C. GAGASAN DAN CITA-CITA PEMBAHARUAN K.H. IMAM ZARKASYI

Lembaga pendidikan pondok pesantren adalah model pendidikan Islam

yang banyak dipakai dan berlaku di beberapa negara Islam. Akan tetapi keadaan

sosial-politik pada era penjajahan banyak menghambat kemajuan perkembangan

pendidikan model pesantren. K.H. Imam Zarkasyi sebelum mendirikan Pondok

Modern Darussalam Gontor bersama kedua kakaknya telah terlebih dahulu

melakukan kajian terhadap lembaga-lembaga pendidikan yang ada di luar negeri

yang sesuai dengan sistem pendidikan pesantren dalam rangka studi banding,

yang selanjutnya lebih dikenal dengan sintesa pondok modern.

1. Di Mesir terdapat Universitas Al-Azhar yang terkenal dengan harta wakaf

dan keabadiannya. Al-Azhar bermula dari sebuah masjid sederhana namun

dapat hidup ratusan tahun dan telah memiliki harta wakaf yang mampu

www.gontor.ac.id 21
9

memberi beasiswa kepada mahasiswa dari seluruh dunia dan menunjang

kelangsungan hidupnya hingga lebih dari seribu tahun.


2. Di Mauritania terdapat Pondok Syanggit, lembaga pendidikan ini harum

namanya berkat kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya.


3. Di India terdapat Universitas Muslim Aligarh yang terkenal dengan

modernisasinya. Universitas ini membekali mahasiswanya dengan ilmu

pengetahuan umum dan agama serta menjadi pelopor revival of Islam.


4. Juga di India, terdapat perguruan Shantiniketan yang berarti kampung

damai. Perguruan ini didirikan oleh Rabindranath Tagore, seorang filsuf

Hindu di tengah-tengah hutan yang serba sederhana. Lembaga ini terkenal

dengan kedamaiannya dan dari situ mampu mengajarkan kedamaian

kepada dunia.

Keempat lembaga pendidikan tersebut menjadi idaman para pendiri

pondok Gontor. Karena itu mereka hendak mendirikan lembaga yang merupakan

sintesa dari empat lembaga di atas.22

Selain itu, gagasan untuk mendirikan pondok pesantren dengan gaya baru

juga diilhami dari peristiwa Kongres Umat Islam Indonesia pada pertengahan

tahun 1926, dalam kongres itu diputuskan bahwa ummat Islam di Indonesia akan

mengutus wakilnya di Muktamar Islam se-Dunia yang akan diadakan di Makkah.

Namun yang menjadi permasalahannya adalah, utusan tersebut harus pandai

berbahasa Arab dan Inggris. Akhirnya dipilihlah dua orang utusan, yaitu H.O.S

Cokroaminoto yang mahir berbahasa Inggris dan K.H. Mas Mansur yang

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Gontor dan Pembaharuan 22


Pendidikan Pesantren (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Hal. 109.
.Selanjutnya disingkat Gontor dan Pembaharuan
10

menguasai bahasa Arab.23 Hal inilah yang mengilhami Pak Sahal yang hadir

sebagai peserta kongres tersebut akan pentingnya mencetak tokoh-tokoh yang

memiliki kriteria di atas.

Disamping itu, keadaan masyarakat dan lembaga di Indonesia pada masa

itu juga menjadi bahan pemikiran beliau dalam menentukan bentuk pendidikan

pesantren yang akan didirikannya. Sekolah-sekolah Belanda yang ada di tanah air

mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini didasari oleh sumber daya guru yang

pandai dan cakap dalam penguasaan materi juga dalam metodologi pengajaran

juga ilmu jiwa dan kemasyarakatan. Sementara lembaga pendidikan Islam belum

mampu melahirkan guru yang cakap, pandai serta bertanggung jawab dalam

memajukan masyarakat.24

Dari sisi lain, lembaga pendidikan yang ada pada saat itu sangat timpang,

satu lembaga pendidikan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum saja dan

lembaga pendidikan yang lain hanya mengajarkan ilmu agama saja. 25 Mereka

memandang ilmu secara dikotomis. Kesalahan cara pandang terhadap ilmu ini

adalah masalah serius, karena ia berdampak pada cara pandang ummat juga yang

serba dikotomis terhadap seluruh dimensi kehidupan, termasuk dalam sistem

pendidikan.26

Penyusun, Profil, hal. 13 23

.Ibid 24

.Ibid 25
11

Meskipun demikian, K.H. Imam Zarkasyi memiliki pandangan bahwa hal

yang paling penting dalam pesantren ialah jiwa dan pendidikan. Karena jiwa dan

pendidikan itulah yang memberikan jasa bagi ummat, dan kedua hal itu jugalah

yang memberikan pengaruh bagi para muballigh dan pemimpin ummat dalam

berbagai bidang kehidupan.27 Oleh sebab itu K.H. Imam Zarkasyi pada seminar

pondok pesantren seluruh Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 4 s.d 7 Juli 1965

merumuskan jiwa pondok pesantren sebagai berikut:

1. JIWA KEIKHLASAN
Sepi ing pamrih (tidak didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan-

keuntungan tertentu), semata-mata karena untuk ibadah lillah ta'ala.


2. JIWA KESEDERHANAAN
Sederhana bukan berarti pasif dan bukan pula melarat atau miskin, tapi ia

lebih mengandung makna kekuatan hati, penguasaan diri dalam

menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan.


3. JIWA BERDIKARI
Dalam arti mencoba atau berlatih mengurus segala kepentingan dan

kebutuhan hidup sendiri dan tidak menyandarkan kepada bantuan atau

belas kasihan orang lain.


4. JIWA UKHUWWAH
Yang berarti suasana kehidupan yang diliputi persaudaraan akrab,

sehingga segala kesenangan dirasakan bersama dengan jalinan perasaan

keagamaan.
5. JIWA BEBAS

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Gontor dan Pembaharuan, 26


.hal. 111

Staf Sekretariat PMDG, Serba Serbi Serba Singkat tentang 27


Pondok Modern Darussalam Gontor (Gontor: Percetakan Darussalam,
.1997). Hal. 4. Selanjutnya disingkat Serba Serbi
12

Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan

dan memilih jalan hidup. Namun juga tidak terlalu bebas sehingga menjadi

liberal. Namun perlu difahami bebas ini dalam garis-garis disiplin yang

positif.28

Selain jiwa dan beberapa hal yang disebutkan diatas, diantara hal yang

melatarbelakangi pembaharuan pesantren adalah pandangan beliau bahwa di masa

pasca kemerdekaan dimana perubahan terjadi amat pesat dan cepat, maka pondok

pesantren harus siap menghadapi perubahan itu tanpa harus kehilangan jatidirinya

namun eksistensinya masih terus diperhitungkan. Oleh sebab itu beliau

berpandangan:

1. Relevansi pelajaran dalam pondok pesantren harus sesuai dengan

perkembangan zaman, dapat memenuhi kebutuhan masa depan para santri

di masyarakat kelak.
2. Harus ada wakaf yang menjadi backing bagi kelangsungan hidup pondok

pesantren dan untuk dapat senantiasa meninggikan mutu pendidikan dan

pengajarannya.
3. Perlu adanya kaderisasi dan regenerasi pengurus pondok, yang akan

menggantikan dan mengembangkan usaha dari generasi terdahulu.

Sehingga pondok pesantren itu akan terus hidup meskipun kyai pendirinya

telah wafat dan telah berganti kepemimpinan.


4. Juga perlu dipikirkan tentang manajemen pesantren yang lebih baik di

masa yang akan datang, dengan demikian penyelenggaraan pondok

pesantren dapat diatur sebaik-baiknya dan seefisien mungkin. Termasuk di

K.H. Imam Zarkasyi, Diktat Pekan Perkenalan (Gontor: 28


Darussalam Press, tt). Hal. 11-14. Selanjutnya disingkat Diktat Pekan
.Perkenalan
13

dalamnya tentang batas hak dan kewajiban kyai, para santri dan pondok

pesantren itu sendiri.29

D. KONSEP PENDIDIKAN K.H. IMAM ZARKASYI

Sekembalinya K.H. Imam Zarkasyi dari Padang Panjang pada tahun 1936,

beliau bersama dua orang kakaknya yaitu K.H. Ahmad Sahal dan K.H. Zainuddin

Fanani melanjutkan perintisan pondok pesantren yang sudah lebih dahulu dimulai

10 tahun sebelumnya. Dan berdasarkan pengalaman yang beliau dapatkan selama

pengembaraan studinya di berbagai lembaga pendidikan terdahulu maka pada saat

itulah beliau memulai lembaga pendidikan tingkat menengah mirip Normal Islam,

yaitu KMI (Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah)30, saat itu mulai al-thariqah al-

haditsah (metode modern) diperkenalkan.31 Adapun pembaharuan dalam konsep

pendidikan yang diaplikasikan Imam Zarkasyi dalam pondok pesantren ini dapat

dirumuskan ke dalam empat bidang, yaitu:

1. Metode dan sistem pendidikan.


2. Kurikulum pesantren.
3. Struktur dan sistem manajemen pesantren.
4. Pola pikir santri dan kebebasan pesantren.32

.Staf Sekretariat PMDG, Serba Serbi, hal. 6-8 29

.Arti dari padanan kata ini ialah persemaian guru-guru Islam 30

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Manajemen Pesantren 31


Pengalaman Pondok Modern Gontor (Gontor: Trimurti Press, 2005). Hal.
.57. Yang selanjutnya disingkat Manajemen Pesantren

Dr. H. Abuddin Nata, MA., Pemikiran Para Tokoh Pendidikan 32


Islam (seri kajian Filsafat Pendidikan Islam) Cet. I , (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000). Hal. 205. Yang selanjutnya disingkat
.Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam
14

1. Metode dan Sistem Pendidikan

Penting dicatat bahwa kemodernan sistem pendidikan di pondok modern

Darussalam Gontor mendapat sifatnya yang tegas setelah K.H. Imam Zarkasyi

kembali dari Sumatra Barat dan ikut berkecimpung menangani pendidikan di

Gontor. Hal ini tidak lepas dari pengalaman beliau berada di institusi-institusi

pendidikan seperti pesantren Jamsaren, Madrasah Manba'ul Ulum, Madrasah

Arabiyah Islamiyah, Sumatra Thawalib dan Normal Islam School yang dipimpin

oleh Mahmud Yunus.

Beliau menggunakan sistem klasikal, dimana pendidikan pondok

pesantren tradisional pada saat itu masih amat jarang yang menggunakan sistem

ini. Hal ini dimaksudkan untuk efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran,

sehingga dengan waktu yang relatif sedikit dapat menghasilkan produk yang

bermutu baik. Hal ini beliau dapatkan dari pengalaman beliau belajar di Madrasah

Manba'ul Ulum yang merupakan Madrasah yang terkenal cukup modern di pulau

Jawa pada saat itu karena didirikan oleh keraton Surakarta (R. Adipati

Sasrodiningrat dan R. Penghulu Tafsirul Anam). Kelebihan Madrasah ini adalah

sistem penjenjangan Tsanawiyah dan Aliyah; menerapkan sistem klasikal; setiap

kelas dilengkapi bangku, meja, papan tulis, kapur dan alat peraga, serta ada

evaluasi belajar dan keseimbangan antara materi agama dan umum (masing-

masing 50 %).33

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Manajemen Pesantren, hal. 33


.59
15

Pondok pesantren Jamsaren merupakan pesantren yang mempelopori

pengajaran Al-Qur'an dan hadits dengan pengertian bahwa santri dibekali

kemampuan dan keberanian untuk merujuk kepada kedua sumber asli (otoritatif)

tersebut secara langsung tanpa harus taklid kepada pendapat-pendapat ulama yang

telah ada. Hal ini menjadi sangat maklum, karena sosok K.H. Abu Amar pimpinan

pesantren saat itu merupakan sosok yang anti taklid. Juga di pesantren ini beliau

berkenalan dengan berbagai kegiatan ekstra, misalnya kepandun, olahraga, baris-

berbaris, akrobat dan diskusi. Dan selama menimba ilmu disini Imam Zarkasyi

sangat aktif dalam kegiatan ekstra ini.34

Disamping dua lembaga pendidikan di atas, Imam Zarkasyi juga menimba

ilmu di Madrasah Arabiyah School (MAI) yang dikenal dengan Arabische School,

yang terletak di pasar Kliwon (daerah pemukiman orang-orang Arab) Solo. Semua

pelajaran di Madrasah ini disampaikan dengan bahasa Arab, termasuk pelajaran

umum. Dan buku-buku teks yang digunakan juga berbahasa Arab. Dan disini

jugalah beliau mengenal metode langsung (direct method) dalam pengajaran

bahasa Arab.35

Perkenalan K.H. Imam Zarkasyi dengan sistem pendidikan modern ini

dimatangkan dengan belajar di Sumatra Thawalib (Sumatra Barat) yang telah

beralih dari sistem pendidikan surau yang merupakan ciri khas dari pendidikan

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Manajemen Pesantren, 34


.hal.59

.Ibid 35
16

tradisional Islam di wilayah ini ke sistem pendidikan Madrasah. 36 Namun

demikian sistem asrama tetap dipertahankan karena selain untuk tidak

meninggalkan ciri khas pesantren, juga dimaksudkan agar tujuan dan asas

pendidikan dapat dibina dan dikembangkan secara lebih efisien dan efektif.37

2. Kurikulum Pesantren

Pembaharuan selanjutnya yang diperkenalkan Imam Zarkasyi adalah

dalam bidang kurikulum. Dengan menerapkan 100 % pelajaran agama yang

direpresentasikan pada pelajaran fiqh, hadits, ushul fiqh, tafsir dan 100 %

pelajaran umum yang mencakup ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

sains, ilmu jiwa, tata negara dan sebagainya. 38 Selain itu ada pula mata pelajaran

yang amat ditekankan dan harus menjadi karakteristik lembaga pendidikannya itu,

yaitu pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris. Penekanan bahasa ini memakai

metode langsung (direct method).39 Perkenalan beliau dengan metode ini ketika

beliau berada di MAI Solo di bawah bimbingan langsung dari Muhammad Oemar

.Ibid. Hal. 61 36

.Ibid. Hal. 58 37

K.H. Imam Zarkasyi, Diktat Pekan Perkenalan, hal. 24. Juga 38


beliau mengadakan pengembangan (inovasi) dari apa yang beliau
dapatkan di Madrasah Manba'ul Ulum, dimana disana keseimbangan
.% kurikulum pelajaran agama dan umum masing-masing 50

Ibid. Hal. 22. Metode ini dilakukan dalam pembelajaran bahasa 39


asing (Inggris atau Arab) dimana bahasa pengantar dalam pengajaran
dengan bahasa Arab atau Inggris lalu dalam penjelasan kosa kata pun
dijelaskan dengan bahasa pengantar, seandainya belum difahami
dengan demonstrasi. Dan yang termasuk dalam program ini adalah
penekanan penggunaan bahasa Arab dan Inggris dalam kegiatan
.sehari-hari
17

Al-Hasyimy, dan juga ketika berada di Normal Islam School. 40 Pelajaran bahasa

Arab lebih ditekankan pada penguasaan kosakata, sehingga para santri kelas satu

sudah diajarkan mengarang dalam bahasa Arab dengan perbendaharaan kosa kata

yang dimilikinya. Pelajaran ilmu alat, yaitu Nahwu dan Sharf diberikan kepada

santri saat menginjak kelas II, yaitu ketika mereka sudah agak lancar berbicara

dan memahami struktur kalimat. Bahkan pelajaran seperti Balaghah dan

Adabullughah baru diajarkan pada saat santri menginjak kelas IV. Demikian

halnya dengan bahasa Inggris, Grammar baru diajarkan ketika para santri

menginjak kelas III, sedangkan materi bahasanya sudah diajarkan dari sejak kelas

I.41 Dan juga totalitas kehidupan yang melingkupi para santri setiap harinya dari

semenjak mereka bangun tidur sampai mereka tidur lagi, juga kegiatan harian

yang mereka jalani, penugasan-penugasan harian sampai bahkan dimarahi atau di-

iqab merupakan kurikulum dari pendidikan di pondok pesantren ini.42

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Manajemen Pesantren, hal. 40


.60-61

Dr. H. Abuddin Nata, MA., Pemikiran Para Tokoh Pendidikan 41


Islam, hal. 206. Dalam buku Diktat Pekan Perkenalan lebih jauh
dijelaskan bahwa maksud dari sistem ini adalah agar bahasa dasar
))yang merupakan fondasi harus masak dan menjadi malakah

KMI PMDG, Diktat Arahan bagi Pengawas Ujian Tulis (Gontor: 42


Darussalam Press, tt). Hal. 3. Dalam padanan bahasa Arab diungkapkan

: sebagai berikut






.





Lihat juga K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Gontor dan Pembaharuan, hal.
126.
18

3. Struktur dan Sistem Manajemen Pesantren

Sudah merupakan tradisi pesantren pada umumnya, secara kelembagaan,

pesantren adalah milik kyai. Kyai dan atau keluarga adalah pemilik tunggal dari

seluruh aset pesantren. Sehingga apabila kyai itu wafat maka yang

menggantikannya adalah keturunannya. Kelembagaan seperti ini memiliki sisi

positif dan negatif. Namun pola seperti ini seringkali menjadi faktor kemunduran

dan keruntuhan sebuah pesantren.43 Demi kepentingan pendidikan dan pengajaran

Islam, K.H. Imam Zarkasyi dan dua saudaranya telah mewakafkan Pondok

Pesantren Gontor kepada sebuah lembaga yang disebut Badan Wakaf Pondok

Modern Gontor. Ikrar pewakafan ini telah dinyatakan di muka umum oleh ketiga

pendidikan pondok tersebut. Dengan ditandatanganinya Piagam Penyerahan

Wakaf itu, maka Pondok Modern Gontor tidak lagi menjadi milik pribadi atau

perorangan sebagaimana yang umumnya dijumpai dalam lembaga pendidikan

pesantren tradisional. Dengan cara demikian, secara kelembagaan Pondok Modern

Gontor menjadi miliki ummat Islam, dan semua ummat Islam bertanggung jawab

atasnya.44 Pembaharuan manajemen di pondok pesantren ini didasarkan pada

prinsip transparansi dan akuntabilitas serta kebersamaan. Transparansi ini

mendasari seluruh kegiatan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan program

serta dalam penyelenggaraan administrasi keuangan. Laporan seluruh kegiatan

dalam berbagai bidangnya serta sirkulasi keuangan yang ada ditulis dalam jurnal

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Gontor dan Pembaharuan, 43


.hal. 117

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Manajemen Pesantren, hal. 44


.71
19

laporan akhir tahun yang disebut WARDUN (Warta Dunia-Pondok). WARDUN

itu dibagikan kepada seluruh penghuni pondok dan kepada tamu yang berkunjung

ke pondok. Hal ini merupakan bentuk laporan pertanggung-jawaban pondok

kepada semua pihak, dan juga merupakan bentuk akuntabilitas publik yang

dijalankan di pesantren ini.45

4. Pola Pikir Santri dan Kebebasan Pesantren

Sejalan dengan Panca Jiwa Pondok Modern Gontor, bahwa setiap santri

ditanamkan jiwa agar berdikari dan bebas. Sikap ini tidak saja berarti bahwa santri

belajar dan berlatih mengurusi kepentingannya sendiri serta bebas menemukan

jalan hidupnya di masyarakat, tetapi juga bahwa pondok pesantren itu sendiri

sebagai lembaga pendidikan harus tetap independen dan tidak bergantung pada

pihak lain.46 Prinsip kemandirian tersebut bertolak dari upaya menghindari

kenyataan dimana kebanyakan lembaga pendidikan yang diselenggarakan pada

waktu itu didasarkan pada kepentingan golongan dan politik tertentu hal ini

diperkuat dengan semboyan "berdiri di atas dan untuk semua golongan.47

Selanjutnya untuk merealisasikan kebebasan dalam pola pikir para santri

di pondok ini diajarkan pula kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd48. Beliau

menulis buku ini dengan menggunakan pendekatan komparatif (perbandingan

K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Gontor dan Perubahan, hal. 45


.124-125

.K.H. Imam Zarkasyi, Diktat Pekan Perkenalan, hal. 13-14 46

Penyusun, Profil, hal. 13-14 47

.Kitab ini mulai diajarkan bagi santri kelas 5 dan 6 KMI 48


20

madzhab) pada setiap pembahasan. Lebih lanjut K.H. Imam Zarkasyi dalam

penjelasan masalah khilafiyah mengatakan:

"Itulah sebabnya dalam muqaddimah kitab fiqh jilid I di KMI Pondok Modern
Gontor, dijelaskan: 'Guru tidak boleh menerangkan masalah khilafiyah'. Demikianlah
mendidik menurut ilmu jiwa yang sudah disepakati oleh ahli pendidikan dan ahli ilmu
jiwa. Apabila anak didik menjadi dewasa dan telah membaca sendiri pendapat-pendapat
para ulama beserta dalil masing-masing, akan tahu sendiri kedudukan masalah
khilafiyah itu".49

KESIMPULAN DAN PENUTUP


Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang

melatarbelakangi pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Imam Zarkasyi dalam

bidang pendidikan yaitu:

1. Sintesa pondok modern, yang terdiri atas empat lembaga pendidikan yaitu

Al Azhar, Aligarh, Syanggit dan Shantiniketan.


2. Keadaan sosio-historis bangsa Indonesia pada saat itu, khususnya aspek

pendidikan yang belum mampu menjawab kebutuhan zaman. Bertolak

belakang dengan bangsa penjajah (Belanda) yang mampu memberikan

pendidikan yang edukatif dan dialektif.

Konsep pembaharuan pendidikan K.H. Imam Zarkasyi diwujudkan dengan

mendirikan pondok pesantren dengan sistem baru yang berbeda dari sistem

pondok pesantren tradisional pada umumnya pada saat itu. Pembaharuan dalam

pondok modern Darussalam Gontor dapat dilihat di beberapa bidang:

1. Bidang metode dan sistem pendidikan, Dengan menggunakan sistem

klasikal dan memasukkan ekstra kulikuler.

K.H. Imam Zarkasyi, Sekedar Penjelasan tentang Masalah 49


.Khilafiyah (Gontor: Trimurti Press, tt). Hal. 25
21

2. Bidang kurikulum, dengan menyeimbangkan antara materi agama dan

umum masing-masing 100 %, penggunaan direct method dalam

pengajaran bahasa asing serta dengan menjadikan totalitas kehidupan

santri selama di pondok sebagai kurikulum pendidikan secara menyeluruh.


3. Struktur dan manajemen pesantren, dengan diwakafkannya Pondok Gontor

kepada ummat Islam maka struktur kepemilikan berubah dari milik pribadi

menjadi milik institusi. Dan manajemen dilakukan berdasarkan prinsip

transparansi dan akuntabilitas.


4. Pola pikir santri dan kebebasan pesantren.

Sekilas penulis mencoba memberikan gambaran tentang sosok K.H. Imam

Zarkasyi yang tentunya masih dalam perspektif yang sempit. Penulis menyadari

banyaknya kekurangan dalam tulisan ini, sehingga masih terbukanya ruang yang

amat luas untuk perbaikan tulisan ini. Semoga yang sedikit ini dapat memberikan

manfaat dan guna yang banyak. Amin. Wallahu a'lam.

DAFTAR RUJUKAN

http://abudarda-crb.blogspot.com

KMI PMDG. Tanpa tahun. Diktat Arahan bagi Pengawas Ujian Tulis. Gontor:

Darussalam Press.

Nata, Abuddin. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (seri kajian

Filsafat Pendidikan Islam) Cet. I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Penyusun. 2004. Profil Pondok Modern Darussalam Gontor. Gontor: Darussalam

Press.
22

Staf Sekretariat PMDG. 1997. Serba Serbi Serba Singkat tentang Pondok Modern

Darussalam Gontor. Gontor: Percetakan Darussalam.

Suwendi. 1999. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah.

Tim LPP-SDM. 2010. Ensiklopedi Pendidikan Islam edisi Lembaga Pendidikan

Islam. Depok: CV BINAMUDA CIPTAKREASI.

www.gontor.ac.id

www.wandylee.wordpress.com

Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan

Pesantren. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok

Modern Gontor. Gontor: Trimurti Press.

Zarkasyi, Imam. Tanpa tahun. Diktat Pekan Perkenalan. Gontor: Darussalam

Press.

Zarkasyi, Imam. Tanpa tahun. Sekedar Penjelasan tentang Masalah Khilafiyah.

Gontor: Trimurti Press.

Anda mungkin juga menyukai