Anda di halaman 1dari 29

KULIAH KE- 1

HAKIKAT MEDIA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Media itu terdiri dari media hiburan, iklan, informasi, komunikasi, massa,
pembelajaran, pendidikan. Pembelajaran dan pendidikan dibedakan menjadi:
Pendidikan:
Pendidikan tidak dibatasi tempat dan waktu
Kapan saja, dimana saja, (life long education)
Bisa disengaja atau tidak disengaja
Dalam pengertian yang luas
Pendidikan: formal, non formal, informal
Pembelajaran:
Ada tujuan, sasaran, evaluasi, setifikat/ijazah
Biasanya formal atau non formal.
Pengajaran dan pembelajaran ddibedakan menjadi:
Pengajaran: Memberikan pelajaran
Pembelajaran: Membuat siswa mau dan mampubelajar
Guru berperan sebagai: fasilitator, motivator, konselor,evaluator, dan
supervisor

Pengertian Media dan Media Pembelajaran


Berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari pemberi informasi kepada
penerima informasi.Dalam konteks pembelajaran disebut Media Pembelajaran.
Berikut beberapa istilah pengertian media:
Semua bentuk perantara yg dipakai orang penyebar ide, sehingga ide / gagasan
itu sampai kepada penerima (Santoso S. Hamijaya).
AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yg dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi.
NEA (National education Association) berpendapat media adlh segala benda
yg dimanupulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrumen yg digunakan untuk kegiatan tersebut.
Segala sesuatu yg dapat berfungsi sebagai perantara/ sarana/ alat untuk proses
komunikasi (proses belajar mengajar).Segala jenis sarana pendidikan yang
digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.Peralatan fisik
untuk mencapai isi instruksional termasuk buku, film, video, tape, sajian slide
guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media pembelajaran mencakup
sofware dan hardware yang brfungsi sebagai alat bantu belajar.Media yang
digunakan dan integrasikan dengan tujuan dan isi intsruksional yang biasanya
sudah dituangkan dalam garis besar pedoman intruksional (GBPP). Adapun istilah
lain dari media ialah:
Gange (1978): berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Heinich dan Russel (1989): sebuah saluran untuk komunikasi yang berasal
dari bahasa Latin yang berarti antara yang digunakan untuk menyalurkan
informasi antara pengirim dan penerima (antara guru dan peserta didik).
Rossi dan Briedle (1966) dalam Wina Sanjaya (2006, hlm. 161)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise,
buku, koran, majalah, dan sebagainya.
Heinich, dkk (1982) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2004, hlm. 4)
mengemukakan istilah media/medium sebagai perantara yang mengantar
informasi antar sumber dan penerima. Maka dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa semua media, baik media cetak, visual, audio visual, dan media
komunikasi jika digunakan membawa pesan-pesan informasi yang bertujuan
instruksional atau memuat nilia-nilai pengajaran maka media tersebut dapat
disebut sebagai media pengajaran.

Media Pendidikan
Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas.Media pendidikan digunakan dalam rangka
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.Media
pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok
kecil (misalnya: film, slide, video, dan OHP), atau perorangan (misalnya: modul,
computer, radio tape/kaset, video recorder).Sikap, perbuatan, organisasi, strategi,
dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Media Pembelajaran
Dari ciri-ciri media diketahui bahwa media pembelajaran terbagi kepada dua,
yaitu bersifat hardware dan software digunakan sebagai alat bantu guru dalam
proses belajar mengajar dikelas visual dan audio-visual. Media pembelajaran yang
digunakan sebagai alat, sarana atau perantara menyampaikan materi pelajaran
dalam proses belajar harus menempatkan siswa sebagai objek yang harus
menguasai pelajaran. Oleh karena itu, siswa sebagai objek dalam belajar harus
diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sendiri sesuai dengan
bakat dan minat siswa.
Dalam hal ini media pengajaran yang diterapkan oleh guru untuk mendukung
penyampaian materi pelajaran yang diberikan kepada siswa harus mudah
dipahami oleh siswa, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi
pelajaran yang diberikan oleh guru. Media pengajaran yang digunakan oleh guru
sebagai alat mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan
guru, bukan sebaliknya mempersulit siswa.
Penggunaan media yang sesuai metode pembelajaran guru dengan kondisi
siswa menjadi pertimbangan mutlak untuk teracapainya efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, karena media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mempermudah siswa menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru. Maka
kesesuaian antara metode dan media pembelajaran harus sejalan.

Landasan Teoritis Penggunaan Media dalam Pendidikan


Levie (1975) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 9) mengemukakan hasil
penelitianya bahwa belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau
visualdan verbal membuahkan hasil belajar yang lebih baik. Selanjutnya Baugh
(1986) mengemukakan bahwa kurang lebih 90 % hasil belajar seseorang
diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5 % diperoleh melalui indera
pendengaran dan 5 % lagi melalui indera lainnya. Dilain pihak Dale (1969)
mengemukakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar
sekitar 75 %, melalui indera pendengaran 13 %, dan melalui indera lainnya sekitar
12 %.
Mencermati pandangan hasil penelitian Bough di atas dapat disimpulkan
bahwa pengunaan media dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan,
utamanya media yang bersifat visual. Salah satu gambaran yang sering digunakan
sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah
Dales Cone of Experience (1969) (kerucut pengalaman Dale).Sejalan dengan
teori kerucut Edgar Dale yang sering menjadi acuan penggunaan media dalam
pembelajaran Abdul Rachman Shaleh (2004, hlm. 218) mengemukakan bahwa
kita belajar dari 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30
% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa
yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita lakukan. Sesuatu yang dilihat dan
dilakukan merupakan tingkat keberhasilan yang tinggi dan efisien, utamanya
dalam belajar berkaitan dengan pengalaman langsung dengan bantuan
media/benda tiruan atau pengamatan.

Macam - Macam Media Pengajaran


Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi klasifikasi dari sudut
mana melihatnya sebagaimana menurut Wina Sanjaya (2007, hlm. 170-171)
sebagai berikut:
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bahan yang
dicetak.
Dilihat dari sifatnya media dapat dibagi ke dalam:
Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara. Misalnya radio dan rekaman suara.
Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Misalnya: film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar dan berbagai bahan yang dicetak.
Media audio-visual, yaitu jenis media selain mengandung unsure suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya: rekaman
video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya

Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam:


Media memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi.
Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang waktu seperti
film slide, film, video, dan lain sebagainya.
Dilihat dari cara atau tekhnik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan
lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi
khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector
untuk memproyeksikan film slide, overhead projector (OHP) untuk
memproyeksikan transparansi.
Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan
lain sebagainya.

Selanjutnya Seels & Galsgow (1990) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 33-35)
mengelompokkan media kedalam dua kategori, yaitu tradisional dan tekhnologi
mutakhir sebagai berikut:
1. Media tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan (Proyeksi opaque/teks tembus
pandang, Proyeksi overhead, Slides, Filmstrips)
b. Visual yang tidak diproyeksikan (Gambar/poster, Foto, Charts/grafik/
diagram, Pameran papan info, papan-bulu)
c. Audio (Rekaman piringan, Pita kaset/reel atau cartridge)
d. Penyajian multimedia (Slide plus suara/tape, Multi-image)
e. Visual dinamis yang dproyeksikan (Film, Televisi, Video
f. Cetak (Buku teks, Modul/teks terprogram, Workbook, Majalah
ilmiah/berkala, Lembaran lepas/hand-out).
g. Permainan (Teka-teki, Simulasi, Permainan papan)
h. Realita (Model, Specimen/contoh, Manipulatif/peta, boneka)
2. Media tekhnologi mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
Telekonfren
Kuliah jarak jauh

b. Media berbasis mikroproses


Computer-assisted instruction
Permaianan komputer
Sistem tutor intelijen
Interaktif
Hypermedia
Compact (video) disc

Manfaat Media dalam Proses Belajar Mengajar


Dalam proses belajar mengajar terdapat dua unsur penting yang mendukung
berhasilnya suatu pembelajaran, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran.
Metode pengajaran sebagai inovasi yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa bertujuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan seringkali guru menggunakan metode yang bervariasi untuk
menyampaikan satu materi pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah 2005, hlm. 19).
Namun penggunaan metode yang bervariasi yang digunakan oleh guru harus
mempertimbangkan tujuan belajar dan jenis serta fungsinya, anak didik dengan
berbagai tingkat kemampuannya, fasilitas atau media, serta pribadi dan
kemamuan professional guru tersebut.
Dalam hal ini disebabkan guru memiliki peranan yang paling strategis dalam
pendidikan sebab gurulah sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam
terjadinya proses belajar mengajar (Haidar Putra Daulay 2004, hlm. 75). Sebab
ditangan guru yang cekatan dapat menerapkan dan menggunakan media
pembejalaran secara efektif dan efisien akan mencapai tujuan pembelajaran.Untuk
mendukung tercapainya metode pembelajaran yang efektif dan efisisien
diperlukan sarana atau perantara untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri,
yaitu media pengajaran. Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad (2004, hlm. 15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sejalan dengan pengetahuan guru terhadap penggunaan media dan manfaat
media dalam penyajian materi pelajaran dapat diketahui sebagai berikut:
Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.
Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.
Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.
Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.
Berangkat dari manfaat media dalam pembelajaran memiliki nilai praktis yang
diperoleh oleh siswa sebagaimana menurut Wina Sanjaya (2007, hlm. 169-170)
sebagai berikut:
Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
Media dapat mengatasi batas ruang dan waktu. Misalnya dalam hal penyajian
bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta siswa, maka
dalam hal ini media berfungsi sebagai:
Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungan.
Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nayata, dan tepat.
Media dapat membangkitakn motivasi dan merangsang peserta untuk belajar
dengan baik.
Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang
konkret sampai yang abstrak.

Fungsi Media Pembelajaran


Arsyad (2002), menyebutkan dalam bukunya bahwa media memiliki
empat fungsi yaitu:
1. Fungsi atensi
Media dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna yang
ditampilkan dalam materi pelajaran.
2. Fungsi afektif
Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa
ketika proses belajar mengajar berlangsung.
3. Fungsi kognitif
Media dapat mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi
atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami
teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca, untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Tujuan Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan
peningkatan mutu pendidikan. Media pembelajaran di sekolah digunakan dengan
tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep,
prinsip, dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling
tepat menurut sifat bahan ajar
2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih
merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
3. Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta
didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
5. Memperjelas informasi atau pesan pembelajaran.
6. Meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan
media adalah:
1. pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan
motivasi,
2. bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami,
3. metode mengajar akan lebih bervariasi, dan
4. siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Urgensi Media Pembelajaran


Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme.Menurut pandangan ini bahwa
pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi
pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang
lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered).
Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai
fasilitator pembelajaran.Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif
berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan.Lingkungan yang
dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala
sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul,
selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai
sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi,
komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam
sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar
pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan
(isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini
bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal
dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan
(Criticos, 1996).Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi
materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa
sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

Peranan Media Pembelajaran


Peranan media pembelajaran tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak
sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Oleh karena itu,
media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi,
dan kondisi masing-masing. Suatu media tidak harus dinilai dari kecanggihan,
tetapi dinilai dari fungsi dan perannya. Media yang digunakan bisa berupa
gambar, lukisan, atau video tentang objek tertentu.
Peranan media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2009:6-7) adalah (1)
alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan
pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal
mengenai bahan pengajaran; (2) alat untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh
para siswa dalam belajar mengajar; dan (3) sumber belajar bagi siswa, media
tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari siswa baik individu maupun
kelompok.
Peranan media sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, peneliti berusaha memaksimalkan media foto jurnalistik tematik potret
bencana dari surat kabar sebagai media pembelajaran menulis poster untuk
meningkatkan kualitas siswa maupun guru.

Kriteria Media Pembelajaran

Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami dalam garis besar adalah

manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu meperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad (2002).Dalam

hal ini, Muchadis (1996:14) mengemukakan beberapa kriteria yang dapat dipakai

untuk menentukan keberhasilan suatu media pembelajaran. Adapun kriteria

keberhasilan media terdiri atas:

1. tingkat ketertarikan, 8. keefektifan pendekatannya,

2. keterpahaman, 9. keseimbangannya dengan

3. kredibilitasnya, kelompok masyarakat,

4. tingkat identifikasi perilaku atau 10. tingkat penghargaan terhadap

kejadian, nilai-nilai,

5. ketepatan pesan yang 11. tingkat keakuratan isinya,

disampaikan, 12. kontribusinya terhadap

6. daya penuh terhadap pemusatan kemampuan daya ingat,

perhatian, 13. efektif, dan

7. tingkat kesesuaiannya dengan 14. standar teknis.

usia,

Beberapa istilah media pembelajaran yang kebanyakan para ahli pendidikan

membedakannya antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga

digunakan saling bergantian. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

memilih media, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,

ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak,

mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu

diperhatikan antara lain:

1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen


yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan

media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam

bentuk perilaku (behavior).

2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih

media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan

berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius

bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor

umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak

menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain

sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi

pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk

digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau

peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu

media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.

5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan

kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan

ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang

dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin

lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi

tinggi) bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang

dikeluarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal & Rohmanto, Elham 2007.Membangun Profesionalisme Guru dan


Pengawas Sekolah. Penerbit: Yama Widya. Bandung.

Arsyad, Azhar 2004.Media Pembelajaran. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.

Daulay, Haidar Putra 2004.Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.


Penerbit: Kencana Pernada Media Group. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta.

Fajrin, Irfan. 2015. Hakikat Manfaat dan Peranan Media


Pembelajaran.(Online).http://www.rifanfajrin.com/2015/10/media-
pembelajaran-hakikat-manfaat-dan.html. (Diakses pada tanggal 21
Agustus 2016).

Imansjah Alimpade, (Sumiati dan Asra. 2009:6). Kriteria Pemilihan Media: CV.
Wacana Prima

Kajar, Adrym. 2015. Hakikat Media


Pembelajaran.(Online).https://kisopo.wordpress.com/2015/03/03/hakikat-
media-pembelajaran/. (Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016).

Rosyada, Dede 2004.Paradigma Pendidikan Demokratis sebuah Model Pelibatan


Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Penerbit: Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.

Sanjaya, Wina 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Penerbit: Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Shaleh, Abdul Rachman 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi,
Misi dan Aksi. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Syah, Muhibbin 2004.Psikologi Belajar. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta.

Usman, Basyiruddin 2005.Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Penerbit:


Ciputat Pers. Jakarta.
KULIAH KE-3
MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERKEMBANGANNYA

Penyampaian materi sebaiknya memanfaatkan alat peraga, agar menarik minat


peserta didik.Usia SD dalam taraf berkembang /taraf perkembangan
skematis.Salah satu cara yang efektif :dengan alat peraga/ alat bantu /media
pembelajaran.Menurut penelitian, kemampuan menerima pesan lewat pancaindra,
paling tinggi adalah dengan penglihatan & pendengaran. Daya serap pancaindera
terdiri dari penglihatan 82%, penciuman 1%, perasa 2.5%, peraba 3.5%, dan
pendengaran 11%.
Media yang bisa menyampaikan info bersamaan berupa suara & gambar
disebutmedia audio visual.Multimedia: gabungan bentuk media menjadi satu
kesatuan yang menyu-guhkan tampilan baru dan interaktif.
(Computer/Laptop&LCD Projector). Dengan media, info dapat dicatat secara
cermat, mampu mencerna fakta&imajinasi,sertamudah diingat.

Perkembangan Media Pembelajaran


Mulanya media sebagai alat bantu mengajar (teaching aids)yang bersifat
visual: gambar, model, obyek dan alat-alat yang dapat memberikan pengalaman
kongkrit, motivasi belajar, dan mempertinggi daya serap.Dengan masuknya
pengaruh teknologi audio pada abad 20, pesan lebih menarik dilihatsekaligus
didengar dengan AVA.Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale
tersebut, menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan Alat Bantu
Pembelajaran apa yang paling sesuai.Akhir tahun 1950, teori Komunikasi mulai
mempengaruhi AVA, sehingga selain sebagai alat bantu dalam pembelajaran juga
sebagai penyalur pesan/informasi (media). Teori ini sangat penting dalam
penggunaan media untuk kegiatan pembelajaran.

Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi


Proses belajaradalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
media/saluran tertentu ke penerima pesan. Pesan dituangkan ke dalam simbol-
simbol komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan
simbol tsb disebut decoding.Efektivitas komunikasi pembelajaran ditentukan oleh
sejauh mana isi pesan dari pengirim, diterima oleh penerima sesuai dengan apa
yang maksud oleh pengirim. Makin sempurna (lengkap) makin efektif, makin
banyak kekeliruan/kekurangan makin kurang efektif.Media sebagai komponen
sistem, bagian integral dari suatu sistem pembelajaran. Media bukan sekedar alat
bantu atau alat peraga.Media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Ada
nilai tambah dari peggunaan media terhadap hasil belajar siswa

Hubungan antara Media dan Pembelajaran


Guru mengajar tanpa media
Media sebagai alat bantu/alat peraga
Ada kerjasama antara guru dan media
Pembelajaran tanpa guru

Perkembangan Media Pembelajaran dari Masa ke Masa


Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memperoleh pelajaran.Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku.Pada masa itu kita mengenal tokoh
bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang
menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah.Buku tersebut
berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama
kali pada tahun 1657.Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa
tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui
penginderaan.
Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat
memberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa
melalui semua indera, terutama indera pandang dengar. Kalau kita amati lebih
cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat
untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (Teaching Aids). Alat bantu
mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar,
model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya
serap atau retensi belajar dan daya ingat siswa dalam belajar. Namun karena
terlalu memusatkan perhatian pada alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek
disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi,
dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual
untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita
kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA). Bermacam peralatan
dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa
melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih
mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.Usaha-
usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus
dilakukan.Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 12 tingkatan
pengalaman belajar dari yang paling kongkrit sampai yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama Kerucut Penglaman (Cone
of Experience).
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa. Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman.Menurutnya, pengalaman itu
mempunyai dua belas (12) tingkatan.Tingkatan yang paling tinggi adalah
pengalaman yang paling konkret.Sedangkan yang paling rendah adalah yang
paling abstrak, diantaranya:
1. Direct Purposeful Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak
langsung dengan lingkungan, obyek, binatang, manusia, dan sebagainya,
dengan cara perbuatan langsung
2. Contrived Experiences : Pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui
model, benda tiruan, atau simulasi.
3. Dramatized Experiences : Pengalaman yang diperoleh melalui permainan,
sandiwara boneka, permainan peran, drama soial.
4. Demonstration : Pengalaman yang diperoleh dari pertunjukan
5. Study Trips : Pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
6. Exhibition : Pengalaman yang diperoleh melalui pameran
7. Educational Television : Pengalaman yang diperoleh melalui televisi
pendidikan
8. Motion Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup,
bioskop
9. Still Pictures : Pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide,
fotografi
10. Radio and Recording : Pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau
rekaman suara
11. Visual Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat
seperti grafik, bagan, diagram
12. Verbal Symbol : Pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata.
Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,
sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang
paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa.Pada
akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual.Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat
penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia
pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja,
melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu itu
faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran, belum
mendapat perhatian khusus.Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran.Pada saat itu
teori Behaviorisme BF.Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang
dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk
media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya
teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram).
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau
informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi
penggunaan media dalam pembelajaran.Dalam teorinya, mendidik adalah
mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa.Ada dua
ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses
belajar-mengajat adalah sesuatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
2. Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri
atas prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
keseluruhan proses belajar-mengajar
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik
siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
dicapai.Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik perubahan
ini.Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai dipakai
berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara
belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui
media visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah
lahir konsep media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Gladie. 2009. Media Pembelajaran. (Online).http://gladie-


kun.blogspot.com/2009/10/media-pembelajaran-ict.html. (Diakses pada
tanggal 3 September 2016).

Sadiman, Arif S. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,


Pemanfaatan. Jakarta: RajawaliPers.

Omar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: BumiAksara
Kuliah Ke 2
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam
pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa
pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi
pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah
bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dalam kondisi seperti ini,
guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa
atau pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri,
siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku,
modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai
sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi,
komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam
sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau
materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan
(siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui
simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang
selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996). Adakalanya proses
penafsiran tersebut berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (yang
menyangkut minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik
berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat
istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan
lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar
(Sadiman, dkk., 1990).
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses
penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat
mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media
pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media
pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih
efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha ke arah
pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat
menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang sederhana
sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan
mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan membuat
media pembelajarnnya sendiri.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi
komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral
dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran
memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih
efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan
dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu
dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kehadiran media
pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi
sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai
sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret)
berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian melalui benda-benda
tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi
seperti inilah kehadiran media pembelajaran sangat bermanfaat. Dalam posisinya yang
sedemikian rupa, media akan dapat merangsang keterlibatan beberapa alat indera.

1. Pengertian Media dan Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari pemberi informasi kepada penerima
informasi. Media dalam konteks pembelajaran disebut Media Pembelajaran, yang berarti
segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses
komunikasi dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan pembelajaran yang mencakup sofware dan hardware yang berfungsi
sebagai alat bantu belajar.

2. Fungsi Media Pembelajaran


Berikut ini adalah beberapa fungsi dari media dalam konteks pembelajaran
1) Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.
2) Mengatasi batas-batas ruang kelas.
3) Mengatasi kesulitan jika suatu benda secara langsung tidak bisa diamati
karena terlalu kecil, misalnya sel, bakteri, atom, dapat digunakan media
gambar slide, film, dan sebagainya.
4) Mengatasi gerak benda yang terlalu cepat atau terlalu lambat, sedangkan
proses gerakan itu menjadi pusat perhatian siswa.
5) Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi
bagian untuk diamati secara terpisah.
6) Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung.
7) Menjelaskan tentang peristiwa peristiwa alam, misalnya terjadinya gempa
bumi, banjir banding, gerhana matahari, pembiakan hewan,
8) Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan
keadaan alam sekitar.
9) Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang
pada awal pengamatan siswa berbeda-beda.
10) Membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa
11) Memberikan kejelasan materi pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa jika
hanya menggunakan ucapan secara verbal saja.
12) Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan dengan guru,
siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan lingkungannya.
13) Mencegah terjadinya verbalisme pada siswa.

3. Manfaat Media Pembelajaran


Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya, karena dengan adanya media
pembelajaran dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran yakni menyampaikan
pesan-pesan atau meteri-materi pembelajaran kepada siswanya. Setiap materi
pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang berfariasi. Peda satu sisi ada bahan
pembelajaran yang tidak memerlikan media pembelajaran, tetapi disisi lain ada bahan
pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang
mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu akan sukar dipahami oleh siswanya, apalagi
oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan. Berikut ini
adalah beberapa manfaat dari media dalam konteks pembelajaran
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; proses pembelajaran menjadi
lebih interaktif
3) Efisiensi dalam waktu dan tenaga
4) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
5) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
6) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
7) Merubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif
8) Membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.
9) Media dapat mengatsi kendala keterbatasan ruang dan waktu
10) Media membantu mengatasi keterbatasan indera manusia
11) Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda dan peristiwa langka dan
berbahaya kedalam kelas
12) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media, memberikan kesan mendalam dan
lebih lama tersimpan pada diri siswa

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Media


Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam penggunaan media
1) Tidak ada satu media yang harus digunakan dengan meniadakan media lain
2) Media tertentu cenderung untuk lebih tepat dalam menyajikan suatu unit
pelajaran tertentu dari pada media lain
3) Tidak ada suatu media yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan belajar
4) Penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus justru akan membingungkan
tidak akan memperjelas pelajaran
5) Harus dilakukan persiapan yang matang dalam menggunakan media
pembelajaran
6) Media harus merupakan bagian integral dari seluruh program pembelajaran
7) Siswa harus disiapkan dan diperlakukan sebagai peserta aktif
8) Siswa harus ikut bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi selama belajar
9) Tidak menggunakan media pembelajaran hanya sebagai selingan atau hiburan,
pengisi waktu saja.
10) Perlu penampilan yang positif
11) Pergunakan kesempatan menggunakan media yang tepat dapat ditanggapi
untuk melatih perkembangan bahasa peserta secara lisan maupun tulisan.

5. Klasifikasi Media Pembelajaran


1) Berdasarkan indera yang digunakan
a. Media audio
b. Media visual
c. Media audio-visual.
2) Berdasarkan jenis pesan yang disampaikan
a. Media cetak
b. Media non cetak
c. Media grafis
d. Media non grafis
3) Berdasarkan sasarannya
a. Media jangkauan terbatas
b. Media jangkauan yang luas
4) Berdasarkan penggunaan tenaga listerik
a. Media elektronika
b. Media non elektronika
5) Berdasarkan kesiapan dalam penggunaannya
a. Media siap pakai/jadi (media by utilization)
b. Media siap rancang (media by design)
6) Berdasarkan asalnya
1. Media dari spesimen hidup yang masih hidup: aquarium
2. Media dari spesimen hidup yg sudah mati: herbarium
3. Media dari spesimen benda tdk hidup: batuan-batuan
4. Media asli bukan mh.hidup: radio, mobil
5. Model (tiruan benda-benda)

6. Pemilihan media pembelajaran


Beberapa penyebab mengapa orang memilih media di antaranya adalah:
1) Jika ingin mendemonstrasikan media yang akan dipilihnya
2) Merasa sudah akrab dengan media tersebut
3) Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkrit
4) Jika seseorang merasa yakin bahwa media tersebut memungkinkan ia berbuat
lebih banyak dalam proses pembelajaran seperti bisa menarik minat, me-
ningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Perlu diperhatikan sebelum memilih media:
1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
2) Karakteristik peserta didik,
3) Strategi belajar-mengajar,
4) Organisasi kelompok belajar,
5) Alokasi waktu dan sumber,
6) Prosedur penilaian.
Empat faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:
1) Ketersediaan sumber setempat,
2) Ketersediaan dana, tenaga, dan fasiliatasnya;
3) Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media
4) Efektivitas biaya dalam waktu yang panjang.
Enam langkah pokok prosedur pemilihan media
1) Menentukan tujuan program,
2) Menetapkan metode transmisi (informasi atau pesan instruksional),
3) Menentukan ciri khas pelajaran,
4) Memilih media pembelajaran,
5) Menganalisis ciri khas media,
6) Merencanakan tes pengembangan media.

7. Evaluasi Media Pembelajaran

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media tersebut dapat


mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk diingat
dan dilakukan agar kita tidak salah arah dalam melakukan proses pembelajaran. Adapun
tujuan evaluasi media yaitu:
1) Memilih media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
2) Untuk melihat prosedur penggunaan suatu media
3) Untuk memeriksa apakah tujuan penggunaan media tersebut telah tercapai
4) Menilai kemampuan guru/dosen dalam menggunakan media pembelajaran
5) Memberikan informasi untuk kepentingan administrasi
6) Untuk memperbaiki alat/media itu sendiri
Ada dua macam bentuk evaluasi media yaitu Evaluasi formatif dan Evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengumpulkan data tentang efektvitas dan
efisiensi bahan-bahan pelajaran (termasuk di dalamnya media pembelajaran) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki
dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien. Ada tiga
tahapan dalam evaluasi formatif suatu media pembelajaran yaitu:
a. Evaluasi satu lawan satu (secara individual)
Prosedur evaluasi satu lawan satu:
1) Jelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media
baru dan ingin mengetahui reaksi mereka,
2) Katakan kepada mereka bahwa kalau ada kesalahan pada mereka,
dikarenakan kekurang sempurnaan dari media, bukan kesalahan siswa,
3) Usahakan agar mereka bersikap relaks dan bebas dalam
mengemukakan pendapat tentang media,
4) Berikan tes awal kepada mereka,
5) Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menyajikan materi melalui media tersebut,
6) Berikan tes akhir
7) Analisis informasi yang terkumpul.
b. Evaluasi kelompok kecil
Prosedur evaluasi kelompok kecil (10-20 orang)
1) Jelaskan kepada siswa bahwa media tersebut berada dalam tahap
formatif yang memerlukan umpan balik untuk perbaikan,
2) Berikan tes awal,
3) Sajikan media atau minta kepada siswa untuk mempelajari media
tersebut,
4) Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik,
5) Berikan tes akhir untuk mengetahui apakah keberhasilan tujuan bisa
tercapai,
6) Bagikan questioner kepada siswa tentang seputar manfaat dari media
tersebut,
7) Analisis data yang terkumpul.
c. Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan merupakan tahap terakhir dari evaluasi formatif suatu media yang
dilakukan pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Prosedur evaluasi lapangan:
1) Pilih siswa yang benar-benar mewakili populasi target sebanyak 30
orang siswa lakukan tes kemampuan awal tadi.
2) Jelaskan kepada mereka maksud uji lapangan terhadap media
tersebut,
3) Berikan tes awal,
4) Sajikan media tersebut kepada mereka,
5) Catat semua respon yang muncul dari siswa selama sajian,
6) Berikan tes akhir untuk mengetahui pencapaian hasil belajar mereka,
7) Berikan questioner kepada mereka seputar sikap dan pendapat
mereka tentang media yang telah disajikan,
8) Ringkas dan analisis data yang diperoleh dangan kegiatan-kegiatan.
Evaluasi Sumatif, evaluasi dalam bentuk final, setelah diperbaiki dan
disempurnakan orang lain atau mungkin yang bersangkutan sendiri, akan
dikumpulkan data untuk menentukan apakah media itu patut digunakan dalam situasi-
situasi tertentu atau apakah media itu benar-benar efektif.
Penggunaan media yang sesuai metode pembelajaran guru dengan kondisi siswa
menjadi pertimbangan mutlak untuk teracapainya efisiensi dan efektivitas pembelajaran,
karena media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mempermudah siswa
menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru. Maka kesesuaian antara metode dan
media pembelajaran harus sejalan.
Media pembelajaran sebagai alat bantu bagi guru dalam menyampaikan materi
pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Penggunaan media
dalam belajar akan berhasil jika guru terampil dalam menggunakannya, sebab itu guru
harus memahami tentang manfaat dan kegunaan media dalam pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena guru merupakan mediator utama dalam proses transformasi
pembelajaran. Maka dalam proses transformasi pembelajaran guru harus didukung alat
atau perantara, yaitu media. Media pengajaran secara umum dapat dikategorikan kedalam
media visual (gambar) dan audio-visual (suara/film/gambar) atau secara tradisional serta
modern yang mencakup tekhnologi mutakhir. Pemanfaatan media oleh guru bertujuan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif yang sejalan dengan tujuan
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sadiman, dkk. (1990). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya). Jakarta: CV. Rajawali
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru. Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
http://sulaiman-ump.blogspot.com/2011/06/pemilihan-media-pembelajaran.html.
http://dewin221106.blogspot.com/2011/05/pengertian-dan-tujuan-media.html
http://www.m-edukasi.web.id/2012/04/fungsi-media-pembelajaran.html.Diakses
pada: Jumat, 14 September 2012

Anda mungkin juga menyukai