Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Penyakit ARDS


1.1 Definisi/deskripsi ARDS
ARDS merupakan bentuk gagal napas yang berbeda ditandai dengan
hipoksemia berat yang resisten terhadap pengobatan konvensional.
ARDS terjadi setelah berbagai penyakit (sepsis, aspirasi isi lambung,
trauma serius), yang menyebabkan permeabilitas dan edema paru non
kardiogenik yang berat (Price dan Wilson (2006) dalam Nurarif dan
Kusuma (2016)).
1.2 Etiologi ARDS
ARDS berkembang sebagai akibat kerusakan pada epitel alveolar dan
endotel mikrovaskular yang diakibatkan trauma jaringan paru baik secara
langsung maupun tidak langsung (Sudoyo dkk (2009) dalam Nurarif dan
Kusuma (2016)).
1.3 Tanda dan gejala ARDS (Morton (2012) dalam Nurarif dan Kusuma
(2016))
1.3.1 Pirau intrapulmonal yang nyata
1.3.2 Hipoksemia
1.3.3 Keregangan paru yang berkurang secara progresif yang berakibat
bertambahnya kerja pernapasan
1.3.4 Dispnea dan takipnea yang berat akibat hipoksemia
1.3.5 Ronki basah
1.3.6 Kapasitas residu berkurang
1.3.7 Peningkatan P(A-a)O2, penurunan PaO2 dan penurunan PaCO2
1.3.8 Sinar X dada menunjukkan paru yang putih (keputihan) dengan
atelektasis kongestif yang difus
1.3.9 Gambaran klinis lengkap dapat bermanifestasi 1 sampai 2 hari
setelah cedera
1.4 Patofisiologi ARDS
Berdasarkan patofisiologinya, ARDS dideskripsikan sebagai gagal nafas
akut yang merupakan akibat dari edema pulmoner oleh sebab non
kardiak. Edema ini disebabkan oleh karena adanya peningkatan
permeabilitas membrane kapiler sebagai akibat dari kerusakan alveolar
yang difus. Selain itu, protein plasma diikuti dengan makrofag, neutrofil,
dan beberapa sitokin akan dilepaskan dan terakumulasi dalam alveolus,
yang kemudian akan menyebabkan terjadinya dan berlangsungnya proses
inflamasi, yang pada akhirnya dapat memperburuk fungsi pertukaran gas
yang ada. Pada keadaan ini membrane hialin (hialinisasi) juga terbentuk
dalam alveoli (Amin dan
Purwoto (2007) dalam Wahyu (2015))

1.5 Pemeriksaan penunjang ARDS (Sudoyo dkk (2009) dalam Nurarif dan
Kusuma (2016))
1.5.1 ABGs/Analisa gas darah, leukosit, fungsi ginjal dan hati
1.5.2 Pulmonary function test
1.5.3 Shunt measurement (Qs/Qt)
1.5.4 Alveolar-arterial gradient (A-a gradient)
1.5.5 Lactic acid level
1.5.6 Foto thoraks dan CT scan thoraks
1.6 Komplikasi ARDS
Menurut Hudak Dan Gallo (1997) dalam Renny (2016) adalah sebagai
berikut:
1.6.1 Abnormalitas obstruksi terbatas (keterbatasan aliran udara)
1.6.2 Defek difusi sedang
1.6.3 Hipoksemia selama latihan
1.6.4 Toksisitas oksigen
1.6.5 Sepsis
1.7 Penatalaksanaan ARDS
Menurut Morton (2012) dalam Nurarif dan Kusuma (2016)
mengemukakan bahwa walaupun tidak ada terapi yang spesifik untuk
menghentikan proses inflamasi, penanganan ARDS difokuskan pada 3
hal penting yaitu:
1.7.1 Mencegah lesi paru secara iatrogenik
1.7.2 Mengurangi cairan di dalam paru
1.7.3 Mempertahankan oksigenasi jaringan
1.8 Pathway

Faktor predisposisi

Trauma tidak langsung : Trauma langsung :


Sepsis, shock, DIC Pneumoni, virus,
bakteri, fungal, aspirasi
cairan lambung

Adanya cairan
dalam paru

Kerusakan membran kapiler-alveoli

Peningkatan permeabilitas
endothelium kapiler paru
dan epitel alveoli

Edema alveoli dan intersitiel Mekanisme regulasi


paru terganggu

Atelektasis kongesti
Kelebihan volume
cairan
Penurunan oksigen
dalam paru (hipoksia) Kerja nafas menurun
Penumpukan sekret Ketidakseimbangan ventilasi paru Sesak nafas

Gangguan
Bersihan jalan nafas tidak efektif Hipoksemia pertukaran gas

Krisis situasi Kurang infromasi

Anxietas Kurang pengetahuan

II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Penyakit ARDS


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.2 Pemeriksaan fisik dan data focus
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
Pengkajian lainnya dalam Taylor dan Ralph (2015)
2.1.4 Status neurologik meliputi tingkat kesadaran, orientasi dan status
mental
2.1.5 Status pernapasan meliputi frekwensi dan kedalaman pernapasan,
kesimetrisan ekspansi dada, penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, batuk, sputum, palpasi fremitus, perkusi lapang paru,
auskultasi bunyi napas, kadar gas darah arteri, studi fungsi paru
2.1.6 Status kardiovaskuler meliputi meliputi warna dan suhu kulit,
frekwensi dan irama jantung, tekanan darah, hemoglobin dan
hematokrit, hitung sel darah merah, hitung sel darah putih, hitung
thrombosit, waktu prothrombin, waktu tromboplastin, besi serum
2.1.7 Status aktivitas meliputi kemampuan berfungsi seperti rentang
gerak dan kekuatan otot, aktivitas kehidupan sehari-hari,
pekerjaan
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa I: Gangguan pertukaran gas (00030) (Herdman dan
Kamitsuru, 2015).
2.2.1 Definisi
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolar-kapiler
2.2.2 Batasan karakteristik
2.2.2.1 Diaforesis
2.2.2.2 Dispnea
2.2.2.3 Gangguan penglihatan
2.2.2.4 Gas darah arteri abnormal
2.2.2.5 Gelisah
2.2.2.6 Hiperkapnia
2.2.2.7 Hipoksemia
2.2.2.8 Hipoksia
2.2.2.9 Iritabilitas
2.2.2.10 Konfusi
2.2.2.11 Napas cuping hidung
2.2.2.12 Penurunan karbondioksida
2.2.2.13 pH arteri abnormal
2.2.2.14 Pola pernapasan abnormal (misal kecepatan, irama,
kedalaman)
2.2.2.15 Sakit kepala saat bangun
2.2.2.16 Sianosis
2.2.2.17 Somnolen
2.2.2.18 Takikardia
2.2.2.19 Warna kulit abnormal (misal pucat, kehitaman)
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2.2.3.2 Perubahan membran alveolar-kapiler
Diagnosa II: Kelebihan volume cairan (00026) (Herdman dan
Kamitsuru, 2015)
2.2.4 Definisi
Peningkatan retensi cairan isotonik
2.2.5 Batasan karakteristik
2.2.5.1 Ada bunyi jantung S3
2.2.5.2 Anasarka
2.2.5.3 Ansietas
2.2.5.4 Asupan melebihi haluaran
2.2.5.5 Azotemia
2.2.5.6 Bunyi napas tambahan
2.2.5.7 Dispnea
2.2.5.8 Dispnea nokturnal paroksismal
2.2.5.9 Distensi vena jugularis
2.2.5.10 Edema
2.2.5.11 Efusi pleura
2.2.5.12 Gangguan pola napas
2.2.5.13 Gangguan tekanan darah
2.2.5.14 Gelisah
2.2.5.15 Hepatomegali
2.2.5.16 Ketidakseimbangan elektrolit
2.2.5.17 Kongesti pulmonal
2.2.5.18 Oliguria
2.2.5.19 Ortopnea
2.2.5.20 Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
2.2.5.21 Peningkatan tekanan vena sentral
2.2.5.22 Penurunan hematokrit
2.2.5.23 Penurunan hemoglobin
2.2.5.24 Perubahan berat jenis urine
2.2.5.25 Perubahan status mental
2.2.5.26 Perubahan tekanan arteri pulmonal
2.2.5.27 Refleks hepatojugular positif
2.2.6 Faktor yang berhubungan
2.2.6.1 Gangguan mekanisme regulasi
2.2.6.2 Kelebihan asupan cairan
2.2.6.3 Kelebihan asupan natrium
2.3 Perencanaan
Diagnosa I: Gangguan pertukaran gas (00030)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria) berdasarkan NOC
dalam Morhead, Johnson, Maas dan Swanson (2013) adalah
sebagai berikut:
2.3.1.1 Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
Respon ventilasi mekanik: Dewasa
Status pernapasan: Pertukaran gas
2.3.1.2 Outcome tambahan untuk mengukur batasan
karakteristik
Kognisi
Orientasi kognitif
Tingkat delirium
Keseimbangan elektrolit dan asam/basa
Konservasi energi
Fungsi sensori: pandangan
Keparahan gejala
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan: organ abdominal
Perfusi jaringan: kardiak
Perfusi jaringan: seluler
Perfusi jaringan: perifer
Perfusi jaringan: pulmonary
Tanda-tanda vital
2.3.1.3 Outcome yang berkaitan dengan faktor yang
berhubungan atau outcome menengah
Respon alergi: sistemik
Pengetahuan: manajemen penyakit paru obstruktif
kronik
Pengetahuan: manajemen pneumonia
Status pernapasan
Status pernapasan: ventilasi
Manajemen diri: asma
Manajemen diri: penyakit paru obstruktif kronik
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional berdasarkan NIC dalam
Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2013) adalah
sebagai berikut:
2.3.2.1 Manajemen jalan napas
Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
thrust, sebagai mana mestinya
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka jalan napas
Masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA) atau
oropharingeal airway sebagaimana mestinya
Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam,
berputar dan batuk
Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
efektif
Bantu dengan dorongan spirometer sebagaiman
mestinya
Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya
menurun atau tidak ada dan adanya suara napas
tambahan
2.3.2.2 Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan
tepat
Batasi (aktivitas) merokok
Pertahankan kepatenan jalan napas
Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui
sistem humadifer
Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
Monitor aliran oksigen
Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen
Rubah perangkat pemberian oksigen dari masker ke
kanul saat makan
Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
Pantau tanda-tanda adanya keracunan oksigen dan
kejadian atelektasis
2.3.2.3 Monitor pernapasan
Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas
Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan retraksi
pada supraclaviculas dan intercosta
Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau
mengi
Monitor pola napas
Monitor saturasi oksigen
Pasang sensor pemantauan oksigen non invasive
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Perkusi toraks anterior dan posterior, dari apeks ke
basis paru, kanan dan kiri
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot-otot diagfragma dengan
pergerakan paroksismal
Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara napas tambahan
2.3.2.4 Manajemen asam basa
2.3.2.5 Manajemen ventilasi mekanik baik invasive dan non
invasif
Diagnosa II: Kelebihan volume cairan (00026)
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria) berdasarkan NOC
dalam Morhead, Johnson, Maas dan Swanson (2013) adalah
sebagai berikut:
2.3.3.1 Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
Keseimbangan cairan
2.3.3.2 Outcome tambahan untuk mengukur batasan
karakteristik
Tingkat agitasi
Tingkat kecemasan
Status jantung paru
Tingkat delirium
Keseimbangan elektrolit
Keparahan hipertensi
Status pernapasan
Status pernapasan: pertukaran gas
Status pernapasan: ventilasi
Eliminasi urine
Tanda-tanda vital
Berat badan: massa tubuh
2.3.3.3 Outcome yang berkaitan dengan faktor yang
berhubungan atau outcome menengah
Keefektifan pompa jantung
Perilaku patuh: diet yang disarankan
Keseimbangan elektrolit, asam dan basa
Keparahan cairan berlebihan
Keparahan hipernatremia
Fungsi ginjal
Pengetahuan: manajemen gagal jantung
Pengetahuan: manajemen hipertensi
Status nutrisi: asupan makanan dan cairan
Status nutrisi: asupan nutrisi
Manajemen diri: gagal jantung
Manajemen diri: hipertensi
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional berdasarkan NIC dalam
Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2013) adalah
sebagai berikut:
2.3.4.1 Monitor elektrolit
Monitor serum elektrolit
Monitor serum albumin dan kadar protein total,
sesuai dengan indikasi
Monitor ketidakseimbangan asam basa
Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
Kenali dan laporkan adanya ketidakseimbangan
elektrolit
Monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit, jika
diperlukan
Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
pada sistem saraf
Monitor kepatenan ventilasi
Monitor kadar osmolaritas serum dan urine
Monitor rekaman EKG
Catat adanya perubahan sensasi pada daerah perifer
Catat kekuatan otot
Monitor adanya mual, muntah dan diare
2.3.4.2 Manajemen hipervolemia
Timbang berat badan setiap hari
Monitor status hemodinamik
Monitor pola pernapasan
Monitor suara paru abnormal
Monitor suara jantung abnormal
Monitor distensi vena jugularis
Monitor edema perifer
Monitor data laboratorium yang menunjukkan
adanya hemokonsentrasi, adanya potensi
peningkatan tekanan onkolitik plasma dan penyebab
yang mendasari terjadinya hipervolemia
Monitor intake dan output
Berikan obat yang diresepkan untuk mengurangi
preload (misal furosemide)
Monitor tanda berkurangnya preload
Monitor adanya efek pengobatan yang berlebihan
(misal dehidrasi, hipotensi dan lain-lain)

III. DAFTAR PUSTAKA


1. Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., dan
Wagner, Cheryl M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC)
Edisi 6. Jakarta: CV. Mocomedia
2. Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi (2015). Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
3. Morhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridiean L., dan Swanson,
Elizabeth (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5.
Jakarta: CV. Mocomedia
4. Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi (2016). Asuhan Keperawatan
Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam
Berbagai Kasus Jilid 1. Jogjakarta: MediAction
5. Renny (2016). Komplikasi ARDS. Internet:
https://www.scribd.com/doc/303411627/Komplikasi-Ards <accessed June
6, 2017>
6. Taylor, Cynthia M. dan Ralph, Sheila Sparks (2015). Diagnosis
Keperawatan dengan Rencana Asuhan Edisi 10. Jakarta: EGC
7. Wahyu, rizkhy (2015). LP ARDS. Internet:
https://www.scribd.com/doc/294079068/Lp-ARDS <accessed June 6,
2017>

Banjarmasin, Juni 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(...) (.....)

Anda mungkin juga menyukai