Anda di halaman 1dari 67

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

RUMAH SAKIT STIKES PANAKKUKANG


JL. ........................................... TELP. (0443).............

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PUHUWAT


NOMOR : 018/SK/BPPRM/RS-STK-PNK//I/2016

TENTANG
PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
RS STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya penyelenggaraan Rekam Medis di RS STIKES


PANAKKUKANG MAKASSAR diperlukan adanya Buku Pedoman Penyelenggaraan
Rekam Medis Rumah sakit./
b. Bahwa untuk maksud butir a) di atas dipandang perlu menetapkan
dengan keputusan kepala kantor pelayanan kesehatan RS STIKES
PANAKKUKANG MAKASSAR.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan


2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/ Menkes/Per/IX/1989
Tentang Rekam Medis / Medical Record
3.Juknis Penyelenggaraan Rekam Medis Nomor 78 ( Yanmed ) RS UMDIK /YMU/I/9
Tentang Petunjuk Petunjuk Tekhnis Penyelenggaraan rekam Medis , Petunjuk tekhnik
Permenkes 749a/1989

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN

PERTAMA : Pemberlakuan Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah


Sakit STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan akurat dilakukan peninjauan
kembali apabila diperlukan.

Ditetapkan di : MAKASSAR
Pada Tanggal : 23/01/2016
DIREKTUR
RSUD RS STIKES PANAKKUKANG
dr. Hamsah Al Pasai ,Sp.PD
NIP.

Tembusan yth :
1. Direktur RSUD Pohuwato
2. Ketua komite medis RSUD Pohuwato
3. Ketua Sub Komite Rekam Medis RSUD Pohuwato
BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah Rumah Sakit ............ ............

Rumah Sakit ............ ............ adalah Rumah Sakit Umum yang dimiliki oleh
PT. ............ ............ Bersama. PT. ............ ............ ................ berdiri tanggal ....................,
dengan Akta Notaris ..................................., disyahkan dengan SK Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor ......................................
Latar belakang berdirinya RS. ............ ............ adalah adanya keprihatinan dari beberapa
Dokter dan Paramedis di ............ dan sekitarnya akan belum terdapatnya Rumah Sakit
di ............ yang cukup representatif, padahal animo masyarakat ............ cukup tinggi, di
samping dari data statistik dan studi kelayakan menunjukkan bahwa penduduk ............
dan sekitarnya (................................................) masih membutuhkan Rumah Sakit.
Rumah Sakit ............ ............ terletak di Jalan Jend. ............ ............ ............, berdiri di
atas tanah seluas .m2, dengan luas bangunan (2 lantai) .. m2.
Pembangunan fisik dimulai .. dan selesai pada bulan .
Registrasi Rumah Sakit : .. dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal ... Izin Tetap
Penyelenggaraan Rumah Sakit ., dikeluarkan oleh Bupati
Kabupaten ............ pada tanggal . Penetapan Kelas Rumah Sakit
khusus ............ ............ Di ..................... Milik PT. ............ ............ Bersama Provinsi
Timor-timor dengan Klasifikasi Kelas C dengan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia: ............................., ditetapkan pada tanggal 24 Juni 2010 oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Pada awal operasional pelayanan meliputi Rawat Jalan dan Rawat Inap dengan ..............
tempat tidur. Pada tanggal ...................mendapat izin dari Dinas Kesehatan ................
untuk menyelenggarakan rawat inap dengan ..................... tempat tidur.
Jumlah pegawai Rumah Sakit ............ ............ saat ini sekitar karyawan
dan tenaga dokter umum dan spesialis. Pelayanan yang ada di Rumah
Sakit ............ ............ antara lain praktek dokter umum dan praktek dokter spesialis
(Spesialis Anak, Kebidanan dan Kandungan).

Fasilitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit ............ ............ adalah Instalasi Gawat
Darurat, Praktek dokter umum dan spesialis, Radiologi, Laboratorium, Fisioterapy, HCU,
Dll.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Rumah


Sakit ............ ............ mempunyai visi, misi dan motto.
Visi Rumah Sakit ............ ............

.
Misi Rumah Sakit ............ ............
1. .
2. .

Motto Rumah Sakit ............ ............


..........................................................................................................................

B. Sejarah Rekam Medis Rumah Sakit ............ ............

Rekam Medis Rumah Sakit ............ ............ ada sejak rumah sakit ini dibangun yaitu
pada tahun 1998. Rekam Medis di Rumah Sakit ............ ............ masih sangat sederhana..
Kantor Sub Bagian Rekam Medis masih bergabung dengan bagian lain (bagian
resepsionis) tetapi ruang pendaftaran dan ruang penyimpanan sudah terpisah yaitu dekat
Poliklinik spesialis
Sistem penyimpanan berkas rekam medis juga masih sangat sederhana. Sistem
penyimpanan yang digunakan adalah sistem desentralisasi yaitu berkas rekam medis
rawat jalan dengan berkas rekam medis rawat inap disimpan ditempat terpisah. Pada
penyimpanan berkas tidak dipisahkan antara berkas aktif dan inaktif.
Rumah Sakit ............ ............ menggunakan yaitu unit numbering, yaitu sistim
penomoran dimana setiap pasien yang datang untuk berobat jalan maupun rawat inap
(dirawat) maka pasien tersebut mendapatkan satu nomor yang digunakan selamanya.
Sampai saat ini penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit ............ ............ belum
mengalami perubahan, penyimpanannya berkas rekam medis masih terpisah antara rawat
jalan dengan rawat inap, sedangkan menurut BPPRM, sistem penyimpanannya yang
benar adalah sistem sentralisasi yaitu sistem penyimpanan berkas rekam medis rawat
jalan dan rawat inap disimpan disatu tempat.
Dalam penyelenggaraan rekam medis, Sub Bagian Rekam Medis Rumah
Sakit ............ ............ memiliki visi, misi, dan motto.
BAB II
REKAM MEDIS

A. FALSAFAH
Rekam Medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya
sekadar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan daripada penyelenggaraan rekam medis yang merupakan
suatu proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit dan
diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan
pelayanan di rumah sakit dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang
meliputi penyelenggaraan, penyimpanan, serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan/ peminjaman pasien atau untuk keperluan
lainnya.

B. Pengertian Rekam Medis


Menurut pasal 46 ayat (1) UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, rekam
medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien.
Arti Rekam Medis menerut Departemen Kesehatan adalah keterangan baik yang tertulis
maupun terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik laboratorium, diagnosa
segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik
yang dirawat inap, rawat jalan maupun gawat darurat.
Rekam Medis Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/1998 adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan dan rekaman
dibuat secara akurat, lengkap, jelas dan kronologis bertujuan untuk menegakan diagnosa
dan pengobatan serta hasilnya. Rekam medis dibuat bagi setiap pasien yang memperoleh
pelayanan dalam fasilitas kesehatan dan seksi-seksinya. Semua catatan,rekaman dan
formulir yang dihasilkan daripadanya disatukan dalam satu kesatuan.
Rekam Medis mempunyai pengertian sebagai suatu system penyelenggaraan Rekam
Medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanyalah merupakan salah satu
kegiatan daripada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan Rekam Medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada
saat diterimanya pasien dirumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien
selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan
penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan . peminjaman
apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN REKAM MEDIS


1. Tujuan penyelenggaraan Rekam Medis
Tujuan rekam medis dirumah sakit adalah menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2. Kegunaan Rekam Medis


a. Kegunaan rekam medis dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
1. Aspek administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam mencapai pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medik
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik karena isi catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus
diberikan kepada pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut adanya
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum.

4. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran penyelenggaraan di rumah sakit,
tanpa adanya bukti catatan tindakan penyelenggaraan maka pembayaran di rumah sakit
tidak dapat dipertanggungjawabkan.
5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya mengandung data/
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data/
informasi tentang pengembangan kronologis dari kegiatan penyelenggaraan medik yang
diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi
pengajaran di bidang profesi si pemakai.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya menjadi sumber
ingatan yang didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan
laporan rumah sakit.
b. Kegunaan rekam medis secara umum adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di
dalam memberikan penyelenggaraan, pengobatan, dan perawatan kepada pasien.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan
kepada pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan penyelenggaraan, perkembangan peyakit, dan
pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit.
4. Sebagai bahan yang sangat berguna untuk analisis, penelitian, dan evaluasi terhadap
kualitas penyelenggaraan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit, maupun tenaga dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.
6. Menyediakan data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan
pendidikan.
7. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya dan pembayaran penyelenggaraan medik pasien.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus di dokumentasikan sebagai bahan
pertanggungjawaban laporan.
BAB III
ORGANISASI REKAM MEDIS

A. KEBERADAAN SUB BAGIAN REKAM MEDIS


Organisasi RSU diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
983/MENKES/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi RSU. Khususnya rekam medis
di dalam organisasi rumah sakit sesuai klasifikasi kelas A, B, C, dan D terdapat kegiatan
rekam medis masing-masing pada pasal 16 ayat 3, pasal 25 ayat 3 dan pasal 40 ayat 32.
Keberadaan Sub Bagian Rekam Medis di Rumah Sakit ............ ............ diatur dalam
Surat Keputusan Nomor /SK/............/I/2011

B. PANITIA REKAM MEDIS


Panitia Rekam Medis bertanggung jawab kepada Komite Medik. Merujuk surat
keputusan tahun 2005 mengenai pengorganisasian tata kerja dan peraturan interna staf
medis di rumah sakit.
Panitia Rekam Medis adalah kelompok kerja rekam medis yang terdiri dari dokter atau
dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan dalam
rangka membantu Komite Medik agar penyelenggaraan rekam medis bermutu langsung
di bawah Panitia Rekam Medis.
1. Tanggung Jawab
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis, hal ini tercantum dalam pasal 46 ayat (1). Dokter atau dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan baik langsung maupun tidak
langsung kepada seorang pasien bertanggung jawab terhadap mutu yang mereka berikan.
Rekam Medis yang baik akan mencerminkan mutu pelayanan medis yang diberikan
kepada seorang pasien di dalam suatu instansi pelayanan kesehatan.
Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut para dokter atau dokter gigi serta tenaga
kesehatan lainnya harus ambil bagian sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya
di dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Mereka melaksanakan tanggung jawabnya
melalui badan yang disebut Panitia Rekam Medis.
Peran Panitia Rekam Medis di dalam penyelenggaraan rekam medis agar memenuhi
standar-standar yang telah di tetapkan meliputi:
a. Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan dalam hal penyimpanan rekam
medis dan menjamin bahwa semua informasi dicatat sebaik-baiknya dan menjamin
tersedianya data yang diperlukan untuk menilai pelayanan yang diberikan dokter kepada
pasien.
b. Menjamin telah berjalan dengan baik prosedur-prosedur yang harus dijalankan dalam
suatu instalasi rekam medis yang meliputi: penyimpanan dan peminjaman rekam medis,
pengeluaran/ pendistribusian rekam medis, pembuatan indeks serta kode penyakit,
pengisian rekam medis, pengelolaan, dan penyajian data medik untuk proses pelaporan
dari suatu instalasi pelayanan kesehatan.
2. Keanggotaan
Keanggotaan Panitia Rekam Medis terdiri dari Ka.Sub.Bag. Rekam Medis, dokter, atau
dokter gigi dan tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pengisian lembaran-lembaran
rekam medis.
Ketua : Seorang Dokter Senior
Sekretaris : Ka.Sub.Bag. Rekam medis
Anggota : Terdiri dari tenaga medik, tenaga paramedik, dan tenaga kesehatan
lainnya yang terlibat dalam pengisian rekam medis yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit ............ .............
3. Tata Kerja
1. Panitia Rekam Medis harus mengadakan pertemuan minimal satu kali dalam
sebulan. Dan mereka harus menitik beratkan perhatian kepada perbaikan mutu
pelayanan. Idealnya Panitia Rekam Medis harus mempelajari masalah-masalah
yang sering terjadi didalam proses pengisian rekam medis. Terutama untuk kasus
pengisian rekam medis tanpa diagnosa, perbedaan antara pengisian diagnosa dan
sebab-sebab kematian.
2. Dibawah pengawasan Panitia Rekam Medis, petugas rekam medis melakukan
analisa terhadap pengisian berkas rekam medis setelah pasien pulang.
3. Jika didapati berkas rekam medis yang tidak memenuhi standar, maka petugas
rekam medis melaporkan berkas tersebut ke Komite Medik, selanjutnya Panitia
Rekam Medis akan berkoordinasi dengan dokter atau dokter gigi atau tenaga
kesehatan lain untuk melengkapi berkas rekam medis tersebut.
4. Panitia Rekam Medis juga harus melakukan pengawasan secara teratur terhadap
pengisian berkas rekam medis di UGD guna menilai mutu pelayanan medis yang
diberikan. Bagi pasien yang meninggal di UGD maka berkas rekam medisnya
tetap diisi oleh dokter dan harus disimpan di Sub Bagian Rekam Medis bagian
penyimpanan berkas in aktif.
5. Tanggung jawab Komite Medik tidak hanya untuk mengawasi petugas rekam
medis dalam rangka menganalisa rekam medis pasien rawat inap dan rawat jalan,
tetapi juga melakukan pengawasan terhadap mutu pelayanan terhadap pasien
rawat inap dan rawat jalan.
6. Di dalam penyeragaman lembaran isi rekam medis, penyeragaman bentuk, ukuran
maupun isi rekam medis, serta retensi terhadap rekam medis sudah tidak aktif
harus dikoordinasikan antara Sub Bagian Rekam Medis dengan Panitia Rekam
Medis serta Komite Medik yang selanjutnya diteruskan dengan persetujuan
direktur RS.
7. Setiap tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut serta di dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien berkewajiban melengkapi
pengisian rekam medis dan harus menyetujui ketentuan-ketentuan yang berlaku
dan jika menolak akan dikenakan sanksi.
b. Hubungan Kerja
a. Sub Bagian Rekam Medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat
Darurat dan instalasi lain yang terkait, bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan
rekam medis, sesuai dengan batas wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Dalam melaksanakan tugasnya Ka.Sub.Bag. Rekam Medis wajib menerapkan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan intern Sub Bagian Rekam Medis
maupun dengan instalasi lain yang terkait, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
c. Ka.Sub.Bag. Rekam Medis dan Instalasi/Bagian lain yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan rekam medis bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan bawahannya
masing-masing serta memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada stafnya masing-
masing.
d. Ka.Sub.Bag. Rekam Medis dan Instalasi/Bagian lain yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan rekam medis, wajib mengikuti dan memenuhi petunjuk dan bertanggung jawab
kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
e. Dalam melaksanakan tugasnya, Sub.Bag. Rekam Medis dan bagian lain yang terkait
dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis, melakukan pembinaan dan pemberian
bimbingan, dan wajib mengadakan rapat berkala baik antar petugas rekam medis,
maupun antara Ka.Sub.Bag. Rekam Medis dengan bagian lain yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan rekam medis di rumah sakit.
3. Tata Kerja Rekam Medis Di Rumah Sakit
Tata kerja bertujuan untuk terlaksananya pengaturan kegiatan-kegiatan rekam medis
dengan tepat, cepat, dan benar. Agar terlaksananya tujuan tersebut perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1. Setiap pasien yang datang berobat baik dirawat jalan maupun rawat inap harus
mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat.
2. Pada tiap-tiap Instalasi/Bagian penyelenggaraan harus tersedia buku register yang
diisi setiap saat kunjungan pasien.
3. Setiap dokter, perawat/bidan atau petugas kesehatan lainnya yang memberikan
penyelenggaraan ataupun tindakan terhadap pasien diharuskan mencatat semua
penyelenggaraan/tindakan tersebut ke dalam lembaran-lembaran rekam medis
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
4. Setiap rekam medis jika diperlukan harus dapat ditemukan dengan cepat dan
tepat.
5. Rekam Medis pasien (berkas rekam medis) adalah milik rumah sakit dan
merupakan dokumen yang wajib dijaga kerahasiaannya. Adapun langkah-langkah
yang perlu diambil antara lain :
a. Setiap pasien rawat jalan yang termasuk pasien gawat darurat serta pasien rawat inap
harus melalui Sub Bagian Rekam Medis Cq tempat pendaftaran pasien rawat jalan,
tempat pendaftaran pasien rawat gawat darurat maupun tempat pendaftaran pasien rawat
inap.
b. Pencatatan atas segala tindakan kepada pasien dilakukan dengan cermat, lengkap, dan
tepat waktu.
c. Rekam Medis pasien rawat jalan yang telah dilengkapi oleh dokter yang memeriksa harus
segera dikirimkan ke Sub Bagian Rekam Medis sebelum berakhir masa jam kerja.
d. Rekam Medis rawat inap setelah diperbolehkan pulang oleh dokter maka RM pasien
rawat inap harus segera dikirim ke Sub Bagian Rekam Medis.
e. Rekam Medis yang belum lengkap dikembalikan ke klinik/ruang rawat inap untuk
dilengkapi.
f. Rekam Medis disimpan sebaik mungkin sehingga apabila diperlukan dapat ditemukan
dengan cepat.

STRUKTUR ORGANISASI SUB BAGIAN REKAM MEDIS


RUMAH SAKIT ............ ............
Ditetapkan di : RS ............ ............ ............
Pada Tanggal : 10 Januari 2011

BAB IV
PROSEDUR PENYELENGGARAAN
REKAM MEDIS

Penyelenggaraan Rekam Medis adalah bagian dari prosedur pelayanan rumah sakit.
Dapat dikatakan bahwa disinilah pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba
di rumah sakit. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa prosedur penyelenggaraan
rekam medis terutama di tempat penerimaan pasien akan membentuk kesan pertama bagi
seorang pasien yang datang ke rumah sakit tentang baik buruknya penyelenggaraan di
rumah sakit. Prosedur penyelenggaraan rekam medis dapat dinilai baik bilamana
dilaksanakan oleh petugas dengan sikap yang tanggap, ramah, sopan dan bekerja secara
teliti, tertib, dan terampil.

1. SISTEM REKAM MEDIS


1. Sistem Penamaan Pasien
a. Dalam penulisan nama yang dipergunakan adalah nama lengkap pasien yang
bersangkutan sesuai identitas resmi ( KTP/SIM/PASPOR ), didahului perkataan Nn
(nona) untuk perempuan berumur > 14 tahun yang belum menikah atau Ny (nyonya)
untuk perempuan yang sudah menikah. Kata Tn ( Tuan ) untuk pasien laki-laki dewasa,.
Kata An ( anak ) untuk pasien anak-anak usia 0 14 tahun. Untuk pasien yang beragama
, dan nama baptis tidak masuk dalam identitas resmi ( KTP, SIM ). Untuk keseragaman
nama pasien digunakan ejaan baru yang disempurnakan dengan menggunakan huruf
cetak. Tidak diperkenankan adanya pencantuman titel/jabatan/gelar. Bila seorang bayi
yang baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai nama, maka penulisan namanya
adalah Bayi Ny xxx. Apabila pada kunjungan selanjutnya bayi sudah mempunyai nama,
maka nama yang dipakai adalah nama saat ini. Maka hanya petugas yang berwenang
yang dapat merubah nama bayi sesuai dengan nama sekarang.

Cara Penulisan Nama Pasien :


Nama pada KTP/SIM : ARDI SETIO
Nama pada Karu Pasien : ARDI SETIO
Pada KIUP/ Data Dasar pasien : ARDI SETIO
Nama diberkas rekam medis : Tn/Sdr ARDI SETIO

Cara Penulisan Nama Pada Pasien Bayi:


Nama ibu : SUNDARI SUKOCO

Nama Bayi : By. Ny.SUNDARI SUKOCO

Pada KIUP/Data Dasar Pasien : By. Ny. SUNDARI SUKOCO

Petunjuk Silang
Dengan penulisan nama pasien sesuai KTP/SIM/PASPOR diharapkan seorang pasien
hanya memiliki satu nomor pasien di rumah sakit. Apabila ditemukan memiliki lebih dari
satu nomor rekam medis maka berkas rekam medis tersebut harus digabungkan menjadi
satu nomor, biasanya nomor rekam medis yang digunakan adalah nomor rekam medis
yang pertama.
Contoh penggabungan nomor
Nama pasien : ANGELIA SORAYA
Nomor pasien-1 : 00-45-12
Nomor pasien-2 : 00-58-16
Setelah digabungkan maka pada:
Nomor pasien-1 : 00-45-12 ANGELIA SORAYA
Nomor pasien-2 : 00-58-16 LIHAT NO. 00-45-12

b. Tujuan Pemberian Identitas Pasien


Untuk memperoleh informasi mengenai jati diri pasien, sehingga bermanfaat untuk
rumah sakit maupun pasien.

c. Kegunaan Pemberian Identitas Pasien


1. Merupakan informasi yang digunakan untuk memonitor keadaan pasien yang berobat
jalan maupun dirawat sampai pasien tersebut ke luar rumah sakit yang dirinci menurut
jenis pelayanan yang ada.
2. Mengetahui tempat tidur yang belum terisi pada masing-masing ruang rawat inap
agar memudahkan penempatan pasien yang akan masuk rumah sakit.
3. Mengetahui ruangan tempat seorang pasien dirawat.

d. Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan melalui proses pendaftaran dan pencatatan identitas pasien
yang akan dirawat inap , yaitu :
1. Wawancara dengan mengisi data identitas lengkap pasien pada berkas rekam
medis
2. Pengisian lembar persetujuan rawat inap
3. Pemberian nomor rekam medis sesuai dengan sistem penomoran Unit
Numbering System yang berlaku di RS ............ ............
4. Pemberian gelang pasien, yang berisikan Nama Pasien , Nomor register dan
nomor Rekam Medis serta Dokter yang merawat, pemberian gelang dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Pasien Perempuan : Warna Merah Muda
2. Pasien Laki-laki : Warna Biru

e. Identifikasi Bayi Baru Lahir


Setiap bayi yang lahir di RS ............ ............ mempunyai catatan atau rekam medis
sendiri selayaknya pasien dewasa. Bayi yang baru lahir diidentifikasi dengan:
1. Pemberian nomor rekam medis melalui proses pendaftaran pasien rawat inap.
2. Pengisian lembar persetujuan rawat inap.
3. Pengambilan sidik kaki bayi kanan dan kiri yang dicantumkan dalam berkas
rekam medis bayi ( lembar Catatan medik bayi baru lahir ).

d. Pemberian gelang berlabel yang dibagi menjadi 2 (dua )


1. Bayi Perempuan : Warna Merah Muda
2. Bayi Laki-laki : Warna Biru.
d. Label pada gelang berisi nama ibu (orang tua perempuan), jenis kelamin (warna
label), tanggal, bulan dan tahun kelahiran serta ruang dirawat.
d. Pengambilan sidik ibu jari dari orang tua bayi ( ibu ).

2. SISTEM PEMBERIAN NOMOR

a. PEMBERIAN NOMOR REKAM MEDIS


Yang dimaksud dengan pemberian nomor pasien adalah memberi ciri pengenal yang unik
kepada setiap berkas Rekam Medis yang akan disimpan menjadi dokumen.

b. TUJUAN PEMBERIAN NOMOR PASIEN


Nomor pasien yang diberikan pada tiap berkas Rekam Medis adalah diperlukan untuk:
a. Memberi ciri pengenal kepada tiap berkas Rekam Medis Pasien
b. Menunjukkan kemana/dimana Rekam Medis seorang pasien disimpan.
c. Agar berbagai data pasien pasien dapat tersimpan dengan baik dan tidak terjasi duplikasi
rekam medis.

c. SISTEM PEMBERIAN NOMOR PASIEN


Sistem pemberian Nomor Pasien yang digunakan Rumah Sakit ............ ............ ............
adalah Unit Numbering System (Sister Penomoran Unit). Sistem ini memberikan satu
unit nomor Rekam Medis kepada setiap pasien rawat jalan maupun rawat inap pada
waktu pertama kali datang berkunjung ke Rumah Sakit ............ ............ ............ yang
berlaku untuk selamanya.
Jika pasien tersebut meninggal, maka nomor pasien yang bersangkutan tidak dibenarkan
dialokasikan pasien-pasien baru/pasien lain.

d. SUMBER NOMOR
Sumber nomor berasal dari Bank nomor yang telah ditentukan nomor yang tertinggi
adalah 99 -99 99 (6 digit) dan nomor yang terendah 00 00 00 jadi dari angka 00
00 00 sampai dengan 99 -99 99 akan merupakan sumber nomor (patokan)

e. PELAKSANAAN DAN KOORDINASI


Petugas dibagian penerimaan pasien rawat jalan atau Kantor Tempat Pendaftaran Pasien
Jalan (TPPRJ). Tempat Pendaftaran Pasien Inap (TPPRI). Mempunyai wewenang sebagai
koordinator dalam pelaksanaan pemberian nomor rekam medis. Nomor-nomor secara
otomatis muncul dalam program computer setiap akan menginput pasien baru. Setiap
nomor hanya diberikan untuk pasien baru petugas harus yakin apakah pasien yang
bersangkutan benar-benar belum pernah berobat serta harus dilakukan pengecekan
melalui fasilitas indek komputer, indek tersebut berdasarkan nama pasien, alamat, dan
umur.

3. Data Base Pasien sebagai Kartu Indeks Utama Pasien ( KIUP )


Kartu Indeks Utama Pasien adalah adalah salah satu cara untuk menunjang kelancaran
pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat
maka KIUP akan membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan. KIUP
merupakan kunci utama bagi setiap pasien sehingga mutlak, harus dibuat, baik itu pasien
rawat jalan maupun rawat inap. KIUP adalah kartu tanda pengenal setiap pasien baru
yang disimpan selamanya pada instansi yang bersangkutan dan dibuat berdasarkan
ringkasan riwayat klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan pasien. KIUP harus
dibuat lengkap dan sejelas mungkin yang memuat data secara terperinci dan lengkap
antara lain:
a. Nomor rekam medis.
b. Nama lengkap pasien.
c. Nama keluarga.
d. Jenis kelamin.
e. Tempat tanggal lahir.
f. Alamat.
g. Tanggal kunjungan pertama.
Apabila pasien pindah alamat maka alamat yang pertama dicoret dan dicantumkan alamat
baru pada tempat yang kosong. KIUP di RS ............ ............ menggunakan kertas tebal
berukuran 19,5 x 6,5 cm cm dan disusun secara alfabet. Selain memakai KIUP,
RS ............ ............ juga menyimpan data-data pasien sebagai data dasar yang disimpan
dalam sistem komputer.
B. PROSEDUR REKAM MEDIS
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan dirawat
adalah bagian dari sistem prosedur pelayanan rumah sakit. Dapat dikatakan bahwa
disinilah pelayanan pertama kali yang di terima oleh seorang pasien saat tiba di rumah
sakit ............ ............, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa didalam tata cara
penerimaan inilah seorang mendapat kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan suatu
rumah sakit. Tata cara melayani pasien dapat di nilai baik bila mana dilaksanakan oleh
petugas dengan sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab.

1. Jenis Pasien Yang Datang Ke Rumah Sakit


Pasien di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien rawat jalan (pasien poliklinik
dan pasien umum / gawat darurat) dan pasien rawat inap.
a. Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dapat dibedakan
menjadi:
1. Pasien yang dapat menunggu:
Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian.
Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.
2. Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
b. Menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi:
1. Pasien baru:
Adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk keperluan
mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Pasien lama:
Adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan mendapatkan pelayanan
kesehatan.
3. Pasien datang dengan perjanjian:
Adalah pasien yang sudah mendaftar jauh jauh hari melalui telepon/datang langsung
dan sudah mendapatkan nomor antrian dengan dokter yang dituju untuk mendapatkan
pelayanan.

c. Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat terjadi karena :


1. Dikirim oleh dokter praktek di luar rumah sakit.
2. Dikirim oleh rumah sakit lain, Puskesmas, atau jenis pelayanan lainnya.
3. Datang atas kemauan sendiri.

2. Prosedur Penerimaan pasien


1. Prosedur Penerimaan Pasien Baru
1. Pasien atau keluarga datang ke bagian pendaftaran
2. Petugas menyiapkan berkas RM rawat jalan sesuai dengan identitas pasien yang berisi :
Nomor rekam medis.
Nama lengkap.
Alamat lengkap.
Nomor telepon/HP
Tempat/tanggal lahir.
Umur.
Jenis kelamin.
Agama.
Pekerjaan.
Nama ibu/ayah/suami/istri.
Dokter penanggung jawab poliklinik..
3. Pasien diberi kartu identitas berobat (KIB) yang harus dibawa setiap kali berobat.
3. Pasien dibuatkan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP).
3. Petugas mencatat di buku register Pasien Rawat Jalan.
3. Pasien dipersilahkan ke poliklinik yang dituju dan petugas mengantarkan berkas RM
rawat jalan ke poliklinik tersebut.
7. Setelah mendapat pelayanan di poliklinik, maka ada beberapa kemungkinan terjadi
terhadap pasien, yaitu :
Pasien boleh pulang langsung.
Pasien diperbolehkan pulang tapi dijadwalkan kembali ke poliklinik,
dengan dibuatkan surat kontrol.
Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Pasien harus dirawat di RS ............ ............
8. Setelah pasien pulang, berkas rekam medisnya dikembalikan ke bagian rekam medis
untuk disimpan tempat penyimpanan (filling) dengan menggunakan buku ekspedisi.
8. Bagi pasien yang dirujuk, dokter membuatkan surat rujukan.
8. Bagi yang dirawat, pasien dan berkas rekam medisnya dikirim ke tempat pendaftaran
pasien rawat inap lalu pasien dibawa keruang perawatan sesuai dengan kelas perawatan
yang diminta.

b. Prosedur Penerimaan Pasien Lama


Pasien lama adalah pasien yang pernah berkunjung ke RS ............ ............ baik rawat
jalan maupun rawat inap atau sudah memiliki nomor rekam medis di RS ............ .............
Prosedur pendaftaran
1. Pasien atau keluarga datang ke pendaftaran dan menyerahkan kartu pasien
2. Pasien yang tidak membawa kartu ditanyakan nama dan alamat kenudian dicari di
komputer/KIUP.
3. Petugas pendaftaran menerima dan mencatat nomor rekam medis kedalam buku
register sebagai kunjungan pasien lama
4. Petugas mencarikan berkas rekam medis lama pasien.
5. Petugas pendaftaran menyalin data identitas ke dalam buku register pendaftaran.
6. Petugas pendaftaran memberikan kartu pasien dan mempersilahkan untuk
menunggu diruang tunggu poliklinik yang dituju.
7. Petugas pendaftaran mengantar berkas rekam medis ke poliklinik yang dituju.

c. Pasien yang datang dengan perjanjian


Pasien yang sudah mendafar lewat telepon dan mendapatkan no antrian akan langsung
menuju poliklinik yang dituju karena rekam medisnya telah disiapkan oleh petugas.
d. Prosedur Penerimaan Pasien Gawat Darurat
Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien gawat darurat yang dibuka 24 jam. Berbeda
dengan prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama yang biasa, disini pasien
ditolong terlebih dulu baru penyelesaian administrasinya. Setelah mendapat pelayanan
yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien:
1. Pasien boleh langsung pulang
2. Pasien dirujuk/ dikirim ke rumah sakit lain.
3. Pasien harus dirawat dengan persyaratan:
1. Pasien sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk
dirawat dapat langsung dibawa keruangan perawatan atau ruang
penampungan sementara sambil menunggu tempat tidur kosong
dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai, petugas
pendaftaran rawat inap mendatangi pasien/keluarga untuk
mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Petugas mengecek data identitas kebagian rekam medis untuk
mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat kerumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka dibuatkan berkas
rekam medis rawat inap baru dengan nomor RM lama dan
meminta berkas berkas rekam medis yang lama ke bagian
penyimpanan untuk dilampirkan dan segera dikirim ke ruang
perawatan yang bersangkutan.
5. Bagi pasien yang belum pernah di rawat atau berobat ke rumah
sakit maka diberikan nomor rekam medis.

C. ALUR REKAM MEDIS


1. Alur Rekam medis Rawat Jalan Di RS ............ ............
1. Pasien mendaftar di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan.
2. Petugas pendaftaran bertanya kepada pasien apakah sudah pernah berobat di
RS ............ ............ ?
Apabila sudah pernah berobat, pasien diminta menunjukkan KIB-nya
kemudian petugas mencarikan berkas rekam medisnya di filling.
Apabila tidak membawa KIB, tanyakan nama dan alamatnya untuk
dicarikan nomor rekam medisnya di komputer/KIUP.
Apabila belum pernah berobat, petugas mendaftarkan identitas pasien,
mencetak KIB baru, KIUP baru, dan data dasar pasien di berkas rekam
medis rawat jalan dengan lengkap, jelas dan benar.
KIB diserahkan kepada pasien dengan pesan agar dibawa setiap berobat di
rumah sakit. Sedangkan KIUP disimpan ditempat pendaftaran secara
alfabet.
Petugas mencatat di buku register Pasien Rawat Jalan.
Kemudian petugas mendistribusikan berkas rekam medis rawat jalan ke
poliklinik yang dituju.
Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan,
diagnosis, terapi yang ada relevansinya dengan penyakitnya pada kartu
lembaran berkas rekam medis (catatan dokter poliklinik)
Petugas di pendaftaran poliklinik membuat laporan rekapitulasi harian
pasien rawat jalan.
Setelah mendapat pelayanan di poliklinik, maka petugas poliklinik
mengirimkan seluruh berkas rekam medis pasien rawat jalan berikut
rekapituasi harian pasien rawat jalan, ke Sub Bagian Rekam Medis paling
lambat 1 jam sebelum berakhir jam kerja.
Petugas Sub Bagian Rekam Medis memeriksa kelengkapan pengisian
rekam medis dan untuk yang belum lengkap segera diupayakan
kelengkapannya.
Petugas Sub Bagian Rekam Medis mengolah rekam medis yang sudah
lengkap, dimasukkan kedalam indeks penyakit, kartu indeks operasi,
indeks dokter, dan indek kematian.
Petugas Ka. Sub Bagian Rekam Medis membuat rekapitulasi setiap akhir
bulan, untuk membuat laporan dan statistik rumah sakit.
Berkas rekam medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medis
Alur Rekam medis Rawat Jalan di RS ............ ............
2. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RS ............ ............
a. Setiap pasien yang akan dirawat inap baik dari Instalasi Rawat Jalan atau dari UGD
mendaftar lebih dahulu di tempat pendaftaran pasien. Pasien rujukan terlebih dahulu
mendaftar di tempat pendaftaran pasien (TPP) rawat jalan/gawat darurat agar diperiksa
dokter dahulu).
b. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap yang dimaksud tersedia, petugas pendaftaran
pasien mencatat dalam buku register pendaftaran pasien rawat inap dan lembaran
ringkasan masuk keluar nomor rekam medisnya dan identitas pasien tersebut.
c. Petugas UGD/rawat jalan mengirim pasien bersama-sama dengan berkas rekam medisnya
ke ruang rawat inap.
d. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan dicatat pada buku register pasien
rawat inap.
e. Dokter mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, terapi, serta semua tindakan
yang diberikan kepada pasien pada lembaran-lembaran rekam medis dan
menandatanganinya.
f. Perawat/bidan mencatat pengamatan dan pertolongan perawatan yang diberikan pada
pasien dan membubuhkan tanda tangan pada catatan perawat/bidan, serta mengisi
lembaran grafik tentang suhu, nadi, dan pernapasan seorang pasien.
g. Selama di ruang rawat inap, perawat/bidan menambah lembaran medik sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan yang diberikan kepada pasien.
h. Perawat/bidan berkewajiban membuat sensus harian yang memberikan gambaran mutasi
pasien mulai jam 00.00 sampai dengan 24.00. Sensus harian dibuat rangkap 3 (tiga),
ditandatangani kepala ruang rawat inap (central opname) sub bagian rekam medis, satu
lembar diarsipkan di ruang rawat inap. Pengiriman sensus harian paling lambat jam 08.00
pagi hari berikutnya.
i. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis pasien, sebelum diserahkan
ke urusan rekam medis.
j. Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh dokter maka berkas rekam medisnya segera
dikirim ke Sub Bagian Rekam Medis paling lambat 2x24 jam setelah pasien keluar
dengan lengkap dan benar.
k. Petugas urusan rekam medis mengolah rekam medis yang sudah lengkap, dimasukkan ke
dalam kartu indeks penyakit, indeks operasi, indeks kematian, dsb untuk bahan
pembuatan laporan dan statistik rumah sakit.
l. Petugas urusan rekam medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap akhir bulan untuk
bahan laporan RS.
m. Sub Bagian Rekam Medis menyimpan berkas-berkas rekam medis pasien menurut nomor
RMnya baik berkas rekam medis pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap (Sistem
Sentralisasi).
n. Petugas Sub Bagian Rekam Medis mengeluarkan berkas rekam medis apabila ada
permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau keperluan lain.
o. Setiap permintaan rekam medis harus menggunakan surat yang disebut kartu permintaan.
p. Kartu permintaan dibuat rangkap 3 (tiga), satukan pada rak penyimpanan sebagai tanda
keluar dan satu copy sebagai arsip yang meminta. kemudian dicatat dibuku ekspedisi.
q. Apabila rekam medis yang dipinjam sudah kembali, dan sudah dicek ke dalam buku
ekspedisi, maka catatan yang di buku ekspedisi dicoret.
r. Rekam medis pasien yang tidak pernah berobat lagi ke rumah sakit selama lima tahun
sejak terakhir berobat, dinyatakan sebagai inactive record.
s. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai inactive record dikeluarkan
dari rak penyimpanan dan disimpan di gudang rumah sakit atau dimusnahkan.
Catatan :
Bagi pasien gawat darurat, baik rawat jalan maupun rawat inap, pertolongan kepada
pasien didahulukan. Setelah mendapat pertolongan yang diperlukan, baru dilakukan
pencatatan.

Alur Rekam medis Pasien Rawat Inap di RS ............ ............


D. PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP
Penerimaan pasien rawat inap dinamakan TPP RI (Admitting Office). Fungsi utamanya
adalah menerima pasien untuk dirawat di rumah sakit. Menurut keadaanya pasien yang
memerlukan perawatan dibedakan menjadi :
1. Pasien yang tidak urgen, penundaan perawatan tidak akan menambah penyakitnya.
2. Pasien yang urgen, tetapi tidak gawat darurat, dapat dimasukkan ke dalam daftar tunggu.
3. Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.

Untuk memperlancar proses penerimaan pasien ada hal yang harus diperhatikan, yaitu:
o Petugas yang kompeten
o Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas
o Ruang kerja yang menyenangkan
o Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan
Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan proses
penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien harus di tetapkan. Aturan yang baik harus
memenuhi :
1. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai
pencatatan seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang
pasien di rumah sakit.
2. Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian-bagian
lain terutama bagian yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya
pasien untuk dirawat.
3. Semua bagian harus memberitahukan bagian penerimaan pasien, apabila
seorang pasien diijinkan meninggalkan rumah sakit.
4. Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai
dan yang tersedia di seluruh rumah sakit.

5. Rekam medis yang lengkap, terbaca, dan seragam harus disimpan oleh
semua bagian selama pasien dirawat.
5. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja
dalam proses penerimaan dan pemulangan pasien.

1. Ketentuan Umum Penerimaan Pasien Rawat Inap:


1. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas yang
memadai tersedia, dapat diterima di rumah sakit.
2. Sedapat mungkin pasien diterima di tempat pendaftaran rawat inap pada waktu yang telah
ditetapkan, kecuali untuk kasus gawat darurat dapat diterima setiap saat.
3. Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak diterima.
4. Tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan sebagainya (apabila dilakukan)
dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap.
5. Pasien dapat diterima apabila:
a. Ada surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang untuk merawat pasien.
b. Dikirim oleh dokter poliklinik
c. Dikirim oleh dokter UGD.
6. Pasien gawat darurat harus diprioritaskan.

2. Prosedur Pasien Masuk Untuk Dirawat


Penerimaan Rawat Inap adalah proses penerimaan pasien yang akan dirawat inap atau
opname melalui poliklinik, IGD, atau rujukan dari dokter, dengan menunjukkan surat
pengantar masuk rumah sakit.
1. Pasien atau keluarga datang ke pendaftaran
2. Petugas pendaftaran menanyakan keperluan pasien / keluarga pasien.
3. Petugas menanyakan apakah membawa surat pengantar masuk rumah sakit / MRS
atapun surat rujukan dari dokter luar atau dokter yang kerja sama dengan
RS ............ .............
4. Petugas pendaftaran menayakan apakah pasien pernah berobat ke RS ............ ............ dan
sekaligus mengecek data dalam komputer.
5. Jika pasien pernah berobat mencarikan berkas rekam medisnya di filling
dan menyiapkan berkas rekam medis rawat inap baru diletakkan diatas berkas rekam
medis lama.
6. Jika belum pernah berobat ke poliklinik/pernah dirawat dibuatkan kartu identas yang
berisi:
Nama lengkap pasien
Jenis kelamin
No rekam medis
Nama ruangan dan kelas
Diagnosa awal
Nama dokter yang mengirim
6. Petugas menanyakan kepada pasien / keluarga mengenai kelas yang diinginkan dan
memberitahukan tentang tarif yang berlaku di RS ............ ............ dan Peraturan selama
pasien dirawat
6. Petugas menjelaskan peraturan selama dirawat dan mempersilahkan pasien / keluarga
untuk mengisi formulir persetujuan rawat inap.
6. Petugas pendaftaran menyiapkan berkas rekam medis, serta menulis data pasien didalam
rekam medis kemudian menyerahkan berkas rekam medis pasien kepada perawat IGD
yang mengantar pasien.

3. Prosedur Selama Pasien Di Ruangan Perawatan


1. Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat, pasien di beri
tanda pengenal identitas berupa gelang tangan.
2. Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter maupun perawat
sendiri
3. Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang diberikan dari mulai
saat pasien tiba diruang sampai pasien tersebut pulang, dipindahkan, atau meninggal.

E. PENCATATAN KEGIATAN PELAYANAN MEDIS


1. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis
Penanggung jawab pengisian rekam medis antara lain:
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang
melayani pasien di rumah sakit.
2. Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit
3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik
4. Tenaga para medis perawatan dan tenaga para medik non perawatan
(perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi,
peata rontgen, rehabilitasi medik, dll)
5. Untuk dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi kedokteran yang
berupa tindakan/konsultasi kepada pasien, maka yang membuat rekam
medis pasien adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit.
2. Ketentuan Pengisian Rekam Medis
Rekam Medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima
pelayanan dengan ketentuan sbb:
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam
waktu 1 x 24 jam harus dirulis dalam lembaran rekam medis.
b. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/ tenaga kesehatan lainnya sesuai
dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal.
c. Pencatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya ditanda tangani
dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat/dokter pembimbingnya.
d. Catatan yang dibuat oleh residens harus diketahui oleh dokter pembimbingnya.
e. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya pada
saat itu juga dengan cara mencoret bagian yang salah dengan satu garis serta dibubuhi
tanda tangan.
f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencatatan :


1. Mencatat secara tepat waktu
2. Mencatat secara lengkap , benar, dan akurat.
3. Cermat dan lengkap
4. Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
5. Berkaitan dengan perihal/pokok permasalahan
6. Bersifat obyektif sehingga berkesan jelas
7. Tidak menggunakan singkatan-singkatan atau istilah lain yang tidak dimengerti oleh
pihak lain serta tidak berlaku di lingkungan rumah sakit
8. Ditulis dengan tulisan jelas dan mudah terbaca
9. Pencatatan harus menggunakan tinta atau ballpint.

F. FORMULIR DAN CARA PENGISIAN REKAM MEDIS


Banyak macam dan bentuk formulir-formulir rekam medis yang dipakai oleh berbagai
rumah sakit, namun semuanya harus memenuhi keperluan-keperluan yang mendasar,
sebagaimana yang telah diuraikan pada kegunaan rekam medis.
Formulir-formulir rekam medis sendiri tidak memberikan jaminan pencatatan data medik
yang tepat dan baik, apabila para dokter dan staf medik lainnya tidak seksama
melengkapi informasi yang diperlukan pada setiap lembaran rekam medis dengan baik
dan benar.
Formulir-formulir rekam medis ini meliputi formulir rekam medis untuk pasien rawat
jalan dan formulir rekam medis untuk pasien rawat inap.
1. Formulir Rekam Medis Rawat Jalan
a. Formulir di TPPRJ (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan)
1. KIB (Kartu Identitas Berobat)
Kartu yang berisi identitas dan nomor rekam medis yang dicetak dari komputer dan
diserahkan kepada pasien dengan pesan dibawa setiap saat berobat di RS ............ .............
2. KIUP (Kartu Identitas Utama Pasien)
KIUP adalah salah satu cara untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien,
karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka KIUP akan membantu
untuk mencarikan data pasien yang diperlukan. KIUP adalah kartu tanda pengenal setiap
pasien baru yang disimpan selamanya pada instansi yang bersangkutan dan dibuat
berdasarkan ringkasan riwayat klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan pasien.
KIUP harus dibuat lengkap dan sejelas mungkin yang memuat data secara terperinci dan
lengkap antara lain:
Nomor rekam medis. Tempat tanggal lahir
Nama lengkap pasien. Alamat
Nama keluarga. Tanggal kunjungan pertama
Jenis kelamin.
3. Buku register pendaftaran pasien
Buku register ini ditulis setiap kali pasien datang di RS ............ ............ yang berisi
tanggal, nomor urut, nomor RM, identitas pasien (nama, alamat, umur, jenis kelamin),
pengunjung lama/baru, cara pembayaran.
4. Buku ekspedisi
Buku ekspedisi adalah buku yang digunakan untuk setiap penyerahan berkas rekam
medis. Ini untuk menjaga agar keamanannya terjamin khususnya bila dijumpai
kehilangan dokumen.
5. Berkas rawat jalan/catatan dokter poliklinik
Berkas rawat jalan adalah berkas yang digunakan dokter dan perawat Instalasi Rawat
Jalan (poliklinik) untuk mencatat hasil pelayanan rekam medis dan keperawatan.
Meliputi : anamnesa/pemeriksaaan fisik, diagnosa, terapi yang diberikan.
b. Formulir di Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik)
1. Surat pengantar rujukan
2. Surat persetujuan rawat inap
3. Berkas rawat jalan
4. Resume medis
5. Resep
6. Informed consent
7. Buku ekspedisi
8. Buku register rawat jalan
9. Sensus harian rawat jalan
2. Formulir Rekam medis Rawat Inap
Macam formulir rekam medis pasien rawat inap ini banyak sekali tergantung pada tingkat
kemampuan rumah sakit di dalam melakukan tindakan medik kepada pasien (khususnya
penyelenggaraan spesialistik/sub spesialistik).
Namun pada prinsipnya setiap rumah sakit harus menyiapkan catatan medik yang
dikategorikan rekam medis dasar, sedangkan lembaran-lembaran lain yang menyangkut
tindakan spesialistik/sub spesialistik dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan
penyelenggaraan masing-masing rumah sakit.
Formulir rekam medis dasar untuk pasien rawat inap terdiri dari lembaran-lembaran
umum dan khusus serta lembaran-lembaran pemeriksaan diagnostik/terapi.
1. Formulir di TPPRI (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap)
1. Buku register rawat inap
2. Buku Ekpedisi
3. Sensus harian rawat inap
b. Formulir di IRI (Instalasi Rawat Inap)
Lembaran-lembaran umum, misalnya :
1. Ringkasan masuk dan keluar.
2. Anamnesa dan pemeriksaan fisik.
3. Lembar grafik
4. Perjalanan penyakit/perkembangan perintah dokter dan pengobatan.
5. Catatan perawat/bidan.
6. Hasil pemeriksaan laboratorium/rontgen.
7. Resume keluar.
Lembaran-lembaran khusus, misalnya :
1. Lembaran kontrol istimewa.
2. Laporan operasi.
3. Laporan anastesi.
4. Riwayat kehamilan
5. Catatan/laporan persalinan.
6. Identifikasi bayi.
KETERANGAN:

a. Ringkasan Masuk dan Keluar


Lembaran ringkasan masuk dan keluar ini sering disebut ringkasan atau lembaran muka,
selalu menjadi lembaran paling depan pada suatu berkas rekam medis. Lembaran ini
berisi informasi : identitas pasien, cara penerimaan, cara masuk, dikirim oleh, serta berisi
ringkasan data pada saat pasien keluar. Lembaran ini merupakan sumber informasi untuk
mengindeks rekam medis serta menyiapkan laporan rumah sakit. Informasi tentang
identifikasi pasien sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Nama pasien
2. Nomor rekam medis
3. Tanggal lahir/Umur
4. Jenis kelamin
5. Agama
6. Alamat
7. Pekerjaan
Informasi lain yang perlu dicatat, diantaranya :
1. Status perkawinan.
2. Asuransi
3. Cara penerimaan pasien melalui.
4. Cara masuk, dikirim oleh.
5. Nama penanggung jawab pembayaran dan alamatnya.
6. Tanggal dan jam masuk ruang rawat inap
7. Tanggal dan jam keluar ruang rawat inap.
8. Bagian/spesialisasi, ruang rawat, kelas.
9. Lama dirawat.
10. Diagnosis akhir (utama, lain-lain, dan komplikasi).
11. Operasi/tindakan (jika ada).
12. Anastesi yang diberikan.
13. Infeksi nosaokomial dan penyebabnya (jika ada).
14. Imunisasi yang diperoleh selama dirawat.
15. Tranfusi darah (jika ada).
16. Keadaan keluar (hidup/mati)
17. Nama dan tanda tangan dokter yang merawat.

Cara pengisian ringkasan masuk dan keluar :


Informasi yang menyangkut identitas dan prosedur pada waktu masuk dicatat oleh
petugas di tempat penerimaan pasien rawat inap, sedangkan informasi yang diperoleh
selama pasien dirawat sampai keluar dari ruang rawat inap, dilakukan oleh perawat di
ruangan.

Penjelasan cara pengisian :


1. Nama : diisi nama pasien, sesuai dengan ketentuan sistem penamaan.
2. Nomor rekam medis : diisi nomor rekam medis pasien.
3. Tanggal lahir : diisi tanggal, bulan, dan tahun kelahiran.
4. Jenis kelamin : cukup jelas.
5. Agama : diisi agama pasien.
6. Pendidikan : diisi pendidikan terakhir si pasien.
7. Pekerjaan : diisi pekerjaan si pasien saat ini.
7. Alamat : diisi alamat lengkap si pasien.
7. Kiriman dari : diisi sesuai dengan nama perujuk (Rumah
sakit/Poliklinik/Balai Pengobatan/Bidan/Tenaga Kesehatan)
10. Diantar oleh : Diisi sesuai kedatangan pasien (datang sendiri/ diantar keluarga) .

10. Nama penanggung jawab


pembayaran : diisi dengan orang yang bertanggung jawab atas
pembayaran pasien .
12. Nama dan alamat keluarga
terdekat : diisi dengan nama keluarga, alamat keluarga terdekat yang
paling mudah untuk dihubungi.
13. Tanggal masuk : diisi tanggal, bulan dan tahun serta jam pasien masuk ruang
rawat inap.
13. Tanggal keluar : diisi tanggal, bulan dan tahun serta jam pasien keluar ruang
rawat inap.
13. Lama dirawat : diisi hari lamanya pasien dirawat.
13. Diagnosis masuk : diisi diagnosis yang diperkirakan pada waktu masuk.
13. Diagnosis akhir : diisi diagnosis utama maupun lain-lain dan komplikasi (jika
ada) pada saat pasien dirawat.
13. Nama operasi/tindakan : diisi jenis operasi/tindakan serta golongan operasi
(jika ada).
13. Jenis anastesi : diisi dengan jenis anastesi yang diberikan.
13. Tanggal operasi : diisi nomor tanggal operasi.
13. Nomor kode operasi : diisi nomor kode operasi.
13. Infeksi nosokomial dan
penyebabnya : diisi infeksi yang didapat selama perawatan dan
penyebabnya (jika ada).
23. Imunisasi yang pernah
didapat : diisi sesuai dengan imunisasi yang pernah didapat pasien
tersebut.
24. Tranfusi darah : diisi berapa cc yang diberikan (jika ada).
24. Keadaan keluar : lingkari sesuai dengan keadaan keluarnya.
24. Cara keluar : lingkari sesuai dengan cara keluarnya.

b. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik


1. Tujuan pokok data anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah untuk memberikan
bahan pelengkap bagi dokter untuk menetapkan diagnosis yang menjadi dasar
tindakan pertolongan dan perawatan/pengobatan terhadap seorang pasien.
2. Sebagai bahan tambahan terhadap anamnesa da pemeriksaan fisik ini mungkin
diperlukan berbagai hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen, sebelum sampai
pada satu kesimpulan mengenai diagnosis.
3. Untuk lembaran anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat digunakan formulir
kosong atau formulir dengan catatan penunjuk.
4. Pokok-pokok pengisian anamnesa, meliputi :
Keluhan utama:
Pernyataan singkat tentang keadaan dan lamanya gejala yang timbul yang menyebabkan
pasien meminta pertolongan medik, berdasarkan laporan yang diucapkan oleh pasien
sendiri maupun yang mengantarkan ke dokter.
Riwayat penyakit sekarang:
Penjelasan detil secara kronologis tentang perkembangan penyakit pasien, sejak
timbulnya gejala pertama sampai saat ini.
Riwayat penyakit yang pernah diderita:
Satu ringkasan tentang penyakit-penyakit, seperti infeksi akut, kecelakaan operasi, alergi,
dsb.
Riwayat keluarga:
Catatan tentang penyakit keluarga terdekat yang mungkin diturunkan atau kontak, seperti
alergi, infeksi, mental, metabolis, dsb.
Keadaan sosial:
Catatan tentang status perkawinan, kebiasaan, hubungan sosial, pekerjaan, dan
lingkungannya.
Pengamatan ulang tentang sistemik:
Untuk mengungkapkan gejala-gejala pokok, yang mungkin terlupakan oleh si pasien
ataukelihatannya tidak perlu, ini untuk menentukan seberapa jauh dan teliti pemeriksaan
fisik harus dilakukan.
5. Pemeriksaan fisik, ada 4 langkah, yaitu :
Inspeksi : melihat ke seluruh bagian tubuh.
Palpasi : meraba berbagai bagian tubuh.
Perkusi : mengetok daerah tertentu pada tubuh dan jari tangan/alat,
mendengar suaranya dan meneliti tingkat resistensinya.
Auskultasi : mendengar bunyi yang terjadi karena proses fisiologis
atau patologis di dalam tubuh.
e. Lembaran Grafik
1. Lembaran grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu, nadi,
dan pernapasan seorang pasien.
2. Pengisiannya dilakukan oleh perawat, dimulai saat pasien mulai dirawat.
3. Dalam lembaran grafik ini juga dicatat data-data tekanan darah,
pemasukan dan pengeluaran cairan serta defikasi.
4. Dapat juga diisi informasi tentang kunjungan dokter, specimen untuk
laboratorium, diit, dll.
d. Perjalanan Penyakit Perintah Dokter dan Pengobatan
1. Perintah medis tertulis adalah petunjuk dokter kebagian perawatan dan staf
medik/paramedis mengenai semua medikasi dan pengobatan yang diberikan kepada
pasien.
2. Petugas rekam medis dalam meneliti kelengkapan lembaran perintah dokter, harus
mengamati :
o Semua perintah harus ditandatangani oleh memberi perintah. Perintah secara lisan
atau lewat telepon harus ditandatangani oleh si pemberi perintah pada kunjungan
berikutnya yang menunjukkan tanggung jawab pemeri perintah tersebut, namun
untuk menghindari kekeliruan, perintah lisan ataupun lewat telepon ini tidak
sering dilakukan.
o Perintah keluar harus ditulis sebelum pasien meninggalkan rumah sakit, jika
perintah keluar belum ditulis, petugas rekam medis harus meneliti apakah ada
pernyataan yang ditandatangani pasien keluar atas tanggung jawab sendiri.
Pernyataan ini harus disimpan di dalam rekam medisnya. Dalam hal ini harus ada
catatan dari dokternya yang menyatakan bahwa pasien telah keluar tanpa
persetujuan.
o Hasil-hasil pemeriksaan diagnosis yang diperintahkan/dimintakan oleh dokter
harus ada di dalam rekam medis. Petugas perekam medis harus berusaha
memperolehnya, untuk secepatnya disatukan dengan memperolehnya, untuk
secepatnya disatukan dengan berkas rekam medis yang bersangkutan.
o Catatan medik harus diisi laporan tindakan/pengobatan yang diperintahkan
kepada paramedis, seperti terapi inhalasi, occupational terapi.
e. Catatan Perkembangan
1. Lembaran ini mencatat segala spesifikasi perkembangan penyakit pasien yang ditulis dan
ditandatangani oleh dokter.
2. Catatan pertama dimulai dengan catatan pada saat pasien masuk, yang seterusnya
ditambah selama pasien di dalam perawatan dan diakhirinya pada saat pasien keluar atau
meninggal.
3. Catatan pada saat pasien masuk untuk mencatat ringkasan keadaan umum pasien pada
saat masuk, termasuk fakta-fakta penting yang belum tercatat pada anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
4. Fakta tersebut mungkin didapat dari keluarga pasien, dokter yang mengirim atau dari
rumah sakit lain.
5. Catatan selama pasien dalam perawatan : memberikan gambaran perkembangan
perawatan pasien, hal ini harus dibuat setiap hari atau setiap beberapa jam selama fase
akutnya seorang pasien da seterusnya sesuai dengan perkembagan pasien itu sendiri.
6. Semua tindakan yang dilakukan dicatat : jam tanggal dan jenis tindakannya.
7. Semua catatan harus ditandatangni oleh dokter pemeriksa.
f. Catatan Perawat/Bidan
1. Catatan perawat/bidan, digunakan oleh perawat/bidan untuk mencatat hasil pengamatan
yang telah diberikan pada pasien.
2. Catatan ini memberikan gambaran kronologis pertolongan, perawat, pengobatan yang
diberikan dan reaksi pasien terhadap tindakan tersebut.
3. Catatan ini berfungsi sebagai alat komunikasi antar sesama perawat dan antara perawat
dengan dokter.
Ada empat kegunaan catatan perawat/bidan, yaitu :
1. Mencatat keadaan pasien selama tidak dilihat oleh dokter
Catatan ini adalah hal yang penting bagi perawat, yang memberikan gambaran
perspektif yang jelas tentang perkembangan seorang pasien selama tidak dilihat oleh
dokter. Rencana pengobatan seorang pasien ditentukan oleh informasi yang dicatat pada
lembaran ini, dengan bantuan catatan perawat yang ditulis secara seksama, seorang
dokter dapat mengikuti perkembangan pasiennya, meskipun ia mengunjungi pasien hanya
sekali dalam satu hari.

2. Menghemat waktu dokter dan dapat mencegah timbulnya kekeliruan


Tanpa adanya catatan tersebut, gambaran pasien dari waktu ke waktu, harus
dijelaskan sendiri, hal ini tidak saja makan waktu, tetapi juga memungkinkan banyak
kesalahan dalam pemberian medikasi dan pengobatan.
3. Sebagai bukti pelaksanaan pekerjaan
Sangat perlu sekali perawat harus mencatat apa-apa tindakan yang telah dilakukan
sesuai dengan perintah dokter, sehingga dokter dapat melihat hasilnya dan menentukan
tindakan pengobatan selanjutnya.
4. Sebagai salah satu kelengkapan berkas rekam medis
Catatan perawat/bidan dimulai pada saat pasien masuk ruang perawatan yang
meliputi :
Tanggal dan jam.
Catatan-catatan tentang keadaan pasien, gejala-gejala yang tampak.
Pengobatan yang dilakukan.
Selama seorang pasien dirawat di rumah sakit, catatan perawat/bidan harus memuat
observasi harian seorang pasien, juga medikasi dan pengobatan yang diberikan.
g. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen
1. Lembaran ini dipakai untuk meletakkan formulir-formulir hasil pemeriksaan
laboratorium/rontgen yang dilakukankepada pasien.
2. Cara-cara meletakkan formulir-formulir hasil pemeriksaan secara kronologis berdasarkan
waktu, dimulai dari bawah terus ke atas.
h. Ringkasan Keluar (Resume)
1. Ringkasan ditulis pada lampiran tersendiri.
2. Pengecualian bagi resume ini, terutama untuk pasien yang dirawat kurang dari 48 jam,
cukup menggunakan rekam medis singkat, misalnya untuk kasus-kasus tonsilektomi,
adenoidektomi, kecelakaan ringan, dan sebagainya.
Tujuan dibuatnya resume medis ini adalah :
Untuk menjamin kontinuitas penyelenggaraan medik dengan kualitas yang tinggi serta
sebagai bahan yang menerima pasien apabila pasien tersebut dirawat kembali di rumah
sakit.
Sebagai bahan penilaian staf medik rumah sakit.
Untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau perorangan tentang perawatan
seorang pasien, misalnya dari perusahaan asuransi (dengan persetujuan pimpinan).
Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim dan konsultan.
Hal ini menjadi semacam insentif bagi semua dokter yang diharuskan menulis resume.
Sebagai tembusan untuk diberikan kepada asisten ahli yang memerlukan catatan tentang
pasien yang pernah mereka rawat.

Resume ini harus singkat dan menjelaskan informasi penting tentang penyakit,
pemeriksaan yang dilakukan dan pengobatannya. Resume ini harus ditulis segera setelah
pasien keluar dan isinya menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Mengapa pasien masuk rumah sakit (pertanyaan klinis singkat tentang keluhan utama dan
riwayat penyakit sekarang)
Apakah hasil-hasi penting pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan fisik (hasil negatif
mungkin sama pentingnya dengan hasil positif).
Apakah pengobatan medik maupun operasi yang diberikan (termasuk respon pasien,
komplikasi dan konsultasi).
Bagaimana keadaan pasien pada saat keluar (perlu berobat jalan, mampu bergerak
sendiri, mampu untuk bekerja).
Apakah anjuran pengobatan/perawatan yang diberikan (nama obat dan dosisnya, tindakan
pengobatan lainnya, dirujuk kemana, perjanjian untuk datang lagi).
Di dalam berkas rekam medis, lembaran resume diletakkan sesudah ringkasan masuk dan
keluar, dengan maksud memudahkan dokter melihatnya apabila diperlukan. Resume ini
harus ditandatangani oleh dokter yang merawat bagi pasien yang meninggal tidak
dibuatkan resume, tetapi dibuatkan laporan sebab kematian.
3. Rekam Medis Bayi Baru Lahir
a. Ringkasan Masuk dan Keluar Bayi
Ringkasan masuk dan keluar untuk bayi, sama halnya dengan rekam medis anak-anak
atau orang dewasa. Seorang bayi haruslah dianggap sebagai individu yang mempunyai
catatan tersendiri dan seharusnya catatan tersebut disimpan didalam berkas masing-
masing terpisah dengan berkas medis ibunya. Karena itu merupakan hal yang penting
untuk mengetahui semua keterangan pengenal bayi yang termuat pada berkas rekam
medis bayi. Ringkasan masuk dan keluar berfungsi untuk mencatat semua data yang
diperlukan untuk membuat indeks-indeks dan untuk tanda tangan terakhir dari dokter
yang merawat.
Lembar hak kuasa otoritas juga disediakan, untuk dipergunakan olah orang tua
penanggung jawab guna memberikan izin untuk perawatan bayi selanjutnya.

b. Riwayat kelahiran
Dokter yang menolong melahirkan bayi bertanggung jawab untuk mencatat riwayat
kelahiran bayi. Riwayat kelahiran yang lengkap, mencakup bagian-bagian:
1. Riwayat ibu: umur ibu, jumlah kehamilan sebelumnya, jumlah bayi yang
dilahirkan hidup, jumlah keahiran yang memerlukan tindakan abortus,
jumlah bayi yang dilahirkan mati, jumlah anak yang meninggal, golongan
darah ibu, faktor RH, penyakit ibu, komplikasi kehamilan, tanggal dan
hasil dari test serologi dan photo thorax.

2. Riwayat kelahiran: riwayat kelahiran dari bayi ini, haruslah mencakup


keterangan mengenai lamanya kehamilan pengawasan prenatal, umur
bayi, tanggal perkiraan persalinan, lamanya kala I dari persalinan, kala II,
pecahnya ketuban, (bagaimana dan berapa lamanya sebelum kelahiran).
Robekan perineum, letak, posisi cara kelahiran, analgetika yang diberikan,
anestesi dan komplikasi kelahiran.
2. Catatan bayi meliputi: mencakup keadaan bayi, tanggal bayi dan jam lahir,
jenis kelamin, berat badan, panjang badan, medikasi mata, pernapasan,
apgar score, tanda tangan perawat yang bertanggung jawab terhadap
identitas bayi dan kelainan yang ada.

Walaupun kenyataaan riwayat kehamilan dan terdapat pada rekam medis ibu, hal ini juga
perlu bahwa catatan tersebut menjadi bagian dari rekam medis bayi, terutama bagi rumah
sakit yang memisahkan rekam medis bayi dengan rekam medis ibunya.

4. Formulir Rekam Medis Instalasi Gawat Darurat (IGD)


Formulir-formulir yang digunakan di IGD sama dengan formulir yang digunakan
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) ditambah visum et repertum yang disediakan untuk melayani
permintaan kepolisian terhadap kasus-kasus penyakit atau kematian yang tidak wajar dan
diperlukan keterangan atau saksi ahli. Formulir ini digunakan sebagai alat bukti hukum
pengadilan. Oleh sebab itu aturan dan pengirimannya harus mengikuti undang-undang
yang berlaku.

G. PROSES PENGOLAHAN REKAM MEDIS

1. PROSES PENGOLAHAN REKAM MEDIS


1. Penataan Berkas Rekam Medis (assembling)
1. Berkas rekam medis rawat jalan hanya satu lembar yang terdiri dari identitas
pasien, tgl masuk, pemeriksaan, diagnosa, dan pengobatan.
2. Penataan berkas rekam medik pasien rawat inap
1. Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk kasus umum
meliputi:
Ringkasan masuk dan keluar
Surat dokumen pengantar
Intruksi dokter
Lembar konsultasi
Grafik suhu, nadi dan pernapasan
Pengawasan khusus
Catatan perawat/ bidan
Catatan perkembangan
Pengkajian keperawatan
Rekaman Asuhan Keperawatan
Hasil Labortorium
Laporan perkembangan
Hasil pemeriksaan laboratorium
Resume/laporan kematian.
2. Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk kasus tindakan
operasi :
Ringkasan masuk dan keluar
Surat dokumen pengantar
Intruksi dokter
Lembar konsultasi
Grafik suhu, nadi dan pernapasan
Surat Izin Tindakan Operasi dan Pembiusan
Persiapan Operasi
Pelimpahan Wewenang Tindakan Pembiusan
Laporan Anastesi
Instruksi Anastesi Post Operasi
Laporan Operasi
Aldered Score
Daftar Pengawasan Intensif
Catatan perawat/ bidan
Pesan Perawat/Bidan atas Intruksi Dokter
Catatan perkembangan
Pengkajian keperawatan
Rekaman Asuhan Keperawatan
Hasil Labortorium
Laporan perkembangan
Hasil pemeriksaan laboratorium
Resume/laporan kematian.
3. Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap kasus kebidanan:
Ringkasan masuk dan keluar
Surat dokumen pengantar
Intruksi dokter
Lembar konsultasi
Grafik suhu, nadi dan pernapasan
Pengawasan khusus
Catatan perawat/ bidan
Pesan Perawat/Bidan atas Intruksi Dokter
Pengkajian Kebidanan
Partograf
Catatan Persalinan
Lembar bayi baru lahir
Rekaman Asuhan Keperawatan
Laporan perkembangan
Hasil pemeriksaan laboratorium
Resume/laporan kematian.
4. Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk kasus bayi lahir:
Ringkasan masuk dan keluar
Surat dokumen pengantar
Intruksi dokter
Lembar konsultasi
Grafik suhu, nadi dan pernapasan
Pengawasan khusus
Catatan perawat/ bidan
Catatan perkembangan
Pengkajian Perinatologi
Rekaman Asuhan Keperawatan
Catatan Medik Bayi Baru Lahir
Laporan perkembangan
Hasil pemeriksaan laboratorium
Resume/laporan kematian.
2. Pemberian Kode (coding)
Pemberian kode adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau
angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakii komponen data. Kegiatan dan
tindakan serta diagnosis yang ada didalam rekam medis harus dberi kode dan selanjutnya
di indeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi
perencanaan, majemen, dan riset bidang kesehatan.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organzation) bertujuan untuk
menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan. RS ............ ............ menggunakan klasifikasi penyakit revisi-
10 (ICD-10, International statitical Clasification Deseasses and Health Problem 10
revisi). ICD-10 menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka
(alpha numeric).
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab
dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya diagnosis yang ada
dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada
buku ICD-10.tenaga medis sebagai seorang pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Apabia
diagnosis kurang jelas/tidak lengkap, sebelum di kode terlebih dahulu komunikasikan
dengan dokter yang membuat diagnosis tersebut. Setiap pasien yang telah selesai
mendapatkan pelayanan baik rawat jalan/rawat inap, dokter yang memberikan pelayanan
harus segera membuat diagnosis akhir.

3. Tabulasi (indeksing)
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam
indeks-indeks(dapat memnggunakan kartu indeks/komputerisasi). Kartu indeks tidak
boleh mencantumkan nama pasien. Jenis indeks antara lain:
a. Indeks pasien (KIUP)
Indeks pasien adalah satu tabulasi katalog yang berisi nama semua pasien yang pernah
berobat di rumah sakit.
Halaman depan : no rekam medis, nama lengkap, nama keluarga,
umur, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, dan tanggal kunjungan pertama.
o Kegunaan : sebagai kunci untuk menemukan berkas rekam medis seorang
penderita.
o Cara penyimpanan : kartu indeks disusun secara alpabet. Jika seorang datang
kembali dengan mengatakan bahwa ia telah bersuami, kartu yang sekarang harus
dibuat catatn petunjuk (tanda lihat/ tanda X) dengan kartu yang dulu dan
sebaliknya. Penyusunan kartu harus diberi petunjuk. Pengecekan terhadap
penyimpanan kartu-kartu dilakukan secara periodik untuk memperbaiki
kekeliruan yang mungkin terjadi.
o Lama penyimpanan : lama penyimpanan kartu indek sama dengan lama
penyimpanan berkas rekam medis.
o Alat penyimpanan:
o Lemari berupa laci laci sesuai abjad yang berukuran sesuai ukuran KIUP.
o Menggunakan sistem komputerisasi.

b. Indeks penyakit dan operasi


Indeks penyakit dan operasi adalah tabuasi yang berisi kode penyakit dan kode operasi
pasien. Informasi yang ada antara lain:
Nomor kode
Judul, bulan, tahun
Nomor penderita
Jenis kelamin
Umur
o Untuk indeks operasi ditambah:
dokter bedah, dokter anestesi, hari pra operasi, post operasi, pasien keluar (meninggal,
sembuh, cacat)
o Untuk indek penyakit ditambah:
Diagnosis lain, dokter lain, hari perawatan, meninggal/ keluar (sembuh/cacat)
Kegunaan :
1. Untuk mengambil berkas rekam medis tertentu, guna keperluan-keperluan
sebagai berikut:
Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit untuk memperoleh pengertian
tentang penanggulangan terhadap penyakit-penyakit/masalah kesehatan pada saat ini.
Untuk menguji teori-teori membandingkan data-data tentang penyakit/pengobatan dalam
rangka penyuguhan tulisan-tulisan ilmiah.
Menyuguhkan data menggunakan fasilitas rumah sakit untuk menyusun keperluan alat-
alat baru, tempat tidur, dan lain-lain.
Menilai kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit.
2. Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survey kemampuan
rumah sakit.
2. Menemukan berkas rekam medis dimana dokternya hanya ingat
diagnosa/operasinya sedangkan nama pasien yang bersangkutan lupa.
2. Menyediakan materi pendidikan untuk mahsiswa kedikteran, perawat, dll.
Cara penyimpanan:
Kartu indeks dalam laci menurut nomor urut. Secara periodik harus diamati kemungkinan
kesalahan penyimpanan kartu-kartu indeks, kartu indeks harus tampak rapi, tulisannya
gampang dibaca, pengisiannya harus dengan tinta/ mesin ketik. Pada akhir tahun baris
terakhir ddibawahnya dibuat garis warna merah pada setiap kartu.
c. Indeks dokter
Indeks dokter adalah satu tabulasi data yang berisi nama dokter yang memberikan
pelayanan medik kepada pasien.
Kegunaan: menilai kinerja dokter, bukti pengadian
d. Indeks kematian
Informasi yang tetap dalam indeks kematian:
Nama penderita
Nomor RM
Jenis kelamin
Umur
Kematian : kurang dari sejam post operasi
Dokter yang merawat
Hari perawatan
Wilayah.
Kegunaan : statistik menilai mutu pelayanan dasar, menambah dan meningkatkan
peralatan/tenaga.

4. Statistik Dan Pelaporan Rumah Sakit


Adalah suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara
cepat, tepat, dan akurat. Laporan rumah sakit dibedakan menjadi:
Laporan intern yang dibuat adalah :
1. Pasien masuk rumah sakit, dibedakan menjadi:
1. Pasien umum
2. Pasien kebidanan
3. Pasien anak
4. Bayi lahir di RS
5. Bayi kiriman dari luar
2. Cara Pasien keluar rumah sakit:
1. Pasien meninggal < 48 jam
2. Pasien meninggal > 48 jam
3. Net Death Rate (NDR)
4. Gross Death Rate (GDR)
5. Maternal Death Rate (MDR)
6. Atas Permintaan Sendiri (APS)
2. Presentase pemakaian tempat tidur (BOR), dihitung tiap ruangan menjadi:
1. VIP A
2. VIP B
3. Utama
4. Ekonomi Atas
5. Ekonomi Bawah
2. Kegiatan pembedahan dan tindakan medik lain, dibedakan menjadi:
1. Operasi besar
2. Operasi sedang
3. Operasi kecil
2. Kegiatan rawat jalan meliputi:
1. Jumlah Kunjungan Lama dan Baru
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Jenis Pelayanan
5. Cakupan Wilayah
6. 10 Besar Penyakit

Sensus harian menjadi dasar dalam pelaksanaan pembuatan pelaporan rumah sakit yang
kegiatannya dihitung mulai jam 00.00 s/d 24.00 setiap harinya.

b. Laporan ekstern rumah sakit


Laporan ekstern rumah sakit ditujukan kepada Direktorat Jendral Bina pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI (DITJEN YANMED), Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota.
Pelaporan ekstern rumah sakit dibuat sesaui dengan kebutuhan Departemen Kesehatan RI
yang meliputi:
Laporan tersebut adalah :
1. Laporan harian
1. Pemberitahuan Penderita / tersangka DBD, DSS, Poliomyelitis dan
Tetanus Neonatorum , dll ( KD/RS )
2. Laporan Kejadian Luar Biasa / Wabah ( W1RS )
3. Laporan Surveilans penderita AIDS ( Form AIDS 1 )
2. Laporan bulanan
1. Surveilans Aktif AFP,TN,Campak,DBD di Rumah Sakit ( SARS )
2. Lembar Surveilans Epidemiologi Campak ( Form C1 Rutin )
3. Penemuan kasus ILI ( Influenza Like Illness ) di Rumah Sakit
4. Rekapitulasi hasil Penemuan Penderita ISPA Balita
5. Laporan bulanan Kegiatan Diare
6. Laporan Kematian Bayi dan Balita
7. Laporan data Kesakitan Kesehatan Jiwa
8. Lembar Pengumpul Data Kegiatan KIA ( LPD )
9. Surveilans Terpadu Penyakit ( STP ) berbasis Rumah Sakit
10. Laporan Kematian yang ada di Rumah Sakit
11. Data keadaan morbiditas pasien rawat inap rumah sakit RL2a1
12. Data keadaan morbiditas pasien rawat jalan rumah sakit RL2b1
13. Data status imunisasi ( RL 2c )
2. Laporan triwulan
1. Data kegiatan rumah sakit (RL1)
2. Data keadaan morbiditas pasien rawat inap rumah sakit (RL2a)
3. Data keadaan morbiditas pasien rawat jalan rumah sakit (RL2b)
4. Data individual morbiditas pasien rawat inap
Pasien umum (RL2.1)
Pasien Obstetri (RL2.2)
Bayi baru lahir/lahir mati (RL2.3)
e. Laporan Triwulan Rawat Inap dan Rawat Jalan Din.Kes kabupeten
dan Din.Kes. Propinsi
4. Laporan Semesteran
a. Laporan Data Ketenagaan RL 4
5. Laporan tahunan
1. Laporan Tahunan Penyelenggaraan Rumah Sakit
2. Laporan Tahunan Rumah Sakit dan Sistematikanya

6. Laporan Insidentil / Khusus Sewaktu


Laporan incidentil / laporan khusus sewaktu adalah laporan yang dibuat sewaktu-waktu
atau sesuai permintaan baik secara intern rumah sakit maupun oleh dinas kesehatan
setempat, atau bahkan instansi lain yang memerlukan. Laporan sewaktu ini akan di
dilayani / berikan sesuai prosedur yang berlaku yaitu melayani sesuai permintaan secara
tertulis dan sudah mendapat ijin dari Direktur RS ............ .............
7. Saluran pengiriman laporan
Laporan dibuat rangkap 6 kecuali laporan yang bersifat individual dibuat rangkap 2.
laporan asli dikirim ke Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Sub Bagian Data dan
Informasi Dep. Kes. RI sedang rangkap ke dua dan seterusnya dikirim kepada:
1. Dinas kesehatan propinsi
2. Dinas kesehatan kabupaten
3. Direktur rumah sakit
4. Kepala bagian sekretariat RS

5. Korespondensi Rekam Medis


Korespodensi rekam medis adalah surat menyurat yang berhubungan dengan rekam
medis. Surat menyurat dibedakan menjadi:
a. Resume medik
Adalah ringkasan kegiatsan pelayanan medik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
khususnya dokter selama masa perawatan hingga pasien keluar baik keadaan hidup
maupun meninggal.
b. Formulir asuransi yang terkait dengan pelayanan kesehatan
Adalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan telah
ditanda tangani oleh pasien untuk memberikan kuasa ke pada pihak rumah sakit untuk
memberikan informasi kesehatan mengenai dirinya kepada pihak asuransi.
c. Surat keterangan medik
Surat keterangan medik diberikan kepada pasien yang berisi keterangan tertulis mengenai
kondisi kesehatan pasien dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Misalnya: surat
keterangan medis mengenai pribadi pasien untuk keperluan belajar, tes kesehatan, berobat
keluar, studi banding.

6. Analisa Rekam Medis


a. Analisa mutu rekam medis :
o Mutu dalam pengisian menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan.
o Rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan
kesehatan.
o Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberi pelayanan kesehatan.
o Apabila ada kesalahan dalam melakukan pencatatan pada berkas rekam medis
tidak boleh dihilangkan dan dihapus dengan cara apapun.
o Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi
elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan
menggunakan nomor identitas pribadi.
Pihak yang bertanggung jawab dalam analisa kuantitatif adalah:
o Dokter/ dokter gigi/ tenaga kesehatan lain yang melakukan tindakan medis.
o Petugas Sub Bagian Rekam Medis.

b. Analisa Mortalitas dan Operasi


Analisis adalah segenap rangkaian perbuatan pikiran yang mencegah sesuatu hal secara
mendalam, terutama mempelajari bagian-bagian dari mutu kebutuhan untuk mengetahui
ciri, hubungan dan peranan dalam kebutuhan yang dibuat. Mortalitas adalah
perbandingan jumlah kematian terhadap jumlah populasi.
Indikator dari mortalitas yang digunakan adalah:
1. Angka kematian Netto (Net Death Rate)
2. Angka kematian Umum (Crude Death Rate)
3. Persentase Kematian Obstetrik (Maternal Death Rate/Maternal Mortality Rate)
4. Persentase Kematian Bayi (Infant Death Rate/Infant Mortality Rate)
5. Persentase Kelahiran Mati (Fetal Death Rate)
6. Persentase Kematian Neonates (Neonatal Death Rate)
7. Post Operative Death Rate
8. Anesthesia Death Rate
c. Analisa Morbiditas
Tabulasi data morbiditas dibuat berdasarkan tabulasi yang ada pada ICD 10.
Analisi tentang mutu pelayanan pada umumnya menggunakan data penyakit sebagai
berikut:
Average Lenght of Stay by DRGS
1. Average Lenght of Stay Post Operative
2. Average Lenght of Stay Tracer Condition
3. Infection Rate Post Operative
4. Post Operative Death Rate
5. Maternal Mortality Rate
6. Infant Mortality Rate
d. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Proses analisa rekam medis ditujukan kepada dua hal, yaitu:
1. Analisis kuantitatif adalah analisa yang ditujukan kepada jumlah lembaran-lembaran
rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis,
paramendis, dan penunjang medis sesuai prosedur yang ditetapkan.
2. Analisis kualitatif adalah analisa yang ditujukan kepada mutu dan setiap berkas rekam
medik. Petugas akan mengambil dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan.

7. Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis


Di RS ............ ............ dalam melakukan penyimpanan rekam medis menggunakan cara
dentralisasi yaitu penyimpanan berkas rekam medis (rawat jalan/rawat inap) terpisah.
Dengan sistem penomoran penyimpanan adalah Terminal Digit Filling (TDF) yaitu
sistem penyimpanan berkas rekam medis berdasarkan angka akhir. Sistem ini digunakan
untuk menyimpan berkas rekam medis baru/aktif (kurang dari 5 tahun).
Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu, dan pemeliharaan
ruangan.
Faktor keselamatan kerja petugas penting untuk dijadikan perhatian dalam di ruang
penyimpanan rekam medis sehingga dapat membantu memelihara dan mendorong
semangat kerja serta dapat meningkatkan produktifitas petugas yang bekerja di bagian
ruang panyimpanan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan adalah:
Peralatan yang membantu dalam pengembalian/pengambilan rekam medis jangan sampai
terjadi seorang petugas terjatuh ketika mengembalikan/mengambil berkas rekam medis
pada rak-rak terbuka yang letaknya di atas.
Penerangan lampu harus cukup baik untuk menghindarkan kelelahan penglihatan
petugas.
Perlu perhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu, dan
pencegahan bahaya kebakaran.
Alat penyimpanan rekam medis yang dipakai adalah rak terbuka.
Sampul pelindung rekam medis digunakan untuk:
Memelihara keutuhan susunan lembaran-lembaran rekam medis
Mencegah terlepasnya/tersobeknya lembaran akibat sering di bolak balik
Pada deretan map-map rekam medis yang disimpan di rak harus diberi tanda penunjuk
guna mempercepat pekerjaan penyimpanan dan menemukan kembali rekam medis. Nama
penderita dan nomor harus ditulis pada bagian setiap sampul (map).
Pada saat rekam medis dikembalikan ke Sub. Bagian Rekam Medis harus disortir
menurut nomor sebelum disimpan. Hal ini untuk mempermudah menemukan rekam
medis yang diperlukan tetapi tidak ada dalam tempat penyimpanan.
Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani penyimpanan rekam medis.
Petugas rumah sakit lainnya tidak dibenarkan menyimpan atau mengambil rekam medis
dari tempat penyimpanan.
Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas harus segera diperbaiki
untuk mencegah makin rusak atau hilang lembarannya.
Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik untuk menemukan
salah simpan dan melihat kartu pinjaman yang rekam medisnya masih belum
dikembalikan.
Rekam medis yang tidak aktif selama lima tahun disimpan di tempat khusus
penyimpanan berkas tidak aktif.

8. Pengambilan Rekam Medis


Permintaan-permintaan terhadap rekam medis datang dari: poliklinik, dokter dan bagian
administrasi, IGD dan IRI.
a. Tata cara pengambilan kembali rekam medis
1. Pengeluaran rekam medis
Ketentuan pokok yang harus ditaati ditempat penyimpanan adalah:
Rekam medis yang keluar dari tempat penyimpanan harus ada kartu
ekspedisi/peminjaman rekam medis.
Peminjam rekam medis berkewajiban mengembalikan dalam keadaan baik
dan tepat waktu.
Berkas rekam medis tidak dibenarkan berada di luar rumah sakit, kecuali
atas perintah pengadilan.
Dokter/pegawai yang berkepentingan dapat meminjam rekam medis untuk
dibawa ke ruang kerjanya selama jam kerja dan harus dikembalikan ke
Tempat penyimpanan pada akhir jam kerja.
Jika berkas rekam medis digunakan untuk beberapa hari maka berkas
rekam medis tersebut disimpan sementara di Sub. Bagian Rekam Medis.
Kemungkinan berkas rekam medis dipergunakan oleh beberapa orang, dan
berpindah dari satu orang ke lain orang harus dilakukan dengan mengisi
kartu pindah tangan karena dengan cara ini rekam medis tidak perlu
bolak-balik dikirim kebagian rekam medis, untuk diletakkan sebagai
petunjuk keluarnya rekam medis, kartu pindah tangan tersebut berisi :
tanggal, pindah tangan dari siapa, kepada siapa, untuk keperluan apa, dan
digunakan olah dokter siapa.

9. Penyusutan Dan Pemusnahan Rekam Medis


Penyusutan dan pemusnahan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan berkas
rekam medis dari rak penyimpanan dengan cara:
a. Memindahkan berkas rekam medis aktif dari rak file aktif ke rak file in aktif dengan cara
memilah pada rak file penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan.
b. Memikrofilmkan berkas rekam medis in aktif sesuai ketentuan yang berlaku
c. Memusnahkan berkas rekam medis yang telah di mikrofilm dengan cara tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Dengan melakukan scaner pada berkas rekam medis.
Tujuan penyusutan rekam medis:
a. Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin bertambah.
b. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat penyimpanan
berkas rekam medis yang baru
c. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyimpanan
rekam medis sewaktu-waktu diperlukan.
d. Menyelamatkan rekam medis yang bernilai guna tinggi serta mengurangi
yang tidak bernilai guna/nilai guna rendah/menurun.
Jadwal retensi
Jadwal retensi adalah daftar yang berisikan daftar formulir rekam medis yang akan
disimpan dan jangka waktu penyimpanannya sesuai dengan kegunaannya yang wajib
dimiliki oleh setia badan pmerintah sebagai pedoman dalam penyusutan berkas rekam
medik.
o Pemusnahan berkas rekam medis
Pemusnahan berkas rekam medis adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik
arsip rekam medik yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran dilakukan
dengan cara membakar habis, mencacah/daur ulang sehingga tidak dapat dikenal lagi isi
maupun bentuknya.

o Ketentuan pemusnahan berkas rekam medis:


a. Bentuk tim pemusnah rekam medis dengan surat keputusan direktur yang
beranggotakan : ketatausahaan (administrasi), Sub. Bagian Rekam Medis, Instalasi Rawat
Jalan dan Rawat Inap, dan Komite Medik.
b. Formulir rekam medis yang mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkan tetapi
disimpan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Membuat pertelaan arsip bagi berkas rekam medis aktif yang telah dinilai.
d. Daftar pertelaan berkas rekam medis yang akan dimusnahkan oleh tim pemusnah,
dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit, dan Direktur Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI.
e. Berita pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada pemilik rumah sakit dan kepada Direktur
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
BAB V
ASPEK HUKUM REKAM MEDIS

A. PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP REKAM MEDIS


Rekam Medis merupakan milik rumah sakit yang harus dipelihara karena sangat
bermanfaat bagi pasien, dokter, maupun bagi rumah sakit.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di dalam rekam
medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun pemalsuan data yang ada di
dalam rekam medis ataupun dipergunakan oleh orang yang tidak berwenang
menggunakannya .
Rekam Medis harus berisi data yang cukup terperinci sehingga dokter lain dapat
mengetahui bagaimana pengobatan, perawatan serta tindakan kepada pasien dan konsulen
dapat memberikan pendapat yang tepat setelah dia memeriksanya.
Orang-orang atau pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap rekam medis adalah
sebagai berikut :

1. Dokter, Dokter Gigi dan Tenaga Kesehatan Lain Yang Merawat


Tanggung jawab utama kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis terletak pada dokter
yang merawat.
Pencatatan keterangan medis seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan ringkasan
keluar (resume) kemungkinan bisa didelegasikan pada Co Asisten, asisten ahli, dan
dokter lainnya.
Rumah sakit dapat menyediakan staf bagi dokter untuk melengkapi RM, namun demikian
tanggung jawab utama tetap pada dokter yang merawat.
Pengisian diagnosa harus benar dan lengkap supaya kode dan indeks penyakit tepat
sehingga riset yang dilakukan tidak mengalami kesulitan serta laporan dan statistik
menjadi lebih akurat.
Rekam Medis harus lengkap dan benar karena dapat melindungi rumah sakit maupun
dokter dalam segi hukum (medico legal).

2. Tanggung Jawab Petugas Rekam Medis


Mempelajari kembali berkas RM.
Melakukan analisa kwalitatif dan analisa kuantitatif dalam kegiatan pencatatan dan
pengisian berkas rekam medis yang lengkap dan akurat sesuai dengan kebijakan dan
peraturan yang telah ditetapkan.
Penganalisaan dilakukan keesokan harinya setelah pasien pulang/meninggal, sebelum
fakta pasien terlupakan sehingga data yang kurang atau yang diragukan dapat diperbaiki.
Mengevaluasi kwalitas rekam medis guna menjamin keakuratan dan kelengkapan isi
rekam medis, sehubungan dengan hal tersebut di atas petugas rekam medis harus
berpegang pada pedoman sebagai berikut:
a. Semua diagnosis ditulis dengan benar pada lembaran masuk dan keluar, sesuai dengan
istilah terminologi yang dipergunakan, semua diagnosa serta tindakan pembedahan yang
dilakukan harus dicatat di dalam resume akhir.
b. Penggunaan simbol dan singkatan tidak dibenarkan.
c. Catatan yang dibuat oleh dokter yang merawat harus disertai tanggal dan dibubuhi tanda
tangan dokter yang bersangkutan (termasuk dokter konsulen).
d. Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, resume akhir serta lembar ringkasan masuk dan
keluar harus diisi dengan lengkap dan tidak cukup apabila hanya ditandatangani oleh
seorang dokter saja.
e. Laporan penyakit dan pemeriksaan fisik harus dicatat dengan lengkap dan berisi semua
catatan mengenai pasien baik yang positif maupun yang negatif.
f. Catatan perkembangan, memberikan gambaran kronologis dan analisa klinis mengenai
keadaan pasien. Frekuensi pencatatan ditentukan oleh keadaan perkembangan kesehatan
pasien itu sendiri..
g. Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen harus dicatat disertai tanggal
dan tanda tangan pemeriksa..
h. Semua tindakan pengobatan medik ataupun tindakan pembedahan harus dicantumkan
tanggal serta ditandatangani oleh dokter.
i. Semua konsultasi harus dicatat secara lengkap dan ditandatangani kemudian harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan medik yang berlaku.
j. Pada kasus prenatal dan persalinan, catatan pada saat observasi dicatat secara lengkap,
mencakup hasil tes dan semua pemeriksaan. Pencatatan secara lengkap mulai dari proses
persalinan hingga kelahiran sejak pasien masuk rumah sakit sampai paien keluar rumah
sakit.
k. Apabila pasien rujukan dari luar maka catatan observasi dan pengobatan serta tindakan
yang diberikan yang telah ditandatangani oleh petugas harus diikut sertakan pada saat
pasien masuk rumah sakit.
l. Resume akhir ditulis pada saat pasien pulang rawat atau meninggal. Resume harus
berisikan tentang ringkasan tentang penemuan-penemuan, kejadian penting selama pasien
dirawat, keadaan saat pulang, saran dan rencana pengobatan selanjutnya.
m. Apabila dilakukan otopsi, diagnosa sementara segera dicatat (waktu kurang dari 72 jam),
keterangan yang lengkap harus dibuat dan digabungkan dengan berkas rekam medis
pasien.
n. Analisa kualitatif dilaksanakan oleh petugas rekam medis guna mengevaluasi kualitas
pencatatan yang dilakukan oleh dokter.

Kegiatan tersebut dilakukan guna mengevaluasi mutu pelayanan medik yang diberikan
oleh dokter yang merawat. Kualitas pencatatan rekam medis dapat mencerminkan
kualitas pelayanan suatu instansi pelayanan kesehatan.

3. Tanggung Jawab Pimpinan Rumah Sakit


Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan sarana dan fasilitas untuk
kegiatan Sub Bagian Rekam Medis yang meliputi ruangan kegiatan, rak file, komputer,
peralatan penunjang kegiatan dan tenaga, sehingga tenaga yang bekerja di
Instalasi/Bagian dapat bekerja dengan efektif, efisien dan maksimal sehingga
menghasilkan penyelenggaraan rekam medis yang bermutu.

4. Tanggung Jawab Staf Medik


Staf medik mempunyai peranan penting di rumah sakit dan pengorganisasian staf medik
tersebut secara langsung menentukan kualitas penyelenggaraan terhadap pasien. Makin
baik pengorganisasiannya makin baik pula penyelenggaraan terhadap pasien.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, direktur/wakil direktur rumah sakit
membuat peraturan-peraturan yang akan mengatur para anggota staf medik dan
membentuk komisi khusus yang diperlukan yang keanggotaaannya diambil diantara
anggota-anggota staf medik, menunjuk komite staf medik untuk melaksanakan beberapa
tanggung jawab khusus yang diperlukan.

B. PEMILIKAN REKAM MEDIS


1. Penentuan pemilikan berkas rekam medis telah tercantum dalam UU RI Nomor 29
tentang Praktik Kedokteran pada pasal 46 ayat (1) menyatakan Berkas rekam medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi atau sarana
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.
2. Rumah sakit sebagai pemilik semua catatan yang ada di rumah sakit, termasuk rekam
medis. Hal ini mengingat karena catatan-catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis
merupakan rangkaian kegiatan penyelenggaraan yang diberikan oleh Instalasi/Bagian
penyelenggaraan kesehatan kepada pasien. Jadi bukti dokumentasi tersebut adalah
sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala usahanya dalam menyembuhkan pasien.
Isi rekam medis menunjukkan pula baik buruknya upaya penyembuhan yang dilakukan
instansi penyelenggaraan kesehatan tersebut.
3. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatiaan bagi para petugas penyelenggaraan
kesehatan yang terlibat pada penyelenggaraan kepada pasien:
1. Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari instansi
penyelenggaraan kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan dengan sepengetahuan
Ka.Sub.Bag Rekam Medis, yang ketentuannya digariskan oleh rumah sakit.
2. Petugas Sub. Bagian Rekam Medis antara lain bertanggung jawab penuh terhadap
perlengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh pasien
3. Petugas rekam medis harus betul-betul menjaga agar berkas tersebut tersimpan
dan tertata dengan baik dan terlindung dari kemungkinan perincian berkas atau
pembocoran isi berkas rekam medis.
4. Petugas rekam medis harus mengerti dan memahami prosedur pengisian berkas
rekam medis yang dilaksanakan oleh para pemberi pelayanan kesehatan. Serta
tata cara pengolahan berkas, sehingga berkas rekam medis dapat memberikan
perlindungan hukum bagi rumah sakit, petugas penyelenggaraan kesehatan,
maupun pasien .
Dalam kaitan ini boleh tidaknya pasien mengetahui isi rekam medis adalah amat
tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar informasi penyakitnya dari dokter
yang merawatnya. Hal ini tidak berarti bahwa pasien diperkenankan untuk membawa
berkasnya pulang. Resume dari dokter rumah sakit kepada dokter rujukan sudah di
anggap memadai
Apabila dokter rujukan menghendaki informasi yang lebih terperinci maka rumah sakit di
perkenankan untuk memfotocopy dan melegalisir halaman-halaman yang di fotocopy
tersebut.
Harus diingat bahwa rumah sakit wajib menyimpan berkas asli kecuali resep obat pasien.
Dengan adanya minat pihak ketiga seperti badan-badan asuransi, polisi, pengadilan dsb,
terhadap rekam medis seorang pasien maka tampak bahwa rekam medis telah menjadi
milik umum. Namun pengertian umum di sini bukan berarti bebas di baca oleh
masyarakat, karena walaupun bagaimana rekam medis hanya dapat di keluarkan bagi
berbagai maksud/kepentingan berdasarkan otoritas pemerintah/badan yang berwenang
yang secara hukum dapat dipertanggung jawabkan bila mana peraturan secara khusus
belum ada maka perihal penyiaran atau penerusan informasi kepada pasien, dokter, orang
lain yang di tunjuk adalah bersifat admistratif, rumah sakit akan memperhatikan berbagai
faktor yang terlibat sebelum menjawab permohonan pasien atau pihak lainnya untuk
mengetahui isi berkas rekam medis.
Dalam hal ini rumah sakit bertanggung jawab secara moral dan hukum sehingga selalu
berupaya untuk menjaga agar jangan sampai terjadi orang yang tidak berwenang dapat
memperoleh informasi yang terdapat dalam rekam medis pasien. Pengamanan harus di
mulai sejak pasien masuk, selama pasien di rawat, dan sesudah ia pulang.

C. KERAHASIAAN REKAM MEDIS


Secara umum telah disadari bahwa informasi yang di dapat dari rekam medis sifatnya
rahasia. Tetapi kalau dianalisa, konsep kerahasiaan ini, akan di temui banyak
pengecualian. Permasalahan di sini ialah : bagi siapa dan dalam keadaan bagaimana
rekam medis itu di rahasiakan. Informasi di dalamnya bersifat rahasia karena isinya
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib di lindungi dari
pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada dua kategori :
1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan.
Yaitu laporan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan,
pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.
Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak yang tidak berwenang karena
menyangkut individu lansung si pasien.walaupun begitu perlu diketahui bahwa
pemberitahuan keadaan sakit si pasien kepada pasien/keluarganya oleh orang rumah sakit
selain dokter yang merawat sama sekali tidak diperkenankan. Pemberitahuaan penyakit
kepada pasien / keluarga menjadi tanggung jawab dokter, pihak lain tidak memiliki hak
sama sekali.
2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan :
Jenis informasi yang dimaksud disini adalah perihal identitas (Nama, alamat, dan lain-
lain) serta informasi yang tidak mengandung nilai medik. Lazimnya informasi jenis ini
terdapat dalam lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun rawat
inap (ringkasan riwayat poliklinik ataupun ringkasan masuk dan keluar).
Namun sekali lagi perlu di ingat bahwa karena diagnosa akhir pasien mengandung nilai
medik maka lembaran tersebut tetap tidak boleh di siarkan kepada pihak-pihak yang tidak
berwenang. Walaupun begitu petugas tenaga perawat, petugas perekam medis maupun
petugas rumah sakit lainnya harus berhati-hati bahwa adakalanya identitas pasien pun
dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan misalnya apabila pasien tersebut adalah
orang yang terpandang di masyarakat ataupun apabila pasien adalah seorang tanggung
polisi ( buronan ). Hal ini semata-mata dilakukan demi ketenangan si pasien dan demi
tertibnya security rumah sakit dari pihak-pihak yang mungkin bermaksud menganggu.
Oleh karena itu dimanapun petugas itu berdinas tetap harus memiliki kewaspadaan yang
tinggi agar terhindar dari kemungkinan tuntutan ke pengadilan.
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu informasi
yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada peraturan pemerintah No. 10
tahun 1966 yaitu mengenai wajib simpan rahasia kedokteran.
Dengan adanya peraturan pemerintah itu maka siapapun yang bekerja di rumah sakit,
khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan data RM wajib memperhatikan
ketentuan tersebut.
Pasal 1 : yang di maksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu
yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama
melakukan pekerjaaannya dalam lapangan kedokteran.
Pasal 2 : yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1
ialah:
1. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 undang-undang tenaga kesehatan ( lembaran
Negara Tahun 1963 No. 78 )
2. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan
pengobatan dan atau perawatan & orang lain yang di tetapkan oleh menteri
kesehatan.
Untuk lebih lengkapnya baca peraturan No. 10 tahun 1966 mengenai wajib simpan
kerahasiaan kedokteran.

D. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK ( INFORMED CONSENT)


Setiap pasien yang datang ke rumah sakit harus mengikuti peraturan yang berlaku pada
rumah sakit tersebut. Bilamana pasien hanya datang untuk berobat jalan maka aspek
hukum yang di terimanya relatif lebih sederhana dari pada jika pasien tersebut harus
dirawat. Dari hubungan ini terlihat bahwa setiap pasien yang mendapat pelayanan
kesehatan mempunyai hak untuk memperoleh atau menolak pengobatan.
Bila pasien dalam perwalian maka walilah yang mengatasnamakan keputusan hak
tersebut kepada pasien. Di dalam rumah sakit hal mengenai keputusan pasien (atau wali)
dapat di kemukakan dengan dua cara yang lazim di kenal dengan persetujuan yang
meliputi :
1. Persetujuan langsung, berarti pasien/wali segera menyetujui usulan pengobatan yang di
tawarkan pihak rumah sakit. Persetujuaan dapat dalam bentuk lisan atau tulisan.
2. Persetujuan secara tak langsung. Tindakan pengobatan dilakukan dalam keadaan darurat
atau ketidak mampuan mengingat ancaman terhadap nyawa pasien.
Selain kedua jenis persetujuan di atas terdapat pula suatu jenis persetujuan khusus dalam
hal mana pasien/wali wajib mencantumkan pernyataan bahwa kepadanya telah dijelaskan
suatu informasi terhadap apa yang akan dilakukan oleh tim medis, resiko akibat yang
akan terjadi bilamana suatu tindakan diambil.
Persetujuan ini dikenal dengan istilah informed consent, hanya di perlukan bilamana
pasien akan dioperasi atau akan menjalani prosedur pembedahan tertentu. Pemberian
persetujuan atau penolakan terhadap perlakuan yang akan diambil tersebut menjadi bukti
yang sah bagi rumah sakit, pasien dan dokter.
Demi menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul maka sebaiknya rumah
sakit melakukan dua kali pengambilan persetujuan (apabila kemudian ada tindakan yang
khusus), yaitu :
1. Di saat pasien akan di rawat
Penandatanganan akan dilakukan setelah pasien mendapatkan penjelasan dari petugas
penerima pasien di tempat pendaftaran, penandatanganan persetujuan di sini adalah untuk
pemberi persetujuan dalam pelaksanaan prosedur diagnostik, penyelenggaraan rutin
rumah sakit dan pengobatan umum.
b. Persetujuan khusus (Informed Consent)
Sebelum dilakukan suatu tindakan medis di luar prosedur di atas misalnya
pembedahan. Dokter yang menangani pasien harus menjelaskan hal-hal yang akan
dilakukannya secara jelas. Dalam hal ini dokter jangan sekali-kali memberi garansi
kesembuhan kepada pasien, tetapi didiskusikan dan dijelaskan keuntungan yang di
harapkan sehingga pasien dapat berfikir dan menetapkan keputusannya.
Dokter dapat meminta persetujuan kepada suami/istri pasien, apabila penyakit
yang diderita pasien mempengaruhi fungsi seksual atau reproduksi pasien atau tindakan
yang dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan. Keputusan ini dapat
diambil sebagai upaya hubungan kemanusiaan dan tidak mutlak untuk mengobati pasien.
Dalam masalah persetujuan ini rumah sakit sering menghadapi permasalahan
seperti untuk kasus otopsi dan adopsi adalah sama seperti untuk operasi/pembedahan.
Dalam hal ini rumah sakit harus betul-betul terjamin keselamatannya melalui bukti-bukti
tanda tangan dari orang yang berhak. Berkas pasien yang akan di otopsi harus memiliki
lembaran perintah otopsi perintah pelaksaan otopsi dapat ditinjau dalam dua kejadiaan :
1. Otopsi atas permintaan keluarga pasien, dimana di dalamnya terdapat tanda
tangan keluarga si pasien.
2. Otopsi atas permintaan polisi untuk pembuktian
Adanya permintaan atas jenazah pasien, bagian tubuh tertentu, kremasi ataupun
pernyataan bahwa jenazah tidak diambil keluarga dan lain sebagiannya harus senantiasa
dikuatkan oleh tanda tangan dari berbagai pihak termasuk di dalamnya saksi I. dan II
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Dalam kaitan ini selain instansi kamar jenazah, maka dalam berkas rekam medis pun juga
harus memiliki dasar penguat dalam bentuk formulir persetujuan yang telah
ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan tersebut. Dalam hal ini, kasus adopsi
pihak-pihak yang bersangkutan harus benar-benar bertanggung jawab untuk segera
menandatangani formulir atau keterangan adopsi. Pihak rumah sakit harus melibatkan
unsur saksi sebagai penguat disamping adanya pernyataan secara tertulis dari pihak yang
menerima.
Dalam hal dimana seorang anak tidak diambil oleh keluarganya, maka pihak rumah sakit
dapat meneruskannya kepada yayasan atau badan resmi yang berwenang dan dianggap
sah oleh negara, segala korespondensi yang terjadi dalam hal adopsi harus amat dijaga
kerahasiannya, pihak Sub Bagian Rekam Medis harus menjamin bahwa berkasnya telah
lengkap. Bilamana dirasakan perlu untuk menyendirikan laporan aborsi dari berkas
pencatatan pasien, maka Ka.Sub.Bag Rekam Medis dapat mengambil kebijaksanaan
tersebut dan memberi kode tertentu dalam berkas rekam medis pasien tersebut.
Selanjutnya surat adopsi tersebut disimpan dalam tempat khusus yang terkunci.

E. PEMBERIAN INFORMASI REKAM MEDIS


Informasi medis seorang pasien dapat diberikan kepada pihak-pihak terkait antara lain:
1. Asuransi
2. Pasien/keluarga pasien
3. Rumah sakit yang menjadi tempat rujukan
4. Dokter lain yang merawat pasien
5. Kepolisian
6. Untuk keperluan pengadilan.

Pemberian informasi medis harus mengikuti prosedur yang berlaku, informasi medis
dapat diberikan, apabila pasien mendatangani serta memberikan kuasa kepada pihak
ketiga untuk mendapatkan informasi medis mengenai dirinya, hal ini bertujuan untuk
melindungi rumah sakit dari tuntutan yang lebih jauh.
Meskipun kerahasiaan menjadi faktor terpenting dalam hal pengolahan rekam medis,
akan tetapi harus diingat bahwa hal tersebut bukanlah faktor satu-satunya yang menjadi
dasar kebijaksanaan di dalam pemberian informasi.

Hal yang pentingnya adalah dapat selalu menjaga/memelihara hubungan baik dengan
masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya ketentuan-ketentuan yang wajar dan senantiasa
dijaga bahwa hal tesebut tidak merangsang pihak peminta informasi untuk mengajukan
tuntutan lebih jauh kepada rumah sakit. Seorang pasien dapat memberikan persetujuan
untuk memeriksa isi rekam medisnya dengan memberi surat kuasa. Orang-orang yang
membawa surat kuasa ini harus menunjukkan tanda pengenal (identitas) yang sah kepada
pimpinan rumah sakit sebelum mereka diijinkan meneliti isi rekam medis yang diminta.

Badan-badan pemerintah seringkali meminta informasi rahasia tentang seorang pasien.


Apabila tidak ada undang-undang yang menetapkan hak satu badan pemerintah untuk
menerima informasi tentang pasien, mereka hanya boleh mendapat informasi atau
persetujuan dari pasien yang bersangkutan sebagaimana yang berlaku dari badan-badan
swasta. Jadi, patokan yang perlu dan harus senantiasa diingat oleh petugas rekam medis
adalah : Surat persetujuan untuk memberikan informasi yang ditandatangani oleh
seorang pasien dan pihak yang bertanggung jawab selain diperlukan, untuk setiap
pemberian informasi dari rekam medis, terutama dalam keadaan belum adanya peraturan
perundangan yang mengatur hak tersebut. Pada saat ini makin banyak usaha-usaha yang
bergerak di bidang informasi diantara ada asuransi sakit, kecelakaan, pengobatan asuransi
kerja, dll. Untuk dapat membayar klaim asuransi dari pemegang polisnya, perusahaan
asuransi terlebih dahulu memperoleh informasi yang terdapat dalam rekam medis seorang
pasien selama mendapat pertolongan perawatan di rumah sakit. Infomasi ini hanya dapat
diberikan apabila ada surat kuasa / persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pasien
yang bersangkutan. Dengan menigkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa
asuransi sehingga makin banyak jasa pemegang polis, rumah sakit harus mampu
mengadakan satu formulir standar yang memberikan perlindungan maksimum kepada
pasien dan mempercepat waktu pengisiannya oleh petugas rumah sakit untuk melengkapi
persyaratan bahwa surat kuasa/persetujuan harus ditandatangani oleh yang bersangkutan,
rumah sakit menyediakan formulir surat kuasa, dengan demikian tanda tangan dapat
diperoleh pada saat pasien tersebut masuk dirawat. Pimpinan rumah sakit, setelah
berkonsultasi dengan bagian rekam medis, dan Panitia Rekam Medis menetapkan suatu
peraturan yang mengatur pemberian informasi yang berasal dari rekam medis itu.
Peraturan-peraturan tersebut hendaknya disebarluaskan ke dalam lingkungan kerja rumah
sakit maupun perorangan atau organisasi-organisasi yang berhubungan dengan bagian
rekam medis untuk mendapat informasi yang berkaitan dengan rekam medis.
Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat dijadikan pedoman bagi setiap rumah
sakit, kecuali jika ada ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan oleh peraturan
perundangan yang berlaku. Ketentuan-ketentuan yang berlaku :
1. Setiap informasi yang bersifat medik yang dimiliki rumah sakit tidak boleh disebarkan
oleh pegawai rumah sakit itu kecuali bila pimpinan rumah sakit itu mengijinkan.
2. Rumah sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan cara
yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit itu sendiri akan
menggunakan rekam medis tersebut bila berlu untuk melindungi dirinya atau
mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab boleh dengan bebas berkonsultasi
dengan bagian rekam medis dengan catatan yang ada hubungan dengan pekerjaannya.
Andai kata ada keraguan-keraguan di pihak staf rekam medis, maka persetujuan masuk
ke tempat rekam medis itu boleh ditolak dan persoalannya hendaknya diserahkan kepada
pimpinan rumah sakit. Bagaimanapun salinan rekam medis tidak boleh dibuat tanpa
persetujuan khusus dari kepala bagian rekam medis, yang akan bermusyawarah dengan
pimpinan rumah sakit jika ada keragu-raguan. Tidak seorangpun memberikan informasi
lisan atau tertulis kepada orang di luar organisasi di rumah sakit tanpa persetujuan tertulis
dari pihak pimpinan rumah sakit (perkecualian : mengadakan diskusi mengenai kemajuan
daripada kasus dengan keluarga atau wali pasien yang mempunyai kepentingan yang
sah).
4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau badan lain
untuk memperoleh rekam medis.
5. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam medis, apabila
mempunyai alasan-alasan yang sah untuk memperoleh informasi, namun untuk data
mediknya tetap diperlukan surat persetujuan dari pasien yang bersangkutan.
6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan dirinya diserahkan
kepada dokter yang bertugas merawatnya.
7. Permohonan secara lisan, permintaan informasi sebaiknya ditolak, Karena cara
permintaan harus tertulis.
8. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang ditandatangani dan
diberi tanggal oleh pasien (walinya jika pasien tersebut secara mental tidak kompeten),
atau keluarga terdekat jika ada ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaklah
ditandatangani dan diberi tanggal oleh orang yang mengeluarkan rekam medis dan
disimpan di dalam berkas RM tersebut.
9. Informasi di dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian rumah sakit yang
sah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
pertanggungjawaban.
10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit lain, tanpa surat kuasa yang ditandatangani
oleh pasien berdasarkan permintaan dari rumah sakit itu yang menerangkan bahwa
sekarang pasien itu dalam perawatan mereka.
11. Dokter-dokter dari rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien dari rumah
sakit, harus memiliki surat kuasa dari pasien tersebut. Tidak boleh seorang beranggapan
bahwa karena pemohon seorang dokter ia seolah-olah lebih berhak untuk memperoleh
informasi dari permohonan yang bukan dokter. Rumah sakit dalam hal ini akan berusaha
memberikan penyelenggaraan yang pantas kepada dokter luar, tetapi selalu berusaha
lebih memperhatikan kepentingan pasien dan rumah sakit
12. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis tetapi juga bagi semua orang
yang menangani rekam medis di bagian perawatan, bangsal-bangsal, dll.
13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas perintah
pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari pimpinan rumah sakit.
14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa ke bagian lain
dari rumah sakit lain, kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam kegiatan rumah sakit
itu. Apabila mungkin rekam medis itu hendaknya diperiksa di bagian setiap waktu dapat
dikeluarkan bagi mereka yang memerlukan.
15. Dengan persetujuan pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis untuk keperluan riset
diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf rekam medis rumah sakit, apabila ingin
melakukan riset, harus memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.
16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan segala ikhtiar hendaklah
dilakukan supaya pengadilan menerima salinan berkas rekam medis yang dimaksud.
Apabila hakim minta yang asli, tanda terima harus diminta dan disimpan di folder sampai
rekam medis yang asli tersebut kembali.
17. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk membayar
ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah
sakit untuk memberikan informasi medik pegawai tersebut kepada majikan tadi tanpa
surat kuasa/persetujuan tertulis dari atau wilayahnya yang sah.
18. Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai periode-
periode perawatan tertentu. Surat kuasa/persetujuan itu hanya berlaku untuk informasi
medik yang termasuk dalam jangka waktu/tanggal yang ditulis di dalamnya.

F. REKAM MEDIS DI PENGADILAN


Penyuguhan informasi yang diambil dari rekam medis sebagai bukti dalam suatu sidang
pengadilan, atau di depan suatu badan resmi lainnya, senantiasa merupakan suatu proses
yang wajar. Sesungguhnya bahwa rekam medis disimpan dan dijaga baik-baik bukan
semata-semata untuk keperluan medik dan administrative, tapi juga karena isinya sangat
diperlukan oleh individu dan organisasi yang secara hukum berhak mengetahuinya.
Rekam medis ini adalah catatan kronologis yang tidak disanksikan kebenarannya tentang
pertolongan, perawatan, pengobatan seorang pasien selama mendapatkan
penyelenggaraan dari rumah sakit. Rekam medis ini dibuat sebagai suatu prosedur rutin
penyelenggaraan kegiatan rumah sakit. Penyimpanan dan pemeliharaan merupakan satu
bagian dari keseluruhan kegiatan runah sakit.
Sebagai satu dalil yang umum dapat dikatakan setiap informasi di dalam rekam medis
dapat dipakai sebagai bukti, karena rekam medis adalah dokumen resmi di dalam
kegiatan rumah sakit. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak
dapat disangkal kebenarannya dan dapat dipercayai, maka keseluruhan atau sebagian dari
informasi dapat dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan. Apabila salah satu pihak
bersengketa dalam suatu acara pengadilan menghendaki pengungkapan isi rekam medis
di dalam sidang, ia meminta perintah dari pengadilan kepada rumah sakit yang
menyimpan rekam medis tersebut. Rumah sakit yang menerima perintah tersebut wajib
mematuhi dan melaksanakannya. Apabila ada keraguan-keraguan tentang isi perintah
tersebut dapat diminta penjelasan ke pengadilan yang bersangkutan. Dengan surat
tersebut diminta seorang saksi untuk datang dan membawa rekam medis yang diminta
atau memberikan kesaksian di depan sidang. Apabila diminta rekam medisnya saja pihak
rumah sakit dapat membuat copy dari rekam medis yang diminta dan mengirimkan
kepada bagian tata usaha pengadilan, setelah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang
(dalam hal ini pimpinan rumah sakit). Namun, harus ditekankan bahwa rekam medis
tersebut benar-benar hanya dipergunakan untuk keperluan pengadilan. Dalam suatu kasus
mungkin sebagian dari rekam medis atau mungkin seluruh informasi dari rekam medis
dipergunakan hakim dan pembela bertanggung jawab untuk mengatasi setiap perbedaan
ketentuan perundangan dalam hal pembuktian. Tanggung jawab ahli RM adalah berperan
sebagai saksi yang objektif.
Pihak rumah sakit tidak dapat memperkirakan setiap saat, rekam medis yang mana yang
akan diminta oleh pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis kita anggap dapat
sewaktu-waktu dilihat/diperlukan untuk keperluan pemeriksaan oleh hakim di
pengadilan. Konsekuensinya terhadap semua rekam medis pasien yang telah keluar dari
rumah sakit harus dilakukan analisa kuantitatif secara seksama. Setiap isian/tulisan di
dalam rekam medis yang dihapus tanpa paraf, dan setiap isian yang tidak ditandatangani
ataupun tidak sesuai dengan ketentuan rumah sakit, harus ditolak dan dikembalikan
kepada pihak yang bersangkutan untuk diperbaki/dilengkapi. Kedudukan kepala Sub
Bagian Rekam Medis memberikan tanggung jawab/kepercayaan khusus di suatu rumah
sakit, dengan demikian harus senatiasa menjaga agar rekam medis semuanya benar-benar
lengkap. Materi yang bukan bersifat medik harus ditinggal apabila rekam medis diminta
untuk keperluan pengadilan, kecuali jika diminta.

G. BERAPA LAMA REKAM MEDIS HARUS DISIMPAN


1. JANGKA WAKTU PENYIMPANAN
Mengingat peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
269/Menkes/PER/III/1998, pasal 8 ayat ( 1 ) yang berbunyi rekam medis pasien rawat
inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Ayat ( 2 ) Setelah batas
waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik. Lama
penyimpanan berkas rekam medis disimpan berkaitan hal-hal yang bersifat khusus dapat
ditetapkan oleh rumah sakit itu sendiri.

2. PENYIMPANAN REKAM MEDIS IN AKTIF


Untuk membedakan antara rekam medis aktif dan inaktif dilakukan pemisahan dengan
melaksanakan penyusunan / pemilahan serta membedakan setiap kunjungan yang
gunanya akan menentukan kapan rekam medis seorang pasien menjadi inaktif. sesuai
yang telah ditetapkan yaitu :
1. Pasien yang tidak pernah datang berobat lagi selama 5 (lima) tahun
berturut-turut, maka rekam medisnya dinyatakan in-aktif
2. Pasien yang sudah meninggal, rekam medisnya dinyatakan in-aktif.
3. Rekam Medis in-aktif harus disimpan dengan baik selama 2 (dua) tahun
artinya, rekam medis dapat dimusnahkan setelah disimpan selama 2 (dua)
tahun di rak in-aktif sesuai ketentuan yang berlaku.

Antara rekam medis aktif dan in-aktif disimpan secara terpisah tetapi masih dalam satu
lokasi, namun tetap disimpan dengan sisitem nomor langsung. Hal ini mengingat file
tersebut masih digunakan untuk penelitian dan pendidikan. Sambil menunggu
pelaksanaan pemusnahan, maka rekam medis tetap disimpan sesuai ketentuan yang
berlaku..

Rekam medis aktif adalah Rekam meis yang lama penyimpanannya sekurang-kurangnya
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan
memungkinkan rekam medis tersebut dipertahankan.
Rekam medis in Aktif adalah Rekam medis yang masa penyimpanannya 2(dua ) tahun
setelah masa aktif.
Selain ketentuan rekam medis in aktif yang disebutkan diatas, ada ketentuan lain yang
dikhususkan untuk pasien gangguan jiwa, mata, kusta, pasien anak-anak, pasien
ketergantungan obat dan pasien warga asing. Dimana berkas rekam medis untuk pasien-
pasien tersebut disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu :
Aktif In aktif
Rekam Medis
No R R R R
khusus
Inap Jalan Inap Jalan
1. Mata 10 th 5 th 2 th 2 th
2. Jiwa 5 th 10 th 5 th 5 th
3. Orthopedi 10 th 5 th 2 th 2 th
4. Paru 10th 5 th 2 th 2 th
Ketergantungan 15 th 15 th 2 th 2 th
5.
Obat
6. Kusta 15 th 15 th 2 th 2 th
7. Anak 24 th 24 th 2 th 2 th

H. ADOPSI
Pedoman rekam medis menghadapi rekam medis dengan kasus adopsi sebagai berikut:
1. Adopsi telah mengakibatkan orang tua kandung melepaskan hak
mereka untuk memeriksa berkas rekam medis anaknya yang telah
diangkat, karena dengan pengangkatan itu seluruh hak orang tua
kandung telah berakhir.
2. Adopsi telah mengakibatkan orang tua baru menerima hak sebagai
orang tua asli berarti berhak untuk memeriksa berkas rekam medis
anak angkatnya hingga mencapai dewasa. Namun orang tua baru
tidak boleh melihat berkas rekam medis masa lampau si anak.
Dalam hal ini petugas rekam medis wajib mengeluarkan semua
identitas masa lampaunya yang berkaitan dengan orang tua asli
sewaktu oraorang tua baru memeriksa berkas rekam medis anak
angkat yang telah menjadi anak kandung.
3. Anak angkat mempunyai hak untuk membaca berkas rekam medis
dirinya pada saat mencapai usia dewasa namun petugas medis
harus menutup identitas orang tua aslinya, seperti pada keterangan
diatas.

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR


RUMAH SAKIT STIKES PANAKKUKANG
JL. ........................................... TELP. (0443).............

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS STIKES PANAKKUKANG


KOTA MAKASSAR
NOMOR : 019/SK/BPPRM/RS-STK-PNK//I/2016

TENTANG

PEMBENTUKAN KOMITE MEDIK DAN SUB KOMITE MEDIK


PADA RS STIKES PANAKKUKANG

Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan di


RS Stikes Panakkukang makassar maka perlu pembentukan susunan pengurus komite
medic dan sub komite medik.
b. Bahwa sehubungan hal tersebut di atas diperlukan Surat Keputusan Direktur RS Stikes
Panakkukang makassar.
Mengingat : 1. Undang Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
4. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
5. Peratutan pemerintah Nomor 80 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah.

Memutuskan
Menetapkan :
Pertama : Membentuk pengurus komite medic dan sub komite medic dengan
susunan personil sebagaimana tersebut pada lampiran keputusan ini.
Kedua : Tugas pengurus dimaksud pada dictum pertama di atas adalah menyusun standar
pelayanan medic, memantau pelaksanaannya, melaksanakan pembinaan etika profesi,
mengatur kewenangan profesi anggota staf medik fungsional dan mengembangkan
program mutu pelayanan.
Ketiga : Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur.
Keempat : Sub komite medic berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Komite medik.
Kelima: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan dalm keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaiman mestinya.

Dikeluarkan di : makassar
Pada tanggal :
DIREKTUR

dr. Hamsah Al pasai, Sp.PD


Pangkat :
NIP :

Tembusan disampaikan kepada YTH :


1. Bupati pohuwato
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato
3. Yang bersangkutan
PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
RUMAH SAKIT STIKES PANAKKUKANG
JL. ........................................... TELP. (0443).............

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS STIKES PANAKKUKANG


NOMOR : 020/SK/BPPRM/RS-STK-PNK//I/2016
TENTANG
PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA REKAM MEDIS
RS STIKES PANAKKUKANG

MENIMBANG : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan


di RS Stikes Panakkukang makassar perlu pembentukan unit kerja rekam medis.
b. Bahwa yang namanya tercantum dalam keputusan ini dianggap dapat melaksanakan
tugas dan kewajibannya.
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Tenaga Kesehatan.
2. Permenkes RI No.749 a/ MENKES/PER IX / 1989 Tentang Rekam Medis / Medical
Record
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
PERTAMA : pembentukan struktur organisasi unit kerja rekam medis dengan susunan
personil sebagaimana tersebut pada lampiran keputusan ini dan bertanggung jawab
terhadap tugasnya masing-masing.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan akan dilakukan
peninjauan kembali apabila diperlukan.

DITETAPKAN DI : MAKASSAR
PADA TANGGAL :
DIREKTUR
RS Stikes Panakkukang makassar

dr. Hamsah Al Pasai,Sp.PD

Tembusan YTH,
1. Direktur RSUD Pohuwato
2. Ketua Komite Medis RSUD Pohuwato
3. Ketua komite rekam medis RSUD Pohuwato

Anda mungkin juga menyukai