Service20130717122013 PDF
Service20130717122013 PDF
T-21-2005-B
Prakata
Pedoman Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan ini dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik
Bidang Prasarana Transportasi, melalui Gugus Kerja Bidang Konstruksi Jembatan dan
Bangunan Pelengkap Jalan pada Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi.
Pedoman ini diprakarsai oleh Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan
Tata Perdesaan, Departemen Pekerjaan Umum.
Pedoman ini mengacu kepada Pedoman Pemeriksaan Jembatan, Sistem Manajemen
Jembatan atau Bridge Management System (BMS), tahun 1993, yang di beberapa bagian
disempurnakan melalui diskusi-diskusi teknik.
Pedoman ini merupakan hasil kajian yang mencakup persiapan dan prosedur pelaksanaan
pemeriksaan inventarisasi jembatan yang dilakukan secara manual, dengan menggunakan
formulir standar untuk semua jembatan. Dalam pedoman ini juga dilampirkan contoh-contoh
formulir pemeriksaan.
Pedoman ini telah mengakomodasi masukan dari Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi,
Instansi Pusat/Daerah, anggota Gugus Kerja Bidang Konstruksi Jembatan dan Bangunan
Pelengkap Jalan, anggota Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi dan anggota
Panitia Teknik Bidang Konstruksi dan Bangunan Sipil.
Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada pedoman dari Badan Standardisasi
Nasional No. 8 tahun 2000.
Pendahuluan
Pedoman Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan ini dimaksudkan agar para pemeriksa dapat
dengan mudah melakukan pemeriksaan di lapangan dengan konsisten dan sistematis.
Pedoman ini bertujuan untuk mendata secara umum administrasi, sifat fisik jembatan secara
keseluruhan.
Diharapkan dengan adanya pedoman pemeriksaan inventarisasi jembatan ini, yang
dilengkapi dengan gambar dan petunjuk pengisian formulir yang disempurnakan, akan dapat
mempermudah pelaksanaan pemeriksaan di lapangan. Pedoman ini merupakan bagian dari
pedoman lain tentang pemeriksaan jembatan, yang terdiri dari : pemeriksaan inventaris,
pemeriksaan rutin, pemeriksaan detail, dan pemeriksaan khusus jembatan.
Beberapa kekurangan dalam Pedoman Pemeriksaan Jembatan yang ada dalam Sistem
Manajemen Jembatan atau Bridge Management System (BMS), tahun 1993, antara lain :
sistem penomoran jembatan, jenis kode-kode inventarisasi jembatan dan lain-lain, telah
ditambahkan dalam pedoman ini.
Perbedaan antara Manual Sistem Manajemen Jembatan atau Bridge Management System
(BMS) dengan pedoman ini, antara lain :
1. pedoman ini hanya dipergunakan untuk pemeriksaaan inventarisasi jembatan;
2. tata cara penulisan pedoman ini mengikuti pedoman penulisan standar dari BSN Nomor
8 tahun 2000;
3. sistem penomoran jembatan, khususnya nomor kode Kabupaten/Kota/Propinsi
didasarkan data statistik.
Pemeriksaan inventarisasi jembatan dilaksanakan dengan tujuan :
1. mendata semua jembatan dengan menggunakan nomor identitas jembatan dan
lokasinya;
2. mengukur dan mencatat semua dimensi secara keseluruhan jembatan pada setiap
bentangannya;
3. menunjukkan jenis lintasan yang dilewati jembatan, komponen utama serta tanggal atau
tahun dibangunnya jembatan tersebut;
4. menilai kondisi komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan secara
umum;
5. mendata batas muatan atau batasan fungsional lainnya yang diberlakukan pada
jembatan tersebut;
6. menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan yang digunakan untuk lalu lintas
terhadap kondisi kelancaran lalu lintas;
7. mencatat panjang jalan alih (detour) yang ada, bilamana terjadi penutupan jembatan;
8. mencatat elevasi muka air banjir tertinggi, tanggal terjadinya dan sumber informasi;
9. mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana (as built drawing) dan mencatat
apakah jembatan tersebut merupakan jembatan jenis standar tertentu.
ii
1 Ruang lingkup
Pedoman ini mencakup tata cara pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi jembatan, yang
digunakan untuk memperoleh data administratif dan data teknis, pada jembatan-jembatan
yang belum pernah didata dalam pemutahiran data, dan merupakan bagian dari data kondisi
jembatan secara umum.
Pemeriksaan inventarisasi jembatan dimaksudkan untuk mencatat data administrasi, dimensi,
jenis material dan kondisi jembatan secara umum dan digunakan dalam sistem database atau
pangkalan data jembatan. Semua jembatan yang mempunyai panjang total lebih dari 2 (dua)
meter harus didata, antara lain jembatan dengan lintasan sungai, jalan raya, jalan rel,
penyeberangan ferry atau gorong-gorong.
2 Acuan normatif
3.1
bangunan atas
bagian dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk
selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan
atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar
muai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk
pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.
3.2
bangunan bawah
bagian dari struktur jembatan yang menerima dan memikul beban dari struktur bangunan atas
jembatan untuk disalurkan ke dalam tanah; struktur bangunan bawah ini dapat berupa kepala
jembatan, pilar dan pondasi.
3.3
bangunan pelengkap jembatan
suatu struktur pada atau di sekitar jembatan yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap
struktur jembatan atau pengguna jalan; yang termasuk bangunan pelengkap yaitu tembok
penahan tanah, bangunan pengaman, parapet, sandaran, patok pengarah dan rambu
lalu lintas.
1 dari 46
3.4
gorong-gorong
suatu bangunan yang berfungsi sebagai saluran drainase, yang dapat terbuat dari beton
bertulang berbentuk persegi atau bundar, atau terbuat dari baja gelombang yang dibentuk
menjadi bentuk pelengkung atau bundar sesuai dengan kebutuhan; tebal pelat baja
gelombang disesuaikan dengan bentangannya, tetapi pada umumnya mempunyai ketebalan
antara 3 mm sampai dengan 7 mm.
3.5
jalan pendekat
struktur jalan yang menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian
jalan pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan, dan memerlukan pemadatan yang
khusus, karena letak dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat juga
berbentuk struktur kaki seribu (pile slab), yang berbentuk pelat yang disangga oleh balok
kepala di atas tiang-tiang.
3.6
jembatan
struktur yang melewatkan kendaraan untuk melalui suatu hambatan yang dapat berupa
sungai, lembah, jalan atau hambatan-hambatan lainnya, dan merupakan bagian dari sistem
jaringan dalam suatu ruas jalan.
3.7
jembatan gantung
suatu struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya merupakan kabel
penggantung, dalam suatu sistem kabel yang membentang dari satu pylon ke pylon yang lain;
kabel penggantung ini menahan beban dari bagian sistem bangunan atas yang dapat
berbentuk rangka baja atau gelagar.
3.8
jembatan komposit
struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya merupakan gabungan dua
bahan yang berbeda karakteristiknya, sebagai contoh, gelagar baja dengan lantai beton
bertulang.
3.9
jembatan pelat
jembatan yang struktur bangunan atasnya merupakan pelat beton, tanpa gelagar dan
langsung menumpu pada kepala jembatan atau pilar; jembatan jenis pelat beton yang umum,
mempunyai tebal pelat sekitar 22 cm 25 cm dengan bentang sampai 8 meter; untuk
bentang yang lebih panjang, maka ada jenis jembatan pelat yang berupa pelat beton
prategang, yaitu jenis flat slab atau pelat berongga (voided slab).
3.10
jembatan sistem gelagar
struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya berbentuk gelagar; jenis gelagar
ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau kayu; bentangan jenis
jembatan gelagar beton bertulang ini dapat sampai 25 m, dan untuk jenis beton prategang
umumnya mulai bentang di atas 20 m sampai 40 m.
2 dari 46
3.11
kepala jembatan (abutment)
struktur bangunan bawah jembatan yang terletak di ujung kedua sisi jembatan dan berfungsi
untuk menyalurkan beban ke pondasi, dan dapat berfungsi sebagai tembok penahan tanah.
3.12
lantai jembatan
bagian permukaan dari suatu bangunan atas jembatan untuk menerima secara langsung
beban kendaraan; lantai jembatan ini mempunyai suatu kekakuan tertentu dalam
menyalurkan beban hidup ke komponen utama bangunan atas jembatan.
3.13
pelengkung
struktur bangunan atas jembatan yang berbentuk pelengkung (boog), dan kekuatan struktur
bangunan atas ini mengandalkan pada bentuk lengkungannya; bahan yang digunakan
sebagai jembatan pelengkung pada umumnya berupa beton bertulang, pasangan batu bata,
atau pasangan batu.
3.14
perletakan
sistem hubungan antara struktur bangunan atas dan bangunan bawah jembatan; sistem
perletakan ini terdiri atas bantalan dan landasan, dimana bantalan tersebut dapat terbuat dari
karet atau logam, dengan sistem sendi atau rol.
3.15
pilar
struktur bangunan bawah jembatan yang terletak diantara 2 bentangan bangunan atas
jembatan.
3.16
pondasi
bagian dari struktur bangunan bawah jembatan yang berfungsi menerima dan meneruskan
beban ke dalam lapisan tanah.
3.17
rangka
struktur bangunan atas jembatan yang berbentuk rangka batang dan pada umumnya terbuat
dari baja; struktur bangunan atas sistem rangka pada saat ini cukup banyak jenisnya sesuai
dengan pabrik pembuat dan asal pemberi dana.
3.18
sambungan siar muai
bagian struktur bangunan atas jembatan yang berfungsi menyambungkan bangunan atas
dengan bangunan atas, dengan bagian ujung kepala jembatan atau pilar; sambungan siar
muai ini berfungsi sebagai bagian struktur yang dapat menahan pergerakan horisontal,
vertikal atau rotasi yang ditimbulkan oleh struktur bangunan atas akibat beban dinamis,
temperatur atau muai susut.
3 dari 46
3.19
sandaran
pagar pembatas samping pada bangunan atas jembatan yang berfungsi sebagai pengaman
lateral bagi pengguna jalan, baik kendaraan dan/atau pejalan kaki.
3.20
tiang bor
jenis pondasi dalam yang berbentuk tiang yang pelaksanaannya dilakukan dengan membor
tanah dasar dan kemudian diisi dengan beton bertulang.
3.21
tiang pancang
jenis pondasi dalam berbentuk tiang yang terbuat dari bahan beton bertulang, beton
prategang, pipa baja atau kayu yang dapat menahan beban dan gaya-gaya yang terjadi pada
struktur bangunan atas dan bawah jembatan.
3.22
tinggi ruang bebas (clearance)
jarak vertikal yang diukur dari permukaan lantai jembatan ke bagian atas atau bawah struktur
bangunan atas jembatan/terowongan yang bebas untuk dilintasi kendaraan.
4. Persyaratan-persyaratan
4. 1 Personil pemeriksa
Pemeriksaan inventarisasi jembatan harus dilakukan oleh personil yang mempunyai
pengalaman kerja dan kualifikasi dalam bidang perencanaan/pengawasan/pelaksanaan
jembatan dan bersertifikat pelatihan tentang pemeriksaan jembatan. Pelaksanaan
pemeriksaan dapat dibantu oleh beberapa tenaga teknisi.
Urutan pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan inventarisasi jembatan harus dilakukan sesuai dengan petunjuk
urutan pemeriksaan, sesuai dengan Gambar 1, yaitu mulai dari salah satu ujung bangunan
bawah jembatan ke ujung jembatan yang lainnya.
A ra h R u a s J a la n
M u la i
S e le s a i
4. 4 Dokumentasi
Dalam pemeriksaan inventarisasi jembatan harus dibuat dokumentasi berupa foto dan video
visual (apabila ada), mengenai kondisi jembatan secara umum, kondisi lintasan yang
dilewatinya (jalan raya, jalan kereta api, sungai atau lain-lain), kondisi jalan pendekat
jembatan, serta bagian-bagian jembatan lain yang penting.
Pengambilan obyek atau foto pada setiap jembatan mencakup :
1. sisi kiri / kanan;
2. sisi awal / akhir;
3. kondisi bangunan atas;
4. kondisi bangunan bawah;
5. kondisi lain yang dianggap perlu dan mendapat perhatian khusus.
Apabila digunakan video visual dalam dokumentasi, maka data atau obyek yang diambil
minimal sama dengan obyek pengambilan foto jembatan.
4. 5 Laporan
Semua formulir standar untuk pemeriksaan inventarisasi jembatan (formulir inventarisasi1,
formulir inventarisasi2 dan formulir inventarisasi-3) harus diisi berdasarkan data lapangan
yang sebenarnya disertai dengan dokumentasi visual berupa foto asli dan/atau video visual.
Semua formulir harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh pemeriksa jembatan. Semua
lembar foto harus diberi keterangan singkat mengenai lokasi obyek pengambilan.
5 Pelaksanaan
5 dari 46
1 Nasional
2 Propinsi
3 Kabupaten/Kota
4 Desa
5 Khusus (transmigrasi, perkebunan, ABRI, irigasi)
0 Non status
5.1.3 Kabupaten/Kota
Diisi dengan nama kabupaten atau kota dimana jembatan tersebut berada.
6 dari 46
5.1.8 Ulasan
Ulasan ini merupakan penjelasan tambahan yang perlu ditambahkan selain tindakan darurat
di atas. Penjelasan ini dapat berupa kondisi dan situasi lapangan selain data yang dilaporkan
pada isian yang ada.
7 dari 46
T1 L Lebar
e b a r aantar
n ta r kereb
k e rb T2
L e b a r T ro to a r = T 1 + T 2
8 dari 46
T in g g i R u a n g B e b a s
Contoh :
Jenis rangka sementara baja acrow panel diberi kode SBW
Dengan penjelasan S = rangka sementara, B = jenis bahan baja dan W = asal rangka baja
tersebut.
Jenis rangka baja Australia, diberi kode RBA
Dengan penjelasan R = struktur rangka, B = jenis bahan baja dan A = asal baja tersebut
dibuat, yaitu Australia.
Contoh-contoh tipe bangunan atas yang lain dapat dilihat pada Lampiran G.
Kode-kode untuk mengisi kolom-kolom pada bangunan atas seperti ditunjukkan pada
Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.
9 dari 46
A Aspal G Bronjong
B Baja J Aluminium
U Baja gelombang K Kayu
Y Pipa baja isi beton M Pasangan batu
D Beton tanpa tulangan S Pasangan bata
P Beton prategang O Tanah biasa, timbunan
T Beton bertulang R Kerikil/pasir
E Neoprene/karet X Bahan asli
F Teflon L Lain-lain
5.2.17 Lantai
Pada kolom untuk pengisian struktur lantai terdiri atas 2 (dua) kode yang diambil dari kode
bahan sesuai dengan Tabel 3.
Contoh pengisian struktur lantai adalah sebagai berikut :
UT adalah struktur lantai dengan bahan struktur pada sebelah bawah menggunakan baja
gelombang dan pada bagian atas diberi beton bertulang.
TA adalah struktur lantai dengan bahan beton bertulang pada sebelah bawah dan dilapisi
dengan bahan aspal pada bagian atasnya.
10 dari 46
C Cakar ayam
L Pondasi langsung
T Tiang pancang
B Tiang bor
U Tiang ulir
S Sumuran
X Lain-lain
Pengisian kolom pondasi terdiri atas 2 (dua) kolom, yaitu tipe (Tabel 5) dan bahan (Tabel 3).
Contoh :
TB adalah pondasi tiang pancang dengan bahan baja;
TY adalah pondasi tiang pancang baja yang diisi dengan beton;
UB adalah pondasi tiang ulir baja;
LT adalah pondasi langsung dari beton bertulang;
ST adalah pondasi sumuran dari beton bertulang.
B Dinding penuh
K Khusus
C Cap
P Dinding penuh
S Satu kolom
D Dua kolom
11 dari 46
5.2.21 Kondisi
Pada kolom kondisi, diisi dengan kondisi jembatan secara umum, dimana nilai kondisi
jembatan sesuai dengan Tabel 8.
12 dari 46
--------------------------------0------------------------------------------
13 dari 46
Lampiran A (normatif)
Kode inventarisasi jembatan
Tipe Lintasan JN Jalan KA Kereta Api S Sungai L lain-lain
A. Tipe Bangunen Atas B. Bahan C. Asal Bangunan Atas D. Tipe Pondasi E. Tipe Kepala Jembatan
A Gorong-gorong pelengkung A Aspal A Australia C Cakar ayam A Cap
B Gorong-gorong persegi W Perkerasan macadam B Belanda (baru) L Langsung B Dinding penuh
Y Gorong-gorong pipa B Baja C Karunia Berca Indonesia T Tiang pancang K Khusus
C Kabel U Baja gelombang D . Belanda (lama) B Tiang bor
T Gantung Y Pipa baja isi beton E Spanyol U Tiang ulir
D Flat slab D Beton tanpa tulangan G Cigading S Sumuran
P Pelat P Beton prategang I Indonesia X Lain-lain F. Tipe Pilar
V Voided slab T Beton bertulang K Bukaka
E Pelengkung E Neoprene / karet R Austria C Cap
F Ferry F Teflon T Transbakri P Dinding penuh
G Gelagar G Bronjong U Calender Hamilton S Satu kolom
M Gelagar komposit J Aluminium W Bailley / Acrow D Dua kolom
O Gelagar boks K Kayu H Adhi Karya T Tiga kolom atau lebih
U Gelagar tipe U M Pasangan batu J Jepang L Lain-lain
L Balok pelengkung S Pasangan bata P PPI
N Rangka semi permanen O Tanah biasa, timbunan Y Wijaya Karya
R Rangka R Kerikil / pasir X Tidak ada struktur
S Rangka sementara X Bahan asli L Lain-lain
K Lintasan kereta api L Lain-lain
W Lintasan basah
X Lain-lain
14 dari 46
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Pd. T-21-2005-B
TINDAKAN DARURAT
ULASAN
( penjelasan tambahan, bila perlu )
15 dari 46
No. Jembatan
Nama Jembatan
1
3 2
4 3
PILAR
5 4
6 5
7 6
8 7
9 8
1 9
0
Kepala Jembatan 2
Catatan :
16 dari 46
KETERANGAN TAMBAHAN
PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN
No.Jembatan
1. Batasan Fungsional
Batasan muatan gandar (ton)
17 dari 46
Lampiran C
(informatif)
Contoh Sistem Penomoran Jembatan
Contoh :
3211.3.106-K.0034.00.0
Dengan keterangan :
Jembatan Cigawiru terletak pada Kabupaten Sumedang, pada status ruas jalan propinsi kolektor, dengan
nomor ruas jalan 106-K (antara Cagak Sumedang) dengan nomor urut 34.
18 dari 46
No. Jembatan 3 2 1 1 3 1 0 6 K 0 0 3 4 0 0 0
Nama Jembatan Cigawiru
PENDATAAN JEMBATAN
Lokasi Jembatan dari Sumedang km 5.6
(kota asal) (dari kota asal tersebut)
anggal Pemeriksaan Nama Pemeriksa
15 Juni 2003 Asep
PILAR
5 4
6 5
7 6
8 7
9 8
10 9
Kepala Jembatan-2
Catatan :
19 dari 46
Lampiran E
(informatif)
Contoh elemen - elemen jembatan
bangunan atas
perletakan
kepala
jembatan
pilar
tipe gelagar
perletakan
20 dari 46
Lampiran F
(informatif)
Contoh Tipe Lintasan
Gambar F.1 :
Tipe lintasan sungai (S)
Gambar F.2 :
Tipe lintasan jalan (JN)
21 dari 46
Gambar F.3 :
Tipe lintasan kereta api (KA)
22 dari 46
Lampiran G
(informatif)
Contoh Tipe Bangunan Atas
23 dari 46
24 dari 46
25 dari 46
26 dari 46
27 dari 46
28 dari 46
29 dari 46
Gambar G.15 :
30 dari 46
31 dari 46
32 dari 46
33 dari 46
34 dari 46
35 dari 46
36 dari 46
Gambar G. 30 : CB
Jembatan Kabel dengan Struktur Baja
Gambar G.31 :
Struktur Jembatan Kabel
37 dari 46
38 dari 46
Lampiran H
(informatif)
Contoh Tipe Bangunan Bawah
Gambar H.1 :
Tipe Pilar C - Cap
Gambar H.2 :
Tipe Pilar P Dinding Penuh
39 dari 46
Gambar H.3 :
Tipe Pilar S Satu Kolom
Gambar H.4 :
Tipe Pilar D Dua Kolom
40 dari 46
Gambar H.5 :
Tipe Pilar T Tiga Kolom atau Lebih
41 dari 46
Lampiran I
(informatif)
Contoh Tipe Pondasi
Gambar I.1 :
Gambar I.2 :
42 dari 46
Bangunan atas
Kepala jembatan
Pondasi langsung
Tiang pancang
Gambar I.4 :
Kepala Jembatan dengan Pondasi
Tiang Pancang
Sumuran
Gambar I.5 :
Kepala Jembatan dengan Pondasi Sumuran
43 dari 46
Tiang
pancang
Gambar I.6 :
Kepala Jembatan Tipe Cap dengan Pondasi Tiang Pancang
Gambar I.7 :
Pilar Jembatan Gelagar Baja Indonesia (GBI) dengan Pondasi Tiang Ulir
44 dari 46
Lampiran J
(informatif)
Daftar nama dan lembaga
1) Pemrakarsa
Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,
Departemen Pekerjaan Umum.
2) Penyusun
Ir. Haryanto C. Pranowo, M.Eng. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan
Ir. Lanny Hidayat, M.Si. Pusat Litbang Prasarana Transportasi
Ir. Tasripin Sartiyono, M.T. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan
Ir. Yetty Nuryati, M.Soc.Sci. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan
Arif Rachman, ST. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan
Sumarno, SST. Direktorat Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan
45 dari 46