Gambar: www.theglebeprimary.org.uk
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin membahas seputar peran gizi
dalam aktivitas fisik. Peran zat gizi tidak hanya gizi makro saja, melainkan
termasuk gizi mikro. Zat gizi apa sih yang berperan dalam aktivitas
fisik agar tubuh tetap bugar? Lalu, apa saja sih masing-masing peranan
zat-zat gizi tersebut? Mari kita bahas!
Karbohidrat adalah zat gizi yang paling awal digunakan ketika kita
akan menjalani aktivitas fisik. Karbohidrat yang telah disimpan dalam tubuh
akan dipecah menjadi energi. Di dalam tubuh manusia, karbohidrat
disimpan dalam bentuk glikogen di tiga tempat berbeda, yaitu:
a. Glikogen otot (300-400 g) setara dengan 1200-1600 Kkal
b. Glikogen darah (5 g) setara dengan 20 Kkal
c. Glikogen di hati (75-100 g) setara dengan 300-400 Kkal
Jika glikogen dalam otot sudah habis, maka glikogen di dalam hati juga
akan ikut dipecah agar dapat menjadi energi. Setelah 20 menit,
penggunaan glikogen sebagai bahan bakar akan berkurang dan tubuh
akan lebih banyak menggunakan lemak sebagai bahan bakar.
Namun, penggunaan glikogen tidak selesai begitu saja, melainkan
tetap terus berjalan meskipun sebagian besar sumber energi sudah diambil
alih oleh lemak.
Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa jika kita ingin mengurangi jumlah
lemak dalam tubuh, maka tidak dapat dilakukan dengan hanya berolahraga
sebanyak 10-15 menit saja, tetapi dengan semakin sering kita berolahraga
maka tubuh dapat lebih cepat untuk mengkonversi lemak sebagai bahan
bakar.
Kenapa bisa begitu? Hal ini disebabkan orang yang sering berolahraga
memiliki kemampuan Vo2max (kemampuan tubuh mengambil oksigen)
lebih tinggi, sehingga oksigen terangkut ke sel dan mempertahankan
metabolisme tetap aerobik. Selain itu, semakin terlatih seseorang semakin
besar dan banyak mitokondria.
Gambar: www.kstatesports.com
Karbo Loading bertujuan agar atlet tidak mudah lelah saat melakukan
event yang panjang (endurance, biasanya lebih dari 90 menit), tetapi
strategi ini tidak menambah kecepatan (speed) mereka. Setelah 90 menit
cadangan glikogen pada otot akan semakin menipis.
Karbo Loading juga dapat mencegah atlet agar dapat memiliki persediaan
glikogen yang cukup sebelum tubuh akan mengkonversi lemak menjadi
energi atau bahan bakar. Jika glikogen habis lebih cepat, sehingga tubuh
terlalu cepat mengkonversi lemak menjadi energi sebelum waktunya
(seperti yang kita bahas di atas), maka tubuh akan menjadi cepat lelah dan
kerja atlet menjadi tidak maksimal.
Gambar: medscape.com
Sumber lemak yang dianjurkan dapat berasal dari lemak nabati (tempe,
tahu, kedelai, dll) dan lemak hewani (daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
ikan, susu, dll) Asupan lemak per hari sekitar 20-30% dari total kebutuhan
energi atlet cabang endurance dan 30-35% dari kebutuhan energi total
untuk atlet cabang speed (contoh: lari 100-400 m, balap sepeda jarak
dekat, renang jarak dekat).
Namun, bukan berarti sumber tenaga kita adalah protein. Ingat, sumber
energi utama adalah karbohidrat, kemudian lemak, dan protein adalah
bahan baku pembuatan otot (tidak dikonversi menjadi energi). Jika tubuh
terlalu sering menjadikan protein sebagai tenaga, maka otot kita justru
akan semakin berkurang. Jumlah protein yang berlebih juga dapat
dikonversi ke dalam bentuk lemak dan karbohidrat.
Protein dengan nilai biologik tinggi (protein hewani) lebih dianjurkan
dikonsumsi karena lebih cepat dan mudah dicerna oleh tubuh.
Penambahan protein lebih dianjurkan dikonsumsi setelah latihan untuk
pemulihan otot. Pembentukan masa otot (hipertrofi) dan kekuatan otot
ditentukan oleh latihan yang terprogram baik dan ditunjang oleh makanan
yang berimbang. Olahraga atau latihan fisik akan meningkatkan sintesis
protein otot (MPS) dan pemecahan protein otot (MPB). Maka dari itu untuk
mendapatkan otot yang hipertrofi diperlukan keseimbangan dari makanan
dan olahraga.