Anda di halaman 1dari 36

MODUL PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN

DISUSUN OLEH

HARDIKUPATU GULO, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUANALAM(FMIPA)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)


GUNUNGSITOLI
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang senantiasa mencurahkan rahmat dan

petunjuk-Nya, sehingga tugas-tugas keseharian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

Tugas utama fungsional dosen adalah mengajar, oleh sebab itu sudah menjadi

tanggungjawab seorang dosen untuk selalu berupaya meningkatkan kualitas bahan

pengajaran dan memberi yang terbaik kepada mahasiswa. Salah satu diantaranya adalah

dengan menyusun penuntun praktikum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pengembangan bahan pengajaran. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan yang

disusun ini merupakan pengembangan dari Penuntun Praktikum Mata Kuliah

Perkembangan Hewan. Penuntun praktikum ini diharapkan dapat memudahkan

mahasiswa untuk mempelajari Perkembangan Hewan yang sangat menekankan

keterampilan laboratorium khususnya penggunaan mikroskop sebagai peralatan vital

dalam kegiatan praktikum.

Demikian kata pengantar dari saya sebagai penulis, saya menyadari dalam

penulisan penuntun praktikum ini masih banyak kekurangan sehingga apabila ada saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan dalam

penyusunan penuntun praktikum ini. Sekian dan terima kasih

Februari, 2017

Penulis

2
Tata Tertib Praktikum

1. Praktikan wajib hadir dengan tertib dan tepat waktu dengan toleransi keterlambatan
maksimal 5 menit.
2. Praktikan yang berhalangan hadir karena sakit wajib menyertakan surat keterangan
dokter. Jika tanpa surat keterangan tersebut akan dianggap absen.
3. Jumlah kehadiran minimum 75%, jika < 75% tidak diperkenankan mengikuti Ujian
Akhir Semester Praktikum.
4. Sebelum memasuki laboratorium, praktikan wajib berpakaian rapi, sepatu, tidak
diperkenankan memakai kaos oblong dan sandal.
5. Praktikan wajib membawa objek sesuai petunjuk modul dan asisten, praktikan
menyerahkan sebelum praktikum dimulai. Jika tidak membawa objek, tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan dianggap absen dan pelanggaran berat.
6. Praktikan harus memahami instruksi modul dan asisten dalam pelaksanaan prosedur
kerja praktikum. Bekerja denga tertib dan tidak diperkenankan melakukan aktivitas
praktikum diluar prosedur yang telah ditentukan.
7. Hati-hati menggunakan intrumen-instrumen elektronik termasuk sentrifus, mikroskop
dan alat labor lainnya yang dapat menyebabkan kebocoran arus (setrum) atau kerusakan
alat atau bahkan ledakan, perhatikan petunjuk pemakaian yang benar.
8. Segala kerusakan instrumen yang dipakai karena kesalahan praktikan akan menjadi
tanggung jawab praktikan dalam perbaikan atau penggantiannya.
9. Praktikan wajib mencatat seluruh data hasil praktikum yang dilaksanakan dalam buku
kerja individu dan harus menyerahkan data lengkap tersebut kepada asisten penanggung
jawab praktikum.
10. Praktikan harus membersihkan seluruh alat atau bahan praktikum yang dipakai dan
memerikasa kelengkapan alat atau bahan yang ada untuk kemudian dicocokan dengan
list alat dan bahan yang telah disediakan.
11. Setiap pelanggaran terhadap tata tertib praktikum akan dicatat dalam berita acara
praktikum dan akan diberikan sanksi sesuai kesepakatan dosen dan asisten.
12. Praktikan akan dinilai secara komprehensif dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor
termasuk keaktifan dalam kerja praktikum dan diskusi.

3
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Tata Tertib Praktikum .............................................................................................. ii

Pengamatan bentuk organ reproduksi jantan dan betina


Percobaan Ke - I 1
pada aves .............................................................................

Mengamati organ reproduksi dan gamet pada ikan dan


Percobaan Ke - II
katak ....................................................................................

Percobaan Ke - III Pengamatan fase spermatogenesis ......................................

Percobaan Ke - IV Fertilisasi dan perkembangan embrio ikan mas ..................

Percobaan Ke V Mengamati organogenesis embrio pada aves .....................

Percobaab Ke VI Mengamati struktur embrionik dan plasenta .......................

Percobaan Ke VII Mengamati metamorfosis pada kupu-kupu ........................

Daftar Pustaka ..............................................................................................

4
PERCOBAAN I

PENGAMATAN BENTUK ORGAN REPRODUKSI


JANTAN DAN BETINA PADA AVES

I. Tujuan

Mahasiswa mampu mengenal dan mengamati bentuk organ reproduksi jantan dan

betina pada aves.

II. Tinjauan Teoritis


Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi

jantan dan reproduksi betina.

Reproduksi jantan terdiri dari :


a. Testis yang berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukaannya

licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial. Alat

penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum.

Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah tempat untuk membuat dan

menyimpan spermatozoa.

b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan

epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada saat

masih muda, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah

gelendong yang disebut glomere. Di Dekat glomere bagian posterior dari duktus

aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai

duktus ejakulatori. duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil

kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan

ureter ketika masuk kloaka.

c. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis,

epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus

deferens.

5
d. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada hewan muda tampak halus, sedang

pada hewan tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter

kemudian bermuara pada urodaeum.

Reproduksi betina terdiri dari :

a. Ovarium. Ovarium yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian

dorsal rongga abdomen.

b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya

panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi

menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulum yang punya bagian

terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh

fimbre-fimbre. Di posteriornya dapat magnum yang berfungsi mensekresikan

albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan

luar. Uterus atau shell gland mempunyai fungsi untuk menghasilkan cangkang

kapur.

c. Vagina. Selama reproduksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm). disini

kultikula ditimbun pada kerabang untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang.

Secra normal, telur tinggal di dalam vagina selama beberapa menit, tetapi dalam

keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam.

Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk

persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak ubahnya

susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme

endokrin, metabolik dan kimia. Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur

unggas mengandung makanan untuk perkembangan embrionik selama

pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio sangat tergantung pada zat makanan

yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada

6
gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan

susu).

III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah :Gunting, Sterofom, Jarum pentul, Sarung tangan,

Masker dan Bahan yang digunakan adalah: Hewan uji dari aves : Burung/ Ayam.

IV. Cara Kerja

a. Tiap hewan uji dibius terlebih dahulu, agar mudah untuk melakukan pengamatan.
b. Setelah hewan uji tidak berdaya dan tidak bergerak, dicari lubang dekat dengan organ
reproduksi, dan kemudian dilakukan pembedahan menggunakan gunting.
c. Pada saat pembedahan berlangsung hewan dalam posisi terlentang, dan pembedahan
dilakukan dalam waktu yang singkat.
d. Setelah pembedahan selesai, lakukan pengamatan pada hewan uji.
e. Hasil pengamatan digambar dan difoto.

V. Hasil Pengamatan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

7
VI. Pertanyaan
1. Tuliskan serta jelaskan fungsi dari pada organ reproduksi pada aves?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dari pada gametogenesis?

3. Ajelaskan apa yang dimaksud anatara reproduksi vegetatif alami dan buatan?

VII. Kesimpulan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

8
PERCOBAAN II

MENGAMATI ORGAN REPRODUKSI DAN GAMET


PADA IKAN DAN KATAK

I. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini, Mahasiswa diharapkan dapat mampu
mendeskripsikan:
1. Organ Reproduksi Ikan dan Katak
2. Gamet Ikan dan Katak

II. Tinjauan teoritis

Organ reproduksi pada Vertebrata terdiri dari gonad dengan saluran dan kelenjar

asesorinya. Ada dua macam gonad (disebut juga kelenjar (sel) kelamin atau kelenjar

biak) yaitu: 1. gonad yang menghasilkan sel kelamin betina (sel telur = ovum) disebut

ovarium (ova = sel telur; rium = tempat). Ovarium terdapat di dalam tubuh hewan

betina yang ditambatkan oleh mesenterium khusus pada dinding tubuh (mesovarium).

Ovarium di samping sebagai kelenjar biak, juga sebagai kelenjar endokrin yang

menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. 2. gonad yang menghasilkan sel

kelamin jantan atau spermatozoon, disebut testis. Testis terdapat di dalam tubuh

hewan jantan. Pada vertebrata rendah, testis tersimpan di dalam rongga perut, dengan

ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesenterium khusus (mesorchium). Pada

vertebrata tinggi testis sudah dikeluarkan dari rongga perut, disimpan pada bangunan

khusus seperti kantong, yang disebut skrotum. Seperti halnya ovarium, testis

disamping sebagai kelenjar biak, juga sebagai kelenjar endokrin, yang menghasilkan

hormon testosteron. Kedua macam gonad sebetulnya terbentuk dari material yang

sama; (1) sel-sel mesenterium khusus di dekat ginjal yang sedang berkembang

yang disebut blastema yang akan membentuk calon jaringan pembungkus (yang

disebut krista genital) sel-sel germinal primordia; (2) sel-sel germinal primordia

(SGP) sebagai calon spermatogonium atau oogonium. Baik spermatogonia maupun

9
oogonia, berasal dari sel-sel germinal primordia yang sama. Namun, arah

perkembangannya berbeda, artinya yang satu menjadi spermatogonia dan yang

lainnya menjadi oogonia. Ini terjadi setelah mereka berkumpul di dalam calon gonad.

Kemudian dipengaruhi oleh produk "semacam hormon" atau semacam enzim, sebagai

akibat ada tidaknya kromosom kelamin Y di dalam sel zigot atau embrio tempat ia

berkembang. Apabila sel-sel yang menyusun embrio mengandung kromosom kelamin

Y, maka diduga akan terbentuk antigen HY. Anti gen ini menyebabkan hanya sel-sel

germinal primordia yang ada di dalam medula calon gonad dapat melanjutkan

perkembangan. Sel-sel tadi bersama-sama dengan sel-sel penyokong di sekitarnya

menyusun tubulus seminiferus dan sel germinal primordia (SGP) yang ada di sana

dan akan menjadi spermatogonia. Apabila sel-sel yang menyusun embrio tidak

memiliki kromosom kelamin Y, maka tidak akan terbentuk antigen HY. Sebagai

akibatnya, hanya sel-sel germinal primordia yang berada di bagian kortek yang

bersama-sama dengan jaringan penyokong akan membentuk sarang telur, dan sel

germinal primordianya berkembang menjadi oogonia. Pada prinsipnya dianggap bila

tidak ada sesuatu yang menyebabkan perkembangan ke arah jantan, maka seluruh

individu berkecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi betina. Pada

beberapa vertebrata, jenis kelamin tidak ditentukan oleh ada tidaknya kromosom

kelamin di dalam zigot, tetapi oleh keadaan lingkungan pada saat perkembangan

embrio sedang terjadi. Sebagai contoh, tinggi rendahnya temperatur saat telur

diinkubasikan, menentukan jenis kelamin anak buaya dan burung Maleo yang akan

menetas dari telur yang diinkubasikan.

Ovarium tersusun dari jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis, yang di

sebelah dalamnya terdapat banyak sekali sarang-sarang telur yang berisi sel gamet

primordia (oogonia atau oosit), dan di bagian tengahnya berisi jaringan ikat stroma.

Pada umumnya setiap individu memiliki sepasang ovarium, yang secara simetris

10
berada di sisi kanan dan di sisi kiri tubuh. Di dalam sarang telur terkandung oogonia

atau oosit yang masing-masing terbungkus oleh selapis sel granulosa (sel folikel).

Oosit bersama dengan sel folikel yang membungkusnya disebut folikuli ovarii primer.

Pada saat individu menjelang masak kelamin beberapa folikel primer ini akan tumbuh

dan berkembang menjadi folikel graff dan kemudian mengovulasikan sel telur yang

telah masak (oosit sekunder = ootid) dengan cara dipecahnya dinding granulernya.

Menjelang saat atau tepat terjadinya ovulasi hewan akan menjadi gelisah, atau

kebingungan, yang menunjukkan bahwa dia ingin untuk dikawini. Keadaan seperti ini

pada hewan betina yang telah masak kelamin disebut estrus atau masa birahi. Pada

mamalia, produk ovarium (oosit sekunder atau ootid) dibebaskan dari ovarium ke

dalam solom (rongga tubuh), yang kemudian ditangkap oleh bagian fimbria ujung

osteum saluran telur (oviduktus) dan ditelan masuk ke saluran telur lewat lubang

osteumnya. Sel telur akan berhenti untuk sementara pada bagian ujung oviduktus di

dekat osteum. Bagian oviduktus tempat telur berhenti sesaat sering mengalami

dilatasi sehingga ukurannya lebih lebar dibanding tempat lain dan ditetapkan sebagai

ampula. Pada umumnya untuk sebagian besar mamalia pembuahan sel telur oleh

spermatozoon terjadi pada bagian oviduktus ini. Setelah dibuahi telur akan

melanjutkan perjalanannya ke uterus untuk melanjutkan perkembangan sampai saat

kelahiran. Selama perjalanannya dari ampula ke uterus, zigot telah mengalami

perkembangan embrional dan ketika sampai di uterus ia telah mencapai tingkat

perkembangan blastula awal. Pada vertebrata tingkat rendah, terutama pada hewan

yang pembuahannya secara eksternal, contoh pada ikan; telur setelah diovulasikan,

untuk sementara ditampung di dalam lumen ovarium dan akan dikeluarkan dari tubuh

(dioviposisikan) lewat saluran telur pada saat perkawinan atau pemijahan terjadi.

Oleh karenanya pada saat Anda mengamati ovarium, maka diusahakan untuk mencari

di mana tempat telur ditampung sementara sebelum ditelurkan dan menelusuri juga

11
saluran telur dengan cara mengurut ovarium hingga telur yang telah masak

dikeluarkan ke lubang genital. Pada praktikum kali ini akan diamati ovarium ikan,

katak dan bila ada ovarium mamalia.

Testis Testis sebagai organ kelamin jantan, berupa organ yang sepasang dengan

dilengkapi saluran spermatozoa dan organ asesoria. Baik pada vertebrata tingkat

rendah maupun vertebrata tingkat tinggi, saluran testis langsung berhubungan dengan

testisnya, sementara pada ovarium vertebrata tingkat tinggi, saluran telur terpisah dari

ovariumnya. Produksi gamet pada testis demikian dimulai dan proses produksinya

berjalan terus, hanya saja akan menjadi semakin menurun dengan semakin tuanya

individu. Pada ovarium sel-sel yang berkembang menjadi gamet berada di bagian tepi

ovarium, yang kemudian dilepaskan melalui proses pecahnya dinding ovarium. Pada

testis sel-sel yang berkembang menjadi gamet berada di medulanya, sehingga gamet-

gamet yang diproduksi akan terkumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian

disalurkan ke saluran-saluran dari tubulus atau testis yang kemudian bergabung

menjadi epididimis. Pada vertebrata tingkat rendah, ikan dan katak, sel-sel telur yang

sudah diovulasikan juga dikumpulkan dulu di dalam lumen ovarium dan dikeluarkan

nanti pada saat bertelur (peneluran = oviposisi), waktu hewan kawin atau memijah.

Testis berupa organ agak bulat memanjang (ikan dan katak) atau bulat oval (pada

mamalia). Pada vertebrata rendah, terutama hewan-hewan yang berdarah dingin,

testis masih berada di dalam rongga perut, berada di kanan kiri rongga tubuh, di

antara ginjal atau gelembung renang dan usus, terletak membujur kranio kaudal. Pada

mamalia tinggi, terutama yang berdarah panas, testis tidak lagi berada di dalam

rongga perut, tetapi telah ditampung di dalam kantung di luar tubuh pada bagian

inguinal, yang disebut skrotum. Ini ada hubungannya dengan temperatur yang

dikehendaki untuk perkembangan spermatozoa. Temperatur testis harus berada di

bawah temperatur tubuh hewan. Beberapa vertebrata tingkat tinggi yang testisnya

12
sudah disimpan di dalam skrotum, pada saat-saat bukan masa kawin, testis masuk

kembali ke rongga perut. Saluran sperma pada vertebrata tingkat rendah masih sangat

sederhana, pada katak masih menjadi satu dengan uretra, dengan keistimewaan

spermatozoa yang masih di dalam testis telah siap untuk membuahi telur, sementara

pada vertebrata tingkat tinggi saluran spermatozoa sudah begitu panjang dan komplek

dan spermatozoa baru dapat untuk membuahi setelah melewati epididimis.

Organ Reproduksi Ikan

Organ Reproduksi Katak

13
III. Alat dan Bahan

Alat

Seperangkat peralatan bedah, Gelas benda, Kapas steril, Kipas angin, Bak preparat,

Jarum pentul, Mangkuk/cawan petri, Jarum preparat, Mikroskop cahaya.

Bahan Praktikum

Ikan nilam jantan dan betina, Katak Jantan dan Betina yang telah masak kelamin,

masing masing 2 ekor (apabila tidak ada ikan nilem boleh ikan lain), Akuadestilata,

Larutan Ringer, Larutan formalin 10%, Alkohol 75%, Pewarna eosin red.

IV. Cara Kerja

1. Tahap Pertama

Sebelum dilakukan pembedahan, ikan yang tersedia ditimbang beratnya dan

diukur panjangnya. Letakkan ikan pada sisi lateralnya di atas bak preparat.

Dengan ujung jari telunjuk diraba perbatasan rongga perut bagian dorsal di dekat

operkulum. Dinding tubuh diiris pada perbatasan tadi dengan skalpel perlahan-

lahan hingga sampai menembus rongga perut tetapi jangan sampai mengenai

organ-organ internal. Teruskan irisan tadi ke belakang sampai pada anus. Setelah

betul-betul terlepas atau terpotong, masukkan bagian gunting yang ujungnya

tumpul pada irisan tersebut tepat di belakang operkulum. Potong dinding tubuh

belakang operkulum dari dorsal ke ventral. Apabila irisan pada daerah dorsal baik

dan sempurna, maka pada saat pengguntingan dinding tubuh di belakang

operkulum sampai pada batas ventral, dengan mudah dinding tubuh lateral ini

dapat dibuka ke arah ventral dan akan terlihat organ-organ interna ikan tersebut.

Dinding tubuh yang telah dipotong dibuka dengan menfiksasinya dengan jarum

pentul pada bak preparat. Gambar dengan jelas, benar dan proporsional organ-

organ interna yang ada di dalam rongga tubuh ikan yang Anda bedah. Beri label

14
organ-organ yang Anda temukan, diantaranya testis pada ikan jantan dan ovarium

pada ikan betina, Gambarlah topografi organ reproduksi ikan nilem betina. (Beri

label bagian-bagiannya) Setelah menggambar apa yang dilihat pada objek yang

telah dibedah, salin pula gambar tersebut untuk laporan praktikum yang

dikumpulkan, Gambarlah topograsi organ reproduksi ikan nilem jantan. (Beri

label bagian-bagiannya)

2. Tahap kedua

Setelah topografi organ reproduksi ikan yang Anda bedah dan digambar,

selanjutnya angkat ovarium maupun testis dari rongga tubuh. Pengangkatan

ovarium dan testis harus dilakukan dengan hati-hati agar saluran testis dan saluran

telurnya tidak putus, jangan lupa sertakan pula papila urogenitalnya, dengan cara

memotong bagian dimana saluran sperma atau saluran telur telah bergabung.

Gambarlah ovarium ataupun testis yang telah Anda ambil, dan letakkan

sedemikian rupa sehingga tampak jelas bahwa testis atau ovarium ikan

berpasangan, struktur dari setiap ovarium atau testis berkelanjutan dengan saluran

yang akhirnya akan saling bergabung. Beri label nama bagian bagiannya.

3. Tahap ketiga

Ukur panjang ovarium dan ukur pula panjang testis. Catatlah panjang ovarium =

. cm; panjang testis = . cm. Timbang berat ovarium dan timbang berat testis.

Catatlah berat ovarium = . gram; berat testis = . gram. Dengan diperoleh

berat gonad, maka dapat dihitung indek kematangan gonad (IKG) ikan tersebut

dengan rumus:

IKG = (berat ovarium) : Berat ikan (bersama gonadnya) x 100%.

Ikan dengan IKG > 0,8 berarti telah siap untuk dikawinkan.

15
4. Tahap keempat

Dibuat suspensi testis untuk memperoleh spermatozoa. Caranya, sediakan larutan

ringer atau akuadestilata 20 ml di dalam mangkuk, masukkan testis ke

dalamnya. Iris-iris testis tersebut dengan skalpel, atau tusuk-tusuk dengan jarum

preparat sehingga membentuk suspensi yang cukup homogen. Larutan atau

suspensi yang diperoleh, kemudian disaring, agar zarah-zarah jaringan testis dapat

dipisahkan dari suspensinya. Ambil 1 ml dan encerkan dengan 9 ml larutan ringer.

Sediakan dua gelas benda (kaca preparat) yang telah diusap dengan alkohol 75%

dan telah kering. Dengan pipet ambil satu tetes suspensi yang telah diencerkan

tadi dan teteskan pada gelas benda. Letakkan gelas benda lain dalam posisi berdiri

600, kira-kira 3 mm dari tetesan suspensi milt tadi. Sudut tumpul (1200) gelas

benda (kaca preparat atau objek gelas) yang berdiri berada pada sisi seberang

tetesan milt, sementara sudut lancipnya (600) pada sisi di dekat tetesan milt.

Tarik perlahan-lahan gelas benda yang berdiri mendekati dan menyentuh tetesan

hingga hampir setengah cembungan tetesan, kemudian sorongkan kembali

menjauhi tetesan, hingga terjadi apusan milt pada gelas benda. Teteskan pewarna

eosin red pada apusan tadi. Biarkan kering, atau bila perlu diberi tiupan angin

dengan kipas angin. Setelah kering amati di bawah mikroskop dengan perbesaran

40 x. Gambar satu spermatozoon yang paling jelas dan utuh, catat bagian-

bagiannya.

5. Tahap kelima

Ambil tiga bagian ovarium secara acak, yang beratnya sekitar 0,25 gram. Hitung

jumlah telur pada masing-masing bagian tersebut. Hitung rata-rata jumlah telur

dari ketiga bagian yang Anda ambil. Misal hasilnya a butir. Berat ovarium

keseluruhan b gram maka fekunditas ikan tersebut dapat dihitung dengan rumus:

16
Fekunditas = (berat ovarium keseluruhan: berat telur bagian yang diambil)

rerata jumlah telur dari bagian ovarium yang diambil.

Rumus perhitungan seperti ini disebut gravimetri. Gambarlah gamet ikan; a.

spermatozoon dan b. sel telur.

V. Hasil Pengamatan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

VI. Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi dari pada hormon testosteron ?

2. Jelaskan dua macam material pembentuk dari pada gonad?

3. Gambarkan susunan dari pada organ reproduksi dari pada ikan dan katak?

VII. Kesimpulan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

17
PERCOBAAN III

PENGAMATAN FASE SPERMATOGENESIS

I. Tujuan

Mahasiswa mampu mengamati dan menganalisis fase spermatogenesis pada hewan.

II. Tinjauan Teoritis


Proses spermatogenesis, yaitu, pembentukan sperma, merupakan bagian penting

dari reproduksi pada manusia dan segala macam hewan. Pada artikel ini, kita akan

belajar tentang di mana dan kapan spermatogenesis terjadi, dan apa tahap yang perlu

dilalui sel-sel untuk menyelesaikan proses. Spermatogenesis dapat didefinisikan

sebagai proses yang terjadi pada gonad organisme laki-laki yang bereproduksi secara

seksual, dimana sel-sel germinal pria terdiferensiasi berkembang menjadi spermatosit,

yang kemudian berubah menjadi spermatozoa.

Spermatozoa adalah gamet jantan dewasa yang hadir dalam organisme yang

secara melakukan reproduksi secara seksual, dan itu mirip dengan oogenesis pada

wanita. Spermatogenesis biasanya terjadi pada tubulus seminiferus testis dalam

serangkaian tahap, diikuti oleh kematangan dalam epididimis, di mana mereka

menjadi siap untuk disahkan sebagai air mani bersama dengan sekresi kelenjar

lainnya.

Proses ini dimulai pada saat pubertas karena tindakan hipotalamus, kelenjar

pituitari, dan sel-sel Leydig, dan proses hanya berakhir setelah kematian. Namun,

jumlah sperma akan berkurang secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia,

akhirnya menyebabkan infertilitas.

Fungsi dari Spermatogenesis

Tujuan dari spermatogenesis adalah untuk menciptakan gamet jantan dewasa,

yang secara efektif dapat membuahi gamet betina untuk membentuk organisme bersel

18
tunggal yang disebut zigot, yang akhirnya mengarah ke pembelahan dan perbanyakan

sel untuk membentuk janin. Juga, untuk memiliki keturunan yang sehat, jumlah

kromosom harus dipertahankan dalam jumlah tetap pada tubuh, yang, kegagalan

dapat menyebabkan kelainan seperti sindrom Klinefelter, sindrom Down, atau aborsi

janin. Spermatogenesis bekerja untuk menghindari hal ini.

Proses Spermatogenesis

Proses spermatogenesis sangat mirip pada hewan dan manusia. Mari kita lihat

pada setiap tahap proses spermatogenesis dalam rincian berikut.

Tahap 1: spermatogonium diploid asli terletak pada tubulus seminiferus memiliki

dua kali jumlah kromosom, yang mereplikasi secara mitosis saat interfase sebelum

meiosis 1 untuk membentuk 46 pasang kromatid kakak.

Tahap 2: kromatid bertukar informasi genetik dengan proses sinapsis, sebelum

membagi melalui meiosis menjadi spermatosit haploid.

Tahap 3: Di divisi meiosis kedua, dua sel anak baru lebih lanjut membagi diri

menjadi empat spermatid, yang memiliki kromosom unik yang memiliki setengah

jumlahnya dengan spermatogonium asli.

Tahap 4: Sel-sel ini sekarang bergerak melalui lumen testis ke epididimis, di mana

mereka tumbuh menjadi empat sel sperma dengan menumbuhkan mikrotubulus pada

sentriol, membentuk axoneme, yaitu, tubuh basal, dan beberapa sentriol memanjang

untuk membentuk ekor sperma, difasilitasi oleh testosteron.

19
Proses spermatogenesis

Penting untuk dicatat bahwa setiap divisi dalam proses tidak lengkap, dan

bahwa sel-sel yang selalu melekat satu sama lain dengan sitoplasma untuk

memungkinkan mereka untuk dewasa pada saat yang sama. Juga, beberapa

spermatogonium mereplikasi diri, bukannya berubah menjadi spermatid, yang

menjamin bahwa pasokan sperma tidak kehabisan. Sepanjang seluruh proses, sel-

sel spermatogenik berinteraksi dengan sel-sel Sertoli, yang menyediakan nutrisi

dan dukungan struktural untuk mereka.

Faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Proses spermatogenesis sangat sensitif, dan dapat dipengaruhi oleh

perubahan sekecil apapun dalam kadar hormon seperti testosteron yang

dihasilkan oleh hipotalamus, kelenjar pituitari, dan sel-sel Leydig.

Proses ini juga sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Kekurangan dalam makanan, paparan obat kuat, alkohol, dan adanya

penyakit dapat mempengaruhi laju pembentukan sperma.

20
Stres oksidasi dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sperma, yang

menyebabkan masalah dalam pembuahan dan kehamilan.

Proses spermatogenesis pada manusia terjadi selama periode waktu yang lama

lebih dari dua bulan. Selama ini, lebih dari 300 juta spermatozoa akan diproduksi

setiap hari. Namun, pada akhir proses, hanya sekitar 100 juta yang menjadi sperma

matang. Ini dapat mengambil satu bulan lagi untuk mengangkut sperma baru pada

sistem duktal.

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah :Mikroskop. Alat tulis dan Bahan yang digunakan adalah

:Preparat awetan

IV. Cara Kerja


a. Ambil preparat awetan irisan dari testis hewan.

b. Letakkan preparat di meja mikroskop.

c. Amati fase spermatogenesis dengan mikroskop menggunakan perbesaran 100 X.

d. Gambar hasil pengamatan pada buku laporan praktikum.

V. Hasil Pengamatan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

VI. Pertanyaan
1. Jelaskan tahap pembelahan dari pada spermatogonium menjadi sel sperma?

2. Jelaskan proses terjadinya pembelahan secara meiosis dan mitosis pada

spermatogonium?

3. Apa yang dimaksud dengan diferensiasi?

VII. Kesimpulan
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

21
PERCOBAAN IV

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN MAS


(Cyprinus carpio)
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui fertilisasi in vitro dan tahapan

embriologi ikan mas (Cyprinus carpio) serta faktor faktor yang mempengaruhi

perkembangannya.

II. Tinjauan Teoritis

Ikan Mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan

ikan Mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed) dan

mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, bagian mulut

dihiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang diantaranya kurang

sempurna dengan warna badan yang sangat beragam.

Ikan Mas termasuk jenis ikan omnivora.Tubuh ikan Mas dibagi (3) tiga bagian,

yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat,seperti sepasang mata,

sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah

insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar.

Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari.Sirip-sirip ikan ada yang

berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang

bebas (Santoso, 1993).

Saluran pencernaan ikan Mas berupa segmen-segmen, meliputi mulut, rongga

mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus.Ikan Mas dapat memakan

plankton maupun invertebrata kecil.Atas dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa ikan

Mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Keadaan usus yang sangat

panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang

memiliki kadar serat yang tinggi sehingga memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini

22
dapat dibuktikan melalui pengamatan pada organ dalam ikan Mas yang tidak ditemukan

adanya lambung tetapi bagian depan usus halus terlihat membesar yang lebih dikenal

dengan istilah lambung palsu. Ikan Mas memilki panjang usus yang melebihi panjang

tubuh ikan. Pada pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa tubuh ikan Mas

memiliki panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya mencapai 50 cm atau hampir

tiga kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang panjang tersebut bertujuan untuk

mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul makanan secara maksimal (Santoso, 1993).

Ikan Mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian

antara 150-1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu 20oC -25oC dan pH air antara 7-

8.Di antara jenis ikan Mas itu sendiri, jika diamati lebih lanjut, ada perbedaan dari segi

sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras

pada jenis ikan air tawar (Suseno, 2000).

Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan embrio ikan adalah Suhu

mempengaruhi perkembangan embrio dan proses penetasan embrio, jika suhu rendah

embrio akan lebih lama tertahan dalam cangkangnya, sebaliknya jika suhu tinggi akan

menyebabkan embrio menetas secara prematur. Faktor cahaya juga mempengaruhi masa

pengeraman ikan. Jika dalam masa pengeraman ditaruh tempat yang gelap, maka kan

menetas lebih lambat. Faktor luar lainnya yang dapat mempengaruhi masa pengeraman

ialah gas terlarut dalam air terutama CO2 dan amonia dapat menyebabkan kematian

embrio dalam masa pengeraman.Selain itu, kekurangan oksigen tidak hanya

memperlambat laju perkembangan embrio tetapi juga dapat menimbulkan kematian

embrio (Sedjati, 2002).

III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, cotton bud,

mikroskop, gelas ukur, baskom, kamera digital, aquarium, selang, aerator, alat tulis dan

23
kertas pengamatan. Bahan yang digunakan adalah sperma dan telur ikan mas (Cyprinus

carpio), air sulingan, dan laktat ringer.

IV. Cara Kerja


1. Fertilisasi in vitro normal dilakukan dengan mencampurkan telur dan sperma ikan

mas.

2. Sperma ikan mas terlebih dahulu diencerkan dengan laktat ringer dengan

perbandingan 1:9 (1 ml sperma ikan mas ditambah 9 ml laktat ringer) kemudian

dihomogenkan.

3. Sperma yang telah diencerkan dengan laktat ringer kemudian dituangkan ke dalam

cawan petri.

4. Telur kemudian ditebar di atas cawan petri dengan menggunakan cotton bud, saat

penebaran cotton bud tidak boleh menyentuh dasar dari cawan petri, ditunggu 10

menit,

5. Kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak 3 kali. telur hasil perlakuan tersebut

kemudian diinkubasi dalam akuarium yang telah disiapkan.

V. Hasil Pengamatan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

VI. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dari pada fertilisasi dan tujuan dari pada fertilisasi?

2. Jelaskan mekanisme terjadinya fertilisasi?

3. Jelaskan apa yang terjadi setelah kepala sperma masuk kedalam telur?

VII. Kesimpulan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

24
PERCOBAANV

MENGAMATI ORGANOGENESIS EMBRIO PADA AVES

I. Tujaun
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk mempelajari

organogenesis turunan ektoderm, mesoderm dan endoderm pada embryo ayam dan

mengetahui tahapantahapan perkembangan embryo.

II. Tinjauan Teoritis


Proses pembentukan organ atau alat tubuh di mulai dari pertumbuhan yang di

awali dari pembentukan embryo dan di akhiri dengan bentuk dan rupa yang spesifik

dalam satu spesies. Dalam hal ini ada macammacam organ yang berasal dari lapisan

lembaga ectoderm, endoderm dan juga mesoderm. Pada endoderm terdapat saluran

pencernaan makanan yang terdiri dari usus depan dengan bagianbagian nya yaitu tyroid,

paratyroid, telinga tengah, saluran euctacius, pancreas, duodenum, trakea, bronki, paru-

paru, hati dan lambung. Usus tengah terdiri dari jejenum dan illeum dan usus belakang

yang terdiri dari usus besar dan allantois (Salmah, 1984).

Lapisan-lapisan lembaga ialah lapisan sel yang pada waktu janin awal sakali yang

sedikit sekali banyakmempunyai kebebasan tertentu dan dari sinilah berasal alat-alat

tubuh. Biasanya susunannya seperti epitelium, tetapi ini tidak selalu demikian. Kulit

lembaga ada dua atau tiga buah, tergantung tinggi rendahnya derajat hewan. Mula-mula

terdapat dua lapisan lembaga primer yaitu ektoderm dan endoderm. Pada hewan-hewan

dari coelentrata keatas kulit lembaga yang ketiga atau lembaga tengah yang disebut

mesoderm. Susunan epitel juga, tetapi dibagun oleh sel-sel lepas dan dalam hal terakhir

ini disebut mesenkhim (Djuanda, 1981).

Pada pembentukan ektoderm dan endoderm dapat di lalui dengan berbagai cara,

pembentukan mesoderm lebih banyak lagi coraknya, baik mengenai asalnya maupun

mengenai strukturnya, dan pertumbuhan selajutnya banyak sekali ragam nya. Mesoderm

25
merupakan lapisan ketiga yang letak nya di tengahtengah antara endoderm dan

ektoderm.Dan dapat juga terjadi selsel yang telah awal sekali, yaitu yang pada

pembelahanpembelahan pertama telah dipisahkan dan hanya membentuk mesoderm saja

(Djuhanda, 1981).

Lapisan pada mesoderm terdiri atas dua lapisan yaitu somato pleura (bagian luar)

dan splanchno pleura membatasi alat-alat dalam pada awal pertumbuhan, mula-mula

lapisan ectodera diikuti dengan lapisan somato pleura membuat lipatan kulit ke dorsal

membelok dan nanti di bagian ventral saling bertemu,kemudian dibagian dorsal lipatan

ektoderm dan mesoderm tadi saling bertemu dan tempat pertemuan itu ditembus hingga

dinding pemisahnya tidak ada,akibatnya bagian dorsal embryo mempunyai suatu kantong

ayng berlapis dua lapisan luar mesoderm dan lapisan dalam ektoderm, merupakan

bantalan berongga disebut cavui amnii, berisi cairan ligor amnii dan bangunan seluruhnya

disebut amnion (Salmah, 1984)

Mesoderm sesungguhnya mempunyai sifat epitelial.Biasanya membentuk badan-

badan berupa kantung, seperti kantung solom, rongga badan sekunder dan sebagainya

dan sedangkan mesenkim merupakan jaringan dimana bentuk-bentuk selnya tidak

beraturan dan mempunyai subtansisubtansi instraseluler (Campbell, 2004).

Pada awal organogenesis saluran pencernaan merupakan tabung lurus yang

tertutup kedua ujungnya, di antara anterior berbatasan dengan lempeng oral di dinding

posterior dengan selaput cloaca sedangkan pada bagian tengah masih terbuka yang

berhubungan dengan yolk melalui tangkai yolk.Pada perkembangan selanjutnya bakal

usus bertambah panjang, terjadi rotasi lokal antara daerah tertentu dan pematangan

fungsi.Pada waktu bersamaan juga terjadi evaginasi atau pembantukan kantung bakal

derivat endoderm (Kimball, 1996).

Banyak organ berkembang dalam embrio tanpa harus berfungsi pada waktu itu

juga, tetapi jantung dan sistem peredaran darah sudah harus berfungsi ketika masih dalam

26
perkembangan.Jantung pertama kali terbentuk sebagai tabung sederhana yang terjadi dari

penyatuan dua pembuluh darah yang berdinding tipis dibawah kepala yang sedang

berkembang. Pada keadaan awal,jantung hakikatnya sama seperti jantung ikan yang

terdiri dari empat kamar yang teraturdalam suatu rangkaian: sinus venosus yang

menerima darah dari vena,atrium tunggal,ventrikel tunggal dan kerucut(konus) arteri

yang menuju lung aorta. Ketika pertama tumbuh, jantung embrio merupakan suatu

struktur tunggal dengan hanya sebuah kamar.Sedangkan jantung dewasa dari burung dan

mamalia merpakan pompa ganda dengan atrium dan ventrikel kiri dan kanan yang

terpisah.Pemisahan ini mencegah percampuran darah dari paru-paru dengan daerah dari

bagian tubuh lain (Ville, 1984).

Saluran pencernaan pertama dibentuk dari arkenteron gastrula dan memanjang

mengikuti pertumbuhan embrio.Paru-paru, hati, dan pankreas berasal dari tabung

berongga yang membentuk dari saluran pencernaan asli dan karena itu terdiri atas

endoderm, tetapi pertumbuhan ini selalu berkaitan dengan jaringan mesoderm yang

membentuk pembuluh darah dan pembuluh limfe, jaringan ikat dan otot dari organ-organ

tersebut.Endoderm hanya membentuk epitel dalam dari saluran pencernaan dan paru-paru

serta sel-sel sekresi dari pankreas dan hati (Ville, 1984).

27
III.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: mikroskop, objek glass, pipet tetes (untuk

mengambil telur), petridisk/kaca arloji. Adapaun bahan yaitu: NaCl (larutan fisiologis),

preparat permanen embrio aves 24jam, 33jam, 48jam.

IV. Cara Kerja


Amati preparat 24jam, 33jam, 48jam. Kemudian gambar dan amati bagian-bagian beserta

ciri spesifiknya.

V. Hasil Pengamatan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

VI. Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan dari pada turunan ektoderm, mesoderm dan endoderm?

2. Jelaskan lima daerah mesoderm pada neurula ?

3. Jelaskan perbedaan dari pada mesonefros, metanefros dan pronefros?

VII.Kesimpulan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

28
PERCOBAAN VI

MENGAMATI STRUKTUR EMBRIONIK DAN PLASENTA

I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui berbagai macam lapisan-

lapisan selaput extra dan plasenta.

II. Tinjauan Teoritis


Embrio reptil, burung, dan mamalia menghasilkan 4 selaput extra embrionik, yaitu :

Amnion

Kantung kuning (yolk)

Chorion

Allantois

Membran extra embrionik adalah struktur membran yang muncul secara paralel

dengan embrio dan memainkan peranan penting dalam perkembangan embrio. Mereka

terbentuk dari embrio tetapi tidak menjadi bagian dari organisme individu setelah

kelahirannya (Yatim, 1994).

Membran extra embrionik yang mungkin ada dalam vertebrata adalah kantung

kuning telur, amnion, chorion, allantois dan plasenta. Kehadiran setiap membran

embrionik bervariasi dengan kelas vertebrata. Dalam ikan dan amfhibia hanya yolk sac

yang hadir. Dalam reptil dan burung selain ada yolk sac tetapi juga ada amnion, chorion

dan allantois. Dalam mamalia plasenta selain semua membran plasenta juga hadir

(Djuhanda, 1981).

Dalam kebanyakan burung dan reptil, embrio dengan selaput extra embrionik

yang berkembang dalam telur dikupas. Adapun fungsi dari selaput extra embrionik

adalah perlindungan nutrisi, respirasi dan eksresi didalam embrio (Djarubito, 1990).

29
The yolk sac dibentuk dari vitellus oleh beberapa yang berasal dari usus primitif.

Menyimpan kantong telur vitellus, sumber makanan utama embrio non-plasenta.

Kuningnya adalah campuran protein dan lipoprotein (Machmudin, 2008).

Dalam proses pembangunan, chorion menjadi terluar dan amnion yang terdalam,

membran yang mengelilingi embrio berkembang. Sebagian allantois meningkat dalam

beberapa ukuran, mengembang dan menjadi terkait erat, jika tidak menyatu dengan

chorion. Kedua membran bersama yang dikenal sebagai chorioallantoic membran

(Shearer, 2008).

Rongga ketuban dimana embrio tertutup menjadi diisi dengan air atau cairan yang

memberikan osmotik fisik perlindungan dan embrio selama sisa keberadaan janin

tersebut. Serat otot smooth di amnion secara spontan kontrak dan kocok perlahan embrio

sebelum mengembangkan kapasitas untuk gerakan spontan (Djuhanda, 1981).

Sebagian disimpan nutrisinyadaari kantung kuning selama perkembangan, lalu

kantong kuning bertahap berkurang dalam ukuran dan akhirnya dimasukkan ke dalam

midgut embrio. Kantung kuning telur non yolk dari plasenta mamalia adalah sisa. Hal ini

evolusi tapi pada dasarnya tidak memiliki arti fungsionalnya (Yatim, 1994).

Pada saat kelahiran atau penetasan, embrio menjadi benar-benar terpisah dari

amnion dn chorion dan dari bagian utama dari allantois (Djarubito, 1990).

Adapun secara fungsi, macam-macam selaput extra embrionik, yaitu :

1. Amnion

Adalah selaput yang meliputi embrio. Amnionnya juga merupakan adaptasi untuk

mengeringkan tanah karena salah satu fungsinya adalah untuk mencegah pengeringan

embrio. Serta melindungi embrio didalam kantung yang berisi cairan ketuban.

2. The Yolk Sac

Berisi telur yang satu-satunya sumber makanan sampai menetas. Kuningnya adalah

campuran protein dan lipoprotein.

30
3. Chorion

Adalah membran yang mencakup amnion, kantung kuning telur dan allantois, serta

berpartisipasi dalam pertukaran udara.

4. Allantois

Adalah limbah metabolisme embrio dan seiring dengan pertumbuhan yang lebih besar,

juga berpartisipasi dalam pertukaran gas (Shearer, 2008).

Allantois merupakan adaptasi lahan kering karena dalam embrio makhluk terestrial

yang menelur, seperti reptil dan burung, residu metabolisme tidak dapat langsung

dikeluarkan untuk mengelilingi perairan. Hal ini kemudian untuk munculnya struktur

yang mampu menyimpan excretes embrio sampai menetas (Yatim, 1994).

Embrio Ayam

III. Alat dan Bahan

Telur ayam kampung dan telur puyuh yang sudah diinkubasi, petridis, jarum pencacah,

larutan Nacl 0,9 %, testube, pipet tetes.

IV. Cara Kerja

1. Telur yang telah diinkubasi dikeluarkan dari tempat inkubasi.

2. Lalu berdasarkan jam inkubasi yang paling rendah yaitu yang 24 jam.

3. Di retakkan cangkang telur yang dibawah dengan diameter yang paling kecil,

31
4. Lalu setelah bolong letakkan di atas petridis retakkan pula cangkang yang diatas buka

perlahan-lahan supaya tidak menyenggol embrio.

5. Setelah terbuka tuangkan embrio perlahan-lahan ke dalam petridis.

6. Embrio yang telah di letak di atas petridis diberi larutan Nacl 0,9% aduk rata sehingga

yolk berpisah dengan embrio.

7. Lalu dengan menggunakan pipet tetes disedot yolk yang sudah terpisah untuk dibuang

sehingga yang tersisa hanya embrio saja.

8. Di beri kertas dipinggiran petridis untuk menghisap sisa yolk yang melekat.

9. Setelah benar-benar bersih hanya tinggal embrio saja, baru diamati.

V. Hasil Pengamatan
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

VI. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan yolk serta fungsinya?

2. Jelaskan proses terbentuknya selaput ekstra embrio pada ayam?

3. Jelaskan peredaan antara amnion, koroin dan alantois?

VII. Kesimpulan
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

32
PERCOBAAN VII

MENGAMATI METAMORFOSIS PADA KUPU-KUPU

I. Tujaun
Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat mengenali struktur tubuh larva/ kupu-kupu

dan perubahan-perubahan yang terjadi selama metamorphosis telu, larva, pupa hingga

menjadi kupu-kupu dewasa.

II. Tinjauan Teoritis

Metamorfosis adalah proses menjadi ulat menjadi hewan baru (fase sempurna)

yaitu kupu-kupu. Pada prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namun sederhana.

Pertama-tama dimulai dari telur yang diletakkan oleh kupu-kupu pada daun inangnya

yang bertujuan nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga

mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa/kepompong dan dalam beberapa

hari akan menjadi kupu-kupu baru.

Tahapan metamorfosis dari pada kupu-kupu sebagai berikut:

Tahap I : Telur

Telur akan menetas antara 3-5 hari, larva akan berjalan kepinggir daun tumbuhan

inang dan mulai memakannya. Sebagaian larva mengonsumsi cangkang telur yang

kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak merenggang mengikuti

pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit.

Tahap II : Larva

Setelah menetas larva akan mencari makanan, sebagian larva mengonsumsi

cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Jumlah pergantian kulit

selama hidup larva umumnya 4-6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting)

disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar

berbentuk silindris dan terkadang mempunyai rambut, duri, tuberkel, atau filamen. Ketika

33
larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari

tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman

benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk

membentuk pupa.

Tahap III : Pupa

Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal dalam pupa

terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus

dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa berwarna hijau, coklat

atau warna sesuai dengan sekitarnya (berkamuflase). Pembentukan kupu-kupu dalam

pupa biasanya berlangsung selama 7-20 hari tergantung spesiesnya.

Tahap IV : Kupu-kupu

Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangka keatas sehingga sayapnya

yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung kebawah dan mengembang secara

normal. Segera setelah sayap mengering , mengembang dan kuat, sayap akan membuka

dan menutup beberapa kali dengan tujuan untuk percobaan terbang. Fase imago ini

disebut fase dewasa.

Jenis-jenis metamorfosis yaitu :

1. Metamorfosis tidak sempurna

Metamorfosis tidak sempurna umumnya terjadi pada hewan jenis serangga

seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya. Dikatakan tidak sempurna karena

hewan tersebut hanya melewati 2 tahapan, yaitu dari telur menjadi nimfa

kemudian menjadi hewan dewasa.

2. Metamorfosis sempurna

Metamorfosis sempurna kebalikan dari metamorfosis sempurna. Contoh

proses metamorfosis sempurna terjadi pada katak dan kupu-kupu.

34
III. Alat dan Bahan

Alat dan Bahandigunakan adalah :Jaring Penangkap, Toples kaca, Kaca pembesar dan

kamera sedangkan Bahanyang digunakan adalah :Kupu-kupu

IV. Cara Kerja


1. Praktikan mencari kupu-kupu (dalam fase metamorfosis) di halaman yang luas atau di

dekat kebun bunga.

2. Dengan menggunakan jarring, kupu-kupu (dalam fase metamorfosis) diambil dan

dimasukkan dalam toples kaca.

3. Lakukan pengamatan dengan menggunakan kaca pembesar.

4. Amati tahapan atau fase metamorfosis yang terjadi.

5. Ambil gambar dengan menggunakan foto.

V. Hasil Pengamatan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

VI. Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan metamorfosis sempurna dengan metamorfosis tidak sempurna

beserta contohnya?

2. Jelaskan perbedaan antara molting dengan instar?

35
3. Jelaskan perilaku dari pada kupu-kupu serta jelaskan perbedaan anta Rhopalocera

dengan Heterocera?

VII.Keimpulan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

36

Anda mungkin juga menyukai