Anda di halaman 1dari 16

India merupakan negara dan bangsa yang memiliki pandangan seni (dan estetika)

yang berbeda dalam beberapa hal dengan bangsa Eropa. Sebagai contoh, penggambaran
patung di Barat (Eropa) yaitu pada jaman Yunani, merupakan bentuk manusia ideal, atau
mengutamakan keindahan bentuk. Di India patung tidak selalu serupa dengan manusia
biasa, misalnya Durga, Syiwa dengan empat kepala, dan lain-lain. Padahal temanya yaitu
penggambaran patung dewa. Perbedaan ini akan lebih jelas, sebab seniman 30 India harus
mengikuti modus tertentu seperti yang diterangkan di dalam dyana untuk
menggambarkan macam-macam dewa Hindu atau Budha. Dyana berarti meditasi,
merupakan proses kejiwaan dari seseorang yang berusaha untuk mengontrol pkiran dan
memusatkan pada suatu soal tertentu yang akhirnya akan membawanya pada semadi. Sifat-
sifat visual dari gambaran di atas (dalam semadi) kemudian di tulis dalam Silvasastra. Buku
inilah yang menjadi pedoman berkarya selanjutnya. Elemen yang penting dalam senirupa
adalah intuisi mental dan sesuatu hal yang dikonsepsikan dan personalitas seniman menyatu
dengan obyek. Inilah hasil meditasi (dyana). Seni bukan merupakan imitasi dari alam.
Teknik proporsi, perpektif, dsb diterangkan dalam Visudgarmottarapurna dan Chitra Sutra.
Dalam Chitra Sutra penggambaran yang penting adalah kontinyuitas garis tepi yang
harmonis, ekspresi, dan sikap yang molek. Di India juga mementingkan sikap dan bentuk
yang simbolistis (perlambangan).

Ada beberapa pendapat para ahli India di antaranya:


PARAMAHANSZA YOGANANDA
Keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan. Seni
diolah melalui proses kreatif dari pikiran menuju pada penciptaan
obyek yang dihasilkan oleh getaran emosi. Inti keindahan adalah
emosi.

http://renefineart.com/images/
paintings/Yogananda_2_lg.jpg

RABINDRANATH TAGORE
Pendapat lain mengatakan bahwa keindahan adalah
sesuatu yang memberikan kesenangan tanpa rasa
kegunaan.Yang menyebabkan rasa estetik adalah faktor
luar dan faktor dalam. Ia juga menerangkan untuk sebuah
sajaknya, bahwa ia tidak dapat menerangkan bekerjanya
proses alamiah yang misterius itu, tetapi seolah-olah
terjadi dengan sendirinya. Nampaknya ada sesuatu di atas
kekuasaannya sendiri yang siap menuntun impulsinya
dalam suatu jalan sehingga memungkinkan memberi
bentuk pada pandangan intuisinya dari dalam. Jelaslah
bahwa seniman yang menciptakan obyek keindahan atau
seni adalah didorong oleh potensi teologis. http://renefineart.com/images/pa
intings/Yogananda__lg.jpg

1
BATHARA (BUKU NATYASASTRA)
Bhatara berpandangan bahwa 'rasa' lahir
dari manunggalnya situasi yang
ditampilkan bersama dengan reaksi dan
keadaan batin para pelakunya yang
senantiasa berubah.

http://4.bp.blogspot.com/-
PYUSTz3xqug/Tn3D22_5DaI/AAAAAAAAADM/marOhKYhr
5I/s1600/kitab-suci.jpeg

ANANDAVARDHANA
Pernyataan lain Anandavardhana dikatakan bahwa, arti puitis tidaklah dapat dimengerti
hanya dengan mempelajari tata bahasa dan kamus semata; hanya mereka yang mengerti
apa sesungguhnya puisi itulah yang dapat meraihnya.

BHATTA NAYAKA
Pemikir Khasmir, Bhatta Nayaka berpendapat bahwa pengalaman estetik adalah semacam
jatuhnya wahyu, artinya kebekuan rohani kita tersingkirkan sehingga kita dapat melihat
kenyataan dengan cakrawala yang luas. Menurutnya, hakikat rasa bukanlah meniru,
melainkan melepaskan kenyataan dari keterikatan ego dan menjadikannya pengalaman
umum.

KAUM BUDHISME
Kaum Budhisme mengatakan bahwa pada dasarnya semua yang ada dan kita sekarang ini
adalah hasil dari sesuatu yang kita pikirkan. Segala sesuatu itu bersifat fana, segala
sesuatu mengandung penderitaan dan segala sesuatu itu tanpa ego, selalu tak
membahagiakan. Bagi Budha, benda-benda tidaklah kekal, selalu berubah. Indera kita
selalu saja salah dalam mengamati benda sekitarnya. Manusia hanya selalu menatap ilusi
belaka.

2
A. KEBUDAYAAN MOHENJO DARO DAN HARAPPA DI LEMBAH INDUS

Peradaban India lebih tua dari peradaban Mesir, Tionghoa, Irak, Persia, maupun
Yunani. Kota Mohenjo-Daro dan Harappa di perkirakan berkembang pada tahun 3000-1500
SM. Pada masa itu sudah ada tata kota yang indah dan teratur. Mohenjo-Daro dan Harappa
terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian barat dan bagian timur. Di bagian barat terdapat
benteng setinggi kurang lebih 20-40 kaki, sedang dibagian timur berderet bangunan-
bangunan pemerintahan dan perumahan rakyat.
Kehidupan seni dan agama tumbuh dengan mengesankan pada masa itu. Di Mohenjo-
Doro dan Harappa, rumah-rumah indah menunjukkan rumah milik rakyat. Pada waktu itu
telah berkembang juga seni rupa yang berbentuk lukisan kambing, anjing, kijang, dan
sebagainya yang di ukirkan padatanda cap meterai sebagia jimat.
Peninggalan Zaman India purba lain ialah torso manusia laki-laki dari harappa yang terbuat
dari batu kapur. Patung ini merupakan lambang wahana syiwa nataraj.
Kebudayaan lembah indus tidak dapat dipisahkan dari agama Hindu, karena
keduanya saling mengilhami dalam pertumbuhannya. Selain itu, peradaban zaman ini juga
meghasilkan benda-benda berupa lempengan-lempengan tanah (terracotta) berbentuk segi
empat bergambar binatang dan tulisan pictograph, yaitu tulisan gambar. Namun, tulisan
tersebut belum ada yang mampu membacanya.
Selain itu, juga ditemukan tembikar dan alat-
alat pertanian.
Untuk melambangkan Dewi
kesuburan. Mereka membuat patung wanita
dengan kalung bersusun dan rambut kipas,
buah dada dan pinggul di buat besar.
Kebudayaan Indus tertua adalah pada
masa Amri. Peninggalannya berupa tembikar
berhias polichrom dan perhiasan yang terbuat
dari payance, kulit kerang, tanah liat, tulang,
dan sebagainya.

https://littlekurcaci.files.wordpress.com/2014
/06/mitos-05.jpg

B. SENI RUPA ZAMAN RAJA-RAJA MAURYA (322-184 SM)

Dinasti Maurya merupakan dinasti kerajaan pertama yang mampu menguasai hamper
seluruh daratan India yang berdiri atas usaha Chandragupta Maurya. Ia mengusir koloni-
koloni Yunani yang ditinggalkan pasukan Iskandar Agung. Pusat kerajaan ini berada di
Pataliputra. Raja terkenal dari dinasti ini adalah Raja Ashoka. Peninggalan seni rupa semasa
dinasti Maurya boleh dilihat pada pilar dan tugu Ashoka, gua buatan dari batu cadas dan
stupa.

3
Seni rupa yang dihasilkan pada Zaman ini antara lain berbentuk sebagai berikut :
1. Stambah
Stambah merupakan tanda peringatan yang berbentuk
tiang (tugu) yang dibuat dari batu, sehingga merupakan
sebuah monolit. Bagian atas stambah biasanya dihiasi dengan
lambang-lambang agama budha berupa Dharmacakra.
Dharmacakra adalah binatang-binatang yang ada
hubungannya dengan kehidupan Budha seprti gajah, banteng,
dan kuda. Stambah yang terkenal adalah stambah kepala
singa yang di temukan di sarnath. Stambah ini menunjukkan
adanya pengaruh persia dan disebut Tugu Ashoka.
http://2.bp.blogspot.com/-
Q9ixu8RwpZQ/UPis6G9SBNI/AAAAAAAAAZo
/fxiHoswDz3U/s1600/pilar.png

2. Stupa
Stupa merupakan tanda peringatan yang sangat penting dalam kesenian budha. Pada
mulanya stupa berfungsi untuk menyimpan abu jenazah dan benda-benda suci lainnya.
Stupa dianngap sebagai lambang Budhisme dan bagi penganut agam budha merupakan
sumber kekuatan gaib. Stupa dipergunakan juga sebagai perhhiasan-perhiasan pada
bangunan-bangunan budha.
Pada mulanya bentuk stupa berbentuk
stengah bulatan (anda)yang ditempatkan
diatas dataran(prasada) yang dibuat rendah
dan lebar, karena itu orang dapat berjalan
berkeliling diatasnya pada waktu dilakukan
upacara (pradaksina).Di atas anda dipasang
payung yang dikelilingi pagar (harmaika).

http://www.khanacademy.org

http://onlinedarshan.com/Temples-India-artistic-
heritage/images/stupas1.jpg

4
Secara umum stupa terdiri dari dua macam bentuk yaitu :
Stupa Bharhut
Pada dasarnya seni pahat Bharhut bersifat monumental. Pagar stupa Bharhut
penting sekali bagi sejarah di India karena memuat relief-relief yang memberikan
gambaran tentang tingkatan pahat yang berkembang pada zaman itu.
Stupa Sanchi
Stupa ini didirikan sekitar tahun 185-170 SM. Pagar dan lapisan stupa sanchi
terbuat dari batu pualam. Stupa ini dibuat pada zaman Dinasti Sungga dan bagian
dalamnya diteruskan oleh dinasti selanjutnya. Sedang stupa satu dan tiga
sertatoranya dibuat oleh Dinasti Andhara.

Puluhan ribu stupa yang dibangun pada masa Maurya akhirnya hilang dimakan usia
karena pembuatannya tidak menggunakan pertimbangan bahan yang matang. Penguasa
pada masa itu lebih memilih stupa dari kayu daripada batu yang kokoh. Salah satu stupa
yang bertahan adalah Stupa Sanchi yang kemudian direnovasi menjadi lebih megah pada
periode Dinasti Andhra.

3. Wihara
Wihara merupakan tempat bagi para
bhiksu dan tamu dari luar negeri. Selain
itu, wihara juga berfungsi sebagai tempat
pendidikan. Wihara di buat dari bahan-
bahan yang mudah rusak seperti kayu,
dan sebagian dari batu. Beberapa wihara
di bangun dengan memahat gunung-
gunung karang.
Bangunan wihara terdiri dari
beberapa ruangan. Diantaranya :
a) Di tengah terdapat ruang untuk
keperluan bersama.
b) Dikiri kanan terdapat kamar-kamar kecil untuk http://indiapicks.com/annapurna/B_Nasik_
para bhiksu dan tamu dari luar negeri. Vihara.jpg
c) Diujung ( belakang) terdapat gandhakuti, yaitu
ruang untuk budha sewaktu beliau hidup

4. Chaitya Grha
Chaitya grha artinya rumah yang didalamnya terdapat chaitya (stupa) yang dipuja.
Bagi umat Budha, chaitya grha berarti rumah pemujaan. Di antara chaitya grha yang
masih ada dan terkenal terdapat di karli, dekat bombay. Chaitya grha ini seluruhnya
dipahat pada gunung karang. Rumah pemujaan
tersebut mempunyai ukuran lebar 15 meter dan dalam
41 meter. Tekhnik pahatannya seperti tekhnik pahat
kayu. Selain itu terdapat juga monolit-monolit yang
berhias gajah yang dikendarai oleh dua orang (laki-
laki dan perempuan). Dinding bagian dalam
melengkung setengah lingkaran karena bentuknya
menyesuaikan bentuk stupa.

https://indiaheritagesites.files.wordpress.com/2013
/07/ajanta-cave-19-hall.jpg?w=645&h=428

5
C. SENI RUPA ZAMAN DINASTI KUSHANA (500 SM-300 M)

Dinasti Kushana memerintah sekitar 300 tahun. Peningglalan-peninggalan kesenian zaman


ini banyak terdapat di daerah Gandhara, berupa lukisan-lukisan fresco dari Ayanta.

Menurut daerahnya, seni rupa zaman ini di bagi atas 5 jenis yaitu :
1. Seni rupa Gandhara
Gandhara merupakan daerah yang banyak dilalui bangsa-bangsa asing, sehingga
kesenian Budhistis yang telah tumbuh. Bercampur dengan pengaruh dari yunani.
Percampuran tersebut menghasilkan gaya kesenian baru yang disebut Graeco Budhistis.
Patung Budha zaman ini sudah berupa patung manusia, dan bukan hanya lambang-
lambang seperti kesenian India Tengah, sedang stupanya lebih tinggi.
Secara rinci patung Budha dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Bergaya realistis, lebih disukai gaya sidharta sebagai
raja lengkap dengan perhiasannya.
2) Raut muka lonjong dan hidung mancung.
3) Rambut bergelombang.
4) Pakaian bhiksu terpengaruh gaya Yunani.
5) Sikap duduk dengan kaki terjuntai.
6) Terdapat tiga lipatan bahagia berjumlah tiga pada
leher.
7) Prabha mandhala. (lingkaran cahaya)
8) Terdapat urna di antara dua alis, di atas hidung.
9) Gelung bertingkat tiga.
10) Telinga lebar dan besar.

http://www.wildmind.org/images/buddha-gandharan.jpg

2. Seni Rupa Mathura (50-200 M)


Mathura terletak di India tengah. Kesenian yang
tumbuh di zaman ini merupakan kesenian India asli.

Patung peninggalan zaman ini mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut :
1) Tidak realistis.
2) Raut muka menunjukkan ciri India asli.
3) Rambut bergelombang kecil-kecil.
4) Sikap kaku
5) Pakaian patung bergaya India kuno.

http://www.exoticindiaart.com/artimages/BuddhaImag
e/withvajrapani_sm.jpg

6
Seni stupa Mathura dikelilingi balustrade dari batu, yang dalam rencananya, sama
dengan ralling dari Barhut dan Sanchi. Torana dan hiasan balustrade mempunyai
hubungan dengan kesenian India kuno. Bagian-bagian yang menonjol dari ujung-ujung
architraf torana berhias makara. Makara dari Bharhut mempuyai sifat kesucian , sedang
makara Mathura sifat kesuciannya telah hilang.
Pada abad-abad pertama. Mathura adalah pusat kesenian yang besar, tempat
kesenian Budhistis menyebar keseluruh daerah Gangga dan jauh keluar.

3. Seni Rupa Amarawati (150-300 M)


Kota Amarawati terletak di India
Selatan. Seni patung Amarawati
terpengaruh gaya Gandhara Utara dan
Mathura. Meskipun kesenian Amarawati
ditunjukkan oleh Nagaryunikonda, yaitu
keseniannya tidak dikerjakan dengan
halus, namun ia penuh inspirasi. Gaya
Budha dibuat sebagai lambang yang rimis
dan bebas. Motif hiasnya kelihatan
semarak.
http://www.iloveindia.com/indian-
monuments/pics/amaravati-stupa.jpg

Stupa Amarawati mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.


a) Stupa lebih tinggi dibanding stupa Sanchi.
b) dilapisi marmer dengan relief-relief yang menggambarkan macam-macam hiasan
kehidupan dari lambang-lambang budha.
c) Stupa dibuat mirip penampilan candi menghadap empat sisi, di atasnya terdapat
lima tiang yang disebut Ayaka Khambha.

Seni bangunan Amarawati masih dapat dijumpai di Nasik dan Kanheri yang berupa
wihara dan chaitya grha. Selain itu, pengerjaan logam dipengaruhi oleh kesenian barat.
Hal ini terbukti dari materai-materai, intaglio, dan kendaga yang berasal dari Bimaran
dan Pashawar.

4. SENI RUPA ZAMAN DINASTI GUPTA (300-600 M)

Dinasti Gupta mulai menyingkirkan unsur-unsur kesenian asing (Yunani dan Mongol)
dan menghidupkan kesenian India asli, yaitu kesenian India Arya. Istana-istana pada zaman
Gupta dibangun dengan megah.
Kesenian Gupta dianggap masa kejayaan kesenian India, karena pada zaman itu hidup 9
seniman (nawa ratna) yang berhasil merumuskan aturan-aturan kesenian yang disebut
chipasastra. Selain seni rupa, pada masa itu juga berkembang seni arsitektur, kesusastraan
dan seni musik.

Seni rupa Dinasti Gupta antara lain berupa:


1. Seni bangunan (kuil,biara, tugu, dan shaitya grha),
2. Seni patung
3. Seni lukis.
5. Seni Rupa Zaman Raja-raja Chola

7
Kerjaan Chola berdiri pada abad ke-10 dan terletak di India Selatan. Kerajaan ini lenyap
setelah mengalami beberapakali perebutan kekuasaan. Kerajaan Chola banyak mendirikan
bangunan kuil. Di antaranya kuil Karlasa dan Ellora, yaitu kuil-kuil yang dipahatkan pada
tebing-tebing batu yang keras.pekerjaannya dimulai pada pertengahan abad kedelapan.
Kecuali itu, juga muncul kesenian yang berupa patung tembaga. Patung tembaga yang
terkenal menggambarkan Natapraja.
Kira-kira pada abad ke-8 , di India lahir raja Shankarachatya yang memeluk Islam. Pada
masa ini perkembangan kesenian berkembang dengan pesat. Keseniannya menunjukkan
kesenian yang bermutu tinggi.
Secara garis besar, rumah-rumah pemujaan di India dapat dibedakan dalam berbagai
corak.
1. Corak Aryavarta
Yaitu rumah pemujaan yang berdiri sendiri. Bentuknya nampak langsing karena banyak
garis-garis vertikal. Corak ini mempunyai menara. Puncaknya di lengkapi dengan hiasan
yang disebut amalaka. Corak ini berasal dari India Utara.
2. Corak Dravida
Corak Dravis berasal dari India Selatan. Rumah pemujaan merupakan kelompok yang
berdiri sendiri terdiri dari beberapa bangunan. Kelompok bangunan tersebut terdiri dari
gopuran (pintu gerbang) dan vimana rumah pemujaan sebenarnya). Bangunan corak
Dravida tidak berkesan tinggi karena banyak dihiasi garis-garis horisontal.
3. Corak Chalukya
Corak ini merupakan campuran antara corak India utara corak India Selatan.

8
SENI LUKIS INDIA
Sejarah dan perkembangan seni lukis India tidak sedahsat perkembangan seni
patung dan arsitekturnya. Data tentang seni lukis India amat terbatas terutama data-data
seni lukis masa-masa dinasti yang berkuasa di India. Namun seni lukis India tentulah
tetap ada sebagaimana ditemukannya lukisan yang terdapat di gua Ayanta.
Seni lukis zaman Ayanta ini merupakan seni lukis yang dianggap menemukan
tingkat kemajuan yang tinggi waktu itu. Ada dua tahap perkembangan seni lukis masa
ini yakni pertama abad 2 AD dan tahap kedua pada abad ke 5 AD di bawah naungan
Vakatakas yang memerintah di Deccan.
Karya-karya lukis dibuat dari filosofi yang dalam, yang anggun dan agung. Bila
dilihat dari teknik seni lukis moderen maka lukisan sudah sangat maju. Hal ini dapat
dilihat sudah adanya pemahaman perspektif yang dapat dilihat pada bagian tiang-tiang.
Objek gambaran adalah adegan dari kehidupan Budha dan Jatakas, cerita orang
melahiran. Lukisan ini membawa kita ke keindahan besar dengan sangat halus terhadap
makna hidup dan berbagai tahapan realita. Pencari kebenaran yang dilukis pada dinding
goa Ayanta, merupakan penggambaran kehidupan roh yang meliputi seluruh dunia.
Lukisan-lukisan di goa Ayanta menjadi sumber inspirasi lukisan-lukisan Budha di seluruh
Asia.

http://adirozal.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-seni-
rupa-timur.html
Kualitas lukisan dinding yang baik dari
Rajasthan ditemukan di Amer
Bhojanshala dekat Istana Jaipur. Ini
adalah lukisan yang sangat indah abad 17
di India. Pada lukisan ini (gambar 5)
pelukis memperlihatkan gambaran
kedekatan dan persahabatan yang kuat.
Lukisan diekspresikan di atas tembok
dan dibuat dalam skala kecil untuk
mural. Namun, pelukis mampu
mengungkapkan dengan kepekaan dan
http://adirozal.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-seni-
kecermatannya menciptakan sebuah rupa-timur.html
gambaran keintiman antara pengamat
dan lukisan.

9
Lukisan-lukisan yang terdapat didinding-dinding goa, dan bagian atasnya menjadi
insipirasi bagi perkembanganan seni lukis mural di India sampai berabad-abad kemudian.
Lukisan-lukisan itu dibuat di dinding dan atap atau bagian atas candi, kuil, dan stupa.
Umumnya tema-tema lukisan mengenai pemujuaan terhadap dewa dan tentang kehidupan,
sedang tujuan lukisan untuk peningkatan rasa keagamaan dan kemanusian.
Bagian utara India seni lukis pernah mengalami kejaan pada abad ke-16, yang waktu itu
daerah ini di bawah masa pemerintahan maharaja Mughal Akbar. Pada masa ini pernah lahir
sebuah miniatur yang tinggi mutunya yakni miniatur yang terdapat di pengadilan.

http://adirozal.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-seni-
rupa-timur.html

10
PERKEMBANGAN FASHION DI INDIA

Sejarawan percaya bahwa orang-orang di India mulai menenun kapas menjadi kain
antara 3000 dan 2000 SM. Bukti dalam bentuk patung batu menunjukkan bahwa kaum laki-
laki di Lembah Indus mengenakan pakaian yang melilit. Pria Hindu melilit tubuhnya dengan
kain besar yang disebut dhoti di sekitar pinggang dan di antara kaki. Pria juga memakai syal
atau selendang di bahu mereka. Dhoti dan selendang dikenakan sebagai pakaian dasar selama
2.000 tahun. Wanita mengenakan berbagai rok yang melilit serta dhoti dan syal besar yang
disebut dupatta.
Islam yang datang sekitar abad ke-8 mengubah tata cara berbusana orang India.
Meskipun perempuan di India tidak memakai kerudung penutup wajah, mereka mulai
memakai blus pendek yang disebut choli untuk menutupi dada mereka. Kau pria mengenakan
mantel selutut berlengan panjang dengan bawahan penuh. Gaya sorban di India bervariasi
selama berabad-abad, namun penutup kepala secara konsisten menunjukkan identitas
wilayah, kasta, dan agama pemakainya.
Meskipun pakaian Eropa sudah dikenal sejak abad ke-17, hanya sedikit kaum pria
dan wanita India yang mengadopsi fashion internasional. Di awal-awal kemerdekaan India
tahun 1947, pria India mulai mengenakan jaket jahitan selutut yang mengancing di bagian
depan di atas celana sempit.
Baik pria maupun wanita memakai pakaian kasual yang terdiri atas khurta (baju)
panjang dan celana panjang longgar. Pakaian yang paling populer di kalangan perempuan
India adalah sari, yang telah dikenal selama ratusan tahun. Pembuat sari modern sering
menenunnya dengan batas-batas khusus dan pola dekoratif.

http://pkpgbk6.weebly.com/uploads/2/6/0
https://kebudayaanindia.files.wordpress.
/2/26025688/8787465.jpg?220
com/2014/11/gents-sherwani.jpg

11
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DI INDIA

Sejarah arsitektur India dimulai dari masa peradaban lembah Indus (Indus Valley
Civilization), masa Vedik1, hingga masa Maurya-Gupta atau dikenal dengan era
perkembangan Budha melalui arsitektur biara (monastery) dan batu/dinding pahat (rock cut),
kemudian diikuti dengan kemegahan bangunan kuil pada masa pertengahan. Sementara,
penguasa Turki dan Afghanistan di Utara pada masa pertengahan telah membawa India
kepada tradisi arsitektur kubah (dome dan vault).
Munculnya arsitektur Mughal pada abad ke-16 menggambarkan penggabungan antara
elemen arsitektur regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh
Barat terutama Eropa tak terelakkan pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk gaya
Manneris, Barok, Neo-klasik, dan Neogotik mulai dari abad ke-16 hingga akhir abad ke-19,
yang kemudian dikenal dengan gaya Indo Saracenic.
Arsitektur India telah membawa pengaruh yang besar terutama ke Asia Timur sejak
kelahiran dan penyebaran agama Budha. Sejumlah elemen arsitektur India seperti stupa,
sikhara, pagoda (meru), torana (gerbang) telah menjadi simbol terkenal arsitektur Hindu dan
Budha yang berkembang dan digunakan di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti yang
terdapat pada bangunan candi Angkor Wat di Kamboja dan Prambanan di Indonesia.
Peradaban Lembah Indus, terdiri dari permukiman perkotaan kuna termasuk kota
metropolitan; Mahenjo Daro dan Harappa dengan berbagai macam karakteristik rumah,
tempat pemandian yang dihubungkan dengan sistem drainase umum yang baik pada masa
itu. Struktur kota berbentuk grid diikuti jalur drainase di sepanjang jalan umum dikelilingi
oleh benteng. Tipe bangunan penting lainnya adalah lumbung, tempat berdagang,
pemandian umum yang diyakini sebagai tempat pemujaan untuk kesuburan. Keseragaman
tatanan kota, tipologi bangunan, dan ukurannya yang terbuat dari batu bata bakar
menunjukkan koordinasi yang baik antara sosial dan politik pada saat itu.

ARSITEKTUR HINDU

Dalam sejarah perkembangan kebudayaan Timur, agama Hindu lahir di lembah


sungai Indus (kawasan Sind dan Punjab ). Agama ini lahir dari perpaduan agama Tuhan
Vedis sebagai agama sukubangsa Aryan (Aria) dengan agama suku bangsa Dravidians
(percaya adanya inkarnasi) yang merupakan daerah invasi dari sukubangsa Aryan pada
masa itu. Perpaduan itu tercetus dalam buku Rig-Veda (kitab agama Veda) yang pada
permulaan tahun Masehi disempurnakan dengan terciptanya kedewaan Trimurti :
Brahma, Wisnu dan Siwa.
Arsitektur Hindu dikenal lewat rancangan kuil-kuil sampai ke Asia Tenggara mulai
abad ke-5 hingga ke-13. Pada masa itu terdapat beberapa kerajaan yang terbagi dalam
wilayah menjadi utara dan selatan. Dua kutub kerajaan ini mempengaruhi karakteristik
kuil-kuil Hindu, seringkali disebut dengan Kuil Dravida di India Selatan, dan kuil Nagara
di India Utara. Selain itu terdapat style di wilayah Bengal, Kashmir dan Kerala.
Umumnya kuil-kuil dengan rancangan terbaik yang menjadi ikon arsitektur Hindu
berada di wilayah Selatan. Arsitektur kuil di India Selatan tidak menggunakan konsep
arsitektur kuil di India Utara yang dipengaruhi oleh Persia, Rajastan dan langgam Jaina.

12
Kerajaan yang berpengaruh dalam arsitektur Hindu di India Selatan yaitu:
1. Kerajaan Pallava, memerintah dari abad ke-6-9 Masehi. Kuil besar yang dibangun
pada masa pemerintahannya yaitu kuil Mahabalipuram, Ibukotanya Kanchipuram,
sekarang berada di wilayah Tamilnadu.
2. Kerajan Chola, kerajaan ini berkuasa pada tahun 900-1150 M diperintah oleh Raja
Chola I dan putranya Rajendra Cholaruled dan membangun kuil Brihadeshvara dan
kuil Siwa Thanjavur.
3. Kerajaan Chalukya Badami yang disebut Chalukya awal yang diperintah oleh,
Badami pada tahun 543 - 753 M yang kemudian menghasilkan langgam Vesara
disebut juga Arsitektur Chalukya Badami. Contoh yang paling bagus dari seni kuil ini
nampak pada kuil Pattadakal, Aihole dan Badami di Karnataka utara. Leibh dari 150
kuil tertinggal di lembah Malaprabha.
4. Kerajaan Rashtrakuta, yang memerintah wilayah Manyakheta, Gulbarga tahun 753-
973 M membangun beberapa kuil Dravida di Ellora (kuil Kailasanatha). Kuil lain yang
menarik yaitu kuil Jaina Narayana di Pattadakal dan kuil Navalinga, Kuknur di
Karnataka.
5. Chalukya Barat disebut juga Chalukya Akhir yang memerintah Decca dari tahun 973-
1180 M menghasilkan kembali langgam chalukya dikenal dengan langgam Gadag,
yang artinya di dalam dan antara (in-between). Terdapat lebih dari 50 kuil yang
masih bediri di sekitar sungai Krishna, di tengah Kartanaka. Kuil Kasi Vishveshvara
di Lakkundi, Mallikarjuna di Kuruvatii, Kalleshwara di Bagali dan Mahadeva di Itagi
merupakan kuil-kuil yang indah dan menarik yang dibangun oleh arsitek-arsitek
semasa kerajaan Chalukya akhir.
6. Raja Hoysala memerintah India Selatan pada tahun 1100-1343M dan mengembangkan
sebuah konsep arsitektur yang disebut Hoysala Arsitektur di negara Karnataka.
Karya arsitektur kuil yang terbaik yaitu kuil Chennakesava di Belur, kuil
Hoysaleswara di Halebidu, dan kuil Kesava di Somanathapura.
7. Kerajaan Vijayanagar yang memerintah seluruh wilayah India Selatan pada tahun
1343-1565 M membangun sejumlah kuil di ibukota Vijayangar dengan
menggabungkan beberapa langgam yang berkembang di India Selatan pada masa
sebelumnya. Beberapa elemen yang dihasilkan dari karya tersebut yaitu pilar Yali
(pillar yang bersimbol kuda), balustrade ( parapets) and pilar berhias (manatapa).
Beberapa raja yang memerintah Vijayanagar membangun kuil-kuil yang kemudian
dikenal sebagai gaya arsitektur Vijayanagar.

Arsitektur hindu di India dibagi atas tiga langgam:


1. Langgam Hindu Selatan, dipraktekkan oleh bangsa ras Tamil dan seluruh wilayah
yang terletak antara Cape Comorin dan Nerbuddha atau wilayah Vidya.
2. Langgam Utara atau Hindu Arya, ditemukan hanya di wilayah Himalaya yang
berbatasan dengan ras Arya yang berbahasa Sancrit atau dikenal dengan The Bengal
Presidency.
3. Langgam Kasmir atau Punjab, berbeda dari kedua diatas, akan tetapi lebih mirip
kepada langgam yang di selatan.

13
Selama abad pertengahan, kuil Hindu dibuat dari pahatan dinding tebing atau bukit.
Hingga saat ini konsep arsitektural Hindu mempengaruhi bangunan-bangunan atau
arsitektur Budha. Konsep merancang kuil dibuat oleh seorang Brahmin. Brahmin juga
menentukan pemilihan tapak dan menguji keadaan tanah, dan tebalnya sesuatu dinding atau
tiang mengikut segi mithologykal dan astronomikal Hindu yang dikenal dengan formula
Vastupurushamandala (tatanan untuk bangunan sakral). Tantanan ini dituangkan dalam
tatanan ilmu arsitektur Hindu dinamakan vastushastra. Tatanan bentuk manusia dalam
posisi semedi di dalam grideon yang secara konsistens mengatur rancangan bentuk kuil di
wilayah India.
Kuil-kuil hindu menggunakan bentuk empat persegi daripada bentuk lingkaran seperti
yang digunakan dalam arsitektur Budha. Bentuk empat persegi ini menyimbolkan kestabilan
dan kekekalan. Beberapa ciri lain dari arsitektur hindu yaitu penggunaan sistem trabeate
yaitu massive block dari batu yang menjadi material dasar dalam pembangunan kuil India.
Sistem ini berupa tiang tegak dengan alang melintang sistem ini digunakan dengan begitu
meluas sekali. Walaupun sistem Arch Vault lebih ekonomis 5 dan digunakan di seluruh
dunia. Mandala empat segi atau charta firasat arsitek Hindu, mengandung 64 atau 81 kotak.
Brahma, dewa utama, pemelihara dan pemusnah menduduki empat segi tengah. Dewa-dewa
lain menduduki tempat-tempat di penjuru.
Kuil hindu memiliki empat ruang prinsip dalam perancangannya yang menjadi konsep
arsitektur Hindu yaitu Garbha griha, Mantapa, Gopura dan Choultri dengan penjelasan
sebagai berikut.
1. Garbha griha
Merupakan bagian utama dan terpenting dari kuil dan merupakan inti/induk
bangunan yang disebut vimana (di India Selatan) atau mulaprasada (di India Utara).
Denahnya berbentuk bujursangkar atau persegi, untuk kuil yang kecil biasanya
perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan 1:1 atau berbentuk kubus, dan kuil yang
besar biasanya tingginya jauh lebih besar daripada lebarnya. Terdapat bagian yang tegak
lurus terbuat dari batu dan granit yang
didekorasi dengan pilaster dan
ornamen.
Vimana beratap tingkat seperti
pyramid umumnya terbuat dari bata
yang diplester dengan semen kemudian
diakhiri dengan dome kecil (umumnya
di india selatan). Vimana yang terbesar
di Tanjore yang terdiri dari 14 tingkat
dengan tinggi hampir 200 ft.
http://www.hindus.com/images/vastu-
plan.jpg

2. Pelataran depan atau Mandapa


Pelataran depan atau Mantapa,
ruang bagian luar yang sebagian
dilingkupi dinding yang memiliki
pintu. Satu pintu sebagai penghubung
ke vimana sedangkan pintu lain
sebagai akses jalan dan masuknya
cahaya ke ruang dalam. Ruang
mandapa berbentuk bujursangkar
atau persegi, biasanya sama
bentuknya dengan bangunan kuil inti Raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id (vimana).

14
Beberapa kuil memilki mandapa luar atau Maha Mandapa dan mandapa dalam atau
Ardha Mandapas. Ada juga kuil yang memiliki gabungan dari kedua mandapa, biasanya
yang mandapa luar bersifat terbuka dan mandapa dalam bersifat tertutup. Atapnya
berbentuk piramid, tapi jauh lebih rendah dari atap vimana, sering juga berbentuk flat
yang tidak berornamen. Atap ditopang oleh pilar, akan tetapi sebisa mungkin dikurangi
jumlah pilar dengan membuat kotak-kotak pembalokan pada ceiling ( bracketing).
3. Gerbang Piramid Gopura
Gerbang atau Gopura adalah jalan masuk kompleks halaman kuil yang berbentuk
persegi yang biasanya mengitari vimana. Jumlah gerbang mengikuti jumlah dinding
pagar, kadang-kadang juga melebihi jumlah
dinding pagar. Bentuk gapura indentik dengan
vimana, meskipun demikian terdapat satu sisi
yang lebih besar dan lebih panjang. Pada sisi yang
panjang terdapat bukaan yang biasanya 1/4-1/7
dari lebarnya.
Gerbang piramid yang paling besar dimiliki
oleh kuil di Combaconum, ibukota Kerajaan
Chola setelah penolakan Tanjore. Terdiri dari 12
tingkat termasuk basemen yang terbuat dari
granit dan datar, sementara keseluruhan piramid
terbuat dari batu bata diplester dengan sculpture Raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id
dan ornamen.
4. Hall berpilar atau Choultri
Choultri merupakan bangunan extra di sekitar kompleks kuil. Biasanya digunakan
untuk berbagai kegiatan upacara: tarian, nyanyian dan upacara perkawinan. Pada
awalnya sebagai beranda (porches), kemudian berkembang menjadi ruang untuk
berbagai kegiatan terutama untuk upacara yang berhubungan dengan perkawinan. Hall
berpilar yang besar yaitu ada di Tinnevelly yang terdiri dari 100 kolom pada sisi yang
panjang dan 10 pada sisi yang lebarnya. Kemudian hall berpilar di Chillumbrum terdiri
dari 24 kolom pada sisi lebar dan 41 kolom pada sisi panjangnya.
Arsitektur batu (stone architecture) juga telah tumbuh di India terbukti pada
Tinggalan sejarah istana Pataliputra dan juga Ashoka Stambha (prasasti tugu monolitik)
yang bertuliskan maklumat dari raja Ashoka. Pada ujung atas prasasti terdapat ukiran
batu berkepala empat singa yang menjadi simbol dari kerajaan Ashoka. Pada masa
Ashoka telah diperkenalkan arsitektur batu pahat yang mentradisi hingga lebih dari 100
tahun lamanya hingga masa arsitektur Budha, Jaina dan Hindu, terdapat banyak ruang
pemujaan yang dipahat di dinding tebing atau gunung. Konon, tradisi ini berasal dari
Mesir kuna dan Persia. Pada saat yang sama, Viharas (Buddhist monasteries), mulai
dibangun setelah kematian Budha terutama pada masa Kerajaan Mauryan dengan
karakteristik monumen stupa, chaitya; ruang meditasi yang terdapat stupa didalamnya.
Arsitektur Budha berkembang pada
masa Pemerintahan Ashoka, terdapat
tiga bangunan yang penting dalam
arsitektur Budha yaitu chaitya (ruang
meditasi para biksu), vihara (asrama)
dan stupa (monumen budha). Dalam
satu lahan paling sedikit terdapat satu
chaitya dan beberapa vihara.

Raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id

15
DAFTAR PUSTAKA

http://renefineart.com/images/paintings/Yogananda_2_lg.jpg
https://littlekurcaci.files.wordpress.com/2014/06/mitos-05.jpg
http://2.bp.blogspot.com/Q9ixu8RwpZQ/UPis6G9SBNI/AAAAAAAAAZo/fxiHoswDz3
U/s1600/pilar.png
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196202071987031-
http://kiossahabatbaru.blogspot.co.id/2012/06/keindahan-menurut-pandangan-
timur.html
http://adirozal.blogspot.co.id/2012/06/sejarah-seni-rupa-timur.html
http://www.iloveindia.com/indian-monuments/pics/amaravati-stupa.jpg
http://www.kembangpete.com/2014/04/05/sejarah-pakaian-di-india
Kartika, Dharsono Sony.2007.ESTETIKA.Bandung:Rekayasa Sains Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai