Akuisisi Properti
Akuisisi Properti
Sebuah perusahaan dapat menelusuri biaya-biaya langsung untuk urutan kerja dan
bahan yang terkait dengan aset tetap yang dibangun. Tetapi, penyerahan dari biaya tidak
langsung perusahaan produksi menciptakan masalah khusus.Perusahaan dapat
menangani pengeluaran tambahan dalam satu atau dua cara:
Menetapkan pengeluaran tambahan tidak tetap ke biaya konstruksi aset.
Menetapkan sebagian dari semua pengeluaran tambahan ke proses konstruksi.
5. Interest Cost During Construction (Biaya Bunga Selama Konstruksi)
Di dalam akuntansi, perlakuan bunga terhadap biaya property, pabrik dan
peralatan terdapat tiga pendekatan, yaitu dengan tidak mengkapitalisasi beban bunga
sebagai biaya konstruksi, melainkan sebagai biaya administratif. Yang kedua,
membebankan ke konstruksi atas semua biaya yang digunakan, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak, sehingga sebuah aktiva harus dibebankan semua
pembiayaan agar aktiva tersebut siap digunakan. Dan yang ketiga, hanya
mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama proses kontruksi berlangsung,
sehingga pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang muncul melalui
pembiayaan dengan hutang.
1. Diskon Kas
Ada dua sudut pandang terhadap permasalahan ini. Yang pertama menganggap
diskon (diambil atau tidak) sebagai pengurangan harga pembelian asset. Rasionalnya,
adalah harga yang nyata berlaku untuk sebuah asset adalah harga kas atau setara kas
dari asset tersebut. Ditambah, beberapa pendapat menyatakan bahwa bentuk diskon kas
sangat menarik, dimana kegagalan perusahaan untuk mendapatkannya
menngindikasikan adanya kesalahan dalam management/ ineffisiensi.
Dengan pendekatan kedua, menyatakan bahwa kegagalan mengambil kas
diskon tidak selalu harus dianggap sebagai kerugian. Bentuknya mungkin tidak terlalu
menguntungkan untuk perusahaan mengambil diskon tersebut. Saat ini, terdapat
perusahaan yang menggunakan kedua metodde tersebut, meskipun sebagian besar
memilih metode yang pertama.
2. Kontrak Pembayaran Ditangguhkan
Perusahaan secara teratur membeli plant assets dengan perjanjian kredit jangka
panjang, menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau equipment obligations. Untuk
Lalang Palambang (11)
mencerminkan biaya secara tepat, perusahaan menghitung aset yang dibeli dengan
perjanjian kredit jangka panjang pada nilai sekarang dengan nilai tukar yang sesuai
diantara contracting parties pada tanggal transaksi.
3. Pembelian Lump-sum
Problem spesial dari penilaian fixed aset meningkat ketika perusahaan membeli
sekelompok aset dengan satu harga lump-sum. Sebuah masalah khusus yang timbul
dalam menilai aktiva tetap ketika perusahaan membeli sekelompok aktiva pada harga
lump-Sum. Ketika situasi umum ini terjadi, perusahaan mengalokasikan total biaya
antara berbagai asset dengan basis nilai wajar relatifnya. Asumsi ini adalah biaya-biaya
akan berbeda pada proporsi nilai wajar. Ini adalah prinsip yang sama bahwa
perusahaan-perusahaan menambahkan untuk mengalokasikan sebuah biaya lump-sum
pada berbagai item yang berbeda.
4. Penerbitan Saham
Ketika perusahaan mendapatkan peralatan dengan cara menerbitkan
saham,seperti saham biasa,nilai par atau yang ditetapkan dari saham tersebut tidak bisa
secara tepat mengukur biaya perolehan dari peralatan itu. Jika penjualan saham itu
aktif,harga pasar dari saham-daham yang diterbitkan itu adalah biaya wajar dari
peralatan yang diakui.Saham merupakan suatu ukuran yang bagus dari kas ekuivalen
harga kini.
5. Pertukaran Aktiva Non-Moneter
Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter, seperti property pabrik
dan peralatan sangat controversial. Beberapa berpendapat bahwa perusahaan harus
mencatat pertukaran berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan atau yang diterima,
dengan pengakuan laba atau rugi. Sementara yang lain percaya bahwa aktiva harus
diperhitungkan berdasarkan nilai tercatat (nilai buku) aktiva yang diserahkan, dengan tidak
mengakui laba atau rugi. Dan yang lain masih mendukung pendekatan pengakuan kerugian
dan menangguhkan keuntungan.
Pada umumnya, perusahaan mencatat pertukaran aktiva berdasarkan nilai wajar
aktiva yang diterima atau diberikan, yang lebih jelas. Sehingga, perusahaan sebaiknya
mengakui laba atau rugi secara langsung dari pertukaran aktiva tersebut. Alasan untuk
mengakui secara langsung adalah karena setiap transaksi memberikan Subtansi komersial
dan karena itu rugi dan laba harus diakui.
Lalang Palambang (11)
6. Pendekatan Akuntansi
Ketika perusahaan memperoleh aset seperti properti, pabrik, dan peralatan melalui
hibah pemerintah, konsep biaya ketat menyatakan bahwa penilaian aset harus nol. Namun,
berangkat dari prinsip biaya tampaknya dibenarkan karena biaya yang dikeluarkan (biaya
lainnya dan pengeluaran kecil yang relatif) bukan dasar akuntansi yang memadai untuk
aset yang diperoleh. Ada dua pendekatan yang disarankan, yaitu pendekatan modal/ekuitas
(capital/equity approach) dan pendekatan pendapatan (income approach).
3. Perbaikan (Repairs)
Sebuah perusahaan melakukan reparasi biasa untuk mempertahankan kondisi aset agar
bisa terus beroperasi. Reparasi biasa dibebankan kepada akun beban pada periode berjalan,
yaitu periode dimana perusahaan merasakan manfaat utama dari reparasi tersebut. Reparasi
biasa berupa pemeliharaan berkala termasuk penggatian suku cadang kecil, pemberian
pelumas, pengaturan ulang peralatan, pengecatan ulang, dan pembersihan. Perusahaan
memperlakukan aktivitas-aktivitas tersebut sebagai beban operasi biasa. Reparasi besar
seperti overhaul dapat memberikan manfaat dalam beberapa tahun atau periode.