Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam
Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam
Sumber hukum islam ada dua, yaitu Al-Quran dan al-hadist. Kedudukan hadis sebagai
sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Seluruh umat islam baik yang naql maupun yang
ahli aql telah sepakat bahwa hadis merupakan sumber dasar hukum islam, dan disepakati
tentang diwajibkannya untuk mengikuti hadis sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-Quran.
Al-Quran Qathi
Alqur'an yang diturunkan secara mutawatir, dari segi turunnya berkualitas qath'i(pasti
benar) akan tetapi, hukum-hukum yang dikandung Alqur'an ada kalanyabersifat qath'I dan
ada kalanya bersifat zdanni (relatif benar). Ayat yang bersifat qath'i adalah lafal-lafal yang
mengandung pengertian tunggal dan tidak bisa dipamahi makna lain darinya. Ayat-ayat
seperti ini, misalnya ;ayat-ayat waris, hudud , kaffarat.
Adapun ayat-ayat yang mengandung hukum zhanni adalah lafal-lafal yang dalam Al-
qur'an mengandung pengertian lebih dari satu dan memungkinkan untuk dita'wilkan.
Misalnya lafal , musytarak (mengandung pengertian ganda) yaitu qara / lafal yang
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 228.
Kata quru di atas merupakan lafal musytarak yang mengandung dua makna, yaitu
suci dan haidl. Oleh sebab itu, apabila kata quru di artikan dengan suci, sebagaimana yang
dianut ulamaSyafiiyyah ' adalah boleh / benar. Dan jika diartikan dengan haidl juga boleh
(benar)sebagaimana yang dianut ulama Hanafiyah.
Hukum haram bagi daging babi, bangkai, darah yang mengalir, khamr (arak) dan riba.
Hukum rajam bagi pezina mukhson (sudah pernah menikah), dera 100 kali bagi
pezina ghoiru mukhson (belum pernah menikah).
Hukum Qisash (balas bunuh) bagi pembunuhan yang disengaja.
Hukum potong tangan bagi pencuri.
Hukum dera 80 kali bagi orang yang mendakwakan tuduhan dusta.
Hukum potong tangan, kaki dan disalip bagi pelaku kerusuhan dan tindakan anarkis.
(perampok, penjarah, pelaku huru-hara, pemberontak, dsb).
b. Bayan tafsir
Yaitu hadis sebagai penjelas (tafsir) terhadap al-quran dan fungsi inilah yang terbanyak.
Ada 3 macam yaitu :
1. Tafshil al mujmal
Yaitu hadis yang memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-quran. Seperti
dalam hadis nabi yang diriwayatkan bukhari misalnya :
Shalatlah sebagaimana engkau melihat shalatku. (H.R. Muslim)
2. Takhshish al-amm
Yaitu hadis yang mengkhususkan ayat-ayat al-quran yang umum. Seperti yang terkandung
dalam surat an-nisa : 14
Allah mensyariatkan bagimu tentang (bagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian
seorang anak lelaki sam dengan bagian dua anak perempuan.
3. Taqyid al-muthlaq
Yaitu hadis yang membatasi kemutlakan al-quran. Misalnya firman allah dalam Q.S
Al-maidah : 38
Pencuri lelaki dan perempuan, potonglah tangan-tangan mereka.
Artinya:
Rasulullah saw didatangi seorang yang membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri tersebut dari pergelangan tangan.
c. Bayan naskhi
Yaitu hadis menghapus hukum yang diterangkan dalam al-quran. Para ulama
mengartikan bayan an-nasakh ini melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka
terjadi perbedaan pendapat dalam men-takrif-kannya. Hal ini terjadi pada kalangan ulama
mutaakhirin dengan ulama mutaqadimin. Menurut ulama mutaqadimin, yang disebut
bayannaskhi ini adalahdalil syara( yang dapat menghapus ketentuan yang telah ada), karena
datangnya kemudian.
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa ketentuan yang dating kemudian dapat
menghapuskan ketentuan yang terdahulu. Demikianlah menurut ulama yang menganggap
adanya fungsi bayan naskhi. Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini hanya terhadap hadis-
hadis yang mutawatir dan masyur, sedangkan terhadap hadis ahad dia menolaknya.
Seperti kewajiban wasiat yang diterangkan dalam surat al-baqarah : 180
Diwajibkan atas kamu, apabila diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara
maruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
d. Bayan tasyrii
Yaitu hadis menciptakan hokum syariat yang belum ijelaskan dalam al-quran. Para
ulama berbeda pendapat tentang fungsi sunnah sebagai dalil pada sesuwatu hal yang tidak
dijelaskan pada al-quran. Misalnya, keharaman jual beli dengan berbagai cabangnya
menerangkan yang tersirat dalam Surah an-Nisa: 29 .
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu.
Keberadaan Rasulullah saw sebagai seorang yang terpercaya (al-amin) dan tidak
menyampaikan sesuatu dalam urusan agama terkecuali seperti apa yang telah diwahyukan
kepadanya, disamping setiap nabi adalah masum (terjaga dari salah/ dosa), menuntut kita
untuk selalu berpegang teguh atas sunnah danberhujjah kepadanya1[2].
b. Dalil al-quran
Banyak dalil al-quran yang perintah patut kepada rasul dan mengikuti sunahnya. Perintah
patuh kepada rasul berarti perintah mengikuti sunah sebagai hujah. Antara lain2[3] :
1. Konsekuensi iman kepada allah adalah taat kepada-Nya. Sebagai mana perintah allah dalam
Surat Ali Imran : 179
Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan
bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.
2. Perintah iman kepada rasul beserta iman kepada allah. Sebagai mana perintah allah dalam
Surat An-Nisa : 136
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Alllah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya.
3. Kewajiban taat pada rasul karena menyambut peerintah allah. Sebagai mana perintah allah
dalam Surat An-Nisa : 64
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul, meelainkan untuk ditaati seizing Allah.
4. Perintah taat kepada rasul bersama perintah taat kepada allah. Sebagai mana perintah allah
dalam Surat Ali Imran : 32
Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir.
5. Perintah taat kepada rasul secara kusus. Sebagai mana perintah allah dalam Surat Al-Hasyr : 7
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah.
c. Dalil hadis
Hadis yang dijadikan sebagai dalil kehujahan sunah banyak sekali,di antaranya
sebagaimana sabda nabi3[4] :
Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh
pada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku.
Orang yang tidak berpegang teguh pada pedoman al-quan dan sunah berarti sesat.
Kehujahan sunah sebagai konsekuensi ke mashuman nabi dari sifat bohong dari segala apa
yang beliau sampaikan baik berupa perkataan,perbuatan dan keteteapannya. Kebenaran al-
quran sebagai mujizat disampaikan oleh sunah. Demikian juga pemahaman al-quran juga
dijelaskan oleh sunah dalam praktek kehidupan beliau.
Sunah berfungsi sebagai penjelas atau tambahan terhadap al-Quran. Tentunya pihak
penjelas diberikan peringkat kedua setelah pihak yang dijelaskan. Teks al-Quran sebagai
pokok asal, sedang sunnah sebagai penjelas(tafsir) yang dibangun karenanya5[6].
Pada dasarnya, al-Quran memuat ketentusn hukum yang bersifat umum. Karena itu,
hadist dijadikan sebagai pemerinci terhadap al-Quran, supaya hukum yang ada didalamnya
dapat dijalankan.terlebih pada ketentuan-ketentuan hokum yang bersifat amaliah (perbuatan),
perinciannya tidak tercantum dalam al-Quran, baik yang bersifat ibadah maupun
muamalah6[7].