Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM


ISOLASI SENYAWA PINOSTROBIN DALAM TANAMAN RIMPANG TEMU KUNCI
(Boesenbergia pandurata) DENGAN METODE KLT

DISUSUN OLEH:
DYAH HARMILA AZHARI (E1M014012)
LILIS SULISTYANTI (E1M014031)
MUHAMAD USMAN SOFYAN (E1M014034)
SELLY WAHYURAMDANI (E1M014048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
A. Judul : Isolasi Senyawa Pinostrobin dalam Tanaman Rimpang Temu Kunci

(Boesenbergia Pandurata) dengan Metode KLT

B. Tujuan : Untuk mengetahui cara isolasi Phinostrobin dari rimpang temu kunci dengan

metode KLT dan untuk memperoleh senyawa Phinostrobin.

C. Rumusan masalah dan pertanyaan praktikum

1. Rumusan masalah

Bagaimana cara isolasi senyawa Phinostrobin dari rimpang temu kunci?

2. Pertanyaan praktikum

a. Apa saja prosedur dalam isolasi senyawa phinostrobin dalam percobaan ini ?

b. Bagaimana cara uji kemurnian hasil isolasi senyawa phinostrobin ?

D. Landasan Teori
Rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) sebagai
bumbu masak, sebagai pelarut dahak, untuk mengatasi
flatulensi, dll. Di dalam rimpang temu kunci terdapat zat
aktif yang berpotensi sebagai antioksidan, antimutagenetik,
dan agen antiogenensis yang dimungkinkan karena
kemampuan menekan ekspresi enzim siklooksigenase-2
(COX-2) yang bermanfaat dalam pencegahan atau terapi
kanker. Senyawa antioksidan di dalam rimpang temu kunci adalah phinostrobin.
Phinostrobin merupakan salah satu senyawa flavonoid.
Pinostrobin merupakan senyawa antioksidan. Perannya
Menangkal zat radikal bebas penyebab kanker.
Menurut Sudjadi (2008), Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode
pemisahan yang paling populer, memiliki banyak kegunaan yang memberikan keuntungan
seperti peralatan yang dibutuhkan sederhana, murah, waktu yang digunakan untuk analisis
singkat, sampel yang dibutuhkan sedikit, dan memiliki daya pisah yang cukup baik.
Pemisahan komponen-komponen berdasrkan perbedaan adsorbsi atau partisi oleh fase diam
dipisahkan oleh gerak pelarut pengembang. Pemilihan eluen (fasa gerak) yang tepat
merupakan langkah penting dalam keberhasilan analisis menggunakan KLT. Pemilihan
eluen berdasarkan pada prinsip like disolve like. Eluen yang dipilih hendaknya
merupakan campuran pelarut yang mempunyai polaritas serendah mungkin hal ini
dimaksudkan uanatuk mengurangi serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut.
Keuntungan yang pasti dari KLT adalah biaya yang sangat rendah dan kemudahannya.

E. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutter / pisau
b. Wadah sampel
c. Blender
d. Neraca analitik
e. Spatula
f. Cawan petri
g. Kaca arloji
h. Botol sampel
i. Gelas kimia
j. Batang pengaduk
k. Hot plate
l. Corong
m. Pipa kapiler
n. UV-Lamp
o. Gelas ukur
p. Pipet tetes
q. Shaker

2. Bahan
a. Rimpang temu kunci 1 kg
b. n-heksana
c. Aquadest
d. Fase diam : plat KLT (plat aluminium silika)
e. Fase gerak :
Kloroform
Kloroform : n-heksana = 6 : 4
Kloroform : etilasetat = 7 : 3
f. Ketas saring

F. Prosedur Kerja
1. Isolasi
a) Rimpang temu kunci dibersihkan (tidak menggunakan air), kemudian diiris tipis-tipis,
selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar.
b) Rimpang temu kunci kering dihaluskan menggunakan blender.
c) Ditimbang rimpang temu kunci halus sebanyak 30 gr dengan neraca analitik,
kemudian dimaserasi dengan n-heksan sebanyak 150 mL selama 3 hari.
d) Hasil maserat disaring menggunakan kertas saring.
e) Hasil maserat dipanaskan hingga volumenya dari volume awal, tunggu sampai
dingin.
f) Dilakukan kristalisasi selama 1 hari.
g) Dilakukan rekristalisasi dengan larutan n heksana sebanyak 4 kali.
h) Kristal yang didapat kemudian diuapkan pada suhu ruang hingga kering.

2. KLT
a) Diuji kemurniannya dengan KLT , dengan menggunakan fase gerak atau eluen :
1. n-heksana 10 mL
2. Kloroform (9 mL) : n-heksana (3 mL) = 3 : 1
3. n-heksana (5 mL) : Etilasetat (5 mL) = 1 : 1
b) Siapkan kristal yang diperoleh (endapan putih kekuningan) dari hasil isolasi
kemudian dicairkan kembali dengan menggunakan n-heksana.
1) Plat KLT (plat aluminium silika) dipotong dengan ukuran 1,5 x 5 cm sebanyak 3
buah.
2) Membuat garis start dengan ukuran 0,5 cm dari dasar plat, serta membuat garis
finish dengan ukuran 0,5 cm dari ujung plat.
3) Pada garis start dibuat tempat penotolan sampel dan standar yg diberi jarak 0,5
cm.
4) Senyawa hasil isolasi yang telah dicairkan dan senyawa standar ditotolkan
menggunakan pipa kapiler pada plat KLT.
5) Masing-masing plat KLT dimasukkan kedalam 3 gelas kimia yang masing-masing
berisi eluen berbeda dengan perbandingan yang berbeda.
6) Kemudian ambil fase diam setelah eluen mencapai garis finish, angkat plat KLT
dan dibiarkan sampai mongering pada suhu ruangan.
7) Diamati spot yang terbentuk menggunakan UV-Lamp, kemudian ditandai
ditempat bercak atau spot.
8) Dibandingkan spot sampel dan spot standar yang dihasilkan.
Skema langkah kerja :

Rimpang temu kunci

Dibersihkan (tidak menggunakan air)


Diiris tipis-tipis dan dikeringkan pada suhu
ruangan.
Rimpang temu kunci kering
Dihaluskan menggunakan blender
Ditimbang 100 gr temu kunci
Dimaserasi dengan n-heksana selama 3 hari
Maserat
Disaring dengan kertas saring hasil maserat
Dipanaskan hingga volume
Kristalisasi
Rekristalisasi dengan n-heksana hingga
menghasilkan endapan putih kekuningan
Kristal putih kekuningan
Diuji kemurniannya dengan KLT,
menggunakan fase gerak :
a. n-heksana 10 mL
b. Kloroform : n-heksana = 3 : 1,
c. n-heksana : Etilasetat = 1 : 1
G. Hasil Praktikum Di amati hasil spot yang dihasilkan pada plat KLT
Dari percobaan didapatkan:
Warna
Maserat Temu Kunci Orange
Kristal Putih kekuningan
Tabel warna
Berdasarkan percobaan, dipeoleh data sebagai berikut:
1) Massa Sampel = 30 gr
2) Volume n-Heksana = 150 ml
3) Hasil maserat = 125 ml
4) Berat botol kosong = 9.2433 gr
5) Berat kristal pinostrobin + botol = 9.3434 gr
6) Berat kristal pinostrobin = (berat kristal pinotrobin + botol) berat botol
kosong
= 9.3434 gr 9.2433 g
= 0.1001 gr
Berdasarkan hasil percobaan, dihasilkan kristal yang senyawa pinostrobin dibuktikan
dengan kesamaan jarak spot kristal hasil isolasi pinostrobin dengan snyawa standar pada uji
KLT. Jumlah senyawa pinostrobin yaang dihasilkan sebesar 0.1001 gr.
H. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara isolasi Phinostrobin dari rimpang
temu kunci dengan metode KLT. Phinostrobin merupakan salah satu senyawa flavonoid.
Phinostrobin merupakan senyawa antioksidan, perannya menangkal zat radikal bebas
penyebab kanker. Isolasi senyawa phinostrobin ini dilakukan dengan metode ekstraksi
(Maserasi), metode isolasi (Rekristalisasi) dan diuji kemurnian senyawa phinostrobin yang
didapat menggunakan metode KLT.
Ada tiga proses dalam percobaan ini yaitu proses ekstraksi, proses isolasi, dan proses
uji kemurnian. Proses pertama yaitu proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Proses
maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau
dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk
ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dan di dalam sel. Pada proses maserasi ini juga dilakukan penggojokan menggunakan alat
shaker selama 5 jam dihari pertama saja. Tujuan dilakukan penggojokan ini yaitu agar serbuk
simplisia dengan pelarut yang digunakan cepat berinteraksi, sehingga senyawa yang akan
diekstrak cepat larut dalam pelarut tersebut.
Proses kedua yaitu proses isolasi yang dilakukan dengan cara rekristalisasi.
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip
rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan
zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian
larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Pelarut yang
digunakan dalam proses rekristalisasi pada percobaan ini yaitu n-heksana dan rekristalisasi
dilakukan sebanyak 4 kali. Pada proses rekristalisasi yang pertama kristal yang diperoleh
masih berwarna kuning, hal ini dikarenakan masih banyak pengotor atau senyawa lain yang
ikut menjadi kristal. Rekristalisasi yang ke 4, diperoleh kristal yang terlihat lebih bersih dan
berwarna lebih putih (putih kekuningan). Proses rekristalisasi yang dilakukan secara berulang
sampai 4 kali ini, bertujuan agar didapat kristal yang bersih dari pengotor (senyawa-senyawa
lain), artinya dalam proses rekristalisasi ini dapat juga dikatakan tahap pencucian kristal agar
mendapat kristal yang bersih dan murni.
Proses terakhir yaitu uji kemurnian kristal (senyawa phinostrobin) dengan metode
kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pada proses KLT ini digunakan 3 jenis perbandingan eluen
sebagai fase gerak yaitu pertama : n-heksana 10 mL, kedua :Kloroform (9 mL) : n-heksana (3
mL) = 3 : 1, ketiga : n-heksana (5 mL) : Etilasetat (5 mL) = 1 : 1. Dari ketiga eluen yang
digunakan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan pada eluen ketiga sangat jelas terlihat
bahwa jarak tempuh spot sampel sama persis dengan jarak tempuh spot standar. Jadi,
berdasarkan uji kemurnian dengan metode KLT isolasi senyawa Phinostrobin ini telah
didapatkan senyawa Phinostrobin murni. Dikatakan sudah murni karena berdasarkan hasil uji
kemurnian melalui metode KLT, posisi spot sampel dengan spot standar pada plat KLT persis
sama jarak yg ditempuh oleh kedua spot sampel dan standar.
I. Kesimpulan
1. Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum, isolasi senyawa Phinostrobin dari
rimpang temu kunci dapat dilakukan dengan cara atau metode rekristalisasi.
2. Prosedur dalam isolasi senyawa Phinostrobin yaitu melalui 3 proses yaitu :
a. Proses ekstraksi (cara Maserasi)
b. Proses isolasi (Rekristalisasi)
c. Proses uji kemurnian (Kromatografi Lapis Tipis atau KLT)
3. Menguji kemurnian hasil isolasi pada percobaan ini dapat dilakukan dengan metode KLT,
karena hasil isolasi berupa kristal dan dibandingkan dengan senyawa standar yang sudah
murni.
4. Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan dari awal sebelum percobaan ini dilakukan,
telah sesuai dengan hasil praktikum. Dimana berdasarkan uji kemurnian senyawa hasil
isolasi telah persis sama dengan senyawa standar.
5. Berdasarkan hipotesis awal bahwa senyawa murni Phinostrobin akan didapatkan dalam
bentuk kristal, hal ini sudah sesuai dengan hasil paktikum yaitu telah didapatkan kristal
murni senyawa Phinostrobin yang berwarna putih kekuningan.
6. Senyawa hasil isolasi telah mencapai target minimal yaitu dari 30 gr sampel akan
didapatkan 50 mg senyawa Phinostrobin dalam bentuk kristal. Bahkan hasilnya melebihi
target karena didapatkan 100,1 mg senyawa Phinostrobin dalam bentuk kristal.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasari, D., 2016. Pembuatan dan karakterisasi nanopartikel ekstrak etanol temu kunci
(boesenbergia pandurata) pada berbagai variasi komposisi kitosan. Skripsi. UNY.
Sari, P. O., dan Taufiqurrahmah, T. 2006. Isolation and identification of flavonoid compound
extractire ethyl acetate fraction extracted from the rhizomes fingerroot of
(boesenbergia pandurata (roxb.) Schlecht) (zingiberaceae). J. Indo. Chem. 6 (2):
219-223.
Widyarini, S., dkk. 2014. Efek anti angiogenesis temu kunci (boesenbergia pandurata, (roxb.)
schlecht) pada membran korio alantois embrio ayam yang diinduksi basic
fibroblast growth factor (bfgf) . J. KHAZANA. 6(2) : 35-45.
LAMPIRAN LAMPIRAN
PROSES PENYIAPAN SAMPEL

Rimpang Temu kunci Penbersihan rimpang temu kunci

Rimpang temu kunci Setelah Dikupas Rimpang temu kunci setelah dikeringkan
Simplisia Temu Kunci setelah diblender

PROSES MASERASI

Proses menimbang simplisia temu kunci Memasukkan simplisia ke dalam botol

Memasukkan pelarut pada simplisia Proses Penggojokan


Proses penyaringan hasil maserasi (Maserat)
PROSES KRISTALISASI DAN REKRISTALISASI

Penguapan Maserat Kristalisasi dalam Kulkas


Rekristalisasi dengan pelarut n-heksana Kristal Phinostrobin setelah rekristalisasi

PROSES KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Memasukkan eluen kedalam bejana Eluen (Fase Gerak)


Penyiapan fase diam Fase diam setelah penotolan sampel dan standar

Proses Eluensi fase diam dalam fase gerak

Pengamatan spot dalam UV-LAMP Kristal Phinostrobin Murni


Kelompok 2 TEMU KUNCI

Anda mungkin juga menyukai