Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala nikmat dan
kesempatan yang diberikan, kami dapat berkumpul dan mengerjakan makalah
yang berjudul Zakat Pertanian dan Ternak dengan tepat waktu dan sebaik
mungkin.

Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas Hukum Wakaf dan Zakat
yang akan dikumpulkan dalam waktu dekat ini. Makalah ini juga dikerjakan untuk
memenuhi nilai tugas dan mendapatkan nilai yang sebaik mungkin seperti yang
kami harapkan.

Terima kasih ditujukan kepada bapak Zefrizal, SH., selaku dosen Hukum
Wakaf dan Zakat atas waktu yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Terima kasih kepada teman-teman kelompok III yang sudah
menyisihkan waktunya untuk mencari bahan sebanyak mungkin dan bersama-
sama mengerjakan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun masih merasa


banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, kami dengan senang
hati menerima saran dan kritik dari para pembaca. Kami berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, November 2014

Kelompok 31
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................3


B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PERTANIAN............................5


1. DASAR HUKUM ZAKAT PERTANIAN.............................................5
2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT PERTANIAN.......................7
3. KADAR ZAKAT PERTANIAN YANG WAJIB DIKELUARKAN.........8
B. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT TERNAK................................10
1. DASAR HUKUM ZAKAT TERNAK.................................................10
2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT TERNAK...........................11
3. NISHAB HEWAN TERNAK DAN KADAR ZAKATNYA...................13
4. ZAKAT HEWAN TERNAK MILIK BERSAMA (AL-KHALITHAIN).17

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. KESIMPULAN...........................................................................................18
B. SARAN.......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

Kelompok 32
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia sebagai makhluk hidup yang diciptakan Allah telah dijanjikan
rezekinya, baik rezeki dari harta yang diperolehnya maupun dari hal lain yang
tidak terduga-duga datangnya. Namun, sering kali manusia tidak menyadari
bahwa dibalik rezeki dari harta yang datang padanya bisa saja mengandung
kekotoran. Untuk membersihkan segala kekotoran itu, Allah menganjurkan
manusia untuk berzakat. Zakat adalah memberikan sebagian dari harta yang
sejenis yang sudah sampai nishab selama setahun dan diberikan kepada orang
fakir dan semisalnya.
Zakat sendiri bisa bermakna thaharah (bersuci) yang ditinjau dari segi
filsafat, dimana yang disucikan atau dibersihkan adalah kekikiran,
kebakhilan, dan sifat-sifat buruk dari manusia, serta membersihkan harta yang
mungkin saja mengandung kekotoran tanpa kita ketahui. Akan tetapi, bukan
sedikit orang yang beranggapan bahwa zakat hanya akan mengurangi harta
mereka. Padahal Allah sendiri telah menjanjikan dalam Al-Quran di QS. Al
Baqarah: 261 yang pada intinya menyatakan bahwa orang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, maka Allah akan menumbuhkan hartanya serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Jadi, jangan takut untuk menafkahkan harta di jalan Allah, karena
sesungguhnya Allah telah menjanjikan balasan yang demikian besar
nikmatnya. Selain itu, dengan berzakat berarti kita telah bersyukur dan
menyadari bahwa harta kita juga merupakan hak orang lain.

Zakat sendiri terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal
(harta). Zakat mal sendiri terbagi lagi menjadi beberapa bagian, salah satunya
yang akan menjadi topik pembahasan kali ini adalah zakat pertanian dan
ternak. Ada hasil pertanian dan ternak tertentu yang wajib dizakatkan.

Kelompok 33
Namun, tentunya ada syarat-syarat tertentu yang harus diikuti, seperti apa-apa
saja jenis pertanian dan binatang ternak yang wajib dizakatkan, berapa lama
batas haul, berapa nishab yang harus dicapai dan lain-lain sebagainya. Untuk
itu, disini kami akan membahas secara komprehensif mengenai zakat
pertanian dan ternak agar tidak terjadi lagi kebingungan mengenai zakat
tersebut dikemudian hari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sebenarnya tinjauan umum tentang zakat pertanian?
2. Bagaimana sebenarnya tinjauan umum tentang zakat ternak?

