Perencanaan Struktur Rangka Baja Jembatan PDF
Perencanaan Struktur Rangka Baja Jembatan PDF
TUGAS AKHIR
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
Perpustakaan Unika
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Ir. Widija Suseno, MT Dr.Rr.M.I. Retno Susilorini, ST.,MT. Daniel Hartanto, ST.,MT
Disahkan oleh :
Dekan Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Disahkan oleh :
Dekan Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Lembar Asistensi .......................................................................................... iv
Daftar Isi ....................................................................................................... vii
Daftar Tabel .................................................................................................. xvii
Daftar Gambar ............................................................................................... xix
Daftar Notasi ................................................................................................ xxi
Daftar Lampiran ........................................................................................... xxiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................... 2
1.3 Waktu Pelaksanaan ............................................................... 2
1.4 Lingkup Pembahasan ............................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 3
xiii
Perpustakaan Unika
xiv
Perpustakaan Unika
xv
Perpustakaan Unika
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan mahasiswa sebagai
salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana
Program Strata 1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik adalah Tugas Akhir
( TA ) dengan bobot 6 SKS. Tugas Akhir ini merupakan tindak lanjut dari Kerja
Praktek yang telah selesai dilaksanakan.
Dengan adanya Tugas Akhir (TA) ini diharapkan mahasiswa dapat
merencanakan suatu konstruksi jembatan sesuai dengan keahlian yang telah
didapat selama mengikuti perkuliahan. Tugas Akhir (TA) yang dipilih berjudul
PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA CIBEREUM KABUPATEN
CILACAP JAWA TENGAH .
Sebagaimana diketahui bahwa daerah tersebut terletak pada dataran tinggi
yang langsung masuk daerah tanjakan dan sebagian juga terletak didaerah patahan
yang mengakibatkan turunnya perkerasan badan jalan dan bangunan
pelengkapnya serta sangat menyulitkan dan membahayakan para pengguna jalan.
Untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas pada jalur selatan, maka
dibangun Jalur Selatan-Selatan. Jalur ini terletak di Pantai Selatan Jawa Tengah
yang merupakan jalur tourisme yang menghubungkan Yogyakarta, Jawa Tengah
dan Jawa Barat. Pada jalur selatan-selatan ini dibangun sebuah jembatan baru
yaitu jembatan Cibereum yang melintasi sungai Cibereum dan tepat berada di
perbatasan antara Bumireja disisi barat dan Cisumur di sisi timur, sehingga
nantinya akan menghubungkan kedua wilayah tersebut. Diharapkan dengan
adanya jembatan tersebut dapat mendukung arus lalu lintas pada jalur selatan, dan
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah sekitar
Sistematika penulisan tugas akhir ini , terdiri atas tujuh bab dengan
beberapa sub bab yang dapat diperinci sebagai berikut
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai aspek arus lalu lintas, aspek
hidrologi, aspek tanah, aspek konstruksi dan aspek pendukung dan
dsasar perencanaan.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Konstruksi suatu jembatan terdiri atas bangunan atas, bangunan bawah dan
pondasi. Bangunan atas dapat digunakan balok girder ataupun rangka baja, lantai,
trotoir dan sandaran. Sedang bangunan bawah berupa abutment dan pier (jika
ada). Pondasi dapat menggunakan pondasi tiang pancang ataupun sumuran,
tergantung dari kondisi tanah dasarnya.
Sebelumnya, ada beberapa aspek yang perlu ditinjau yang nantinya akan
mempengaruhi dalam perencanaan jembatan, aspek tersebut antara lain :
a. Arus lalu lintas
b. Hidrologi
c. Kondisi tanah
d. Struktur bangunan jembatan
e. Aspek pendukung lain
f.
2.2 DASAR DASAR PERENCANAAN
X ratarata =
x .......................................(2.1)
n
n
( Xi X
i =1
ratarata )
Sx = .........................(2.2)
(n 1)
1
Kr = 0.78 ln ln1 0.45..(2.3)
Tr
Xtr = R = Xrata rata + ( Kr Sx) .(2.4)
dengan :
Sx = Standar deviasi,
Tabel faktor Lacey yang diambil dari DPU Bina Marga Propinsi Jawa Tengah
adalah sebagai berikut :
Formula Lacey :
0,6
L
Untuk L < W d = H (2.10)
W
0 , 333
Q
Untuk L > W d = 0,473 (2.11)
f
dengan : L = Bentang jembatan (m),
3. Beban Truk T
Hanya satu truk yang harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu
lintas rencana untuk panjang penuh dari jembatan. Truk T
harus ditempatkan ditengah lajur lalu lintas. Jumlah maksimum
lajur lalu lintas rencana diberikan dalam Tabel berikut :
2.75 m
50 kN 200 kN 200 kN
25 kN 100 kN 100 kN
125 mm
500 mm 500 mm
3. Gaya Rem
Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan
sebagai gaya memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada lebar
jembatan. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh
gaya rem 5 % dari beban D tanpa koefisien kejut yang
memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada. Gaya rem tersebut
dianggap bekerja dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap
setinggi 1,8 meter diatas permukaan lantai kendaraan.
4. Beban Pejalan Kaki
Intensitas beban pejalan kaki untuk jembatan jalan raya tergantung
pada luas beban yang dipikul oleh unsur yang direncanakan.
Bagaimanapun, lantai dan gelagar yang langsung memikul pejalan
kaki harus direncanakan untuk 5 kPa.
5. Beban tumbuk pada penyangga jembatan
Penyangga jembatan dalam daerah lalu lintas harus direncanakan
agar menahan tumbukan sesaat atau dilengkapi dengan penghalang
pengaman yang khusus direncanakan :
a. Tumbukan kendaraan diambil sebagai beban statis SLS
sebesar 1000 kN pada 100 terhadap garis pusat jalan pada
tinggi sebesar 1,8 m.
b. Pengaruh tumbukan kerata api dan kapal ditentukan oleh
yang berwenang dengan relevan.
C. Beban Lingkungan
1. Penurunan
Jembatan direncanakan agar menampung perkiraan penurunan total
dan diferensial.
2. Gaya Angin
Luas ekivalen diambil sebagai luas pada jembatan dalam elevasi
proyeksi tegak lurus yang dibatasi oleh unsur rangka terluar.
Pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 pada jembatan ditinjau
3. Pelat Lantai
Berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan. Pelat lantai
diasumsikan tertumpu pada dua sisi. Pembebanan pada pelat lantai
meliputi :
a) Beban mati berupa berat sendiri pelat, berat pavement dan
berat air hujan.
b) Beban hidup berupa muatan T dengan beban gandar
maksimum 10 T.
Perhitungan untuk penulangan pelat lantai jembatan sama dengan
prinsip penulangan pada pelat trotoir. Prinsip perhitugan pelat
trotoir sesuai dengan SKSNI T 15 1991 03.
4. Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang berfungsi menahan beban plat lantai, lapis
perkerasan dan beban air hujan, kemudian menyalurkannya ke
gelagar melintang.
5. Gelagar Melintang
Gelagar melintang menerima limpahan beban dari gelagar
memanjang kemudian menyalurkannya ke rangka baja.
Baik gelagar memanjang maupun melintang harus ditinjau terhadap:
Menurut Margaret & Gunawan (1999), Kontrol kekuatan :
M
= ....................(2.20)
W
dengan :
M = Momen (KN.m),
W = Momen tahanan (KN.m)
Kontrol Kekakuan :
L
= <
500 .................(2.21)
dengan :
L = Bentang (m )
2
5ML
= .............................................................................(2.22)
48EI
dengan E = Modulus Elastisitas Bahan (MPa)
I = Momen Inersia (cm4 )
6. Rangka Baja
Rangka baja berfungsi menahan semua beban yang bekerja pada
jembatan dan menyalurkannya pada tumpuan untuk disalurkan ke
tanah dasar melalui pondasi.
7. Ikatan Angin
Ikatan angin berfungsi untuk menahan gaya akibat angin.
8. Andas Jembatan
Perletakan elastomer umumnya terbuat dari karet dan pelat baja
yang diikat bersatu selama vulkanisasi, dan mempunyai selimut sisi
elastomer minimum sebesar enam mm dan atas dan bawah sebesar
empat mm untuk melindungi pelat baja.
9. Oprit
Oprit dibangun agar memberikan kenyamanan saat peralihan dari
ruas jalan ke jembatan. Oprit disini dilengkapi dengan dinding
penahan. Pada perencanaan oprit, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tipe dan kelas jalan ataupun jembatan
Hal ini sangat berhubungan dengan kecepatan rencana
b. Volume lalu lintas
c. Tebal perkerasan
1. Pilar
2.5.4. Pondasi
`
Jenis
Dangkal Pondasi
Pondasi
Pondasi Sumuran
Dalam Sumuran
Beton Bertulang
Pratekan
Gambar 2.2 Bagan jenis pondasi
Perencanaan pondasi ditinjau terhadap pembebanan vertikal dan
lateral, dimana berdasarkan data tanah diketahui bahwa lapisan tanah
keras terletak pada lapisan sangat dalam, sehingga pondasi pada
perencanaan jembatan Cibereum ini direncanakan menggunakan
pondasi tiang pancang. Perhitungan pondasi ini meliputi :
1. Penulangan akibat gaya hammer
2. Penulangan akibat gaya pengangkatan
3. Kontrol kekuatan tiang terhadap beban tekanan tanah pasif
( A qc ) ( D f )
Q= + ............................................... (2.23)
3 5
Bila nilai conus resistance kecil , maka dapat diabaikan atau digunakan
sebagai angka keamanan sesuai dengan rumus :
q f
Q= (2.24)
5
Effisiensi tiang pancang :
Rumus Converse-Labarre :
(n 1)m + (m 1)n
= 1+ ....................(2.24)
900 mn
dengan :
s = Jarak antara tiang (cm),
m = jumlah deret tiang,
n = jumlah tiang setiap deret,
d = diameter tiang (cm),
= efisiensi (%),
= arc tan d/s (dalam derajat).
N=
VI ........................(2.25)
Pa
dengan VI = Beban vertikal terbesar.
2.5.5. Drainase
Dalam perencanaan jembatan ini, ada beberapa aspek pendukung yang harus
diperhatikan antara lain :
2.6.1. Pelaksanaan dan Pemeliharan
BAB III
METODOLOGI
3.1. PERSIAPAN
langsung ke lapangan ataupun data yang didapatkan dari instansi terkait, serta data
penunjang lainnya, dengan tujuan agar dapat menarik kesimpulan dalam
menentukan standar perencanaan struktur jembatan tersebut.
2. Metode Observasi
Dengan survey langsung ke lapangan , agar dapat diketahui kondisi real di
lapangan sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai pertimbangan dalam
perencanaan desain struktur.
Start
Data Jembatan
Struktur Atas
Struktur Bawah
Struktur Oprit
Finish
Gelagar Memanjang
Struktur Atas
Gelagar Melintang
Rangka Baja
Ikatan Angin
Tiang Sandaran
Pelat Injak
Dinding Sayap
Struktur Oprit
Perkerasan
Abutmen
Pondasi
BAB IV
ANALISA DATA
Berdasarkan data lalu lintas di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun
terjadi peningkatan arus lalu lintas pada kedua ruas jalan tersebut. Pertumbuhan
lalu lintas (LHR) ini mungkin saja dipengaruhi oleh faktor-faktor, salah satunya
adalah Jumlah Kepemilikan Kendaraan
LHR Kepemilikan
Tahun
Patimuan Sidareja Jeruklegi Sidareja Kendaraan
2004 26.639 8.265 106.897
2005 27.475 8.524 130.982
2006 28.337 8.791 151.730
2007 29.226 9.067 188.312
Sumber : Data Survei Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah
Cukangleles U
Kaliwungu
Cisumur Y Jeruklegi
X
Patimuan
Dari data-data yang diperoleh dari Dinas Bina Marga Propinsi Jawa
Tengah menunjukkan bahwa LHR pada ruas jalan baru > 20.000 smp/hari, jadi
digolongkan dalam jalan arteri kelas I.
Smp/ja Leba
Lebar Labar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar
m r
Jalur Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
Bahu
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
(m)
<3000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3000-
7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 5,0 1,0
10000
10001-
7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 ** ** - - - -
25000
Keterangan :
** = mengacu pada persyaratan ideal
* = 2 jalur terbagi, masing-masing n 3,5 m, dimana n : jumlah lajur/jalur
- = tidak ditentukan
Dari data yang diperoleh > 25000 smp/hari, maka perencanaan jalan tembus yang
diambil dengan spesifikasi sebagai berikut :
Dari data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Kabupaten Cilacap, curah hujan rata rata dalam setahun diambil dari data
sepuluh tahun yaitu dari tahun 1998 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7. Data Curah Hujan
Bulan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Januari 401 469 241 194 180 389 274 316 302 367
Februari 268 558 316 208 311 246 254 195 175 339
Maret 413 339 264 99 350 358 364 379 173 338
April 268 237 138 117 317 171 338 293 213 125
Mei 49 250 165 99 131 173 247 95 69 176
Juni 4 289 52 14 270 80 94 261 25 51
Juli - 137 82 3 314 17 24 79 14 43
Agustus - 1 107 - 166 46 35 - 20 -
September - 9 32 - 229 33 48 46 10 44
Oktober 15 421 688 23 376 244 649 847 18 236
Novenber 183 614 329 59 428 327 523 481 337 405
Desember 221 276 392 197 351 420 196 196 335 488
151.8 300 233 84.4 285.3 208.7 253.8 265.7 141 192.6
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kabupaten Cilacap
xr =
x i
=
2.116,3
= 211,63
n 10
Sx =
(x 1 xr ) 2
=
43.521,49
= 69,54
n 1 9
Faktor frekuensi Gumbel :
Kr = 0,78 { -Ln ( -Ln (1 1/Tr ))} 0,45
= 0,78 { -Ln ( -Ln (1 1/50 ))} 0,45
= 2,594
Xtr = R = xr + ( Kr x 69,54)
= 211,63 + ( 2,594 x 69,54 )
= 392 mm/hari
Keterangan :
Xtr = Besarnya curah hujan periode ulang 50 tahun ( mm )
Tr = Periode ulang ( tahun )
Xr = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan ( mm )
Sx = Standart deviasi
Kr = Faktor frekuensi
a. Data dari BPS
Luas DAS ( A ) = 23,9 km2
Panjang aliran sungai ( L ) = 6235 m
Perbedaan ketinggian = 12,5 m
Kemiringan dasar saluran = 0,00029
b. Waktu Konsentrasi ( tc )
tc = L / ( 72 x i0,6 ) ( 4.10 )
dengan :
L = panjang aliran ( m )
i = kemiringan medan
tc = waktu pengaliran ( jam )
= ( 6235 / ( 72 x 0,000290,6 ) / 3600
= 3,19 jam
c. Intensitas Hujan ( I )
I = ( R/24 ) x ( 24/tc )0,67 .....( 4.11
)
dengan :
I = Intensitas Hujan ( mm/jam )
R = Curah hujan ( mm )
tc = Waktu penakaran ( jam )
I = ( 392 / 24 ) x ( 24 / 3,19 )0,67
= 63,136 mm/jam
dengan :
Q = Debit banjir ( m3/det )
C = Koefisien run off = 0,4
I = Intensitas hujan ( mm/jam )
A = Luas DAS ( km2 )
( 0,278 = konversi satuan )
Q = 0,278 x 0,4 x 63,136 x 23.9
= 167,8 m3/det
h1 =
b+ (b 2
4ac )
2a
h2 =
b (b 2
4ac )
2a
h1 = 3,596 m
h2 = - 32,595 m
Jadi tinggi muka air banjir sebesar 3,596 m
1m
MAB
3,596 m
geser tanah &, berat jenis tanah dan data soil properties lainnya. Untuk
abutment dan pier direncanakan menggunakan beton bertulang yang
perhitungannya disesuaikan menurut SKSNI T 15 1991 03. Dalam hal ini,
perlu juga ditinjau kestabilan terhadap sliding, guling dan bidang runtuh tanahnya,
serta terhadap penurunan tanah (settlement).
Kesimpulan :
Berdasarkan pertimbangan pertimbangan di atas dan mengingat pada
daerah sekitar lokasi proyek tanah keras baru dijumpai pada kedalaman >25
meter dari permukaan tanah asli (terletak pada lapisan tanah dalam) , maka
pondasi jembatan direncanakan menggunakan pondasi tiang pancang.
Sedangkan Poer atau Pile Cap adalah sebagai kepala dari kumpulan
tiang pancang , berfungsi untuk mengikat beberapa tiang pancang menjadi
satu kesatuan agar letak atau posisi dari tiang pancang tidak berubah dan
beban dari struktur atas dapat disalurkan dengan sempurna ke lapisan tanah
keras melalui pondasi tiang pancang tersebut sehingga sruktur jembatan dapat
berdiri dengan stabil dan kuat sesuai dengan umur rencana.
4.6.5. Oprit
BAB V
PERHITUNGAN KONSTRUKSI
hs
9.00 Ls
6.0 m
l
2,15 m
ls
5.0 m
l 6 2,15
= ; dengan l = 0,5 ls
2,5 6
l = 1,604 m ls = 2 l
ls = 2 1,604 = 3,21 m
gaya yang terjadi akibat beban 100 kg/m` :
A B
3,21 m
a. Data Perencanaan :
ijin = 160 MPa
E baja = 2,1x105 MPa
t
D
D = 7,63 cm
t = 0,5 cm
F = 11,2 cm2
G = 8,79 kg/m
I = 71,5 cm4
i = 5,054 cm
W = 18,7 cm3
2) Terhadap momen
u < ijin
Mu
= ijin
W
20905
= 1117,91 kg / cm 2 < 1600 kg / cm 2 .................Ok
18,7
3) Terhadap geser
R S 210,5 18,7
= = = 55,05 kg / cm 2
l 71,5
ijin= 0,568 ijin = 0,568 1600 = 908,8 kg/cm2.
< ijin . Ok.
Pipa 76,3 dapat dipakai untuk sandaran.
H1=2kN/m2
2
H2=20 kN
25 P1 Lantai Trotoir
A
20 Plat lantai
P2
100
Diasumsikan bagian dari trotoir (plat, tegel dan kerb) sebagai satu kesatuan
bagian dengan tinggi 25 cm dan lebar 1 m.
Data Perencanaan
f`c = 25 MPa ( K 300 )
c = 24 kN/m3.
fy = 240 MPa
= 12 mm
d = h selimut beton tulangan
= 200 30 6
= 164 mm
Pembebanan
a. Akibat Beban Mati
1) DL 1 (berat sendiri trotoar) = 1 0,25 1 25 1,3 = 8,125 kN
2) DL 2 (berat pelat lantai) =1 0,20 1 25 1,3 = 6,500 kN
c. Perhitungan Momen
MP1 = 8,125 0,5 = 4,0625 kNm
MP2 = 6,5 0,5 = 3,2500 kNm
MH1 = 4 0,5 = 2,0000 kNm
MH2 = 20 0,25 = 5,0000 kNm +
M total ( Mu ) = 14,3125 kNm
d. Perhitungan Tulangan
Mu fy
2
10 2 = 0,8 fy (1 0,588 )
bd f `c
14,3125 2400
2
10 2 = 0,8 2400(1 0,588 )
1x0,164 250
10838,02.2 1920 - 5,32 = 0
= 0,00282
1,4 1,4
min = = = 0,0035
fy 400
max = 0,0113
646
=
(1000 164)
1750 mm
250 mm 250 mm
Data Perencanaan
f`c = 25 MPa
fy = 240 MPa
tul = 16 mm
d = 200 30 . 16
= 162 mm
Dengan :
Berat jenis beton ( c ) = 25 kN/m3
Berat jenis aspal ( a ) = 22 kN/m3
1. Momen akibat muatan mati struktur
Berat sendiri plat = 0,20 1 25 1,3 = 6,500 kN/m
Berat aspal = 0,05 1 22 1,3 = 1,430 kN/m
7,930 kN/m
Penghitungan momen :
1
M lapangan = M tumpuan = q L2
10
1
= 7,930 1,752
10
= 2,429 kNm
1,75 + 0,6
ML = 100 2 0,8
10
ML = 37,6 kNm
Momen Total Disain :
MT = MD + ML
= 2,429 + 37,6
= 40,029 kNm
max = 0,0113
Syarat min < < max dipakai min = 0,00833
A = b d = 0,00833 1000 162 = 1349,46 mm2.
Dipakai tulangan D16 125 (As = 1608 mm2)
Checking :
As terpasang
=
(b d )
1608
=
(1000 162)
16 125
16 125
12 175 5.00
12 250
12 250
12 250
MELINTANG
5.00
5.00
Gelagar melintang
Gambar 5.6 Denah Plat Lantai, Trotoar, Gelagar Memanjang & Melintang
Data Perencanaan :
Pembebanan :
Beban Mati
Berat sendiri plat = 0,2 1,75 2,5 = 0,8750 t/m
Berat pavement = 0,05 1,75 2,2 = 0,1925 t/m
q 1,65
qL = Lx = 0,75 1,75 = 0,7875 t
2,75 2,75 m
1 2 1
M LL = q L L Y + PL L Y
8 4
1 1
= 0,7875 52 + 9,0246 5
8 4
= 13,7684 tm
5 (q DL + q LL ) P L3
= + L
384 E I 48 E I
5 (1,242 + 0,7875) 9,046 5003
= +
384 2,1 x 106 23700 48 2,1 x 106 23700
= 0,0004 1,00 cm
5.00
5.00
Pembebanan
A. Beban Mati
Berat gelagar melintang ( asumsi ) = 0,22 t/m
Berat plat = (0,2 0,02) 5 2,5 = 2,25 t/m
Berat pavement = 0,05 5 2,2 = 0,55 t/m
Berat beban mati total ( qDL ) = 3,04 t/m
P P P P P
qDL
1
R A = ((5 P) + (q DL L))
2
1
= ((5 0,33) + (3,04 9) )
2
= 14,5095 ton
1 1
M DL = R A L - (P 3,5) - (P 1,75) - q DL L2
2 8
1 1
= 14,5095 4,5 - (0,33 3,5) - (0,33 1,75) - 3,04 92
2 8
= 60,139 tm
B. Beban Hidup
P1
P2
q1 q2
P2
q2
q1
q2 q2
1
RA = [(P1 5,5) + (P2 1,5)]
2
1
= [(5,157 5,5) + (2,5785 1,5)] =16,1156 t
2
ML2 = (RA 4,5) (P2 0,75 3,125) (P1 2,75 1,375)
= (16,1156 4,5) (2,5785 0,75 3,125) (5,157 2,75 1,375)
= 46,9769 tm
G = 241 kg/m
Wx = 8400 cm3
Ix = 339000 cm4
tb h b = 302 mm
h = 808 mm
ts
tb = 16 mm
b ts = 30 mm
Gambar 5.11 Profil IWF 800 . 300 . 16 . 30 F = 307,6 cm2
Penampang Komposit
0 ,1 6 m
0 ,0 4 m
Arief Prasetiyo 04.12.0007 67
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
G e la g a r M e m a n ja n g I W F 4 0 0 .2 0 0 .8 .1 3
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Perpustakaan Unika
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
= 2,25 / = 25 cm
Fp = luas ekivalen plat beton terhadap profil baja
= be t ( asumsi tulangan pada plat diabaikan )
= 25 20
= 500 cm2
1
IC = 25 203
12
= 16666,67 cm4
B. Momen Inersia Komposit
Menentukan tinggi titik berat balok komposit (YK) :
( Fc YC ) + ( Fs YS )
YK =
Fc + Fs
( 500 81,8 ) + (307,6 40,4 )
=
500 + 307,6
= 66,032 cm
B eff
be
20 cm
YC
YK
YS
YS = 40,4 cm
YC = 81,8 cm
YK = 66,032 cm
Menentukan Momen Inersia komposit ( IK ) :
IK { }{
= Ic + (Fc (YC YK ) + Is + (Fs (YK YS )
2 2
}
{ ( }{ (
= 16666,67 + 500 (81,8 66,032) + 339000 + 307,6 (66,032 40,4)
2 2
}
= 682074,605 cm4
c =
(M D + M L ) 24,768 = (60,139 + 83,389) 105 24,768
n IK 9 682074,605
c =
(M D + M L ) 14,768 = (60,139 + 83,389) 105 14,768
n IK 9 682074,605
63,082 63,082
715,940 25,672
25,672
134,239 850,179
YK
66,032 + =
YS 40,4
=
(DD + DL ) Sx =
(14,5095 + 27,866) 103 15768,403
tb I K 1,6 682074,605
4. Lendutan
5(q D + q L ) L4 P a((3 L2 ) (4 a 2 )) 4 L3
= + +
384 E I 48 E I 48 E I
1
= 0,310 + 0,0023 + 0,0056 + 0,0035 = 0,3214 < 900 = 1,8 cm
500
P P P
Arief Prasetiyo 04.12.0007 72
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Perpustakaan Unika
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
qL1
P P
qL2 qL3
qL4
qD
Reaksi tumpuan :
5 P + (qL1 5,5) + (qL 2 0,75 2) + (qL 3 1 2)
RA = 1
2 + ( q 4 9) + q 9)
L D
(5 0,33) + (7,768 5,5) + (3,884 1,5) + (1,5 2) +
= 1
2 (0,25 9 ) + (3,04 9)
= 41,405 t
Gaya Lintang :
D1 = RA = 41,405 t
D1-2 = D1 qD 1,0 qL4 1,0 qL3 1,0
= 41,405 (3,04 1,0) (0, 1,0) (1,5 1) = 36,615 t
D2 = D1-2 P = 36,615 0,33 = 36,285 t
D2-3 = D2 qD 1,75 qL4 1,75 qL2 0,75 qL 1 1,0
= 36,285 (3,04 1,75) (0,25 1,75)
41,405 T
36,615 T
L
36,285 T
19,847 T C
19,517 T
0,165 T
Keterangan :
S = Statis Momen
tc 16
S = AC H S + YK = 500 80,8 + 66,032
2 2
= 11384 cm3
41,405 103 11384
1 = 1,05 = 725,613 kg/cm2
682074,605
Q = 0,0005 AS f' c E C
E. Jarak Stud
2 Q 2 7284,15
S1= = = 20, 07cm 15 cm
1 725,613
2 Q 2 7284,15
S2= = = 22,9 cm 20 cm
2 635,886
2 Q 2 7284,15
S3= = = 44,72 cm 40 cm
3 325,743
IWF
800 300 16 30
Gelagar
Melintang
Gelagar
Memanjang
1,0 m 1,75 m 1,75 m
D Max
Gelagar memanjang
IWF.400.200 40
90
90
Baut diameter 19 mm 90
40
Gelagar melintang
Arief Prasetiyo 04.12.0007 76
IWF.800.300
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Perpustakaan Unika
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
H
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Perpustakaan Unika
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
1
2 3,14 1,92
= 4 = 0,567 cm
10
Jarak garis netral ( X ) = . 40 = 20 cm
Tegangan lentur yang terjadi :
h X 2/3 X + h X 2/3 X = M
2 ( h X 2/3 X ) = M
2 ( h 0,567 20 2/3 20 ) = 5940,5 kNcm
151,2 h = 5940,5 kNcm
h = 39,29 kN/cm2 ( 3929 kg/cm2)
20 6,5
1 = x3929 = 2652,075 kg/cm2.
20
Jadi gaya yang dipikul baut teratas ( yang paling ekstrim) =
N = g 1 = 0,567 10 2652,075 kg/cm2 = 15037,26 kg/cm2.
Per baut NI = 15037,26 = 3759,32 kg/cm2. ( tarik )
Gaya geser 67,74
Geser : G = = = 4,23 kN ( 423 kg )
Jml.baut 16
Kontrol tegangan yang timbul pada baut :
G 423
tp = = = 222,63 kg/cm2 < tp` (1,5.d = 5400 kg/cm2)
d .t 1,9 1
G 423
= = = 149,27 kg/cm2 < ` ( 0,6 . d
1 1
. .d 2 3,14 1,92
4 4
= 2160 kg/cm2)
NI 3759,32
ta = = = 1326,58 kg/cm2 < ta` (0,7d
1 1
. .d 2 3,14 1,92
4 4
= 2520 kg/cm2)
Gelagar melintang 40
IWF.800.300 90
90
90
Baut diameter 19 mm 40
Gelagar memanjang
IWF.400.200
40 70 40 40 70 40
Syarat penyambungan :
Dipakai baut 19 mm, maka :
Jarak antar baut (a) :
3 a 6
3 x 19 a 6 19
57 a 114
a diambil 90 mm
Jarak baut ke tepi sambungan ( c ) :
c 2
c 2 19
c 38
c diambil 40 mm
Bj Baut 52 ( d = 3600 kg/cm2)
Gaya Momen = 143528 kN.cm
Gaya Geser = 4444,855 kN
(hX)
3
1
2 3,14 1,92
= 4 = 0,567 cm
10
Jarak garis netral ( X )
X X . = b` ( h X ) . ( h X )
0,567 X2 = ( 0,75 20 ) ( 40 X )2
= 12000 600X + 7,5X2 0,2835X2
X = 33,49 cm
( h X ) = 40 33,49 = 6,51 cm
Tegangan lentur yang terjadi :
( 1 X 2/3 X) + ( 3 b`( h X ) 2/3 ( h X )) = M
( 1 0,567 33,49 2/3 33,49) + ( 3 (0,7520) 6,51 2/3
6,51) = 11881
211,98 1 + 211,9 3 = 11881 kNcm
211,98 1 + 211,9 ( 0,194 1 ) = 11881 kNcm
253 1 = 11881 kN/cm2
1 = 46,96 kN ( 4696 kg/cm2)
33,49 6,51
2 = 1 = 3783,2 kg/cm2.
33,49
Jadi gaya yang dipikul baut teratas ( yang paling ekstrim) =
N = g 2 = 0,567 10 3783,2 kg/cm2 = 21450,74 kg/cm2.
Per baut NI = 21450,74 = 5362,69 kg/cm2. ( tarik )
Gaya geser 67,74
Geser : G = = = 4,23 kN ( 423 kg )
Jml.baut 16
I = 2 ta + 3 2 = 1892,37 2 + 3 149,27 2
P Max
Plat buhul
Rangka Utama 70
100
Baut 26 100 Gelagar melintang
100 IWF. 800. 300
100
100
70
Tp = 10 mm
60 80 60
Syarat penyambungan :
Dipakai baut 26 mm, maka :
Jarak antar baut (a) :
3 a 6
3 26 a 6 26
78 a 156
a diambil 100 mm
H
Baut dianggap sebagai plat dengan lebar :
1
2 . .d 2
= 4 ; digunakan baut diameter 26 cm,
g
1
2 3,14 2,62
= 4 = 1,061 cm
10
Jarak garis netral ( X ) = 80 = 40 cm
Tegangan lentur yang terjadi :
h X 2/3 X + h . X 2/3 X = M
2 ( h X 2/3 X ) = M
2 ( h 1,061 40 2/3 40 ) = 47449 kNcm
1131,74 h = 47449 kNcm
h = 41,93 kN/cm2 ( 4193 kg/cm2)
40 15
1 = 4193 = 2620,63 kg/cm2.
40
Jadi gaya yang dipikul baut teratas ( yang paling ekstrim) =
N = g 1 = 1,061 . 10 . 2620,63 kg/cm2 = 27804,88 kg/cm2.
Per baut NI = 27804,88 = 6951,22 kg/cm2. ( tarik )
Gaya geser 220,86
Geser : G = = = 9,20 kN ( 920 kg )
Jml.baut 24
P max
Plat buhul
70 rangka utama
Baut 26 100
100
100
100
100
70
Gelagar melintang
IWF 800.300
60 80 60 60 80 60
Syarat penyambungan :
Dipakai baut 26 mm, maka :
Jarak antar baut (a) :
3 a 6
3 26 a 6 26
78 a 156
a diambil 100 mm
(hX)
3
1
2 3,14 2,62
= 4 = 1,061 cm
10
Jarak garis netral ( X )
X X = b` ( h X ) . ( h X )
1,061 X2 = ( 0,75 30 ) ( 80 X )2
= 72000 1800X + 11,25X2 0,5305X2
X = 65,73 cm
( h X ) = 80 65,73 = 14,27 cm
I = 2 ta + 3 2 = 2035,712 + 3 173,37 2
Besarnya gaya angin, menurut BMS92 hal 2-22 tabel 2.16, untuk
bangunan atas dari rangka baja dan posisi bangunan berada lebih dari 5
km dari pantai :
q = 0,78 1,2 = 0,936 kN/m2
Luas ekivalen obyek yang terkena gaya angin untuk bangunan atas rangka
adalah sebesar 30 % dari luas bangunan atas yang dibatasi oleh batang tepi
luar :
A = 0,3 23 ( 6 5)
103,5 m2.
Besarnya gaya angin yang ditahan oleh ikatan angin :
P=q A
= 0,936 103,5
= 96,876 kN
Asumsi gaya angin ditahan 1/3 bagian oleh pertambatan angin atas (Pa)
dan 2/3 bagian oleh pertambatan angin bawah ( Pb ) :
Pa = 1/3 0,936 103,5 = 32,292 kN
Pb = 2/3 0,936 103,5 = 64,584 kN
Pendimensian batang :
Direncanakan batang diagonal mengunakan profil 100.100.14 dan
batang vertikal menggunakan IWF.300.200.8.12
Data - data teknis :
F = 26,2 cm2
W
Ix = Iy = 235 cm4
ix = iy = 3,00 cm
y h Ia = 372 cm4
v
b
a ia = 3,77 cm
x Ib = 98,3 cm4
e ib = 1,94 cm
e e = 29,8 cm
b
v = 42,1 cm
w = 7,07 cm
Gambar 5.24. Profil 100.100.14
Data Teknis :
F = 72,4 cm2
tb h
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Perpustakaan Unika
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Ix = 11300 cm4
Iy = 1600 cm4
ix = 12,5 cm
iy = 4,71 cm
Wx = 771 cm3
Wy = 160 cm3
h = 29,4 cm
b = 20,0 cm
Gambar 5.25. Profil IWF.300.200.8.12 tb = 8 mm
ts = 12 mm
Kontrol untuk batang diagonal :
S = -27,2957 kN
Lk = 336,3 cm ( panjang batang tertekan pada batang tekan )
Didapat dari buku LRFD :
b. Menentukan c
1 Lk fy 1 240
c = = 173,35 = 1,9
ib E 3,14 200000
c. Menentukan gaya dukung nominal tekan
cek apakah perbandingan lebar terhadap tebal penampang ( kelangsingan
plat ) lebih kecil dari r.
b 225 250 250
f = = = 8,035 ; r = = = 16,14
t 2 x14 fy 240
f < r . ( Ok ! )
jadi tidak terjadi tekuk local
= 1,25 c2 = 1,25 1,92 = 4,5125
d. Gaya dukung nominal (Nn)
f 240
= 26,2 = 139,346 kN
y
Nn = Ag
4,5125
e. Menentukan Gaya aksial terfaktor (Nu)
Nu = n x Nn ; n = faktor reduksi kekuatan (0,85)
= 0,85 139,346
= 118,44 kN > 27,2957 kN ( aman )
b. Menentukan c
1 Lk fy 1 240
c = = 95,54 = 1,054
iy E 3,14 200000
f < r . ( Ok ! )
Jadi tidak terjadi tekuk lokal.
0,25 < c < 1,2
1,43 1,43
= = = 1,6
1,6 0,67c 1,6 0,67 x1,054
Pa 96,876
Qb = = = 5,382 kN
12 12
1
2 Qb = 2,691 kN
b. Menentukan c
1 Lk fy 1 240
c = = 265,35 = 2,927
iy E 3,14 200000
f < r . ( Ok ! )
jadi tidak terjadi tekuk local
= 1,25 c2 = 1,25 2,9272 = 10,7
Digunakan baut 16 mm
= 0,71 i = 45o
maka :
S max
Flas =
480
0,8 Lnetto =
( 0,71 160 )
Lnetto = 31,69 cm
Panjang las harus memenuhi syarat Lnetto max
Lnetto < 40 a = 40 0,6 = 24 cm
Las dibagi 2 sama besar pada sisi atas dan bawah plat penghubung :
31,69
Lnetto = = 15,85
2
Lbrutto = Lnetto + 3a
= 15,85 + ( 3 0,8 ) = 18,24 cm
diambil L las 19 cm untuk setiap panjang plat 20 cm
Data perencanaan :
- Tebal Plat = 20 cm ( c) = 25 kN/m3
- Tebal aspal = 5 cm ( a) = 22 kN/m3
- Genangan air = 5 cm ( w) = 10 kN/m3
- Lebar lt kend = 700 cm
- Lebar trotoar = 100 cm
- Tebal trotoar = 25 cm
- G. memanjang = IWF 400.200 berat ( ql ) = 0,66 kN/m
- G. melintang = IWF 800.300 berat ( q2 ) = 2,1 kN/m
- Ikatan angin = L 100 . 100 . 14 berat ( q3 ) = 0,206 kN/m
- Sandaran = Pipa 76,3 dengan berat ( q4 ) = 0,0504 kN
- Rangka utama = IWF 400. 400. 20. 35 berat ( q5 ) = 2,83 kN/m
- G. vertikal pd ikatan angin = IWF 300.200.8.12 berat (q6)
= 0,568 kN/m
5.2.9.1. Pembebanan
Asumsi beban antara rangka induk ditahan masing masing 1
2 nya oleh
rangka induk.
a. Akibat beban mati :
P1,akibat berat sendiri rangka
L.100.100.14
Akibat PT :
tb ix = 18,2 cm
h
iy = 10,4 cm
b = 407 cm
ts
h = 428 cm
tb = 20 mm
b
ts = 35 mm
Gambar 5.30. Profil IWF 400.400. 20.35 F = 360,7 cm2
2. Kontrol Kelangsingan Batang
Lk
=
iy
500
= = 48,08 ; 240 ( Ok )
10,4
2. Kuat tarik rencana
Nn = 0,9 Ag fy
= 0,9 360,7 240
= 7791,12 kN
batang tarik terbesar pada rangka = 4067,708 kN < 7791,12 kN. (Ok)
Lk 500 Lk 500
x = = = 27,47 ; y = = = 48,08
ix 18,2 i y 10,4
2. Menentukan c
1 Lk fy 1 240
c = = = .48,08. = 0,53
iy E 3,14 200000
f < r . ( Ok ! )
jadi tidak terjadi tekuk local
0,25 < c < 1,2
1,43
= 1,25 c2 = = 1,15
1,6 0,67 x0,53
Gaya dukung nominal (Nn)
fy 240
Nn = Ag . = 360,7 = 7527,65 kN
1,15
4. Menentukan Gaya aksial terfaktor (Nu)
Nu = n Nn ; n = faktor reduksi kekuatan (0,85)
= 0,85 7527,65
= 6396,50 kN
batang tekan terbesar pada rangka = 4010,417 kN < 6396,50 kN (Ok)
1 Lk fy 1 240
c = = .57,6. = 0,69
iy E 3,14 200000
3. Menentukan gaya dukung nominal tekan
cek apakah perbandingan lebar terhadap tebal penampang
( kelangsingan plat ) lebih kecil dari r.
f < r . ( Ok ! )
jadi tidak terjadi tekuk lokal
0,25 < c < 1,2
1,43 1,43
= = = 1,26
1,6 0,67c 1,6 0,67 x0,69
Gaya dukung nominal (Nn)
fy 240
Nn = Ag . = 360,7 = 6870,48 kN
1,26
4. Menentukan Gaya aksial terfaktor (Nu)
Nu = n Nn ; n = factor reduksi kekuatan (0,85)
= 0,85 6870,48
= 5839,90 kN
batang tekan terbesar pada rangka = 1638,542 kN < 5839,90 kN (Ok)
e 48, e diambil 50 mm
Tebal pelat buhul ( ) diambil = 15 mm
Sambungan irisan 1
15
/ = = 0,469 > 0,314.. pengaruh geser :
32
Besarnya kekuatan sebuah baut akibat pengaruh geser ( Pgs ) dengan
menggunakan baut mutu tinggi (leleh = 360 Mpa)
Pgs = 0,6 x 1
4` x x 2 x I
= 0,6 x 1
4 x 3,14 x 3,22 x 360 x 0,1
= 173,63 kN
Menghitung jumlah baut ( n )
S
n=
Pgs
a. Sambungan batang horizsontal atas
S
n=
Pgs
4067,708
n= = 23,42 ( pakai 23 buah )
173,63
b. Sambungan batang horisontal bawah
S
n=
Pgs
4010,417
n= = 23,09 ( pakai 23 buah )
173,63
c. Sambungan batang diagonal tarik
1042,708
n= = 6 buah
173,63
d. Sambungan batang diagonal tekan
1638,542
n= = 9,43 ( pakai 9 buah )
173,63
Pembebanan :
1. Beban mati
Menurut SAP 2000 besarnya beban mati ( D ) = 2753,245 kN
2. Beban hidup
Dari hasil SAP 2000 V.9
Besarnya beban hidup yang bekerja pada struktur :
( Dt ) = 37,5 kN/m
( Pt ) = 275 kN/m
Total beban hidup :
H = 37,5 + 275
= 312, 5 kN
Total beban yang bekerja pada elastomer :
T =D+H
= 2753,245 + 312.5
= 3065,75 kN
Maka digunakan elastomer jenis TRB 2 dengan beban maksimum
3065,75 kN, dengan ukuran 480-300-101 mm3
Pembebanan :
Dimensi pelat injak diambil : 700 250 20 cm 3
Beban mati
1. Berat sendiri ( qP ) = 0,2 25 1,3 = 6,5 kN/m2
2. Berat aspal ( qA ) = 0,05 22 1,3 = 1,43 kN/m2
3. Berat agregat = 0,30 13 1,3 = 13,4 kN/m2
Total beban mati ( qDL ) = 21,33 kN/m2
Beban hidup
1. Beban merata ( qD ) = 12 kN/m2
2. Beban garis ( P ) = 44 kN/m
Beban ditinjau dengan lebar tampang 1 m
Mu = [ 1/8 (qDL + qD ) 12 ] + ( 1
4 P 1)
Tulangan pembagi
As = 0,0025 b d
12 - 200
250 cm
16 - 150
700 cm
Beban Mati
Beban Mati akibat Gaya vertikal
a. Beban mati akibat bangunan atas
W X 2717,72
Titik berat = Xo = = =1,59 m
W 1708,70
Berat sendiri abutment ( A A) = 1708,70 KN
Momen akibat berat abutmen terhadap titik A (M AA) = 2717,72 kNm.
W X 117,31
Titik berat = Xo = = = 2,56 m
W 457,74
W Y 1014,41
Yo = = = 2,22 m
W 457,74
Berat sendiri tanah ( TP ) = 457,74 KN
Momen akibat berat tanah terhadap titik A( MP ) = 1174,31 KNm
Beban Hidup
1. Beban Hidup akibat Gaya Vertikal
a. Beban lalu lintas pada bangunan atas
PLt = 312,5 kN 2
= 625 kN
Momen akibat beban hidup pada bangunan atas terhadap titik A
MLt = 625 1,5 m = 937,5 kNm
= 54,03 KN/m2
2 = ( Ka h )
= 13,95 0,55 4
= 30,69 KN/m2
= 2774,6 = 5137,95
= 2718,78 kN
Besar momen terhadap titik A akibat gaya gempa :
MKk = 45773,296 1,5
= 6865,99 kN.m
a n g in a n g in
h is a p te k a n
30 30
q = 1,1 1 + = 1,1 1 + = 1,65 t
L 60 m
Beban P = 12 t
HRT = 5 % 13,65 ton
= 0, 685 ton
Lengan gaya dan traksi terhadap titik sentries
h + 1,2 = 4 + 1,2
= 5,2 m
Momen gaya rem dan traksi terhadap titik eksentrisitas pancang
MRT = HRT ( h + 1,2 )
= 0, 685 5,2 m
= 3, 562 ton.m = 35, 62 kNm
M = H Tinggi abutment
= 27, 53 4 m
= 110, 12 kN.m
Dengan :
M = beban mati (kN)
H +K = beban hidup dengan kejut (kN)
Ah = gaya akibat aliran dan hanyutan (kN)
A = beban angin ( kg/m )
Rm = gaya akibat rem (kN)
Gh = gaya horisontal ekivalen akibat gempa bumi (kN)
AHg = gaya akibat aliran dan hanyutan waktu gempa (kN)
Gg = gaya gesek tumpuan bergerak (kN)
Pl = gaya-gaya waktu pelaksanaan (kN)
S = gaya sentrifugal (kN)
SR = gaya akibat susut dan rangkak (kN)
Tm = gaya akibat perubahan suhu (selain susut dan rangkak) (kN)
Ta = gaya tekanan tanah (kN)
Tag = gaya tekanan tanah akibat gempa bumi (kN)
Tb = gaya tumbuk (kN)
Tu = gaya angkat (kN)
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
M Abuttment 1708,70 2717,72
kons atas 5506, 49 8259,735
(H+K) Hidup 450 675
Ta T Tnh Aktif -2774,6 -5137,95
Tu g angkat
7665, 19 -2774,6 6514,505
100% 7665, 19 -2774,6 6514,505
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
komb 1 7665, 19 -2774,6 6514,505
Rm rem 6,85 35, 62
Gg g gesek 27, 53 110, 12
Ah aliran
A angin 296,437 1989,132
Sr susut
Tm suhu
S sentrifugal
7665,19 -2443,147 8649,377
140% 10731,266 -3420,406 12109,128
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
abuttment 1708,70 2717,72
M
kons atas 5506, 49 8259,735
Gh g gempa 985,25 2497,24
Gg g gesek 27, 53 110, 12
Ahg aliran gempa
Tu g angkat
7215,19 1012,78 13584,818
150% 10822,785 1519,17 20377,223
e. Kombinasi 5 ( M + P1 ) 130%
Tabel 5.12 Kombinasi 5 Pada Abutment
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
M abuttment 1708,70 2717,72
kons atas 5506, 49 8259,735
P1 pelaksanaan
1708,70 10977,455
130% 5506, 49 16466,183
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
M abuttment 1708,70 2717,72
kons atas 5506, 49 8259,735
(H+K) hidup 450 675
Ta T Tnh Aktif -2774, 6 -5137,95
S sentrifugal
7665,19 -2774, 6 6514,505
150% 11497,785 -4161,9 9771,176
Dipakai kombinasi 4
Data :
V = 10822,785 kN
H =1519,17 kN
MV = 16466, 183 kN.m
MH = 3911,04 kN.m
M = 20377,223kN.m
16466,183 3911,04 B
= <
10822,785 6
= 1,1 m > 0,5 (tidak aman)
V e
qmaks= 1 + 6
Labutment B B
10822,785 0,34
= 1 + 6
10 3 3
= 115,44 kN/m2
V
=
Aabutment
10822,785
=
5,148
2
=2102,5kN/m
b. Kontrol terhadap guling
Angka keamanan =
MV
= > 1,5
MH
16466,183
= > 1,5
3911,04
= 4,21 >1,5 ( Aman ! )
c. Kontrol terhadap geser
10822,785 tan 17
= > 1,5
1519,17
= 7,12 > 1,5 ( Aman !)
V M 10822,785 20377,223
= = 1
A W (10 3 ) 6
.10 32
20 a1
10 a2
120 a3 P1
P2
Menurut pasal 1.4 P3JJR SKBI 1.3.28.1987, muatan lalu lintas dapat
diperhitungkan sebagai beban merata senilai dengan tekanan tanah setinggi h
= 60 cm.
qx = 1 h
= 13,95 kN/m3 0,6 m
= 8,37 kN/m2
q1 = q pelat injak + qx
= 21,33 + 8,37
= 29,7 kN/m2
1 = q1 Ka
= 29,7 0,55 = 9,625 kN/m2
2 = h Ka
= 13,95 1,2 0,55
= 7,67 kN/m2
Gaya Horizontal
Tabel 5.14 Gaya horizontal untuk pembebanan kepala abutmen
No Berat (kN) X (m) Berat . X (kNm)
P1 1 L abutment H
0,6 213,84
29,27 10 1,2 = 356,4
P2 2 L abutment H
0,4 18,41
7,67 10 1,2 = 46,02
= 402,42 232,25
Mu = 232,25 - 27,495
= 204, 755 kN.m
P`u = 110,5 kN
fy = 320 MPa
f`c = 30 MPa
Agr = 1000 1000 = 10 105 mm2
d = h selimut beton sengkang - [ tul/10 jml_baris + 2.5
(jml_baris - 1)]/2
= 300 40 10 [(161) + 2,5 (1-1)]/2
= 242 mm
Mu
= 0,8 fy ( 1 1/1,7 fy / fc )
bd 2
204,755 103
= 0,8 3200 ( 1 0,588 3200/300 )
1000 x 2422
16056,322 - 2560. + 0,0069 = 0
= 0,000266
syarat min max
0,85 f' c 600
makss = 0,75 1 , dimana 1 = 0,85
fy 600 + fy
0,85 30 600
= 0,75 0,85 = 0,0331
320 600 + 320
1,4 1,4
min = = = 0,004375
fy 320
min = 0,004375
max = 0,0331
maka digunakan = min = 0,004375
As = b d
Ratio As'/As = 1, 16
= As_terpasang /(b d) = 0,005
= As_terpasang /(b d) = 0,006
> min, berarti penampang mencukupi, sehingga
p - p'= - 0, 0011
1 0.85 f'c / fy d / d 6000 / (6000 - fy) = 0,0347
Vu = 402,42 kN
f `c 1 30
Vc = bw d = 0,6 1000 242 = 66274,429 N
6 2 6
Vu > Vc ( 404,42 kN > 66,274 kN )
b s 1000 x 250
Av = = = 260,4 mm2
3 fy 3 x 320
Dengan : s = jarak tulangan geser
Av = luas tulangan geser dengan jarak s
Digunakan tulangan geser praktis D13 250 (Av = 531 mm2 )
300 250
6 D 16 200
100
D 1 3 -2 5 0
900
a4
900
a5 500
P1 a7
a6
1000
P2
a8
400
G
Gaya Vertikal
Tabel. 5.17 Gaya akibat tekanan tanah untuk pembebanan badan abutmen
No Tekanan tanah ( KN ) Y(m) Tekanan x Y ( KNm )
P1 9,625 2,2 10 = 298,375 0,95 283,456
P2 16,88 2,2x 10 = 183, 48 0,317 58,163
= 481, 855 = 341,619
Tabel. 5.19 Total gaya dan momen yang bekerja pada badan abutmen
Gaya V ( KN ) H ( KN ) M ( KNm )
Muatan mati ( PDL ) 5506, 49 - 1651,95
Muatan lalu-lintas ( Lt ) 625 - 187,5
Berat abutment ( Ap ) 838,5 - 4191,77
Rem dan traksi ( Rt ) - 6,85 -1,302
Tekanan tanah aktif ( Pa ) - 481, 855 -341,619
Gaya Angin - 296,438 -563,232
Gaya Gempa - 2718,78 -3887,064
= 6959,99 3503,903 1238,003
P' u 6959,99
= 0
( Agr 0,85 f ' c ) ( 0,8 7 .105 0,85 30 )
d = 40 mm
d = h - selimut beton - pembagi - 0,5 25
= 700 40 16 - ( 0,5 25 ) = 631,5 mm
d ' 40
= = 0,057 < 0,1
h 700
d'
maka digunakan = 0,1
h
r = 0,002 = 1,2
syarat min max
=r
min = 0,004375
= 0,002 1,2
max = 0,033
= 0,0024
maka digunakan min = 0,004375
Untuk lebar setiap meternya :
Tulangan pokok ( per meter lebar )
Astot = min Ag
= 0,004375 7 105
= 3062,5 mm2
As = As'
= 0,5 3062,5
= 1531,25 mm2
Dipakai tulangan rangkap As =As' =2 D19 150 (Ast = 2 1890 mm2)
Tulangan bagi
Diambil 20% tulangan utama, As = 20% 2 1890 = 756 mm2
Atau 0,15% luas beton, As = 0,15% 700 1000 = 1050 mm2
As = As'
= 756 mm2
Dipakai tulangan rangkap As = As' = 2D14 200 (As = 770 mm2)
Tulangan geser
Gaya geser Vu = 3503,903 kN
Syarat perlu tulangan geser :
Vu > Vc
1 1
Vc = 0,6 f ' c b d = 0,6 30 1000 631,5
6 6
= 345886,795 N = 345, 87 kN
D19-150
D13-250
900
500
1000
400
H
M
V
1200
300
600
W1
W2
Diketahui :
b = 1000 mm
h = 900 mm
fy = 320 Mpa fc = 30 MPa
Dicoba tulangan 25
d = 900 40 - (1/2 25) = 847,5 mm
M u 3995,425
Mn = = = 4994,281 kN.m
0,8
Mn 3995,495 106
K = = = 0,0218
b d 2 0,85 f' c 1000 847,52 0,85 30
F = 1- 1 2 K = 1 1 2 0,0218 = 0,022
0,85 30 600
= 0,75 0,85 = 0,0331
320 600 + 320
1,4 1,4
min = = = 0,004375
fy 320
fy 0,0331 320
F ( 0,022) < Fmak = max
=
0,85 f' c 0,85 30
= 0,415 gunakan tulangan tunggal
0,85 f ' c 0,85 30
As = F b d = 0,022 1000 847,5 = 1485,77 mm
fy 320
Kontrol min :
As 1485,77
= = = 0,0017
b d 1000 847,5
(0,0017) < min ( 0,0044) < mak ( 0,0331)....................gunakan min
Tulangan Pokok
As = b d = 0,0044 1000 847,5 = 3729 mm
Tulangan tarik digunakan D25 100 (As = 4908,74 mm )
Tulangan Bagi
Diambil 20 % tulangan utama, As = 0,2 4908,74 = 981,75 mm
Dipakai tulangan bagi D16 200 ( As= 1005 mm)
Tulangan Geser
Gaya lintang pada pile cap (Pmaks ) = W1 + W2 = 11434,785 kN
Sayarat perlu tulangan geser : Vu > Vc
V 11434785
Vu = = = 0,013 N/mm = 0,013 Mpa
b d 1000 847,5
Menurut tabel 15 DDPBB untuk fc = 25 Mpa maka diperoleh : Vc = 0,50
Mpa
Karena Vu < Vc, maka tidak diperlukan tulangan geser.
Dipakai tulangan geser praktis D 13 250
T u la n g a n u ta m a
T u la n g a n g e se r D 25 - 100
D 13 - 250
T u la n g a n u ta m a
D 19 - 100
800
400
25 40 25
20
10
120
70
70
50
160
40
80
25 40 25
a1 20
a3 a2 10
120
a4
70
a5
70
a7 a8
a6 50
a9 160
t3 t1
t4 a12 t2
a10 a11 40
a13 80
Gambar 5.48. Berat sendiri Pilar dan akibat beban tanah vertikal
W . X 4180,88
Titik berat = X0 = = = 1,61 m
W 2591,92
Berat sendiri pilar ( AP ) = 2591,92 kN
Momen akibat berat pilar terhadap titik A (MAP) = 4180,88 kNm.
W . X 167,4
Titik berat = X = = = 0,65 m
W 257,4
W .Y 312,2
Y = = =1,21 m
W 257,4
Berat sendiri tanah ( TP ) = 257,4 KN
Momen akibat berat tanah terhadap titik A ( MTP ) = 167,4 KNm
Beban Hidup
Beban merata (L = 60 m)
30 30
q = 1,1 1 + = 1,1 1 + = 1,65 t
L 60 m
Beban P = 12 t
HRT = 5 % 13,65 ton
= 0, 685 ton
Lengan gaya dan traksi terhadap titik sentries
h + 1,2 = 4 + 1,2
= 5,2 m
Momen gaya rem dan traksi terhadap titik eksentrisitas pancang
MRT = HRT ( h + 1,2 )
= 0, 685 5,2 m
= 3, 562 ton.m = 35, 62 kNm
= 3881,25 kg
h3 h6
S3 = h1 h2 + h4 + h5 +
2 2
= (80,8 3,0 22,5) + 20 + 5 + 100
= 226,2 cm = 2,262
Lengan terhadap A:
Y1 = Y2 = 4 + 2,262 = 6,262 m
Y3 = 4+3 = 7 m
Momen terhadap titik A :
Ma = d1 Y 1 + d 2 Y 2 + d 3 Y 3
= (7762,5 6,262) + (3881,25 6,262) + (18000 7)
= 198913,1625 kg.m
= 1989,131625 kN.m
Wt = -96,876 KN
Momen akibat gaya angin terhadap titik A
MWt = -96,876 x 4,0
= -387,504 KNm
a. Gaya akibat gempa bumi
K = E x Gp
dengan : K = Gaya horizontal akibat gempa
E = Koefisien gempa ( zona Jawa Tengah = 0,07 )
Gp = Muatan mati dari struktur yang ditinjau
Tabel 5.22. Pembebanan akibat gaya gempa
No Gp ( KN ) Y(m) Gp x Y ( KNm )
K1 PDL+Lt = 8803,818 4,00 35215,272
K2 Ap = 2591,92 1,61 4172,99
K3 Tp = 257,4 0,73 187,9
= 11653,14 = 39576,16
= 1748 kN
Besar momen terhadap titik A akibat gaya gempa :
MKk = 39576,16 x 0,15
= 5936,42 kNm
g. Gaya gesekan pada tumpuan ( PMI 1970 )
H = 0, 01 beban mati
= 0, 01 2753,245 kN
= 27, 53 kN
M = H Tinggi pilar
= 27, 53 4 m
= 110, 12 kN.m
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
M pilar 2591,92 4180,88
kons atas 11012,98 22025,96
(H+K) hidup 1250 5000
Ta T Tnh Aktif
Tu g angkat
14854,9 31205,96
100% 14854,9 31205,96
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
pilar 2591,92 4180,88
M
kons atas 11012,98 22025,96
Gh g gempa 985,25 2497,24
Gg g gesek 27, 53 110, 12
Ahg aliran gempa
Tu g angkat
13604,9 1012,78 28814,2
150% 20407,35 1519,17 43221,3
Kombinasi 5 ( M + P1 ) 130%
Tabel 5.28. Kombinasi 5 Pada Pilar
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
M pilar 2591,92 4180,88
kons atas 11012,98 22025,96
P1 pelaksanaan
13604,9 26206,84
130% 20407,35 39310,26
beban V ( kN ) H ( kN ) M ( kN.m )
Dipakai kombinasi 4
Data :
V = 10822,785 kN
H =1519,17 kN
MV = 16466, 183 kN.m
MH = 3911,04 kN.m
M = 20377,223 kN.m
a. Tegangan
MV MH B
e= <
V 6
16466,183 3911,04 B
= <
10822,785 6
= 1,1 m > 0,5 m (tidak aman) qmaks
V e
= 1 + 6
L pilar B B
10822,785 0,34
= 1 + 6
10 3 3
= 115,44 kN/m2
V
=
A pilar
10822,785
=
7,975
2
=1357,089kN/m
10822,785 tan 17
= > 1,5
1519,17
= 7,12 > 1,5 ( Aman !)
V M 10822,785 20377,223
= = 1
A W (10 3 ) 6
.10 32
a1
a3 a2
a4
P' u 196620
= = 0,008
( Agr 0,85 f ' c ) ( 0,812.105 0,85 30 )
d = 40 mm
d = h - selimut beton - sengkang - 0,5 25
= 1200 40 13 - ( 0,5 25 ) = 1134,5 mm
d ' 40
= = 0,057 < 0,1
h 700
d'
maka digunakan = 0,1
h
Menurut grafik pada gambar 6.2a. buku GTPBB didapat :
Tulangan bagi
Diambil 20% tulangan utama, As = 20% 2 1890 = 756 mm2
Tulangan geser
Gaya geser Vu = 96,03 kN
Syarat perlu tulangan geser :
Vu > Vc
1 1
Vc = 0,6 f ' c b d = 0,6 30 1000 1134,5
6 6
= 621391,242 N = 621,391 kN
a5
a7 a8
a6
a9
Gaya Vertikal
a.Beban mati akibat bangunan atas
P DL= 11012,98 kN
Momen akibat beban mati bangunan atas terhadap titik B
MDL = 11012,98 0,5 m = 5506,49 kNm
b Beban lalu lintas pada bangunan atas
Lt = 1250 kN
Momen akibat beban hidup pada bangunan atas terhadap titik B
MLt = 1250 0,5 = 625kNm.
Gaya horizontal
a. Gaya mendatar akibat gaya rem dan traksi ( Rt ) = 6,85 kN
Momen akibat gaya rem dan traksi terhadap titik B ( MRt )
MRt = 6,85 2,8 m = 19,04 KNm
b.Gaya mendatar akibat angin
Wt = 296,437 kN
Momen akibat angin terhadap titik B
Mwt = 296,437 2,8 = 830,024 kN.m
c. Gaya akibat gempa
Tabel. 5.32. Akibat gaya gempa
No Gp ( KN ) Y(m) Gp Y ( kN.m )
K1 PDL + Lt = 8803,818 2,80 24650,69
K2 AP = 1030,3 0,42 432,726
= 9834,118 = 25083,416
Tabel. 5.33. Total gaya dan momen yang bekerja pada badan pilar
Gaya V ( KN ) H ( KN ) M ( KNm )
P' u 13293280
= = 1,303
( Agr 0,85 f ' c ) ( 0,810.105 0,85 30 )
d = 40 mm
d = h - selimut beton - bagi - 0,5 25
= 1000 40 14 - ( 0,5 25 ) = 933,5 mm
d ' 40
= = 0,057 < 0,1
h 700
d'
maka digunakan = 0,1
h
Menurut gafik pada gambar 6.2a. buku GIPBB didapat :
syarat min max
r = 0,002 = 1,2
min = 0,004375
=r
max = 0,033
= 0,002 1,2
= 0,0024 maka digunakan min = 0,004375
Untuk lebar setiap meternya :
Tulangan pokok ( per meter lebar )
Astot = min Ag
= 0,004375 10 105
= 4750 mm2
As = As'
= 0,5 4750
= 2375 mm2
Dipakai tulangan rangkap As =As' =2 D19 150 (Ast = 2 1890 mm2)
Tulangan bagi
Diambil 20% tulangan utama, As = 20% 2 1890 = 756 mm2
Atau 0,15% luas beton, As = 0,15% 1000 1000 = 1500mm2
As = As'
= 756 mm2
Dipakai tulangan rangkap As = 2D14 200 (As = 770 mm2)
Tulangan geser
Gaya geser Vu = 96,03 kN
Syarat perlu tulangan geser :
Vu > Vc
1 1
Vc = 0,6 f ' c b d = 0,6 30 1000 933,5
6 6
= 511299,007 N = 511,299 kN
H
M
V
1200
300
600
W1
W2
Mn 13903,031 106
K = = = 0,414
b d 2 0,85 f' c 1000 1147,52 0,85 30
F = 1- 1 2 K = 1 1 2 0,414 = 0,828
0,85 30 600
= 0,75 0,85 = 0,0331
320 600 + 320
1,4 1,4
min = = = 0,004375
fy 320
fy 0,0331 320
F ( 0,828) > Fmak = max
=
0,85 f' c 0,85 30
= 0,415 gunakan tulangan rangkap
0,85 f ' c 0,85 30
As = F b d = 0,415 1000 1147,5
fy 320
= 37948,183 mm
Kontrol min :
As 37948,183
= = = 0,033
b d 1000 1147,5
min ( 0,0044< (0,033)) < mak ( 0,0331)....................gunakan
Tulangan Pokok
As = b d = 0,033 1000 1147,5 = 3798,25 mm
Tulangan tarik digunakan D25 100 (As = 4908,74 mm )
Tulangan tekan diambil 50 % tulangan tarik,
As' = 0,5 4908,74 = 2454,37 mm
Digunakan tulangan tekan D19 100 ( As= 2835,29 mm )
Tulangan Bagi
Diambil 20 % tulangan utama, As = 0,2 4908,74 = 981,75 mm
Tulangan Geser
Gaya lintang pada pile cap (Pmaks ) = W1 + W2 = 7,5 + 30 = 37,5 kN
Sayarat perlu tulangan geser : Vu > Vc
V 37500
Vu = = = 0,0326 N/mm = 0,0326 Mpa
b d 1000 1147,5
Menurut tabel 15 DDPBB untuk fc = 25 Mpa maka diperoleh : Vc = 0,50
Mpa
Karena Vu < Vc, maka tidak diperlukan tulangan geser.
Dipakai tulangan geser praktis D13 250
T u la n g a n u ta m a
T u la n g a n g e s e r D 25 - 100
D 13 - 250
T u la n g a n u ta m a
D 19 - 100
800
4000
167
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
= 49,0625 kg/cm2
qcu = qonus resistance rata rata 8D di atas ujung tiang
50 + 55 + 40 + 50 + 50 + 50 + 40 + 50
qcu =
8
= 48,125 kg/cm2
qcb = rata rata perlawanan conus setebal 4D di bawah tiang
= 50 kg/cm2
49,0625 426,8 125,6 2040
Pall = + = 58225,41 kg = 582254,1 N
3 5
168
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
(n 1)m + (m 1)n
E = 1 .... Sumber buku konstruksi beton 1 Ir Margaret,S
90 mn
dimana :
D 0,4
= tan-1 = tan-1 =
S 0,97
D = diameter tiang pancang = 40 cm
S = jarak antara tiang pancang = 0,97 m
n = jumlah tiang dalam baris x = 2 buah
m = jumlah tiang dalam baris y = 10 buah
22,41 (2 1)10 + (10 1)2
E = 1 = 0,6514
90 10 2
Pall 1 tiang dalam group = E Pall 1 tiang tunggal
= 0,6514 5822541,1 = 379273,3255 N
169
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
170
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
Y2= 244,37492+243,40272+242,43052+241,45832+240,48612
= 311,91
Gaya maksimum terjadi pada tiang pancang baris ke 8
P M . y10
P8 = + U 2
n Y
10822,785 3911,04 4,3749
= + = 94,77 kN
20 311,91
Gaya minimum terjadi pada tiang pancang baris ke 1
P M U . y8
P1 =
n Y 2
10822,785 3911,04 4,3749
= = 87,49kN
20 311,91
PH
A
La 90
B F
225
G
C
C M
Ld 225
D D H
225
225 I
E
Lp
171
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
B=3m
Ld = 1/3 Lp
Lp = panjang tiang pancang = 25 m
Ld = 1/3. 25 = 8,33 m 9 m
Kp = tan 2 45 +
2
17
= tan2 45 + = 1,826
2
= berat jenis tanah tergantung kedalaman tanah sesuai data
= sudut geser dalam tanah tergantung kedalaman tanah sesuai data
Kp= Koefisien tanah pasif
Perhitungan Diagram Tekanan Tanah
BF = .Kp . h1.B = 1,395 . 1,826 .0,9 . 3 = 6,87 t/m2
CG = .Kp . h2.B = 1,395 . 1,826 .3,15 . 3 = 24,07 t/m2
DH = .Kp . h3.B = 1,395 . 1,826 .5,4 . 3 = 41,26 t/m2
EI = .Kp . h4.B = 1,395 . 1,826 .7,65 .3 = 58,46 t/m2
172
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
PH =
(P 2 Lz) =
83,07 2 3,81
= 50 ton = 5.105 N
(0,5 + Ld + Lz) 0,5 + 8,33 + 3,81
= 5.105 N < PH max ( 1,51917.106 N ) .tidak aman
H
A
10 0,4 0,3
173
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
Rumus :
H ijin + N1.P sin H yang bekerja FS
dengan :
H ijin : gaya horisontal yang mampu ditahan oleh tekanaan tanah pasif
N : jumlah tiang pancang miring
[(P N 2 ) + N1 (P.cos )] V
dengan :
P : kemampuan tiang pancang vertikal dalam group
N1 : jumlah tiang pancang miring
N2 : jumlah tiang pancang vertikal
V : beban vertikal yang bekerja pada konstruksi
N = N1 + N2
20 = 10 + N2 N1 = 10 buah
[(P N 2 ) + N1 (P.cos )] V
(1,082.106 10 ) + 10 (1,082.106 cos 5,71 ) 1,51917.106
2,158.107 N 1,51917.106 N ( aman )
174
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
175
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
176
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
177
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
178
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
75 125 125 75
62,5
1
125
2
125
3
125
4
125
125
6
125
125
8
62,5
179
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
= 393,75
Gaya maksimum terjadi pada tiang pancang baris ke 8
V Mx. y8
P8 = +
n Y 2
10822,785 16466,183 4,375
= + = 45,113 k N
24 393,75
Gaya minimum terjadi pada tiang pancang baris ke 1
V Mx. y1
P1 =
n Y 2
10822,785 16466,183 4,375
= = 44,076 k N
24 393,75
5.4.2.2. Perhitungan pergeseran tanah akibat gaya lateral
PH
A
La 120
B F
225
G
C
C M
Ld 225
D D H
225
225
E I
Lp
B=4m
180
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
Ld = 1/3 Lp
Lp = panjang tiang pancang = 25 m
Ld = 1/3. 25 = 8,33 m 9 m
Kp = tan 2 45 +
2
17
= tan2 45 + = 1,826
2
= berat jenis tanah tergantung kedalaman tanah sesuai data
= sudut geser dalam tanah tergantung kedalaman tanah sesuai data
Perhitungan Diagram Tekanan Tanah
BF = .Kp . h1.B = 1,395 . 1,826 .1,20 . 4 = 12,23 t/m2
CG = .Kp . h2.B = 1,395 . 1,826 .3,45 . 4 = 35,15 t/m2
DH = .Kp .h3.B = 1,395 . 1,826 .5,7 . 4 = 58,08 t/m2
EI = .Kp . h4.B = 1,395 . 1,826 .7,95 .4 = 81 t/m2
181
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
PH =
(P x 2 x Lz) =
256,65 x 2 x 3,02
= 130,8 ton = 1,31.10 6 N
(0,5 + Ld + Lz) 0,5 + 8,33 + 3,02
= 1,31.106 N < PH max (1,519183.106 N ) .tidak aman
75 125 125 75
1 1
10
10
182
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
Dimana :
H ijin : gaya horisontal yang mampu ditahan oleh tekanaan tanah pasif
N : jumlah tiang pancang miring
P : daya dukung tiang pancang vertikal dalam group
H yang bekerja : total gaya horisontal yang bekerja
H ijin + N1.P sin H yang bekerja x FS
1,31.106 + Ni (1,082.106sin 5,71 ) 1,51917.106 1,25
N1 7,23 16 buah
183
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
75 125 125 75
62,5
A A
125
A A
125
A 25
A
A A 125
A A 125
A A 125
A A 125
62,5
A A
Keterangan :
: tiang pancang vertikal
A : tiang pancang miring
184
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
R2
L-a M1
R1
x
M2
L-2a
L
M M
185
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
1 1
M1= M2 = Mmax = q L2 = 425,728 252 = 5811,32 kgm
32 2
186
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
= 0,0181
min = 0,00583
min< < max
maks = 0,0726
Tulangan utama
Ast = .b.d.106 = 0,0181352352 = 2242,66 mm2
Dipakai tulangan 428 (Ast = 2463 mm2 )
187
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
188
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
I 428
400
428
POT I -I
b =
D max
=
( q.a ) + (1 / 2.q.L )
0,9 x1 / 4 .d 2
0,9 x1 / 4 .d 2
b =
(425,728 6,69) + (1 / 2 425,728 25)
0,9 1 / 4 3,14 0,4 2
= 72272,826 kg/m2 = 7,227 kg/cm2
b = 0 ,53 = 1600kg / cm 2
Ag fc
s = 0,45 1
Ac fy
1 / 4. .40 2 450
s = 0,45 1 = 0,0656
1 / 4. .30
2
2400
As = 2s Ac
189
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
= 2 0,0656 . 402
= 164,85 cm2
s = 2 Dc Asp/As
= 23,1440 .3,14.0,82/164,85 = 0,76 cm 6 cm
sehingga dipakai tulangan 8-60
sengkang pada ujung tiang dipakai 8-60
sengkang pada tengah tiang dipakai 8-100
828
8-60
8-100
828
8-60
190
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
2m
2m
2
]
Tanah merupakan tanah urugan, diambil tanah dengan data sebagai berikut :
t = 13,95 kN/m3.
= 170.
C = 9 kN/m2.
Ka = tg2 (45 - )
2
= tg2 ( 45 8,5 )
= 0,55
Dengan :
= berat isi tanah
= sudut geser
q = beban tetap
tegangan tegangan yang terjadi diambil pada h = 2 m ( maksimum )
191
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
1 = ( q Ka )
= ( 22 0,55 )
= 12,1 kN/m2.
2 = ( Ka h )
= ( 13,950,552 )
= 15,35 kN/m2.
Tekanan tanah aktif :
Pa = 2 2 + 12
= 15,35 2 + 12,12
= 39,55 kN.
Penulangan Wing Wall :
Tebal plat 250 mm
d diambil 210 mm
Mu = Pa 3,5
= 39,55 3,5
= 138,425 kNm
maka :
Mu
= 0,8 fy ( 1 0,588 fy/fc )
bd 2
138,425.10 6
= 0,8 3200 ( 1 0,588 3200/300 )
1000 x 210 2
1605,63 2 256 + 3,14 = 0
= 0,00733
syarat min max
min = 0,0032
max = 0,0404
maka digunakan = 0,00733
As = b d
= 0,00733 1000 210
= 1539,3 mm2.
192
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
Checking :
= As terpasang / (bxd)
Tulangan Pembagi
= 0,0025bd
= 0,00251000 210
= 525 mm2.
Faktor Regional
(3667 + 1200 + 688) 100%
Prosentase kendaraan berat = = 25,6 % < 30%
21709
Iklim II curah hujan > 900 mm/tahun
Kelandaian I < 6 %
Dari Daftar IV diperoleh :
Faktor Regional = 1,5
193
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
LEP = LHR x C x E
194
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
LEA = LHR x C x E
195
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
196
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
ITP = 12,5
197
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
Laston MS 744
10 cm
30 cm Batu
pecah
Sirtu
35 cm CBR 70 %
198
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
199
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
200
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Cibereum
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah
Perpustakaan Unika
BAB VI
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
Pasal 2
Normalisasi Standart Indonesia
N.I 2 . Peraturan Beton Indonesia 1971
NI Peraturan Baja Indonesia 2000
N.I 3 . Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia
N.I 5 . Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
N.I 7 . Syarat syarat Untuk Kapur Bahan Bangunan
N.I 8 . Semen Portland
N.I 10. Spesifikasi Untuk Batu Merah
Pasal 3
Pekerjaan Persiapan
3.1 Dalam waktu selambat lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kontrak ditanda
tangani, maka Pemborong wajib sudah melaksanakan persiapan persiapan
pekerjaan di lapangan sesuai dengan petunjuk Direksi.
3.2 Pembuatan direksi kit, barak barak pekerja, serta gudang gudang material
dan peralatan harus sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan.
3.3 Penyediaan air bersih baik itu untuk tenaga kerja maupun untuk pekerjaan
dilapangan, serta pengadaan penerangan disekitar lokasi proyek.
Pasal 4
Gambar gambar Pekerjaan
1.1 Gambar gambar rencana pekerjaan terdiri dari gambar bestek, gambar
detail dan gambar lainnya yang disampaikan kepada pemborong beserta
dokumen lainnya, kontraktor tidak berwenang mengubah gambar tersebut
tanpa persetujuan dari Pimpinan Proyek. Dan gambar tersebut tidak boleh
diberikan pada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan proyek atau
digunakan dengan maksud lain.
Pasal 6
Daerah Kerja
6.1 Areal tanah untuk daerah kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi tugas,
penggunaan daerah diluar yang disediakan menjadi tanggung jawab
kontraktor.
Pasal 7
Peralatan Kerja
7.1 Pemborong harus menyediakan peralatan dengan baik dan siap dipakai yang
diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.
7.2 Untuk seluruh pekerjaan ini Pemberi Kerja tidak menyediakan atau
meminjamkan peralatan kerja.
7.3 Kerusakan dan kehilangan alat alat dilapangan menjadi resiko sepenuhnya
pada kontraktor.
Pasal 8
Pengukuran
8.1 Pengukuran peil dan mutual check dilaksanakan oleh kontraktor dengan
menggunakan alat alat miliknya dan diawasi oleh direksi.
8.2 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur waterpass, theodolit
dan sebagainya dalam keadaan baik dan disetujui Direksi.
8.3 Tanda tanda patok harus dijaga dari perubahan posisi dan mudah dilihat,
apabila diperlukan bisa diadakan pengecekan ulang bila Direksi
menginginkannya.
8.4 Tanda patok ini dibuat dari kayu yang awet atau bambu yang dicat merah
ujungnya 0,6 cm, panjang 60 cm dan dimasukan kedalam tanah untuk
menjaga pergeseran patok dan jika diperlukan pada kai patok dicor.
8.5 Titik titik tetap (Bench Mark) dibuat dari beton dengan titik kuningan
sesuai standart yang digunakan. Untuk setiap bangunan yang memerlukan
peil, dibutuhkan sebuah Bench Mark. Pemasangan dan pembuatan Bench
Mark ini menjadi tanggungan kontraktor.
Pasal 9
Pekerjaan Pembersihan di lokasi
9.1 Sebelum pekerjaan dimulai, lokasi terlebih dahulu dibersihkan dari rumput
rumput, semak semak dan akar akar pohon.
9.2 Semua penebangan dan pembongkaran harus seijin Direksi dan
dilaksanakan sampai kedalaman tanah minimum 30 cm di bawah
permukaan tanah asli atau muka rencana.
9.3 Seluruh sisa penggalian yang tidak dapat dipakai untuk penimbunan
kembali seperti sisa penebangan, sisa semak dan rumput harus disingkirkan
sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan.
Pasal 10
Air Kerja
Pemborong harus menyediakan air kerja untuk keperluan bangunan ( tidak boleh
menggunakan air sungai ) , air minum dan lain lain dengan cara yang memenuhi
persyaratan.
Pasal 11
Pekerjaan Jalan dan Urugan Tanah
11.1 Pembangunan jalan menuju ke arah pembangunan jembatan harus
sekaligus sebagai rencana jalan masuk permanen.
11.2 Untuk pekerjaan urugan tanah, harus digunakan tanah yang baik dan
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
11.3 Timbunan tanah harus dipadatkan dengan mesin gilas paling sedikit 8 ton
dan dilakukan berkali- kali sampai Direksi menyatakan tanah padat sesuai
dengan test laboratorium atau sekurang kurangnya diadakan 10 kali
penggilasan.
11.4 Tanah yang dipakai sebagai timbunan harus dihancurkan terlebih dahulu
sehingga butir butirnya jadi sekecil mungkin dan sama sekali tidak
dibenarkan jika digunakan gumpalan gumpalan tanah atau bahan lain
tanpa seijin atau sepengetahuan Direksi.
Pasal 12
Pasal 13
Perancah
13.1 Perancah adalah konstruksi permanen yang mendukung acuan dan beton
muda yaitu sebelum beton mengeras mencapai kekuatan yang disyaratkan
dan sebelum beton mendapat bentuknya yang permanen. Apabila tidak
Pasal 14
Acuan Beton
14.1 Acuan beton/bekisting adalah konstruksi non permanen sebagai cetakan
pembentukan beton muda agar setelah mengeras mempunyai bentuk,
dimensi dan kedudukan sesuai dengan gambar rencana.
14.2 Bahan acuan dibuat dari bahan baja, kayu atau beton pracetak yang halus
permukaannya dan mudah dilepas sehinggga menghasilkan permukaan
beton yang rata.
14.3 Pembuatan acuan beton harus sesuai dengan gambar rencana dan detail
detailnya yang telah mendapat persetujuan dari Direksi.
14.4 Acuan beton harus dapat menahan getaran gataran yang disebabkan
oleh vibrator, dan hanya mengalami lendutan maksimum 3 mm atau
1/300 panjang bentang saat menahan beban maksimum.
14.5 Pada acuan beton sebelah dalam harus dilapisi multiplek atau plywood.
Acuan beton dibuat dari papan dengan kualitas tebal 3 cm dan sekur dari
kayu ukuran 5/7.
14.6 Sebelum proses pengecoran dilaksanakan maka bagian dalam acuan
beton diolesi dengan olie atau bahan lain yang memudahkan pelepasan
cetakan nantinya, bahan tersebut harus tidak menyebabkan kerusakan
beton yang dicor.
14.7 Pada acuan yang tegak dan bagian tipis harus dilaksanakan menurut
kemajuan pekerjaan dari bawah ke atas dengan satu sisi tertutup
bertahan, dimana harus memenuhi persyaratan pengecoran agar
pengecoran dapat dilakukan pada tinggi jatuh kurang dariu ketinggian
130 cm atau acuan tetap utuh tetapi proses perngecoran dilakukan dengan
bantuan pompa, pipa / selang dan vibrator agar proses pengisian beton
dapat merata dan padat.
Pasal 15
Syarat Syarat Bahan
Apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahakan untuk diiadakan
pemeriksaan pada bahan atau pada campuran bahan bahan yang dipakai dalam
pelaksanaan konstruksi bendung untuk menguji pemenuhan persyaratan oleh
pemborong.Pemeriksaan bahan bahan dan beton dilakukan dengan cara cara
yang ditentukan dan pemeriksaan tersebut harus disimpan oleh pemborong dan
apabila sewaktu waktu diminta oleh Direksi harus bisa menunjukkan selama
pekerjaan berlangsung sampai selama 2 tahun pekerjaan selesai.
15.1 Semen portland
a. Untuk konstruksi beton bertulang digunakan semen yang telah memenuhi
ketentuan ketentuan dan persyaratan yang sesuai dengan NI-3.
b. Apabila dipakai beton yang harus memenuhi persyaratan khusus maka
dapat menggunakan semen dengan jenis lain yang sesuai dengan sifat yang
diinginkan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan dalam NI-8.
Dalam hal ini pihak pemborong harus meminta pertimbangan pada pihak
Direksi.
c. Untuk beton mutu K 225 dan mutu lebih tinggi, jumlah semen yang
dipakai dalam setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi,
Pengukuran semen,tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.
15.2 Agregat Halus
a Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami hasil disintegrasi
alami batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat alat
pemecah batu, sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
b. Agregat halus terdiri dari butir butir yang tajam dan keras. Butir butir
halus bersifat kekal artinya tidak mudah pecah atau hancur akibat
pengaruh pengaruh cuaca.
c. Agregat halus harus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, yang
dimaksud dengan lumpur adalah partikel yang bisa lolos dengan ukuran
ayakan 0,063 mm. Bila melebihi 5% maka agregat halus harus dicuci.
d. Agregat halus harus tidak boleh mengandung bahan bahan organik
terlalu banyak yang dibuktikan dengan percobaan larutan NaOH. Agregat
halus yang tidak memenuhi percobaan ini dapat dipakai juga dengan
syarat kekuatan adukan agregat tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi
dicucui hinggga bersih dengan air pada umur yang sama.
e. Agregat halus harus terdiri dari butir butir yang sama besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
1. Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% sampai
95%berat .
2. Sisa ayakan diatas saringan 5 mm, harus minimum 2% dari berat.
3. Sisa ayakan diatas saringan 1 mm, harus minimum 10% dari
berat.
f. Agregat Halus untuk campuran aspal
2. Dalam keadaan apapun pasir alam yang kotor dan berdebu serta
mengandung partikel halus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari
8 % atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut
AASHTO T-176, tidak boleh digunakan.
1. Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, abu terbang, semen
portland atau bahan mineral nonplastis lainnya. Bahan ini juga
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
2. Bahan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan, dan bila
diuji dengan pengayakan basah harus mengandung bahan yang
lolos saringan 75 mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
Pasal 16
Pengadukan, Pengangkutan dan Pengecoran Beton
16.1 Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dari pengadukan sampai
perawatannya, hendaknya sesuai dengan ketentuan dan persyaratan SNI.
16.2 Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton sebaiknya dilakukan
pada cuaca yang baik, bila hari sedang hujan atau panasnya sedang terik,
maka harus dilakukan usaha untuk melindungi alat alat pengadukan
tersebut sehingga dapat menjamin bahwa air semen tidak akan berubah
sehingga mempengaruhi mutu beton.
16.3 Direksi dapat menunda pengecoran apabila berpendapat keadaan tidak
memungkinkan dan tidak dapat dijadikan alasan bagi pemborong untuk
mengklaim atas keputusan tersebut.
16.4 Alat pengaduk semen harus dirawat dan terbebas dari gumpalan
gumpalan material beton sisa yang mengeras. Direksi akan mengontrol
pada setiap permulaan pengecoran.
16.5 Pengadukan harus menghasilkan adukan yang homogen, dan penakaran
material material beton harus teliti sesuai dengan mix design yang telah
disetujui oleh Direksi.
16.6 Waktu aduk dari bahan tersebut adalah tidak kurang dari 1,5 menit
dihitung dari pemasukan semua material beton termasuk air. Untuk
kapasitas adukan beton 1 m3 maka waktu aduk bisa diperpanjang dengan
persetujuan Direksi.
16.7 Putaran dari mesin pengaduk harus dikontrol kecepatan dan
kontinuitasnya sesuai dengan rekomendasi pabrik.
16.8 Harus disediakan mesin pengaduk lebih dari satu untuk lebih berfungsi
sebagai reserved mixer serta dapat ikut melayani pada beban puncak
kebutuhan adukan per satuan waktu.
16.9 Beton yang sudah mengeras atau rusak tidak boleh diaduk lagi, dan harus
dibuang agar tidak mengurangi mutu beton serta memperlambat
pengecoran.
16.10 Pengangkutan campuran beton yang sudah jadi dari tempat pengadukan
menuju ke cetakan beton harus dijaga dari timbulnya segregasi dan
pengurangan air semen yang akan mengurangi mutu beton jadi.
16.11 Pengangkutan harus secara Continue sehingga tidak terjadi pemisahan
antara beton yang sudah dicor dengan yang baru dicor, atau terjadinya
pengikatan yang kurang sempurna.
16.12 Penggunaan talang untuk jalur adukan pengecoran harus mendapat
persetujuan dari Direksi dan harus dilihat panjang talang serta kontinuitas
pemasokan.
16.13 Adukan beton harus dicor dalam waktu satu jam setelah pengadukan air
dimulai, jangka waktu ini termasuk transportasi ke lokasi. Dengan
pengadukan mekanis dapat memperpanjang waktu dua jam setelah
Pasal 17
Pemadatan
17.1 Selama pelaksanaan dan sesudah pengecoran berlangsung, beton harus
dipadatkan dengan alat pemadat dengan alat pemadat ( internal atau
external vibrator ) mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara
pemadatannya dengan tenaga manusia.
17.2 Alat pemadatan mekanis yang digunakan harus mampu menmberikan
getaran paling tidak 5000 getaran per menit, dan berat efektif sebesar
0,25 kg.External vibrator harus dilaksanakan sedemikian rupa pada acuan
sehingga akan menghasilkan getaran mendatar.
17.3 Bila lebih dari satu alat yang digunakan, jaraknya harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menyebabkan peredaman getaran alat lainnya.
Pasal 18
Pengecoran Beton Dalam Air
18.1 Peralatan yang digunakan untuk pengecoran di dalam air terlebih dahulu
diketahui dan disetujui oleh Direksi sebellum pekerjaan dimulai.
18.2 Cofferdam harus cukup rapat, sedemikian rupa hingga bisa mencegah arus
air yang mengganggu peletakkan beton muda. Selama pelaksanaan
pengecoran, pemompaan air tidak diperbolehkan. Beton harus dicor secara
kontinu,atau harus diusahakan selalu datar sampai dicapai homogenitas
beton secara keseluruhan,untuk menjamin sifat kedap air.
18.3 Penyambungan pengecoran, setelah beton yang dicor terdahulu mengeras,
harus mendapat perbaikan khusus sehubugan sifat kedap air tersebut.
Pasal 19
Perawatan Beton
19.1 Pada umumnya beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap
hujan dan panas matahari, serta kerusakan kerusakan lainnya yang
disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sampai beton telah menjadi keras.
Permukaan beton harus diusahakan dalam kondisi lembab,dengan cara
menutupi dengan karung basah, pasir basah, atau menggenanginya dengan
air, sampai selama waktu perawatan.
19.2 Setelah pekerjaan lantai aus selesai, dan sesudah beton mulai mengeras
permukaannya harus ditutupi dengan karung basah dan bahan lain yang
sejenis, diusahakan agar tetap lembab, dengan tiap kali menyiramkan air
sampai beton mengeras dengan sempurna. Permukaan itu kemudian
ditutup dengan pasir paling tidak setebal 5 cm, secepatnya hal ini
dilakukan, pasir ini harus dijaga agar tetap lembab, paling tidak selama 14
hari dan dibiarkan demikian selama 21 hari. Lalu lintas baru dapat
diijinkan melewatinya sesudah berumur 28 hari atau sampai waktu yang
ditentukan Direksi.
19.3 Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak memakai bahan bahan
pembantu lainnya, diusahakan pembasahan untuk selama minimum 7 hari.
19.4 Beton yang dibuat dengan menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana kekuatan minimum
khusus test beton dari macam yang sama dengan berumur 28 hari.
Pasal 20
Pembongkaran Acuan dan Perancah
20.1 Perancah dan acuan tidak boleh dibuka, kecuali Direksi telah
menyetujui.Pada umumnya perancah dan acuan dapat dibongkar setelah
beton berumur 3 minggu.
20.2 Harap diberi perhatian pada sistim konstruksi balok menerus, atau
beberapa tumpuan , dimana pembongkaran perancah apalagi tidak
diperkirakan atas mekanika dari keseluruhan sistim, akan menyebabkan
pembebanan pada konstruksi melebihi dari yang diperhitungkan terhadap
beban rencana.
Pasal 22
Pembesian
22.1 Besi yang akan digunakan sebagai tulangan hendaknya sesuai dengan yang
tertera pada gambar rencana. Besi tersebut hendaknya bersih, bebas dari
kotoran, karat, minyak, cat, lumpur atau bahan - bahan lain yang
menempel.
22.2 Besi tulangan hendaknya disimpan dalam tempat yang terlindung, ditumpu
agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak
karena pengaruh cuaca.
22.3 Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan secara
hati-hati. Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi
menentukan lain dan itupun harus dilakukan dengan temperatur serendah
mungkin.
22.4 Penempatan besi tulangan harus secermat mungkin sesuai dengan gambar
rencana, dipegang teguh pada posisinya dan didudukkan pada landasan
dari adukan semen berukuran 5 x 5 x 3 cm dengan campuran 1 PC : 3 Ps,
dan diikat antara satu dengan yang lain dengan kawat baja.
22.5 Sebaiknya tulangan tidak disambung pada seluruh panjang yang
dibutuhkan. Sambungan yang dilakukan harus sesuai pada tempat yang
tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin pengawas Direksi.
22.6 Tulangan tidak boleh didudukkan pada bahan metal atau didudukkan
langsung pada acuan yang menyebabkan bagian besi langsung
berhubungan dengan udara luar.
Pasal 23
Baja Bangunan
Pekerjaan ini meliputi konstruksi baja dan bagian konstruksi baja dari composite
structure, konstruksi harus kokoh dan pantas menurut gambar rencana baik
elevasi, ukuran dan bentuk atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan ini termasuk penyelesaian, pengolahan di pabrik pemasangan dan
pengecatan dari konstruksi baja seperti yang ditentukan di dalam spesifikasi ini
atau didalam gambar rencana juga termasuk dalam pekerjaan ini, paku keeling,
penjelasan, baja spesial dan baja campuran, metallic electrodes, baja tempaan dan
baja lain yang dibutuhkan menurut spesifikasi ini dan gambar rencana.
Material material yang dipakai harus mengikat ketentuan ketentuan yang ada
dibawah ini :
23.1 Baja Konstruksi
Baja konstruksi, batang batang baja harus mengikuti ketentuan
ketentuan SNI.
23.2 Baut dan Mur
Baut dan Mur harus menurut syarat-syarat ASTM A.307, dengan kepala
berbentuk segi enam.
Pasal 24
PEKERJAAN ELASTOMER
24.1 Perletakan jembatan yang digunakan ialah dari jenis Laminated Rubber
Bearing dari type Non-Anchored Rubber Bearing dengan tebal 101 mm.
24.2 Pada saat pemasangan perletakan harus bersih, kering dan datar. Toleransi
pemasangan perletakan tidak boleh lebih besar dari 0,002 radian atau 2
mm per 1000 mm arah mendatar.
24.3 Perletakan elastomeric dapat digunakan apabila beban mati tidak melebihi
35 kg/cm atau kombinasi beban mati dan kejut tidak melebihi 56 kg/cm.
24.4 Lendutan yang terjadi di bawah kombinasi pembabanan tidak boleh
melebihi 15 % dari tebal perletakan elastomeric.
Pasal 25
Drainase
25.1 Lubang lubang drainase dengan diameter sekurang kurangnya 7,5 cm
harus diadakan pada semua kepala jembatan, dinding sayap, dan dinding
penahan dari beton atau pasangan batu kali yang memakai adukan semen.
Kecuali dinyatakan lain pada gambar rencana, maka lubang- lubang
drainase tersebut harus ditetapkan pada jarak yang merata, yakni berselang
1,5 m, dan diletakkan sedikit di atas peil pembuangan air.
25.2 Pekerjaan tidak dibayar tersendiri tetapi merupakan bagian dari pekerjaan
tembok atau beton konstruksi kepala jembatan,peir, tembok penahan tanah
atau pelindung erosi.
Pasal 26
Pasangan Batu Kosong
26.1 Batu dipasang tegak lurus dengan permukaan, agar kedudukan batu batu
kuat dalam pemasangannya dan diatur sedemikian rupa sehingga
permukaan batu rata.
26.1 Pertemuan antara batu satu dengan yang lainnya saling beriringan dan
tidak boleh ada tanahnya.
Pasal 27
Sandaran
27.1 Sandaran harus dipasang vertikal kecuali dinyatakan lain pada gambar
rencana dan harus sesuai dengan garis serta landai seperti tertera pada
gambar rencana dan tidak memperlihatkan penyimpangan bentuk pada
bangunan atas jembatan. Sandaran tidak diperkenankan untuk dipasang
sebelum bangunan atas jembatan selesai dibuat, kecuali ditentukan lain
oleh Direksi.
27.2 Sandaran harus dibuat dengan teliti sebelum dipasang permanen untuk
menjamin keserasiannya terhadap sambungan sambungan yang
berdampingan serta sambungan lapangan. Pekerjaan las lapangan dapat
diganti menjadi sambungan paku keling bila disetujui oleh Direksi. Tidak
diperkenankan memasang sandaran dari beton sebelum perancah untuk
bentangan itu dilepas, agar bentangan tersebut dapat memikul sendiri.
Pasal 28
Talang Air Jembatan
Talang air jembatan adalah pipa air, yang terpasang pada stuktur dengan maksud
untuk mengalirkan air. Talang air jembatan harus dibuat sesuai dengan gambar
rencana atau petunjuk Direksi. Apabila tidak ditentukan lain maka pipa yang
digunakan minimum diameter 2 "( 5 cm). Jarak pemasangan maksimum berselang
5 m dan harus ditempatkan sedemikian rupa agar cepat mengalirkan air hujan dari
permukaan lantai jembatan. Ujung bawah talang air jembatan hendaknya lebih
panjang 10 cm terhadap permukaan bawah gelagar jembatan agar percikan air
tidak mengenai gelagar. Pekerjaan pekerjaan lain yang perlu, agar talang -
talang air tidak berkarat harus telah dilakukan dengan sempurna termasuk
pengecatan, pelaburan dengan asphalt dan cara cara lain yang ditentukan oleh
Direksi.
Pasal 29
memperhatikan syarat syarat konstruksi seperti tersebut pada spesifikasi ini dan
syarat syarat keamanan dalam bidang kelistrikan seperti standard- standard yang
dikeluarkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
Pasal 32
Pondasi Tiang Pancang
32.1 Diharuskan menggunakan tiang pancang dengan panjang sesuai dengan
yang direncanakan , dan tidak satu tiangpun disambung atau
diperpanjang tanpa persetujuan Direksi. Kalau tidak disebutkan adanya
tiang percobaan pada gambar rencana, semua tiang dapat dicor atau
disediakan dengan panjang yang sesuai seperti tertera pada gambar
rencana.
32.2 Bilamana peil akhir kepala tiang tiang berada di bawah permukaan tanah
maka galian galian harus terlebih dulu dilaksanakan sebelum tiang-tiang
pancang.
32.3 Mengurangi secara minimum pengrusakan yang terjadi pada tiang.
32.4 Tiang-tiang pancang harus dipancang secara sentris dan harus secara
efisien diarahkan dan ditahan pada posisi yang betul.
32.5 Tiang-tiang harus dipancang dengan pergeseran yang tidak melebihi 2 %
dari kemiringan yang ditetapkan, dan pergeseran maksimum kepala tiang
dari posisi pada gambar rencana tidak boleh besar dari fokus.
32.6 Bila suatu tiang pecah terbelah pada saat pemancangan , atau menjadi
rusak atau keluar dari posisi melebihi batas batas tersebut di atas, maka
tiang tersebut harus dicabut, pada saat itu juga, dan diganti dengan tiang
yang baik atau bila tidak rusak, dipancang kembali dalam toleransi posisi
yang tersebut di atas. Bila tidak mungkin untuk memancang kembali tiang
itu pada posisi aslinya, maka harus dipancang sedekat mungkin ke posisi
itu, atau oleh Direksi diperintahkan untuk memancang tiang tambahan.
32.7 Tiang harus dipancang sehingga tidak mau masuk lagi, atau hingga
penetrasi tertentu, sesuai dengan pancang yang digunakan berdasarkan
atau stempel yang kaku, untuk menjamin tertahannya tiang pada saat
pemancangan, kecuali dengan persetujuan Direksi, penghantar akan dibuat
cukup panjang, sehingga tidak diperlukan lagi penyambung, kecuali bila
tiang pancang dipancang di dalam air.
32.14 Jenis tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang bertulang
dengan ukuran penampang dimeter 45 cm, panjang 12 m. Pabrikasi tiang-
tiang beton bertulang dilaksanakan sesuai dengan bagian II dari spesifikasi
ini.
32.15 Acuan samping dapat dibuat setelah pengecoran beton berselang 24 jam,
tetapi seluruh tiang itu tetap didukung di tempat dan tidak boleh
mengalami tegangan karena pemindahan selama jangka waktu sekurang-
kurangnya 7 hari setelah pengecoran beton,atau lebih lama bila
dikehendaki oleh Direksi.Tiang tiang yang telah selesai harus tidak
mempunyai bagian yang keropos, atau kekurangan lainnya, dan harus
berbentuk seperti yang disyaratkan . Tiang tiang harus berada dalam
keadaan basah dan terlindung selama sekurang-kurangnya 7 hari setelah
dicor. Kecuali ditetapkan lain oleh Direksi, tiang-tiang tidak
diperkenankan untuk dipancang sampai beton berumur 28 hari setelah
dicor. Kalau tiang-tiang diangkat atau digeser, tiang tersebut harus
didukung pada titik seperempat panjangnya atau menurut cara yang
disetujui oleh Direksi.
32.16 Setiap harus ditandai tanggal pengecoran dan panjangnya, ditulis dengan
jelas dekat dengan kepala tiang.Kontraktor dapat memilih untuk memakai
semen yang cepat mengeras untuk membuat tiang-tiang itu.
Pemberitahuan tertulis harus diberikan mengenai maksud penggunaan
semen semacam itu, dan merk dari semen yang diusulkan itu perlu
dinyatakan. Semen tersebut tidak dapat digunakan sampai ada persetujuan
dari Direksi dan masa perlindungan dan perawatan sebelum dipancang
akan ditetapkan oleh Direksi.
32.17 Memperpanjang tiang harus dilaksanakan sebagai berikut :
Pasal 33
3 100
1,5 60 90
1,0 46 78
40 70
3/8 24 56
no 4 6 36
no 30 2 22
no 40 2 18
no 200 0 - 10
Pasal 34
Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat ) dan Lapis Pengikat
34.1 Prime coat digunakan pada permukaan yang akan dilapusi adalah bahan
non bitumen, sementara tack coat akan digunakan pada permukaan
bitumen.
34.2 Bahan penyerap untuk lapis resap pengikat harus berupa pasir bersih dan
kering , bebas dari setiap zat organik sedangkan bahan untuk lapis
pengikat adalah berupa aspal emulsi sesuai dengan AASHTO M 140.
34.3 Pelaksanaan :
a. Persiapan permukaan yang akan dilapisi yaitu sebelum menggunakan
bahan bitumen semua butiran yang lepas, kulit permukaan dan bahan
lain yang tidak dikehendaki harus dibuang dari permukaan.
b. Angka dan temperatur penggunaan bahan bitumen pada umumnya
ditetapkan harus berada dalam batas sebagai berikut :
Lapis resap pengikat : 0,4 1,0 l/m2
Lapis Pengikat : 0,25 0,45 l/m2
Temperatur bahan bitumen yang akan disemprotkan harus
sebagaimana diarahkan oleh engineer dengan menghasilkan viskositas
yang ditetapkan.
c. Bila bahan digunakakan untuk lebih dari 2 jalur, maka harus
diperhatikan sambungan memanjang untuk menghentikan suatu
kelebihan atau kekurangan bahan disebabkan kesalahan lapisan
tumpang tindih. Lebar lapisan tumpang tindih 30 100 mm.
Pasal 35
Percobaan Pembebanan Pondasi Tiang Pancang
35.1 Pekerjaan ini meliputi percobaan pembebanan vertikal diatas 2 ( dua )
buah pondasi tiang pancang yang telah selesai dikerjakan.
35.2 Volume pekerjaan bisa bertambah sesuai dengan permintaan Direksi dan
diperhitungkan sebagai pekerjaan tambahan.
35.3 Percobaan pembebanan menggunakan metode kentledge system dengan
mengikuti syarat syarat yang disebut dalam ASTM 1143 1981.
35.4 Besarnya pembebanan maksimum adalah 2 kali kapasitas tiang.
35.5 Penurunan maksimum adalah 25 mm sebagai penurunan kotor dikurangi
perpendekan elastis dari tiang.
35.6 Jack untuk loading test harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum
digunakan dan minimal harus menunjukkan ketelitian 95 %.
35.7 Pembebanan yang diberikan adalah 2 kali kapasitas tiang yang diberikan
secara bertahap:
a. Tahapan pembebanan
Urutan peningkatan dari pemberian beban adalah sebagai berikut :
12,5 % - 25 % - 37,5 % - 62,5 % - 75 % - 87,5 % - 100 % 112,5 % -
137,5 % - 150 % - 162,5 % 175 % 287,5 % 200 % 150 % 100
% 60 % 0 %.
b. Setiap tahapan beban dilakukan selama 10 menit. Pembacaan pertama
dilakukan secepatnya dan pembacaan berikutnya setiap interval 2,5
menit. Laporan percobaan pembebanan berupa grafik yang
menunjukkan hubungan kerja kurva beban terhadap settlement, harus
dibuat dan diserahkan oleh Kontraktor kepada Direksi.
c. Laporan di atas dilengkapi dengan data data.
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Peningkatan ekonomi suatu daerah akan berimbas pula pada sarana dan
prasarana dari transportasi. Proses transportasi yang lancar akan menunjang
tingkat mobilitas yang tinggi. Untuk mendapatkan tingkat mobilitas yang tinggi
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Demikian pula yang terjadi di
daerah Kabupaten Cilacap, tepatnya didaerah Cibereum ruas jalan Kaliwungu
Cisumur. Semakin banyaknya jumlah kendaraan berat yang melewati daerah
tersebut akan semakin banyak pula permasalahan kemacetan yang ditimbulkan.
Pembuatan prasarana baru yang tepat untuk mengatasi segala permasalahan
permasalahan diatas. Hal ini disebabkan karena Jalur Selatan Pulau Jawa sekarang
ini semakin padat dan lebar jalannya relatif sempit. Sehingga perlu dipikirkan
jalur alternatif sebagai jalan bantu untuk jalan bantu untuk kendaraan ringan
sehingga masalah kemacetan didaerah Jalur Selatan tepatnya di daerah Sidareja
dapat diatasi oleh jalur alternatif ini.
8.2 Saran
Lokasi proyek yang terletak didaerah rawa rawa, sehingga di perlukan
alat bantu khusus pada waktu pelaksanaan erection jembatan rangka baja yang
melewati sungai Cibereum. Sedangkan lalu lintas didaerah tersebut tidak terlalu
padat sehingga diambil jalan alternative terdekat yang menuju ke jembatan bantu.
256
Arief Prasetiyo 04.12.0007
Arif Prehardiyanto 04.12.0022
Perpustakaan Unika
DAFTAR PUSTAKA
Kedalaman Penggerusan berdasarkan tabel yang diambil dari DPU Bina Marga
Formula Lacey :
Keterangan : L = Bentang jembatan
Untuk
W = Lebar alur sungai
0, 6
L
L <W d = H H = Tinggi banjir rencana
W
Q = Debit maksimum
F = Faktor lempung
Untuk
0 , 333
Q
L > W d = 0,473
f
Perpustakaan Unika
Variasi Perbandingan
No Jenis Bangunan Atas Penampilan
Bentang H /L Tipikal
A Konstruksi Kayu :
1 Jembatan balok dengan lantai
5 20 m 1 / 15 Kurang
urug atau lantai papan
2 Gelagar kayu gergaji dengan
5 10 m 1/5 Kurang
papan lantai
3 Rangka lantai atas dengan
20 50 1/5 Kurang
papan kayu
4 Gelagar baja dengan lantai
5 35 1/17 1/30 Kurang
papan kayu
Perpustakaan Unika
Konstruksi Baja
1 Gelagar baja dengan lantai plat
5 25 1/25 1/27 Kurang
baja
2 Gelagar baja dengan lantai
15 50
beton komposit (bentang 1 / 20 Fungsional
35 90
Sederhana dan menerus)
3 Rangka lantai bawah dengan
30 100 1/8 1/11 Kurang
plat beton
4 Rangka Baja Menerus 60 150 1 / 10 Baik
Tahun PDRB
( Juta Rupiah )
2004 2.206.677,43
2005 2.292.319,37
2006 2.368.852,81
2007 2.443.296,62
Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Cilacap
Perpustakaan Unika
a. Analisis Aritmatik
Rumus dasar Metode Aritmatik :
Pn = Po + nr
Dari data di atas diperoleh
Po = Jumlah penduduk pada tahun 2003 = 1.700.635
Pt = Jumlah penduduk pada tahun 2002 = 1.660.245
to = 2003
tt = 2000
(Po Pt ) (1.700.635 1.660.245)
r = =
(t o t t ) (2003 2000)
r = 13.463,333
b. Analisis Geometrik
Rumus dasar Analisis Geometrik :
Pn = Po ( 1 + r )n
Dari data di atas diperoleh :
Po = 1.700.635
r1 = (24.779 : 1.660.245) x 100 %
r2 = (7.239 : 1.685.024) x 100 %
r3 = (8.372 : 1.692.263) x 100 %
r = (r1 + r2 + r3) / 3 = 0,806 %
Maka diperoleh persamaan geometrik :
Pn = 1.700.635 ( 1 + 0.00806 )n
Perpustakaan Unika
Analisis Analisis
No N Tahun
Aritmatik Geomerik
1 0 2003 1.700.635,000 1.700.635,000
2 1 2004 1.714.098,333 1.714.335,434
3 2 2005 1.727.561,667 1.728.146,239
4 3 2006 1.741.025,000 1.742.068,305
5 4 2007 1.754.488,333 1.756.102,529
6 5 2008 1.767.951,667 1.770.249,813
7 6 2009 1.781.415,000 1.784.511,068
8 7 2010 1.794.878,333 1.798.887,213
9 8 2011 1.808.341,667 1.813.379,174
10 9 2012 1.821.805,000 1.827.987,882
11 10 2013 1.835.268,333 1.842.714,280
12 11 2014 1.848.731,667 1.857.559,314
13 12 2015 1.862.195,000 1.872.523,641
14 13 2016 1.875.658,333 1.887.609,124
15 14 2017 1.889.121,667 1.902.815,834
16 15 2018 1.902.585,000 1.918.145,051
17 16 2019 1.916.048,333 1.933.579,761
18 17 2020 1.929.511,667 1.949.174,958
19 18 2021 1.942.975,000 1.964.877,647
20 19 2022 1.956.738,333 1.980.706,838
21 20 2023 1.969.901,667 1.996.663,550
22 21 2024 1.983.365,000 2.012.748,811
23 22 2025 1.996.828,333 2.028.963,655
Perpustakaan Unika