(RHODAMIN B)
NURUL ANNISA
PO.71.3.203.13.1.031
TINGKAT II A
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang tiada hentinya penulis panjatkan karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga makalah dengan judul Rhodamin B dapat diselesaikan. Shalawat
dan salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas akademik untuk mata
kuliah Toksi.kologi
Selama penulisan makalah ini, penulis telah banyak menghadapi
berbagai hambatan dan persoalan dikarenakan waktu, tenaga, hal-hal yang
tidak terduga, serta kemampuan penulis yang sangat terbatas. Namun berkat
bimbingan, doa, motivasi, bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai
pihak, segala hambatan dan tantangan yang dihadapi penulis dapat teratasi.
Kepada semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini,
penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga mendapat imbalan yang
setimpal dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan informasi bagi
pembaca, dan semoga kebaikan dan keikhlasan serta bantuan dari semua
pihak bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 1
A. Bahan Tambahan Makanan (BTM)........................................... 1
B. Pewarna Sintetis....................................................................... 2
C. Rhodamin B.............................................................................. 3
D. Toksisitas Rhodamin B.............................................................. 5
E. Analisa Rhodamin B................................................................. 8
F. Pencegahan Dan Pengobatan.................................................. 9
BAB II. RINGKASAN.............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
B. Pewarna Sintetis
Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan manusia.
Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih
homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis
pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi
akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan
makanan, karena meskipun makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya
tidak menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan selera orang yang akan
memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992).
Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan
diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine. Tartrazine dan Sunset
Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam
pengobatan dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat
dengan mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal dan juga
biaya yang rendah dibandingkan dengan pewarna alami (Pedro et al, 1997).
Di samping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan
dalam produk pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil.
Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam
jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu
iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003).
C. Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine
dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar
berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambal botol, dan
sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan
untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan
yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar
klorin sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem
pernafasan. Efek toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila
klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan
air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit
(HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun
reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan
manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan
disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit
yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam
renang pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata
dan kulit manusia.
Bahaya jangka pendek diantaranya adalah mual, muntah, sakit
perut, dan tekanan darah rendah. Sedangkan bahaya jangka panjangnya
adalah kanker.
1. Jika tertelan dan terjadi muntahan dapat menimbulkan iritasi pada saluran
pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah
atau merah muda. Tindakan yang harus dilakukan letakkan posisi kepala
lebih rendah dari pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan masuk ke
saluran pernapasan
2. Jika terkena kulit dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Tindakan yang harus
dilakukan, cuci kulit yang terkontaminasi dengan sabun dan air yang mengalir
sampai bersih dari rhodamin B, selama kurang lebih 15 s.d. 20 menit, bila
perlu hubungi dokter
3. Jika terkena mata akan mengalami iritasi pada mata, mata akan kemerah-
merahan, oedema pada kelopak mata. Tindakan yang harus dilakukan, bilas
dengan air yang mengalir atau larutan garam fisiologis, mata dikedip-
kedipkan samapai dipastikan sisa rhodamin B sudah tidak ada lagi.
Hasil analisis berupa penelitian menyatakan bahwa Rhodamin B
dapat membahayakan kesehatan manusia yaitu tidak dapat dicerna oleh
tubuh dan akan mengendap secara utuh dalam hati sehingga dapat
menyebabkan keracunan hati. Pengaruh toksisitas yang teramat biasanya
bersifat akut saja yaitu yang pengaruhnya cepat terjadi, sedangkan pengaruh
yang bersifat kronis tidak dapat diketahui secara cepet karena manusia yang
normal memiliki toleransi yang tinggi terhadap racun dalam tubuh dengan
adanya mekanisme detoksifikasi. Selain itu pembeli juga diduga tidak
mengonsumsi menu yang sama setiap harinya.
Efek toksik yang disebabkan oleh makanan yang mengandung
pewarna sintetis yang tidak diizinkan dapat timbul pada manusia karena
golongan pewarna sintetik tersebut memang bukan untuk dimakan manusia.
Efek ini tergantung pada banyaknya intake pewarna sintesik yang tidak
diizinkan dan daya tahan seseorang karena dalam tubuh manusia terdapt
proses detoksifikasi di dalam tubuh. Laporan gangguan kesehatan yang akut
sebagai akibat mengonsumsi pewarna sintetis yang tidak diizinkan belum
pernah diperoleh, karena diduga sulit mengenali penyakit ini (Sumarlin,
2010).
E. Analisa Rhodamin B
7. Harganya Murah
2. Pengobatan
1. Bila terhirup segera pidahkan korban dari lokasi kejadian, pasang masker
berkatup atau perlatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan, bila
perlu hubungi dokter;
2. Bila terkena kulit segera lepaskan pakaian perhiasan dan sepatu penderita
yang terkontaminasi/terkena Rodamin B. Cuci kulit dengan sabun dan air
mengalir sampai bersih dari Rodamin B, selama kurang lebih 15 menit
sampai 20 menit. Bila perlu hubungi dokter;
3. Bila terkena mata, bilas dengan air mengalir atau larutan garam fisilogis,
mata dikeip kedipkan sampai dipastikan sisa Rodamin B sudah tidak ada lagi
atau sudah bersih. bila perlu hubungi dokter;
4. Bila tertelan dan terjadi muntah, letakan posisi kepala lebih rendah dari
pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran pernapasan.
Bila korban tidak sadar, miringkan kepala ke samping atau ke satu sisi.
Segera hubungi dokter.
BAB II
RINGKASAN
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting dan juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Tetapi betapapun menariknya
penampilan suatu makanan, lezat rasanya dan tinggi nilai gizinya, apabila
tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut tidak ada nilainya sama
sekali.
Berbagai jenis bahan kimia makanan digunakan oleh para produsen
makanan. Seringkali dalam satu jenis bahan makanan ditambahkan
beberapa macam bahan kimia yang aman untuk dikonsumsi yang mana
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
722/MenKes/Per/VI/88 mengenai Bahan Tambahan Makanan. Bahan
tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.
1168/Menkes/PER/X/1999 adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan
penyimpanan. Salah satu bahan tambahan makanan itu adalah zat pewarna.
Zat pewarna ditambahkan pada bahan makanan pada umumnya
bertujuan untuk memperoleh warna makanan yang lebih menarik dan
menjadi lebih bervariasi. Zat pewarna yang digunakan dalam produksi
pangan dapat berupa zat pewarna alami maupun sintetis/buatan. Zat
pewarna alami dapat diperoleh dari pigmen tanaman, misalnya warna hijau
yang didapat dari klorofil dedaunan hijau seperti daun suji, menghasilkan
warna hijau, warna oranye-merah yang berasal dari karotenoid wortel dan
cabe merah atau ekstrak paprika, menghasilkan warna kapxantin (merah).
Sedangkan zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna yang sengaja dibuat
melalui pengolahan industri. Zat pewarna sintetis biasanya digunakan karena
komposisinya lebih stabil, seperti Sunset yellow FCF yang memberi warna
oranye, Carmoisine untuk warna merah, serta Tartrazine untuk warna kuning.
Pada produk pangan yang perlu dihindari adalah penggunaan zat pewarna
yang berlebihan serta penggunaan zat pewarna berbahaya yang tidak
diperuntukkan untuk pangan karena dapat memberikan dampak negatif
terhadap kesehatan.
Nama lain dari Rhodamin B itu sendiri yang terkenal dipasaran adalah
D and C Red no 19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine,
tetra ethyl rhodamin, C.I. No.45179, C.I. Basic Violet 10, Rheonine B dan
Brilliant Pink B.
Ciri-ciri suatu makanan yang mengandung Rhodamin B antara lain
warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna terlihat
tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada produk, dan bila dikonsumsi
rasanya sedikit lebih pahit. Biasanya produk pangan yang banyak dijumpai
mengandung rhodamin B tidak mencantumkan kode, label, merek, atau
identitas lengkap lainnya. Rhodamin B sering disalahgunakan pada
pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang
gula, manisan, sosis, sirup, minuman, cendol, kolang-kaling dan cincau. dan
lain-lain.
Awal penggunaannya, Rhodamin B merupakan zat warna golongan
xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai
pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun. Dari
penggunaan asal yang sebenarnya, Rhodamin B sangat berbahaya untuk
dikonsumsi serta tidak ada kadar ambang batas amannya untuk dijadikan
sebagai bahan tambahan makanan.
Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia
karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Penggunaan Rhodamin B
pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan
fungsi hati maupun kanker.
Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka
dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B. Bila
Rhodamin B tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi
pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urine
yang berwarna merah maupun merah muda. Selain melalui makanan dan
minuman, Rhodamin B juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, jika
terhirup akan terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena
Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata
kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata. Jika terpapar pada
bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, gatal, bahkan kulit
bibir terkelupas.
Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin
merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka
senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara
mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh.
Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang
bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA
dalam tubuh.
Untuk mendeteksi adanya campuran zat pewarna Rhodamin B pada
bahan tambahan makanan, cara mudah dan sederhana untuk mendeteksi
kandungan zat pewarna sintesis ini secara kualitatif yaitu dilakukan dengan
cara reaksi kimia, cara kromatografi kertas.
Cara reaksi kimia dilakukan dengan cara berikut :
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17586/5/Chapter%20I.pdf.
Diakses tanggal 25 April 2015
http://ik.pom.go.id/wp-content/uploads/2011/11/Bahaya-Rhodamin-B-sebagai-
Pewarna-pada-Makanan.pdf. Diakses tanggal 25 April 2015
http://www.univrab.ac.id/downlot.php?file=Rhodamin%20B.pdf. Diakses
tanggal 25 April 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17586/7/Cover.pdf. Diakses
tanggal 25 April 2015