259273052-Mekanisme-Absorpsi-Obat-Melalui-Difusi-Pasif F
259273052-Mekanisme-Absorpsi-Obat-Melalui-Difusi-Pasif F
DISUSUN OLEH:
REZKY APRHODYTA D. M.
N111 13 312
BIOFARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh
bantuan dari banyak pihak, tidaklah mungkin makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, oleh sebab itu penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, terutama bagi penyusun sebagai penyusun makalah ini.
Rezky Aprhodyta D. M.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
tertempel pada lapisan ganda bertindak sebagai reseptor, saluran ion, dan
penghantar jalur-jalur sinyal elektrik dan kimia; banyak dari protein ini merupakan
target-target dari obat-obatan. Membran sel relatif permeabel terhadap air dan
aliran air yang besar dapat membawa serta molekul obat berukuran kecil (< 200 Da).
hidup dari sekelilingnya yang mati. Setiap sel yang hidup harus selalu memasukkan
obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan. Umumnya obat
melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah antar
menjadi dua cara, yaitu dengan difusi pasif untuk molekul-molekul yang mampu
melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang
Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula-mula
obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel kemudian
molekul obat akan melintasi membran dengan melarut dalam lemak membran. Pada
4
proses ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain yang
memiliki kadar lebih rendah. Setelah taraf mantap dicapai, kadar obat bentuk non
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini yaitu:
I.3 Tujuan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Absorpsi
gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau
pinositosis. Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan
vili mukosa yang luas. Jika sebagian dari vili ini berkurang karena pengangkatan
sebagian dari usus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai
dasar protein, seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus
halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi
Gambar 1. Tiga proses utama dalam absorpsi obat melalui membran gastrointestinal; yaitu absorpsi
pasif, absorpsi aktif, dan pinositosis.
membran jika telah menjadi tidak bermuatan (nonionized, tidak bermuatan positif
atau negatif). Obat-obat asam lemah, seperti aspirin, menjadi kurang bermuatan di
dalam lambung, dan aspirin melewati lambung dengan mudah dan cepat. Asam
hidroklorida merusak beberapa obat, seperti penisilin G; oleh karena itu, penisilin
oral diperlukan dalam dosis besar karena sebagian hilang akibat cairan lambung.
Rintangan atau sawar yang dihadapi zat aktif sebelum mencapai titik-
untuk setiap zat aktif. Sawar tersebut dapat merupakan sejumlah lapisan sel
(misalnya kulit), atau hanya satu sel basal (epitel usus halus), ataupun bahkan yang
berukuran lebih kecil dari sel itu sendiri (membran antar sel atau pembatas organ
tersebut merupakan satu kesatuan struktur yang sama pada semua membran baik
Konsep tentang sifat alami dan struktur membran telah berkembang seiring
memungkinkan pemastian hal-hal yang oleh mikroskop optik tidak jelas seperti
perbedaan pewarnaan atau penampakan antara dua objek. Pada mikroskop elektron,
beragam antara 70 dan 100 , terdiri atas dua lapisan yang samar dengan tebal
7
Pengertian lipida protein alami suatu membran sebagai gabungan molekul
(1936-1943) serta Stein dan Danielli lipida protein sebagai model membran. Model
membran tersebut terdiri atas dua basal lipida monomolekuler (terutama terdiri
bagian dalam, dan kutub hidrofilnya merupakan basal protein berada di fase berair.
Telah diketahui pula bahwa bahwa susunan molekuler tersebut adalah sekitar 75
mikroskop elektron. Dua kutub hidrofil mengandung protein dan ujung fosfolipida
yang pilar (salah satu diantaranya yang berada pada permukaan luar mempunyai
susunan statis tersebut bukan merupakan protein dan lipida dalam membran
seluler yang hidup. Model berlapis tersebut relatif dapat diterapkan lebih baik,
dihasilkan dari penelitian baru (Simposium 1972) dan merupakan konsep nidek
mosaik cair.
Dalam konsep mosaik cair, matriks membran terdiri atas 2 lapisan lipida
susunan yang teratur atau tidak teratur. Gugusan polarnya terletak pada permukaan
membran yang kontak dengan cairan intra atau ekstraseluler, sedangkan gugus non
polar menghadap ke arah dalam. Pori-pori yang tampak pada sumbu urtama protein
globuler tebalnya 85 .
8
II.3 Transpor Obat Melewati Membran Biologis
distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.
dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses farmakokinetik dan berjalan
serentak.
jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan
dengan cara melewati celah antar sel, kecuali pada endotel kapiler. Karena itu
Membran sel terdiri dari dua lapis lemak yang membentuk fase hidrofilik di
tertanam di kedua sisi membran atau menembus membran berupa mozaik pada
Cara-cara transpor obat lintas membran yang terpenting adalah difusi pasif
dan transpor aktif yang terakhir melibatkan komponen-komponen membran sel dan
membutuhkan energi. Sifat fisiko-kimia obat yang menentukan cara transpor ialah
bentuk dan ukuran molekul kelarutan dalam air, derajat ionisasi dan kelarutan
dalam lemak.
Kebanyakan obat berupa elektrolit lemah yakni asam lemah atau basa lemah.
Dalam larutan elektrolit lemah ini akan terionisasi. Derajat ionisasi ini tergantung
dari pKa obat dan pH larutan. Bentuk non ion umumnya larut baik dalam lemak
9
melintasi membran karena sukar larut dalam lemak. Pada taraf mantap kadar obat
dalam bentuki non-ion saja yang sama dikedua sisi membran, sedangkan kadar obat
dapat dirembesi air dan molekul-molekul kecil. Air berdifusi atau mengalir melalui
kanal hidrofilik pada membran akibat perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekan
osmotic. Bersama aliran air akan terbawa zat-zat terlarut bukan ion yang berat
molekulnya kurang dari 100-200. Meskipun berat atomnya kecil, ion anorganik
ukurannya membesar karena mengikat air sehingga tidak dapat melewati kanal
sel, kecuali di sumsum syaraf pusat. Celah antar sel endokapiler demikian besarnya
sehingga dapat meloloskan semua molekul yang berat molekulnya kurang dari
69.000 (BM albumin), yaitu semua obat bebas termasuk yang tidak larut dalam
lemak dan bentuk ion sekalipun. Proses ini berperan dalam proses absorpsi obat
setelah pemberian parenteral dan dalam filtrasi lewat membran glomerulus di ginjal.
Semua senyawa yang berukuran cukup kecil dan larut dalam air dapat melewati
kanal membran. Sebagian besar membran (membran seluler epitel usus halus
dan lain-lain) berukuran kecil yaitu 4-7 dan hanya dapat dilalui oleh senyawa
dengan bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari 150 untuk senyawa yang
bulat, atau lebih kecil dari 400 jika senyawanya terdiri atas rantai panjang.
10
Difusi pasif menyangkut senyawa yang larut dalam komponen penyusun
3. Transpor aktif
sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada transpor aktif diperlukan adanya
pembawa. Pembawa ini dengan molekul obat dapat membentuk kompleks pada
kelompok molekul. Oleh sebab itu dapat terjadi persaingan beberapa molekul
lebih rendah. Transpor dari satu sisi membran ke sisi membran yang lain dapat
energi yang diperoleh dari hidrolisis adenosin trifosfat (ATP) dibawah pengaruh
suatu ATP-ase.
4. Difusi terfasilitasi
11
transpor ini perlintasan terjadi akibat gradien konsentrasi dan tanpa
pembebasan energi.
5. Pinositosis
besar dan terutama oleh molekul yang tidak larut. Perlintasan terjadi dengan
Transpor oleh pasangan ion adalah suatu cara perlintasan membran dari suatu
zat yang dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan berhubungan dengan
adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya suatu
membran polimer, merupakan suatu cara yang mudah untuk menyelidiki proses
difusi.
Tenaga penggerak difusi pasif dari suatu obat adalah perbedaan konsentrasi
yang melewati suatu membran yang memisahkan dua kompartemen tubuh yaitu
obat tersebut bergerak dari suatu bagian yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi
yang rendah. Difusi pasif tidak menggunakan suatu karier, tidak ada titik jenuh dan
kedalam tubuh dengan mekanisme ini. Obat-obat yang larut dalam lemak mudah
yang larut dalam air menembus membran sel melalui saluran aqua.
Umumnya absorbsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula- mula
obat berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian molekul
obat akan melintasi membran dalam melarut dalam lemak membran. Pada proses
ini obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain. Setelah taraf
mantap (steady state) dicapai kadar obat bentuk non-ion kedua sisi membran akan
sama.
13
Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat
yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya
adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi
khusus.
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
dalam membran plasma yang terbuat dari fosfolipid. Difusi seperti ini tidak
Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hidrofilik atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus
perpindahan partikel. Hal ini dilakukan karena partikel-partikel tersebut tidak dapat
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi oleh
14
koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi
obat.
vitamin B12, elektrolit organik lemah (asam, basa), nonelektrolit organik, glikosida
jantung.
penyususun membran. Karena ini menyangkut difusi murni, maka difusi ini tidak
dapat dihambat oleh senyawa analog dan melalui blokade metabolisme. Dilihat
terutama melalui matriks lipid. Karena itu, kelarutan senyawa yang diabsorpsi
dalam lemak memegang peranan yang menonjol. Pori yang terdapat dalam
membran hanya memiliki arti tertentu untuk absopsi senyawa nonelektrolit yang
sukar larut dalam lemak serta senyawa yang terionisasi sempurna dengan bobot
molekul rendah.
/
K=
15
Bila molekul semakin larut-lemak, maka koefisien partisinya semakin besar
dan difusi transmembran terjadi lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa
organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga bila koefisien partisi sangat
tinggi ataupun sangat rendah maka hal tersebut merupakan hambatan pada proses
Gambar 3. Absorpsi obat menurut hukum difusi Fick. GIT, saluran gastrointestinal; dC/dt, laju absorpsi;
Km/f, koefisien partisi obat antara membran (lipid) dan cairan GIT (air); A, luas permukaan membran; D,
koefisien difusi obat; h, ketebalan membran; CGIT, konsentrasi obat dalam cairan GIT; CB, konsentrasi
obat dalam darah pada membran; CGIT CB, gradien konsentrasi antarmembran; K, koefisien
permeabilitas.
Kebanyakan zat aktif merupakan basa atau asam organik, maka dalam
keadaan terlarut sebagian molekul berada dalam bentuk terionkan dan sebagian
dalam bentuk tak terionkan. Jika ukuran molekul tidak dapat melalui kanal-kanal
membran, maka polaritas yang kuat dari bentuk terionkan akan menghambat
proses difusi transmembran. Hanya fraksi zat aktif yang tak terionkan dan larut
dalam lemak yang dapat melalui membran dengan cara difusi pasif.
Untuk obat yang zat aktifnya merupakan garam dari asam kuat atau basa
untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah
16
yang sedikit terionisasi, maka difusi melintasi membran tergantung kelarutan
bentuk tak terionkan di dalam lemak, jumlah bentuk yang tak terionkan (satu-
Interrelasi antara parameter pH, pKa, dan kelarutan dalam lemak juga dikenal
sebagai teori pH-partisi absorpsi obat. Teori ini berdasarkan pada asumsi:
Hasselbach) yaitu:
1. Tetapan disosiasi dari senyawa atau pKa (pH dimana bentuk terion dan bentuk
2. pH cairan dimana teradpat molekul zat aktif; pH dikedua sisi dapat berbeda.
Untuk asam lemah: pH pKa = log 1
Untuk basa lemah: pKa - pH = log 1
setiap daerah saluran perncernaan, karena pH saluran cerna beragam antara 1-3,5
untuk lambung, 5-6 untuk duodenum dan 8 pada ileum. Penyerapan efektif
terutama terjadi pada bentuk yang tak terionkan yaitu zat aktif bersifat asam lemah
pada lambung, sedangkan difusi basa lemah di lambung akan berkurang, namun
penyerapannya didalam usus halus menjadi sangat berarti karena bentuk tak
Terori ini secara nyata diterapkan dalam penyerapan zat aktif lainnya, yaitu
pada penetrasi zat aktif ke dalam tubuh, juga pada fase kinetik selanjutnya.
17
Demikian pula pada pengobatan dengan obat-obat yang berbahaya, yang dapat
sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran darah
dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Distribusi obat di darah, organ,
dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubility obat, kemampuan
berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan sel. Kebanyakan
dari tubuh (ekskresi). Pada dasarnya, tiap obat adalah zat asing yang tidak
metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui ginjal, jadi
18
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
melewati celah antar sel. Peristiwa ini dikenal dengan transpor lintas membran.
3. Transpor aktif
4. Difusi terfasilitasi
5. Pinositosis
Tenaga penggerak difusi pasif dari suatu obat adalah perbedaan konsentrasi
yang melewati suatu membran yang memisahkan dua kompartemen tubuh yaitu
obat tersebut bergerak dari suatu bagian yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi
yang rendah. Difusi pasif tidak menggunakan suatu karier, tidak ada titik jenuh dan
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
19
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi oleh
koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi
obat.
sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran darah
dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Distribusi obat di darah, organ,
dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubility obat, kemampuan
berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan sel. Kebanyakan
dari tubuh (ekskresi). Pada dasarnya, tiap obat adalah zat asing yang tidak
metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui ginjal, jadi
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Goodman dan Gilman. 2011. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC.
USA.
4. Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi
8. Jambhekar, S.S. & Breen, P.J. 2009. Basic Pharmacokinetics. Pharmaceutical Press.
21