Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR FISIKA STATISTIK

TEORI KINETIK GAS:


ANGGAPAN DASAR TEORI KINETIK GAS IDEAL DAN
TUMBUKAN DENGAN DINDING DIAM

Dosen Pengampu:
Drs. Rai Sujanem, M.Si

Oleh:

I Wayan Rudiartadi NIM. 1413021019/ KLS. VIA


Ni Luh Putu Sandewi P. NIM. 1413021023/ KLS. VIA
Dewi Ambarwati NIM. 1413021025/ KLS. VIA
Kadek Sri Mahayani NIM. 1413021030/ KLS. VIA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, makalah yang berjudul Teori Kinetik Gas: Anggapan Dasar Teori Kinetik Gas Ideal dan
Tumbukan dengan Dinding Diam dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Drs. Rai Sujanem, M.Si selaku dosen pengampu matakuliah Pengantar Fisika Statistik,
2. teman-teman kelas VI A (Affinity), dan
3. pihak-pihak lainnya,
yang telah membantu maupun mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun meteriil yang
diberikan guna membantu proses penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai syarat perkuliahan Pengantar Fisika Statistik yang
didapatkan pada semester VI. Pada makalah ini dibahas mengenai materi konsep dasar
menengai Fisika Statistika, yaitu Teori Kinetik Gas, yang terfokus pada materi anggapan dasar
teori kinetik gas ideal dan tumbukan partikel penyusun gas (molekul) dengan dinding yang
diam.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, walaupun penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menjadikan makalah ini
lebih baik di kemudian hari. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gas Ideal ............................................................................................................. 4


2.2 Tumbukan Partikel dengan Dinding Diam ........................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ............................................................................................................. 15


3.2 Saran ................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika merupakan salah satu cabang ilmu Fisika yang khusus mendalami
materi yang berkaitan dengan energi panas (kalor) beserta perubahannya. Ketika mempelajari
Termodinamika, hal yang sering dihadapi adalah sistem-sistem yang biasanya terdiri atas
sebuah gas dalam ruangan tertutup yang memiliki besaran-besaran terukur. Besaran-besaran
tersebut diantaranya tekanan (), volume (), dan temperatur (). Ketiga besaran
Termodinamika tersebut adalah beberapa besaran yang dimiliki oleh suatu sistem yang sifatnya
dapat diukur secara langsung di laboratorium. Ketiga besaran tersebut juga memiliki hubungan
yang sangat erat satu sama lain yang diperlihatkan oleh hukum-hukum gas, diantaranya hukum
Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac. Melalui peninjauan ketiga besaran tersebut
beserta hukum-hukumnya maka dapat membuka pemahaman mengenai karaktersitik sistem
gas dalam ruang tertutup secara makroskopik.

Seiring dengan perkembangang ilmu pengetahuan, peninjauan terhadap sebuah gas


tidak hanya melalui besaran-besaran makroskopis seperti apa yang telah menjadi pokok kajian
dalam Termodinamika, melainkan dapat pula ditinjau secara mikroskopis. Artinya, gas yang
dijadikan objek pengamatan dipandang terdiri atas partikel-partikel kecil yang memiliki
karakteristik tertentu dan dalam jumlah yang sangat banyak. Peninjauan sistem gas secara
mikroskpik ini menghasilkan besaran-besaran mikroskopik pula. Hal ini diperoleh dengan
mengakaji karakteristik yang dimiliki oleh partikel-partikel penyusun gas dengan teori klasik.
Besaran-besaran mikroskopik tersebut antara lain, massa pertikel, tumbukan partikel,
kecepatan partikel, dan energi kinetik partikel. Kajian terhadap gas secara mikroskopik inilah
memunculkan cabang ilmu Fisika yang lain, yaitu Fisika Statistik. Berbeda dengan ilmu fisika
yang lain yang memberikan hasil pengukuran yang pasti, dalam Fisika Statistik akan lebih
sering dijumpai hasil yang bersifat probability (peluang) dan nilai rata-rata. Hal ini disebabkan
oleh objek yang diamati berupa partikel-pertikel yang berjumlah sangat banyak dan memiliki
karakteristik yang beragam.

Objek kajian antara Termodinamika dan Fisika Statistik adalah sama, namun dari sudut
pandang yang berbeda. Oleh karena itu, hasil kajian antara kedua disiplin ilmu ini harus mampu
mendukung satu sama lain. Besaran-besaran yang didapatkan pada kajian Termodinamika

1
yang sifatnya makroskopis harus mampu dijelaskan oleh hasil kajian Fisika Statistik yang
sifatnya mikroskopik, ataupun sebaliknya. Sehingga antara Termodinamika dan Fisika Statistik
memiliki hubungan yang sangat erat.

Salah satu fenomena fisis Termodinamika yang sering dijumpai adalah ketika
memompa ban sepeda yang lembek. Hubungan antara besaran tekanan dan volume gas sangat
berperan dalam peristiwa tersebut, dan untuk memahami bagaimana hal itu bisa terjadi,
mengingat bahwa gas terdiri atas partikel-partikel kecil yang memiliki interaksi yang sangat
lemah satu sama lain, Fisika Statistik-lah berperan untuk hal ini. Seyogyanya, dengan
mempelajari Fisika Statistik pemahaman ilmiah mengenai fenomena-fenomena alam sekitar,
khususnya yang berhubungan dengan gas, dapat lebih baik lagi.

Oleh karena itu, dalam makalah Pengantar Fisika Statistika ini, untuk membuka
pengetahuan dasar mengenai gas dalam ruang lingkup mikroskopik, maka materi yang dibahas
pertama adalah teori kinetik gas pada umumnya dan anggapan dasar teori kinetik gas ideal dan
tumbukan dengan dinding diam pada khususnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latarbelakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
1.2.1 Bagaimana anggapan dasar teori kinetik gas ideal?
1.2.2 Bagaimana tumbukan partikel gas dengan dinding yang diam?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1.3.1 Memahami anggapan dasar teori kinetik gas ideal.
1.3.2 Memahami tumbukan partikel gas dengan dinding yang diam.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1.1.1 Bagi Penulis
Melalui proses penulisan makalah ini, manfaat yang didapatkan oleh para penulis
adalah keterampilan dalam menulis ilmiah, berbahasa, dan juga pemahaman lebih terhadap
materi teori kinetik gas pada umumnya, dan anggapan dasar teori kinetik gas ideal dan
tumbukan dengan dinding diam pada khususnya.

2
1.1.2 Bagi Pembaca
Melalui makalah ini, para pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan
tentang materi teori kinetik gas pada umumnya, dan anggapan dasar teori kinetik gas ideal dan
tumbukan dengan dinding diam pada khususnya guna lebih memahami fenomena alam sekitar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gas Ideal

Berdasarkan kamus Fisika, gas merupakan keadaan materi yang molekulnya praktis
tidak dikekang oleh gaya kohesif sehingga tidak mempunyai bentuk dan volume yang tetap.
Gas diartikan pula sebagai fase materi yang zatnya mudah memuai dan memenuhi ruang yang
ditempatinya. Secara umum, sifat gas adalah mudah berubah bentuk, berubah volumenya dan
dapat digolongkan sebagai fluida, hanya kerapatannya jauh lebih kecil.

Gas ideal diartikan sebagai gas yang terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang
sangat besar. Gas ideal merupakan suatu model yang digunakan dalam teori gas. Gas ideal
merupakan konsep teoritis suatu gas yang memenuhi Hukum Boyle dan Hukum Joule, dengan
anggapan molekul-molekulnya bermassa, tetapi tidak mengambil tempat sehingga merupakan
titik massa, dan tidak melakukan gaya satu sama lain. Gas ideal ini sering juga diistilahkan
sebagai gas sempurna. Menurut Halliday dan Resnick (1995), gas ideal diartikan sebagai gas
yang akan mempunyai sifat-sifat sederhana yang sama di bawah kondisi yang sama.

Supaya dapat memahami apa itu gas ideal ini, kajian gas ideal dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis, gas ideal ini merupakan gas sempurna di
mana kajiannya yang berdasarkan hukum Boyle maupun hukum Joule, di mana gas dikaji dari
variabel yang dapat dilihat, dirasakan, dan diukur secara langsung, seperti tekanan, volume,
dan temperatur. Namun, tidak ada gas yang betul-betul merupakan gas ideal, tetapi gas ideal
tersebut tetap merupakan sebuah konsep sederhana dan berguna yang dihubungkan dengan
keadaan yang sebenarnya. Adapun gas-gas alami di alam semesta ini dapat dikatakan sebagai
gas ideal saat tekanan dan kerapatan gas tersebut sangat rendah.

Secara mikroskopis, gas ideal dikaji lebih secara teoritis dibandingkan pembuktian
eksperimen, di mana gas dikaji dari molekul-molekul penyusunnya, seperti kecepatan molekul
gas. Hal ini menyebabkan dibutuhkan pemberian koordinat dan kecepatan semua molekul.
Namun tetap terdapat keterkaitan antara gambaran makroskopis dan mikroskopis suatu gas,
seperti misalnya suhu mutlak gas menggambarkan energi kinetik rata-rata dari molekul-
molekul gas tersebut.

2.1.1 Teori Kinetik Gas

4
Konsep bahwa zat terdiri dari atom yang bergerak acak terus menerus disebut teori
kinetik (Giancoli, 2001). Teori kinetik merupakan teori yang mencoba menerangkan perilaku
sistem-sistem fisis dengan asumsi bahwa mereka terdiri atas sejumlah besar atom atau molekul
yang bergerak dengan sangat gesit. Teori kinetik gas dipergunakan untuk menjelaskan sifat-
sifat gas, misalnya dengan mengabaikan keadaan besarnya molekul-molekul gas dan interaksi
diantara mereka.

Teori kinetik gas merupakan cabang ilmu yang akan mempertemukan pembahasan
tentang gas secara mikroskopik dan makroskopik. Pembahasan secara makroskopik
sebelumnya telah dipelajari dalam termodinamika, seperti tekanan, volume, dan suhu, di mana
variabel-variabel tersebut dapat diukur dengan alat ukur laboratorium. Pada pembahasan
termodinamika belum membahas lebih terperinci mengenai variabel-variabel mikroskopik,
seperti energi internal partikel dan momentum partikel. Teori kinetik gas mempelajari tentang
partikel-vartikel penyusun gas.

Melalui hukum-hukum mekanika, dapat dihubungkan antara besaran-besaran


termodinamika dengan besaran-besaran dalam teori kinetik gas, seperti kecepatan, momentum,
dan energi. Dapat diambil salah satunya adalah tekanan partikel-partikel gas terhadap dinding
wadahnya yang merupakan kecepatan rata-rata per satuan luas dimana partikel gas
memindahkan momentumnya ke dinding ketika partikel-pertikel itu bertumbukan dengan
dinding wadahnya.

2.1.2 Asumsi Dasar Gas Ideal

Gas ideal adalah suatu gas yang diidekan oleh manusia, secara real gas ideal tidak
ditemukan di permukaan bumi. Gas real pada tekanan di bawah kira-kira dua kali tekanan
atmosfer dapat dilakukan sebagai gas ideal. Bahkan dalam hal uap jenuh pada kesetimbangan
dengan uap cairnya persamaan keadaan gas ideal bisa dipakai jika tekanan uapnya rendah.
Untuk memberikan gambaran tentang keadaan gas ideal para ahli memberikan diskripsi baik
secara makroskopik maupun secara mikroskopik. Pada dasarnya gas ideal ini tidak ada di alam
nyata, melainkan hanya suatu gas dimana keadaannya dapat dihitung secara teoritis. Terdapat
beberapa asumsi dasar tentang gas ideal, yaitu (Ngurah, 1995):

a. Dalam satu satuan volume dari gas berisi jumlah molekul yang cukup banyak.

5
Asumsi ini didasari atas penemuan bilangan Avogadro yang menunjukkan jumlah
molekul dalam 1 kmol pada tekanan atmosfer baku (76 CmHg) dan temperatur 273 K
(keadaan normal). Jika m menyatakan massa masing-masing molekul, maka massa totalnya
adalah mN. Jika mmol menyatakan massa molar dalam kilogram per kilomol, maka banyak

mol n adalah: = . Banyaknya molekul per mol gas disebut bilangan Avogadro ( ),

dengan:

= = = (1)

Karena satu mol gas ideal menempati volume 0,0224 m3= 22,4 liter = 2,24 x 104cm3, maka
terdapat sekitar 3 1025 molekul dalam volume 1 m3, atau 3 x 1019 molekul, dalam volume
1 cm3 dan 3 x 1016 molekul per mm3, bahkan volume sekecil 1 mikrometer kubik berisi 3 x
107 molekul.

b. Molekul terpisah pada jarak yang jauh bila dibandingkan dengan ukuran molekul itu sendiri
dan dalam keadaan terus bergerak.

Molekul gas ideal dianggap menyerupai bola keras yang kecil yang ada di dalam
keadaan gerak acak secara terus-menerus. Pada keadaan standar (tekanan 76 cmHg dan
temperatur 273 K) 1 m3 berisi 31025 molekul, maka perbandingan jarak antar molekul
tersebut dengan diameter molekul tersebut adalah sebagai berikut:
Diketahui diameter molekul adalah dalam orde 2 atau 3 10-10 m, sedangkan volume yang
ditempati masing-masing molekul adalah
1
3 = 301027
31025

sehingga jarak antar ruang per molekul adalah

3
= 301027 3 3109

Jadi, jarak antar molekul () adalah

3109
= diameter molekul
31010

= 10 diameter molekul

6
c. Molekul gas ideal dianggap tidak melakukan gaya tarik atau tolak pada molekul lain,
kecuali bila molekul itu saling bertumbukan dan bertumbukan dengan dinding.
Asumsi ini memberi petunjuk, bahwa sewaktu akan terjadi tumbukkan diantara dua
molekul, molekul-molekul tersebut bergerak lurus beraturan. Hal itu dapat ditunjukkan
pada Gambar 1.

T2

T1

Gambar 1. Gerakan dari T1 ke T2 adalah gerak lurus


beraturan

d. Tumbukkan antara dua molekul adalah tumbukkan lenting sempurna dan dinding tempat
tumbukkan adalah licin sempurna.
Asumsi ini menunjukkan bahwa kecepatan yang searah dengan dinding tumbukkan
tidak berubah besarnya.
e. Bila tidak ada gaya medan eksternal, kedudukan molekul dalam satu volume terdistribusi
merata di seluruh ruangan.
Pengertian ini memberi petunjuk bahwa bila V adalah volume yang ditempati
molekul, N adalah jumlah molekul dalam volume V, dan n adalah jumlah molekul per
satuan volume, maka:

= (2)

Menurut asumsi tersebut, maka di setiap titik dalam volume V harga n harus
sama.Bila diambil volume dV yang cukup kecil, maka dalam volume dV ini akan terdapat
molekul sejumlah dN yang besarnya adalah

= = (3)

Rumus ini berlaku untuk dV yang masih bisa ditempati oleh jumlah molekul yang
cukup besar, sehingga rumus ini tidak akan berlaku jika dV kecil sekali hingga lebih kecil
dari volume sebuah molekul sehingga dN dalam dV adalah nol.

7
f. Semua arah dari kecepatan molekul memiliki kemungkinan yang sama.
Asumsi ini memberi petunjuk bahwa arah kecepatan molekul pada suatu saat bisa
dianggap ke arah mana saja (merata dalam bola). Untuk dapat menganalisa asumsi ini, pada
setiap molekul dipasangkan vektor yang menyatakan arah dan besar kecepatan molekul.
Semua vektor ini dipindahkan ke titik awal dan dengan pusat titik awal dibuat bola dengan
jari-jari sembarang r. Vektor-vektor kecepatan diperpanjang hingga menembus bidang
bola. Jumlah titik tembus pada bidang bola akan sama jumlahnya dengan molekul yang ada
dalam bola.Karena molekul tersebar merata sesuai dengan asumsi di atas, maka titik tembus
harus tersebar merata pula dalam bidang bola. Hal ini berarti kecepatan molekul arahmya
merata dalam bola.

v1
T2 v2
T1
m1
v1

v2 m2

Gambar 2. Gerak molekul-molekul dalam bola

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat untuk molekul m1 kecepatannya v1 dan titik


tembus pada bidang bola setelah v1 dipindahkan menjadi v1 adalah T2. Untuk molekul m2
kecepatannya v2 dan titik tembus pada bidang bola setelah v2 dipindahkan menjadi v2
adalah T1. Jika semua molekul dalam bola adalah molekul maka titik tembus pada
dinding bola adalah N buah. Petunjuk dari asumsi harus menyatakan bahwa jumlah titik
tembus per satuan luas di seluruh bidang bola harus sama di semua titik dalam bola.

Jumlah titik tembus per satuan luas pada bidang bola dimana dalam bola terdapat
molekul adalah:


4 2

8
dengan 4 2 adalah luas bola.

Jika di dalam bidang bola diambil luas sebesar , maka yaitu jumlah titik
tembus dalam adalah:


= (4)
4 2

Dalam hal ini, luas cukup besar, dimana besarnya pasti lebih besar dari luas penampang
molekul. Selanjutnya berdasarkan koordinat bola, dapat ditentukan dengan , , .

z

d P
d
B
A
C
D
R
y

Gambar 3. Luas segmen kulit bola

Sesuai dengan Gambar 3, maka luas dinyatakan dengan , sehingga:

= sin

= sin

Luas , yaitu:

9
= sin

= 2 sin (5)

Jumlah molekul yang kecepatannya menembus adalah , dengan:


=
4 2


= . 2 sin
4 2


= . sin (6)
4

Jika jumlah molekul yang arah kecepatannya menembus , dinyatakan dengan ,


maka:

2 = jumlah titik tembus pada =


(7)

2 = . sin
4

Persamaan (7) dibagi dengan volume , maka didapat:

2 1
= . sin
4


2 = . sin (8)
4

dengan 2 sama dengan jumlah molekul per satuan volume yang mempunyai titik
tembus kecepatan pada . 2 juga disebut jumlah molekul yang mempunyai arah
kecepatan antara dan ( + ). Kecepatan molekul setelah tumbukan besarnya pada
umumnya berubah.

2.2 Tumbukan Partikel Gas dengan Dinding Diam


Molekul-molekul gas dalam suatu wadah tidak melakukan gaya antara satu dengan
yang lain. Molekul-molekul tersebut hanya menumbuk dinding wadah yang diam, dan setelah
terjadi tumbukan, dinding wadah tersebut tidak ikut bergerak. Pada proses tumbukan ini

10
diasumsikan bahwa dinding wadah bersifat licin atau dengan kata lain tumbukan bersifat elastis
sempurna, sehingga saat tumbukan terjadi, tidak timbul kalor antara permukaan dinding dengan
permukaan molekul. Banyak kasus mengenai molekul gas yang menumbuk atau melewati
bidang batas. Perhitungan jumlah molekul yang menumbuk bidang batas per satuan luas per
satuan waktu digunakan pada kasus kesetimbangan zat cair dengan uap.

Uap

Gambar 4. Penguapan zat cair

Pada zat cair yang setimbang dengan uapnya berlaku jumlah molekul zat cair yang
keluar bidang batas persatuan luas per satuan waktu sama dengan molekul uapnya yang masuk
ke dalam zat cair persatuan luas persatuan waktu. Supaya zat cair bisa menguap, maka molekul
uap yang berada di atas zat cair harus dihilangkan. Ini berarti tidak ada molekul uap yang
kembali ke dalam zat cair.Jumlah molekul yang menguap atau keluar bidang batas persatuan
luas persatuan waktu identik dengan jumlah molekul yang menumbuk bidang batas persatuan
luas persatuan waktu (Sujanem, tanpa tahun). Melalui penjelasan ini dapat dikatakan
perhitungan jumlah tumbukan pada bidang batas dapat dipergunakan untuk menjelaskan
penguapan.

2.2.1 Tumbukan per Satuan Luas per Satuan Waktu.

Tumbukan berarti tumbukan yang dilakukan oleh molekul yang memiliki arah
kecepatan dan ( + ), dan ( + ), serta besar kecepatan dan ( + ).Tumbukan
ditandai dengan 3 .Untuk membahas hal ini, dapat dipergunakan prisma miring
pada Gambar 5.
G
F
v
E H
vd v
t vB C

A
D
Gambar 5. Prisma miring

11
Pada Gambar 5, sebuah prisma miring ABCDEFGH dalam prisma ini dapat dipilih
molekul dengan kecepatan ( + ) yang memiliki arah ( + ), dan ( +
). Semua molekul dengan syarat akan menumbuk bidang ABCD yang luasnya
dalam waktu . Jumlah molekul dengan kecepatan berarah ( + ) dan ( +

) persatuan volume adalah 2 = . sin . Jumlah molekul dengan kecepatan
4

( + ) dapat ditulis dengan . Dengan mengganti dengan , maka jumlah


molekul per satuan volume adalah:

1
3 = sin (9)
4

dV
A
V dt cos
vdt

B C
A dA
A
D

Gambar 6. Analisis volume prisma

Volume prisma pada gambar di atas adalah:

= luas alas tinggi

= cos (10)

Jumlah molekul di dalam silinder sama dengan jumlah tumbukan dengan dalam
waktu , yakni:

3 = 3 cos

1
3 = sin cos
4

1
3 = . sin cos (11)
4

Selanjutnya dapat dihitung jumlah tumbukan per satuan luas per satuan waktu adalah:

12
3 1
= sin cos (12)
4

2.3 Jumlah tumbukan oleh molekul dengan kecepatan v (yang artinya dari v sampai v
+ dv) per satuan luas per satuan waktu.
Jumlah total tumbukan per satuan luas per satuan waktu yang dibuat oleh molekul
dengan laju diperoleh dengan mengintegralkan seluruh antara 0 dan 2 dan seluruh
antara 0 dan 2 sebagai berikut.

2 2
1
= sin cos
4
0 0

2 2
1
= sin d sin
4
0 0
2
2
1 1
= [ sin2 ]
4 2 0
0
2
1
= (sin2 90 sin2 0)
8
0

1
= (1)[]2
0
8
1
= (13)
4
2.4 Jumlah semua tumbukan molekul dari atas bidang dan dengan segala kecepatan
per satuan luas per satuan waktu.
Jumlah total molekul per satuan luas per satuan waktu, dengan semua laju diberikan
oleh persamaan:
1
= (14)
4
2.5 Hasil pada 14 akan digunakan dengan kecepatan rata-rata dari molekul.
Jumlah tumbukan per satuan luas per satuan waktu dapat pula dinyatakan dengan
kecepatan rata-rata v adalah:
(15)
=

Jika terdapat 1 molekul semuanya dengan laju sama yaitu 1 , 2 molekul semuanya
dengan laju sama yaitu 2 , dan seterusnya, maka rata-ratanya dapat dinyatakan sebagai berikut.

13

=

Atau pembilang dan penyebut dibagi dengan volume V, maka diperoleh:
(16)
=

Jika kecepatan molekul kontinu, maka persamaan (16) dapat dituliskan sebagai berikut.

d
=

atau

d =
(17)

Jadi semua tumbukan yang timbul dari molekul dengan semua kecepatan dari atas
bidang adalah

1 1
d = d
4 4
0 0

1 1
d = (18)
4 4
0

Keterangan:
= jumlah molekul per satuan volume
= kecepatan rata-rata molekul

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
a. Gas ideal adalah gas yang diidealkan atau yang dianggap memiliki sifat-sifat:
Dalam satu satuan volume dari gas berisi jumlah molekul yang cukup banyak yang
didasari atas bilangan Avogadro.
Molekul terpisah pada jarak yang jauh bila dibandingkan dengan ukuran molekul itu
sendiri dan dalam keadaan terus bergerak.
Molekul gas ideal dianggap tidak melakukan gaya tarik atau tolak pada molekul lain,
kecuali bila molekul itu saling bertumbukan dan bertumbukan dengan dinding.
Tumbukkan antara dua molekul adalah tumbukkan lenting sempurna dan dinding
tempat tumbukkan adalah licin sempurna.
Bila tidak ada gaya medan eksternal, kedudukan molekul dalam satu volume
terdistribusi merata di seluruh ruangan.
Semua arah dari kecepatan molekul memiliki kemungkinan yang sama.

b. Tumbukan partikel gas dengan dinding diam dapat dikaji melalui


Tumbukan per Satuan Luas per Satuan Waktu dengan persamaan

3 1
= sin cos
4

Jumlah tumbukan oleh molekul dengan kecepatan v (yang artinya dari v sampai v + dv)
per satuan luas per satuan waktu
1
=
4
Jumlah semua tumbukan molekul dari atas bidang dan dengan segala kecepatan per
satuan luas per satuan waktu.

1 1
=
4 4

3.2 Saran
Untuk lebih memahami materi teori kinetik gas, khususnya pada anggapan dasar teori
kinetik gas ideal dan tumbukan dengan dinding diam disarankan lebih banyak membaca buku

15
fisika dasar mengenai gas ideal dan juga buku termodinamika. Hal ini berguna untuk
menguatkan konsep dasar mengenai Fisika Statistik. Selain itu juga diperlukan kemampuan
lebih di dalam perhitungan matematika, sehingga disarankan kembali untuk mengingat
kembali materi-materi yang didapatkan di matakuliah Kalkulus dan Fisika Matematika.
Dengan demikian diharapkan pemahaman mengenai teori kinetik gas, khususnya pada
anggapan dasar teori kinetik gas ideal dan tumbukan dengan dinding diam lebih kuat lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: Hanung Yuhilsa.
Jakarta: Erlangga

Halliday, D & Resnick, R. 1995. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh: Pantur
Silaban & Erwin Sucipto. Jakarta: Erlangga

Ngurah, A.A.G. 1995. Fisika Statistik: Teori Kinetik Gas, Sistem Partikel, Gejala
Transformasi. Singaraja: Tidak diterbitkan

Sujanem, R. tanpa tahun. Materi Ajar Pengantar Fisika Statistik. Undiksha Singaraja (tidak
diterbitkan)

Anda mungkin juga menyukai