PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
radang usus, khususnya usus besar, yang meliputi karakteristik bisul atau luka
konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif biasanya
diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus.
Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar (IBS), yang
dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit
hilang timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-
ke remisi.
Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung
penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu
pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet
B. Tujuan
direncanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
yang umumny berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang
Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai
2009)
kolon, yang merupakan perluasaan dari rektum. (Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
1990.)
adalah antara usia 15 sampai 40 tahun, dan menyerang kedua jenis kelamin sama
banyak.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi
secara bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai
pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhinya usus
lemak.
B. Etiologi
hubungan familial yang jelas antara colitis ulseratif, enteritis regional dan
spondilitis ankilosa.
d. Mikobakterium.
e. Alergi.
f. Diet.
C. Anatomi Fisiologi
Anatomi berasal dari bahasa latin yaitu, Ana: Bagian, memisahkan. Tomi (tomie):
Iris, potong. Fisiologi berasal dari kata fisis (Physis): Alam atau cara
tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja.
Sistem Pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
(pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
Faring (tekak/tenggorokan)
Esofagus (kerongkongan)
Gaster (lambung)
Intestinum minor
b. Yeyenum
c. Ileum
Intestinum Mayor
a. Seikum
b. Kolon asendens
c. Kolon transversum
d. Kolon desendens
e. Kolon sigmoid
Rektum
Anus.
Kelenjar Ludah:
b. Kelenjar submaksilaris
c. Kelenjar sublingualis
Hati
Pankreas
Kandung empedu
STRUKTUR PENCERNAAN
A. Rongga Mulut
2) Untuk berbicara
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti
Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada
umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 tahun jumlahnya 20 buah dan gigi
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan
makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk mengunyah makanan yang
sudah dipotong-potong
Bagian lidah yang berperan dalam mengecap rasa makanan adalah papilla. Papilla
Lidah
Fungsi Lidah:
a) Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
d) Untuk berbicara
e) Untuk mengecap manis, asin dan pahit
Kelenjar ludah
a) Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot
pengunyah dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan melalui
duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang dihadapannya gigi molar
kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi seri
B. Faring
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
C. Esofagus
lambung dan tiap2 ujung esofagus dilindungi oleh suatu spinter yang berperan
D. Gaster
Merupakan organ otot berongga yang besar yang letaknya di rongga perut atas
Pepsi, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan peptone)
Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan
Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
Fungsi asam lambung sebagai pembunuh kuman atau racun yang masuk bersama
E. Intestinum minor
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung
dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
Nama duodenum berasal dari bahasa latin duodenum digitorum, yang berarti dua
belas jari. Duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke (jejunum). Pada usus dua belas jari terdapat dua
Jejenum (2,5 m)
Berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong". Menempati 2/5 sebelah
Ileum (3,6 m)
Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan menempati
F. Intestimun mayor
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk
a) Seikum
b) Kolon asendens
c) Kolon transversum
d) Kolon desendens
Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung
yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar.
Kolon Asendens
Kolon Transversum
Kolon desendens
Panjangnya 25 cm, Terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari atas
ke bawah.
Kolon Sigmoid
Lanjutan dari kolon desendens terletak miring, Terletak dalam rongga pelvis
dengan rektum.
G. Rektum
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
H. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar -
pembentukan abses dan deplesi dari sel-sel goblet. Dalam kasus yang berat,
submukosa mungkin terlibat; dalam beberapa kasus, makin dalam lapisan otot
Kolitis akut berat dapat mengakibatkan kolitis fulminan atau megakolon toksis,
yang ditandai dengan penipisan dinding tipis, pembesaran, serta dilatasi usus-usus
pembentukkan pseudopolip pada sekitar 15-20% dari kasus. Pada kondisi kronis
dan berat juga dihubungkan dengan resiko peningkatan prekanker kolon, yaitu
berupa karsinoma in situ atau dispalsia. Secara anatomis sebagian besar kasus
terminal disebabkan oleh katup ileocecal yang tidak kompeten. Dalam kasus ini,
Akumulasi sel T di dalam lamina propia dari segmen kolon yang mengalami
peradangan. Pada pasien dengan ulseratif colitis, ini adalah sel T sitotoksik ke
epitel kolon. Perubahan ini disertai dengan peningkatan populasi sel B dan sel
immunoglobulin E (IgE).
Biopsi sampel kolon dari pasien dengan colitis ulseratif dapat menunjukkan
PAF dirangsang oleh leukotrienes, endotoksin, atau faktor lain yang mungkin
bertanggung jawab atas peradangan mukosa, namun proses ini tidak jelas.
Respons awal colitis ulseratif adalah edema yang berlanjut pada terbentuknya
jaringan perut dan pembentukkan ulkus disertai adanya perdarahan. Lesi berlanjut,
yang terjadi secara bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses
penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai saluran kolon. Pada
kondisi ini, penipisan dinding usus atau ketebalan normal, tetapi dengan adanya
respons inflamasi local yaitu edema, serta akumulasi lemak dan hipertrofi dari
lapisan otot dapat memberikan kesan dinding usus menebal sehingga memberikan
ditutupi oleh jaringan granulasi yang selanjutnya akan merusak mukosa dan akan
pseudopolip.
E. Tanda dan Gejala
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar
yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
8. Nyeri sendi
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
gejala-gejala ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut
yang parah.
F. Penatalaksanaan
intoleransi lactose.
Terapi Obat.
(Gantrisin).
kekambuhan.
Psikoterapi
Ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien,
kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik
G. Komplikasi
2) Pioderma gangrenosa.
3) Episkleritis.
4) Uveitis.
5) Arthritis.
6) Spondilitis ankilosa.
8) Karsinoma kolon.
9) Retinitis.
10) Hemoragi.
11) Perforasi.
13) Nefrolitiasis.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa
2) Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare dapat
4) X-ray
5) Urine
inflamasi panjang.
fungsi hati.
Pengkajian
Identitas klien
Alasan masuk
Pada anamnesis, keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri abdomen,
bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran periumbilikal kiri bawah.
Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan mungkin sebagian pasien
melaporkan perasaan nyaman setelah BAB. Diare biasanye disertai darah. Pasien
Riwayat kesehatan
kondisi ringan karena colitis ulseratif adalah penyakit mukosa yang terbatas pada
kolon, gejala yang paling umum adalah pendarahan anus, diare, dan sakit perut.
Pada kondisi colitis ulseratif berat terjadi pada sekitar 10 % dari pasien, didapat
keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu tubuh, mual, muntah,
anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan. Pasien dengan colitis
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab kematiannya juga
ditanyakan.
Pengkajian spikososial
pemeriksaan fisik
muncul pada colitis ulseratif berat survey umum pasien terlihat lemah dan
kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan diare . suhun badan
pasien akan naik 38,50 C dan terjadi takikardiah. Pengkajian berat badan yang
b) Takikardial dapat mewakili anemia atau hipopolemia. Turgor kulit >3 detik
menyakitkan mata.
kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi
dan kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah.
limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal dari hepatitis autoimun terkait atau
kolangitis sklerosis
setelah nyeri dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah gejala umum yang
ditemukan pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar seperti lutut, pergelangan
kaki, pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi setiap sendi
penurunan turgor kulit dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat
muntah.
pembedahan.
Intervensi
pembedahan
kriteria evaluasi:
mengurangi nyeri.
keperawatan, meliputi:
pasien.
pascabedah.
kiri.
4).
3 (0-4).
Pemberian oksigen dilakukan untuk
peristaltic usus.
pascabedah.
pembedahan.
Intervensi Rasional
terapeutik.
Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang
kurang adekuat.
Tujuan : setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam
Kriteria evaluasi :
Intervensi Rasional
Kaji dan berikan nutrisi sesuai Pemberian nutrisi pada pasien dengan
toleransi individu.
rendah serat pada gejala obsrtuksi. untuk pasien dengan gejala obstruksi.
Resiko tinggi nutrisi kurang kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang
adekuat.
Intervensi Rasional
infeksi oral.
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
Kriteria :
Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
Intervensi Rasional
adanya riwayat penyakit lain. riwayat keracunan dan usia anak atau
muntah.
dari plasma.
klinik dan laporkan dengan tim medis. urine output secara akut perlu
asidosis metabolik.
Monitor khusus
digitalis.
atau teratasi.
Criteria evaluasi:
Intervensi Rasional
keperawatan, meliputi:
efek samping
PEMBAHASAN
Definisi
Enteritis regional atau lebih dikenal dengan penyakit Crohn adalah suatu penyakit
idiopatik dan kronis dengan proses peradangan pada intestinal yang sering
manapun dari saluran gastrointestinal dari mulut ke anus (Arif Muttaqin, 2001).
Penyakit crohn adalah proses peradangan kronis transmural yang dapat ditemukan
di salah satu bagian dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus.
Penyakit crohn merupakan satu dari dua kelainan utama inflammatory bowel disease
(IBD). Penyakit crohn dapat mengenai bagian manapun dari saluran cerna, tidak
hanya regional, merupakan penyakit multi sistem dengan manifestasi pada kulit
Penyakit Crohn adalah radang kronis dengan etiologi yang tidak diketahui, pada
usus halus sering terkena tetapi dapat mengenai seluruh bagian usus, ditandai
secara khas oleh radang transmural dengan granuloma. Usus yang menebal dan
452).
Penyakit Crohn adalah penyakit inflamasi kronis di usus yang ditandai dengan
lapisan sub mukosa dan usus halus dan usus besar (Buku Saku Patofisiologi
Corwin Elizabeth).
Penyakit Corhn adalah suatu gangguan radang kronis usus idiopatik yang
melibatkan bagian seluruh saluran pencernaan yang mana saja mulai dari mulut
Etiologi dari Penyakit Corhn belum diketahui secara pasti, namun para ahli
4) Pola makan atau makanan yang tidak sehat yang dapat menimbulkan
inflamasi
Patofisiologi
Penyebab dari penyakit Corhn masuh belum diketahui secara pasti. Beberapa
Secara mikroskopis lesi awal dimulai sebagai fokus peradangan diikuti dengan
menyelimuti semua lapisan dinding usus dan masuk kedalam mesenterium dan
kelenjar getah bening regional. Infiltrasi neutrofil ke dalam bentuk abses yang
dalam menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam dan atrofi dari usus besar.
Secara makroskopis kelainan awal dari hiperemia dan edema dari mukosa yang
terlibat. Kemudian, diskrit terbentuk ulkus limfoid dangkal dan dipandang sebagai
bintik bintik merah atau depresi mukosa. Keadaan ini dapat menjadi mendalam,
meradang.
awalnya disebabkan oleh edema dari mukosa dan spasme usus terkait. Obstruksi
biasanya bersifat intermitten dan sering reversibel setelah mendapat agen anti
inflamasi.
Pada proses lanjut halangan menjadi kronis akibat jaringan parut dan penyempitan
lumen. Manifestasi pada penyakit Corhn akan terjadi nyeri abdomen menetap dan
diare yang tidak hilang dengan defeksi. Diare terjadi pada 90% pasien. Jaringan
mentraspor produk dari pencernaan usus atas melalui lumen yang terkonstriksi,
oleh makan sehingga nyeri kram terjadi setelah makan. Untuk menghindari nyeri
jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi.
Akibatnya adalah penurunan berat badan, malnutrisi, anemia sekunder. Selain itu,
akan menghasilkan rabas pengiritasi konstan yang dialirkan ke kolon dari usus
yang tipis, bengkak, yang menyebabkan diare kronis. Kekurangan nutrisi dapat
1) Diare
Jika terjadi pada anak, bila anak terbangun pada malam hari karena diare maka
keadaan patologis
2) Nyeri perut
Bentuk nyeri perut bervariasi tergantung dari daerah usus yang terkena. Ketidak
nyamanan pada daerah perut kanan bawah biasanya pada kelainan ileum
terminalis dan sekum yang bisa diperiksa dengan palpasi. Nyeri pad daerah
umbilikal biasanya karena kelainan kolon atau kelainan usus yang difus. Biasanya
nyeri perut akibat PC bersifat persisten dan jika terjadi pada anak akan membuat
3) Perdarahan rektum
Perdarahan biasanya setelah ada ulserasi pada dinding usus dan melibatkan
4) Anoreksia
7) Demam ringan
8) Malaise
pada anak)
Penatalaksanaan
Terapi penyakit corhn dibagi menjadi 4 kategori dasar yaitu farmakologis, nutrisi,
1) Nutrisi
terapi nutrisi sangat penting. Penilaian status gizi dilakukan dengan mengukur