Kelompok 34
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PERTANIAN

1. DASAR HUKUM ZAKAT PERTANIAN


Di antara nikmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya ialah
dihamparkannya bumi yang dapat dimanfaatkan untuk menanam
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, dan yang demikian itu merupakan
karunia-Nya.1 Zakat diwajibkan pada makanan pokok dari hasil pertanian
dan buah-buahan karena dapat menguatkan badan, juga dapat memenuhi
kebutuhan pokok. 2
Zakat hasil-hasil pertanian ditetapkan berdasarkan Al-Quran, yaitu:

1 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh Ibadah:
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Cet. 2. Jakarta: Amzah, halaman 365

2 Ibid., halaman 350

Kelompok 35








Wahuwal-ladzii ansyaa
jannaatin ma'ruusyaatin

QS. Al-Anaam:141

waghaira ma'ruusyaatin
wannakhla wazzar'a

mukhtalifan ukuluhu

wazzaituuna warrummaana
mutasyaabihan waghaira
mutasyaabihin kuluu min
tsamarihi idzaa atsmara

waaatuu haqqahu yauma
hashaadihi walaa tusrifuu
innahu laa yuhibbul
musrifiin(a)
"Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun, yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman
yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu), bila
dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya, (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai,
orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS.6:141)

Kelompok 36









Yaa ai-yuhaal-ladziina

QS. Al-Baqarah:267

aamanuu anfiquu min thai-


yibaati maa kasabtum




wamimmaa akhrajnaa
lakum minal ardhi walaa
tayammamuul khabiitsa
minhu tunfiquuna

walastum biaakhidziihi ilaa
an tughmidhuu fiihi

waa'lamuu annallaha
ghanii-yun hamiidun
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah), sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi, untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu
kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya, lagi
Maha Terpuji." (QS.2:267)

Selain ayat-ayat Al-Quran di atas, Hadist juga menyebutkan kewajiban


zakat pertanian, antara lain:
- Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang
menggunakan penyerapan akar (atsariyan) diambil sepersepuluh
(sepuluh persen) dan yang disirami dengan penyiraman maka
diambil seperduapuluh (lima persen). [HR al-Bukhri]

Kelompok 37
- Semua yang diairi dengan sungai dan hujan maka diambil
sepersepuluh dan yang diairi dengan disiram dengan pengairan
maka diambil seperduapuluh. [HR Muslim]

Berdasarkan nash-nash di atas, dapat dilihat bahwa penunaian zakat hasil


pertanian adalah wajib.

2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT PERTANIAN


Penunaian zakat pertanian memiliki syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi, seperti:
a. Zakat diwajibkan pada jenis biji-bijian dan buah-buahan yang
menjadi makanan pokok bagi manusia serta dapat disimpan.
Makanan pokok itu pada umumnya makanan yang
menguatkan badan manusia. Dapat dipahami juga bahwa tak
ada zakat pada hasil pertanian yang tidak dapat disimpan,
seperti semangka, delima dan lain sebagainya, kecuali untuk
diperdagangkan maka si pedagang harus mengeluarkan zakat
perdagangan.3
b. Hasil pertanian tersebut ditanam oleh manusia.
Jika hasil pertanian itu tumbuh sendiri karena perantaraan air
atau udara maka tidak wajib dizakati. Oleh, karena itu, tidak
ada kewajiban mengeluarkan zakat pada segala sesuatu yang
tumbuh dengan sendirinya di lembah-lembah padang
pasir/pegunungan, atau yang terbawa oleh air dan udara dan
tumbuh disana. Hasil-hasil tanaman ini tidak wajib dizakati
karena ia tidak memiliki pemilik definitif.4
c. Sudah mencapai nishab.

