Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian

"Bersihkanlah diri kalian karena sesungguhnya Islam itu


bersih."
(HR. Ibnu Hibban)

Thaharah adalah bagian dari proses pembersihan diri dan


satu-satunya jalan utama (syarat) agar seseorang bisa
melaksanakan ibadah yang diterima Allah. Dengan
melaksanakan thaharah yang benar sesuai prinsip-prinsip yang
diajarkan dalam sumber Islam, maka thaharah akan menjadi
faktor kunci dalam mendapatkan kekhusukan shalat dan ibadah
lainnya. Di sinilah pentingnya thaharah untuk diperhatikan oleh
setiap pribadi muslim.
Dalam Islam, thaharah tidak hanya diartikan sebagai ibadah
lahiriah semata, melainkan ibadah batiniah yang mempunyai Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
hikmah dan manfaat besar dalam membersihkan jiwa, mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
membentuk moralitas yang suci sesuai dengan kepribadiaan sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
seorang Muslim, dan membentuk tatanan masyarakat yang sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
sehat. Wudhu yang baik akan membuat mental kita super sehat mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
dan lebih siap untuk menghadapi kepada Allah. kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
syara atau istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
yang ditentukan oleh syariat islam. menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
dilakukan dalam beberapa macam ibadah. Seperti dalam QS Al- bersyukur.
maidah ayat : 6
1 2
)(
2. Bersuci Batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari
Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang kotoran batin berupa dosa dan perbuatan maksiat
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. seperti iri, dengki, takabur, dll.
Cara membersihkannya dengan taubatan
Apabila badan, tempat, atau perlengkapan lain terkena najis, nashoha yaitu memohon ampun dan berjanji tidak
hendaknya dibersihkan amendapat kesehatan dan akan akan mengulanginya lagi.
disenangi oleh sesamanya.Allah SWT mencintai orang-orang
yang membersihkan diri serta lingkungannya.
C. MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

B. Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : sesuatu. Untuk bersuci misalnya, kita tidak hanya bisa
menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah, batu,
1. Bersuci Lahiriah kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan
air jika tidak ditemukan.
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus
membersihkan diri, tempat tinggal dan lingkungan dari memperhatikan air yang boleh dan tidak boleh digunakan untuk
segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri bersuci.
dari najis adalah membersihkan badan, pakaian atau
tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya.
(QS Al-Muddassir ayat : 4)

[74:4] dan pakaianmu bersihkanlah.

3 4
4 2
2
1. Macam-macam air.
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah :
a. Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan,
yaitu air : 3. Air laut
1. Air hujan

4. Air sungai.
2. Air sumur

5 6
6 7
4 2
2
5. Air danau/ telaga 7. Air embun.

6. Air salju
QS Al- Anfal ayat : 11

Artinya : (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk


sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-
gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan
memperteguh denganya telapak kaki(mu).
b. Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu
air yang halal untuk diminum tapi tidak dapat
digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup,
7 air kelapa dll.
8
9
2
D. CARA-CARA THAHARAH
c. Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air
matahari dalam bejana selain emas dan perak. Air ini seperti berwudhu dan mandi junub atau mandi wajib. Ada juga
makruh digunakan untuk bersuci. bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan
kayu (tissue atau kertas itu masuk kategori kayu) yaitu dengan
d. Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk beristinja.
bersuci. Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci
walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnany. 1. Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya.
a. Najis ringan (najis mukhafafah)
e. Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis.
Baik yang sudah berubah rasa, warna dan baunya
maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang
sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter
menurut ulama kontemporer).

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air


kencing bayi laki-laki yang belum makan apapun kecuali air
susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara
membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air
kebagian yang terkena najis.
9 10
b. Najis sedang (najis mutawassitah) c. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang


Najis sedang adalah semua najis yang idak
kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
termasuk dua macam najis di atas (mugallazah dan
(qati) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya
mukhaffafah). Najis mutawassitah ada dua, yaitu
yaitu dengan menghilangkan barang najisnya terlebih
mutawassitah hukmiyyah dan mutawassitah ainiyah.
dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak
1) mutawassitah hukumiyyah adalah najis yang
diyakini adanya tetapi tidak ada bau, rasa, ataupun
wujudnya, seperti kencing yang sudah kering. Cara
menyucikannya cukup disiram air diatasnya.
2) mutawassitah ainiyah adalah najis yang masih ada
wujud, bau, atau pun rasa. Cara menyucikannya adlah
dibasuh samapai hilang wujud, bau, ataupun rasa
(kecuali jika sangat susah dihilangkan). tujuh kali dan salah satunya dengan tanah atau batu.
Artinya : Katakanlah! Tiadalah aku peroleh
dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
11 12
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang Shahihain juz 1, hal. 526: Ini adalah hadits shahih, rijalnya (para
mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua periwayatnya) adalah rijal Shahih al-Bukhari)
itu kotor (rijsun). (QS Al-Anaam [6] : 145)
Adapun najisnya kencing manusia dijelaskan dalam
hadits Ibnu Abbas radliyallahuanhuma yang diriwayatkan di
E. Selain itu ada macam-macam najis dari sumber lain, dalam Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim)
yaitu sebagai berikut : tentang dua orang penghuni kubur yang diazab. Dikatakan oleh
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam :
1. Kotoran (tahi) dan kencing manusia
Adapun salah satu dari keduanya tidak membersihkan dirinya
Najisnya kotoran manusia diisyaratkan dalam hadits dari kencingnya. (HR. Bukhari no. 216, 218, 1361, 1378 dan
yang diriwayatkan dari sahabat yang mulia, Abu Said al-Khudri Muslim no. 292)
radliyallahuanhu. Beliau menceritakan bahwasanya Rasulullah
alaihish Shalatu Wasallam pernah shalat bersama para Masalah kenajisan kotoran dan kencing manusia ini banyak
shahabatnya dalam keadaan mengenakan sandal namun tiba-tiba ataupun sedikit- disepakati oleh ulama. Adapun Abu Hanifah
beliau melepas sandalnya dan meletakkannya di sebelah kiri dalam masalah kencing beliau berpendapat, jika didapati
beliau dan perbuatan ini diikuti oleh para shahabat. Ketika kencing setitik jarum, maka ini tidak memudharatkan. Namun
selesai shalat beliau mempertanyakan perbuatan para sebagaimana diterangkan di atas, kencing manusia baik banyak
shahabatnya tersebut dan memberitahukan alasan beliau ataupun sedikit adalah najis, dengan dalil yang jelas dan terang,
melepas sandal karena Jibril mengabarkan bahwa di sandal serta merupakan kesepakatan ulama sebagaimana disebutkan
beliau ada kotoran dan beliau bersabda: Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim. Sedangkan
apa yang datang dari Abu Hanifah adalah pendapat yang
Apabila salah seorang dari kalian datang ke masjid, hendaklah tertolak.
dia membalikkan dan melihat sandalnya. Apabila ia melihat ada
kotoran (tahi) padanya, hendaknya digosokkan ke tanah Lain halnya dengan kencing anak kecil laki-laki yang
kemudian dipakai untuk shalat. (Diriwayatkan oleh Imam masih menyusu dan belum makan makanan tambahan kecuali
Ahmad dan berkata Syaikh Muqbil rahimahullah tentang hadits kurma untuk tahnik (tahnik adalah mengunyah sesuatu -dalam
ini dalam karya beliau al-Jamiush Shahih Mimma Laysa fish hal ini kurma- sampai lumat kemudian dimasukkan/digosok-
gosokkan ke langit-langit mulut bayi yang baru lahir) dan madu

13 14
untuk pengobatan. Kebanyakan para ibu mengatakan bahwa itu mereka ada yang mengatakan bahwa kotoran hewan baik yang
bukan najis sehingga mereka bermudah-mudah dalam hal ini. dimakan dagingnya maupun tidak adalah najis, sebagaimana
pendapat jumhur ulama dan Syafii. Sebagian yang lain
Walaupun memang di sana ada perselisihan ulama dalam berpendapat, yang najis hanya kotoran hewan yang tidak
masalah najisnya kencing anak laki-laki yang dalam keadaan dimakan dagingnya. Sementara pendapat yang lain dari
seperti ini, akan tetapi pendapat yang kuat menyatakan bahwa kalangan ulama dan wallahu taala alamu bish-shawab ini
kencing anak laki-laki yang masih menyusu dan belum makan adalah pendapat yang kuat, pada asalnya semua kotoran hewan
makanan tambahan itu najis, sebagaimana dinyatakan Imam suci, kecuali ada nash yang mengatakan najis, maka barulah
Nawawi rahimahullah dalam Syarah Muslim, namun najisnya dikatakan najis. Ini merupakan pendapat Ibnul Mundzir, dan
ringan. Dalil keringanannya diisyaratkan dengan ringannya cara dinukilkan oleh Imam an-Nawawi dalam al-Majmu Syarhul
membersihkannya seperti dalam hadits Ummu Qais bintu Muhadzdzab bahwa ini adalah perkataan Dawud azh-Zhahiri,
Mihshan yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (no. 223) dan Ibrahim an-Nakhai dan asy-Syabi. Pendapat ini juga didukung
Imam Muslim (no.287) : oleh al-Imam Asy-Syaukani di dalam kitab-kitab beliau,
diantaranya Nailul Authar dan ad-Daraari.
Ummu Qais bintu Mihshan al-Asadiyah membawa anaknya
yang masih kecil dan belum makan makanan kepada Rasulullah Dengan apa yang telah diterangkan di atas, maka jelaslah bahwa
shallallahu alaihi wasallam, lalu Rasulullah mendudukkan anak tidak semua yang kotor pada wujudnya itu najis, kecuali ada
itu di pangkuannya. Kemudian anak itu kencing di baju beliau. nash yang menerangkan kenajisannya. Misalnya tahi cicak,
Maka Rasulullah meminta air dan mengguyurkannya ke bajunya tidak ada nash yang menunjukkan kenajisannya, maka itu bukan
(hingga air menggenangi bekas kencing tersebut) dan tidak najis. Namun bila dikatakan kotoran (sesuatu yang kotor) maka
mencucinya. (Dalam lafaz lain: lalu beliau menuangkan air ke tahi cicak itu memang termasuk kotoran.
atas bekas kencing tersebut).
Hal lain yang berkaitan dengan masalah ini adalah kencing unta.
Walaupun najis tersebut ringan, namun masih tetap harus Sebagaimana kita ketahui, kencing unta adalah kotoran, namun
dibersihkan dengan mengguyurkan air padanya sesuai dengan bukan najis. Bahkan didapati riwayat dari Anas bin Malik
apa yang bisa kita lihat pada hadits di atas. radliyallahuanhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
Wasallam memerintahkan untuk minum air kencing unta,
Adapun dalam masalah kotoran dan kencing hewan, kita akan sebagaimana termaktub dalam Shahihain (Shahih Bukhari no.
mendapatkan adanya perselisihan di kalangan ulama. Diantara 233) dan Shahih Muslim no. 1671) dan lainnya :
15 16
Sekelompok orang dari Bani Akl atau Bani Urainah datang radliyallahu anhu ketika Ali menyuruh seorang shahabi,
menemui Nabi namun mereka merasa tidak betah tinggal di Miqdad ibnul Aswad, untuk menanyakan tentang madzi ini
Madinah karena sakit yang menimpa mereka maka Rasulullah kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Beliau
shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar didatangkan menjawab :
seekor unta betina yang banyak susunya dan menyuruh mereka
minum air kencing dan susunya. Lalu mereka beranjak Hendaknya dia mencuci kemaluannya dan berwudhu.
melakukannya. Ketika telah sehat, mereka membunuh
penggembala ternak Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Ibnu Daqiqil Id rahimahullah mengatakan dalam Ihkamul
meminum susu ternak itu. Datanglah berita tentang peristiwa itu Ihkam: Dari hadits ini diambil dalil tentang najisnya madzi, di
menjelang siang sehingga Rasulullah memerintahkan untuk mana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam memerintahkan
mengikuti jejak mereka. Pada siang harinya mereka didatangkan untuk mencuci kemaluan yang terkena madzi tersebut.
ke hadapan Nabi, lalu beliau memerintahkan agar dipotong
tangan dan kaki mereka, dicungkil matanya, dan dilemparkan ke Satu hal yang perlu kita ketahui, madzi ini menimpa laki-laki
tengah padang pasir yang panas. Mereka meminta-minta maupun wanita, namun lebih sering dan kebanyakan terjadi pada
minum, namun tidak diberi minum. wanita seperti yang dikatakan Imam Nawawi rahimahullah
dalam Syarah Muslim.
2. Madzi
3. Wadzi
Madzi adalah cairan yang hampir mirip dengan mani.
Bedanya, madzi lebih tipis (encer) dan tidak pekat. Keluarnya Wadzi adalah cairan yang keluar setelah kencing atau
madzi ini tidak terasa dan keluar ketika seseorang bersyahwat saat mengejan setelah buang air besar. Hukum wadzi sama
sebelum dia bercampur dengan istrinya (jima) atau di luar dengan madzi atau kencing, yaitu najis. Bahkan Imam an-
jima. Nawawi rahimahullahu taala di dalam kitab beliau al-Majmu
menukilkan ijma (kesepakatan) bahwa wadzi itu najis. Beliau
Kaum muslimin bersepakat bahwa madzi itu najis, sebagaimana mengatakan, Telah bersepakat umat ini tentang najisnya madzi
dinukilkan Imam an-Nawawi dalam al-Majmu. Juga datang dan wadzi.
dalil yang menunjukkan najisnya madzi dalam hadits yang
dikeluarkan oleh Imam Bukhari (hadits no. 269) dan Imam
Muslim (hadits no. 303) rahimahumallah dari hadits Ali

17 18
4. Darah Haid dan Nifas menukilkan adanya ijma` dalam hal ini. Adapun darah nifas,
hukumnya sama dengan darah haid.
Darah haid dan nifas adalah dua hal yang secara umum
dijumpai oleh kaum wanita. Namun mungkin ada di kalangan 5. Bangkai
mereka yang belum mengetahui, apakah darah haid dan nifas
termasuk najis atau bukan, sementara ini adalah perkara yang Begitu pula halnya dengan bangkai, ulama sepakat
sangat penting bagi mereka. tentang kenajisannya sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu
Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid, juga Imam Nawawi dalam Al
Telah datang dalil yang menunjukkan kenajisan darah haid Majmu.
dalam hadits Asma bintu Abi Bakr radliyallahu anha. Beliau
menceritakan : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :

Seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu Apabila kulit telah disamak maka itu merupakan pensuciannya.
alaihi wasallam. Ia berkata, Ya Rasulullah, jika salah seorang (HR. Muslim no. 105)
dari kami terkena darah haid pada pakaiannya, apa yang harus
ia lakukan? Maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam Dari hadits di atas dipahami bahwa kulit hewan yang telah mati
bersabda, Apabila darah haid mengenai pakaian salah (bangkai) itu najis sehingga bila ingin disucikan harus disamak
seorang dari kalian, hendaknya dia mengeriknya lalu terlebih dahulu. Apabila kulitnya saja dihukumi najis maka
membasuhnya, kemudian ia shalat memakai pakaian tersebut. tentunya bangkainya lebih utama lagi untuk dihukumi akan
(Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari no. 330, 331 kenajisannya.
dan Muslim no.110 )
Dikecualikan dari bangkai ini adalah :
Berkata Imam As Shan`ani rahimahullah di dalam Subulus
Salam setelah membawakan hadits di atas: Hadits ini 1. Bangkai manusia dengan keumumam sabda Nabi Shallallahu
merupakan dalil yang menunjukkan najisnya darah haid. alaihi Wasallam:

Kaum muslimin sendiri telah bersepakat bahwa darah haid itu Sesungguhnya mukmin itu tidak najis. (HR. Bukhari no. 283 dan
najis dengan nash yang ada ini dan Imam an-Nawawi Muslim no. 371)

2. Bangkai hewan laut dengan dalil firman Allah ta`ala :


19 20
Dihalalkan bagi kalian binatang buruan dari laut dan makanan memerintahkan untuk memperbaiki makanan yang ada, tidak
dari hasil laut (Al Maidah : 96) merusakkannya. (Subulus Salam)

Imam Thabari menukilkan dari Ibnu Abbas rahimahumullah Ketiga point di atas sebenarnya ada perselisihan pendapat
tafsir dari ayat di atas, yakni yang dimaksud dengan
adalah tentang kenajisannya, namun pendapat yang kuat dengan dalil
binatang laut itu diambil dalam keadaan hidup dan adalah yang ada, ketiganya bukanlah najis, wallahu ta`ala a`lam
binatang itu diambil dalam keadaan mati (telah menjadi bishawwab.
bangkai) .
Dikutip dari: http://www.asysyariah.com Penulis : Al-Ustadz
Dalam hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda Muslim Abu Ishaq al-Atsary Judul: NAJIS Mudah
: Dijumpai,Jarang Dikenali

Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (Hadits shahih Hukum Asal Segala Sesuatu Itu Suci
diriwayatkan Ashabus Sunan dan dishahihkan Syaikh Albani
dalam kitab beliau Ash Shahihah 1/480) Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :

3. Setiap hewan yang tidak memiliki darah yakni darahnya tidak Setiap yang halal itu suci
mengalir ketika hewan itu dibunuh atau terluka seperti lalat,
belalang, kalajengking dan lainnya. Berdalil dengan hadits : Setiap yang najis itu haram

Apabila jatuh lalat dalam bejana salah seorang dari kalian Tidaklah setiap yang haram itu najis (Asy Syarhul Mumti,
maka hendaklah ia mencelupkan lalat tadi ke dalam air 1/77)
kemudian dibuangnya. (HR. Bukhari no. 3320)
Menyambung pembicaraan kami dalam edisi terdahulu
Imam Ash Shan`ani rahimahullah berkata: Dimaklumi bahwa tentang pembahasan najis yang sepanjang pengetahuan kami
lalat akan mati apabila jatuh ke dalam air ataupun makanan kenajisannya disepakati oleh ulama , maka dalam edisi kali ini
terlebih lagi apabila makanannya dalam keadaan panas. Maka kami akan memaparkan apa-apa yang sepanjang pengetahuan
sendainya lalat itu menajisi makanan tersebut niscaya makanan kami diperselisihkan masalah kenajisannya, disertai dengan
tersebut rusak sedangkan Nabi Shallallahu alaihi Wasallam penjelasan mana yang rajih (kuat) dari perselisihan itu, apakah
itu najis atau bukan najis, wallahu al muwaffiq.
21 22
mengatakan : Karena air liur itu keluar dari mulut anjing (yang
dia itu najis) maka seluruh tubuhnya lebih utama lagi untuk
Air liur anjing dihukumi kenajisannya.

Telah datang riwayat dalam shahihain dan selain Dan yang lainnya mengatakan air liur anjing bukan najis, adapun
keduanya dari kitab-kitab hadits, menyebutkan hadits Abu perintah mencucinya adalah sekedar perkara ta`bbudiyah
Hurairah radliallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi (ibadah) bukan karena kenajisannya. Ini merupakan pendapat
wasallam bersabda : yang dipegangi Imam Malik dan yang lainnya.

Apabila anjing minum dari bejana salah seorang dari kalian


hendaklah ia mencucibejana tadi sebanyak tujuh kali.) (HR.
Bukhari no. 172 dan Muslim no. 279)

Dalam riwayat Muslim ada tambahan : Mani

cucian yang pertama dicampur dengan tanah. Ada dua pendapat dalam masalah mani ini. Pendapat
pertama mengatakan najis sedang pendapat kedua mengatakan
Pencucian yang disebutkan dalam hadits di atas menunjukkan yang sebaliknya, mani itu suci. Yang kuat dalam hal ini adalah
najisnya air liur anjing dan pendapat inilah yang rajih (kuat) pendapat yang mengatakan sucinya mani dan ini dipegangi oleh
sebagaimana yang dipegangi oleh Abu Hanifah, Ats Tsauri, satu Imam Ahmad, Syafi`i dan selain keduanya. Dan pendapat inilah
riwayat dari Ahmad, Ibnu Hazm, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang rajih. Imam Nawawi rahimahullah berkata: Kebanyakan
dan yang lainnya. Pendapat ini dikuatkan pula oleh Syaukani di ulama berpendapat mani itu suci. (Syarah Shahih Muslim juz
dalam kitab-kitabnya. 3, hal 198).

Sebagaimana yang kami sebutkan di atas bahwa di dalam Mereka berdalil dengan hadits Aisyah radliallahu anha yang
permasalahan najis yang kami bahas di sini ada perselisihan, hanya mengerik bekas mani yang telah mengering pada pakaian
maka demikian juga masalah air liur anjing ini. Di sana ada pula Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tanpa mencucinya.
pendapat yang lain. Sebagian ahlul ilmu berpendapat seluruh (sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
tubuh anjing itu najis. Ini merupakan pendapat jumhur ulama shahihnya no. 288, 290). Walaupun didapatkan pula riwayat
dengan berdalil hadits yang telah disebutkan di atas. Mereka

23 24
Aisyah radliallahu anha mencuci bekas mani yang menempel menengok pembahasan yang dipaparkan Syaikh Albani
pada pakaian beliau shallallahu alaihi wasallam rahimahullah: (Mereka yang berpendapat najisnya darah)
(sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya no. juga menyelisihi hadits Al Anshari yang dipanah oleh seorang
229, 230, 231, 232 dan Muslim no. 289) musyrik ketika ia sedang shalat malam. Maka ia mencabut anak
panah yang menancap di tubuhnya. Lalu ia dipanah lagi dengan
Namun kedua riwayat ini tidak saling bertentangan tiga anak panah, namun ia tetap melanjutkan shalatnya dalam
(riwayat mengerik atau mencuci). Hal ini dikatakan oleh Al keadaan darah terus mengucur dari tubuhnya, sebagaimana
Hafidz Ibnu Hajar Al Atsqalani rahimahullah : Hadits yang yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara mu`allaq
menunjukkan dicucinya bekas mani yang menempel pada (terputus sanadnya dari Imam Bukhari sampai kepada perawi
pakaian dan hadits yang menunjukkan dikeriknya mani tersebut hadits) dan secara maushul (bersambung sanadnya) oleh Imam
tidaklah saling bertentangan karena bisa dikumpulkan antara Ahmad dan selainnya, dishahihkan dalam Shahih Sunan Abu
keduanya dengan jelas bagi yang berpendapat sucinya mani. Daud (no. 193). Hadits ini dihukumi marfu` (sampai kepada
Hadits tentang mencuci dibawa kepada hukum istihbab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) karena mustahil beliau
(disenanginya mencuci bekas mani yang menempel pada shallallahu alaihi wasallam tidak memperhatikan hal ini.
pakaian) dalam rangka kebersihan bukan karena kewajiban. Ini
merupakan cara yang ditempuh oleh Imam Syafi`i, Ahmad dan Seandainya darah yang banyak itu membatalkan wudhu niscaya
ashabul hadits . (Fathul Bari juz 1 hal. 415) beliau shallallahu alaihi wasallam akan menerangkannya,
karena tidak boleh menunda keterangan pada saat diperlukan
Berkata Imam Nawawi rahimahullah: Seandainya mani itu sebagaimana hal ini diketahui dari kaidah ilmu ushul. Kalau
najis niscaya tidak cukup menghilangkannya dengan sekedar dianggap Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak mengetahui
mengerik. (Syarah Shahih Muslim juz 3, hal. 198) perbuatan shahabatnya tersebut maka tidak ada sesuatupun di
langit maupun di bumi yang tersembunyi dari Allah ta`ala.
Darah Seandainya darah tersebut najis atau membatalkan wudhu
niscaya Allah akan mewahyukan kepada Nabi-nya sebagaimana
Yang kita maksudkan dalam pembahasan ini adalah hal ini jelas tidak tersembunyi bagi seorang pun. Pendapat ini
selain darah haid dan nifas yang disepakati kenajisannya dipegangi oleh Imam Bukhari sebagaimana pemaparan beliau
sebagaimana telah kami paparkan dalam pembahasaan terhadap sebagian atsar yang mu`allaq, yang diperjelas oleh Ibnu
terdahulu.. Memang dalam perkara ini juga terdapat perselisihan Hajar dalam Fathul Bari dan ini merupakan pendapatnya Ibnu
namun yang rajih/kuat darah itu suci. Ada baiknya kita Hazm.

25 26
Kemudian beliau berkata: Adapun pembahasan masalah ini Kemudian beliau melanjutkan :
dari sisi fiqih, bisa ditinjau sebagai berikut:
Kedua: Membedakan antara darah yang sedikit dengan darah
Pertama: Menyamakan darah haid dengan darah yang lainnya yang banyak (najis atau tidaknya), walaupun pendapat ini telah
seperti darah manusia dan darah dari hewan yang dimakan didahului oleh para imam, maka tidak ada dalil yang
dagingnya adalah kesalahan yang jelas sekali dari dua sisi ; menunjukkannya bahkan hadits Al Anshari membatalkan
pendapat ini. (Lihat Tamamul Minnah hal, 51-52).
1. Tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut dari Al Quran
dan As Sunnah, sementara hukum asal darah terlepas dari
anggapan najis kecuali ada dalil.
Orang kafir
2. Penyamaan seperti itu menyelisihi keterangan yang datang di
dalam As Sunnah. Adapun darah seorang muslim secara khusus Ibnu Hazm dan orang-orang dari kalangan ahlu dhahir
ditunjukkan dalam hadits Al Anshari yang berlumuran darah berpegang dengan apa yang dipahami dari hadits Rasulullah
ketika shalat dan ia tetap melanjutkan shalatnya. Sedangkan shallallahu alaihi wasallam :
darah hewan ditunjukkan dalam riwayat yang shahih dari Ibnu
Mas`ud radliallahu anhu, dia pernah menyembelih seekor unta Sesungguhnya orang islam itu tidak najis (HR. Bukhari no.
hingga ia terkena darah unta tersebut berikut kotorannya, lalu 283 dan Muslim no.371)
diserukan iqamah maka ia pun pergi menunaikan shalat dan
tidak berwudhu lagi. (Riwayat Abdurrazzaq Al Mushannaf Untuk menyatakan orang kafir itu najis tubuhnya dan mereka
1/125, Ibnu Abi Syaibah 1/392, Ath Thabrani Mu`jamul Kabir perkuat pendapat ini dengan firman Allah ta`ala dalam surat At
9/284 dengan sanad yang shahih darinya. Dan diriwayatkan juga Taubah ayat 28 :
oleh Al Baghawi Al Ja`diyaat 2/887/2503).
Hanyalah orang-orang musyrik itu najis. (QS. At Taubah :
Uqbah meriwayatkan dari Abi Musa Al Asy`ari: Aku tidak 28)
peduli seandainya aku menyembelih seekor unta hingga aku
Namun jumhur ulama membantah pendapat ini dengan
berlumuran dengan kotoran dan darahnya. Lalu aku shalat tanpa
menyatakan bahwa yang dimaksud oleh hadits Nabi shallallahu
aku menyentuh air. Dan sanad atsar dari Abu Musa ini dlaif
alaihi wasallam adalah seorang muslim itu suci anggota
(lemah).
tubuhnya karena ia terbiasa menjauhkan dirinya dari najis,
27 28
adapun orang musyrik tidak menjaga diri dari najis. Sedang yang Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar ,
dimaksud dengan ayat di atas adalah orang musyrik itu najis judi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan
dalam hal keyakinannya dan dalam kekotorannya. panah adalah rijs dari perbuatannya setan. (QS. Al Maidah
: 90)
Juga dengan dalil bahwasanya Allah Ta`ala dalam Al Quran
membolehkan kaum muslimin menikahi wanita ahlul kitab Mereka memaknakan rijs di sini dengan najis, namun yang benar
sementara seorang suami yang menyetubuhi istrinya tentunya dari pendapat yang ada, khamar bukanlah najis dan ini
tidak bisa lepas dari bersentuhan dengan keringat istrinya, merupakan pendapatnya Rabi`ah Ar Rayi, Al Laits, Al Muzani,
bersamaan dengan itu tidak diwajibkan atas si suami untuk Syaukani, Syaikh Albani, Syaikh Ibnu Utsaimin dan selain
bersuci karena bersentuhan dengan istrinya, namun mandinya mereka.
wajib karena jima`. Juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
pernah berwudhu dari tempat air minum wanita musyrikah dan Adapun yang dimakud dengan ayat Allah dalam surat Al
diikatnya Tsumamah bin Atsal di masjid ketika masih musyrik, Maidah di atas, kata Imam Syaukani rahimahullah : Tatkala
dan lain sebagainya. (Fathul Bari 1/487, Nailul Authar 1/45, khamar di sini digandengkan penyebutannya dengan dan
Sailul Jaraar 1/38,39, Asy Syarhul Mumti` 1/383) maka kata yang menyertai ini memalingkan makna rijs
(dalam ayat) kepada selain najis yang syar`i. (Ad Darari, hal.
Dan pendapat jumhur inilah yang rajih. 20)

Khamar Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga menerangkan tentang


makna ayat dalam surat Al Maidah ini bahwa yang dimaksud
Khamar adalah segala sesuatu yang memabukkan baik najis di sini adalah najis maknawi (secara makna) bukan najis
terbuat dari anggur, kurma, gandum atau yang selainnya. hissiyah (indrawi) dari dua sisi :
Khamar ini haram hukumnya sebagaimana ditunjukkan dalam
Al Quran, As Sunnah dan ijma` (kesepakatan) kaum muslimin. 1. Khamar disertakan dengan , dan dan najis
Lalu apakah khamar ini najis ? di sini secara maknawi.

Jumhur ulama berpandangan khamar ini najis berdalil ayat Allah 2. Sesungguhnya rijs di sini dikaitkan dengan firman-Nya : ((
subhanahuwa ta`ala : )) sehingga maknanya rijs amali (perbuatannya)

29 30
bukan rijs `aini (bendanya yang najis) yang dengannya semua F. BERWUDHU
perkara ini dihukumi najis.
Tata cara berwudhu sesuai sunnah Rosul adalah sebagai berikut
Muntah manusia
1. Memulai wudhu dengan niat.
Niat artinya menyengaja dengan kesungguhan hati untuk
Yang rajih muntah manusia itu tidak najis karena tidak ada dalil
mengerjakan wudhu karena melaksanakan perintah Allah
yang menyatakan kenajisannya. Adapun pendapat yang subhanahu wataala dan mengikuti perintah Rasul-Nya
mengatakan muntah itu najis telah dibantah oleh Imam Syaukani Shallallahu alaihi wa Salam.
rahimahullah dalam kitabnya Sailul Jaraar (1/43). Beliau
menyatakan: Aku telah menyebutkan padamu di awal kitab Ibnu Taimiyah berkata: Menurut kesepakatan para imam kaum
Thaharah bahwa segala sesuatu itu hukum asalnya adalah suci muslimin, tempat niat itu di hati bukan lisan dalam semua
dan tidak bisa berpindah dari hukum asalnya ini kecuali dalil masalah ibadah, baik bersuci, shalat, zakat, puasa, haji,
memerdekakan budak, berjihad dan lainnya. Karena niat adalah
yang memindahkannya benar (shahih) dan pantas untuk
kesengajaan dan kesungguhan dalam hati. (Majmuatu ar-
dijadikan argumen lebih kuat ataupun seimbang. Bila kita Rasaaili al-Kubra, I/243)
dapatkan dalil tersebut maka tentunya baik sekali, namun kalau
kita tidak mendapatkannya wajib bagi kita untuk tawaqquf
(berdiam diri) di tempat yang kita dilarang untuk berbicara 2. Tasmiyah (membaca bismillah)
tentangnya. Kemudian kita katakan kepada orang yang Beliau memerintahkan membaca bismillah saat memulai
menganggap muntah itu najis bahwasanya dengan anggapannya wudhu. Beliau bersabda:
ini berarti :
Tidak sah/sempurna wudhu sesorang jika tidak menyebut nama
Allah, (yakni bismillah) (HR. Ibnu Majah, 339; Tirmidzi, 26;
Allah subhanahu wa ta`ala telah mewajibkan kepada hamba- Abu Dawud, 101. Hadits ini Shahih, lihat Shahih Jamiu ash-
Nya suatu kewajiban. Shaghir, no. 744).

Muntah yang dikatakan najis itu harus dicuci Abu Bakar, Hasan Al-Bashri dan Ishak bin Raahawaih
mewajibkan membaca bismillah saat berwudhu. Pendapat ini
Tercegah keabsahan shalat dengan adanya muntah itu. diikuti pula oleh Imam Ahmad, Ibnu Qudamah serta imam-
imam yang lain, dengan berpegang pada hadits dari Anas
tentang perintah Rasulullah untuk membaca bismillah saat
berwudhu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda:
31 32
Berwudhulah kalian dengan membaca bismillah! (HSR. Demikian pula Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam
Bukhari, I: 236, Muslim, 8: 441 dan Nasai, no. 78) menganjurkan untuk bersungguh-sungguh menghirup air ke
hidung, kecuali dalam keadaan berpuasa, berdasarkan hadits
Dengan ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam: Laqith bin Shabrah. (HR. Abu Dawud, no. 142; Tirmidzi, no. 38,
Berwudhulah kalian dengan membaca bismillah maka Nasai )
wajiblah tasmiyah itu. Adapun bagi orang yang lupa hendaknya
dia membaca bismillah ketika dia ingat. Wallahu alam.
5. Membasuh muka sambil menyela-nyela jenggot.
Yakni mengalirkan air keseluruh bagian muka. Batas
3. Mencuci kedua telapak tangan muka itu adalah dari tumbuhnya rambut di kening sampai
Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam mencuci jenggot dan dagu, dan kedua pipi hingga pinggir telinga.
kedua telapak tangan saat berwudhu sebanyak tiga kali. Sedangkan Allah memerintahkan kita:
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam juga membolehkan
mengambil air dari bejancdengan telapak tangan lalu mencuci Dan basuhlah muka-muka kamu. (Al-Maidah: 6)
kedua telapak tangan itu. Tetapi Rasulullah melarang bagi orang
yang bangan tidur mencelupkan tangannya ke dalam bejana Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Humran bin
kecuali setelah mencucinya. (HR. Bukhari-Muslim) Abaan, bahwa cara Nabi Shallallahu alaihi wa Salam
membasuh mukanya saat wudhu sebanyak tiga kali. (HR
4. Berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung Bukhari, I/48), Fathul Bari, I/259. no.159 dan Muslim I/14)
Yaitu mengambil air sepenuh telapak tangan kanan lalu
memasukkan air kedalam hidung dengan cara menghirupnya Setalah Nabi Shallallahu alaihi wa Salam membasuh mukanya
dengan sekali nafas sampai air itu masuk ke dalam hidung yang beliau mengambil seciduk air lagi (di telapak tangan), kemudian
paling ujung, kemudian menyemburkannya dengan cara dimasukkannya ke bawah dagunya, lalu ia menyela-nyela
memencet hidung dengan tangan kiri. Beliau melakukan jenggotnya, dan beliau bersabda bahwa hal tersebut
perbuatan ini dengan tiga kali cidukan air. (HR. Bukhari- diperintahkan oleh Allah subhanahu wataala. (HR. Tirmidzi
Muslim. Abu Dawud no. 140) no.31, Abu Dawud, no. 145; Baihaqi, I/154 dan Hakim, I/149,
Shahih Jaamiu ash-Shaghir no. 4572).
Imam Nawawi berkata: Dalam hadits ini ada penunjukkan yang
jelas bagi pendapat yang shahih dan terpilih, yaitu bahwasanya 6. Membasuh kedua tangan sampai siku
berkumur dengan menghirup air ke hidung dari tiga cidukan dan Menyiram air pada tangan sampai membasahi kedua
setiap cidukan ia berkumur dan menghirup air ke hidung, adalah siku, Allah subhanahu wataala berfirman:
sunnah. (Syarah Muslim, 3/122).
Dan bashlah tangan-tanganmu sampai siku (Al-Maaidah: 6)
33 34
Rasulullah membasuh tangannya yang kanan sampai melewati nabi Shallallahu alaihi wa Salam) yang mewajibkan mengambil
sikunya, dilakukan tiga kali, dan yang kiri demikian pula, air baru untuk mengusap dua telinga. Keduanya diusap dengan
Rasulullah mengalirkan air dari sikunya (Bukhari-Muslim, HR. sisa air dari mengusap kepala berdasarkan hadits Rubayyi:
Daraquthni, I/15, Baihaqz, I/56)
Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa Salam mengusap
Rasulullah juga menyarankan agar melebihkan basuhan air dari kepalanya dengan air sisa yang ada di tangannya. (HR. Abu
batas wudhu pada wajah, tangan dan kaki agar kecemerlangan Dawud dan lainnya dengan sanad hasan)
bagian-bagian itu lebih panjang dan cemerlang pada hari kiamat
(HR. Muslim I/149) Dalam mengusap kepala Rasulullah melakukannya satu kali,
bukan dua kali dan bukan tiga kali. Berkata Ali bin Abi Thalib
7. Mengusap kepada, telinga dan sorban ra : Aku melihat Nabi Shallallahu alaihi wa Salam mengusap
Mengusap kepala, haruslah dibedakan dengan mengusap kepalanya satu kali. (lihat _Shahih Abu Dawud, no. 106). Kata
dahi atau sebagian kepala. Sebab Allah subhanahu wataala Rubayyi bin Muawwidz: Aku pernah melihat Rasulullah
memerintahkan: Shallallahu alaihi wa Salam berwudhu, lalu ia mengusap
kepalanya yaitu mengusap bagian depan dan belakang darinya,
Dan usaplah kepala-kepala kalian (Al-Maidah: 6). kedua pelipisnya, dan kedua telinganya satu kali. (HSR
Tirmidzi, no. 34 dan Shahih Tirmidzi no. 31)
Rasulullah mencontohkan tentang caranya mengusap kepala,
yaitu dengan kedua telapak tangannya yang telah dibasahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam juga mencontohkan
dengan air, lalu ia menjalankan kedua tangannya mulai dari bahwa bagi orang yang memakai sorban atau sepatu maka
bagian depan kepalanya ke belakangnya tengkuknya kemudian dibolehkan untuk tidak membukanya saat berwudhu, cukup
mengambalikan lagi ke depan kepalanya. (HSR. Bukhari, dengan menyapu diatasnya, (HSR. Bukhari dalam Fathul Baari
Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul Baari, I/251) I/266 dan selainnya) asal saja sorban dan sepatunya itu dipakai
saat shalat, serta tidak bernajis.
Setelah itu tanpa mengambil air baru Rasulullah langsung
mengusap kedua telingannya. Dengan cara memasukkan jari Adapun peci/kopiah/songkok bukan termasuk sorban,
telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari mengusap-usap sebagaimana dijelaskan oleh para Imam dan tidak boleh diusap
kedua daun telinga. Karena Rasulullah bersabda: Dua telinga diatasnya saat berwudhu seperti layaknya sorban. Alasannya
itu termasuk kepala.(HSR. Tirmidzi, no. 37, Ibnu Majah, no. karena:
442 dan 444, Abu Dawud no. 134 dan 135, Nasai no. 140)
1. Peci/kopiah/songkok diluar kebiasaan dan juga tidak
Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits adh-Dhaifah, no. 995 menutupi seluruh kepala.
mengatakan: Tidak terdapat di dalam sunnah (hadits-hadits
35 36
2. Tidak ada kesulitan bagi seseorang untuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda:
melepaskannya. barangsiapa diantara kalian yang sanggup, maka
hendaklahnya ia memanjangkan kecermerlangan muka, dua
Adapun Kerudung, jilbab bagi wanita, maka dibolehkan untuk tangan dan kakinya. (HSR. Muslim, 1/149 atau Syarah
mengusap diatasnya, karena ummu Salamah (salah satu isteri Shahih Muslim no. 246)
Nabi) pernah mengusap jilbabnya, hal ini disebutkan oleh Ibnu
Mundzir. (Lihat al-Mughni, I/312 atau I/383-384). 9. Tertib
Semua tatacara wudhu tersebut dilakukan dengan tertib
8. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki (berurutan) muwalat (menyegerakan dengan basuhan
Allah subhanahu wataala berfirman: Dan basuhlah berikutnya) dan disunahkan tayaamun (mendahulukan yang
kaki-kakimu hingga dua mata kaki (Al-Maidah: 6) kanan atas yang kiri) [Bukhari-Muslim]
Rasulullah menyuruh umatnya agar berhati-hati dalam
membasuh kaki, karena kaki yang tidak sempurna cara Dalam penggunaan air hendaknya secukupnya dan tidak
membasuhnya akan terkena ancaman neraka, sebagaimana berlebihan, sebab Rasulullah pernah mengerjakan dengan
beliau mengistilahkannya dengan tumit-tumit neraka. Beliau sekali basuhan, dua kali basuhan atau tiga kali basuhan
memerintahkan agar membasuh kaki sampai kena mata kaki [Bukhari]
bahkan beliau mencontohkan sampai membasahi betisnya.
Beliau mendahulukan kaki kanan dibasuh hingga tiga kali
kemudian kaki kiri juga demikian. Saat membasuh kaki
Rasulullah menggosok-gosokan jari kelingkingnya pada sela- 10. Berdoa
sela jari kaki. (HSR. Bukhari; Fathul Baari, I/232 dan Muslim, Yakni membaca doa yang diajarkan Nabi Shallallahu
I/149, 3/128) alaihi wa Salam:

Imam Nawai di dalam Syarh Muslim berkata. Maksud Imam


Muslim berdalil dari hadits ini menunjukkan wajibnya Asyahdu anlaa ilaa ha illalah wa asyhadu anna
membasuh kedua kaki, serta tidak cukup jika dengan cara Muhammadan abdullahi wa rasuulahu. Allahummaj alni
mengusap saja. minattawwabiina wajaalni minal mutathohhiriin (HR.
Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)
Sedangkan pendapat menyela-nyela jari kaki dengan jari
kelingking tidak ada keterangan di dalam hadits. Ini hanyalah
pendapat dari Imam Ghazali karena ia mengqiyaskannya
dengan istinja.

37 38
G. TAYAMMUM Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu
alaihi was sallam ) permukaan bumi sebagai thohur/sesuatu
Pengertian Tayammum yang digunakan untuk besuci[4] (tayammum) jika kami tidak
menjumpai air.[5]
Kami mulai pembahasan ini dengan mengemukakan
pengertian tayammum. Tayammum secara bahasa diartikan Media yang dapat Digunakan untuk Tayammum
)yang berarti maksud. Sedangkan secara
sebagai Al Qosdu (
istilah dalam syariat adalah sebuah peribadatan kepada Allah Media yang dapat digunakan untuk bertayammum
berupa mengusap wajah dan kedua tangan dengan menggunakan adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa
shoid yang bersih[1]. Shoid adalah seluruh permukaan bumi pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering. Hal
yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu alaihi was sallam dari
tanah di atasnya ataupun tidak[2]. sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu anhu di atas dan
secara khusus,
Dalil Disyariatkannya Tayammum



Tayammum disyariatkan dalam islam berdasarkan dalil
Al Quran, As Sunnah dan Ijma (konsensus) kaum muslimin[3]. Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi
Adapun dalil dari Al Quran adalah firman Allah Azza wa Jalla, shollallahu alaihi was sallam) dan ummatku sebagai tempat
untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci.[6]





Jika ada orang yang mengatakan bukankah dalam sebuah hadits
Hudzaifah ibnul Yaman[7] Nabi mengatakan tanah?! Maka kita
Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari katakan sebagaimana yang dikatakan oleh Ash Shonani
tempat buang air atau berhubungan badan dengan perempuan, rohimahullah, Penyebutan sebagian anggota lafadz umum
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah bukanlah pengkhususan[8]. Hal ini merupakan pendapat Al
dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu Auzaai, Sufyan Ats Tsauri Imam Malik, Imam Abu Hanifah[9]
dan tanganmu dengan tanah itu. (QS. Al Maidah [5] : 6). demikian juga hal ini merupakan pendapat Al Amir
Ashonani[10], Syaikh Al Albani[11], Syaikh Abullah Alu
Adapun dalil dari As Sunnah adalah sabda Rasulullah Bassaam[12] rohimahumullah-, Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan
shollallahu alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Al Fauzan[13] dan Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al
Yaman rodhiyallahu anhu, Kholafiy hafidzahumallah[14].



39 40
Keadaan yang Dapat Menyebabkan Seseorang


Bersuci dengan Tayammum

Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah Rasulullah shallallahu alaihi was sallam mengutusku untuk
menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak
seseorang bersuci dengan tayammum, menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah
sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah.
Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu
perjalanan ataupun tidak[15]. alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan, Sesungguhnya
Terdapat air (dalam jumlah terbatas pent.) bersamaan cukuplah engkau melakukannya seperti ini. Seraya beliau
dengan adanya kebutuhan lain yang memerlukan air memukulkan telapak tangannya ke permukaan bumi sekali
tersebut semisal untuk minum dan memasak. pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung
o Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap
akan membahayakan badan atau semakin lama punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya,
sembuh dari sakit. lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.[16]
o Ketidakmapuan menggunakan air untuk
berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,
bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak
adanya orang yang mampu membantu untuk

berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran
habisnya waktu sholat. Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya
o Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan dengan sekali usapan.
tidak adanya yang dapat menghangatkan air
tersebut. Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara
tayammum beliau shallallahu alaihi was sallam adalah sebagai
Tata Cara Tayammum Nabi shallallahu alaihi was sallam berikut.

Tata cara tayammum Nabi shollallahu alaihi was Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi
sallam dijelaskan hadits Ammar bin Yasir rodhiyallahu anhu, dengan sekali pukulan kemudian meniupnya.
Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan
dengan tangan kiri dan sebaliknya.


Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.

.

41 42
Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan H. MANDI WAJIB
wajah dilakukan sekali usapan saja.
Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak Niat Mandi Wajib Dan Tata Caranya
tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan
kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu[17]. Niat mandi besar atau mandi jinabat itu seperti niat niat
Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal dalam ibadah yang lain, yaitu di dalam hati, adapun kalimat dan
janabah, demikian juga untuk hadats kecil. arti Doa Niat Mandi Wajib yang di kelompokan dalam tiga
Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum. bagianan. Niatnya adalah sebagai berikut :

1. Jika mandi besar disebabkan junub Mimpi basah, keluar mani,


senggama maka niat mandi besarnya adalah :

BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA


LIRAFIL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI
FARDLON LILLAHI TAALA

Artiya: Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk


menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu karena Allah
Taala

2. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi


besarnya adalah :

BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA


LIRAFIL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI FARDLON
LILLAHI TAALA

Artinya: Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk


menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah
Taala.

3. Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat


mandi besarnya adalah :
43 44
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA
LIRAFIL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDLON
LILLAHI TAALA

Artinya : Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk


menghilangkan hadats besar dari nifas, fardlu karena Allah
Taala.

Adapun Tata Cara Mandi Wajib Mandi Junub sebagai


berikut:

Dan untuk urutan tata cara mandi wajib yang benar menurut
Islam adalah sebagai berikut:

1. Dimulai dengan niat untuk menghilangkan hadas besar.


Mulailah segala sesuatu hal dengan niat. Bisa bahasa
Arab atau bahasa Indonesia saja.
2. Membersihkan telapak tangan sebanyak 3x lalu
bercebok Membersihkan kemaluan serta kotoran yang
ada disekitarnya hingga bersih dengan tangan kiri.
3. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan
dengan menggosokkan tangan ke tanah atau dengan
menggunakan sabun.
4. Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika
hendak sholat.
5. Mengguyur air pada kepala sebanyak 3 kali hingga
sampai ke pangkal rambut.
6. Mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri
7. Menyela-nyela (menyilang-nyilang) rambut dengan jari
8. Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang
kanan, lalu kiri.

45

Anda mungkin juga menyukai