Anda di halaman 1dari 5

Lalang Palambang (11)

A. Akuisisi Properti, Pabrik dan Peralatan


Kebanyakan perusahaan menggunakan nilai historis sebagai basis untuk penghitungan
property, plant, and equipment. Nilai historis mengukur kas atau nilai setara kas dari harga
perolehan aset tersebut dan membawanya ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk
digunakan. Perusahaan mengakui property, plant, and equipment ketika biaya dari aset dapat
diukur secara nyata dan besar kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat
ekonomi masa depan.
1. Biaya Tanah
Semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh tanah dan siap untuk
digunakan dianggap sebagai bagian dari biaya tanah. Biaya tanah biasanya mencakup :
harga pembelian, penutupan biaya, seperti hak atas tanah, biaya pengacara, dan
pencatatan biaya, biaya yang timbul dalam mendapatkan lahan dalam kondisi untuk
digunakan, seperti penilaian, mengisi, pengeringan, dan membuka tanah, asumsi dari
setiap hak gadai, hipotek, atau sitaan di properti, dan setiap prasarana tambahan yang
memiliki kehidupan yang tidak terbatas.
2. Biaya Bangunan
Biaya gedung seharusnya termasuk semua pembelanjaan terkait secara
langsung pada pemerolehan atau kontruksi. Biaya ini termasuk: (1) Materlal, Labor,
and Overhead Costs yang terjadi selama pembangunan, dan (2) Profesional Fees and
Building Permits. Pada umumnya, perusahaan mengontrak pihak lain untuk
membangun gedungnya. Perusahaan menyadari semua biaya yang terjadi , dari
penggalian sampai penyelesaian, sebagai bagian dari biaya building.
3. Biaya Peralatan
Peralatan dalam akuntansi termasuk peralatan pengiriman, peralatan kantor,
mesin, perabot dan peralatannya, perabotan, peralatan pabrik, dan aktiva tetap serupa.
Biaya aktiva tersebut meliputi harga pembelian, pengiriman dan penanganan yang
terjadi, asuransi pada peralatan dalam transit, biaya dari yayasan khusus jika
diperlukan, perakitan dan biaya instalasi, dan biaya pelaksanaan uji coba.
4. Self-Constructed Assets (Aktiva yang Dibangun Sendiri)
Kadang-kadang perusahaan membangun aset mereka sendiri. Menentukan
biaya mesin tersebut dan aktiva tetap lainnya bisa menjadi masalah. Tanpa harga
pembelian atau harga kontrak, perusahaan harus mengalokasikan biaya dan
pengeluaran untuk sampai pada biaya asset yang telah dibangun sendiri. Bahan dan
tenaga kerja langsung digunakan dalam konstruksi tidak menimbulkan masalah.
Lalang Palambang (11)

Sebuah perusahaan dapat menelusuri biaya-biaya langsung untuk urutan kerja dan
bahan yang terkait dengan aset tetap yang dibangun. Tetapi, penyerahan dari biaya tidak
langsung perusahaan produksi menciptakan masalah khusus.Perusahaan dapat
menangani pengeluaran tambahan dalam satu atau dua cara:
Menetapkan pengeluaran tambahan tidak tetap ke biaya konstruksi aset.
Menetapkan sebagian dari semua pengeluaran tambahan ke proses konstruksi.
5. Interest Cost During Construction (Biaya Bunga Selama Konstruksi)
Di dalam akuntansi, perlakuan bunga terhadap biaya property, pabrik dan
peralatan terdapat tiga pendekatan, yaitu dengan tidak mengkapitalisasi beban bunga
sebagai biaya konstruksi, melainkan sebagai biaya administratif. Yang kedua,
membebankan ke konstruksi atas semua biaya yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak, sehingga sebuah aktiva harus dibebankan semua
pembiayaan agar aktiva tersebut siap digunakan. Dan yang ketiga, hanya
mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama proses kontruksi berlangsung,
sehingga pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang muncul melalui
pembiayaan dengan hutang.

B. Penilaian Properti, Pabrik dan Peralatan

1. Diskon Kas
Ada dua sudut pandang terhadap permasalahan ini. Yang pertama menganggap
diskon (diambil atau tidak) sebagai pengurangan harga pembelian asset. Rasionalnya,
adalah harga yang nyata berlaku untuk sebuah asset adalah harga kas atau setara kas
dari asset tersebut. Ditambah, beberapa pendapat menyatakan bahwa bentuk diskon kas
sangat menarik, dimana kegagalan perusahaan untuk mendapatkannya
menngindikasikan adanya kesalahan dalam management/ ineffisiensi.
Dengan pendekatan kedua, menyatakan bahwa kegagalan mengambil kas
diskon tidak selalu harus dianggap sebagai kerugian. Bentuknya mungkin tidak terlalu
menguntungkan untuk perusahaan mengambil diskon tersebut. Saat ini, terdapat
perusahaan yang menggunakan kedua metodde tersebut, meskipun sebagian besar
memilih metode yang pertama.
2. Kontrak Pembayaran Ditangguhkan
Perusahaan secara teratur membeli plant assets dengan perjanjian kredit jangka
panjang, menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau equipment obligations. Untuk
Lalang Palambang (11)

mencerminkan biaya secara tepat, perusahaan menghitung aset yang dibeli dengan
perjanjian kredit jangka panjang pada nilai sekarang dengan nilai tukar yang sesuai
diantara contracting parties pada tanggal transaksi.
3. Pembelian Lump-sum
Problem spesial dari penilaian fixed aset meningkat ketika perusahaan membeli
sekelompok aset dengan satu harga lump-sum. Sebuah masalah khusus yang timbul
dalam menilai aktiva tetap ketika perusahaan membeli sekelompok aktiva pada harga
lump-Sum. Ketika situasi umum ini terjadi, perusahaan mengalokasikan total biaya
antara berbagai asset dengan basis nilai wajar relatifnya. Asumsi ini adalah biaya-biaya
akan berbeda pada proporsi nilai wajar. Ini adalah prinsip yang sama bahwa
perusahaan-perusahaan menambahkan untuk mengalokasikan sebuah biaya lump-sum
pada berbagai item yang berbeda.
4. Penerbitan Saham
Ketika perusahaan mendapatkan peralatan dengan cara menerbitkan
saham,seperti saham biasa,nilai par atau yang ditetapkan dari saham tersebut tidak bisa
secara tepat mengukur biaya perolehan dari peralatan itu. Jika penjualan saham itu
aktif,harga pasar dari saham-daham yang diterbitkan itu adalah biaya wajar dari
peralatan yang diakui.Saham merupakan suatu ukuran yang bagus dari kas ekuivalen
harga kini.
5. Pertukaran Aktiva Non-Moneter
Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter, seperti property pabrik
dan peralatan sangat controversial. Beberapa berpendapat bahwa perusahaan harus
mencatat pertukaran berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan atau yang diterima,
dengan pengakuan laba atau rugi. Sementara yang lain percaya bahwa aktiva harus
diperhitungkan berdasarkan nilai tercatat (nilai buku) aktiva yang diserahkan, dengan tidak
mengakui laba atau rugi. Dan yang lain masih mendukung pendekatan pengakuan kerugian
dan menangguhkan keuntungan.
Pada umumnya, perusahaan mencatat pertukaran aktiva berdasarkan nilai wajar
aktiva yang diterima atau diberikan, yang lebih jelas. Sehingga, perusahaan sebaiknya
mengakui laba atau rugi secara langsung dari pertukaran aktiva tersebut. Alasan untuk
mengakui secara langsung adalah karena setiap transaksi memberikan Subtansi komersial
dan karena itu rugi dan laba harus diakui.
Lalang Palambang (11)

6. Pendekatan Akuntansi
Ketika perusahaan memperoleh aset seperti properti, pabrik, dan peralatan melalui
hibah pemerintah, konsep biaya ketat menyatakan bahwa penilaian aset harus nol. Namun,
berangkat dari prinsip biaya tampaknya dibenarkan karena biaya yang dikeluarkan (biaya
lainnya dan pengeluaran kecil yang relatif) bukan dasar akuntansi yang memadai untuk
aset yang diperoleh. Ada dua pendekatan yang disarankan, yaitu pendekatan modal/ekuitas
(capital/equity approach) dan pendekatan pendapatan (income approach).

C. Biaya Selanjutnya untuk Akuisisi


Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan
yang lebih besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-
biaya ini dapat dikapitalisasi, harus ada tiga kondisi berikut:
Usia manfaat/kegunaan
Jumlah produk yang diproduksi dan
Kualitas produk yang di produksi.
1. Penambahan (Additions)
Penambahan seharusnya tidak menampilkan permasalahan akuntansi yang besar.
Dengan definisi, perusahaan mengkapitalisasi semua penambahan ke aktiva pabrik karena
sebuah aktiva baru telah diciptakan. Perusahaan sebaiknya mengkapitalisasi pengeluaran
tersebut dan menyesuaikannya dengan pendapatan yang akan diperoleh di periode masa
depan. Salah satu masalah pada bagian ini adalah akuntansi untuk semua perubahan yang
berhubungan dengan struktur yang telah ada sebagai akibat dari penambahan.
2. Pengembangan dan Penggantian (Improvement and Replacement)
Pengembangan adalah pengganti aset baru yg lebih baik dengan satu asset yang di
gunakan. Penggantian adalah mengganti asset dengan asset lain yang sama dan sejenis.
Banyak pengembangan dan penggantian menghasilkan aturan umum untuk rehabilitasi
yang moderen pada bangunan tua atau bagian dari peralatan. Masalahanya adalah
membedakan hal ini dalam tipe pengeluaran dengan perbaikan normalnya. Perkiraan yang
bagus sangat d butuhkan untuk mengkoreksi klasifikasi jenis expenditure ini.
Jika pengeluaran meningkatkan layanan potensial pada aset di masa datang,
perusahaan harus menkapitalisasinya. Perusahaan seharusnya menyingkirkan kos aset
yang lama dan mencari depresiasi dan merecognisi kerugian atau keuntungannya. Dan
juga menambahkan kos dari penggantian dengan aset yang baru.
Lalang Palambang (11)

3. Perbaikan (Repairs)
Sebuah perusahaan melakukan reparasi biasa untuk mempertahankan kondisi aset agar
bisa terus beroperasi. Reparasi biasa dibebankan kepada akun beban pada periode berjalan,
yaitu periode dimana perusahaan merasakan manfaat utama dari reparasi tersebut. Reparasi
biasa berupa pemeliharaan berkala termasuk penggatian suku cadang kecil, pemberian
pelumas, pengaturan ulang peralatan, pengecatan ulang, dan pembersihan. Perusahaan
memperlakukan aktivitas-aktivitas tersebut sebagai beban operasi biasa. Reparasi besar
seperti overhaul dapat memberikan manfaat dalam beberapa tahun atau periode.

D. Penghapusan Properti, Pabrik dan Peralatan


Keuntungan dan kerugian sebenarnya merupakan koreksi laba bersih untuk tahun-
tahun selama aktiva tetap digunakan. Setiap keuntungan atau kerugian dari pelepasan
segmen perusahaan harus dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan dari operasi
yang dihentikan.
1. Penjualan Aktiva Pabrik
Perusahaan mencatat depresiasi untuk periode waktu diantara tanggal pencatatan
terakhir dan tanggal penjualan.
2. Perubahan Tanpa Disengaja (Involuntary Conversion)
Kadang-kadang kegunaan sebuah aktiva berakhir melalui beberapa jenis
perubahan tanpa disengaja seperti kebakaran, banjir, pencurian, atau penghukuman.
Perusahaan-perusahaan melaporkan perbedaan diantara jumlah pemulihan, jika tersedia
dan nilai buku aktiva yang dicatat sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau
kerugian pada penjualan sebaiknya dilaporkan di Other Income and expense pada
laporan laba rugi dan bukan sebagai pendapatan.
3. Konversi Paksa (Miscellaneous problems)
Kadang-kadang penggunaan aset terhenti karena beberapa jenis konversi paksa
seperti kebakaran, banjir, pencurian, dan pengalihan. Perusahaan melaporkan perbedaan
antara jumlah yang telah dijamin (misalnya kompensasi pengalihan dan asuransi
pemulihan), dan nilai buku (kalau ada) sebagai untung atau rugi. Mereka memperlakukan
untung atau rugi tersebut seperti beberapa jenis disposisi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai