Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEGIATAN

F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (P-IRT)

Disusun Oleh:
dr. Icha Dithyana

Puskesmas Kota Salatiga


Periode November 2016 - Maret 2017
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2016-November 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik:
Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Januari 2017

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Icha Dithyana dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

2
A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan
peningkatan kesejahteraannya. Beberapa kebutuhan manusia antara lain,
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan akan pangan
merupakan kebutuhan primer atau pokok bagi setiap masyarakat disamping
kebutuhan sandang dan papan. Makanan mempunyai peran yang sangat
luas bagi kehidupan, karena kehidupan manusia tidak dapat lepas dari
kebutuhan akan makanan. Manusia dapat hidup karena mendapat asupan
gizi dari makanan yang dikonsumsinya. Hal itulah yang memacu para
pengusaha yang bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan bahan
makanan untuk memproduksi makanan bagi masyarakat (konsumen) dalam
jumlah yang besar. 4
Penyediaan makanan yang aman, bergizi dan cukup merupakan
strategi yang penting untuk mencapai sasaran dalam bidang kesehatan. Mutu
dan keamanan makanan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap
kesehatan masyarakat, tetapi juga mempunyai pengaruh penting terhadap
produktifitas ekonomi dan perkembangan sosial baik individu, masyarakat
maupun negara.5
Pada era modern seperti ini banyak industri makanan dan minuman
tumbuh berkembang. Salah satu industri yang bergerak dalam bidang
makanan dan minuman adalah home industry. Home industry makanan dan
minuman merupakan salah satu industri yang sangat potensial dan memiliki
prospek yang baik untuk ditumbuh kembangkan. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya home industry yang tersebar secara luas diseluruh pelosok
tanah air meski dalam jenis dan skala usaha yang berbeda-beda4.
Dalam upaya menumbuh kembangkan industri tersebut, maka
pemerintah melalui berbagai instansi terkait melakukan berbagai upaya
pembinaan, baik yang bersifat teknis produksi, manajemen pemasaran
maupun melalui peraturan yang ada untuk menjamin tersediannya pangan
bagi masyarakat7.
Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pangan, tidak terlepas dari

3
perlindungan konsumen, agar dapat mengkonsumsi makanan dengan aman.
Pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi
pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta
peningkatan kecerdasan masyarakat.

B. PERMASALAHAN
Guna melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang dapat
membahayakan kesehatan konsumen, maka dibutuhkan izin atau sertifikasi
atas produk makanan yang dihasilkan oleh para produsen makanan.
Semua produk makanan yang akan dipasarkan di Indonesia, baik berasal
dari dalam dan luar negeri harus didaftarkan dan disertifikasi melalui instansi
yang berwenang. P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) adalah izin jaminan
usaha makanan atau minuman rumahan yang dijual memenuhi standar
keamanan makanan atau izin edar produk panganolahan yang diproduksi
oleh UKM untuk dipasarkan secara lokal.
Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 1999 tentang pangan mengatur
bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalahuntuk
tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi
bagi kepentingan kesehatan manusia. Mengingat hal tersebut diatas maka SP-
IRT (Sertifikat Produksi Industri Rumah Tangga) dan izin Dinas Kesehatan
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas Industri Rumah Tangga
pangan, meletakkan Industri Rumah Tangga pangan dalam posisi strategis
dan sehat.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Kegiatan
Pentingnya peranan Puskesmas Cebongan dalam pengajuan ijin Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, maka dilakukan kunjungan
lapangan pada tanggal 22 Desember 2016. Aspek-aspek yang diperhatikan
pada saat kunjungan antara lain bangunan, kelengkapan ruang produksi,

4
peralatan produksi, label pangan, tempat penyimpanan, fasilitas dan
kegiatan higiene serta sanitasi.
2. Menentukan Sasaran
Sasaran ini adalah sasaran primer yaitu usaha sukade dan selai BY ME
milik Bapak Suhartono Sutrisno yang berlokasi di Klampeyan.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan dilakukannya kunjungan lapangan yang merupakan salah satu
syarat pengajuan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga untuk
upaya pembinaan, baik yang bersifat teknis produksi, higiene, sanitasi
melalui peraturan yang ada untuk menjamin tersediannya pangan bagi
masyarakat. Sehingga dapat memberikan perlindungan konsumen terhadap
hasil produk pangan industri rumah tangga terutama dalam hal keamanan
pangan.
4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE
Kegiatan ini dilakukan dengan metode langsung (direct communication /
face to face communication) dan pemeriksaan langsung pada bangunan,
kelengkapan ruang produksi, peralatan produksi, label pangan, tempat
penyimpanan, fasilitas dan kegiatan higiene serta sanitasi.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari pemegang program
Kesehatan Lingkungan Puskesmas Cebongan dan Dokter Internsip.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Kegiatan : Kunjungan lapangan pada industi rumah tangga selai
dan sukade BY ME milik Bapak Suhartono
Sutrisno dalam rangka penerbitan surat rekomendasi
PIRT
2. Tujuan : Melakukan pembinaan, baik yang bersifat teknis
produksi, higiene, sanitasi, melalui peraturan yang
ada. Sehingga dapat memberikan perlindungan

5
konsumen terhadap hasil produk pangan industri
rumah tangga terutama dalam hal keamanan pangan.
3. Waktu dan Tempat : Pukul 09.00-10.00 WIB di industri rumah tangga
sukade dan selai BY ME milik Bapak Suhartono
Sutrisno yang berlokasi di Klampeyan.
4. Metode : Kegiatan ini dilakukan dengan metode langsung
(direct communication/ face to face communication)
dan dan pemeriksaan langsung pada bangunan,
kelengkapan ruang produksi, peralatan produksi,
label pangan, tempat penyimpanan, fasilitas dan
kegiatan higiene serta sanitasi.
5. Penanggung Jawab :Pemegang program Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Cebongan dan Dokter Internsip.

E. MONITORING DAN EVALUASI


Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pangan, tidak terlepas dari
perlindungan konsumen agar dapat mengkonsumsi makanan dengan aman.
Pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi
pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta
peningkatan kecerdasan masyarakat. Guna melindungi masyarakat dari
produk pangan olahan yang dapat membahayakan kesehatan konsumen,
maka dibutuhkan izin atau sertifikasi atas produk makanan yang
dihasilkan oleh para produsen makanan.
Kunjungan pada industi rumah tangga selai dan sukade BY ME
milik Bapak Suhartono Sutrisno ini dimaksudkan untuk melihat secara
langsung apakah sarana produksi (alat dan mesin, tempat, bahan yang
digunakan, bahan pembantu), cara proses pengolahan, sanitasi- hygienitas,
dan lain-lain sudah dilaksanakan dengan baik oleh UKM sesuai dengan
prinsip-prinsip keamanan pangan.
Monitoring PIRT harus memenuhi persyaratan Cara Produksi Pangan
yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), CPPB-IRT ini

6
menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi tentang
penanganan pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan
baku sampai produk akhir yang mencakup :
1. Lokasi dan Lingkungan Produksi;
2. Bangunan dan Fasilitas;
3. Peralatan Produksi;
4. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air;
5. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi;
6. Kesehatan dan Higiene Karyawan;
7. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Karyawan;
8. Penyimpanan;
9. Pengendalian Proses;
10. Pelabelan Pangan;

Adapun hasil kunjungan industi rumah tangga selai dan sukade BY


ME sebagai berikut:
1. Lokasi dan Lingkungan Produksi
Lokasi UKM salai dan sukade BY ME sudah jauh dari sumber
pencemaran seperti tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat dan
sumber pencemar lainnya. Hal ini sudah sesuai dengan aturan, dimana
jarak minimal 500 meter dari sumber pencemaran.
2. Bangunan dan Fasilitas;
Bangunan untuk UKM salai dan sukade BY ME sudah
memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan yang berlaku.
Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan
bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan
sembarangan. Permukaan lantai sudah rapat air, halus, mudah dibersihkan,
namun kelandaian dirasa kurang sehingga lantai sedikit licin. Permukaan
dinding sebelah dalam halus, berwarna terang, tidak mudah mengelupas,
kering atau tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Pencahayaan pun
dirasa cukup serta pencahayaan tidak menimbulkan silau. Kontruksi

7
langit-langit bersih, tidak bocor, tidak berlubang, serta terbuat dari bahan
tahan lama.
3. Peralatan Produksi;
Peralatan produksi salai dan sukade BY ME selalu dalam keadaan
bersih. Alat-alat produksi sehabis pemakaian langsung di cuci dengan air
yang mengalir. Pencucian peralatan menggunakan bahan pembersih/
deterjen. Tempat pencucian peralatan terbuat dari bahan yang kuat,
aman dan tidak berkarat, dan mudah dibersihkan.
4. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air;
Pemilik salai dan sukade BY ME mengaku jika menggunakan air
PAM untuk proses produksi. Air yang digunakan telah melewati pengujian
laboratorium dan bebas kontaminasi bakteri.
5. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi;
Pembuangan air kotor atau limbah (limbah dapur dan kamar
mandi) sudah dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air
limbah dilakukan dengan membuat septic tank. Septic tank dibuat dengan
dinding yang kedap sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar, tidak
mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya bak air di
permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah, tidak mengotori
permukaan tanah, serta tidak menimbulkan bau yang mengganggu. Septic
tank di sedot secara rutin tiap bulannya.
6. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Karyawan;
Karyawan UKM selai sukade BY ME kurang lebih berjumlah 20
orang. Seluruh karyawan selalu menjaga kebersihan badan. Namun tidak
semua karyawan menggunakan pakaian atau perlengkapan kerja yang
sudah disediakan oleh pemilik seperti masker, penutup kepala, dan sepatu
boat. Selama proses produksi, karyawan tidak memakai sarung tangan. Hal
ini berisiko menyebabkan makanan terkontaminasi oleh kuman yang
mungkin ada di tangan
7. Penyimpanan;

8
Bahan-bahan baku maupun produk selai dan sukade yang sudah di
kemas dan siap dipasarkan disimpan dalam ruangan tersendiri dan
terpisah. Ruang penyimpanan sudah cukup bersih, namun tidak
tersedianya meja membuat bahan baku bersentuhan langsung dengan
lantai.

F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi P-IRT1,2,3
P-IRT adalah Pangan Industri Rumah Tangga, merupakan ijin edar
produk pangan olahan yang diproduksi oleh UKM untuk dipasarkan secara
lokal. P-IRT harus tercantum dalam produk olahan makanan yang
diedarkan di masyarakat. Karena usaha ini dimulai dari rumah maka yang
perlu dilakukan adalah mendaftarkan PIRT (Pangan Industri Rumah
Tangga) ke Dinas Kesehatan di masing masing wilayah (kabupaten atau
propinsi).
P-IRT penting sebagai jaminan bahwa usaha makanan atau minuman
rumahan yang dijual memenuhi standar keamanan makanan. Pangan
adalah segala sesuatu yg berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah/tdk diolah,yg diperuntukkan sbg makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yg digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/ atau pembuatan makanan atau minuman
Produk pangan yang dikonsumsi bagi masyarakat haruslah aman dari
bahan-bahan berbahaya, baik bahaya kimia, bahaya biologis, maupun
bahaya fisik. Guna memberikan keamanan pangan bagi konsumen, maka
diperlukan sistem pembinaan dan registrasi produk.
Sertifikat P-IRT adalah ijin edar produk pangan olahan yang
diproduksi oleh UKM untuk dipasarkan secara lokal. Apabila mendaftar,
akan memperoleh 2 sertifikat yaitu sertifikat penyuluhan dan sertifikat P-
IRT.

9
Sebelum ada istilah P-IRT, nomer pendaftaran yang di cantumkan
adalah Dep. Kes. RI No. SP xx/xxx/x/95. Jadi sampai saat ini pencatuman
nomer pendaftaran label makanan ada yang menggunakan P-IRT, ada pula
yang masih tetap nomer lama dengan menggunakan SP. Dalam nomer P-
IRT yang tercantum di setiap produk olahan makanan dan minum, tertulis
sederatan angka yang di dalamnya menunjukkan lokasi tempat produksi
dan jenis bahan utama yang diperlukan untuk menghasilkan produk
makanan. Sangat perlu mengurus Keamanan Pangan Industri Rumah
Tangga (PIRT) merupakan hal yang sangat penting, mengingat PIRT
dibuat dengan alat yang semi otomatis sehingga memungkinkan keamanan
PIRT tidak terjamin. Pengawasan keamanan PIRT dilakukan oleh
pemerintah untuk mendapatkan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan
untuk menjamin hak-hak konsumen.

2. Dasar Hukum P-IRT6,7


a. Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan
b. Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
c. Peraturan pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan
pangan
d. Keputusan kepala badan Pengawasan Obat & Makanan RI
No.HK.00.05.5.1640 tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan
Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang PANGAN
f. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan
g. Perka BPOM Nomor : HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga
h. Perka BPOM Nomor : HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara
Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga

10
i. Perka BPOM Nomor : HK.03.1.23.04.12.2207 tahun 2012 tentang Tata
Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

3. Tahapan Pengurusan P-IRT4,5,7


a. Pengajuan Permohonan P-IRT
Pengurusan dapat dilakukan di Dinas Kesehatan setempat sesuai
dengan lokasi UKM itu berada dan meminta formulir untuk
pengajuan P-IRT.
1) Syaratsyarat Pendaftaran Penyuluhan Perusahaan Industri Rumah
Tangga Makanan dan Minuman, antara lain:
a) Menyerahkan fotokopi KTP yang berlaku 2 lembar
Pemilik / Penanggung Jawab Memiliki SIUP / TDI dari
Diperindag Memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
dari Dinkes & Kabupaten / Kota atau Minimal 1(satu) orang
memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Bila
tidak memiliki Sertifikat PKP, perusahaan menunjuk tenaga
yang sesuai dengan tugasnya mengikuti Pelatihan Penyuluhan
Keamanan Pangan.
b) Menyerahkan pas foto 4 x 6 cm, 3 lembar
c) Menyerahkan fotokopi surat pendaftaran industri kecil
d) Menyerahkan contoh label setiap jenis yang diproduksi masing-
masing lembar yang siap untuk dicetak
e) Label yang diserahkan minimal mencantumkan sbb: nama jenis
makanan/minuman, nama merk dagang, isi/netto/berat bersih,
komposisi, nama dan alamat perusahaan, tanggal kadaluarsa,
kode produksi, nomor P-IRT
f) Biaya penyuluhan sebesar Rp 125.000,-
g) SPP-IRT dapat dikeluarkan apabila ybs sudah mengikuti
penyuluhan
h) Retribusi per nomor IRT sebesar Rp 175.000,-
i) Peta lokasi sebanyak 2 lembar

11
j) Denah bangunan sebanyak 2 lembar
k) Menyerahkan contoh masing-masing produk
l) Surat keterangan dari Puskesmas setempat
2) Permohonan rekomendasi ijin edar makanan dan minuman industri
rumah tangga
3) Surat pernyataan pemilik industri untuk tidak akan menggunakan
bahan tambahan pangan yang dilarang
4) Data isian perusahaan makanan minuman industri rumah tangga
5) data produk makanan

Prosedur Perizinan :
1) Mengajukan permohonan untuk mendapatkan Sertifikasi Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga kepada Kepala Dinas Kesehatan .
Akan dilakukan Pemeriksaan berkas (1 hari)
2) Persetujuan Kadinkes (1 hari)
3) Menunggu waktu pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan yang
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali (1 hari s/d 3 bulan)
4) Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan
diperiksa sarana produksinya
5) Mengikuti Acara Penyuluhan Keamanan Pangan (1 hari)
6) Pemeriksaan sarana (1 hari s/d 14 hari)
7) Pemohon membayar retribusi. Sertifikat Pangan Industri Rumah
Tangga diserahkan (1 hari)
8) Total waktu 6 hari s/d 3 bulan

b. Penyuluhan Keamanan Pangan1,2


Setelah pengajuan permohonan P-IRT masuk, akan dilaksanakan
penyuluhan seputar keamanan pangan. Biasanya penyuluhan dilaksanakan
kepada sekitar 20 industri pemohon sekaligus. Materinya kurang lebih
seputar cara pengolahan bahan yang baik, penyakit pangan, sanitasi,
undang-undang, pengawasan pangan, dll. Apabila telah mengikuti

12
penyuluhan tersebut, maka diterbitkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan
Pangan (PKP).
Informasi Tentang Nomor Sertifikat PKP. Nomor Sertifikat terdiri
dari 3 (tiga) kolom dan 9 (sembiIan) angka, sesuai contoh berikut :
123/4567/89
1) Angka ke- 1, 2, 3 pada kolom I, menunjukkan nomor urut tenaga
2) Angka ke- 4, 5, 6, 7 pada kolom II, menunjukkan propinsi dan
kabupaten / kota
3) Angka ke- 8, 9 pada kolom III, menunjukkan tahun penerbitan
sertifikat
.
c. Pemeriksaan Tempat Usaha4,5
Petugas dari Dinkes selanjutnya akan melakukan kunjungan langsung
ke tempat usaha. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk melihat secara
langsung apakah sarana produksi (alat dan mesin, tempat, bahan yang
digunakan, bahan pembantu, dll), cara proses pengolahan, dan lainnya sudah
dilaksanakan dengan baik oleh industri sesuai dengan prinsip-prinsip
keamanan pangan yang telah diperoleh selama penyuluhan. Mengerjakan
Pre-test dan Post test, lulus mengikuti PKP dengan hasil evaluasi minimal
nilai cukup (60) (untuk nilai Post Test)

d. Penerbitan Sertifikat P-IRT6,7


Apabila hasil pemeriksaan tempat usaha dinilai cukup baik, terbitlah
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). SPP-IRT
berlaku selama 5 tahun terhitung sejak tanggal penerbitannya dan dapat
diperpanjang. Apabila pemilik melakukan pelanggaran sesuai peraturan
yang berlaku tentang keamanan pangan, maka SPP-IRT akan dicabut.
Setelah lulus maka diberikan sertifikat PKP yang sudah tercantum nomor
PKP nya : 9 digit : 123/4567/89. Mulai tahun 2012 Nomor PIRT minimal 15
digit : P-IRT No.1234567890123-45 Nomor P-IRT diberikan untuk 1(satu)
jenis pangan IRT.Setiap perubahan (pemilik/penanggung jawab), dan

13
perubahan atau penambahan produk (jenis/kemasan) harus dilaporkan ke
bupati/wako cq.Dinkes).Pengajuan perpanjangan SPP-IRT dilakukan
minimal 3 bulan sblm masa SPP-IRT berakhir. Monitoring SPP-IRT
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun dilakukan oleh Bupati/Wako cq.
Dinas Kesehatan dan atau Puskesmas

PEMILIK INDUSTRI
RUMAH TANGGA

DINAS
KESEHATAN

PENYULUHAN INDUSTRI
KEAMANAN VERIFIKASI RUMAH TANGGA
PANGAN
MEMENUHI
SYARAT

SERTIFIKAT
KEAMANAN SP-PIRT
PANGAN

Gambar 1. Skema Alur Pendaftaran PIRT

14
4. SPP-IRT :5,6
a. Diberikan oleh Bupati/ Walikota cq. Dinas Kesehatan
b. Setelah P-IRT memenuhi persyaratan
c. Berlaku selama 5(lima tahun) dan dapat diperpanjang
d. Pangan Produksi P-IRT yang SPP-PIRT telah berakhir masa berlakunya
dilarang untuk diedarkan
Persyaratan :
a. Mempunyai Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
b. Hasil Rekomendasi Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga
c. Jenis Pangan yang diijinkan untuk memperoleh SPP-IRT tercantum pada
Peraturan ini.

Sertifikat Produksi Pangan IRT (SPP IRT) Sertifikat diberikan untuk


1 (satu) jenis produk pangan Nomor Sertifikat PP IRT terdiri dari 12
angka (digit) yaitu:
a. Angka ke- 1 menunjukkan kode jenis kemasan
b. Angka ke- 2, 3 menunjukkan nomor urut jenis produk
c. Angka ke- 4,5,6.7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota
d. Angka ke- 8, 9 menunjukkan nomor urut produk PP IRTyangtelah
memperoleh SPP-IRT
e. Angka ke- 10,11,12 menunjukkan nomor urut PP-IRT di Kabupaten/kota
yang bersangkutan Nomor Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
dicantumkan pada label produk pangan IRT dengan cara penulisan
seperti

Tabel 1. Contoh : P IRT No. 20634710202


No Keterangan
2 jenis kemasan adalah plastik

15
06 kelompok jenis pangan yaitu tepung dan hasif olahnya dan jenis
produknya adalah biscuit
3471 kode propinsi, kabupaten/kota adalah propinsi DIY, kota
Yogyakarta
02 nomor urut jenis pangan yang ke- 2 memperoleh nomor sertifikat
produksi
02 nomor urut perusahaan IRT di kabupaten / kota setempat
(Yogyakarta)

Tabel 2. Kode Propinsi, Kabupaten dan Kota


Kode Wilayah
33 Jawa Tengah
33.08 Kabupaten Magelang
33.10 Klaten
34 DI Yogyakarta
34.01 Kabupaten Kulon Progo
34.02 Kabupaten Bantul
34.03 Kabupaten Gunung Kidul
34.04 Kabupaten Sleman
34.71 Kota Yogyakarta.

Tabel 3. Kode jenis pangan produk PIRT


Kode Keterangan
01 Daging dan hasil olahnya Abon daging, Baso daging, Dendeng
babi, Dendeng sapi, Rambak kulit.
02 Ikan dan hasil olahnya Abon ikan, Baso ikan, Cumi kering, Ikan
asap, Ikan asin, Kerupuk ikan, Pasta, Ikan, Petis, Terasi, Udang
kering.
03 Unggas dan hasil olahnya Abon ayam, Telur asin, Keripik cakar,
Ayam bakar.

16
04 Sayur dan hasil olahnya Acar Asinan sayur, Jamur asin/kering,
Sayur asin / kering, sayur kering
05 Kelapa dan hasil olahnya Kelapa parut kering, Olahan air kelapa
/ nata decoco, Pasta kelapa, Santan
06 Tepung dan hasil olahnya Bihun, Biskuit, Dodol, Jenang,
Kerupuk, Kue basah, Kue brem, Kue kering, Makaroni Mie
kering, Mie basah, Tapioka, Tepung aren, Tepung beras / ketan,
Tepung gandum, Tepung hunkwee, Tepung Kedele, Tepung
kelapa, Tepung kentang, Tepung pisang, tepung sagu roti, Sohun,
Tahu, Wingko, Geplak.
07 Minyak goreng, Minyak jagung, Minyak kacang, Minyak kedele,
Minyak kelapa, Minyak bunga matahari, Minyak Zaitun
08 J em dan jenisnya Jem / Selai, Jeli buah, Marmalad, Serikaya
09 Gula, Madu, Kembang gula Gula aren, Gula kelapa, Gula pasir,
Gula semur, Kembang guIa, Kembang gula kare , Madu, Sirop.
10 Bumbu Aneka bumbu masak, bawang goreng, Cuka, Kecap asin
/ manis, Petis, Saos cabe, Saos ikan, Saos kacang, Saos tomat,
Tauco, Terasi
11 Rempah rempah Bawang merah kering/pasta/bubuk, Cabe
kering/pasta /bubuk, Cengkeh kering/pasta/bubuk, Jahe
kering/pasta/bubuk, Jintan, Kayu manis, Kapulaga, Ketumbar,
Kunyit kering/pasta/bubuk, Lada putih/hitam, Pala / bunga pala,
Wijen
12 Minuman ringan, Jus Jus buah, Minuman beraroma, Minuman
buah, Minuman gula asam, Minuman kacang kedelai/Sari kedele,
Minuman kopi/campur, Minuman kunyit asam, Minuman lidah
buaya, Minuman rumput laut, Minuman sari madu, Minuman teh
13 Buah dan hasil olahannya Asinan buah, Buah kering, Manisan
buah, Kurma, Sari buah, Emping pisang.
14 Biji-bijian dan umbi-umbian Beras, Jagung, Ketan, Keripik

17
kentang, Keripik ketela, Keripik singkong, Keripik Sukun, Tape
ketan, Kacang, Emping mlinjo, Getuk.
15 Es Es batu, Es jus, Es stik

Kode Jenis Kemasan:


1. Kaca P-IRT/MD
2. Plastik P-IRT/MD
3. Karton / kertas P-IRT/MD
4. Tetrapak Harus MD
5. Kaleng Harus MD
6. Alumunium Foil P-IRT/MD
7. Komposid Harus MD
8. Ganda P-IRT/MD
9. Lain-lain P-IRT/MD

5. PENCABUTAN SPP-IRT : 5,6


Dilakukan oleh Bupati/Walikota cq. DINKES apabila terjadi salah satu
dari hal-hal berikut :
a. Pemilik dan/ penanggungjawab perusahaan melakukan pelanggaran
terhadap peraturan yg berlaku
b. Pangan terbukti sebagai penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan
makanan
c. Pangan mengandung bahan berbahaya
d. Sarana terbukti tidak sesuai dengan kriteria IRTP1

Perubahan dan penambahan jenis pangan apabila :


a. Perubahan pemilik SPP-IRT dan penanggung jawab perusahaan harus
dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

18
b. Penambahan SPP-IRT dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
berdasarkan Permohonan penambahan jenis produk pangan yang
dihasilkan oleh IRT yang telah mengikuti penyuluhan
c. Hasil pemeriksaan sarana produksi IRT oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota minimal Cukup

6. Produk P-IRT dan Non P-IRT4


Jenis pangan yang diizinkan untuk memperoleh SPP-IRT :
1. Hasil Olahan Daging Kering
2. Hasil Olahan Ikan Kering
3. Hasil Olahan Unggas Kering
4. Sayur Asin dan Sayur Kering
5. Hasil Olahan Kelapa
6. Tepung dan hasil olahnya
7. Minyak dan Lemak
8. Selai, Jeli dan Sejenisnya
9. Gula, Kembang Gula dan Madu
10. Kopi, Teh, Coklat Kering atau campurannya
11. Bumbu
12. Rempah-rempah
13. Minuman ringan, minuman serbuk
14. Hasil Olahan Buah
15. Hasil Olahan Biji-bijian dan Umbi
16. Lain-lain Es2

7. Produk Non P-IRT4


Pengecualian untuk permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang
diproduksi berupa:

19
a. Susu dan hasil olahannya
b. Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan
atau penyimpanan beku hasil olahannya yang memerlukan proses dan
atau penyimpanan beku Pangan kaleng berasam rendah (PH> 4,5)
c. Pangan kaleng
d. Pangan bayi
e. Minuman beralkohol
f. Air minum dalam kemasan (AMDK)
g. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI
h. Pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Ichda Ch., M.P. 2011. Perijinan Pangan Bahan Ajar Pengendalian Mutu
Pangan. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
2. Soekarto, S.T., 2010. Dasar-Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu
Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
3. Bahar, B., 2006. Panduan Praktis Memilih dan Menangani Produk
Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
4. www.google.com. Evaluasi dan Registrasi, DITWAS Makanan & Minuman,
DITHEN POM, DEPKES RI. Diakses pada 20 Januari 2017
5. www.google.com. Mengurus Ijin PIRT dan Sertifikat Halal
Industri Rumahan. Diakses pada 20 Januari 2017
6. Siahaan N.H.T, 2005. Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung
Jawab Produk, Panta Rei, Jakarta.
7. Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009 Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar
Grafika, Jakarta.

21
DOKUMENTASI

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai