MANAJEMEN PEMASARAN
SERVICE QUALITY
Disusun oleh :
1. Dentar Pri Anggy Adityah(140810301176)
2. Achmad Reza (140810301204)
3. Esa Rizqi Budisatya (140810301159)
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam pemasaran, kita tahu bahwa produk yang dihasilkan suatu perusahaan bisa
berupa barang (goods) dan jasa (service). Pandangan ini perlu dipahami dengan seksama.
Kita mudah sekali terjebak ke pandangan produk fisik yang terbatas. Kita menginginkan
bahwa memikirkan suatu produk dari segi kebutuhan yang akan dipuaskan oleh produk itu.
Jika sasaran perusahaan ingin memuaskan kebutuhan pelanggannya, jasa bisa merupakan
sebagian dari produk atau jasa itu sendiri merupakan produknya dan harus disajikan sebagai
bagian dari pemasaran secara total.
Rumusan Masalah
1. Apa guna merancang dan mengelola jasa pada perusahaan ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui guna merancang dan mengelola jasa pada perusahaan.
PEMBAHASAN
Sektor produksi-jasa akan terus menjadi generator pekerjaan yang dominan dan
menambah 20,5 % lowongan kerja pada tahun 2010 sementara pekerjaan manufakturing
diperkirakan meningkat hanya 3 %. Angka ini telah mengakibatkan minat yang makin tinggi
terhadap masalah-masalah khusus di bidang jasa pemaasaran.
1. Barang berwujud murni. Terdiri atas barang berwujud seperti sabun, pasta gigi atau
garam.
2. Barang berwujud yang disertai jasa. Semakin canggih secara teknologis produk
generik(mobil, komputer) penjualannya semakin tergantung pada mutu dan
ketersediaan layanan pelanggan yang menyertainya.
3. Campuran. Tawaran tersebut terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang sama.
Misalnya, orang pergi ke restoran untuk mendapatkan makanan maupun layanan.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil. Contohnya
penumpang pesawat terbang membeli jasa angkitan Perjalanan tersebut meliputi
bawang berwujud, seperti makanan dan minuman, tiket dan majalah penerbangan.
Jasa tersebut memerlukan barang padat moda (pesawat terbang) untuk
merealisasikannnya, tetapi produk utamanya adalah jasa.
Karena bauran barang dan jasa yang berbeda-beda ini, sulit melakukan generalisasi tentang
jasa tanpa mencari perbedaan lebih lanjut. Namun, beberapa generalisasi dapat digunakan.
3. Ada jasa yang menharuskan kehadiran klien dan ada yang tidak
mengharuskannya. Bedah otak melibatkan kehadiran klien, tatapi perbaikan mobil
tidak. Jika klien tersebut harus hadir, penyedia jasanya harus memperhatikan
kebutuhan-kebutuhannya. Pengusaha salon kecantikan akan berinvestasi dalam
dekorasi, memainkan musik latar, dan terlibat dalam obrolan ringan dengan
pelanggan.
5. Penyedia jasa berbeda-beda dalam tujuan (laba atau nirlaba) dan kepemilikan
(swata atau pemeirntah) mereka. Kedua karakteristik ini jika digabungkan secara
menyilang, akan menghasilkan empat jenis organisasi yang cukup berbeda. Program
pemasaranrumah sakit investor swasta akan berbeda dari program pemasaran rumah
sakit yayasan swasta atau rumah sakit Veteran Administration ( Lembaga veteran AS).
Hakikat bauran jasa juga memiliki implikasi pada bagaimana konsumen mengevaluasi
mutu. Pertama, konsumen jasa umumnya mengandalkan cerita dari mulut ke mulut daripada
iklan. Kedua, mereka sangat mengandalkan harga, petugas, dan petunjuk fisik untuk menilai
mutunya. Ketiga, mereka sangat setia pada penyedia jasa yang memuaskan mereka.
Keempat, karena adanya biaya peralihan, bisa terjadi keengganan dari banyak konsumen. Itu
dapat merupakan tantangan untuk memikat pelanggan menjauhkan diri dari pesaing.
Berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau
dicium sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari bukti
mutu jasa tersebut. Karena itu, tugas penyedia jasa adalah mengelola bukti tersebut
untuk mewujudkan sesuatu yang tidak berwujud. Perusahaan jasa dapat berupaya
menunjukkan mutu layanan mereka mellui bukti fisik dan presentasi. Suatu bank
dapat menggunakan alat pemasaran:
Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Hal ini tidak
berlaku bagi barang-barang fisik yang diproduksi, disimpan sebagai persediaan,
didistribusikan melalui banyak penjual, dan dikonsumsi kemudian. Jika seseorang
memberikan jasa tersebut, penyedianya adalah bagian dari jasa itu. Contoh, suatu
konser tidak akan sama jika Madona jatuh sakit dan digantikan Shania Twain atau jika
pembelaan hukum diberikan oleh John Nobody karena ahli antitrust David Boles
tidak ada.
3. Bervariasi (variability)
Kerena bergantung pada siapa yang memberikannya serta kapan dan dimana
diberikan, jasa sangat bervariasi sehingga perusahaan-perusahaan dapat mengambil
tiga langkah dalam rangka mengendalikan mutu.
bersama-sama.
Pelanggan mengeluh tentang informasi yang tidak akurat, personel yang tidak
tanggap, kasar, atau tidak dilatih dengan baik, dan waktu tunggu yang lama.Keluhan jasa
pelanggan sedang meningkat. Sebelumnya, perusahaan jasa menyambut baik semua
pelanggan, namun sekarang perusahaan-perusahaan ini memiliki begitu banyak data tentang
individu-individu sehingga mereka mampu mengklasifikasikan mereka ke dalam tingkatan
laba. Dengan demikian, tidak serba jelek bagi semua pelanggan. Perusahaan penerbangan,
hotel dan bank semuanya memanjakan pelanggan yang baik. Pembelenja besar mendapatkan
diskon k husus, tawaran promosi, dan banyak layanan spesial. Pelanggan lainnya mendapat
biaya lebih tinggi, layanan yang dikurangi, paling-paling hanya ada pesanan bersuara untuk
menjawab pertanyaan. Namun, perusahaan yang menyediakan tingkatan jasa berbeda harus
berhati-hati dalam menuntut jasa yang lebih unggul karena pelanggan yang mendapatkan
perlakuan jelek dapat melukai reputasinya. Yang paling penting, internet telah
memberdayakan pelanggan dengan memungkinkan mereka meluapkan kemarahan terhadap
layanan yang jelek.
Pemasaran holistik untuk jasa menuntut pemasaran eksternal, internal dan interaktif.
Data Pendukung :
1. Nanang Choirul Hidayat (2012) dari pembahasan maka dapat disimpulkan, terdapat
berbagai macam strategi memasarkan produk berbentuk jasa, yaitu:
Penentuan segmentasi yaitu membagi pasar heterogen menjadi pasar yang homo
gen, penentuan targeting adalah evaluasi dari segementasi yang diwujud kan
dengan pasar sasaran yang tepat atau pasar yang hendak dibidik, penentuan
posisioning adalah per usahaan harus dapat me nunjukkan ke unggulan-
keunggulannya di banding kan dengan produk pesaing.
Strategi produk dan distribusi jasa. karena produk jasa intangible (tidak
berwujud) maka perusahaan harus dapat menunjukkan produknya dalam bentuk
tangible (berwujud), sedang kan untuk distribusi jasa perusahaan mempunyai 3
pilihan yaitu apakah konsumen mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa men
datangi konsumen atau transaksi bisnis jasa dilaku kan melalui kepanja ngan
tangan perusahaan
Strategi promosi dan komunikasi jasa. hal yang penting dari promosi dan
komunikasi adalah menginformasikan dan mendidik calon pelanggan tentang
perusahaan dan ciri-ciri barang dan jasa yang ditawarkannya, membujuk
pelanggan sasaran bahwa produk jasa tertentu me nawarkan solusi terbaik bagi
kebutuhan kebutuhan mereka, dibandingkan dengan yang ditawarkan
perusahaan-perusahaan pesaing, mengingatkan kembali pelanggan tentang
produk tersebut dan memotivasi mereka untuk melakukan pembelian ulang,
memelihara hubung an dengan pelanggan yang sudah ada dan memberikan berita
terbaru dan informasi lebih jauh tentang bagai mana mendapatkan hasil terbaik
dari produk-produk perusahaan tersebut.
Strategi sumber daya manusia dalam pemasaran jasa. Kesuksesan pemasaran
jasa sangat tergantung Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Apalagi untuk
mencapai hasil yang optimal diperlukan keterlibatan langsung antara penyedia
jasa dengan konsumennya. Disamping itu karena produk jasa selalu berinteraksi
dengan konsumen, maka disini sumber daya manusia yang dimiliki harus mampu
memuaskan konsumen. Dengan konsumen yang puas maka akan tercipta loyalitas
dengan loyalitas akan terwujud positive word of mouth communication.
Harapan pelanggan
5. Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan yaitu konsumen
memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Dokter mungkin tetap
mengunjungi pasien untuk menunjukkan kepeduliannya, tetapi pasien menafsirkan hal
ini sebagai indikasi bahwa ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.
2. Daya tangkap. Kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
Perusahaan-perusahaan jasa yang dikelola dengan sangat baik melakukan praktik umtum
berikut: konsep strategiis, sejarah komitmen manajemen puncak terhadap mutu, standar yang
tinggi, teknologi swalayan, sistem untuk memantau kinerja jasa dan keluhan pelanggan, dan
penekanan pada kepuasan karyawan.
Data Pendukung :
1. Suwitho (2006) Dalam situasi persaingan yang semakin ketat, semua organisasi baik
organisasi penghasil barang ataupun jasa dituntut untuk mengelola dengan baik kualitas
barang/jasanya. Peningkatan kualitas akan berpengaruh terhadap profit, karena dengan
kualitas yang meningkat akan diperoleh keuntungan dari penjualan dan pengurangan
biaya. Dari perspektif lain, pentingnya kualitas bagi perusahaan adalah dapat
meningkatkan reputasi perusahaan, keandalan produk yang semakin baik dan tuntutan
pasar global, karena perusahaan yang menginginkan berperan di pasar harus bisa
memenuhi persyaratan kualitas yang ada. Dalam pendekatan manajemen mutu terpadu,
kebutuhan pelanggan harus dapat diidentifikasikan dengan jelas dan perusahaan harus
mampu memenuhi kebutuhan yang ada, sehingga dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
Dengan terpenuhinya kepuasan pelanggan maka akan dapat dicapai winning orders,
repeat costumers yang muaranya pada sebuah organisasi yang efektif yang mempunyai
keunggulan kompetitf.
Data Pendukung :
1. Euis Soliha (2011) Merek merupakan masalah utama dalam strategi produk. Dalam
kondisi persaingan yang semakin ketat ini, merek memegang peranan yang sangat
penting. Perusahaan harus menyadari bahwa kekuasaan pasar justru akan dimiliki
oleh perusahaan dengan membangun merek. Merek-merek yang sudah terbangun
dengan baik akan mendominasi pasar dan ternyata akan selalu diingat oleh
konsumen. Merek juga menjadi alat komunikasi antara perusahaan dengan
konsumennya. Melalui merek maka konsumen mengungkapkan kesadarannya,
identitasnya, dan pilihannya. Merek kemudian muncul sebagai objek budaya dan
ideologi konsumennya. Keterikatan konsumen dengan merek tidak selalu lagi dalam
perspektif manajerial (ekonomi) semata tetapi juga melibatkan aspek emosional. Hal
yang harus diperhatikan para pemasar adalah bagaimana mengkomunikasikan merek
ini melalui strategi komunikasi pemasaran yang tepat. Untuk melindungi merek,
maka perlu kesadaran dari pihak pemasar maupun konsumen. Pemasar hendaknya
tidak membuat barang-barang dengan merek palsu, sebaliknya juga konsumen juga
jangan mau membeli barangbarang dengan merek palsu.
2. Jacinta Winarto (2011) Adanya citra merek yang baik dihadapan konsumen akan
menyebabkan konsumen akan memilih suatu merek dibandingkan dengan merek
yang lain selain itu, hal ini terlihat dari sejauh mana pelanggan bersedia membayar
lebih tinggi untuk menentukan merek tertentu tersebut yang merupakan ukuran citra
dan ekuitas merek.
Nilai ekuitas merek bagi konsumen dapat memberikan nilai dalam memperkuat
pemahaman mereka akan proses informasi, memupuk rasa percaya diri dalam
meningkatkan pembelian dan meningkatkan kepuasan. Bagi perusahaan, ekuitas
merek dapat memberikan nilai yaitu dapat mempertinggi keberhasilan program
prmasaran dakam menarik konsumen baru atau merangkul konsumen lama. Hal imi
dilakukan akan lebih efektif.
Merek yang mempunyai ekuitas tkuat adalah merek yang mampu bertahan, bersaing,
dan menjadi penguasa dipasar. Makin kuat ekuitas suatu merek, makin kuat ula daya
tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut secara setia serta
membuat pihak perusahaan dapat memperoleh keuntungan secara terus menerus .
Dengan adanya nilai bagi pelanggan dan perusahaan, maka selain membuat citra
merek positif dimata pelanggan, perusahaan perlu perhatian dalam merancang
strategi untuk meningkatkan masing-masing komponen dari ekuitas merek pada
puncak yang tertinggi.
3. Hendra dwi cahyadi dan Drs Sugiono Sugiharto MM (2014) Dimensi private brand
strategy yang terdiri atas kualitas produk, harga, kemasan, presentasi, dan promosi
memiliki pengaruh terhadap brand loyalty pada konsumen Alfamart Siwalankerto
Surabaya secara simultan. menunjukkan bahwa H1 dapat diterima, yang dibuktikan
dengan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,000 yang mana nilai tersebut lebih
kecil dari 5%.
Dimensi private brand strategy yang terdiri atas kualitas produk, harga, presentasi,
dan promosi memiliki pengaruh terhadap brand loyalty pada konsumen Alfamart
Siwalankerto Surabaya secara parsial a. Kualitas produk berpengaruh terhadap brand
loyalty, Hasil ini dibuktikan dengan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,048
yang lebih kecil dari 0,05. b. Harga berpengaruh terhadap brand loyalty, Hasil ini
dibuktikan dengan taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,022 yang lebih kecil dari
0,05. c. Presentasi berpengaruh terhadap brand loyalty, taraf signifikan yang
diperoleh sebesar 0,037 yang lebih kecil dari 0,05. d. Promosi tidak berpengaruh
terhadap brand loyalty, signifikan yang diperoleh sebesar 0,744 yang lebih besar dari
0,05. e. Kemasan berpengaruh terhadap brand loyalty, signifikan yang diperoleh
sebesar 0,045 yang lebih kecil dari 0,05.
pengaruh dominan terhadap brand loyalty pada konsumen Alfamart Siwalankerto
Surabaya adalah harga.
Pelanggan khawatir dengan lamanya kerusakan mesin. Makin lama mesin rusak,
makin tinggi biayanya. Pelanggan tersebut memperhitungkan keandalan layanan
penjual yaitu kemampuan penjual memperbaiki mesin tersebut dengan cepat, atau
setidaknya menyediakan pengganti sementara.
Pelanggan khawatir dengan biaya sendiri untuk pemeliharaan dna perbaikan. Berapa
biaya pemeliharaan dan perbaikan secara berkala?
Pilihan layanan pelanggan semakin cepat dan ini menurunkan harga dan laba
layanan. Perusahaan peralatan semakin menggambarkan bagaimana menghasilkan
uang dari peralatan mereka, yang independen dari kontrak servis.
KESIMPULAN
1. Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada
pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak dapat mengakibatkan
kepemilikan apapun. Jasa tersebut mungkin saja atau mungkin juga tidak terkait
dengan suatu produk fisik.
2. Jasa bersifat tidak berwujud, tidak terpisahkan, bervariasi, dan mudah lenyap.
Masing-masing karakteristik membawa tantangan dan memerlukan strategi tertentu.
Pemasar harus menemukan cara untuk memberikan wujud kepada sesuatu yang tidak
berwujud, meningkatkan produktivitas penyedia jasa; meningkatkan dan
membakukan mutu jasa yang disediakan; dan menyesuaikan pasokan jasa selama
masa-masa sibuk dan tidak sibuk dengan permintaan pasar.
4. Harapan pelanggan memainkan peran penting dalam pengalaman jasa dan evaluasi
mereka. Perusahaan-perusahaan harus mengelola mutu layanan dengan memahami
efek dari setiap kali menghadapi layanan.
6. Untuk memberi merk pada organisasi jasa secara efektif, perusahaan harus
mendiferensiasikan mereknya melalui fitur layanan primer dan sekunder serta
mengembangkan strategi merk yang memadai. Program penentuan merek yang efektif
untuk layanan sering memanfaatkan unsur-unsur multi merek. Mereka juga
mengembangkan hierarki merek dan portofolio serta membangun dimensi citra untuk
mengukuhkan atau melengkapi tawaran jasa.
Daftar Pustaka
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia
Jacinta Winarto. 2011. Hubungan Antara Citra Merek dan Ekuitas Merek. Jurnal Manajemen.
Vol.10, No2
Hendra dwi cahyadi dan Drs Sugiono Sugiharto MM.2014. PENGARUH PRIVATE BRAND
STRATEGY TERHADAP BRAND LOYALTY PADA AIR MINERAL 600ml MEREK ALFA DI
ALFAMART SIWALANKERTO SURABAYA. Jurnal Strategi Pemasaran. Vol 2, No.2