Anda di halaman 1dari 13

RESENSI BUKU

METODOLOGI STUDI ISLAM


Oleh : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M..
BAB I
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
A. PENGERTIAN AGAMA
Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan (etimologis)
dan sudut istilah (terminologis) . mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih
mudah daripada mengartikan agama dari sudut istilah karena pengertian agama dari sudut
istilah ini sudah mengandung muatan subjektifitas dari orang yang mengartikannya. Atas
dasar ini maka tidak mengherangkan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik
mendefinisikan agama.
Senada dengan mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan bahwa salah satu kesulitan
untuk berbicara mengenai agama secara umum ialah adanya perbedaan-perbedaa dalam
memahami arti agama, disamping adanya perbedaan juga dalam cara memahami serta
penerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami agama.
Setiap agama memiliki interpretasi diri yang berbeda dan keluasaan interpretasi diri itu juga
berbeda-beda.
Pengertian agama dari segai bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian harun nasution.
Menurutnya, dalam masyarakat indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din ( )
dari bahasa arab dari kata religi dalam bahasa eropa menurutnya, agama berasal dari kata
sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian harun nasution mengatakan, kata itu tersususun
dari dua kata, a= tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat,
diwarisi secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu
diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.
Selanjutnya din dalam kata semit juga berarti undang-undang atau hukum. Dalam
bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan dan
kebiasaan. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan agama yang didalamnya terdapat
peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi oleh penganut agama yang
bersangkutan.
Adapun kata religi berasal dari kata latin. Menurut satu pendapat, demikian harun
nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti
mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang
mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada tuhan yang terkumpul dalam kitab suci
yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang
berarti mengikat.
Elizabet K. Nottingkham dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa
agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu
kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama
berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya
sendiri dan alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang paling luas dan juga
digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama
dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan
ngeri. Sementara itu.
Durkheim mengatakan bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas sosial. Bahkan,
kalau dikaji, katanya, tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat.
Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan
para ahli, harun nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber
yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan ghaib
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu
kekuatan ghaib
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia
8. Ajaran yang diwahyukan manusia melalui seorang rosul
Dari beberapa definisi tersebut di atas, kita dapat menjumpai 4 unsur yang menjadi
karakteristik agama sebagai berikut.
Pertama , unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat
mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut
dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius(sakti), ruh atau jiwa
yang terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan misterius; dewa-dewa dan Tuhan
atau Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama islam.
Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini
dan diakhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib yang
dimaksud.
Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon tersebut dapat
mengambil bentuk rasa takut, seperti yang terdapat pada agama primitif , atau perasaan cinta
seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme.
Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan
ghaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan,
tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama
adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia terkandung dalam kitab
suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk
member tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Dari kesimpulan tersebut dapat dijumpai adanya lima aspek yang terkandung dalam
agama.
Pertama, aspek asal-usulnya, yaitu ada yang berasal dari Tuhan seperti agama samawi, dan
ada yang berasal dari pemikiran manusia seperti agama ardli atau agama kebudayaan.
Kedua, aspek tujuannya. Yaitu untuk memeberikan tuntunan hidup agar bahagia didunia dan
akhirat.
Ketiga , aspek ruang lingkupnya., yaitu keyakinan akan adanya gaib, keyakinan manusia
bahwa kesejahteraanya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya
hubungan baik dengan kekuatan gaib, respon yang bersifat emosional, dan adanya yang
dianggap suci.
Keempat, aspek kemasyarakatannya, yaitu disampaikan secara turun temurun dan diwariskan
dari generasi ke generasi lain.
Kelima, aspek sumpbernya, yaitu kitab suci.
B. LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
1. Latar Belakang Fitrah Manusia.
Dalam bukunya berjudul perspektif manusia dan Agama, Murthada Muthahhari
mengatakan, bahwa di saat berbicara tentang para nabi, Imam Ali as. Meneyebutkan nahwa
mereka diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian yang telah diikat oleh fitrah
mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat
diatas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, melainkan terukir dengan pena ciptaan Allah di
permukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta di
kedalaman perasaan batiniah
Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama,
maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam konteks ini kita
misalnya membaca amat yang berbunyi,
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],

[1168] fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
Ini (keesaan Tuhan)",
Berdasarkan informasi tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri
merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragam. Hal demikian sejalan denga
petunjuk nabi dalam salah satu hadisnya yang mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan
memiliki fitrah (potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak
tersebut menjadi yahudi, nasrani, atau Majusi.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor yang lainnya yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah
karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan. Hal
ini antara lain diungkapkan oleh kata al-nafs menurut quraish shihab, bahwa dalam
pandangan Alquran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan Karena itu sisi
dalam manusia inilah yang oleh Alquran dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar.
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia
dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam
maupun luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan
(lihat QS 12:5 dn 17:53). Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-
upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia
dari Tuhan. Mereka rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan
dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia
dari Tuhan. Kita misalnya membaca ayat yang berbunyi.
36. Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan
Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, Kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

BAB II
Berbagai Pendekatan di Dalam Memahami Agama
A. PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
bertolak dari suatu keyakinan bahwa suatu wujud empiric dari suatu keagamaan dianggap
sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Amin Abdullah mengatakan,
bahwa teologi, sebagaimana kita ketahui, tidak bisa, tidak pasti mengacu kepada agama
tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta
penggunaan bahasa yang bersifat subyektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai
pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis.
Dari pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman
keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya
sebagai salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang
benar sedangkan paham lainnya salah, sehingga memandang paham orang lain itu keliru,
sesat, kafir, murtad dan seterusnya.
B. PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Pendekatan antropoligis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah dan memberikan jawabannya.
Melalui pendekatan antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan
antara agama dan negara (state and religion) . topik ini juga tidak pernah kering dikupas oleh
para peneliti.
C. PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang
baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari
ilmu sosiologi. Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak
lalu akhirnya bisa jadi penguasa di mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi
Musa harus dibantu Nabi Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa
tersebut baru dapat dijawab sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu
sosial.
Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena
agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam Alquran misalnya kita jumpai
ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang
menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa, dan sebab-sebab yang menyebabkan
terjadinya kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya
mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan.
D. PENDEKATAN FILOSOFIS
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran,
ilmu, dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan
sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
E. HISTORIS
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa
tersebut.
F. PENDEKATAN KEBUDAYAAN
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti
pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk
hasil kebudayaan.
G. PENDEKATAN PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang
dapat di amatinya. Menurut Zakiah Daradjat , perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadI
karena terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.

BAB 3
HUBUNGAN AGAMA DENGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
A. PANDANGAN AJARAN ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, islam telah tampil sebagai agama yang memberi
perhatian pada keeimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia
dengan Tuhan, antara hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah dengan
urusan muamalah .
Selanjutnya, jika kita adakan perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan
ibadah dengan urusan muamalah , ternyata islam menekankan islam lebih banyak
memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama
yang menjadikan seluruh bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada Allah dalam arti
yang luas. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah dalam arti yang khusus.
B. ILMU SOSIAL YANG BERNUANSA ISLAM
Dewasa ini ilmu sosial tengah mengalami kemandekan dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapinya. Kita butuh ilmu sosial yang tidak hanya berhenti pada
menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat memecahkannya secara memuaskan. Men.
Kuntowijoyo, kita butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan
dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu
dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Yaitu ilmu sosial yang mempu mengubah fenomena
berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu; perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal.
Pertama, cita-cita kemanusiaan, kedua, liberalisasi; dan ketiga, transendensi. Cita-cita
profetik tersebut dapat diiderivasikan dari misi historis islam sebagaimana terkandung dalam
ayat 110 surat Ali Imron sebagai berikut.
Kamu sekalian adalah sebaik-baiknya umat yang ditugaskan kepada manusia menyuruh
berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan beriman kepada allah. (QS Al-Imran, 110).
Ilmu sosial yang demikian, maka umat islam akan dapat meluruskan gerak langkah
perkembangan ilmu pengertahuan yang terjadi saat ini dan juga dapat meredam berbagai
kerusuhan sosial dan tindakan krimial lannya yang saat ini banyak mewarnai kehidupan.
C. PERAN ILMU SOSIAL PROFETIK PADA ERA GLOBALISASI
Dengan ilmu sosial profetik yang kita bangun dari ajaran islam sebagaimana tersebut di
atas, kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains barat dan arus globalisasi
yang terjadi saat ini. Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban. Islam
adalah sebuah paradigma terbuka.
Dari kandungan surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya :
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu.
Kata telah Ku-sempurnakan agama KU mengandung arti bukan membuat yang baru
atau membangun dari ruang hampa melainkan dari bahan-bahan yang sudah ada. Hal
demikian dapat dilihat dari kenyataan sejarah.
Islam mengembangkan matematikan india, ilmu kedokteran dari cina, sistem pertahanan
sasanid, logika yunani, dsb. Namun dalamm proses penerimaanya itu terdapat dialektika
internal. Misalnya, untuk bidang-bidang pengkajian tertentu islam menolak bagian logika
yunani yang sangat rasional diganti dengan cara berpikir intuitif yang menekankan rasa
seperti yang dikenal dalam tasawuf.
Alquran sebagai sumber utama ajara islam diturunkan bukan dalam ruang hampa,
melainkan dala setting sosial aktual. Respon normatifnya merefleksikan kondisi sosial aktual
itu, meskipun jelas, bahwa Alquran memiliki cita-cita sosial tertentu.
BAB 4
PENGERTIAN DAN SUMBER AJARAN ISLAM
Sebagai agama terakhir, islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan
dengan agama-agama ayang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatul yang berbicara
tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai engertian agama islam, sumber, dan ruang
lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya.

A. PENGERTIAN AGAMA ISLAM


Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama islam, yaitu sisi
kebahasaan dan sisi peristilahan.
Dari segi kebahsaan islan berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima aslama yang berarti berserah
diri masuk dalam kedamaian.
Pengertian islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat dipahami dari
firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat Al-Baqoroh yang artinya, hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara kesuluruhannya, dan janganlah kamu
turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,
Dari uraian diatas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalam
upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal
demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura,
malainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam
kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.
Secara istilah islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah Swt, nama
islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata
islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari
suatu negeri. Kata islam adalah anama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal ini demikian
dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Alquran diturunkan oleh Allah Swt.
B. SUMBER AJARAN ISLAM
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah
Alquran dan Alsunnah
1. Alquran
Asy-Syafii mengatakan bahwa Alquran bukan berasal dari akar kata apa pun, dan bukan
pula ditulis dengan memakai hamzah. Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian
kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Alquran dari segi istilah bahwa Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Saw., dan dinilai ibadah bagi yang membacanya.

Kita dapat mengetahui bahwa Alquran adalah kitab suci yang yang isinya mengandung
firman Allah, turunnya secara bertahap melalui malaikat jibril, pembawanya Nabi
Muhammad Saw. Susunannya dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas
bagi yang membacanya bernilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bujti yang
kuat atas kerasulan Nabi Saw.,
2. Al-Sunnah
Kedudukan Al-sunnah sebagai sumber ajaran islam selain didasarkan pada keterangan
ayat-ayat Alquran dan hadis juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat.

Menurut bahasa artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang
baik dan ada pula yang buruk. Pengertian Al-Sunnah seperti ini sejalan dengan makna hadis
Nabi yang artinya : barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka
pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakannya; dan
barang siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang memuat sunnah yang
buruk itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.

BAB 5

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

Dari berbagai sumber kepustakaan tentang islam yang ditulis para tokoh di atas, dapat
diketahui bahwa islam memiliki karakteristtik yang khas yang dapat dikenali melalui
konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti bidang agama, ibadah, muamalah (kemanusiaan)
yang didalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial,
ekonomi, politik, kehidupan, lingkungan hidup, dll. Konsepsi islam dalam berbagai bidang
yang menjadi karakteristiknya itu dapat dikemukakan sebagai berikut.
A. DALAM BIDANG AGAMA
Nurcholis majid bayak bicara tentang karakterisktik ajaran islam dalam bidang
agama. Menurutnya, bahwa dalam bidang agama islam mengakui adanya pluralisme,
pluralisme menurut nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan (sunnah Allah) yang tidak akan
berubah, sehingga juga tidak mungkin di lawan atau diingkari. Dan islam adalah yang kitab
sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan
syirik, untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan.
Dengan demikian, karakteristik ajaran agama islam dala visi keagamaanya bersifat
toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas
agamatersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada Tuhan.
B. DALAM BIDANG IBADAH
Secara harifiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt. Karena didorong dan
bangkitkan oleh tauhid.
Ibadah yang dibahas dalam bagian ini adalah ibadah khusus. Bilangan sholat lima
waktu serta tata cara mengerjakannya, ketentuan ibadah haji serta tata cara mengerjakannya,
misalnya adalah termasuk ibadah yang ditentuka oleh Allah serta tata cara mengerjakannya.
Visi islam, tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa dan misi ajaran islam itu
sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang hanya
diperintahkan agar beribadah kepadaNya.
C. BIDANG AKIDAH
Akidah dalam islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan
sebagia yang wajib disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat;
perbuatan dengan amal shaleh. Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang
beriman tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan dimulut dan perbuatan melainkan secara
keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan dan perbuatan
yang dikemukakan oleh orang yang beriman itu kecuali yang sejalan dengan kehendak Allah.
Dengan demikian akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada
tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang
pada akhirnya menimbulan amal shaleh.
D. BIDANG ILMU KEBUDAYAAN
Karajkteristik ajaran islam dalam bidang ilmu kebudayaan bersifat terbuka dan
akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar. Tetapi juga selektif.
Karakteristik islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat
pula dilihat dari 5 ayat pertama surat Al-Alaq yang diturunkan tuhan kepada Nabi Saw.pada
ayat tersebut terdapat kata iqra yang diulang sebanyak dua kali. Kata tersebut menurut A.
Baiquni, selain berarti membaca dalam arti biasa tetapi juga menelaah, mengobservasi,
membandingkan, mengukur, mendeskripskan, menganalisis, dan penyimpulan secara
induktif. Semua cara tersebut dilakuakan dalam proses mencari sesuatu. Hal itu merupakan
salah satu yang dapat cara yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
E. BIDANG PENDIDIKAN
Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang
bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang. Laki-laki atau perempuan dan berlangsung
sepanjang hayat.
F. BIDANG SOSIAL
Ajaran islam di dalam bidang sosial ini termasuk yang paling menonjol. Karena
seluruh bidang ajaran islam yang diterangkan di atas pada akkhirnya ditujukan untuk
mnsejahterakan manusia. namun, khsusus dalam bidang sosial ini islam menjunjung tinggi
tolong menolong, saling menasehati, tentang hak dan kesabaran. Kesetiakawanan, egaliter
(kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersaamaan.
Selanjutnya islam menilai bahwa ibadah yang dilakukan secara berjamaah atau secara
bersama-sama dengan orang lain nilainya lebih tinggi dari pada salat ssendiri dengan
perbandingan 27 derajat.
G. DALAM BIDANG KEHIDUPAN EKONOMI
Islam memandang bahwa kehiduapan yang harus dilakukan manusia adalah hidup
yang seimbang dan tidak terpisahkan antara usrusan dunia dan akhirat. Urusan dunia di kejar
dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia.
Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn mubarok yang artinya: bukankah termasuk
orang yang baik diantara kamu adalah orang yang meninggalkan dunia karena mengejar
kehidupan akhirat, dan orang yang meninggalkan kehidupan akhirat karena mengejar
kehidupan dunia, orang yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang,
karena dunai adalah alat menuju akhirat.
Pandangan islam mengenai kehidupan demikian itu , secara tidak langsung menolak
kehidupan yang secara sekuralistik yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia
dengan urusan agama. Agama harus terlibat dalam mengatur urusana dunia.
H. DALAM BIDANG KESEHATAN
Ajaran islam dalam bidang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahann lebih
diutamakan daripada penyembuhan. Dalam bahasa arab prinsip inbi disebut al-qiqoyah khoir
min al illaj . berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk
kitab suci dan sunnah Nabi Saw. Yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.
Untuk menju upaya tersebut islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin.
I. DALAM BIDANG POLITIK
Ciri ajaran islam selanjutnya dapat diketahui melalui konspesinya dalam bidang politik.
Dalam Alquran surat An-Nisa 156 terdapat penrintah menaati ulil amri yang terjemahannya
termasuk penguasa dibidang politik, pemerintahan dan negara. Dalam hal ini tidak
mengajarkan ketaatan buta terhadap pemimpin.
J. DALAM BIDANG PEKERJAAN
Karakteristik ajaran islam lebih lanjut dapat dilihat dari ajarannya mengenai kerja.
Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah Swt. Atas dasar ini maka kerja
yang dikehendaki islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah
Swt.
Untuk menghasilakan produk yang bermutu, islam memandang kerja yang dilakukan
adalah kerja profesional, yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman,
kesungguhan, dam seterusnya. Suatu pekerjaan yang diserahkan bukan pada ahlinya
tunggulah kehancurannya. Demikian peringatan Nabi Muhammad Saw.

K. ISLAM SEBAGAI DISIPLIN ILMU


Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman. Menurut kemenag
yang termasuk ilmu keislaman adalah Alquran/Tafsir, Hadis/Ilmu Hadis, ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, hukum, islam (fiqih), sejarah dan kebudayaan islam, serta pendidikan islam

Anda mungkin juga menyukai