Anda di halaman 1dari 17

MENGAPA MANUSIA HARUS BELAJAR

(DILIHAT DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG ILMU)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


TEORI PEMBELAJARAN

(Makalah Individu)

Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. Mohamad Surya

Disusun oleh

Engkom Komariah
NIM: 17862022

PROGRAM PASCASARJANA
STKIP
GARUT
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Teori Pembelajaran, pada Program Pascasarjana STKIP Garut.
Saya menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih sangat jauh dari sempurna. Hal ini
disebakan karena keterbatasan kemampuan penulis dalam pemahaman dan pendalaman materi,
waktu dan banyak permasalahan yang harus penulis hadapi dalam waktu yang besamaan.
Untuk itu pada kesempatan ini, saya menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada yang terhormat Prof. Dr. H. Mohamad Surya sebagai dosen Mata
Kuliah Teori Pembelajaran yang sekaligus akan memberikan penilaian terhadap tugas ini
sehingga menambah wacana penulis dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya bidang
pendidikan.
Akhirnya dengan kerendahan hati, saya mengharapkan saran, masukan dan kritik yang
konstruktif untuk perbaikan apa yang telah dikerjakan dimasa yang akan datang dan semoga
makalah ini bisa memberi manfaat bagi semua pihak.

Garut, Oktober 2017


Penulis

Engkom Komariah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ..............................................Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN ......................................................Error! Bookmark not defined.
2.1. Kondisi Lingkungan Pada Masa Ini......................Error! Bookmark not defined.
2.2. Pandangan Al-Quran yang Berkaitan Dengan LingkunganError! Bookmark not defined.
2.3 Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan .......Error! Bookmark not defined.
2.4 Tidak Membuat Kerusakan Lingkungan ....................Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP ..............................................................Error! Bookmark not defined.
3.1. Simpulan ....................................................................Error! Bookmark not defined.
3.2. Saran ..........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................Error! Bookmark not defined.

3
MENGAPA MANUSIA HARUS BELAJAR

A. Pendahuluan
Mengapa manusia harus belajar? pertanyaan yang tersebut dalam judul ini sepertinya
mudah dijawab. Namun, ternyata diperlukan sebuah pemahaman luas dan mendalam sebelum
menjawabnya. Pun, untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan sebuah proses belajar seperti
yang dimaksud dalam pertanyaan tersebut. Lalu, apa itu belajar dan mengapa manusia harus
belajar? Sebagai jawaban awal atas pertanyaan tersebut, saya melihat sekelompok anak kecil
sedang bermain sebagai mikroproyek. Kadang-kadang mereka rukun kadang mereka berengkar.
Mereka rukun manakala aturan-aturan atau ide-ide bermain mereka pahami bersama dan
disepakati bersama. Mereka bertengkar manakala ada aturan atau ketidaksesuaian ide di antara
mereka. Dalam proses bertengkar disitulah ada proses belajar, baik belajar memahami aturan
main, belajar memahami orang (teman) lain, maupun belajar menyelesaikan permasalahan tanpa
mereka sadari itu sebagai proses belajar. Ketika mereka menemukan kesamaan ide atau aturan
bermain dan kemudian mereka saling memahami satu sama lain maka akan tercipta kerukunan
kembali. Nah keadaan rukun atau akur kembali itulah sebagai salah satu hasil dari proses belajar
tadi.
Hal lain yang berkaitan dengan belajar adalah saya mengingat-ingat anak sendiri dari
waktu lahir sampai sekarang. Bagaimana ia belajar (diajar) berbicara, belajar mengenal dirinya,
saudaranya, keluarganya sampai lingkungan sekitarnya, belajar cara-cara berpakaian yang baik,
cara-cara makan yang baik, dan bagaimana belajar yang baik. Setelah bermain dengan teman
sepermainannya, ia akan banyak belajar termasuk belajar hal-hal yang dianggap menyimpang,
misalnya kata-kata yang kasar dan sebagainya.
Dari kedua ilustrasi tersebut, lalu mengapa manusia harus belajar? Namun, sebelum
menjawab mengapa manusia belajar, ada baiknya kita pahami sedikit konsepsi manusia itu
sendiri.
B. Konsepsi Manusia
Mengapa konsep manusia didulukan? Hal ini karena subyek dari pertanyaan ini adalah
manusia, bukan hewan atau lainnya. Dalam sebuah refenesi (http://id.wikipedia.org), manusia
atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau
secara campuran.

4
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti
"manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan
atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam
antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi
mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan. Menurut pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah Swt,
berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi
makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan dan berbeda dengan
makhluk lainnya karena manusia memiliki akal. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk
lainnya dijelaskan dalam Al-Quran surah al-Israa: 70.

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan (QS. Al-Israa [17]: 70)

Dalam surah yang lain, Allah juga berfirman mengenai kelebihan manusia dan berkaitan
juga dengan konsep manusia yang berakal.

Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari
langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan
air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. (QS. Az-Zumar [39]: 21).

B. Apa Itu Belajar

Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah


pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang
ini dikenal dengan guru, baik guru secara formal maupun dalam pengertian informal.

5
Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba coba (trial and error). Mencoba
coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas
sesuatu. Dalam mencoba coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat
berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya. Adapun menurut psikologi kognitif, belajar adalah
suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut,
dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman,
mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan,
mengabaikan dan respon respon lainnya guna mencapai tujuan.

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia
dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan
latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuanpengetahuan melalui pemahaman, penguasaan,
ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus
menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan
dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

C. Manusia Harus Belajar

Ya, mengapa manusia harus belajar. Hal ini karena belajar merupakan salah satu
kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar.
Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi
untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia. Bahkan, belajar adalah sebuah kewajiban juga.

Di dalam pandangan Islam, belajar atau secara umumnya pendidikan merupakan kegiatan
yang diwajibkan bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita. Pendidikan juga berlangsung
seumur hidup, tidak mengenal batas usia.

Intinya, dengan belajar manusia dapat berubah. Perubahan yang dimaksud bergantung
terhadap apa yang dipelajarinya. Jika manusia belajar kebenaran dan kebaikan, maka ia akan
berubah menjadi manusia yang benar dan penuh kebaikan. Jika ia belajar ketidakbenaran dan
kejelekan, maka ia akan berubah menjadi manusia yang penuh dengan kemaksiatan.

6
Dalam kehidupan yang modern ini sudah selayaknya Konsep dasar belajar dan mengajar
ini menjadikan prinsip dasar yang sangat fundamental yang harus dipahami para guru dalam
rangka melaksanakan proses belajar mengajar di ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan
didasari memahami mengenai konsep dasar belajar mengajar diharapkan tercapainya suatu
tujuan dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan pada akhirnya dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru sebagai pendidik dalam rangka
pemahaman dan menciptakan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan karakteristik minat
dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa.

E. Definisi belajar
Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman (Gagne 1984). Belajar adalah kunci yang paling utama dari setiap usaha pendidikan.
Jadi tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar sebagai suatu proses dan
belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berhubungan
dengan upaya kependidikan. Sebagai contoh psikologi pendidikan serta psikologi
belajar.Perubahan serta kemampuan untuk berubah adalah batasan serta makna yang terkandung
di dalam belajar. Hal ini disebabkan karena kemampuan berubah yang dikarenakan belajar.
Maka, manusia bisa berkembang lebih jauh dari makhluk yang lainnya sehingga dia terpilih
sebagai khalifah di bumi ini atau bisa jadi karena kemampuan berkembang melalui belajar itu
pula manusia secara bebas bisa mengeksplorasi serta memilih dan menetapkan keputusan-
keputusan yang penting di dalam hidup mereka. Konsep dasar belajar merupakan kegiatan yang
berposes dalam memakai unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjangpendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dijalani siswa baik pada saat dia berada di sekolah atau
berada di lingkungan rumah atau di lingkungan keluarganya sendiri.Untuk itu pemahaman yang
benar tentang konsep dasar belajar dengan segala aspek serta bentuk dan manivestasinya sangat
mutlak dibutuhkan oleh para pengajar. Adanya kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi
mereka akan proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin bisa mengakibatkan
kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai murid. Ada sebagian orang yang beranggapan
bahwa konsep dasar belajar hanya semata-mata menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta

7
yang ada dalam bentuk informasi atau materi dalam pelajaran. Maka orang yang beranggapan
seperti itu biasanya akan segera merasa bangga saat anak-anaknya telah bisa menyebutkan
kembali secara lisan sebagian besar informasi yang ada di dalam buku teks atau yang di ajarkan
oleh guru.
Selain itu, ada juga sebagian orang yang memandang bahwa belajar adalah latihan biasa
seperti yang terlihat pada latihan membaca serta menulis. Persepsi semacam ini biasanya
membuat mereka akan merasa cukup puas jika anak-anak mereka sudah bisa memperlihatkan
keterampilan secara fisik tertentu walaupun tanpa pengetahuan tentang arti dan hakikat serta
tujuan keterampilan tersebut.
F. Definisi Mengajar
Menurut Wijaya (1991) mengajar yaitu membimbing siswa belajar. Mengajar adalah
mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong
dan menumbuhkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa,
melalui jalinan komunikasi timbal balik dimana guru dalam hal ini bertindak sebagai komunikan.
Dalam proses tersebut dimana guru menyampaikan pesan-pesan dalam bentuk materi
pembelajaran yang harus dapat diterima siswa sesuai dengan yang dimaksud guru tersebut.
Jadi dalam proses belajar mengajar ini terjadi interaksi semua komponen atau unsur yang
terdapat dalam pembelajaran baik guru, murid, sarana, dan tatalaksananya yang saling berkaitan
satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Istilah mengajar (teach) juga
berhubungan dengan token yang berarti tanda atau simbol. Kata token juga berasal dari Bahasa
Jerman kuno, taiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dalam bahasa Inggris kuno teacan secara
berarti to teach (mengajar). Dengan demikian, token dan teach secara historis memiliki
keterkaitan. To teach (mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu
kepada seseorang melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau simbol itu dimaksudkan
untuk membangkitkan atau menumbuhkan respons mengenai kejadian, seseorang, observasi,
penemuan dan lain sebagainya.

8
G. Konsep Dasar Belajar dan Mengajar
Konsep dasar belajar dan mengajar merupakan suatu prinsip dasar yang sangat
fundamental yang harus dipahami para guru dalam rangka melaksanakan proses belajar mengajar
di ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan didasari memahami mengenai konsep dasar belajar
mengajar diharapkan tercapainya suatu tujuan dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan
pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru
sebagai pendidik dalam rangka pemahaman dan menciptakan peserta didik yang berkualitas
sesuai dengan karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa.
Guru merupakan figur yang sentral dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas
institusional dalam proses belajar mengajar, karena di tangan para guru terletak kemungkinan
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan masa
depan karier para peserta didik yang menjadi tumpuan harapan para orang tua. Oleh karena itu
setidaknya seorang guru memiliki tugas-tugas pokok antara lain: mampu dan cakap
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing kegiatan belajar mengajar.
Dengan kata lain para guru mampu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dengan memahami
dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses belajar mengajar, sebagai berikut:
a) Aspek siswa, seorang guru harus memahami segala karakteristik perbedaan yang ada pada diri
peserta didik, guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan para peserta
didik.
b) Aspek tujuan, yaitu apa yang akhirnya diharapkan tercapainya setelah adanya kegiatan belajar
mengajar, yang diaplikasikan ke dalam kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi
(terukur).
c) Aspek guru, sebagai figur pendidik seyogyanya dalam proses belajar mengajar selalu
mengusahakan terciptanya situasi yang mengarah pada proses pengalaman belajar (learning
experience)pada diri siswa, dengan mengerahkann segala sumber (learning resources) dan
menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).
Dari sini timbul suatu pemahaman bahwa terjadinya perilaku belajar pada siswa dan
perilaku mengajar pada guru tidak berlangsung dari satu arah (one way system) melainkan
terjadinya secara timbal balik (interaktif, two way traffic system) yang seyogyanya dipahami dan
disepakati bersama.

9
Setidaknya minimal ada tiga komponen yang harus dipahami oleh guru dalam rangka
pencapaian dari perubahan-perubahan dari hasil proses belajar mengajar, yaitu:
a) Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
b) Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar mengajar (instruksional) dalam bentuk yang
operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara
langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur (measurable).
c) Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannnya, dari beberapa model
strategi belajar mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat dipergunakan untuk
memilihnya bagi keperluan penggunaannya.

H. Mengidentifikasi Perilaku Hasil Belajar


Dari rangkaian interaksi proses belajar mengajar, diharapkan dapat mengarah pada
pemaknaan yang sama atas dasar tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu
pemaknaan mengidentifikasikan perilaku hasil belajar sangat penting dilakukan. Proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu
(Hilgard, 1948).
Dasar dari tujuan interaksi dalam proses belajar mengajar baik dari siswa maupun dari
guru merupakan titik temu dan bersifat mengikat serta mengarah pada suatu aktivitas dari kedua
belah pihak. Dengan demikian, kriteria keberhasilan dari rangkaian keseluruhan proses interaksi
belajar mengajar tersebut hendaknya ditimbang atau dievaluasi pada tercapai tidaknya tujuan
dari belajar mengajar tersebut yang dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan-perubahan pada
perilaku dan pribadi siswa. Dengan kata lain siswa dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia
telah mengalami perubahan-perubahan setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku
dan pribadinya.
Secara implisit mengidentifikan perilaku hasil belajar dapat dilihat dari adanya beberapa
karakteristik sebagai berikut:
a) Perubahan intensional, yaitu dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan
sengaja dan didasari dilakukannya dan bukan secara kebetulan; dengan demikian perubahan
karena kemantapan dan kematangan atau keletihan karena penyakit tidak dipandang sebagai
perubahan hasil belajar.

10
b) Perubahan bersifat positif, sesuai seperti yang diharapkan yang bersifat normatif atau kriteria
keberhasilan baik dipandang dari segi siswa seperti tingkat kemampuan dan bakat, tugas
perkembangan, dan sebagainya. Maupun dari segi guru yakni tuntutan masyarakat sesuai
dengan tingkatan standar kulturalnya.
c) Perubahan bersifat efektif, yaitu membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa itu sendiri
yang relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat dipergunakann seperti dalam memecahkan
masalah (problem solving), baik dalam diri, dalam kehidupan sehari-hari dan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya.

I. Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar


Belajar adalah suatu proses yang kompleks, dan ada beberapa faktor yang dapat
menentukan hasil dari proses pembelajaran itu. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor tersebut
terdiri dari dua kelompok utama, yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar.
Faktor Dari Dalam (Internal),
Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri. Faktor tersebut
meliputi:
a. Fisiologi, yaitu keadaan jasmaniah secara umum ditambah keadaan pancaindranya. Anak
dengan kondisi sehat, akan sangat berbeda dengan anak yang mengalami sakit atau
kekurangan gizi.
b. Keadaan Psikologis (kejiwaan), yaitu keadaan psikologis siswa yang sedang mengikuti proses
pembelajaran, antara lain menyangkut keadaan semangatnya, motivasinya, kecerdasannya
(kognitifnya), serta keadaan emosinya.
c. Faktor Kecerdasan, faktor ini sngat berpengaruh terhadap daya tangkap materi yang diajarkan
antara satu orang siswa dengan siswa lainnya. Semakin tinggi tingkat kecerdasannya maka
akan semakin mudah dia menangkap pelajaran, sebaiknya, semakin rendah tingkat
kecerdasannya, maka akan semakin sulit dia menerima materi pelajaran tersebut.
d. Bakat Individu. Setiap siswa memiliki bakat masing-masing yang berbeda satu sama lainnya.
Sebagai contoh, misalnya siswa yang berbakat dibidang seni, akan dengan mudah menangkap
materi pembelajaran yang ada kaitanyya dengan kesenian, dibandingkan siswa lain yang tidak
berbakat dibidang pelajaran ini.

