Anda di halaman 1dari 15

POLIKETIDA

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah kimia bahan alam

Disusun oleh :

Kelompok 4

Ainur Rohmah (1112096000013)

Muhamad Rizal (1112096000019)

Rizky Widyastari (1112096000025)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014 M / 1436 H
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Kimia Bahan Alam. Makalah
ini membahas mengenai Poliketida meliputi asal-usul, sistem penamaan poliketida,
biosintesis, aktivitas biologis serta isolasi suatu poliketida. Pada Kesempatan ini, tak lupa
kami ucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku dosen mata kuliah Kimia Bahan Alam

2. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu dalam


memberikan referensi

3. Bapak dan ibu dosen lainnya serta teman-teman lain yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, demi
kesempurnaan makalah ini maka kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca selalu penulis harapkan.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami mahasiswa/i UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 03 November 2014

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatik.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatik yang
hanya terdiri dari atom karbon seperti benzen, naftalen dan antrasen. Cincin karbo
aromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus
lainnya yang ekivalen ditinjau dari segi biogenetiknya. Oleh karena itu, senyawa bahan
alam aromatik ini, sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol, walaupun sebagian
diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas
(Lenny, 2006).
Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami
kemajuan yang sangat pesat setelah berhasil menetapkan struktur dari cincin aromatik,
bahkan struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19.
Akan tetapi topik-topik menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus menerus muncul
dengan adanya penemuan-penemuan baru. Dengan demikian senyawa-senyawa fenol
dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berkembang,
seperti halnya terpenoida, dan steroid (Lenny, 2006).
Sifat-sifat kimia dari semua senyawa-senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari
segi biogenetik senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenolik yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat
2. Senyawa fenolik yang berasal dari jalur asetat-malonat
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai senyawa fenol yang berasal dari jalur
asetat-malonat yakni poliketida. Poliketida banyak dihasilkan oleh bakteri, fungi
(jamur), kapang dan lumut. Sebagai contoh senyawa-senyawa yang terdapat dalam
fungi dan bakteri adalah asam orselinat dalam fungi dan linchen, griseofulvin yang
terdapat dalam Penicillium griseo- fulvin dan kulvularin dalam Culvularis sp.

Dalam bentuk struktur molekulnya, poliketida memiliki pola oksigen yang


berselang seling. Pola inilah yang menjadi ciri khas poliketida dan membedakan
poliketida dari senyawa aromatik lainnya. (Rahmati, 2011)
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai suatu poliketida beserta
dengan alur biosintesis, klasifikasi, sistem penamaan, sintesis maupun isolasi dari suatu
poliketida.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui klasifikasi-klasifikasi dari suatu poliketida beserta dengan turunannya
b. Mengetahui sistem penamaan dari suatu poliketida
c. Memahami alur biosintesis dan sintesis serta proses isolasi suatu poliketida
d. Mengetahui peranan aktivitas biologis dari suatu poliketida dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Poliketida


Poliketida adalah senyawa fenolik yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Senyawa poliketida mempunyai kerangka dasar aromatik yang disusun oleh beberapa
unit dua atom karbon dan membentuk suatu rantai karbon yang linier yakni asam poli
-ketokarboksilat yang disebut rantai poliasetil (Harborne, 1987).
Poliketida atau yang sering disebut dengan peptida nonribosom dibentuk oleh
enzim besar yang multifungsional dengan kelompok situs katalitik yang terkoordinasi,
yaitu Polyketide Synthase (PKS) dan Non-Ribosomal Peptide Synthase (NRPS) (Zhao
et al. 2007).
Pada awalnya suatu poliketida diperkirakan berasal dari unit-unit asetil-CoA
berkondensasi melalui reaksi Claisen membentuk ester poli--keto. Tetapi studi
biosintesis menemukan bahwa penambahan rantai bukan oleh asetilCoA tetapi oleh
malonilCoA yang memiliki H lebih bersifat asam sehingga menyediakan nukleofil
yang lebih baik dari pada asetilCoA.

2.2 Asal Usul poliketida


Poliketida (golongan senyawa kimia) merupakan salah satu dari senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spons laut (Thakur & Mller 2004). Spons
mempunyai kemampuan untuk mensintesis bermacam macam komponen organik
seperti poliketida, alkaloid, peptid dan terpene (Sjogren et al., 2006). Dimana potensi
biologis dari suatu senyawa metabolite sekunder pun sangat beragam antara lain
bersifat sitotoksik, antitumor/antikanker, antivirus, antimikroba, antiinflamasi,
antimalaria, dan lain-lain (Guyot, 2000). Menurut Blunt et al. pada tahun 2007,
senyawa metabolit yang diisolasi dari bakteri yang berasosiasi dengan spons Haliclona
sp., misalnya: sterol, steroid, alkaloid, avarol, nukleosida, peptida, dan poliketida.

Poliketida banyak dihasilkan oleh bakteri, kapang dan lumut. Dalam bentuk
struktur molekulnya, poliketida memiliki pola oksigen yang berselang seling. Adapun
Metabolit sekunder yaitu poliketida yang terdapat pada fungi dan bakteri diantaranya

yakni pigmen antrakuinon yang terdapat pada fungi Claviceps purpurea, griseofulvin
terdapat pada Penicillium griseo-fulvin dan kurvularin yang terdapat pada Culvularis
sp.
Gambar 1. Antraquinon Gambar 2. Griseofulvin
Gambar 3. Kurvularin

2.3 Klasifikasi Poliketida


Secara umum, poliketida terbagi ke dalam dua golongan, yaitu poliketida
aromatik (yang terdiri dari satu sampai enam cincin aromatik) dan poliketida kompleks
yang terdiri dari makrolida dan ansamicin (yang memiliki cincin lakton atau laktam),
poliena dan polieter.

2.3.1 Poliketida Aromatik


Poliketida aromatik digolongkan menjadi beberapa golongan
berdasarkan pada pola-pola struktur tertentu yang berkaitan dengan jalur
biogenesisnya. Secara umum terdapat lima golongan utama senyawa poliketida
aromatik yaitu ;

a. Turunan Asil Floroglusinol

b. Turunan Kromon
c. Turunan Benzokuinon

d. Turunan Antrakuinon

2.5 Penamaan Poliketida


Dalam sistem penamaan poliketida, suatu poliketida memiliki mempunyai
bagian umum yang tetap, yaitu cincin benzokuinon.
O

Gambar 9. Senyawa Benzokuinon

(a) (b) (c)

Keterangan : Senyawa (a) adalah naftakuinon


Senyawa (b) adalah Benzokuinon
Senyawa (c) adalah Antrakuinon

Contoh penamaan poliketida


O O

OH

O O

(a)2-hidroksinaftakuionon (b) 1,4-Naftakuinon

2.6 Biosintesis Suatu Poliketida


Poliketida aromatik merupakan suatu poliketida yang memiliki karakteristik
yaitu struktur polisiklik aromatik. Biosintesis poliketida aromatik mirip dengan
biosintesis asam lemak. Perbedaan pembentukan asam lemak dan senyawa poliketida
aromatik terletak pada peristiwa reduksi sebelum penambahan asetil-CoA lebih lanjut.
CH3 COOH CH3 COOH C2

KONDENSASI
(+C2)

CH3 CO CH2 COOH CH3 CO CH2 COOH C2

REDUKSI

CH3 CH2 CH2 COOH

KONDENSASI
(+C2)

CH3 (CH2)2 CO CH2 COOH CH3 (CH2)2 CO CH2 COOH C2

REDUKSI

CH3 (CH2)2 CH2 CH2 COOH

KONDENSASI
(+C2)
CH3 (CH2)4 CO CH2 COOH CH3 (CH2)4 CO CH2 COOH C2

ASAM LEMAK POLIKETIDA Cn

Biosintesis asam lemak dan poliketida

Biosintesisis poliketida berasal dari suatu reaksi kondensasi asetil-CoA dengan


senyawa malonil-CoA. Pada dasarnya, asetil-CoA dibentuk dari asam asetat yang
mengalami pengaktivan pada gugus karboksilnya menjadi bentuk tio ester dengan
bantuan enzim Poliketida Sintase (PKS), sedangkan malonil-CoA berasal dari asetil-
CoA yang mengalami karboksilasi pada gugus metilennya.
Secara garis besar, pembentukan poliketida berlangsung melalui berbagai tahap reaksi
yaitu, :
1. Pembentukan rantai karbon poliasetil
Pembentukan rantai poliasetil (suatu produk menengah yang berupa rantai
karbon linear poli--keton) ini terjadi melalui suatu reaksi kondensasi Claisen
antara unit pemula (asetil-KoA) dan unit perluasan (malonil-KoA). Pembentukan
rantai poliasetil terjadi dengan bantuan enzim poliketida sintase. Setelah terbentuk
rantai diketida, terjadi reaksi perpanjangan rantai dengan adanya penambahan
gugus asetil yang berasal dari malonil-KoA. Reaksi perpanjangan ini sangat
ditentukan oleh enzim asil transferase. Enzim tersebut berfungsi untuk
memundahkan gugus asil dari malonil-KoA ke enzim poliketida sintase agar enzim
tersebut hanya melakukan siklus kondensasi. Mekanisme pembentukan rantai
poliasetil terdapat pada gambar dibawah ini:

Gambar 11. Mekanisme pembentukan rantai poliasetil

Rantai poliasetil yang dihasilkan memiliki kereaktifan yang sangat tinggi karena rantai
poliasetil tersebut memiliki gugus metilen yang dapat bertindak sebagai Nukleofil dan
gugus karbonil yang bertindak sebagai Elektrofil. Karena kereaktifannya tersebut,
rantai poliasetil dapat mengalami berbagai macam reaksi modifikasi seperti,
regiospesifik, reduksi, siklisasi atau aromatisasi dengan bantuan enzim yang sesuai.

2. Kondensasi dan Siklisasi (Aromatisasi Molekul)


Karena sifatnya yang sangat reaktif, poliasetil tersebut mampu melakukan reaksi-
reaksi tertentu, diantaranya ;

2.1 Kondensasi Intramolekuler


a. Kondensasi Aldol
Pada kondensasi aldol terjadi reaksi antara gugus metilen dengan gugus
karbonil dari poliasetil membentuk suatu turunan asam Orselinat dan
turunan Antrakuinon.

b. Kondensasi Claisen
Pada kondensasi Claisen terjadi reaksi antara gugus metilen dan gugus
karboksilat pada molekul poliasetil. Kondensasi ini menghasilkan
poliketida turunan Asil Floroglusinol. Berikut mekanisme reaksi
kondensasi Aldol dan Clasein ditunjukan pada gambar berikut :
(a )

R - CO - CH2 - CO - CH2 - CO - CH2 - COOH

(b)

(a ) (b) R

R CO

COOH O O

O O

R
R CO
COOH HO OH

HO OH

OH
Asam 2,4-dihidroksi-6-metil benzoat Asilfloroglusinol

(turunan resorsinol = asam-asam orselinat R = CH3 asetilfloroglusinol

Endokrosin Kurvularin
(polisiklik) (monosiklik)
Gambar X. Mekanisme reaksi kondensasi aldol dan clasein
(a) Kondensasi Tipe Koronat
(b) Kondensasi Tipe Claisen

2.2 Siklisasi

a. Laktonisasi

Pada reaksi laktonisasi terjadi reaksi antara gugus hidroksil dengan


gugus karboksil dari poliasetil membentuak suatu lakton (ester siklik).
Gugus hidroksil dari poliasetil dihasilkan ketika gugus karbonil pada
poliasetil bertautomer menjadi bentuk enolnya. Reaksi ini menghasilkan
senyawa turunan piron.

b. Eterifikasi

Pada reakis eterifikasi terjadi reakis antara gugus hidroksil dengan gugus
karbonil dari poliasetil membentuk eter siklik. Reaksi ini menghasilkan
senyawa turunan kromon yaitu turunan piron.

(a)

R - CO - CH2 - CO - CH2 - CO - CH2 - COOH

(b)

OH O
(a) (b)

R O O R O CH2 - COOH

piron piron

O O OOH O
R C
O
(a ) O (c ) O (b ) (b )
CHOOH
C O O R O O O R
O HOOH (d ) (d )

OH O

HO R

O
HO O R

OH O

ISOKUMARIN KHROMON

Gambar 18. Mekanisme reaksi laktonisasi dan eterifikasi


(a) Reaksi Laktonisasi

(b) Reaksi Eterifikasi

3. Modifikasi Sekunder Struktur poliketida

Selain mengalami reaksi kondensasi dan siklisasi, rantai poliketida juga mengalami
reaksi modifikasi sekunder yang dapat berlansung baik sebelum maupun sesudah
reaksi siklisasi. Reaksi modifikasi sekunder rantai poliketida dapat tejadi melalui ;

a. Reduksi

Reduksi biasanya terjadi pada gugus karbonil dengan menghasilkan gugus


hidroksil. Modifikasi reduksi dapat terjadi dengan adanya NADH.

Contohnya :

Gambar 19. Contoh Modifikasi Sekunder reaksi reduksi

b. Oksidasi
Biasanya terjadi pada gugus metilen menghasilkan gugus hidroksil.

Contoh modifikasi sekunder oksidasi :

Gambar 20. Contoh Modifikasi sekunder reaksi oksidasi

c. Metilasi
Metilasi terjadi pada gugus metilen dengan menghasilkan cabangn metil.
Berikut ini adalah modifikasi sekunder metilasi :

Gambar 21. Contoh modifikasi sekunder reaksi metilasi

Anda mungkin juga menyukai