Asuhan Keluarga Dengan Penyakit DM
Asuhan Keluarga Dengan Penyakit DM
KONSEP DASAR
DIABETES MELlITUS
1. PENGERTIAN
Adalah suatu penyakit kronik yang komplek disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan membran
electron (Nasrul Effendy, 1994 : 111).
2. KLASIFIKASI
Menurut Soeparman klasifikasi Diabetes Mellitus :
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) / Tipe I
Dikenal dengan Diabetes Mellitus ketergantungan insulin, penggolongan Diabetes
Melitus ini didasarkan atas faktor keturunan (genetik) sebagai pemegang peranan penting
dalam menentukan kecenderungan mengidap penyakit ini, Penyakit ini sering terjadi pada
individu di bawah usia 30 tahun dan mengalami kekurangan insulin akibat kerusakan sel-sel
beta pancreas
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus / Tipe II
Terjadi kekurangan insulin relatif karena resisten terhadap insulin atau penurunan
sensitivitas jaringan, penderita dengan tipe II ini dapat mengalami kadar insulin normal,
sedikit tertekan atau meningkat dan biasanya tidak membutuhkan insulin untuk mengontrol
hiperglikemia.
c. GTG ( Gangguan Toleransi Glukosa)
Gangguan Toleransi Glukosa biasanya tanpa gejala, kadar gula puasa lebih dari 120 mg
% 2 jam PP, lebih dari 140-200 mg %, normalnya kadar gula 70-110 mg %
d. Diabetes Melitus Gestasi (Gestational Diabetes Mellitus)
Yaitu Diabetes Melitus yang terjadi pada saat kehamilan, menentukan Diabetes Mellitus
Gestasi dengan TGO (Test Glukosa Oral), 100 gr setelah 1 jam PP 105, 2 jam PP 165 mg %,
3 jam PP 145 mg %
3. ETIOLOGI
a. Kelainan dari fungsi jumlah sel beta yang bersifat genetik / menurun
b. Fungsi yang merubah integritas sel beta :
1) Infeksi
2) Obesitas
3) Kehamilan
c. Gangguan sistem imun
1) Auto imunitas disertai pembentukan sel-sel antibodi anti pankreas yang menyebabkan
kerusakan sel pankreas.
2) Peningkatan kepekaan terhadap sel-sel beta oleh virus.
3)
4. PATOFISIOLOGI
Dalam proses pencernaan yang normal, karbohidrat dari makanan diubah menjadi
glukosa, yang berguna sebagai bahan bakar atau energi bagi tubuh manusia. Hormon insulin
mengubah glukosa dalam darah menjadi energi yang digunakan sel. Jika kebutuhan energi
telah mencukupi, kebutuhan glukosa disimpan dalam bentuk glukogen dalam hati dan otot
yang nantinya bisa digunakan lagi sebagai energi setelah direkonvensi menjadi glukosa lagi.
Proses penyimpanan dan rekonvensi ini membutuhkan insulin. Insulin adalah hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang mengurangi dan mengontrol kadar gula darah sampai
pada batas tertentu.
Diabetes Mellitus terjadi akibat produksi insulin tubuh kurang jumlahnya atau kurang
daya kerjanya, walaupun jumlah insulin sendiri normal bahkan mungkin berlebihan akibat
kurangnya jumlah atau daya kerja insulin. Glukosa yang tidak dapat dimanfaatkan oleh sel
hanya terakumulasi di dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Gula yang tidak dikonvensi
berhamburan di dalam darah, kadar glukosa yang tinggi di dalam darah akan dikeluarkan
lewat urine, tingginya glukosa dalam urine membuat penderita banyak kencing (polyuri),
akibatnya muncul gejala kehausan dan keinginan minum yang terus menerus (polydipsi) dan
gejala banyak makan (polypasia), walaupun kadar glukosa dalam darah cukup tinggi, tetapi
tidak bisa dimasukkan dan dimanfaatkan oleh sel sel tubuh
6. PENATALAKSANAAN
Dalam jangka pendek penatalaksanaan Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghilangkan
keluhan atau gejala Diabetes Mellitus. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi.
Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin.
Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu perencanaan:
a. Makanan (diet) => Perencanaan makan (Meal Planning).
Hendaknya mengikuti pedoman 3J (jumlah, jadwal, jenis), yaitu :
1). J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
2). J2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan waktu.
3). J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk pantang buah golongan A
(mangga, nangka, rambutan, sawo, sirsak, nanas, anggur, duku, durian, jeruk manis). Batasi
mengkonsumsi sumber karbohidrat seperti lontong, roti, ubi talas, singkong, sagu, bihun, mie.
Sama sekali hindari gula murni serta makanlah makanan yang mengandung banyak serat
seperti : sayuran bayam, daun singkong, daun pepaya.
b. Latihan fisik / olah raga
Latihan fisik dapat dilakukan tiga sampai empat kali seminggu selama 30 menit. Olah
raga yang menjadi pilihan adalah jalan kaki, renang, bersepeda. Bagi penderita yang dirawat
di rumah sakit dianjurkan latihan ringan teratur setiap hari pada saat 1 jam sesudah makan
dengan gerakan ringan di tempat tidur.
c. Jaga kulit dari cedera
Menjaga kulit dari cedera terutama bagian kaki seperti (memakai alas kaki, berhati-hati saat
memotong kuku, hindarkan luka / trauma, menggunakan sepatu yang agak longgar).
d. Memantau kadar gula darah
e. Pengobatan
f. Perawatan luka
7. KOMPLIKASI
Menurut serangannya dapat dibagi:
a. Akut.
1) Koma hipoglikemi.
2) Ketoasidosis.
3) Koma hiperosmolar non ketotik.
b. Kronik.
1) Makrongiopati dan mikrongiopati.
2) Neuropati diabetik.
3) Rentan infeksi: TBC, ginggivitis, ISK.
4) Kaki diabetik.
Gangren basah, merupakan akibat penutupan arteri yang mendadak terutama pada
anggota bawah di mana aliran darah sebelumnya mencukupi, misalnya terjadi emboli yang
akut. Daerah yang terkena berbercak-bercak dan bengkak. Kulit kerap kali menjadi melepuh
dan menjadi port d entre, infeksi kerap kali terjadi supra infeksi, bisa terjadi melalui daerah
yang baru saja mengalami epidermophyyosis. Sifat khas pada gangren basah sebagian
disebabkan oleh infeksi sehingga terdapat beberapa tingkatan infeksi kemerahan,
pembengkakan dan edema yang progresif di atas daerah yang terkena pada jaringan yang
nekrotik oleh karena pembentukan gas oleh mikroorganisme meskipun bukan merupakan
faktor utama. Ganggren circulatoir pada penderita diabetes, baik berbentuk basah maupun
kering dapat mengalami infeksi oleh karena jaringan tersebut rentan. Pada umumnya, proses
septik menjadi dominan, sehingga gangren dan nekrose menjadi lebih luas daripada
kegagalan aliran darah itu sendiri. Diabetik ganggren menjadi istilah untuk menandai bahwa
infeksi memegang peranan penting dan menonjol.
Menurut organ yang diserangnya
a. Kardiovaskular : hipertensi, Infark miokard.
b. Mata : retinopati, katarak.
c. Syaraf : neuropati.
d. Paru paru : TBC.
e. Kulit : gangren, ulkus.
f. Hati : sirosis hepatic.
8. PROGNOSIS
Klien yang sudah di diagnosa kemungkinan untuk sembuh total tidak ada.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Nasrul Efendi, 1995
175).
b. Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya:
1) Patrilineal
Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal
Keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga kawinan
Hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri.
c. Tipe / Bentuk Keluarga
1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (extended family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan dan
sebagainya.
3) Keluarga berantai (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
4) Keluarga duda / janda (single family)
Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian
5) Keluarga berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
6) Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk keluarga.
d. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak.
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2) Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
misalnya pendidikan anak-anak.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk
perilakunya sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
e. Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap pembentukan keluarga; tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.
2) Tahap menjelang kelahiran anak; fungsi keluarga yang utama untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga
yang merupakan saat-saat yang dinantikan.
3) Tahap menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberi kasih
sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada
kedua orang tuanya dan kondisinya masih lemah.
4) Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan
sosialnya, tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, agama, sosial
budaya dan sebagainya.
5) Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah mendidik anak,
mengajari anak mempersiapkan masa depannya.
6) Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah yang paling rawan sebab anak akan
mencari identitas diri dalam bentuk kepribadiannya.
7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya melepas anak ke masyarakat.
8) Tahap berdua kembali; sebagian anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-
sendiri, tinggallah suami isteri berdua saja.
9) Tahap masa tua; tahap ini masuk ke dan tahap lanjut usia dan kedua orang tua bersiap diri
untuk meninggalkan dunia pelayanan.
Skor
Angka tinggi
(3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
(4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
Table 1.
Skoring Prioritas Masalah
Kriteria Nilai Bobot
Sifat masalah : 1
Skala : Ancaman kesehatan 2
Tidak / kurang sehat 3
Krisis 1
Kemungkinan masalah dapat di ubah : 2
Skala : Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
Menonjolnya masalah : 1
Skala : Masalah berat harus ditangani 2
Masalah yang tidak perlu segera 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
5) Membuat Perencanaan
Perumusan rencana perawatan adalah tahap berikutnya dalam proses keperawatan.
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat,
untuk memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi.
Menurut Little dan Carnevali alasan mengapa rencana keperawatan penting sekali
adalah:
a) Rencana keperawatan dapat memberikan perawatan yang khusus.
b) Rencana keperawatan dapat membantu dalam menentukan prioritas dengan
memberikan data tentang keadaan serta sifat masalah.
c) Rencana keperawatan mengembangkan komunikasi yang sistematis antara tenaga
kesehatan.
d) Kelanjutan dari perawatan dapat terjamin melalui pemberian informasi kepada tim
kesehatan lainnya tentang tindakan yang sedang dikerjakan oleh perawat.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus ini adalah sebagai berikut:
a). Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Jelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
(3). Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus .
c). Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya
untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d). Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.
(2). Gunakan alat pelindung bila bekerja misalnya sarung tangan.
(3). Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
e). Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan Diabetes Mellitus berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat
terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus,yaitu :
(1). Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan Diabetes Mellitus.
6) Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Kerja sama dengan keluarga sangat diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Perawatan kesehatan keluarga menuntut pelaksanaan perawatan yang paling baik, hal ini
adalah hasil dari kemauan yang besar untuk menghadapi tuntutan mengingatkan kecakapan
perawat dalam merawat serta mengambil tindakan dan menggunakan segala kesempatan
untuk membantu keluarga dan mengevaluasi tindakan tersebut.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus, yaitu :
a). Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus
(1). Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
(3). Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
c). Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
(2). Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d). Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
(1). Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
(2). Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
(3). Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
(4).Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
d). Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
(1). Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Mellitus
7) Melaksanakan Evaluasi
Evaluasi ada suatu proses yang dialami dan dilaksanakan manusia setiap hari, sebagai
suatu langkah dalam proses perawatan, evaluasi adalah tahap yang menunjukkan apakah
tujuan telah tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut telah dicapai.
Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasannya:
a) Mungkin tujuan tidak realistis.
b) Mungkin tindakan yang tidak tepat.
c) Mungkin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
adalah:
a). Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
b). Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
c). Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.
d). Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan.
e). Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus.
Intervensi:
(1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.
(2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya
untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus .
Intervensi :
(1). Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit Diabetes
Melitus misalnya :
(a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.
(b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
(c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
(2). Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
1. Pengkajian.
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
wawancara, observasi dan dokumentasi secara bio-psiko-sosial dan spiritual.
a. Identitas klien.
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no. register RS, Diagnosa medis,
penanggung jawab.
Keluhan utama.
Biasanya pasien datang dengan keluhan: pusing, lemah, letih, luka yang tidak sembuh.
Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti yang di
derita pasien.
e. Pemeriksaan fisik.
f. Kebutuhan biologis.
g. Riwayat psikologi.
Bagaimana pola pemecahan masalah pasien terhadap masalahnya demikian juga keluarga.
h. Riwayat sosial.
Kebiasaan hidup, konsep diri terhadap masalah kesehatan, hubungan dengan keluarga,
tetangga, dokter, perawat.
1 komentar:
1.
Balas
Arsip Blog
2012 (1)
o Juni (1)
Asuhan Keluarga dengan penyakit DM
Mengenai Saya