Anda di halaman 1dari 11

TOR (Term Of Reference)

PROSES BUDIDAYA BESERTA PENANGANAN PASCAPANEN DAN


PEMASARAN SAWI CAISIM ORGANIK DI KAMPUS
PENGEMBANGAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH CIKUYA,
TANGERANG, BANTEN

Disusun Oleh :

Riska Zuhara

109092000028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2017 M/ 1438 H
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi sangat besar bagi sistem

pertanian organik. Indonesia memiliki 17 juta lahan kosong dan masih luasnya

pertanian tradisional yang dikelola tanpa menggunakan bahan sintetis, menjadi

salah satu modal penting dalam pengembangan pertanian organik.

Indonesia yang beriklim tropis dengan topografi beragam, mulai dari dataran

rendah hingga dataran tinggi memungkinkan budidaya beragam sayur-sayuran,

seperti sayuran daun, batang dan umbi. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian

organik di Indonesia memiliki prospek baik karena peluang aplikasi yang cukup

besar, serta pemahaman akan hidup sehat yang semakin meningkat merupakan

dasar yang baik bagi pengembangan produk yang aman dan sehat untuk

dikonsumsi. Secara morfologi, memiliki penampilan yang lebih alami dengan rasa

lebih enak, renyah, halus dan kurang berserat.

Produk hortikultura merupakan produk yang mudah rusak (perishable),

sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pasca panen. Penanganan

pascapanen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapatkan perhatian

yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pascapanen sebesar 25% -

28 %. Oleh sebab itu agar produk hortikultura terutama buah-buahan dan sayuran

dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan


pascapanen yang benar dan sesuai. Bila pascapanen dilakukan dengan baik,

kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari, sehingga

kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan (Sukardi, 1992).

Salah satu tanaman hortikultura yang termasuk kelompok tanaman sayuran

adalah caisim . Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran dengan

iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis.

Caisim pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat pula

didataran tinggi. Caisim tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi

(panas). Saat ini, kebutuhan akan caisim semakin lama semakin meningkat seiring

dengan peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi

kesehatan. Rukmana (1994) menyatakan caisim mempunyai nilai ekonomi tinggi

setelah kubis crop, kubis bunga dan brokoli.

Sebagai sayuran, caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung

berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisim adalah

protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

Menurut Margiyanto (2008) manfaat caisim atau sawi bakso sangat baik untuk

menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit

kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan

memperlancar pencernaan.

Permintaan masyarakat terhadap caisim semakin lama semakin meningkat.

Dengan permintaan caisim yang semakin meningkat, maka untuk memenuhi

kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan
peningkatan produksi. Salah satunya adalah perbaikan cara bercocok tanam

caisim ini. Berkaitan dengan judul PKL penulis yaitu tentang proses budidaya

caisim khususnya penulis ingin mengetahui proses budidaya caisim di kampus

pengembangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu mulai dari pembenihan

sampai dengan penanganan pasca panen.

Berkenaan dengan itu semua Penulis yang merupakan mahasiswa

agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tertarik untuk

melakukan tugas akhir kuliah yaitu Praktek Kerja Lapang ( PKL ) dimana judul

yang di ambil oleh penulis adalah Proses budidaya sawi caisim sampai dengan

penanganan pascapanen, dan pemasarannya. Oleh karena itu penulis akan

mencoba mengamati, mempelajari dan mengikuti proses budidaya sawi caisim

mulai dari pembenihan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama, pemanenan,

dan perlakuan pasca panen sampai ke pemasarannya.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)

1.2.1 Tujuan Umum

1. Memiliki wawasan lebih mendalam dalam bidang Pertanian terutama

usahatani, sehingga memudahkan mahasiswa yang bersangkutan

untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Memperoleh pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja, serta

memperoleh referensi dari tempat melakukan Praktek Kerja Lapang

(PKL).
3. Mengaplikasikan pengetahuan akademis yang telah diperoleh selama

perkuliahan, memberikan kontribusi pengetahuan pada lokasi Praktek

Kerja Lapang (PKL) secara jelas, konsisten dan memiliki komitmen

yang tinggi.

4. Memahami konsep-konsep non akademis dan non teknis dunia kerja.

5. Membina relasi dengan instansi atau tempat Praktek Kerja Lapang

(PKL) dilaksanakan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mempelajari aktivitas mengenai aktivitas budidaya, penanganan pasca

panen serta pemasaran caisim di kampus pengembangan UIN Syarif

Hidayatullah desa Cikuya, kec. Solear, kab. Tangerang, Banten.


BAB II

PROFIL TEMPAT PKL

2.1 Gambaran Umum Kampus Pengembangan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

IAIN Jakarta (kini UIN Jakarta, red.) membeli lahan seluas 40 hektar dengan

dana APBN 1996 di Desa Cikuya, Kecamatan Cisoka (kini masuk Kecamatan

Solear), Kabupaten Tangerang, dengan dokumen SPH dan Akte Jual Beli.

Pembayaran lahan sendiri dilakukan kepada pihak Fadel Muhammad sebagai

Direktur Utama PT ACB sesuai surat permohonan fihaknya Nomor ACB

082/III/96 tanggal 5 Maret 1996 kepada Rektor IAIN Jakarta Prof. Dr. M. Quraish

Shihab MA. Setelah pembayaran, Fadel sendiri berjanji kepada Quraish untuk

secepatnya menyelesaikan lahan ke dalam satu hamparan.

Namun janji penyelesaian tersebut belum juga direalisasikan oleh pihak Fadel.

Padahal pimpinan rektorat UIN Jakarta telah berganti berulangkali, mulai dari

Prof. Dr. Quraish Shihab MA (1996-1998), Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja SH, MA

(1998), Prof. Dr. Azyumardi Azra MA (1998-2002 & 2002-2006), Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat (2006-2010 & 2010-2015), hingga Prof. Dr. Dede Rosyada

MA (2015-sekarang).

Berbagai usaha penyelesaian telah dilakukan oleh UIN Jakarta sendiri dengan

mendorong pihak Fadel untuk segera merealisasikan janjinya. Pada masa awal

kepemimpinan Azra, misalnya, UIN Jakarta telah melakukan pemagaran lahan.


Belakangan pemagaran mengundang reaksi negatif masyarakat sekitar dan

muncul sejumlah fakta, misalnya, jalan masuk ke lokasi diklaim masih dimiliki

seseorang warga, 14 dari 40 hektar lahan masih dikuasai PT Swadaya, Peta

Enggal Karya dan Masyarakat. Bahkan 6 dari 40 hektar yang ada, kepemilikannya

masih overlapping.

Langkah-langkah penyelesaian juga dilakukan pada masa Komaruddin. Selain

meminta kepada fadel langsung, penyelesaian lahan ditempuh dengan

pembentukan Tim Kerja Khusus Penyelesaian Tanah Cikuya yang diketuai Dr

(HC) AM Fatwa. Pada 17 Oktober 2011, fihak Fadel dan UIN Jakarta sepakat

menyelesaikan persoalan lahan selama enam bulan. Namun 6 Maret 2012, pihak

Fadel malah mengusulkan pengembalian seluruh dana yang dibayarkan UIN

Jakarta.

Dikarenakan sulitnya mendapat kepastian dari fihak Fadel, UIN Jakarta mulai

tahun 2013 berusaha melakukan sertifikasi lahan bekerjasama dengan KPKNL

Serpong dan BPN Kabupaten tangerang. Pada tahap pertama, UIN Jakarta

berhasil mensertifikasi 20 ribu meter persegi. Tahap kedua, UIN kembali

sertifikasi 120 ribu meter lahan. Di tahap tiga, 130 ribu meter lahan kembali

disertifikasi sehingga total lahan berhasil disertifikasi mencapai 270 ribu meter.

Namun di tahap ketiga, proses sertifikasi banyak menemui kendala dari berbagai

pihak, terutama dari tim Fadel yaitu Taufik H. Helmy dan sejawatnya.

Di bawah kepemimpinan Dede, UIN Jakarta kembali menagih janji pihak

Fadel. Pada 13 Mei 2016, pihak PT ACB menyatakan berkomitmen

menyelesaikan persoalan lahan, termasuk mengklarifikasi tentang hambatan dan


gangguan Taufik H. Helmy. Namun hingga kini, proses sertifikasi yang dilakukan

UIN Jakarta tetap terhambat oleh adanya gugatan Taufik. Nampaknya pihak ACB

tidak banyak membantu UIN Jakarta untuk menyelesaikan masalah-masalah

tersebut.

Spesifikasi lahan yang telah dicatatkan sebagai Barang Milik Negara (BMN)

sejak 2008 ini adalah berupa lahan darat kosong, luas 402.306 hektar, bukti

kepemilikan SPH, Nomor KIB 1, kode Barang 2.01.02.02.002.1. Terakhir, status

lahan sendiri diperuntukkan bagi kegiatan praktikum mahasiswa Agribisnis.

Pada September 2016, Prof Dr Dede Rosyada MA meresmikan penggunaan

rumah singgah (guest house) dibangun di atas tanah seluas 100 m2 yang terletak

di kampus pengembangan UIN Jakarta. Rumah singgah tersebut akan

dipergunakan sebagai tempat tinggal para mahasiswa ketika melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN). Selanjutnya telah direncanakan pembangunan situ yang

nantinya akan dimanfaatkan sebagai suplai air saat kemarau serta sarana

pengairan kegiatan bercocok-tanam di lahan seluas 43 hektare tersebut.


BAB III

RINCIAN PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 1 September 2017 s.d 1 Oktober

2017. Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL) berlokasi di kampus

pengembangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta desa Cikuya, kec. Solear, kab.

Tangerang, Banten.

3.1.2 Garis Besar Rencana Kerja (per minggu)

Sebagai bahan acuan kerja dalam melakukan Praktek Kerja Lapang

(PKL), penulis menjabarkan rangkaian acuan kerja dengan mengklasifikasikan

kegiatan per minggu.

Pada minggu pertama penulis mencoba untuk menjalin tali silaturahmi

dan hubungan kerja yang baik dengan pembimbing, karyawan, perkenalan

profil tempat praktek kerja lapang secara keseluruhan.dan mempelajari cara

budidaya yang dilakukan pada lahan di kampus pengembangan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada minggu kedua, merupakan tahap awal dimana penulis

melakukan penggalian informasi lebih dalam lagi mengenai proses cara

budidaya yang dilakukan pihak kampus pengembangan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam proses usahataninya. Penulis pun langsung

mengikuti kegiatan budidaya caisim organik.


Pada minggu ketiga, merupakan tahap dimana penulis mempelajari

mengenai sistem cara budidaya caisim dan penanganan pasca panen yang

dilakukan di kampus pengembangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada minggu keempat, merupakan tahap dimana penulis mempelajari

cara pengananan pascapanen caisim organik sampai kepemasaran.


CURRICULUM VITAE

Nama : Riska Zuhara

NIP : 109092000028

Minat Konsentrasi : Usahatani

Jurusan : Agribisnis

Fakultas : Sains dan Teknologi

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

No. Hp : 085959553953

Email : riskazuhara@gmail.com

PKL : Kampus III UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai