Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEADAAN SERTA KONDISI REFORMASI BIROKRASI

DI INDONESIA SAAT INI


Galih Rakasiwi *)

ABSTRAK
Reformasi Birokrasi adalah suatu perwujudan atas upaya dari Pemerintah untuk
mencapai tujuan The Good Governance dengan melakukan perubahan dan pembaharuan
mendasar terhadap sistem yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam
aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia aparatur. Melalui
reformasi birokrasi ini, dilakukan penataan terhadap pola kerja aparatur tidak hanya sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien dan tepat sasaran semata, melainkan juga
Reformasi Birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

1. PENDAHULUAN

Kondisi birokrasi Indonesia di era reformasi saat ini bisa dikatakan belum menunjukan
arah perkembangan yang baik, karena masih banyak ditemukan birokrat yang arogan dan
menganggap rakyatlah yang membutuhkannya, praktik KKN yang masih banyak terjadi, dan
mentalitas birokrat yang masih jauh dari harapan. Untuk melaksanakan fungsi birokrasi secara
tepat, cepat, dan konsisten guna mewujudkan birokrasi yang akuntabel dan baik, maka
pemerintah telah merumuskan sebuah peraturan untuk menjadi landasan dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi di Indonesia, yaitu Peraturan Presiden nomor 80 tahun 2011 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi Indonesia 2010-2025.

Tujuan diadakannya reformasi birokrasi sendiri adalah untuk menciptakan birokrasi


pemerintah yang profesional dengan karakteristik berintegritas, berkinerja baik, bebas dan
bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), mampu melayani publik, netral dalam
berpolitik, berdedikasi tinggi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur sipil
negara.

Adapun visi dari reformasi birokrasi telah tercantum didalam Grand Design Reformasi
Birokrasi Indonesia Tahun 2010-2025 yaitu terwujudnya pemerintahan berkelas dunia. Visi ini
juga menjadi standardisasi/acuan pemerintah dalam mewujudkan visi tersebut agar kelak
mampu menyelenggarakan manajemen pemerintahan yang berdemokratis dan bisa
menghadapi tantangan pada abad ke-21 melalui tata kelola pemerintahan yang baik.
Sedangkan misi dari reformasi birokrasi indonesia adalah :

1. Membentuk dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka


mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
2. Melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana, manajemen sumber daya
manusia aparatur, pengetatan supervisi/pengawasan kinerja aparatur, akuntabilitas,
kualitas pelayanan publik, mindset dan cultural set.
3. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif.
4. Mengelola sengketa administrasi secara efektif dan efisien.

Untuk mencapai visi dan misi serta tujuan dari reformasi birokrasi tersebut maka
ditetapkan 8 (delapan) area perubahan dan hasil yang diharapkan meliputi seluruh aspek
manajemen pemerintahan yakni sebagai berikut :

1. Organisasi
2. Tatalaksana
3. Sumber Daya Manusia Aparatur
4. Peraturan Perundang-undangan
5. Pengawasan
6. Akuntabilitas
7. Pelayanan Publik
8. Budaya Kerja Aparatur

1.1 TUJUAN PEMBAHASAN


Dengan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas, tujuan yang ingin dicapai
dalam analisis ini adalah mendeskripsikan dan mengidentifikasi teori dan konsep
birokrasi yang relevan dengan permasalahan didalam contoh kasus permasalahan
dalam birokrasi di Indonesia saat ini.
2. PEMBAHASAN

Ditengah posisi nya yang katakanlah cukup strategis, birokrasi di Indonesia


sulit menghindar dari berbagai hujatan serta kritik yang pedas dari masyarakat yaitu :
1. Buruknya pelayanan publik
2. Besarnya angka kebocoran anggaran negara
3. Rendahnya profesionalisme dan kompetensi PNS.
4. Sulitnya pelaksanaan koordinasi antar instansi.
5. Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar instansi, aturan yang
tidak sinergis dan tidak relevan dengan perkembangan saat ini.
6. Birokrasi juga dikenal enggan terhadap berbagai perubahan, eksklusif,
kaku, bermental priyayi, dan terlalu dominan sehingga hampir seluruh
urusan masyarakat Tingginya membutuhkan sentuhan-sentuhan birokrasi.
7. Tingginya biaya yang dibebankan untuk segala macam pengurusan hal-hal
tertentu baik yang berupa legal cost ataupun illegal cost, waktu tunggu yang
lama, banyaknya pintu pelayanan yang harus dilewati dan tidak
berperspektif pelanggan.

2.1 CONTOH KASUS

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara akan membuat kontrak kerja


bagi pegawai negeri sipil (PNS), di pusat maupun daerah. Hal ini akan dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme dan produktivitas pegawai

Rencana kontrak kerja ini disampaikan oleh deputi III Meneg PAN Bidang SDM
Aparatur Sunaryo Sumardji, Rabu 3 Nopember 2004 di Jakarta. Menurutnya Meneg PAN
sedang menyiapkan peraturan pemerintah (PP) mengenai penilaian prestasi kerja PNS yang di
dalamnya terdapat peraturan mengenai sasaran kerja individu (SKI). SKI ini berupa
kesepakatan pemerintah dan PNS.

SKI ini semacam janji kesanggupan pegawai untuk menyelersaikan pekerjaan masing-
masing. Isinya mengenai daftar target kerja yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh PNS
dalam waktu tertentu, kemudian dievaluasi dan dinilai apakah mencapai target atau tidak.
Miftah Toha, guru besar Ilmu Pemerintahan, dan Dedi Supriady Bratakusumah, Kepala
Pusat Pendidikan dan Latihan SPIMNAS Bidang Kepemimpinan Lembaga Administrasi
Negara, menyatakan harapannya agar Kementerian PAN menata kembali sisterm birokrasi di
Indonesia. Miftah mengatakan bahwa banyak hal yang harus dilakukan oleh Menneg PAN
dalam rangka reformasi birokrasi. Misalnya bagaimana memperbaiki kinerja pegawai negeri
dalam melaksanakan pelayanan publik, bagaimana merubah perilaku pejabat untuk
menghindarkan tindak pidana korupsi, dan menata jumlah pegawai negeri agar disesuaikan
dengan pekerjaan yang ada. Menurutnya hanya 40 persen pegawai negeri yang benar-benar
bekerja, sisanya hanya sekedar datang ke kantor tanpa melakukan pekerjaan yang berarti.
Sudah saatnya pemerintah memperbaikinya dan memiliki program untuk meningkatkan
profesionalitas dan produktivitas kinerja pegawai negeri sipil. Dalam perekrutan dan
penyelesaian CPNS, pemerintah harus mempunyai standar baku yang mesti dinilai berdasarkan
kompetensi, keahlian, serta profesionalitas mereka sehingga menghasilkan PNS yang benar-
benar dapat diandalkan. Hal senada juga diungkapkan oleh Deddy. Ia menambahkan dalam
reformasi ini harus ditinjau ulang mengenai tugas PNS di setiap lembaga. Pemerintah harus
meninjau berapa PNS yang benar-benar dibutuhkan dalam setiap institusi sehingga tidak ada
lagi yang menganggur. Menurutnya pemerintah belum menyelesaikan berbagai masalah yang
muncul seputar birokrasi secara menyeluruh dan belum terlalu memperhatikan PNS.

Dari pernyataan di atas tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan seputar PNS dan untuk meningkatkan produktivitas dan
profesionalitas PNS harus dibuat peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah tersebut tidak
hanya berisi tentang penilaian prestasi kerja namun juga harus berisi tentang standar perekrutan
dan penyeleksian CPNS. Tujuannya agar para PNS dapat bekerja lebih profesional sesuai
dengan kompetensi dan keahliannya.
2.2 ANALISIS SWOT

PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PNS

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


1. Jumlah PNS 1. Profesionalisme
yang terlalu PNS Kurang
banyak 2. Rendahnya
Kompetensi PNS
Peluang (Opportunity) Strategi SO Strategi WO
1. Jabatan tinggi Memberikan 1. Memberikan
2. Penghasilan besar kesempatan kepada pembinaan
3. Status sosial seluruh PNS untuk kepada PNS
meningkat mengembangkan untuk
profesionalisme dan meningkatkan
produktivitas setinggi profesionalisme
mungkin untuk nya.
meningkatkan karir 2. Pendidikan dan
dengan pola reward and Pelatihan bagi
punishment. PNS sesuai
bidang kerjanya.

Ancaman (Threat) Strategi ST Strategi WT


1. Tinggi nya kasus 1. Penegakan Meningkatkan
KKN aturan/hukum kompetensi dan
2. Apatisme atau mengenai produktivitas PNS agar
tingginya tingkat disiplin PNS mendapat kepercayaan
ketidakpercayaan 2. Penempatan dari masyarakat
dari masyarakat PNS sesuai
dengan tupoksi
dan latar
belakang
pendidikan nya

Anda mungkin juga menyukai