Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

SKENARIO 2
APA YANG HARUS DOKTER LAKUKAN?

Seorang laki-lai usia 55 tagun bekerja sebagai manajer di sebuah


perusahaan, diantar oleh menantunya yang tinggal serumah ke klinik praktek dokter
dengan kelluhan nyeri dada sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan ini
muncul saat pasien sedang marah. Nyeridada bertambah saat pasien melakukan
banyak aktivitas, dan berkurang saat istirahat. Sekarang pasien sering merasa
lemah, pusing dan insomnia. Pasien sudah berobat ke dokter, namu pasien masih
tetap khawatir bila penyakitnya bertambah berat dan mengalami serangan jantung
seperti teman sekantornya yang meninggal karena serangan jantung. kekhawatiran
akan penyakitnya ini membuat pasien mudah tersinggung dan sering marah-marah
terhadap keluarga maupun bawahannya di kantor. Tiga tahun terakhir, pasien
menderita hiperkolesterolemia, dan diketahui bapak pasien menderita stroke, dan
ibu menderita DM. Pasien alergi terhadap antalgin. Pasien memiliki kebiasaan
merokok 1-2 bungkus per hari dan jarang berolah raga.
Setelah melakukan anamnesis holistic dan menilai fungsi dan dinamika
keluarga serta lingkungan fisik, dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan hasil
sebagai berikut: pria usia setengah baya, tampak tegang dan cemas sehingga tampak
lebih tua dari usianya. Berat badan 85 kg, tinggi badan 165 cm. Tekanan darah
170/100 mmHg. Hasil foto polos dada dan EKG dalam batas normal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan, dokter membuat diagnosis holistic.
Dalam rekam medisnya, dokter menyusun problem list pasien, kemudian
memberikan penatalaksanaan secara komprehensif terhadap pasien serta
menanyakan apakah masih ada yang ingin ditanyakan. Pasien bertanya mengenai
efektivitas mengkonsumsi bawang putih untuk menurunkan kadar kolesterol
darahnya. Dokter berjanji akan mendiskusikan masalah tersebut pada pertemuan
berikutnya. Dokter kemudian mencari bukti ilmiah terbaik melalui Pubmed dan
Cohrane.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Seven Jump
Jump I: Klarifikasi Istilah
Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario.
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut :
1. Anamnesis holistik: merupakan salah satu tahap dalam pelaksanaan diagnostik
dan penatalaksanaan holistic.
2. Komprehensif: menyeluruh dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Diagnosis holistik: diagnosis yang mencakup diagnosis medis, kultural,
psikososial dan spiritual dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyakut luka
serta kegawatdaruratan yang diperoleh dari keluhan, riwayat, dll.
4. Dinamika keluarga: perubahan perilaku keseharian keluarga.

Jump 2: Menentukan/ mendefinisikan masalah. Permasalahan dalam skenario


ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana proses anamnesis holistik?
2. Apa saja aspek dalam diagnosis holistik?
3. Bagaimana langkah-langkah diagnosis holistik?
4. Apa saja isi problem list secara umum?
5. Apa tujuan diagnosis holistik?
6. Mengapa perlu dilakukan diagnosis holistik?
7. Apa yang dinilai dari fungsi dan dinamika keluarga?
8. Bagaimana cara menyusun problem list?
9. Bagaimana prinsip dokter dalam mencari bukti ilmiah?
10. Apa manfaat dari rekam medis?
11. Bagaimana cara memberikan penatalaksanaan secara komprehensif?
12. Apa saja peran dokter keluarga?
13. Faktor apa saja yang menghambat penatalaksanaan komprehensif?
14. Apa saja prinsip pelayanan dokter keluarga?
15. Bagaimana prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan?

Jump III: Menganalisis permasalahan dan membuat penyataan sementara


mengenai permasalahan
1. LO
2. Aspek dalam diagnosis holistik
a. Aspek personal: meliputi alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran, dan
persepsi pasien.
b. Aspek klinis: meliputi masalah medis, yaitu diagnosis kerja yang ditentukan
berdasarkan gejala dan tanda yang dialami pasien.
c. Aspek risiko internal: meliputi pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian,
usia, dan gender pasien terhadap suatu penyakit.
d. Aspek risiko eksternal dan psikososial: berasal dari lingkungan pasien
seperti keluarga, tempat kerja, tetangga, dan budaya.
e. Aspek derajat fungsional: meliputi kualitas hidup pasien dan penilaian (skor
1-5) pasien terhadap keadaannya berdasarkan disabilitas pasien.
i. Skor 1: tidak ada kesulitan, pasien dapat hidup mandiri.
ii. Skor 2: pasien mengalami sedikit kesulitan.
iii. Skor 3: ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih dapat
dilakukan, hanya dapat melakukan pekerjaan ringan.
iv. Skor 4: banyak kesulitan. Tidak melakukan aktivitas kerja dan
tergantung pada keluarga.
v. Skor 5: tidak dapat melakukan kegiatan.
3. LO
4. Problem List
Problem list haruslah dapat menggambarkan keadaan pasien saat ini, riwayat
kesehatan dahulu, dan menentukan faktir resiko yang dapat muncul di masa
depan. Terdapat dua macam problem list yaitu :
a. Active problem list
1) Masalah yag sedang dihadapi sekarang
2) Masalah yang masih membutuhkan pemeriksaan dan penanganan
lebih lanjut
3) Masalah yang masih membutuhkan obat dan tindakan khusus
4) Masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien (Biopsikososial)
b. Inactive problem list
1) Masalah yang masih tetap ada pada pasien tetapi tidak membutuhkan
penanganan medis
2) Masalah masa lalu yang mungkin menjadi penyebab atau
berhubungan dengan masalah sekarang
3) Masalah lampau namun bisa kambuh
5. LO
6. LO
7. LO
8. Cara membuat Daftar Masalah (Problem list)
a. Setiap masalah yang yang perlu di jadikan masalah harus dimasukkan ke
dalam daftar masalah.
b. Setiap masalahdi beri nomor secara berurutan menurut tanggal
ditemukannya masalah.
c. Setiap masalah ditulis secara jelas dan objektif sesuai fakta yang ada baik
anamnesis, pemeriksaan jasmani, maupun pemeriksaan penunjang.
d. Bila timbul masalah baru, masalah tersebut harus ditambahkan dalam daftar
masalah.
e. Tidak boleh menggunakan istilah yang tidak lazim digunakan.
f. Bila terdapat 2 masalah atau lebih yang saling berhubungan tetapi
penanganannya berbeda masalah ditulis sendiri-sendiri, kecuali bila
penanganannya sama ditulis sindroma (1 masalah).
g. Sekali satu nomor dipakai untuk sebuah masalah -> nomor tidak boleh
digunakan untuk masalah lain walaupun masalah teratas.
h. Daftar masalah diletakkan di bagian terdepan dari berkas rekam medik agar
masalahnya dapat diketahui secara cepat.
i. Dokter harus membuat prioritas penyelesaian masalah.
9. Mencari sumber ilmiah
Mencari bukti ilmiah membutuhkan kemampuan dan ketelitian. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mencari bukti ilmiah antara lain:
a. Ambil dari situs - situs yang terpercaya seperti nature
b. Jika terdapat informasi yang berbeda dari 2 jurnal, maka jurnal yang
terbaru relatif lebih terpercaya.
c. Baca systematical review untuk mengetahui hasil penelitian-penelitian
dalam topik yang sama
10. Manfaat rekam medis
a. Meningkatan kualitas pelayanan praktik kedokteran dengan jelas dan
lengkap sehingga meningkatkan kualitas pelayanan dan pencapaian
kesehatan masyarakat yang optimal serta melindungi tenaga medis.
b. Pembiayaan yaitu sebagi petunjuk dan bahan untuk perhitungan dan
menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan serta dapat digunakan
sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
c. Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik yaitu sebagai alat bukti
tertulis utama, untuk menyelesaikan masalah hukum, disiplin dan etik.
d. Pendidikan dan Penelitian yaitu sumber informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis,
bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang
profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
e. Pengobatan Pasien sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit, merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan
medis yang harus diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien.
f. Statistik Kesehatan yaitu sebagai bahan statistik kesehatan untuk
mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan menentukan jumlah
penderita penyakit tertentu.
11. LO
12. Peranan dokter keluarga dalam JPKM menurut Kemenkes (2016):
a. Berperan dalam keberhasilan penatalaksanaan pembangunan kesehatan
karena ada perubahan orientasi komprehensif yang mengedepankan aspek
promotif-preventif seimbang dengan kuratif-rehabilitatif
b. Pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang
c. Berperan dalam penatalaksanaan sub sistem pembiayaan kesehatan
kesediaan menerima pembayaran secara prospektif untuk pengendalian
biaya pelayanan kesehatan
d. Sadar mutu dan sadar biaya pelayanan kesehatan

Seorang dokter perlu memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien sesuai


dengan kompetensinya. EURACT membagi kompetensi inti kedokteran
keluarga sebagai berikut :
a. Primary care management: kemampuan untuk memanajemen kontak
pertama dengan pasien; melakukan koordinasi dengan berbagai pihak
dalam pelayanan primer dan spesialis; menguasai kondisi kesehatan
secara keseluruhan;menguasai perawatan yang sesuai dan penggunaan
sumber daya yang efektif; pemberian pelayanan kesehatan yang sesuai
kepada pasien dalam system kesehatan; mampu menjadipendamping
pasien.
b. Person-centred care : kemampuan untuk menciptakan hubungan baik
dokter-pasien, dan mampu mengembangkan pendekatan patient-centred
dalam menghadapi permasalahan kesehatan pasien, mampu
mengaplikasikan model konsultasi yang bersifat patient-centred,
berkomunikasi dan bertindak dalam hubungan dokter-pasien ; dapat
memberikan prioritas dalam komunikasi dan hubungan dokter pasien ;
menyediakan perawatan kesehatan yang continue.
c. Specific problem solving : kemampuan untuk menghubungkan
pembuatan keputusan yang spesifik sesuai dengan prevalensi dan
insidensi kasus dalam komunitas; membuat efektifdan efisien penggunaan
intervensi diagnostik dan terapeutik;dapat mengumpulkan,
menginterpretasi dan menyimpulkan informasi dari
anamnesis,pemeriksaan fisik dan tambahan kemudian mengaplikasikan
dalam rencana medis kepada pasien; menyadari ketidaksesuaian data,
investigasi, toleransi dan waktu; dapat memberikan intervensi yang urgen
bila dibutuhkan; memanajemen kondisi yang tidak menentu.
d. Comprehensive approach : untuk memanajemen bermacam keluhan yang
bersifat akut maupun kronis pada seorang individu; memberikan
pelayanan promotif dan preventif; mampu mengkoordinasikan berbagai
elemen perawatan preventif, kuratif, rehabilitative pada pasien.
e. Community orientation:kemampuan untuk merekonsialisasikan
kebutuhan kesehatan individu pasien dan masyarakat secara seimbang
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
f. Holistic approach ; kemampuan untuk menggunakan model pendekatan
bio-psiko-sosial dalam dimensi kultural dan eksistensial.
Sedangkan karakteristik dokter keluarga menurut IDI yaitu:
a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan
masyarakat
b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas
kelanjutannya
13. Faktor yang menghambat penatalaksanaan komprehensif ?
a. Kurangnya sarana dan prasarana fasilitas kesehatan terutama pada daerah-
daerah 3 T (terpencil, terjauh, dan tertinggal).
b. Kurangnya SDM tenaga kesehatan sehingga menyebabkan upaya
preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif menjadi terhambat.
c. Keterbatasan ekonomi dari masyarakat.
d. Kurangnya kesadaran maupun wawasan mengenai kesehatan
14. Prinsip pelayanan dokter layanan primer :
a. Pelayanan tingkat pertama (primary care)
b. Pelayanan yang mengutamakan promosi dan pencegahan (promotif dan
preventive)
c. Pelayanan bersifat pribadi (personal care)
d. Pelayanan paripurna (comprehensive care)
e. Pelayanan menyeluruh (holistic care)
f. Pelayanan terpadu (integrated care)
g. Pelayanan berkesinambungan (continuum care)
h. Koordinatif dan kerjasama
i. Berorientasi pada keluarga dan komunitas (family and community
oriented)
j. Patient safety

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga


Setiap dokter keluarga perlu menguasai kompetensi dasar, antara lain:
a. Keterampilan Komunikasi Efektif
b. Keterampilan Klinis Dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinasi dan bekerja sama dalam konteks
pelayanan kesehatan primer.
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral dan profesionalisme dalam praktik
(Prasetyawati, 2010)
Tujuan Kedokteran Keluarga
Pada prinsipnya, kedokteran keluarga menekankan pada penyembuhan yang tak
hanya penyembuhan penyakit, tetapi juga penyembuhan pasien sebagai
manusianya. Penyembuhan di sini adalah membantu pasien secara fisik dan
emosional serta jiwa mereka.
a. Menyeimbangkan penyembuhan penyakit dan promosi kesehatan. Salah
satu aspek dalam penyembuhan penyakit adalah memodifikasi gaya
hidup. Mengubah lifestyle menjadi sehat sulit dilakukan sendiri apalagi
oleh orang-orang yang tidak terbiasa hidup sehat. Maka dari itu
dibutuhkan dokter yang bisa memantau gaya hidup sehat untuk
penyembuhan penyakit.
b. Menciptakan lingkungan sehat & optimal untuk penyembuhan (Optimal
Healing Enviroment). Optimal Healing Enviroment (OHE) lebih
memfokuskan pada menciptakan suasana yang dan menyembuhkan di
masa penyembuhan pasien. Di dalam OHE mencakup tiga poin penting,
yaitu inner, lingkungan personal antara tim dengan pasien, inter,
hubungan antara tim dengan pasien di masa penyembuhan, dan external,
kebiasaan dan aktivitas di dalam keluarga.
c. Meningkatkan tingkat perawatan diri. Dokter juga harus meningkatkan
kesehatan dirinya sendiri, untuk memberikan motivasi ke pasiennya.
d. Meningkatkan relasi antara dokter dan pasien. Dokter menciptakan
lingkungan keluarga yang nyaman dan sehat, untuk itu dibutuhkan
hubungan yg intens antara keluarga dengan dokternya. Hal ini
diwujudkan dalam patient-centered care dan komunikasi kontinu.
a. Memberikan dorongan dan pemberdayaan. Salah satu tujuan kedokteran
keluarga adalah menurunkan ketergantungan terhadap penatalaksanaan
tersier. Dalam hal ini, dokter bertindak sebagai pendorong, motivator,
dan pemberi informasi dan pasien yang memberikan keputusan atas
dirinya sendiri.
15. Elemen-elemen penting untuk mencapai keberhasilan dalam komunikasi
menurut Liansyah dan Kurniawan (2015):
a. Komunikasi secara verbal dan nonverbal
b. Empati yang diberikan oleh dokter
c. Penyampaian informasi yang efisien
d. Menciptakan hubungan yang interpersonal
e. Pertukaran informasi
f. Pengambilan keputusan medis

Komunikasi yang efektif merupakan komunikasi yang patient-centered.


Komunikasi yang efektif dan berkelanjutan haruslah melibatkan berbagai pihak
seperti pasien, keluarga pasien, serta tenaga kesehatan yang bersangkutan
sehingga dalam program perawatan dan penyembuhan bagi pasien bukan hanya
ditentukan secara otoriter oleh tenaga kesehatan. Komunikasi yang patient-
centered mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
a. Dignity and respect
Dalam berkomunikasi hendaknya tenaga kesehatan selalu mendengarkan,
dan menghormati tiap keluhan dan tiap plihan yang diajukan oleh pasien
dan keluarganya. Sebagai tenaga kesehatan tidak boleh berpikir bahwa
seorang dokter mempunyai posisi di atas dibandingkan pasien, namun harus
bisa memposisikan sejajar dengan pasien sehingga pasien dan keluarga
tidak merasa takut dan sungkan kepada seorang dokter untuk mengutarakan
keluh kesahnya.
b. Information sharing
Sebagai seorang dokter harus secara terbuka dan jujur mengatakan semua
fakta mengenai keadaan pasien, program perawatan pasien, prognosis
pasien ke depannya, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien.
c. Participant
Untuk menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pasien haruslah
melibatkan perseutujuan pasien dan keluarganya.
d. Collaborative
Harus adanya kolaborasi antara pasien, keluarga pasien, dan tenaga
kesehatan untuk menentukan kebijakan program perawatan pasien.
Jump IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada Jump III

Pasien dengan masalah Dokter di pelayanan


kesehatan primer

Prinsip dasar
Anamnesis holistik Pelayanan
pelayanan kedokteran
kedokteran
keluarga

a. Melakukan tahap-tahap
identifikasi meliputi
penyusunan data struktur Mengenal
keluarga, siklus kehidupan kehidupan pasien
keluarga, genogram, faktor
risikointernal dan eksternal,
dampak kesakitan terhadap
keluarga.
b. Melakukan pemeriksaan klinis
dan penunjang

Menyusun diagnosis holistik

Menyusun rencana penatalaksanaan


yang komprehensif dengan evidence
based medicine meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif

Memberikan Komunikasi efektif


pelayanan kedokteran berkelanjutan antara
komprehensif dokter-pasien
Jump V: Merumuskan tujuan pembelajaran
LO (Learning Objection) yang perlu diketahui dan dicari pada pertemuan kedua
adalah:
1. Mampu menjelaskan proses dan langkah anamnesis holistik.
2. Mampu menjelaska tujuan diagnostik holistik.
3. Mampu menjelaskan keperluan dilakukannya diagnosis holistik.
4. Mampu menjelaskan poin penilaian dala fungsi dan dinamika keluarga.
5. Mampu menjelaskan prinsip tatalaksana komprehensif.

Jump VI: Mengumpulkan informasi baru (belajar mandiri)


Dari tujuan pembelajaran pada langkah ke-5, kemudian dicari jawabannya dari
sumber pustaka. Sumber pustaka yang digunakan berasal dari jurnal ilmiah
(internet), buku text, bahan kuliah, dan pakar. Sumber pustaka yang dicari
merupakan sumber-sumber pustaka yang diterbitkan 10 tahun terakhir, sehingga
diharapkan sumber pustaka tersebut masih valid dan up-to-date.

Jump VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh

1. Mampu menjelaskan proses dan langkah anamnesis holistik.


Anamnesis holistik merupakan salah satu tahap dalam melakukan diagnosis
holistik dan tatalakana komprehesif. Anamnesis holistik meliputi (Istiono et al,
2014) :
a. Riwayat hubungan sosial
b. Family assessment tools: genogram, family map, family life cycle, family
lifeline, family APGAR, family SCREEM
c. Factor risiko
d. Disease dan illness

2. Mampu menjelaskan tujuan diagnosis holistik.


Tujuan dari dilakukannya diagnosis holistik ialah (Kekalih, 2008) :
a. Mengobati penyakit dengan pengobatan yang tepat
b. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
c. Pembatasan kecacatan lebih lanjut
d. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah social)
e. Jangka waktu pengobatan pendek
f. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social
g. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
h. Terwujudnya partisipasi keluarga untuk menyelesaikan masalah

3. Mampu menjelaskan keperluan dilakukannya diagnosis holistik.


Perlunya membuat diagnosis holistik pada pasien ialah dapat secara sedini
mungkin menemukan penyebab penyakit, baik dari faktor internal dan faktor
lain dari kehidupan seseorang, sehingga dokter dapat melakukan tindakan yang
efisien dan efektif. Selain itu dokter juga dapat berpikir secara holistik, bukan
hanya terfokus pada keadaan medis pasien namun juga faktor resiko yang
berpengaruh (Syafrudin et al, 2011).

4. Mampu menjelaskan poin penilaian dalam fungsi dan dinamika keluarga.


A. Dinamika Keluarga
Tahap-tahap yang dilakukan untuk menilai fungsi dan dinamika keluarga
adalah dengan family assesmet tool (Dewi, 2015). Menurut Dewi, 2015
proses family assesmet tool terdiri dari enam hal yaitu:
a. Family genogram
Genogram merupakan grafik struktur keluarga meliputi pohon keluarga,
grafik fungsional keluarga, riwayat penyakit keluarga, biopsikososial
keluarga. Dalam grafik tersebut berisi nama, umur, status pernikahan,
riwayat pernikahan, jumlah anak, penyakit spesifik, pekerjaan, tahun
meninggal, dll. Genogram digambarkan seperti pohon keluarga dengan
keterangan yang lebih detail. Genogram harus melibatkan sedikitnya 3
generasi keluarga (Dewi, 2015).
Genogram di sini juga cocok untuk membantu keluarga dalam
memahami pola dan masalah dalam keluarganya. Genogram di sini bisa
disusun oleh individu di keluarga tersebut yang tahu persis keadaan di
sana, maupun dibantu membuat oleh tenaga kesehatannya, dan dibantu
dalam menginterpretasikan (Galvin, 2010).

Gambar 1. Genogram (Dewi, 2015).

b. Family life cycle


Digunakan untuk memahami perkembangan keluarga sehingga bisa
mengetahui apa dan kapan permasalahan pada pasien muncul. Selain itu
juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada
pasien.
Siklus kehidupan dibagi menjadi 8 siklus oleh Duvall :
1) Pasangan baru menikah 2 tahun
2) Keluarga dengan anak baru lahir (anak baru lahir anak 30 bulan)
2.5 tahun
3) Keluarga dengan anak prasekolah (anak 30 bulan 6 tahun) 3.5
tahun
4) Keluarga dengan anak usia sekolah (anak 6 tahun 13 tahun)
7 tahun
5) Keluarga dengan anak usia remaja (anak 13 tahun 20 tahun)
7 tahun
6) Keluarga dengan anak yang telah meninggalkan rumah (anak ke1
pergi dan anak terakhir di rumah) 8 tahun
7) Keluarga dengan usia orang tua pertengahan (Hingga pensiun)
15 tahun
8) Keluarga dengan usia orang tua jompo (pensiun hingga meninggal)
10-15 tahun

Gambar 2. Family lifecycle (Google Images, 2016)

c. Family Map
Menggambarkan sistem keluarga, pola interaksi, konflik antar keluarga.
Mempunyai beberapa simbol yaitu :
1) : Menandakan hubungan yang harmonis
2) : Menandakan hubungan yang acuh tak
acuh
3) : Menandakan hubungan yang tidak
harmonis

d. Family lifeline
Menggambarkan kronologis kejadian stres dalam kehidupan dan
bagaimana pasien selama ini mengatasi hal tersebut. Dari hal ini dapat
dikaitkan antara stres dengan keluhan pasien.

Gambar 3. Contoh Lifeline (Google Images, 2016)

e. Family APGAR
Untuk screening disfungsi keluarga, kepuasan individu tentang
hubungannya dengan keluarga.
1) Adaptation : kemampuan keluarga untuk menggunakan dan
membagi sumber daya yang melekat pada anggota keluarga itu
sendiri maupun dengan keluarga lain.
2) Partnership : Kemampuan keluarga dalam berbagi dan berdiskusi
untuk membuat keputusan.
3) Growth : Kemampuan keluarga dalam menumbuhkan rasa sosial.
4) Affection : Kemampuan keluarga dalam menumpahkan emosi cinta,
marah, benci pada keluarga.
5) Resolve : kemampuan keluarga untuk membagi waktu, ruang, dan
keuangan dalam keluarga
Penilaian pada tiap poin adalah 0-2 sehingga range total ialah 0-10
dengan interpretasi :
0-3 : keluarga tidak harmonis
4-7 : keluarga disfungsi sedang
8-10 : keluarga disfungsi berat
f. Family SCREEM
1) Social : Interaksi komunikasi di dalam dan di luar keluarga
2) Cultural : Menilai bagaimana nilai budaya dijunjung dalam keluarga
3) Religious : Menilai bagaimana pendidikan agama diajarkan dan
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari
4) Economic : Menilai bagaimana status ekonomi keluarga
5) Medical : Menilai bagaimana penanganan masalah kesehatan dalam
keluarga
Field Lab (2013), menyatakan bahwa dalam pengisian Formulir Kunjungan
Rumah, seluruh hasil yang telah didapatkan kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan dan Saran. Kesimpuan melitputi pasien, bentuk keluarga,
diagnosis bipsikososial dan keadaan lingkungan. Adapun saran meliputi
tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
B. Fungsi Keluarga
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi
psikologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi biologis menunjukkan apakah
di dalam keluarga tersebut terdapat gejala-gejala penyakit yang menurun
(herediter), penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologis
menunjukkan bagaimana hubung antara anggota keluarga, apakah keluarga
tersebut dapat memecahkan masalah bersama. Fungsi sosial ekonomi
menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi keluarga, dan peran aktif dalam
kehidupan sosial bermasyarakat.
a. Fungsi Indoor
Menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah apakah telah memnuhi
syarat-syarat kesehatan meliputi lantai, dinding, ventilasi, pencahayaan,
sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak jamban dengan rumah, serta
pengelolaan sampah dan limbah.
b. Fungsi Outdoor
Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah memenuhi
syarat-syarat kesehatan, misalnya jarak rumah dengan jalan raya, tingkat
kebisingan, serta jarak rumah dengan sungai dan tempat pembuangan
sampah umum.

Fungsi keluarga menurut BKKBN tahun 1978:


a. Fungsi keagamaan: memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota
keluarga lainnya untuk beragama dan taat.
b. Fungsi sosial budaya: membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak, dan
meneruskan nilai budaya keluarga.
c. Fungsi cinta kasih: memberikan kasih saying dan rasa aman,
memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
d. Fungsi melindungi: melindungi anak dari tindakan-tindakan tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan aman.
e. Fungsi reproduksi: meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak,dan merawat anggota keluarga.
f. Fungsi sosialisasi dan pendidikan: mendidik anak sesuai tingkat
perkembangannya, menyekolahkan, mempersiapkan menjadi angggota
masyarakat yang baik.
g. Fungsi ekonomi: mencari sumber penghasilan anak untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.

Menurut Prasetyawati, 2010 selain daripada fungsi keluarga di atas terdapat


fungsi keluarga yang lain yaitu fungsi perilaku dan fungsi non perilaku.
a. Fungsi Perilaku (Pengetahuan, Sikap, Tindakan)
Meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar akan pentingnya
kesehatan, dan tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat.
b. Fungsi Nonperilaku (Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Keturunan)
Meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
meliputi:
1) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3) Jarak dengan puskesmas/ rumah sakit

5. Mampu menjelaskan prinsip tatalaksana komprehensif.


Indikator pengelolaan diagnostik holistik dan penanganan yang komprehensif
dapat berpedoman terhadap:
a. Anamnesis holistik yang memiliki poin seperti personal sosial history,
family assesment tool (genogram), risk factor dan disease and illness
b. Diagnosis holistik yang meliputi psikososial, kultur, spiritual, dan
diagnostik medis
c. Plan ataupun manajemen holistik seperti intervensi psikososial, diagnosis,
treatment, follow up, dan berbagai macam pencegahan pada penyakt yang
diderita. (Liansyah dan Kurniawan, 2015)
Standar penatalaksanaan komprehensif menurut PDKI tahun 2006 diantaranya
adalah:
a. Pelayanan medis strata pertamauntuksemuaorang
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Deteksidini
d. Kuratif medis
e. Rehabilitasi medis dan sosial
f. Memperhatikan kemampuan ekonomi keluarga
g. Sesuai etik medikolegal

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran


WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip dalam banyak
terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatakan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/ pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan/ mewujudkan :
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif. Pelayanan yang holistik
diantaranya
1) mencakup seluruh tubuh jasmani dan rohani pasien (whole body
system), nutrisi
2) tidak hanya organ oriented
3) Patient and Family oriented
4) Memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial pada
ekosistemnya.
b. Pelayanan yang kontinu yaitu tidak sesaat tetapi ada tindak lanjutnya dan
perencanaan manajemen pasien
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif diantaranya memakai seluruh
ilmu kedokteran yang telah di dapat serta bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga kesehatan lainnya.
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
h. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
i. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu (Prasetyawati, 2010).
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
1. Seorang dokter keluarga yang bertindak sebagai dokter layanan primer
perlu menerapkan prinsip dan tujuan pelayanan dokter keluarga serta
memerhatikan elemen-elemen yang diperlukan untuk mencapai komunikasi
yang efektif yaitu patient-centered.
2. Seorang dokter dalam penanganan pasien perlu melakukan anamnesis
holistik dengan salah satu cara yaitu membuat problem list dan pemeriksaan
klinis serta penunjang untuk penegakan diagnosis holistik sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan komprehensif secara maksimal.
3. Penulusuran artikel ilmiah oleh seorang dokter diperlukan ketelitian
sehingga didapatkan informasi yang terpercaya sebagai dasar evidence
based medicine.

B. SARAN
1. Diharapkan agar masing-masing anggota telah mempersiapkan materi
ataupun bahan yang akan didiskusikan dengan baik pada buku catatan
masing-masing sehingga tidak perlu membawa/ membuka buku pegangan/
diktat saat diskusi berlangsung.
2. Perlu dilakukan perbaikan diskusi tutorial kelompok B-9 terutama pada
pembuatan problem tree dan penentuan learning objective.
3. Tutor skenario 3 blok mata yang memimbing kami, telah menuntun dan
mengarahkan kami dalam menjalankan diskusi tutorial dengan baik,
sehingga dapat merinci bagian-bagian dalam skenario yang perlu kami
pelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi A (2015). Family Dinamics and Family Assesment Tools. Yogyakarta : FK


UGM

Galvin K (2010). Tell me about genograms. http://www.genograms.org/about.html


- diakses September 2016

Istiono W, Chandra FK, Harjanto T, Huriyati E (2013). Family Attachment-


Biopsychosocial dalam Buku Acuan Umum CFHC-IPE. Yogyakarta : FK
UGM

Istiono W, Chandra FK, Harjanto T, Huriyati M (2014). Family attachement-


biopsychosocial. Dalam: Prabandari YS, Tetradewi F, Fitriana (eds). Buku
acuan umum CHFC-IPE. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, p: 9

Kekalih (2008). Diagnosis Holistik. Jakarta: UI

Kemenkes (2016). Peranan Dokter Keluarga dalam JPKM.


www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6
3&Itemid=102 Diakses September 2016

Konsil Kedokteran Indonesia (2006). KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN


INDONESIA, NOMOR : 26/KKI/KEP/XI/2006

Liansyah TM, Kurniawan H (2015). Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan


Kesehatan Primer. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. p:120

Liansyah TM, Kurniawan H (2015). Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan


Kesehatan Primer. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. p:122

Prasetyawati AE (2010). Kedokteran keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetyawati AE (2015). Kedokteran Keluarga dan Wawasannya dalam Buku


Kedokteran Keluarga. Surakarta : FK UNS

Syafrudin, dkk (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: TIM

Tim Field Lab FK UNS (2013). Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan


Pasien di Rumah. UNS.
http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MODUL_HOME_VISIT.pdf -diakses
September 2016

University of Washington. The Problem List. Dalam: Introduction to Clinical


Medicine. Disitasi dari:
http://courses.washington.edu/medicm/seattle/W05problemlist.shtml.
Disitasi tanggal 5 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai