Drainase Jalan Raya
Drainase Jalan Raya
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar dapat memberikan gambaran mengenai
dampak perancangan geometrik jalan terhadap lingkungan.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini ialah:
1.4.1. Dapat mengetahui tentang drainase jalan dan perancangan
drainase jalan
1.4.2. Dapat mengetahui tentang dampak pemotongan bukit terhadap
lingkungan
1.4.3. Dapat mengetahui tentang dampak pengurugan lembah
terhadap lingkungan
1.4.4. Dapat mengetahui tentang dampak pembangunan jalan yang
melalui hutan terhadap lingkungan
1.4.5. Dapat mengetahui tentang perancangan jalan yang akrab
lingkungan dan berkelanjutan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sistem drainase permukaan pada umumnya terdiri dari:
1. Kemiringan melintang pada bahu jalan dan perkerasan jalan
a. Pada daerah jalan yang datar dan lurus
Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya dengan
membuat kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari mulai dari
tengah perkerasan menurun/melandai ke arah selokan samping.
Besarnya kemiringan bahu jalan biasanya diambil 2% lebih besar
daripada kemiringan permukaan jalan. Besarnya kemiringan melintang
normal pada perkerasan jalan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Kemiringan Melintang Normal Perkerasan Jalan
4
perkerasan jalan disarankan agar menggunakan nilai-nilai maksimum
pada tabel 1.
2. Selokan samping
Selokan samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan kanan badan
jalan.
a. Fungsi Selokan Samping
Menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan
Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah
pengaliran sekitar jalan
Dalam hal pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah , maka
untuk itu harus dibuat sistem drainase terpisah/tersendiri
b. Bahan Bangunan Selokan Samping
Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya ditentukan
oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan
samping sedemikian sehingga material dapat dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2
Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material
Tabel 4
Hungan kemiringan saluran memanjang (is) berdasarkan jenis material
6
c. Pematah Arus/Check Dam
Pada suatu selokan samping yang relatif panjang dan mempunyai
kemiringan cukup besar, kadang-kadangdiperlukan pematah arus
(check dam) untuk mengurangi kecepatan aliran.
Pemasangan jarak check dam (L) biasanya ditentukan sebagai berikut:
7
dimana:
Q = Debit (m3/det)
C = Koefisien pengaliran, seperti pada tabel 4 di bawah ini
I = Intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama waktu konsentrasi
(Tc) untuk periode banjir rencana
A = Luas daerah pengaliran (km2)
Koefisien Pengaliran (C) :
Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya tergantung
pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah,
lamanya hujan di daerah pengaliran.
Tabel 5
Koefisien Pengaliran (C)
dimana:
F = Luas penampang basah (m2)
Q = Debit (m3/det)
V = Kecepatan aliran (m/det)
Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus
Manning:
dimana:
V = kecepatan aliran
n = koefisien kekasaran dinding menurut Manning
R = F/p = jari-jari hidrolis (m)
F = luas penampang basah (m2)
p = keliling penampang basah (m)
i = kemiringan selokan samping
Harga koefisien kekasaran dinding menurut Manning bisa dilihat
pada tabel 6, 7, dan tabel 8.
9
Tabel 6
Harga n untuk Rumus Manning
10
Tabel 7
Harga R untuk Rumus Manning
11
Tabel 8
Harga-harga I1/2 dari Rumus Manning
12
3. Gorong-gorong
a. Fungsi
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi
lainnya. Untuk itu desainnya harus juga mempertimbangkan faktor
hidrolis dan struktur supaya gorong-gorong dapat berfungsi
mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu
lintas dan timbunan tanah.
b. Tipe/Jenis Kontruksi
Mengingat fungsinya maka gorong-gorong disarankan dibuat dengan
tipe konstruksi yang permanen (pipa/kotak beton, pasangan batu,
armco) dan umur rencana 10 tahun.
c. Komposisi Gorong-gorong
Bagian utama gorong-gorong terdiri atas:
1) Pipa : kanal air utama
2) Tembok kepala : Tembok yang menopang ujung dan lereng jalan.
Tembok penahan yang dipasang bersudut dengan tembok kepala,
untuk menahan bahu dan kemiringan jalan.
3) Apron (dasar) : Lantai dasar dibuat pada tempat masuk untuk
mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi sebagai dinding
penyekat lumpur.
Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat yang ada
dan tingginya timbunan.
d. Penempatan Gorong-gorong
Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah gorong-
gorong harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan setempat/ Agar
dapat berfungsi dengan baik, maka gorong-gorong ditempatkan pada:
13
1) Lokasi jalan yang memotong aliran air
2) Daerah cekung, tempat air menggenang
3) Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat merusak
lereng dan badan jalan
4) Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan
minimum 60 cm
Di samping itu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain sebagai
bahan pertimbangan, yaitu:
Aliran air alamiah
Tempat air masuk
Sudut yang tajam pada bagian pengeluaran
Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan gorong-
gorong disarankan untuk daerah datar. Disarankan dengan jarak
maksimum 300 m.
e. Penentuan Dimensi Gorong-gorong
Untuk menentukan dimensi gorong-gorong dipakai rumus:
dimana:
a = Luas penampang (m2)
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
14
Tabel 8 didapat berdasarkan pada harga lebar dasar saluran (D) 50 cm
dan kemiringan dasar saluran 1:1. Untuk lebar dasar saluran (D) dan
kemiringan saluran yang berbeda, tabel 7 dapat digunakan dengan
catatan luas penampang yang didapat dari hasil tabel 9 dan ketentuan-
ketentuan umum untuk menentukan dimensi saluran samping tetap
terpenuhi.
Tabel 9
Tinggi Saluran Samping tanpa pasangan (T)
(Dengan lebar dasar saluran (D) 50 cm)
15
Tabel 10 didapat berdasarkan pada lebar dasar saluran (D) 70 cm.
Untuk lebar dasar saluran (D) dan kemiringan saluran yang berbeda,
tabel 10 data digunakan dengan catatan, luas penampang yang didapat
dari tabel 9 dan ketentuan-ketentuan umum untuk mendapatkan
dimensi saluran samping tetap terpenuhi.
Tabel 10
Tinggi saluran samping jalan dengan pasangan tegak (T)
(Dengan lebar saluran dasar (D) 70 cm)
c. Penentuan Gorong-gorong
16
Pendekatan lain untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan saluran
kecil atau ukuran jembatan yang mempunyai bentang < 12 m (bukaan
saluran tidak melebihi 30 m2), dapat menggunakan Rumus Talbot:
dimana:
a = luas saluran gorong-gorong (m2)
r = koefisien pengaliran
= 1 untuk daerah pegunungan
= 0,75 untuk daerah perbukitan
= 0,50 untuk daerah gelombang
= 0,25 untuk daerah datar
A = luas daerah pengaliran (Ha)
Tabel 11
Luas Saluran untuk Gorong-gorong (m2)
17
2.1.2. Drainase Bawah Permukaan
Drainase bawah permukaan berfungsi menurunkan muka air tanah dan
menurunkan muka air tanah dan mencegat serta membuang air infiltrasi dari
daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.
Sedangkan 2 fungsi utamanya ialah:
menurunkan muka air tanah sampai kedalaman min 1.00 m di bawah
permukaan tanah (di dalam base,urugan tanah atau tanah)
mencegat air dari daerah sekitar agar tidak merembes ke dalam urugan
tanah.
18
2. Penentuan Daerah Layanan
Trase jalan pada peta rupabumi
Panjang segmen 1 saluran (L)= 200m ditentukan dari rute jalan yang
telah diplot di peta topografi daerah tersebut memungkinkan
adanya pembuangan kesungai di ujung segmen
Dianggap segmen saluran ini adalah awal dari sistem drainase
sehingga tidak ada debit masuk (Q masuk) selain dari A1,A2,A3
Gorong-gorong menggunakan beton
Direncanakan di ujung segmen aliran air akan dibuang ke sungai
melalui gorong-gorong melintang badan jalan
19
Koefisian pengaliran rata-
rata
Tc = t1 + t2
t1 =
t2 =
20
6. Tentukan Insentitas Curah Hujan Maksimum
Menentukan curah hujan maksimum dengan memplotkan harga Tc = 4,06
menit, kemudian tarik garis keatas sampai memotong lengkung intensitas
hujan rencana pada periode ulang 5 tahun didapat : I = 190 mm/jam.
21
Q = Debit banjir rencana (m/dt)
C = Koefisien pengaliran (tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Daerah pengaliran (km2)
9. Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan saluran
V = 1,3 m/detik ( < V ijin = 1,50 m/detik )
iS= 3% (disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan)
Keterangan :
V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
Q = Debit banjir rencana (m3/dtk)
n = Koefisien kekasaran
R = Radius hidrolik
S = Kemiringan saluran
A = Luas saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Dengan dimensi : h =0,5m
22
maka R = A/P = (hxb)/(2h+b) = 0,5b/(1+b)
Dari persamaan rumus didapat :
23
2.3. Dampak Pengurugan Lembah terhadap Lingkungan
Dampak yang ditiimbulkan dari pengurugan lembah terhadap lingkungan
ialah:
Tanaman lembah akan mati
Terjadi longsor
Air lembah keruh pada saat hujan
Abiotik : air tercemar
Biotik : ikan akan mati
24
2.4. Pembangunan Jalan yang melalui Hutan terhadap
Lingkungan
Setiap pembangunan yang menggunakan dan memerlukan lahan maupun
merubah bentuk landscap permukaan pasti akan memberikan dampak bagi
lingkungan di sekitar wilayah pembangunan tersebut. Dampak terhadap
manusia, tumbuhan, binatang, tanah, tata air, udara dan fungsi lingkungan
lainnya dalam skala mikro ataupun makro, tergantung pada skala proyek.
Dampak dimaksud dalam bentuk yang diinginkan (tujuan) ataupun tidak
diinginkan (effek).
Oleh karena itu, jika ada pembangunan jalan yang melalui hutan tentu
akan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang akan terjadi yakni
pada perubahan atau terganggunya bentang alam pada jalur yang akan dibuka.
Diikuti dengan perubahan vegetasi penutupan lahan dan musnahnya tumbuhan
ataupun berbagai aneka ragam hayati yang terdapat dilahan tersebut. Semakin
lebar atau luas lahan tergsur semakin besar kemungkinan kerusakan yang terjadi.
Jika yang digusur merupakan hutan primer maka resiko lingkungan akan
semakin besar. Sedangkan, apabila yang digusur merupakan hutan sekunder dan
bekas kebakaran, maka jelas resiko lingkungan dan kerugian hayati tidak sebesar
hutan primer.
Dari segi kontruksi akan berdampak pada biotik yaitu tanaman akan mati
dan berdampak pada tanah yaitu cut (pemotongan tanah) and fill (timbunan
tanah), sedangkan dari segi operasional akan mengakibatkan polusi udara (emisi
gas buang) dan polusi suara (kebisingan).
25
Konsep strategi desain berkelanjutan menurut UIA (Union International des
Architect) dijabarkan dalam 9 point:
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan
infrastruktur khususnya). Drainase jalan dapat dibedakan menjadi
drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. Drainase
permukaan dibedakan menjadi 2 yaitu drainase memanjang dan
melintang.
Pemotongan bukit pada lingkungan akan berdampak buruk salah
satunya akan terjadi longsor jika keadaan tanah tidak keras dan jika
terdapat aliran air maka tanaman akan mati.
Pengurugan lembah pada lingkungan berdampak tanaman lembah
akan mati, terjadi longsor, dan air keruh saat hujan.
Pembangunan jalan melalui hutan akan berdampak terhadap kondisi
hutan yang dilalui seperti tanaman akan mati dan berdampak juga pada
tanah.
Rancangan jalan yang akrab terhadap lingkungan dimaksudkan untuk
membuat kontruksi jalan yang berwawasan lingkungan dengan tujuan
untuk mengurang biaya-biaya yang disebabkan bencana yang
ditimbulkan karena kerusakan alam.
3.2. Saran
Mudah mudahan dengan makalah kami ini khalayak umum dapat
mengetahui rencana drainase jalan dan dampak-dampak geometrik jalan
terhadap lingkungan
27
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan ", No.
008/T/BNKT/1990.
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Perencanaan Sistem Drainase Jalan ".
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan ", No.08/BM/2005.
Departemen Pekerjaan Umum, " Perencanaan Sistem Drainase Jalan ", No. 02/B/2006.
www.meizahra27.files.wordpress.com/2011/11/drainase-khusus.
www.aryapersada.com/sistem-drainase-jalan.html
www.id.scribd.com/doc/85168909/GEOJAL-9
www.ilmusipil.com/konstruksi-berkelanjutan
28
KATA KUNCI
Intensitas Hujan (I): besarnya curah hujan maksimum yang akan diperhitungkan
dalam desain drainase.
Waktu Konsentrasei (TO): waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk bergerak
dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan. Dalam
perencanaan, waktu konsentrasi minimum biasanya diambil 5 menit.
Debit (Q): volume air yang mengalir melewati suatu penampang melintang
saluran atau jalur air per satuan waktu.
29