Anda di halaman 1dari 5

hubungan sintagmatik dan paradigmatik

Hubungan sintagmatik dan paradigmatik, dikemukakan oleh F. de Saussure


(1857 1913) Bapak Linguistik Modern yang pada awalnya terkait upaya analisis
linguistik terhadap tataran dalam bahasa. Ada dua jenis hubungan atau relasi yang
terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan asosiatif.
Kalau kita perhatikan suatu rangkaian wacana, di dalamnya kita pasti dapati
unsur-unsur yang selalu muncul kembali berulang-ulang secara tetap. Itu kita catat, kita
kelompok-kelompokkan, dan kita klasifikasikan. Dari catatan itu kita dapat melihat antar
hubungan unsur-unsur bahasa itu. Perhatikan kalimat berikut:
Mereka telah mengirimkan barang itu
Kalimat tersebut terbentuk dari unsur-unsur kata mereka, telah, mengirimkan, barang,
dan itu. Unsur-unsur itu mempunyai hubungan yang tetap. Kita tidak dapat
menempatkan unsur-unsur itu semau kita. Kita tidak pernah mendengar orang
mengatakan:
Telah mengirimkan itu barang mereka
Itu mereka barang mengirimkan telah
Mereka itu barang telah mengirimkan
Hubungan yang terdapat antara unsur- unsur kata da;lam contoh di atas adalah
hubungan yang terdapat dalam tataran kalimat. Hubungan yang terdapat dalam tataran
tertentu semacam itu lazim disebut hubungan sintagmatik. Hubungan sintagmatik diuji
dengan cara permutasi, yaitu perubahan urutan satuan-satuan unsur bahasa.
Hubungan sintagmatik dapat terjadi pada setiap tataran analisis bahasa. Hubungan
sintagmatik menunjukan hubungan makna dan fungsi antara satuan bahasa sesuai
tataran.
Jadi, hubungan sintagmatik dapat juga berarti hubungan antara unsur-unsur
yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan. Menurut
Kridalaksana, hubungan sintagmatik ini bersifat linear.
Contoh:
a. Pada tataran fonemik
Urutan fonem dalam kata umumnya tidak dapat diubah. Di sini ada hubungan
sintagmatik tertentu antara fonem dalam setiap kata, misalnya: amal, alam, lama, mala.
b. Pada tataran morfologi
Urutan morfem dalam kata pada umumnya tidak dapat diubah, misalnya: me-lukis tidak
dapat diubah urutannya menjadi lukis-me.
c. Pada tataran sintaksis
Urutan kata dalam kalimat kadang-kadang boleh diubah tanpa mengubah arti,
bergantung pada adanya hubungan sintagmatik, misalnya:
1. Kemarin dia datang
2. Dia datang kemarin
3. Dia kemarin datang
Sebaliknya pada kalimat Santi memanggil Indra tidak sama artinya dengan Indra
memanggil Santi.

Sebaliknya pada kalimat Santi memanggil Indra tidak sama artinya dengan Indra
memanggil Santi.:

Disamping hubungan sintagmatik, dikenal juga hubungan paradigmatik yaitu


hubungan antara satuan-satuan bahasa yang mempunyai penyesuaian tertentu secara
sistematis. Hubungan paradigmatic menunjukkan bahwa satuan-satuan bahasa itu
termasuk dalam satu kelas untuk masing-masing tataran.
Contoh:
a. Pada tataran fonemik
Fonem /t/ dalam kata tari mempunyai hubungan paradigmatik dengan fonem yang
dapat menggantikannya, seperti /d/, /c/, dan /j/. contoh:
t ari: tari
d : dari
c : cari
j : jari
b. Pada tataran morfologi
Morfem me- dalam kata melukis mempunyai hubungan paradigmatik dengan morfem
di-, ter-, atau pe-. Contoh:
Me- lukis : melukis
di- : dilukis
ter- : terlukis
pe- : pelukis
c. Pada tataran sintaksis
Kata barang dalam kalimat contoh dibawah ini mempunyai hubungan paradigmatik
dengan kata-kata surat, berita, atau salam
Contoh:
Mereka telah mengirimkan barang itu
Mereka telah mengitimkan surat itu
Mereka telah mengirimkan berita itu
Mereka telah mengirimkan salam itu

Dengan singkat, hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik dapat


digambarkan sebagai berikut:
Sintagmatik

mereka Mengirimkan barang Itu


Paradigmatik Dia Menyampaikan surat Itu
Kami Mengosongkan tempat Itu

Penduduk Mengibarkan bendera Itu

Pembaca Memperhatikan tulisan Itu

Dengan mempelajari hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik antara


tiap satuan seperti tersebut di atas, kita dapat menguji distribusi masing-masing satuan
tersebut. Dengan kata lain kita dapat memberikan tempat hadirnya masing-masing
satuan dalam keseluruhan struktur bahasa yang dianalisis.

Aplikasi

Ciri analisis bahasa struktural ialah distribusi. Sebuah bentuk bahasa dapat
berdistribusi secara sintagmatik dan paradigmatik. Distribusi ini menunjukkan hubungan
antar sesame bentuk bahasa.
Jika anda telah memahami dasar teoretis di atas, langkah berikut ialah
penerapan teori analisis bahasa itu dalam pengajaran bahasa. Salah satu metode
latihan dalam pengajaran bahasa ialah pendarasan pola atau Pattern Drills. Sublatihan
dalam pendarasan pola ialah latihan substitusi.
Latihan substitusi merupakan penerapan teori tentang hubungan paradigmatik.
Latihan ini dapat dilakukan pada taataran fonemik, morfologi, dan sintaksis.
Kita ambil latihan pendarasan pola pada tataran sintaksis dengan teknik
substitusi.
Bahasa Indonesia

Guru : polisi menangkap pencuri


Siswa : polisi menangkap pencuri
Guru : seniman
Siswa : polisi menangkap seniman atau seniman menangkap pencuri
Guru : memukul
Siswa : polisi memukul pencuri

Bahasa Jerman

Guru : der vater hat das haus


Siswa : der vater hat das haus
Guru : das buch
Siswa : der vater hat das buch
Dalam mengaplikasi hubungan bentuk-bentuk bahasa secara paradigmatik kita hanya
menekankan pengelompokan bentuk-bentuk bahasa itu dalam satu paradigma,
penemuan bahwa kelompok yang sama akan berdistribusi pada tempat yang sama.
Di sini belum kami singgung peranan masing-masing bentuk dan hubungan makna
antara bentuk-bentuk tersebut.
Substitusi yang dilakukan dengan teknik paradigmatik di atas berlangsung sederhana.
Itu disebut substitusi sederhana. Kita sebut substitusi dengan perubahan bentuk
substitusi dengan perubahan bentuk terjadi pada bahasa yang menuntut perubahan
bentuk pada bentuk-bentuk bahasa yang menjalankan peranan yang berbeda atau
menyatakan kategori gramatikal yang lain, seperti untuk nomen ada kategori
gramatikal tunggal dan jamak, genus (jantan, betina, dan netral), kategori kasus ,
kategori milik. Dan untuk verbum ada kategori waktu, aspek, modalitas, aktif, dan
pasif. Hal ini berlaku pada umumnya untuk bahasa jerman, bahasa Inggris, bahasa
Spanyol, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, bahasa yang mengenal kaitan bentuk
dan peran sintaksis.

Bahasa Inggris
Guru : the books are coming
Siswa : the books are coming
Guru : boy
Siswa : the boy are coming
Guru : child
Siswa : the children are coming

Bahasa Jerman
Guru : die kinder lachen
Siswa : die kinder lachen
Guru : die bruder
Siswa : die bruder lachen

Dalam latihan ini kita menerapkan satu teori, ialah distribusi secara
paradigmatik. Dengan cara ini kita sudah menemukan bahwa kata-kata yang
berdistribusi dalam satu paradigma tergolong dalam satu kelas. Di sini umpamanya kita
sebut kelas nomen.
Distribusi sintagmatik menunjukan hubungan dan kaitan antara bentuk-bentuk
bahasa yang mengakibatkan adanya peran gramatikal dan fungsi gramatikal. Peran
dan fungsi gramatikal itu akan melahirkan makna gramatikal.
Pertanyaan yang muncul ialahsejauh mana hubungan sintagmatik itu terjalin?
Keterjalinan hubungan itu ditentukan oleh letak hubungan antar sesamanya. Dalam
kaitan dengan peran dan fungsi gramatikal pada satu pihak dan makna gramatikal
padapihak yang lain, kita dapat mengajukan dua kemungkinan.
Pertama, hubungan sintagmatik itu telah menentukan peran dan fungsi gramatikal
bentuk-bentuk bahasa itu. Ini berarti perubahan letak hubungan akan membawa
perbedaan dalam peran dan fungsi gramatikal. Jadi, letaknya tidak boleh di tukar-tukar.
Contoh: Amir memanggil Aminah dan Aminah memanggil Amir.
Perubahan tempat Amir dan Aminah sudah membawa peran dan fungsi yang
lain. Dan ini membawa pula perbedaan makna. Ini berarti hubungan sintagmatik ini
telah baku dan konstan. Ia bersifat tertutup dan tetap.
Kedua, hubungan sintagmatik bersifat labil. Ini berarti tempat unsur-unsur itu
dapat ditukar-tukar tanpa membawa perbedaan makna yang esensial. Ia hanya
membawa perbedaan makna dalam bentuk kepentingan atau penekanan atau
pengutamaan. Umpamanya kalimat baju itu baru dicuci kemarin dan kemarin baju itu
baru dicuci. Biasanya unsur yang dapat ditukar-tukarkan tempatnya itu adalah unsure-
unsur yang berbeda diluar pola dasar.
Hubungan sintagmatik yang bersifat konstan dan mengikat biasanya terdapat
pada bahasa-bahasa yang mengenal system greamatikal tata runtun. Pada bahasa
yang mengenal kata runtun, hubungan sintagmatik memegang peranan yang penting.
Lain halnya dengan bahasa-bahasa yang mengenal sistem gramatikal tata
bentuk. Pada bahasa-bahasa yang mengenal tata bentuk, hubungan sintagmatik
ditentukan oleh tata bentuk. Ia tidak ditentukan oleh tata runtun. Perhatikan kalimat
bahasa latin: pater filium bonum amat.
ditentukan oleh tata bentuk. Bentuk pater adalah nominatives tunggal, bentuk filium
adalah akusativus tunggal, bentuk bonum adalah akusativus tunggal dan bentuk amat
menyatakan pelaku ketiga tunggal dalam bentuk nominavatus waktu present. (pater =
bapak, filius = anak, bonum = anak, amat = ia/orang ketiga tunggal pengasih;
infinitivusnya amare= mengasih).
Makna kalimat tersebut tidak akan berubah dan peran serta fungsi gramatikal
setiap unsur tidak akan berubah walaupun tempatnya ditukar-tukar. Hubungan dan
peran serta fungsi gramatikalnya ditentukan oleh tata bentuk. Jadi, kalimat itu dapat
disusun seperti pater amat filium bonum, bonum filium pater amat, pater bonum amat
filium, dan seterusnya.
Bahasa Jerman dan bahasa Inggris pun mengenal hubungan sintagmatik yang
ditentukan sebagiannya oleh tata bentuk. Kalimat bahasaJerman er fand das buch im
schrank dapat disusun kembali menjadi im schrank fand er das buch atau das buch
fand er im schrank. Peran dan fungsi gramatikal er, das buch tetap sama walaupun
urutannya berubah. Peran dan fungsi gramatikalnya ditentukan oleh tata bentuk.
Jadi, dalam pengajaran bahasa, hubungan sintagmatik ini menunjukan bahwa
bentuk-bentuk bahasa mempunyai satu pola hubungan yang tertentu dan tetap. Pola
hubungan itu menentukan peran, fungsi, dan makna gramatikal.

Anda mungkin juga menyukai