3 Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. 2003. Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin
Muhammatin Tataallaqu bi Arkanil Islam (Tanya Jawab Tentang Rukun Islam). Diterjemahkan
oleh Mudzakir Muhammad Arif. Medan: IAIN Sumatera Utara, halaman 182

4 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit., halaman
370

Kelompok 38
Hasil pertanian tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebelum
mencapai nishab, yaitu 5 wasq (1 wasq adalah 60 sha,
sedangkan 1 sha sama dengan 2,2 kg, jadi 1 wasq kurang
lebih sama dengan 132,6 kg).
Jadi, kadar nishab hasil pertanian adalah 5 wasq 132,6 kg =
663 kg.5
Kadar tersebut ditentukan berdasarkan Hadist, yaitu:
Tidak ada zakat pada (hasil pertanian) di bawah lima
wasq. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
d. Hasil pertanian tersebut telah sampai haul.
Pembayaran zakat untuk tanaman tidak menggunakan
penghitungan satu tahun seperti zakat emas dan perak, tetapi
pada setiap kali panen.6
Pemilik hasil pertanian tidak diperkenankan memakan dan
memanfaatkan hasil panennya sebelum ia mengeluarkan
zakat atas hasil pertanian tersebut.7

Di beberapa daerah di Indonesia, setiap kali memanen padi,


pemiliknya membersihkan padinya di sawah sebelum dibawa
pulang, ditakari dan langsung dikeluarkan zakatnya dengan
diberikan kepada fakir miskin yang ada di daerah itu Mereka
takut akan termakan olehnya bagian yang harus dizakatkan
itu.8

5 Ibid., halaman 372

6 Syakir Jamaluddin. 2013. Kuliah Fiqh Ibadah. Cet. 3. Yogyakarta: LPPI UMY, halaman
200

7 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit., halaman
371

8 Zakiah Daradjat. 1994. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Cet. 6. Jakarta: CV Ruhama,
halaman 42

Kelompok 39
3. KADAR ZAKAT PERTANIAN YANG WAJIB DIKELUARKAN
Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang
menggunakan penyerapan akar (atsariyan) diambil sepersepuluh
(sepuluh persen) dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil
seperduapuluh (lima persen). [HR al-Bukhri]
Merujuk dari Hadist yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa:
- Hasil pertanian dengan sistem non-irigasi (pengairan tanpa
menggunakan tenaga, alat, maupun biaya. Misalnya diairi dengan air
sungai) kadar zakatnya adalah 10%. Jadi, yang dikenakan adalah
10% dari 663 kg, yaitu 66,3 kg.

- Hasil pertanian dengan sistem irigasi (pengairan dengan


menggunakan tenaga, alat, maupun biaya) kadar zakatnya adalah
5%. Jadi, yang dikenakan adalah 5% dari 663, yaitu 33,15 kg.

Jika kondisinya berbeda-beda mengikuti perkembangan waktu, yakni


dalam beberapa waktu ladang pertanian mendapat pengairan tanpa biaya
dan waktu lain dengan menggunakan biaya, maka kadar zakatnya
disesuaikan dengan mempertimbangkan masa hidup tanaman, atau masa
berbuah dan tumbuhnya. Jika rentang waktu sejak tanam, lalu tumbuh
hingga matang adalah 8 bulan, lalu selama 4 bulan tanaman diairi dengan
air hujan, sementara 4 bulan sisanya diairi dengan menggunakan
tenaga/alat/biaya, maka kadar zakat yang wajib adalah 7,5%.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa yang dijadikan
pertimbangan adalah mana sistem yang paling banyak digunakan, apakah
irigasi atau non-irigasi. Jika paling banyak adalah non-irigasi, maka
irigasi dihapuskan dan si pemilik hasil pertanian harus menzakatkan 10%
dari hasil pertaniannya. Namun, sebagai bentuk kehati-hatian karena bisa
saja si pemilik lalai dalam membandingkan sistem mana yang paling
besar, maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah 7,5%.9

9 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit., halaman
373

Kelompok 310
Kelompok 311
B. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT TERNAK

1. DASAR HUKUM ZAKAT TERNAK


Hewan ternak dizakatkan karena hewan ternak memiliki banyak
manfaat seperti untuk keperluan makan, minum ataupun yang lainnya.
Allah berfirman:





QS. Al-Nahl:66


Wa-inna lakum fiil an'aami
la'ibratan nusqiikum
mimmaa fii buthuunihi min
baini fartsin wadamin



labanan khaalishan saa-
ighan li-sysyaaribiin(a)
"Dan sesungguhnya, pada binatang ternak itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum,
dari apa yang berada dalam perutnya, (berupa) susu yang
bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-
orang yang meminumnya." (QS.16:66)

Adapun yang dimaksud dengan hewan ternak disini secara khusus dalam
nash hadits adalah unta, sapi (kerbau), dan domba (kambing). Itulah jenis
hewan yang wajib zakat. Selain dari jenis hewan tersebut maka tidak
wajib zakat. Mengenai zakat untuk hewan kuda, para tokoh Islam seperti
Imam Malik, Asy-Syafii, dan Ahmad bin Hanbal sepakat untuk
mengklasifikasikan kuda ke zakat niaga jika kuda tersebut
diberniagakan.10
Orang-orang yang tidak mau menjalankan zakat ternak diancam
dengan hukuman di akhirat nanti. Hal tersebut dijelaskan dalam hadist di
bawah ini:

10 Ibid., halaman 351

Kelompok 312
Tiada seorang pun yang mempunyai unta, sapi, ataupun kambing
dan ia sudah berkewajiban mengeluarkan zakat, namun ia tidak
mengeluarkan zakatnya, melainkan nanti pada hari kiamat akan
didatangkan apa yang dimiliki itu dalam keadaan yang lebih besar
dan gemuk dari yang ada sewaktu di dunia. Lalu, binatang yang tidak
dikeluarkan zakatnya itu menginjak-nginjak orang tersebut dengan
kuku-kuku kakinya dan menanduk dengan tanduknya. Setiap kali yang
terakhir telah melaluinya, maka dikembalikan kepadanya yang
pertama kalinya. Keadaan demikian ini terus berlangsung sehingga
diberi keputusan di antara semua manusia. [HR. Bukhari]

2. SYARAT-SYARAT PENUNAIAN ZAKAT TERNAK


Penunaian zakat ternak memiliki syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi, seperti:
a. Hewan itu termasuk hewan yang mencari rumput sendiri
(saimah) atau digembalakan dan bukan hewan yang diupayakan
rumputnya dengan biaya pemilik.11 Hal tersebut adalah
kesepakatan para ulama.
b. Hewan ternak tersebut dimaksudkan untuk diperoleh susunya,
anaknya, dagingnya, dan tidak untuk dipekerjakan. 12 Hewan
yang digunakan untuk membajak di ladang dan dipekerjakan di
tempat lain tidak wajib zakat meskipun diternakkan.
Sapi-sapi yang dipekerjakan tidak ada zakatnya. [HR. Ath-
Thabarani]
Unta dan sapi yang dipekerjakan di tanah pertanian dan sapi
yang dipekerjakan di ladang tidak ada zakatnya, karena

11 Meria Susanti. 2012. Zakat Hewan atau Binatang Ternak dan Cara Perhitungannya,
melalui http://meriasusanti.blogspot.com/2012/03/zakat-hewan-atau-binatang-ternak-dan.html,
diakses tanggal 14 November 2014, jam 19:34 WIB

12 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit.,
halaman 352

Kelompok 313
ternak tersebut sebagai pekerja-pekerja tanah pertanian dan
ladang. [HR. Abu Ubaid]

Kelompok 314
c. Telah mencapai nishab
Tiap-tiap hewan ternak yang wajib dizakatkan punya nishab
yang berbeda-beda. Kambing mulai terkena zakat jika
jumlahnya sudah 40 ekor, sapi 30 ekor, dan unta 5 ekor.
Mengenai nishab seterusnya akan dijelaskan di subjudul
pembahasan selanjutnya.
d. Telah mencapai haul, yaitu telah dimiliki selama satu tahun
penuh. Hal ini sesuai dengan Hadist:
Tidak ada zakat pada harta sampai ia mencapai satu tahun.
[HR. Abu Dawud]
Ada beberapa ketentuan mengenai haul zakat ternak ini, antara
lain:
- Anak hewan ternak karena haul (ukuran setahun) bagi anak-
anak hewan ternak itu mengikuti hitungan haul induknya.
Anak hewan ternak ini dihitung dalam zakat walaupun
belum mencapai usia setahun apabila induknya telah
mencapai nishab.
Contohnya seseorang memiliki 120 ekor kambing,
seharusnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2 ekor
kambing, namun sebulan sebelum sempurna haulnya,
lahir 100 ekor kambing sehingga di akhir tahun (waktu
sempurnanya haul) berjumlah 220 ekor. Dalam hal ini ia
wajib mengeluarkan 3 ekor kambing walaupun yang 100
ekor belum mencapai usia setahun.
- Apabila induk-induknya belum mencapai nishab, lalu
induk-induk itu melahirkan anak-anaknya sehingga
mencapai nishab. Saat mencapai nishab itulah permulaan
haulnya.
Contohnya, seorang memiliki 30 ekor kambing lalu
kambing-kambing itu melahirkan 10 ekor, maka haul
kambing-kambing tersebut dihitung sejak genap empat
puluh ekor kambing.
- Apabila nishab berkurang ditengah-tengah tahun sebelum
sempurna haul, maka terputuslah haul.

Kelompok 315
Contohnya, seorang memiliki 40 ekor kambing dan
sebelum sempurna setahun berkurang seekor karena
mati, maka ia tidak wajib menzakati sisanya.

Contoh lainnya adalah seseorang memiliki 40 ekor


kambing lalu sebelum sempurna setahun ia jual dua ekor
kambing dengan uang seharga 2 juta rupiah. 13 Harus
dicatat disini bahwa penjualan tersebut bukan karena
takut untuk membayar zakat, tapi karena memang
kepentingan pemilik menghendaki untuk menjual hewan
tersebut.

3. NISHAB HEWAN TERNAK DAN KADAR ZAKATNYA


a. Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5
ekor unta maka ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu
bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah.
Berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai
berikut14:

13 Kholid Syamhudi. 2013. Syarat-Syarat Wajib Zakat Mal, melalui


http://almanhaj.or.id/content/3672/slash/0/syarat-syarat-wajib-zakat-mal/, diakses tanggal 14
November 2014, jam 20:33 WIB

14 Marhamar Saleh. 2009. Panduan Zakat, melalui


http://marhamahsaleh.files.wordpress.com/2009/09/panduan-zakat.pdf, diakses tanggal
14 November 2014, jam 21:13 WIB

Kelompok 316
Nishab Zakatnya
Unta Bilangan dan Jenis Umur
(ekor) Zakatnya
1 ekor kambing atau 2 tahun lebih
59
1 ekor domba 1 tahun lebih

2 ekor kambing atau 2 tahun lebih


10 14
2 ekor domba 1 tahun lebih

3 ekor kambing atau 2 tahun lebih


15 19
3 ekor domba 1 tahun lebih

4 ekor kambing atau 2 tahun lebih


20 24
4 ekor domba 1 tahun lebih
1 ekor unta betina (bintu
25 35 1 tahun lebih
mukhadh)
1 ekor unta betina (bintu
36 45 2 tahun lebih
labun)
46 60 1 ekor unta betina (hiqqah) 3 tahun lebih

61 75 1 ekor unta betina (jadzaah) 4 tahun lebih


2 ekor unta betina (bintu
76 90 2 tahun lebih
labun)
91 120 2 ekor unta betina (hiqqah) 3 tahun lebih

Selanjutnya, setiap bertambah 40 ekor unta, zakatnya juga


ditambah seekor unta betina (berumur 2 tahun lebih), dan setiap
bertambah 50 ekor unta, maka zakatnya seekor unta betina
(berumur 3 tahun lebih).

b. Sapi/Kerbau
Nishab kerbau disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30 ekor.
Artinya jika seseorang telah memiliki 30 sapi/kerbau, maka ia telah
terkena wajib zakat.

Kelompok 317
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
At Tarmidzi dan Abu Dawud dari Muadz bin Jabbal RA, maka
dapat dibuat tabel sebagai berikut15:

Nishab Zakatnya
Sapi/Ker
Bilangan dan Jenis Umur
bau
Zakatnya
(ekor)
30 39 1 ekor sapi/kerbau 1 tahun lebih

40 59 1 ekor sapi/kerbau 2 tahun lebih

60 69 2 ekor sapi/kerbau 1 tahun lebih


Tiap ekor terdiri
70 79 2 ekor sapi/kerbau dari 1 tahun dan
2 tahun lebih
80 89 2 ekor sapi/kerbau 2 tahun lebih

Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya


bertambah 1 ekor sapi/kerbau berumur 1 tahun lebih, dan jika
setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor
sapi/kerbau berumur 2 tahun lebih.

c. Kambing/Domba
Nishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah
memiliki 40 ekor kambing/domba maka ia telah terkena wajib
zakat.
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhori dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel
sebagai berikut16:

15 Ibid.

16 Ibid.

Kelompok 318
Kelompok 319
Nishab Zakatnya
Kambing/Do Bilangan dan Jenis Umur
mba (ekor) Zakatnya
Kambing 2
40 120 1 ekor kambing/domba tahun, domba
1 tahun
Kambing 2
121 200 2 ekor kambing/domba tahun, domba
1 tahun
Kambing 2
201 300 3 ekor kambing/domba tahun, domba
1 tahun
Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya
bertambah 1 ekor.

d. Zakat Kuda, Keledai, Rusa, Ayam dan Sejenisnya


- Hewan-hewan seperti kuda, keledai, rusa, ayam dan lain-lain,
apabila sengaja dipelihara dalam usaha peternakan (baik diberi
makan dikandangnya, atau digembalakan di padang terbuka
untuk umum), maka berlaku padanya zakat perdagangan,
seperti berbagai komoditi perdagangan lainnya.
- Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan
berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan
kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha.
Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 85
gram emas. Artinya bila seorang beternak unggas atau
perikanan, dan setelah setahun ia memiliki kekayaan hasil
dari ternak unggas dan perikanan yang setara dengan 85 gram
emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.

Kelompok 320
- Kemudian bagi binatang yang tidak disebutkan dalam hadits,
maka mayoritas ulama berpendapat bahwa zakatnya
dinisbatkan juga kepada zakat emas, yakni 2,5%.17

4. ZAKAT HEWAN TERNAK MILIK BERSAMA (AL-KHALITHAIN)

Zakat hewan ternak milik bersama nishabnya sama dengan zakat


milik satu orang. Apabila ada dua orang memiliki 40 ekor kambing, maka
zakatnya 1 ekor kambing. Jika ada tiga orang memiliki 120 ekor
kambing, maka masing-masing orang zakatnya 1 orang kambing.
Dikatakan milik bersama apabila
Janganlah antara yang sama dipisah-pisah, dan antara yang beda
digabung-gabung hanya karena takut terkena kewajiban zakat. [HR.
Al-Bukhari]
Ini berarti harta dua orang yang berserikat yang wajib zakat karena
penggabungan, misalnya 40 ekor kambing, masing-masing 20 ekor, maka
zakatnya seekor kambing. Harta gabungan tidak boleh dipisahkan dan
harta terpisah tidak boleh digabungkan karena khawatir mengeluarkan
zakat. Seandainya 2 orang bersaudara masing-masing memiliki 40 ekor
kambing secara terpisah maka masing-masing wajib mengeluarkan zakat
seekor kambing, tidak boleh bagi keduanya menggabungkan harta
terpisah tersebut ketika diambil zakatnya karena khawatir mengurangi
zakat yang merupakan hak orang-orang fakir dan yang lainnya.18

17 Anonim. 2011. Fiqih Zakat: Zakat Peternakan. Karya tulis yang dipublikasikan melalui
ei08.files.wordpress.com/2011/04/zakat-peternakan1.docx

18 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Op. Cit.,
halaman 356-357

Kelompok 321
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Zakat pertanian diwajibkan berdasarkan Al-Quran dan Hadist yang


menganjurkan untuk menafkahkan suatu bagian tertentu dari hasil
pertanian yang diperoleh.
Syarat-syarat zakat hasil pertanian, yaitu zakat diwajibkan pada jenis biji-
bijian dan buah-buahan yang menjadi makanan pokok bagi manusia serta
dapat disimpan, hasil pertanian tersebut ditanam oleh manusia, sudah
mencapai nishab (663 kg), hasil pertanian tersebut telah sampai haul
(ketika masa panen).
Kadar zakat hasil pertanian dengan sistem non-irigasi adalah 10%,
sedangkan hasil pertanian dengan sistem irigasi adalah 5%.
2. Hewan ternak diwajibkan berdasarkan Al-Quran dan Hadist yang
menganjurkan untuk menafkahkan suatu bagian tertentu dari ternak yang
dimiliki.
Syarat-syarat zakat hewan ternak, yaitu hewan itu termasuk hewan yang
digembalakan, hewan ternak tersebut dimaksudkan untuk diperoleh
susunya, anaknya, dagingnya, dan tidak untuk dipekerjakan, telah
mencapai nishab (beda hewan, beda nishab), telah mencapai haul (satu
tahun).
Tiap-tiap hewan ternak yang wajib dizakatkan punya nishab yang
berbeda-beda. Misalnya kambing mulai terkena zakat jika jumlahnya
sudah 40 ekor, sapi 30 ekor, dan unta 5 ekor.
Zakat hewan ternak milik bersama nishabnya sama dengan zakat milik
satu orang.

Kelompok 322
B. SARAN

1. Kepada masyarakat sebaiknya lebih memahami bahwa berzakat tidak


akan membuat harta benda kita berkurang, melainkan semakin tumbuh
dan berkembang (namaa) seperti yang telah dijanjikan oleh Allah dalam
Al-Quran.
2. Kepada teman-teman sekalian, ada baiknya kita semua bersama-sama
mencari informasi mengenai zakat pertanian dan ternak ataupun zakat
lainnya melalui buku, internet, atau media lainnya untuk memperluas
wawasan kita tentang zakat.

Kelompok 323
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku
Aziz, S. A., bin Abdullah bin Baz., 2003. Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin
Muhammatin Tataallaqu bi Arkanil Islam (Tanya Jawab Tentang Rukun
Islam). Diterjemahkan oleh Mudzakir Muhammad Arif. Medan: IAIN
Sumatera Utara

Azzam, A. A. M., dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas., 2010. Fiqh Ibadah:
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Cet. 2. Jakarta: Amzah

Daradjat, Z., 1994. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Cet. 6. Jakarta: CV Ruhama

Jamaluddin, S., 2013. Kuliah Fiqh Ibadah. Cet. 3. Yogyakarta: LPPI UMY

B. Karya Tulis

Anonim. 2011. Fiqih Zakat: Zakat Peternakan. Karya tulis yang dipublikasikan
melalui ei08.files.wordpress.com/2011/04/zakat-peternakan1.docx

C. Website/Situs Internet
Kholid Syamhudi. 2013. Syarat-Syarat Wajib Zakat Mal, melalui
http://almanhaj.or.id/content/3672/slash/0/syarat-syarat-wajib-zakat-mal/,
diakses tanggal 14 November 2014, jam 20:33 WIB

Marhamar Saleh. 2009. Panduan Zakat, melalui


http://marhamahsaleh.files.wordpress.com/2009/09/panduan-zakat.pdf,
diakses tanggal 14 November 2014, jam 21:13 WIB

Meria Susanti. 2012. Zakat Hewan atau Binatang Ternak dan Cara
Perhitungannya, melalui http://meriasusanti.blogspot.com/2012/03/zakat-
hewan-atau-binatang-ternak-dan.html, diakses tanggal 14 November 2014,
jam 19:34 WIB

Kelompok 324

Anda mungkin juga menyukai