Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehtan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyrakat (Azwar, 1996)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit
umum dapat diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan rumah sakit. Salah satu pelayanan yang sangat berperan
dalam pelayanan rumah sakit adalah pelayanan rekam medis.
Rumah sakit selaku penyelenggaraan pelayanan kesehatan
diwajibkan untuk menyelenggarakan rekam medis seperti yang tercantum
dalam Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
yang menyebutkan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktek kedokteran wajib membuat rekam medis. Rekam
Medis adalah fakta berkaitan dengan keadaan pasien, riwayat penyakit
dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut
(Huffman, 1994).
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang
bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada
peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau
anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004).
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara
penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan

1
2

Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan


bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan
Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi
Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam
sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak. Pemyelenggaraan program jaminan
kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional ditemukan berbagai
permasalahan termasuk potensi kecurangan (Fraud) yang dapat
menimbulkan kerugian bagi dana jaminan sosial nasional. Kerugian dana
nasional jaminan sosial kesehatan akibat kecurangan (Fraud) perlu
dicegah dengan kebijakan nasional pencegahan kecurangan (Fraud) agar
dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional dalam sistem
jaminan sosial nasional dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan pada sistem jaminan sosial nasional yang selanjutnya disebut
kecurangan JKN adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh
peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, serta
penyedia obat dan alat keseahatan, serta finansial dari program jaminan
kesehatandalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan
curang yang tidak sesuai dengan ketentuan. (Permenkes No. 36, 2015)
Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau
tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian,
pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan identik dengan perilaku.
(Kamus bahsa indonesia, 2007)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan bagaimana yang diuraikan di atas
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah implementasi
Permenkes no. 36 Tahun 2015 terhadap pencegahan fraud di fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut pada jaminan kesehatan nasional.
3

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui implementasi permenkes no. 36 tahun 2015 terhadap
pencegahan fraud pada jaminan kesehatan nasional di BLUD RSUD Ratu
Zalecha Martapura.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi implementasi permenkes no. 36 tahun 2015
b. Mengidentifikasi pencegahan fraud di jaminan kesehatan nasional
c. Menganalisa implementasi permenkes no. 36 tahun 2015

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan masukan bagi rumah
sakit di agar menerapkan implementasi Permenkes No. 36 tahun 2015
terhadap pencegahan fraud di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut
pada jaminan kesehatan nasional untuk meminimalisir dan mencegah
terjadinya kecurangan.
1.4.2 Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan, menambah pengalaman dan pengetahuan di
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi serta sebagai bukti
bahwa penulis telah menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat
menyelesaikan program studi DIII Perekam dan Informasi Kesehatan.
1.4.4 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian dengan judul implementasi permenkes no. 36 tahun
2015 terhadap pencegahan fraud pada jaminan kesehatan nasional di
BLUD RSUD Ratu Zalecha Martapura belum pernah dilakukan
sebelumnya. Tetapi penelitian yang serupa pernah dilakukan oleh Wahyu
Manggala Putra mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
4

Negeri Syarif Hidayatullah dengan judul Analisis Implementasi Kebijakan


Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan Tahun 2014
Persamaan penelitian ini adalah dilaksanakan dengan metode
wawancara, yaitu dimana penelitian mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari informan, atau bercakap-cakap berhadapan
muk dengan orang tersebut (face to face) untuk mengetahui
implementasi pada jaminan kesehatan nasional, sedangkan
perbedaannya adalah peneliti menggunakan penelitian kualitatif.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori


2.1.1 Implementasi
2.1.1.1 Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah
dianggap sempurna.
Menurut Nurdin Usman (Usman, 2002: 70) dalam bukunya yang
berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan
pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan. Implementasi
adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme
suatu sistem, implemantasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan
yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
2.1.2 Peraturan Menteri
2.1.2.1 Pengertian Peraturan Menteri
Untuk menghindari kerancuan dalam memahami kajian ini, maka
suatu uraian singkat tentang pengertian peraturan menteri perlu
disajikan lebih spesifik. Karena penyajian pengertian ini tidak jarang,
terutama dalam kajiankajian ilmu sosial, suatu istilah dapat dipahami
tidak sama dan di pandang dari aspek yang berbeda. Perbedaan
pemakaian pengertian atau konsep dalam memandang sesuatu tentu
akan menghasilkan kesimpulan berbeda pula.
Menurut bahasa peraturan berasal dari kata atur, yang artinya
tataan (kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur.
Kementerian adalah menteri yang diangkat oleh kepala Negara
untuk kemudian kepadanya diserahkan suatu bidang jabatan yang
dapat ia atur menurut kebijakannya sendiri dan ia dapat membuat
keputusan-keputusan dengan ijtihadnya sendiri. (Kamus besar bahasa
indonesia, hal 76)
6

2.1.3 Fraud
2.1.3.1 Pengertian Fraud
Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan pada Sistem Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya
disebut Kecurangan JKN adalah tindakan yang dilakukan dengan
sengaja oleh peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan
kesehatan, serta penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan
keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai
dengan ketentuan.(Permenkes No. 36, 2015)
Penipuan adalah target bergerak, bergeser ke skema baru dan
lebih canggih untuk menutupi perilaku menyimpang. (AHIMA, 2006)
2.1.3.2 Kecurangan JKN dapat dilakukan oleh:
1. Peserta;
a. membuat pernyataan yang tidak benar dalam hal eligibilitas
(memalsukan status kepesertaan) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan;
b. memanfaatkan haknya untuk pelayanan yang tidak perlu
(unneccesary services) dengan cara memalsukan kondisi
kesehatan;
c. memberikan gratifikasi kepada pemberi pelayanan agar bersedia
memberi pelayanan yang tidak sesuai/tidak ditanggung;
d. memanipulasi penghasilan agar tidak perlu membayar iuran
terlalu besar;
e. melakukan kerjasama dengan pemberi pelayanan untuk
mengajukan Klaim palsu;
f. memperoleh obat dan/atau alat kesehatan yang diresepkan untuk
dijual kembali; dan/atau
g. melakukan tindakan Kecurangan JKN lainnya selain huruf a
sampai dengan huruf f.
2. Petugas BPJS Kesehatan;
a. melakukan kerjasama dengan peserta dan/atau fasilitas
kesehatan untuk mengajukan Klaim yang palsu;
7

b. memanipulasi manfaat yang seharusnya tidak dijamin agar dapat


dijamin;
c. menahan pembayaran ke fasilitas kesehatan/rekanan dengan
tujuan memperoleh keuntungan pribadi;
d. membayarkan dana kapitasi tidak sesuai dengan ketentuan;
dan/atau
e. melakukan tindakan Kecurangan JKN lainnya selain huruf a
sampai dengan huruf d.
3. Pemberi pelayanan kesehatan; dan/atau
A. FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat
FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan
perorangan yang bersifat nonspesialistik untuk keperluan
observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya yang meliputi rawat jalan tingkat
pertama dan rawat inap tingkat pertama.
1) Tindakan Kecurangan JKN yang dilakukan pemberi
pelayanan kesehatan di FKTP meliputi:
a. memanfaatkan dana kapitasi tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memanipulasi Klaim pada pelayanan yang dibayar
secara nonkapitasi;
c. menerima komisi atas rujukan ke FKRTL;
d. menarik biaya dari peserta yang seharusnya telah
dijamin dalam biaya kapitasi dan/atau nonkapitasi sesuai
dengan standar tarif yang ditetapkan;
e. melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan tertentu; dan/atau
f. tindakan Kecurangan JKN lainnya selain huruf a sampai
dengan huruf e.
B. FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan)
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya
disingkat FKRTL adalah fasilitas kesehatan yang melakukan
pelayanan perorangan yang bersifat spesialistik atau
8

subspesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat


inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
2) Tindakan Kecurangan JKN yang dilakukan pemberi
pelayanan kesehatan di FKRTL meliputi:
a. Penulisan kode diagnosis yang berlebihan/upcoding;
Penulisan kode diagnosis yang
berlebihan/upcoding merupakan pengubahan kode
diagnosis dan/atau prosedur menjadi kode yang memiliki
tarif yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
b. Penjiplakan klaim dari pasien lain/cloning;
Penjiplakan Klaim dari pasien lain/cloning
merupakan Klaim yang dibuat dengan cara menyalin dari
Klaim pasien lain yang sudah ada.
c. Klaim palsu/phantom billing;
Klaim palsu/phantom billing merupakan Klaim atas
layanan yang tidak pernah diberikan.
d. Penggelembungan tagihan obat dan alkes/inflated bills;
Penggelembungan tagihan obat dan alkes/inflated
bills merupakan Klaim atas biaya obat dan/atau alat
kesehatan yang lebih besar dari biaya yang sebenarnya.
e. Pemecahan episode pelayanan/services unbundling or
fragmentation;
Pemecahan episode pelayanan/services
unbundling or fragmentation merupakan Klaim atas dua
atau lebih diagnosis dan/atau prosedur yang seharusnya
menjadi satu paket pelayanan dalam Episode yang sama
atau menagihkan beberapa prosedur secara terpisah
yang seharusnya dapat ditagihkan bersama dalam
bentuk paket pelayanan, untuk mendapatkan nilai Klaim
lebih besar pada satu Episode perawatan pasien.
f. Rujukan semu/selfs-referals;
Rujukan semu/selfs-referals merupakan Klaim atas
biaya pelayanan akibat rujukan ke dokter yang sama di
fasilitas kesehatan lain kecuali dengan alasan fasilitas.
9

g. Tagihan berulang/repeat billing;


Tagihan berulang/repeat billing merupakan Klaim
yang diulang pada kasus yang sama.
h. Memperpanjang lama perawatan/ prolonged length of
stay;
Memperpanjang lama perawatan/prolonged length
of stay merupakan Klaim atas biaya pelayanan
kesehatan yang lebih besar akibat perubahan lama hari
perawatan inap.
i. Memanipulasi kelas perawatan/type of room charge;
Memanipulasi kelas perawatan/type of room charge
merupakan Klaim atas biaya pelayanan kesehatan yang
lebih besar dari biaya kelas perawatan yang sebenarnya.
j. Membatalkan tindakan yang wajib dilakukan/cancelled
services;
Membatalkan tindakan yang wajib
dilakukan/cancelled services merupakan Klaim atas
diagnosis dan/atau tindakan yang tidak jadi
dilaksanakan.
k. Melakukan tindakan yang tidak perlu/no medical value;
Melakukan tindakan yang tidak perlu/no medical
value merupakan Klaim atas tindakan yang tidak
berdasarkan kebutuhan atau indikasi medis.
l. Penyimpangan terhadap standar pelayanan/standard of
care;
Penyimpangan terhadap standar pelayanan/standard of
care merupakan Klaim atas diagnosis dan/atau tindakan
yang tidak sesuai dengan standar pelayanan.
10

m. Melakukan tindakan pengobatan yang tidak


perlu/unnecessary treatment;
Melakukan tindakan pengobatan yang tidak
perlu/unnecessary treatment merupakan Klaim atas
tindakan yang tidak diperlukan.
n. Menambah panjang waktu penggunaan ventilator;
Menambah panjang waktu penggunaan ventilator
merupakan Klaim yang lebih besar akibat penambahan
lama penggunaan ventilator yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
o. Tidak melakukan visitasi yang seharusnya/phantom visit;
Tidak melakukan visitasi yang seharusnya/phantom
visit merupakan Klaim atas kunjungan pasien palsu.
p. Tidak melakukan prosedur yang seharusnya/phantom
procedures;
Tidak melakukan prosedur yang
seharusnya/phantom procedures merupakan Klaim atas
tindakan yang tidak pernah dilakukan.
q. Admisi yang berulang/readmisi;
Admisi yang berulang/readmisi merupakan Klaim
atas diagnosis dan/atau tindakan dari satu Episode yang
dirawat atau diklaim lebih dari satu kali seolah-olah lebih
dari satu Episode.
r. Melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan tertentu;
s. Meminta cost sharing tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
t. Tindakan Kecurangan JKN lainnya selain huruf a sampai
dengan huruf s.
4. Penyedia obat dan alat kesehatan.
a. tidak memenuhi kebutuhan obat dan/atau alat kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
11

b. melakukan kerjasama dengan pihak lain mengubah obat


dan/atau alat kesehatan yang tercantum dalam e-catalog
dengan harga tidak sesuai dengan e-catalog; dan
c. melakukan tindakan Kecurangan JKN lainnya selain huruf a dan
huruf b.
2.1.4 Pencegahan
2.1.4.1 Pengertian Pencegahan
Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau
tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian,
pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan identik dengan perilaku.
Pencegahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengandung pengertian perihal mencegah. Sedangkan
penanggulangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung
pengertian proses, cara, perbuatan menanggulangi.
Berikut beberapa pasal dalam permenkes tersebut yang
mengatur tentang bagaimana Rumah Sakit mencegah dalam terjadinya
fraud pelaksananaan JKN.
Pada PERMENKES nomor 36 tahun 2015 pasal 13 telah diatur bahwa :
FKRTL/ Rumah Sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
harus membangun sistem pencegahan Kecurangan JKN melalui:
a. Penyusunan kebijakan dan pedoman pencegahan Kecurangan
JKN;
b. Pengembangan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada
kendali mutu dan kendali biaya; dan
c. Pengembangan budaya pencegahan Kecurangan JKN sebagai
bagian dari tata kelola organisasi dan tata kelola klinis yang
berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya.
Pada Pasal 18 juga telah diatur bagaimana Rumah Sakit
membentuk Tim Pencegahan Kecurangan JKN di FKTRL:
(1) Tim pencegahan Kecurangan JKN di FKRTL terdiri atas unsur
satuan pemeriksaan internal, komite medik, perekam medis,
Koder, dan unsur lain yang terkait.
(2) Tim pencegahan Kecurangan JKN di FKRTL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertugas:
12

a. Melakukan deteksi dini Kecurangan JKN berdasarkan data


Klaim pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh FKTRL;
b. Menyosialisasikan kebijakan, regulasi, dan budaya baru
yang berorientasi pada kendali mutu dan kendali biaya;
c. Mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi dan tata
kelola klinik yang baik;
d. Meningkatkan kemampuan Koder, serta dokter dan
petugas lain yang berkaitan dengan Klaim;
e. Melakukan upaya pencegahan, deteksi dan penindakan
Kecurangan JKN;
f. Monitoring dan evaluasi; dan
g. Pelaporan.
Kegiatan Pencegahan Kecurangan JKN di FKRTL Pasal 21
(1) Peningkatan kemampuan Koder dalam upaya pecegahan
Kecurangan JKN paling sedikit berupa:
a Identifikasi faktor-faktor penting atau meningkatkan akurasi
koding untuk mencegah kesalahan
b. Edukasi tentang pengetahuan Kecurangan JKN
c. Pelatihan dan edukasi koding yang benar;
d. Penyesuaian beban kerja Koder dengan jumlah tenaga dan
kompetensinya; dan
e. Meningkatkan interaksi dengan staf klinis dalam rangka
memastikan diagnosa primer dan sekunder.
(2) Peningkatan kemampuan dokter serta petugas lain yang
berkaitan dengan Klaim dalam upaya pecegahan Kecurangan
JKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a
paling sedikit berupa:
a. Pemahaman dan penggunaan sistem koding yang
berlaku
b. Melakukan edukasi dan pemberian pemahaman tentang
langkah- langkah pencegahan dan sanksi Kecurangan
JKN;
c. Meningkatkan ketaatan terhadap standar prosedur
operasional; dan
13

d. Menulis dan memberikan resume medis secara jelas,


lengkap dan tepat waktu.
(3) Peningkatan manajemen fasilitas kesehatan dalam upaya
pecegahan Kecurangan JKN paling sedikit berupa:
a. Penguatan tugas Koder sebagai pendamping verifikator,
investigator, dan auditor internal pada satuan
pemeriksaan internal yang khusus untuk audit klaim
b. Melakukan surveilans data atau audit data rutin
c. Penggunaan perangkat lunak untuk pencegahan
Kecurangan JKN
d. Membuat panduan praktik klinik pada setiap jenis layanan
dengan mengimplementasikan clinical pathway.
e. Membentuk tim edukasi kepada pasien dan tenaga
kesehatan.
f. Membuat kebijakan prosedur dan pengendalian efektif
untuk menghalangi, mencegah, mengetahui, melaporkan,
dan memperbaiki potensi Kecurangan JKN.

2.2 Landasan Teori


Penyelenggaraan program jaminan kesehatan dalam sistem
jaminan sosial nasional ditemukan berbagai permasalahan termasuk
potensi Kecurangan (Fraud) yang dapat menimbulkan kerugian bagi
dana jaminan sosial nasional. Kerugian dana jaminan sosial kesehatan
akibat Kecurangan (Fraud) perlu dicegah dengan kebijakan nasional
pencegahan Kecurangan (Fraud) agar dalam pelaksanaan program
jaminan kesehatan nasional dalam sistem jaminan sosial nasional
dapat berjalan dengan efektif dan efesien. (Permenkes no 36, 2015)
Teori-teori diatas mempunyai hubungan dengan masalah yang
akan diteliti, yaitu dalam pencegahan terhadap fraud di fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut pada jaminan kesehatan sosial untuk
meminimalisir faktor penyebab kecurangan, pelayanan jaminan
kesehatan akan berjalan baik apabila pihak rumah sakit menerapkan
pereturan pencegahan kecurangan (Fraud) dengan baik sehingga
faktor penyebeb kecurangan itu tidak terjadi.
14

2.3 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan landasan teori dan permasalahan penelitian yang
telah dirumuskan, maka kerangka konsep yang dikembangkan dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Input Proses Output

- Mengidentifikasi
implementasi permenkes
Terlaksananya
no. 36 tahun 2015
implementasi
- Mengidentifikasi
permenkes no 36
pencegahan fraud di
tahun 2015 terhadap
jaminan kesehatan nasional
Permenkes No.36 - Menganalisa pencegahan fraud di
Tahun 2015 implementasi permenkes fasilitas kesehatan

no. 36 tahun 2015 rujukan tingkat lanjut

tehadap pencegahan (FKRTL) pada

fraud pada jaminan jaminan kesehatan

kesehatan nasional nasioanal

Gambar 2.1 kerangka konsep penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui implementasi


permenkes no 36 tahun 2015 terhadap pencegahan fraud di fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL) pada jaminan kesehatan
nasioanal. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2015 tentang PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2015.
Proses yang dilakukan agar mencapai tujuan adalah
mengidentifikasi penyususnan dan pedoman pencegahan kecurangan
Jaminan Kesehatan Nasional, Mengidentifikasi pengembngan
15

pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kendali mutu dan


kendali biaya, Mengidentifikasi pengembangan budaya pencegahan
Kecurangan JKN sebagai bagian dari tata kelola organisasi dan tata
kelola klinis yang berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya,
sehingga output dalam penelitian ini adalah Implemmentasi
Permenkes No.36 Tahun 2015 terhadap Pencegahan Fraud di
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat lanjut (FKRTL) pada Jamninan
Kesehatan Nasional (JKN)
16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskripif
yaitu Jenis penelitian yang hanya digunakan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan variabel tertentu dala suatu penelitian tanpa
mencari hubungan antar variabel.(Setiawan dan Saryono, 2010)
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini bertempat di BLUD RSUD Ratu
Zalecha Martapura.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari Bulan Maret sampai dengan
Bulan Juni 2016.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Unit Analisis
Menurut Suharto (2010) unit analisis adalah satuan tertentu yang
diperhitungkan sebagai subjek penelitian dengan menentukan objek,
subjek, dan sumber data. Penelitian ini membahas mengenai
implementasi permenkes no. 36 tahun 2015 terhadap pencegahan
fraud pada jaminan kesehatan nasional di BLUD RSUD Ratu Zalecha
Martapura. Objek, subjek dan sumber data untuk penelitian ini antara
lain :

3.4.1 Variabel Penelitian


Variabel dari penelitian ini implementasi Permenkes No. 36 Tahun
2015, dan sub variabel yaitu:
a. pencegahan fraud JKN
b. Menganalisa implementasi permenkes no. 36 tahun 2015
Definisi operasional adalah uraian tenteng batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2010)
17

No Variabel Definisi Operasional

1 Implementasi Permenkes No. 36 Pelaksanaan Permenkes


Tahun 2015 No. 36 Tahun 2015
terhadap pencegahan
fraud pada Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN)

2 Pencegahan fraud Sistem Pencegahan


Kecurangan JKN, Tim
Pencegahan Kecurangan
JKN, Kegiatan
Pencegahan
Kecurangan JKN

3 Menganalisa Implementasi Mengkaji pelaksanaan


Permenkes No. 36 Tahun 2015 Permenkes No.36 Tahun
2015

Gambar 3.1 Definisi Operational

3.5 Instrumen Penelitian


Adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian,
jadi instrumen penelitin yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Pedoman wawancara
b. Daftar check list (Suharto dan Sardjono, 2010:160)
3.6 Tehnik Pengumpulan Data
3.6.1 Wawancara
Dalam tehnik ini ada dua macam pedoman wawancara yaitu
pedoman wawancara terstruktur dan pedoman wawancara tidak
terstruktur yaitu pedoman yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan. Sedangankan wawancara terstruktur yaitu pedoman
wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-
list. (Suharto dan Sardjono, 2010:104)
18

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah


wawancara terstruktur, dimana peneliti sudah menyiapakaninstrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulissebagai panduan.
3.6.2 Daftar Check list
Data yang terperinci atau variable yang akan dikumpulkan
datanya.
3.7 Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis
deskriptif, penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran
pemenuhan pencegahan fraud berdasarkan Permenkes No. 36 Tahun
2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Pada Sistem Jaminan Sosial Nasional.
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan penelitian meminta surat izin
penelitian sebagai persyaratan dan mempersiapkan judul penelitian,
selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan dengan memberikan
surat studi pendahuluan kepada pihak rumah sakit Ratu Zalecha
Martapura. Selanjutnya peneliti melakukan observasi langsung
sehingga ditemukan keinginan dari peneliti untuk merumuskan masalah
dan merencanakan instrumen penelitian yang diperlukan untuk
pengumpulan data saat penelitian. Kegiatan ini kemudian dituangkan
dalam proposal penelitian sampai proposal penelitian selesai dan
disetujui oleh pembimbingpenelitian.
3.8.2 Tahap Peleksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan pengumpulan data
baik dengan cara wawancara ataupun observasi.
3.8.3 Tahap Akhir Penelitian
Pada tahap ini peneliti mengolah data-data yang ada menjadi
sebuah informasi hasil laporan penelitian.
19

3.9 Jadwal dan Biaya Penelitian


3.9.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pengumpulan judul
2 Studi pendahuluan
Penyusunan proposal
3 dan bimbingan proposal
kti
4 Seminar proposal kti
5 Perbaikan proposal
6 Pengabilan sampel
Pengolahan dan analisis
7 data serta penulisan bab
IV dan VI
Penyerahan KTI final
8 yang telah di acc
pembimbing
9 Seminar KTI
10 Perbaikan KTI
10 Ujian sidang KTI

3.9.2 Biaya Penelitian


Tabel 3.2 Biaya Penelitian
No Kegiatan Biaya
1 Print Rp. 200.000
2 Foto copy Rp. 50.000
3 Tranportasi Rp. 300.000
4 Biaya izin penelitian Rp. 100.000
5 Buku referensi Rp. 300.000
Total Rp. 950.000

Anda mungkin juga menyukai