Anda di halaman 1dari 2

Malam itu tepatnya 18 Agustus 2011, hari pertamaku menginjakan kakiku di tanah rantu

yang aku tidakmengenalnya sama sekali, bahkan orang orang disekitarku pun hawatir tentang
kepergian ini, tapi kubulatkan tekad untuk bisa lepas dari semua kenangan masa lalu yang
menghimpitku di tempatku berasal.

Saat itu tahun 2010 tepatnya bulan Oktober aku memutuskan untuk tidak melajutkan
rencana kami untuk menikah, semakin hari aku semakin takut untuk mneghadapi hari pernikahan
itu, bukan karena aku akan melepas masa lajangku ataupun kehidupanku akan berubah total, tapi
aku yak tahan jika harus terus lari dan bersembunyi di balik perasanku yang semakin hari semakin
meragukannya bahkan hatiku benar-benar menolak walaupun hanya sekedar untuk melihat
wajahnya.

Garis diwajahnya menggambarkan seorang yang ambisius, penuh dengan teka-teki bahkan
aku tidak melihat kejujuran dalam dirinya, yang ada hanalah topeng, toprng untuk dapat terlihat
baik bahkan sangat baik dihadapan orang-orang disekelilingku.

Haruskah aku melanjutkan hidupku dengan sosok yang arogan yang mengekspresikan rasa
sayangnya denngan otoriter. Mungkin jika aku mau ikhlas aku bisa menjalaninya, jika aku bisa
menerima semua perlakuannya dan semua yang ada padanya dengan apa adana aku yakin aku bisa
melanjutkan semuanya, tapi aku tak bisa dan tak mampu mengorbankan hatiku untuk selamanya
karena menikah itu bukan untuk satu atau dua hari melainkan seumur hidup.

Ingatanku berlayar sedikit ke 10 bulan yang lalu, namun aku tak perduli yang pasti saat ini
aku sudah memutuskan untuk memulai hidupku yang baru tanpa membawa masa lalu yang
membuatku kehilangan seluruhnya, keluargaku, sahabat-sahabatku, orang-orang terdekat dan
tentunya kepercayaanku kepada orang-orang disekitarku.

Saat itu aku berada di Bandara Han Nadim Pulau Batam, aku sibuk mencari orang yang akan
menjemputku disana, aku lupa wajah saudaraku yang katanya sudah merantau bertahun-tahun di
Batam bahkan sudah menetap dan menjadi penduduk Kota Batam. Di tengah kerumunan orang aku
mendengar Dek Nita.... Dek Nita..... Nitaaa... suaranya semakin nyaring. Tampak seorang pemuda
berkulit putih, tinggi, wajah yang lumayan tampan dan tentunya familiar. owh... ada abang ku
disini rupanya, pa kabar bang??? Sudah lama?? Maaf menunggu. Dengan nada SKSD (sok kenal sok
dekat) akku menyapa, tentunya lah,,, aku kan hawatir dis tidak mengenaliku lagi, secara lebih dari 10
tahun nampaknya kita tak bersua.Tiba-tiba suara ponselku berbunyi, ternyata dia adalah orang
suruhan kantor yang datang menjemputku, tapi aku memilih menuju kantor bersama abangku.

Akhirnya kami tiba juga di kantor, seperti biasa aku selalu rame dan ingin menghidupkan
suasana karena aku sangat benci berada diantara orang-orang yang membuatku tampak asing.
Walaupun mereka baru pertama bertemu tapi dengan jurus SKSD ku aku ingin merasa nyaman
dengan mereka.

Hari itu aku diperkenalkan dengan beberapa orang teman yang pada pandangan pertamaku
aku mendapati mereka adalah orang-orang yang baik, ramah, faham terhadap agama, dan mampu
menghargai dan menjaga perasaan orang. Itulah kesan pertamaku melihat mereka entah kesan apa
yang ada di benak mereka terhadapku, aku pun tak perduli karena aku hanya ingin dekat dan
bersahabat dengan tulus dengan mereka.
Diantara wajah-wajah muda itu, kutemukan wajah separuh baya . dari wajahnya seperti
kepala 3 dan sudah cukup matang untuk ukuran seorang pria. Dengan hangat dia menyapaku hai,
gimana perjalanannya? Jam berapa dari Bandung?, dari Bandung lanngsung ke gtempat Family?
belum terjawab semua pertanyaannya langsung kalimat berikkutnya datang, besok temui saya di
ruangan saya ya, saya pulang duluan. Mendengar kalimat itu otomatis otakku berfikir bahwa dia
adalah pimpinan di sini yaitu Pak Heryadi. Setelah itu ramai-ramai orang berdatangan untuk
memperkenalkan dirinya dan aku pun mulai menikmati suasana malam itu hngga aku lupa klo
abangku menunggu dan akuhirnya dia pamit pulang. Aku pun melanjutkan aktifitasku.

*****

Anda mungkin juga menyukai