A. Pendahuluan
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan sebuah model PTAIN yang
sukses dalam melakukan perubahan. Perubahan STAIN Malang menjadi UIN
Malang sepertinya telah melangkahi dan jauh meninggalkan PTAIN lain yang ada
di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Imam Suprayogo, STAIN Malang
telah menembus batas imajiner: bahwa sulit bagi STAIN maupun IAIN untuk
melakukan perubahan, bahwa sulit untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu
agama, serta ungkapan pesimisme lainnya mengenai wider mandate.
Prof. Dr. Imam Suprayogo sebagai pemimpin perubahan di UIN Malang, dapat
dikategorikan sebagai pembaharu pendidikan Islam, karena telah menjadi model
dan menginspirasi PTAI lainnya untuk mengikuti perubahan yang sukses di UIN
Malang, minimal mengikuti kesuksesan perbaikan kualitas kalaulah tidak dapat
berubah menjadi UIN.
*
Dosen Mata Kuliah Perencanaan Strategik Pendidikan di Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara.
1
B. Manajemen Perubahan
2
waktu yang stabil sebelum dan setelah adanya tim kerja. Sedangkan perubahan
Beta yaitu perubahan yang terjadi dalam menilai kepercayaan. Perubahan
Gamma, yaitu perubahan yang terjadi karena manusia atau kelompok melihat
adanya faktor yang lebih penting dari yang sedang diamati.
Teori Contingency dalam Manajemen Perubahan berpendapat bahwa
keberhasilan pengambilan keputusan sangat ditentukan oleh gaya yang dianut
dalam mengelola dan mengimplementasi perubahan. Teori Contingency
(kemungkinan) mengatakan bahwa tidak hanya motivasi, komitmen, dan
partisipasi anggota organisasi yang dibutuhkan tetapi perlu menganalisis kesiapan
kedua belah pihak.
Teori Kerjasama, meyakini bahwa perubahan tidak bisa dilakukan tanpa
adanya kerjasama dari semua pihak. Teori ini mempelajari, mengapa manusia mau
memutuskan untuk bekerjasama dan bagaimana memperoleh kerjasama. Menurut
Williams (2002), orang mau bekerjasama, dikarenakan hal berikut: 1) Motivasi
memperoleh penghargaan atau khawatir mendapatkan sanksi; 2) Motivasi
kesetiaan terhadap profesi, pekerjaan, atau perusahaan; 3) Motivasi moral, karena
dengan bekerjasama dapat diterima secara moral; 4) Motivasi menjalankan
keahlian; 5) Motivasi karena sesuai dengan sikap hidup; 6) Motivasi kepatuhan
terhadap kekuasaan.
Teori-teori untuk Mengatasi Resistensi dalam Perubahan menawarkan cara
mengatasi resistensi dalam melakukan perubahan. Teori ini mengajukan enam
strategi untuk mengatasi resistensi, yaitu: Komunikasi, Partisipasi, Fasilitasi,
Negosiasi, Manipulasi, dan Paksaan. Teori ini mempunyai fleksibilitas, bahwa tiap
kelompok yang berbeda, maka teori yang digunakan juga berbeda, tergantung
tingkat resistensi.
Model Accounting-Turaround lebih menekankan kepada akuntansi dan
hukum. Teori ini menyatakan bahwa tidak semua korporat (organisasi) dapat
diselamatkan atau untuk berubah, harus ada persyaratan untuk itu, diantaranya:
adanya dukungan dari para stakeholder, masih adanya core business yang mampu
mendatangkan cashflow, adanya tim manajemen yang kokoh, sumber-sumber
pembiayaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Teori Putarhaluan
(turnaround) dapat dilakukan oleh organisasi yang mengalami penurunan karena
kerugian atau manajerial yang tidak baik. Guna melakukan perbaikan, hal pertama
yang dilakukan adalah analisis keuangan organisasi. Model Accounting-
Turaround memang sangat teknis dibandingkan delapan teori sebelumnya yang
telah dijelaskan.
Menurut Prof. Dr. Imam Suprayogo bahwa lulusan Perguruan Tinggi Islam belum
memahami sumber ajaran Islam (Al-Quran an Hadits); kemampuan berbahasa
lulusan PTAI masih rendah, khususnya Bahasa Arab dan Bahasa Inggris; lulusan
PTAI masih kurang dalam komunikasi lisan dan tulisan; lulusan PTAI belum total
menjalankan peran kepemimpinan umat; lulusan PTAI masih menghadapi
kesulitan merebut lapangan kerja yang tersedia; lulusan PTAI masih banyak
3
bergantung (dependensi) terhadap orang lain; lulusan PTAI masih rendah dalam
menguasai keilmuan yang ditekuninya.
Tidak cukup hanya dengan permasalahan dosen dan mahasiswa tersebut, Prof. Dr.
Imam Suprayogo menambahkan bahwa lambannya perubahan dan peningkatan
mutu di PTAI dikarenakan faktor-faktor berikut: Kebersihan dan keindahan
kampus belum berhasil dijaga secara maksimal, Bernuansa kantor dan suasana
serba formal, Nuansa keberagamaan kurang terasa, Wajah kampus belum
memberikan kesan sebagai taman ilmu, Belum berhasil terbangun rasa percaya
diri dan bangga terhadap kampusnya.
4
Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam minimal mampu menguasai
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam mampu berkomunikasi secara
lisan dan tulisan dengan baik.
Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam mampu menjadi pemimpin
kegiatan spiritual (Imam Sholat, Khutbah, Haji).
Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam mampu hidup mandiri secara
Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam harus mampu menguasai bidang
ilmu pilihannya.
Kampus menggambarkan penampilan Islami.
Para guru besar dan dosen menyandang kewibawaan sebagai ilmuwan.
Kepemimpinan dan manajemennya terbuka dan dinamis.
Orientasi kegiatan semua pihak ke arah pengembangan ilmu.
Pelayanan cepat, tepat, profesional dan santun.
Prestasi keseluruhan unggul.
Keinginan Prof. Dr. Imam Suprayogo terhadap profil Perguruan Tinggi Agama
Islam (UIN Malang) tersebut bisa dipastikan sama dengan IAIN di Indonesia.
Namun dalam praksisnya UIN Malang lebih sukses mewujudkan profil ideal
tersebut.
Menurut Prof. Dr. Imam Suprayogo Perubahan akan terjadi apabila: Ada ide atau
keinginan untuk berubah, Gerakan harus dimulai oleh pemimpinnya, Didukung
oleh sumber daya kekuatan pengubah, Ada pemimpin untuk menggerakkan
perubahan, Ada dukungan semua pihak. Selanjutnya, bahwa perubahan perlu
didukung sumber daya kekuatan pengubah, yaitu: Orang-orang yang memiliki
integritas tinggi terhadap perubahan, Suasana kebersamaan, Orang-orang yang
menyandang jiwa berkorban tinggi, Orang-orang yang lebih berorientasi pada
ilmu daripada ideologi.
Dalam konteks pembaharuan yang dilakukan di UIN Malang, maka Prof. Dr.
Imam Suprayogo melakukan hal berikut: Memahami internal kampus secara
menyeluruh dan mendalam, Memahami apa yang telah dilakukan oleh orang lain,
Memahami peluang dan kekuatan serta upaya membangunnya, Memahami cara
orang lain menjadi sukses, bukan sekedar kesuksesan orang lain, Membangun
keyakinan dan kepercayaan terhadap kampus ke depan, Merumuskan visi dan misi
serta tradisi yang akan dikembangkan, Melakukan konsolidasi internal maupun
eksternal, dan Membangkitkan seluruh komponen yang ada.
5
dan visi hari depan, Memberikan kepercayaan dan peran-peran secara
proporsional,serta Menyusun rencana-rencana konkrit.
E. Manajemen Syariah
Manajemen Syariah adalah perilaku yang terkait dengan nilai keimanan dan
ketauhidan (Hafidhuddin, 2003). Jika kegiatan seseorang yang tergabung dalam
sebuah lembaga didasari oleh nilai tauhid, maka dia menyadari bahwa adanya
pengawasan dari Allah. Konsep Manajemen Syariah inilah yang diterapkan oleh
Prof. Dr. Imam Suprayogo dalam melakukan perubahan STAIN Malang menjadi
UIN Malang, dan masih diterapkan selama memimpin UIN Malang. Pada gambar
Model Manajemen Pengembangan Kampus STAIN Malang / UIN Malang, dapat
dilihat bahwa segala aktifitas Civitas akademika, Visi dan Misi, Profil lulusan
bermuara kepada ridho Allah SWT. Secara transeden segala aktifitas perubahan
selalu didasarkan dan diinspirasikan pada prinsip Iman dan Amal saleh. Pada
tahap empiris, aktifitas membaca adalah salah satu langkah penting dalam
membangun kesadaran yang akan menginspirasi kebangkitan. Konsep thoharoh
(bersuci) dipaparkan oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo dengan maksud
mengeliminir resistensi (budaya negatif) terhadap perubahan (budaya positif).
Tahap yang penting adalah konsep jihad (perjuangan), dimana dibutuhkan sebuah
pengagungan tehadap Allah SWT, sabar, rela berkorban, serta kesungguhan dalam
mencapai cita-cita perjuangan. Hal penting berikutnya adalah kebersamaan.
Budaya kampus yang ingin dibangunnya, seperti: Menghargai dan
memuliakan ilmuwan, Ikhlas menjadikan seluruh warga kampus sebagai teman
perjuangan hidup, Menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan
dan istiqomah, Dinamis, inovatif sebagaimana tuntutan masyarakat yang selalu
berubah. Pola yang dibangun ini sangat memperhatikan aspek humanisme dengan
selalu menanamkan spirit ajaran Islam.
Tidak hanya dalam tataran konsep, permasalahan pembangunan fisik juga
menjadi perhatian, diantaranya adalah adalah perlunya ada rencana strategis
pembangunan: Sumber daya manusia yang handal, Mesjid, Mahad, Perpustakaan,
Laboratorium, Ruang belajar, Perkantoran (pelayanan), Pusat seni dan olahraga.
Cita-cita akhir dari konsep pengembangan yang digagas Prof. Dr. Imam
Suprayogo adalah profil lulusan yang memilki kedalaman spiritual, keagungan
akhlaq, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. Nilai-nilai manajerial yang
Islami sangat kental menjadi budaya kampus.
Gambar
6
Model Manajemen Pengembangan
Kampus STAIN Malang / UIN Malang
F. Filosofi Kepemimpinan
Berlatar belakang budaya Jawa, membuat Prof. Dr. Imam Suprayogo meresapi
kearifan lokal budaya Jawa dan menerapkan dalam gaya kepemimpinannya,
baginya seorang pemimpin haruslah berwatak: (a) Menang tanpo ngasorake; (b)
Sugih tanpo bondo; (c) Sekti tanpo aji-aji; (d) Nglurug tanpo bolo; (e) Kayungyun
dening pepoyaning kautaman. Filosofi tersebut berarti, menang tanpa membuat
lawan merasa kalah, kaya tanpa benda, sakti tanpa mantra-mantra, mendatangi
lawan sendirian, dan selalu berpegang teguh pada tujuan utama.
Bagi Prof. Dr. Imam Suprayogo, seorang pemimpin sejati harus menyadari
bahwa bawahan adalah aset utama lembaga yang bukan hanya sekedar alat, tetapi
adalah manusia yang memiliki martabat, untuk itulah bawahan harus diakui
keakuannya. Bawahan membutuhkan perhatian yang berhak mendapatkan
keadilan, kejujuran dan masa depan yang lebih baik. Seorang pemimpin harus
memilki teknik yang praktis dalam bergaul dengan bawahannya sehingga
membuat mereka nyaman dengan atasan sehingga merasa tugas berikutnya dapat
mengaktualisasi dirinya. Kepercayaan dan pendelegasian kepada bawahan adalah
kunci agar keterlibatan mereka lebih total dan dapat bertanggung jawab. Pada
dasarnya bawahan tidak suka dicurigai, diberi predikat tidak mampu dan bodoh,
apalagi tanpa ada bimbingan atasan ketika menghadapi kesulitan dalam
mengemban tugas lembaga.
7
Sebagai seorang pemimpin perubahan, Prof. Dr. Imam Suprayogo menganjurkan
kepada civitas akademika untuk berjiwa besar, kaya akan ide prakarsa dan mau
melaksanakannya, harus berani menanggung segala resiko, siap berkorban untuk
kemajuan, memilki integritas tinggi terhadap lembaga, kepemimpinan dan
manajerial modern, beriman kukuh, ber-Islam, ber-Ikhsan dalam segala
aktifitasnya.
G. Perubahan Paradigma
8
Berfokus intern organisasi Berfokus lingkungan kompetitif
Keunggulan bertahan Inovasi keunggulan kompetitif yg
berubah terus menerus
Bersaing pada pasar yang ada Bersaing pada pasar masa depan
kontemporer
Permasalahan dikotomi ilmu agama dan non agama bukanlah masalah baru, pada
masa klasik permasalahan ini sudah ditulis oleh Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.
Sains modern Barat mengenyampingkan status keilmuan keagamaan, padahal
ilmu agama tidak bisa menghindari membicarakan Tuhan, malaikat, dan
permasalahan ghaib lainnya (Kartanegara, 2005: 20). Menurut Kartanegara ilmu-
ilmu sekuler positivistik yang dikenalkan ke dunia Islam lewat imperialisme Barat
telah membuat dikotomi yang sangat kuat antara ilmu agama dan ilmu
positivistik. Permasalahan dikotomi inilah yang masih berlangsung saat ini di
sisem pendidikan Indonesia, khususnya di pesantren dan PTAI.
9
Secara tegas Al-Faruqi mengatakan bahwa umat Islam tidak bisa diharapkan
untuk bangkit kembali jika sistem pendidikannya tidak dirubah dan kesalahannya
tidak dikoreksi. Bagi Al-Faruqi yang diperlukan adalah pembaharuan terhadap
sistem lembaga pendidikan Islam. Dualisme dalam sistem pendidikan Islam yang
berlangsung hingga saat ini harus dihilangkan, dan berupaya mengintegrasikannya
dengan spirit Islam yang juga berfungsi sebagai bagian integral dari program
ideologis Islam (Faruqi, 1998)
Upaya integrasi ilmu inilah yang menjadi core business UIN Malang dengan
konsep pohon ilmu yang digagas Prof. Dr. Imam Suprayogo. Konsep pohon ilmu
ini menjadi filosofi bahkan menjadi branding UIN Malang untuk memperlihatkan
kekhasan pengembangan ilmu di UIN Malang. Prof. Dr. Imam Suprayogo
mengilustrasikan bahwa Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Pancasila, Filsafat, Ilmu
Alamiah Dasar dan Ilmu Sosial dasar sebagai akar. Sedangkan Alquran, Al-
Sunnah, Sirah Nabawiyah, Pemikiran Islam, Masyarakat Islam adalah sebagai
pohon. Selanjutnya Ilmu-ilmu: Ekonomi, Psikologi, Hukum, Teknik, MIPA,
Bahasa dan sastra, Tarbiyah sebagai cabang pohon.
G. Kesimpulan
Konsep dan praksis manajemen perubahan STAIN Malang menjadi UIN Malang
yang dilakukan oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo selalu berdasarkan pada ajaran
Islam dengan memperhatikan aspek humanisitis. Kepemimpinan thingking out of
box adalah faktor utama bagi kesuksesan Prof.Dr. Imam Suprayogo dalam
memimpin proses perubahan dan membuat perubahan di UIN Malang.
Kesuksesan UIN Malang dikarenakan adanya core business (integrasi ilmu) dan
memiliki branding image (Pohon Ilmu UIN Malang dan Kampus Islami).
10
BAHAN BACAAN
11