11
e. Minat Siswa. Minat adalah ketertarikan siswa terhadap jenis pelajaran atau kegiatan tentu,
semkain besar minat yang dimilikinya untuk mempelajari hal tertentu maka akan semakin
baik hasil yang didapatnya.
f. Motivasi belajar. Yang dimaksud dengan motivasi disini adalah: sesuatu yang menyebabkan
kegiatan belajar terjadi. Motifasi ini dapat timbul sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan, nasihat guru, kondisi siswa, faktor dinamis dalam belajar, atau bahkan cita-cita
siswa tersebut.
g. Emosi Siswa. Emosi merupakan kondisi psikologis individu untuk melakukan kegiatan, dalam
hal ini kegiatan belajar. Kondisi psikologis siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya
antara lain adalah perasaan senang, sedih, marah, gembira, cemas dan lain-lain.
Faktor Dari Luar (Eksternal)
Faktor luar yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa, dapat disebabkan oleh:
a. Lingkungan alami, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan
cuaca, udara, waktu, tempat, ruangan, alat atau sarana pembelajaran.
b. Waktu pelaksanaan belajar, misalnya menyangkut pembagian waktu belajar siswa dalam satu
hari atau satu minggu. Jika jadwal kegiatan terlalu melelahkannya, maka hasil yang diperoleh
akan kurang memuaskan dibandingkan mereka yang memiliki jadwal kegiatan yang wajar.
c. Kondisi cuaca. Kondisi cuaca yang mendung akan sangat berbeda dengan kondisi yang cerah,
demikian juga halnya, kondisi cuaca yang sangat panas atau sangat dingin akan berbeda
dengan hasil belajar di saat kondisi cuaca sedang baik.
d. Kondisi gedung atau kelas. Kondisi ruangan gedung atau kelas sangat berpengaruh terhadap
hasil akhir proses pembelajaran siswa. Gedung yang dirancang dan dibangun menurut kaidah
standar kelas, akan sangat berbeda dengan kondisi gedung yang dibangun darurat yang kurang
memperhatikan faktor kenyamanan penggunannya.
e. Peralatan / sarana belajar. Perlatan belajar termasuk di dalamnya media pembelajaran yang
memadai akan sngat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru suatu mata pelajaran. Peralatan belajar ini dapat berbentuk perangkat
kers dapat juga berbentuk perangkat lunak, sebagai contoh misalnya berbagai program
aplikasi untuk pembelajaran TIK.

12
f. Lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan alam serta
lingkungan pergaulan social disekitarnya, misalnya orang tua, saudara bahkan teman-teman.
Lingkungan yang gemar menimba ilmu, akan berpengaruh juga terhadap perilakunya belajar
siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.

J. Hasil Belajar dan Pengukuran Keberhasilan


Di dalam konsep dasar belajar dan mengajar ada beberapa hal yang perlu di laksanakan
diantaranya adalah :
Pelaksanaan Evaluasi
Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksana
kegiatan belajar mengajar. Untuk menimbang sejauhmana taraf keberhasilan mengajar guru dan
belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang
didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku
dan peribadi siswa. Wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat;
fungsional-struktural, material-substansial, behavioral. Untuk memudahkan sistematikanya dapat
kita gunakan penggolongan perilaku menurut Bloom dalam Term kawasan-kawasan: kognitif,
afektif dan psikomotor.
Tujuan Evaluasi
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan
berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4. Mmberikan pertanggung jawaban (accountability)
Fungsi Evaluasi
Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak
fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan

13
Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada
fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi: 1. Remedial 2. Umpan balik 3.
Memotivasi dan membimbing anak 4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan 5.
Pengembangan ilmu.

Manfaat Evaluasi Secara umum


Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan
kondisi dosen
b. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan masalah, dll
c. Meningkatkan kualitas KBM : komponen-komponen KBM Sementara secara lebih khusus
evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti
siswa, guru, dan kepala sekolah.
Bagi Siswa: Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran: Memuaskan atau tidak
memuaskan
Bagi Guru:
a. Mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau
pengayaan
b. Ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
c. Ketepatan metode yang digunakan
Bagi Sekolah yaitu:
a. Hasil belajar cermin kualitas sekolah
b. Membuat program sekolah
c. Pemenuhan standar

Macam-macam Evaluasi
a) Formatif Evaluasi.
Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan /
topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah
berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih

14
berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang
telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the
strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the
instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol
sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.
b. Sumatif Evaluasi. Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu
yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk
Mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.
Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode
pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu
semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Diagnostik Evaluasi.
Diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.
Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama
proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai
input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau
pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan
untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik,
sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh.
Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar
mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
a. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian dengan patokan : Kurikulum/silabi.
b. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
c. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
d. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.

15
K. Simpulan
Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka
sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar
menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan, belajar adalah
sebuah kewajiban juga.
Di dalam pandangan Islam, belajar atau secara umumnya pendidikan merupakan kegiatan
yang diwajibkan bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita. Pendidikan juga berlangsung
seumur hidup, tidak mengenal batas usia.
Intinya, dengan belajar manusia dapat berubah. Perubahan yang dimaksud bergantung
terhadap apa yang dipelajarinya. Jika manusia belajar kebenaran dan kebaikan, maka ia akan
berubah menjadi manusia yang benar dan penuh kebaikan. Jika ia belajar ketidakbenaran dan
kejelekan, maka ia akan berubah menjadi manusia yang penuh dengan kemaksiatan.
Proses belajar mengajar sebagai salah satu bagian dari kegiatan pendidikan, merupakan
proses yang melibatkan berbagai komponen yang menyangkut guru sebagai pendidik dan siswa
sebagai peserta didik. Pendidik dan peserta didik masing-masing harus memiliki kesiapan untuk
mencapai hasil proses pendidikan yang memadai, oleh sebab itu keduanya perlu dikondisikan
melalui tatacara yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam proses belajar mengajar.
Kaidah-kaidah tersebut dirangkum dalam sebuah konsep yang kemudian disebut sebagai konsep
dasar belajar mengajar, yang harus dipahami oleh seorang tenaga pendidik sebelum
melaksanakan tugasnya.
Konsep dasar dan mengajar memiliki tiga karakteristik yaitu aspek siswa, aspek
tujuan, aspek guru. Secara implisit mengidentifikan perilaku hasil belajar yaitu perubahan
intensional atau keletihan, perubahan bersifat positif, perubahan bersifat efektif. Selain itu faktor
faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal dan untuk
mrnetahui hasil dan keberhasilan harus di berikan suatu evaluasi.

16
DAFTAR PUSTAKA
Gagne. 1984. Definisi belajar . Jakarta : Gramedia
Hilgar ahmad.1948. Mengidentifikasi perilaku hasil
belajar(online)http://hasil belajar.com /pengertian-perilaku-hasil-belajar/. Diakses pada tanggal
10 Januari 2014
Masmuadi, andi. 2009.Konsep Dasar Belajar dan
Mengajar.(online),http://www.andi masmuadi.net/2009/02/pemahaman-konsep-dasar-belajar-
mengajar.html di akses pada tanggal 18 Januari 2014
Ruslan, Ade.2003 Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif .Jakarta : Gramedi
Konsep dasar belajar mengajar (online)http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/29/konsep-
dasar-belajar-dan-mengajar -399602.html. Di akses pada tanggal 11 Januari 2014
KonsepDasarBelajar(online)http://ahmadselamet.blogspot.com/2011/05/konsepi-dasar-
belajar.html. Diakses pada tanggal 10 Januari 2014
Surya, Puspita. 2012. Konsep dasar Belajar dan Mengajar (online)
Wijaya, Cece.1991.Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar Re,aja Rosda
Karya : Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai