Sejarah Masuknya Bangsa Eropa Ke Indonesia
Sejarah Masuknya Bangsa Eropa Ke Indonesia
Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa Portugis di bawah
pimpinan Alfonso dAlbuquerque. Sejak peristiwa itu, kekuasaan Kerajaan
Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis. Tindakan-tindakan bangsa Portugis
yang semakin sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat dapat
menimbulkan terjadinya pertentangan antara rakyat Maluku dengan bangsa
Portugis. Pertentangan ini semakin memuncak setelah bangsa Portugis
membunuh Sultan Hairun dari kerajaan Ternate. Rakyat Ternate angkat
senjata di bawah pimpinan putranya yang bernama Baab Ullah dan akhirnya
tahun 1575 bangsa Portugis terusir dari daerah Maluku.
Zaman kekuasaan kolonial Portugis yang berlangsung dari tahun 1511 sampai
tahun 1641 di wilayah Indonesia meninggalkan bekas-bekasnya di dalam
kebudayaan Indonesia.
b. Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia
Pada tahun 1602 pedagang-pedagang Belanda mendirikan perkumpulan
dagang yang disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Pembentukan VOC dibantu oleh pemerintah Belanda di bawah Van
Oldenbarneveldt. VOC diberi hak istimewa, sehingga menjadi sebuah badan
yang berdaulat. Hak istimewa itu di antaranya:
1. hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Selatan dengan Afrika,
2. hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-
benteng dan menjajah,
3. hak untuk mengangkat pegawai-pegawainya,
4. hak untuk memberi pengadilan,
5. hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
Sebaliknya VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
terhadap Pemerintah Belanda, yaitu:
1. bertanggung jawab kepada Staten General (Badan Perwakilan),
2. pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang
dan angkatan perang.
Pada tahun 1618 Jan Pieterzoon Coen dengan izin dari Pangeran Jayakarta
mendirikan sebuah benteng di kota Jayakarta. Ketika terjadi perselisihan
antara Pangeran Jayakarta yang dibantu oleh Sultan Banten dengan orang-
orang Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen, maka Belanda
membakar kota Jayakarta. Namun pada tahun 1619, Jan Pieterzoon Coen
mendirikan kota baru di atas kota yang dibakar tersebut dengan nama kota
Batavia. Selanjutnya Jan Pieterzoon Coen menjadikan kota Batavia sebagai
pusat perdagangan dan pusat kekuasaan Belanda di wilayah Indonesia. Dalam
menghadapi kerajaan-kerajaan Indonesia, Belanda melancarkan politik adu
domba (
devide et impera).
c. Indonesia di bawah Pemerintahan Kerajaan Belanda
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang
sangat besar dan utang yang dimilikinya berjumlah sangat besar. Hal ini juga
diakibatkan oleh:
1. persaingan dagang dari bnagsa Perancis dan Inggris,
2. penduduk Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak
mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC,
3. perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan
VOC,
4. pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi dan kecurangan-
kecurangan akibat dari gaji yang diterimanya terlalu kecil,
5. VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar untuk
memelihara tentara dan pegawai-pegawai yang jumlahnya cukup besar untu
memenuhi pegawai daerah-daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan
Madura.
Maka pada tahun 1799, VOC akhirnya dibubarkan. Pada tahun 1807,
Republik Bataafsche dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan diganti
bentuknya menjadi Kerajaan Holland di bawah pemerintahan Raja Louis
Napoleon Bonaparte (adik dari Kaisar Napoleon).
d. Pemerintahan Daendels di Indonesia (1808-1811)
Pada tahun 1808, Herman Willem Daendels diangkat menjadi gubernur
jenderal atas wilayah Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Dalam upaya
tersebut, perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan.
Untuk memperkuat angkatan perangnya, Daendels melatih orang-orang
Indonesia, karena tidak mungkin ia menambah tentaranya dari orang-orang
belanda yang didatangkan dari negeri belanda. Pembangunan angkatan
perangnya ini dilengkapi dengan pendirian tangsi-tangsi atau benteng-
benteng, pabrik mesiu dan juga rumah sakit tentara.
Di samping itu, atas dasar pertimbangan pertahanan, Daendels
memerintahkan pembuatan jalan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai
Panarukan di Jawa Timur. Pembuatan jalan ini menggunakan tenaga rakyat
dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi, hingga selesainya pembuatan jalan
itu. Untuk orang Belanda, pekerjaan menyelesaikan pembuatan jalan pos ini
merupakan keberhasilan yang gemilang, tetapi lain halnya dengan bangsa
Indonesia, di mana setiap jengkal jalan itu merupakan peringatan terhadap
rintihan dan jeritan jiwa orang yang mati dalam pembuatan jalan tersebut.
Setelah pembuatan jalan selesai, Daendels memerintahkan pembuatan
perahu-perahu kecil, karena perahu-perahu perang Belanda tidak mungkin
dikirim dari negeri Belanda ke Indonesia. Selanjutnya pembuatan pelabuhan-
pelabuhan tempat bersandarnya perahu-perahu perang itu, Daendels
merencanakan di daerah Banten Selatan. Pembuatan pelabuhan itu telah
memakan ribuan korban jiwa orang Indonesia di Banten akibat dari penyakit
malaria yang menyerang para pekerja paksa. Akhirnya pembuatan pelabuhan
itu tidak selesai. Walaupun Daendels bersikeras untuk tetap
menyelesaikannya, tetapi Sultan Banten menentangnya. Daendels
menganggap jiwa rakyat Banten tidak ada harganya, sehingga hal ini
mengakibatkan pecahnya perang antara Daendels dengan Kerajaan Banten.
Di samping itu, pembuatan pelabuhan di Merak juga mengalami kegagalan
dan hanya usaha untuk memperluas pelabuhan di Surabaya yang cukup
memuaskan.
Pada tahun 1810 Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Raja Louis
Napoleon Bonaparte dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte. Negeri
Belanda dijadikan wilayah kekuasaan Perancis. Dengan demikian, wilayah
jajahannya di Indonesia secara otomatis menjadi wilayah jajahan Perancis.
Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otokratis (otoriter),
maka pada tahun 1811 ia dipanggil kembali ke negeri Belanda dan digantikan
oleh Gubernur Jenderal Jansens.
e. Kekuasaan Inggris di Indonesia
Pada tahun 1811, tentara Inggris mengadakan serangan terhadap wilayah-
wilayah yang dikuasai Belanda. Sejak tahun 1811 itu juga wilayah Indonesia
menjadi daerah jajahan East Indian Company (EIC), badan perdagangan
Inggris yang berpusat di Kalkuta, yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Lord
Minto. Untuk wilayah Indonesia Lord Minto mengangkat Thomas Stamford
Raffles sebagai pemegang pemerintahan dengan pangkat Letnan Gubernur
Jenderal.
Dengan bantuan orang-orang Indonesia yang pandai dan beberapa orang
Belanda, Raffles berhasil mengetahui sejarah, kebudayaan, kesenian dan
kesusasteraan Jawa. Buah karya Thomas Stamfor Raffles adalah sebuah buku
yang berisikan sejarah Jawa yang berjudul History of Java.
Setelah Napoleon Bonaparte berhasil dikalahkan dalam pertempuran di Leipzig
dan kemudian tertangkap, maka pada tahun 1814 melalui Konvensi London
(Perjanjian London), Inggris mengembalikan semua daerah kekuasaan Belanda
yang pernah dikuasai oleh Inggris.
f. Pemerintahan Kolonial Belanda
Setelah dilakukan perjanjian antara Inggris dengan Belanda pada Konvensi
London (1814), daerah Indonesia dikembalikan kepada Belanda. Untuk
mengurus pengembalian itu, dikirim komisi jenderal yang terdiri dari Van der
Capellen, Elout, dan Buyskes (1816).
Tugas komisi jenderal itu sangat berat, yaitu memperbaiki sistem
pemerintahan dan perekonomian. Perbaikan ekonomi ini bertujuan agar dapat
mengembalikan utang-utang Belanda yang cukup besar akibat perang-perang
yang dilakukan dalam menghadapi Napoleon maupun perang-perang yang
dilakukan dalam menghadapi kerajaan-kerajaan Indonesia.
Untuk menghadapi pertentangan yang kuat dari bangsa Indonesia, Belanda
menindasnya dengan jalan perang kolonial dan politik devide et impera yaitu
memecah belah bangsa Indonesia. Sehingga terjadinya permusuhan antara
kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Indonesia.
g. Kekuasaan Bangsa Jerman
Sekalipun Jerman sering dijuluki negara imperialis yang kesiangan,
namun ia dapat menguasai beberapa daerah jajahan antara lain .
(1) Togo
(2) Kamerun
(3) Afrika Barat Daya
(4) Nigeria
Tidak ada partisipasi dari perangkat lokal segala sesuatu diatur oleh
pemerintah pusat.
Tidak ada sama sekali otonomi untuk mengatur sendiri rumah tangga
daerah sesuai dengan kepentingan daerah.
Implikasi :
Dalam sebuah sistem presidensial yang dijalankan Indonesia semenjak dekrit
presiden tanggal 5 juli 1959 hingga sekarang, kita sempak merasakan adanya
sistem pemerintahan yang terlalu sentralistik. Lihat saja ketika masa orde
lama Soekarno, dimana sistem pemerintahan yang sentralistik terlalu terasa,
waktu itu kewenangan pusat begitu dominan, bagaimana peran presiden
sebagai kepala negara dan pemerintahan serta lembaga pusat lainnya sangat
superior. Hal ini disebabkan waktu itu indonesia belum mampu mandiri dan
tiap daerah di Indonesia belum sanggup mengurusi daerahnya masing-masing.
Begitu juga ketika rezim orde baru Soeharto. Bagaimana sedikitnya ruang
publik dan bermandiri bagi masyarakatnya terutama daerah-daerah di luar
jawa. Dalam masa ini sistem pemerintahan Indonesia sangat sentralistik. Kita
sempat menganal adanya jawa sentris, nasionalisasi beras dan lain
sebagainya. Begitu juga dengan kuatnya pengaruh pusat terhadap daerah
terhadap sumber daya ekonomi dan suber daya alam yang ada di daerah.
Daerah tidak dapat mandiri dalam menjalankan pemrintahannya karena
wewenang pusat lebih besar.
Pada perkembangannya muncul tuntutan adanya desentralisasi sejak tahun
1854 dimana parlemen Belanda berhak mengawasi pelaksanaan pemerintahan
di Hindia Belanda. Tuntutan tersebut secara perlahan terwujud diawali
dengan adanya desentralisasi keuangan (1903), kemudian baru adanya
pemerintahan daerah baru (1922). Berdasarkan Undang-undang Perubahan
tahun 1922 Hindia Belanda dibagi dalam provinsi dan wilayah (gewest)
Provinsi
Provinsi memiliki otonomi. Tiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur. Ada
3 provinsi yaitu Jawa Barat (1926), Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah
(1930).
Gewest (wilayah)
Gewest tidak memiliki otonomi. Sampai tahun 1938 Hindia Belanda terbagi
menjadi 8 (delapan) gewest yang terdiri dari 3 (tiga) Provinsi; Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah. Dan 5 (Lima) Gewesten; Kesultanan Yogyakarta,
Kasunanan Surakarta, Gewest Sumatera, Gewest Kalimantan (Borneo), Gewest
Timur Besar (Grote Oost) yang terdiri dari Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil,
Maluku, dan Irian Barat. Untuk Surakarta dan Yogyakarta termasuk
Gubernemen yaitu wilayah yang langsung diperintah oleh pejabat-pejabat
gubernemen.
Desentralisasi adalah pembagian wewenang atau urusan penyelenggaraan
pemerintahan. Dengan adanya keinginan desentralisasi maka Belanda
membutuhkan orang-orang pribumi bukan hanya sebagai penguasaan daerah
tetapi juga untuk mengerjakan keperluan administrasi pemerintah. Belanda
juga membutuhkan tenaga terlatih (tenaga kesehatan, kehutanan, kemiliteran,
kepolisian). Orang-orang pribumi tersebut akan dijadikan pelaksana, pelayan
pemerintah, serta perantara antara Belanda dan penguasa daerah. Tetapi
untuk dapat bekerja di pemerintah maka mereka harus sekolah.
Keinginan desentralisasi menyebabkan adanya desentralisasi antara negara
induk (Belanda) dengan Hindia Belanda, antara pemerintah Batavia dengan
daerah, dan antara Belanda dengan pribumi.Dengan adanya keinginan
desentralisasi tersebut maka memerlukan adanya daerah otonom.
Akibat adanya desentralisasi:
Pemerintah VOC
Gubernur Jenderal
Merupakan penguasa tertinggi di Hindia. Kekuasaannya menjadi sangat tak
terbatas karena ada undang-undang yang khusus mengatur hak-hak dan
kewajibannya.
Raad van Indie (Dewan Hindia)
Merupakan pendampingan gubernur jenderal dalam melaksanakan
pemerintahannya. (terdiri dari 6 orang anggota dan 2 orang anggota luar biasa
dimana gubernur jenderal merangkap sebagai ketua). Setiap laporan dikirim
pada Heeren XVII sebagai pimpinan pusat VOC yang berkedudukan di
Amsterdam.
VOC lebih banyak melakukan pemerintahan tidak langsung, dimana kaum
bumiputera tidak terlibat dalam struktur kepegawaian VOC. Meskipun
terkadang mereka terlibat dalam pemerintahan tetapi stasus mereka bukan
pegawai VOC dan tidak digaji secara tetap. Mereka hanya mitra dalam bekerja
demi kepentingan VOC.
Pada tahun 1799, VOC mengalami kebangkrutan yang disebabkan faktor-
faktor berikut.
Pemerintahan Kolonial
Gubernur Jenderal didampingi oleh Raad van Indie (beranggota 4 orang) yang
disebut sebagai Pemerintah Agung di Hindia Belanda. Dibantu oleh :
Pada tahun 1819 keduanya diganti oleh Algemene Secretarie yang bertugas
membantu Gubernur Jenderal (terutama memberikan pertimbangan
keputusan).
Menurut Undang-undang Hindia Belanda sebagai bagian kerajaan Belanda,
maka:
Raja bertugas:
Urusan dalam negeri Hindia Belanda diserahkan pada Gubernur Jenderal dan
Dewan Rakyat. Hindia Belanda disubordinasikan kepada kerajaan Belanda di
Eropa tetapi diberi otonomi yang cukup luas. Pemerintah Belanda yang
mengurus Indonesia adalah kementrian Jajahan yang kemudian pada
perkembangannya diubah namanya menjadi kementrian urusan seberang
lautan. Pemegang pemerintahan atas wilayah Indonesia adalah Gubernur
Jenderal. Dia adalah pemegang kekuasan tertinggi. Dia menguasai kerajaan-
kerajaan dan meminta mereka bekerja sama, sehingga peran raja tidak dapat
lagi memerintah secara turun temurun tetapi dikendalikan Belanda. Kerajaan
harus menyesuaikan dengan sistem pemerintahan Belanda.
Implikasi
Bagaimana bentuk negara Belanda adalah kerajaan, maka terlihat jelas unsur
fedolistik dalam menjalankan sistem pemerintahan hindia belanda pada saat
itu. Pemerintahan hindia belanda melalui gubernur jendralnya hanyalah
perpanjangan tangan dari pemerintahan pusat ratu belanda yang berada
dipusat yaitu kerajaan belanda di eropa. Unsur dan nilai-nilai inilah yang
terasa sampai sekarang ketika masyarkata kraton Yogyakrta dan Surakarta
atau daerah lainnya yang masih menggunakan sistem kesultanan. Adanya
sebuah sistem stratifikasi sosial, adanya seseorang yang mepunyai kedudukan
yang lebih tinggi untuk disanjung dan dihormati, serta adanya kelas
bangsawan dan kelas buruh. Ini jugalah yang terasa ketika kita berada dalam
praktek sistem pemerintahan di negeri ini, di mana masih banyak unsur
feodlistik di dalam tubuh birokrasi, adanya gila hormat, penguasa
ditempatkan selalu harus dihornati, dilayani untuk menjaga wibawa, yang
menempatkan pegawai pemerintah sebagai warga negara kelas utama. Menjadi
pegawai pemerintah bukanlah pengabdian, namun kebanggaan dan simbol
kelas sosial.
2. Struktur Birokrasi Kolonial masa sentralisasi
Raja Belanda (pemerintahan tertinggi) dilaksanakan oleh Menteri Jajahan.
Gubernur Jenderal (penyelenggara pemerintahan umum) didampingi raad van
indie (dewan hindia).
Gubernur Jenderal pada perkembangan di dampingi oleh departemen (direksi)
yang masing-masing berdiri sendiri. Pada tahun 1933, terdapat 6 departemen,
sebagai berikut:
Desa (kepala desa) jabatan ini tidak termasuk dalam struktur birokrasi
pemerintah kolonial/ bukan anggota korp pegawai dalam negeri Hindia
Belanda (Departemen Dalam Negeri).Kepala desa dibantu pejabat desa
(pamong desa)
Pejabat pribumi (inland bestuur) yang termasuk dalam binenland bestuur
(departemen dalam negeri) disebut Pangreh Praja (pemangku Kerajaan) yang
dikenal dengan sebutan Priyayi.
Kepala desa tidak diangkat maupun digaji oleh pemerintah. Mereka dipilih
langsung oleh rakyat dan digaji oleh rakyat pula melalui tanah desa (tanah
bengkok) yang diserahkan kepadanya selama menjadi kepala desa.
Implikasi:
Desntralisai sangat terasa dijalani pemerintahn Hindia Belanda ketika di
terapkan undang-undang Inlandsche Gemeenre Ordinnatie Sawa en Madoera
yaitu undang-undang yang mengatur desa-desa yang ada di jawa dan madura.
Dan Inlandsche Gemeenre Ordinnatie Buitenyewestan yaitu mengatur desa-
desa yang berada di luar jawa. Dan di dalam undang-undang ini jelas bahwa
pemerintahab Hindia Belanda mencoba melakukan desentralisasi dan
pembagian hak dan wewenang kekuasaannya kepada pihak pribumi. Dan
inilah yang dilankan pemerintahan indonesia pada saat ini dimana undang-
undang mengenai otonomi desa telah diatur secara lebih luas melalu PP No 72
tahun 2005 dan Pemdagri No 28 Tahun 2006.
C. Sistem Hukum pada Masa Kolonial
Di Hindia Belanda diterapkan 2 jenis hukum, yaitu:
Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antara individu-individu dalam masyarakat.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata memuat hukum kekayaan, harta benda
dan perjanjian. Pada masa kolonial dibuat disebabkan karena kegiatan
perdagangan sebagian besar dilakukan dengan perantaraan orang-orang Cina.
Selain KUH Perdata terdapat pula Kitab Undang-undang Hukum Dagang (yang
dibuat khusus untuk orang-orang Cina)
Untuk orang Indonesia awalnya berlaku Hukum Adat setempat tetapi setelah
terjadi kontak dengan Belanda melalui perkebunan-perkebunan Belanda maka
dibuat Kitab Undang-undang Hukum untuk orang pribumi tanpa
memperhatikan hukum adat yang berlaku di masyarakat.
Tujuan dibuat Undang-undang tersebut adalah:
Implikasi:
Implikasi yang masih sangat kuat dan kita rasakan dalam menjalankan
hukum di negeri ini adalah di mana segala bentuk hukum pidana dan perdata
adalah produk Belanda. Sebagaimana seperti yang dijelaskan di atas, kita
masih meniru corak dan sistem hukum pemerintahan kolonial belanda, baik
itu dari hukuman, sanksi, jenis perkara, pemutusan perkara dan lain
sebagainya. Yang masih kuat digunakan hingga sekarang adalah KUHP yang
Indonesia gunakan sekarang adalah jelas produk Pemerintahan Kolonial
Belanda, dan sampai sekarang dan saat in Idonesia belum mampu
membuatnya. Begitu juga hukum adat yang digunakan pada waktu itu sebagai
bahan pertimbangan terhadap hukum yang ada, dan itu juga yang digunakan
indonesia pada saat ini, pertimbangan hukum adat, syariat islam masih
dijadikan penujang sebagai hukum perdata dan pidana di indonesia yang
merupakan produk barat, misalnya saja dalam urusan pembagian hak waris,
urusan perkawinan dan penceraian, sengketa tanah dan lain sebagainya.
Sistem Peradilan pada masa Kolonial
Peradilan dibedakan antara:
1. Pengadilan Gubernemen :
2. Pengadilan Eropa, dilaksanakan oleh Pengadilan Karisidenan, Dewan
Yustisi, Hakim Polisi dan Pengadilan Tinggi.
3. Pengadilan Pribumi, dilaksanakan oleh Landraad (pengadilan negeri)
4. c. Pengadilan untuk segala bangsa dilaksanakan oleh landgerecht.
1. Pengadilan Eropa :
2. Pengadilan Karisidenan, terdapat di kota yang ada Pengadilan Negeri
(Landraad)
3. Raad van Justitie hanya ada 6 buah (Jakarta, Semarang, Surabaya,
Makasar, Medan dan Padang).
4. Hakim Polisi (Politierecht) dibentuk dibeberapa tempat dan merupakan
pengganti Raad van Justitie.
5. Pengadilan Tinggi (Hoogsgerechtshof ) hanya ada di Jakarta.
1. Pengadilan Pribumi
Pengadilan pribumi (landraad) terdapat di kota atau kota yang agak besar,
misalnya di ibu kota kabupaten.
Implikasi kuat yang dirasakan sistem pradilan di Indonesia saat ini adalah
karena kita menerapkan sistem peradilan dengan tipe hukum Civil Law
yaitu sistem peradilan yang digunakan oleh Belanda. Di mana lebih
banyak hukum tertulis, keputusan hakim tidak langsung menjadi UU,
namun memerlukan perundingan dan pembahasan yang panjang terlebih
dahulu. Ini bebrbeda dengan tipe hukum Anglo Sexon, di mana keputusan
hakim lebih dominan, hukum tertulis sangat sdikit, keputusan hakim bisa
dijadikan dasar undang-undang untuk perkara yang sama dalam
persidangan yang akan datang. Di lihat dari penjelasan di atas bagaiman
adanya sebuah kesamaan yang tidak jauh beda dengan sistem hukum
yang dijalankan Indonesia pada saat ini, seperti adanya pengadilan negeri
di tingkat Kabupaten/kota, pengadilan tinggi di tingkat provinsi dan
pengadilan istimewa di tingkat pusat, yang semuanya merupakan turunan
dari pemerintahn Hindia Belanda.
a).Contingental Stelseel
Yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa 1806 dengan memblokade
perdagangan Inggris diEropa daratan,Inggris tumbuh menjadi Negara industri
besar membutuhkan daerah pemasaran yg luas,oleh karena itu India dan
Indonesia akan dijadikan tempat pemasaran barang-barang industri Inggris.
b).Nusantara yg praktis dikuasai Perancis (Belanda Perancis) merupakan
bahaya laten bagi kekuasaan Inggris di Asia. Ketika akhirnya Inggris
menyerbu P.Jawa,penggantinya Daendels,gubernur jendral Jansen,tidak
mampu bertahan dan menyerah,akhir dari penjajahan Belanda-Perancis
ditandatangani dengan Kapitulasi Tuntang (18 September 1811), isinya :
a.Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada
Inggris.
b.Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
c.Semua pegawai Belanda yg mau bekerjasama dengan Inggris dapat
memegang jabatannya terus
d.Semua hutang Pemerintah Belanda yg dahulu,bukan menjadi tanggung
jawab Inggris. Kapitulasi Tuntang ditandatangani tanggal 18 Sept 1811 oleh
S.Auchmuty dari fihak Inggris dan Janseens dari fihak Belanda.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang ,raja muda Lord Minto yg
berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakil
gubernur di P.Jawa,dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh diseluruh
Nusantara.Dan cenderung mendapat tanggapan positif dari raja-raja dan
rakyat setempat karena hal berikut ini :
a.Para raja da rakyat tidak menyukai Daendels
b.Ketika masih berkedudukan di Penang,Malaysia Raffles beberapa kali
mengadakan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yg anti Belanda,seperti :
Yogyakarta,Banten dan Palembang.
C.Sebagai seorang yg Liberalis ,Raffles memiliki kepribadian yg simpatik,ia
menjalankan politik murah hati dan sabar walaupun dalam prakteknya
berlainan.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN RAFFLES
Dalam menjalankan tugas Raffles didampingi oleh suatu badan penasehat
(advisory Council) yang terdiri atas Gillespie,Cranssen dan Muntinghe.
1.Bidang Pemerintahan langkah-langkah yg diambil Raffles :
a.P.Jawa dibagi menjadi 16 Karisidenan (berlangsung sampai tahun 1964).
b.Merubah sistem pemerintahan yg semula dilakukan oleh pengusaha
pribumi menjadi system pemerintahan kolonial yg bercorak barat.
c.Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya
yg mereka peroleh secara turun tumurun.
2.Bidang Ekonomi dan Keuangan
Sistem Pemerintahan
Salah satu peletak dasar pemerintahan modern di Indonesia adalah
Gubernur Jenderal Daendels. Untuk mempertahankan pulau Jawa dari
serangan Inggris, Daendels membagi wilayah tersebut menjadi sembilan
perfektuur. Daendels juga menjadikan para Bupati sebagai pegawai sipil
dibawah perintah perfektuur. Para Bupati memperoleh penghasilan dari tanah
dan tenaga dari penduduk yang berada di dalam wilayah kekuasaannya. Para
Bupati juga mendapat pangkat tertentu dalam hierarki umum kepegawaian
Belanda. Dalam menegakkan keadilan, Daendels membentuk pengadilan
keliling dan pengadilan Indonesia. Meskipun akhirnya wilayah Indonesia
kembali menjadi jajahan Belanda, upaya memperbaiki sistem pemerintahan
membutuhkan waktu lama. Kewajiban mengatur pemerintahan di Indonesia
dimulai kembali setelah pemerintah kerajaan Belanda mengeluarkan Undang-
Undang Desentralisasi pada tahun 1930. Perubahan dan perbaikan
pemerintahan di Indonesia mulai berjalan setelah muncul peraturan
pembebasan dari perwalian (antvoogding) pada tahun 1922 dan keluarnya
sistem pemerintahan baru (bestuurshervorming). Berdasarkan Undang-
undang Desentralisasi, wilayah Indonesia dibagi menjadi beberapa daerah
yang disebut gouvernementen dimulai dari Jawa yang diawali dari daerah
Jawa Barat (1926), Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah (1930). Pembenahan
sistem pemerintahan pun terus dilanjutkan dengan menghapus Dewan
Karesidenan. Untuk mengatasi berbagai macam pesoalan dan memudahkan
segala urusan, pemerintah kolonial membentuk berbagai depertemen dan
dinas. Departemen yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda, misalnya
Departemen Pertanian (1904), Departemen Industri dan Perdagangan (1911)
yang sebelumnya pada tahun 1907 bernama Departemen Perusahaan-
Perusahaan Negara. Adapun beberapa dinas yang pernah dibentuk pemerintah
kolonial Belanda, antara lain Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, dan Dinas
Peternakan.
Sistem Birokrasi
Perombakan struktur birokrasi di Indonesia dimulai setelah pemerintah
Kerajaan Belanda memberlakukan konstitusi baru pada tahun 1848.
berdasarkan konstitusi tersebut wilayah Hindia Belanda (Indonesia) perlu juga
untuk menyusun undang-undang pemerintahan, sistem keuangan, dan sistem
audit yang disetujui oleh Majelis Perwakilan. Pada tahun 1854 berhasil
disusun undang-undang pemerintahan Hindia Belanda. Parlemen Belanda
baru mulai melakukan pengawasan terhadap Hinda Belanda pada tahun
1868. pemegang kekuasaan tertinggi di wilayah Hindia Belanda adalah
seorang Gubernur Jenderal. Di dalam menjalankan pemerintahan Gubernur
Jenderal dibantu oleh residen dan beberapa asisten residen.
Residen bertindak sebagai administratif merangkap fungsi legislatif,
yudikatif, dan fiskal. Residen bertugas sebagai pelaksana administrasi pusat.
Asisten Residen mengepalai bagian dari keresidenan yang sejajar dengan
kabupaten. Asisten Residen menjalankan tugas-tugas residen, kecuali
kekuasaan peradilan (yudikatif). Dibawah asisten residen dikenal adanya
kontrolir. Tugas kontrolir adalah mengumpulkan berbagai keterangan dan
melaksanakan perintah dari atas.
Di Jawa dikenal adanya kabupaten yang dipimpin oleh Bupati yang dibantu
oleh Patih. Wilayah kabupaten dibagi atas wilayah kawedanan yang dipimpin
seorang wedana. Wilayah kawedanan dibagi atas wilayah kecamatan yang
dipimpin oleh seorang camat atau asisten wedana. Susunan birokrasi tersebut
dapat terwujud setelah van de Puttle melakukan reorganisasi pada tahun
1874.
Berdasarkan reorganisasi tersebut, para pegawai pamong praja yang
bertugas tidak lagi berdasarkan ikatan daerah dan hak waris. Pemerintah
kolonial Hindia Belanda mulai menerapkan sistem kepegawaian di dalam
menunjuk seorang menjadi pegawai pamong praja. Jabatan Bupati yang pada
masa van den Bosch masih merupakan hak turun-temurun, sekarang mulai
dipandang sebagai pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Berdasarkan surat edaran tahun 1867 telah dirumuskan tugas dan
kewajiban para pamong praja. Adapun tugas para pamong praja, antara lain
sebagai berikut :
Sistem Hukum
Seiring berubahnya sistem birokrasi dan pemerintahan, sistem hukum yang
berlaku di Indonesia pun mengalami perubahan. Gubernur Jenderal Daendels
adalah peletak dasar berubahnya sistem hukum di Indonesia. Apabila
sebelumnya di Indonesia berlaku sistem hukum tradisional maka ketika
Daendels berkuasa sistem hukumnya digantikan dengan sistem hukum
modern model Barat. Daendels selain memperkenalkan sistem hukum modern
juga memperkenalkan sistem pengadilan keliling dan pengadilan pribumi
(landgerecht) di setiap wilayah (perfectuure). Untuk mengawasi kinerja badan
peradilan yang ada di Indonesia, pemerintah kolonial Belanda membentuk
pula lembaga Mahkamah Agung (Hog-Gerechschof). Mahkamah Agung menjadi
lembaga yudikatif tertinggi di Indonesia. Mulai tahun 1848, Mahkamah Agung
memperoleh kewenangan mengawasi seluruh pengadilan di pulau Jawa.
Pada tahun 1854, semua peraturan pemerintah yang berawal dari raja, putra
mahkota, dan gubernur jenderal berlaku sebagai undang-undang yang wajib
dipatuhi semua warga negara Belanda dan penduduk tanah jajahan. Beberapa
undang-undang yang pernah berlaku di Indonesia, antara lain sebagai berikut
:
Comptabilitas Wet ditetapkan pada tahun 1864. Undang-undang ini
mengatur penetapan anggaran belanja Indonesia.
Agrarische Wet ditetapkan pada tahun 1870. Undang-undang ini mengatur
sistem sewa tanah dan penjaminan kepemilikan tanah di Indonesia.
Perubahan Ekonomi dan Demografi diberbagai daerah mulai abad 19 sampai
paruh pertama abad 20.
Komersialisasi
Dimulainya pelaksanaan politik pintu terbuka (masa liberal) maka di
Indonesia telah mulai memasuki masa komersialisasi, modernisasi dan
industrialisasi. Melalui politik pintu terbuka Belanda berusaha menarik
penanam modal swasta asing di Indonesia, dengan demikian berkembang
pesat industrialisasi di Indonesia. Contoh : pertambangan batubara di
Ombilin, Sumatera Barat ; timah di Bangka, Belitung, dan Singkep; minyak
bumi di Bunyu dan Tarakan. Kalimantan Timur; perkebunan, pertanian,
perdagangan mulai lancar.
Bidang Politik
Dalam bidang ini telah terjadi perubahan-perubahan besar dimana kekuasaan
kolonial semakin kuat, maka kekuasaan para raja/penguasa tradisional
semakin merosot. Mereka makin menutup pada kekuasaan asing.
Bidang Ekonomi
Tujuan utama orang-orang barat datang ke Indonesia berkaitan erat dengan
aspek ekonomi (memperoleh rempah-rempah sendiri). Untuk memperoleh
rempah-rempah tersebut mereka menempuh berbagai cara (monopoli)
Bidang Sosial
Perubahan dalam bidang sosial budaya sebagai contoh : masuk dan
berkembangnya agama Kristen serta berkembangnya unsur-unsur budaya
Barat.
Akibat Imperialisme
1. Akibat politik
1. Terciptanya tanah-tanah jajahan
2. Politik pemerasan
3. Berkorbarnya perang kolonial
4. Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
5. Timbulnya nasionalisme
1. Akibat Ekonomis
1. Negara imperislis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah
kemiskinan
2. Industri si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
3. Perdagangan dunia meluas
4. Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
5. Kapital surplus dan penanamna modal di tanah jajahan
6. Kekuatan ekonomi penduduk asli tanah jajahan lenyap
2. Akibat sosial
Gerakan protes petani adalah gerakan yang dilakukan oleh para petani
sebagai ungkapan protes terhadap perilaku atau segala kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial dan penguasa tanah partikelir.
Pada saat itu kebutuhan masyarakat Inggris belum begitu banyak sehingga
kebutuhan akan sandang, pangan dan papan dapat dipenuhi oleh masingmasing
keluarga. Pada saat itu perdagangan belum berkembang. Kegiatan tukar menukar
barang masih dalam skala kecil dengan jangkauan wilayah yang relatif terbatas.
Hal tersebut disebabkan karena satu keluarga hanya menghasilkan barang untuk
kebutuhan keluarganya sendiri. Produksi mereka tidak dimaksudkan untuk dijual
kepada orang lain, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Perilaku
seperti ini merupakan salah satu ciri dari masyarakat tradisional.
Benda-benda yang dibuat oleh industri rumahan tersebut adalah senjata, perhiasan,
perabot rumah tangga dan alat kerja. Meskipun demikian mereka belum
menghasilkan barang dalam skala besar. Mereka hanya membuat barang apabila ada
pesanan. Melalui usaha yang masih terbatas tersebut masyarakat Inggris tumbuh
menjadi kelompok masyarakat yang bermodal. Golongan masyarakat pemilik modal
ini yang nantinya disebut sebagai kaum kapitalis.
Para pemilik modal ini mendirikan tempat kerja baru dengan mekanisme kerja yang
baru pula. Para pemilik modal membuat gedung yang luas dan dilengkapi alat kerja.
Proses pengoperasian alat kerja tersebut masih dikerjakan oleh manusia
(manufaktur). Pada manufaktur ini masih banyak tenaga yang dipekerjakan dengan
upah yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena pekerjaan mereka tidak
memerlukan latihan dan keahlian yang tinggi.
Pekerjaan pada manufaktur masih bisa dilakukan menggunakan tangan dan sama
sekali tidak menggunakan alat. Berdirinya manufaktur tersebut telah menggeser
industry rumahan yang sebelumnya cukup banyak di Inggris. Akibatnya para pemilik
industri rumahan mulai mengalihkan usahanya ke manufaktur.
Penemuan James Watt merupakan awal mula munculnya Revolusi industri di Inggris
terjadi pada tahun 1763. Watt adalah seorang insinyur yang berasal dari Skotlandia.
Dalam perjalanan dan perkembangan sejarah manusia, penemuannya ini kemudian
dianggap sebagai penemuan pertama yang berhasil membuat alat kerja dengan
tenaga mesin.
Sebenarnya James Watt hanya memodifikasi mesin uap buatan Thomas Newcomen
yang dianggap memboroskan bahan bakar dan bertenaga kecil. James Watt kemudian
menemukan kondensator (alat untuk memadatkan uap) sehingga mesin uap Thomas
Newcomen menjadi hemat. James Watt terus memperbaiki mesin uapnya sehingga
mesin uap Thomas Newcomen mulai dilupakan orang dan mesin uap James Watt
semakin dikenal orang. Dalam perkembangan sejarah berikutnya, mesin uap James
Watt nantinya dipakai dalam kegiatan industri.
Dalam perkembangan selanjutnya. Watt menjadi motivator untuk para ahli lainnya
menemukan alat-alat untuk membantu manusia dalam menyediakan kebutuhan
hidup yang tidak hanya sekedar mengendalkan tangan-tangan manusia. Penemuan
pada periode ini kemudian telah mengantarkanm kepada sejarah baru umat manusia.
Kemunculan Revolusi Industri dilatarbelakangi oleh berbagai hal, di antaranya:
Pada abad ke-17 di Inggris terjadi peperangan yang dahsyat antara bangsawan kuno
dengan bangsawan baru yang dikenal dengan Pera4ng Mawar. Dalam peperangan
tersebut bangsawan baru muncul sebagai pemenang. Mereka berhasil menguasai
kursi pemerintahan dan selanjutnya mengendalikan negara Inggris.
Berbeda dengan bangsawan kuno yang terkesan mewah dan boros, kaum bangsawan
baru lebih menampilkan diri sebagai kelompok masyarakat yang berpikiran maju.
Bangsawan baru ini terdiri dari para bangsawan rendah, petani kaya, pedagang
sukses dan para tuan tanah pemilik modal. Dalam menjalankan pemerintahan
golongan ini lebih mengutamakan perekonomian daripada kepentingan politik belaka.
Kemenangan bangsawan baru telah memberikan angin segar untuk kemajuan Inggris
karena focus perhatian mereka tertuju kepada perekonomian, tidak lagi politik yang
menjadi pusat perhatian bangsawan kuno. Perdebatan politik yang terus-menerus
kadang menghalangi kemajuan yang dicapai.
Melalui cara ini tanah bangsawan menjadi luas, sebaliknya para petani mendapatkan
tanah yang letaknya jauh dan kurang produktif. Tidak jarang di antara para petani
terpaksa meninggalkan tanahnya atau terusir tanpa mendapatkan tanah hasil
tukarannya. Selanjutnya para bangsawan tersebut menjadikan tanahnya sebagai
lahan peternakan domba atau industri.
Banyaknya tanah pertanian yang berubah menjadi daerah peternakan dan industri
berkaitan dengan banyaknya permintaan kain wol dan katun dari pasaran Eropa. Hal
ini benar-benar telah mengokohkan para bangsawan atau para pemilik modal untuk
menggeluti bidang industri dan peternakan. Apalagi para pengusaha di Inggris
semakin diuntungkan dengan tenaga kerja yang murah.
Tenaga kerja murah di Inggris terdiri dari para petani yang telah kehilangan tanah
dan mata pencahariannya, termasuk juga kaum urban yang menyerbu kota-kota di
Inggris karena perkembangannya sebagai wilayah industri cukup menggiurkan.
Manufaktur yang berdiri di Inggris banyak menghasilkan barang-barang yang terbuat
dari logam seperti cangkul, pisau, wajan, dan lainnya.
Peralatan dari besi tersebut dibuat setelah dileburkan ke dalam panas 1000 derajat
celcius dengan bahan bakar kayu. Dengan berjalanya kondisi alam yang semakin
membahayakan, pemerintah Inggris kemudian melarang penggunaan kayu sebagai
bahan bakar karena dapat membahayakan ekosistem hutan. Sebagai gantinya
digunakan batubara yang di Inggris berlimpah.
Melalui ilmu pengetahuan yang sudah cukup maju batu bara tersebut diubah
menjadi cokes, yaitu proses yang agak mirip dengan membuat arang menjadi kayu.
Cokes telah membuka kemungkinan untuk mengembangkan industri besi menjadi
cikal bakal perkembangan industri di Inggris.
Pada abad ke-18 pemerintah Inggris mulai menikmati hasil dari kemakmuran
negerinya. Marak dan berkembangnya Industri manufaktur di Inggris ternyata diikuti
dengan meningkatnya permintaan masyarakat Eropa. Selain itu permintaan akan
barang Inggris semakin luas seiring dengan semakin luasnya jajahan Inggris, baik di
Afrika maupun di Asia. Kemajuan kegiatan industri yang masih menggunakan tenaga
kerja itu telah melahirkan kaum kapital di beberapa tempat dan kota di Inggris.
Sejak zaman Renaisans perhatian dan minat masyarakat Inggris terhasap ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat besar. Orangorang saling berlomba mengadakan
pembaharuan dalam segala bidang dan mulai meninggalkan sesuatu yang dianggap
kuno. Masyarakat Inggris sangat tertarik dengan penelitian-penelitian terbaru dalam
segala hal, termasuk industri.
Pada abad ke-17 di London sudah berdiri perhimpunan yang bertujuan memajukan
ilmu terutama matematika dan fisika. Hasil penelitian ilmiah tidak hanya dijadikan
rumusan atau teori belaka tetapi juga diterapkan bagi peningkatan kesejahteraan
hidup umat manusia, terutama bagi kemajuan masyarakat Inggris.
a. Bidang Sosial
Pengaruh Revolusi dalam bidang Industri bagi Inggris terlihat dari arus urbanisasi
yang semakin besar di kota-kota Industri Masyarakat di luar Inggris banyak yang
tertarik untuk tinggal dan mencari nafkah di Inggris. Akibatnya pengangguran dan
tindak kriminalitas banyak muncul dan meningkat.
b. Bidang Ekonomi
Perkembangan pesat dalam bidang industri ternyata tidak hanya bersifat kuantitas
melainkan juga berpengaruh terhadap kualitas barang industri yang meningkat
tajam. Revolusi industri telah banar-benar mendorong warga Inggris untuk
memperbaiki segala sesuatu berhubungan dengan hasil pekerjaan mereka.
c. Bidang Politik
Revolusi Industri telah membawa pengaruh yang cukup baik yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidup. Namun masalah timbul ketika lahan yang dipakai untuk
industri semakin sempit dan semakin sulit untuk dapat menghasilkan bahan baku
industry sendiri. Jumlah penduduk meningkat tajam seiring dengan semakin
tingginya arus urbanisasi dari para pencari pekerjaan.
Factory Bill berisi tentang larangan penggunaan tenaga kerja wanita dan anak-anak.
Sementara Abolition Bill berisi tentang penghapusan perbudakan. Perkembangan
tersebut telah mendorong Inggris menjadi kota dengan keadaan kota semakin lama
semakin sempit. Para pengusaha dan pemilik modal kemudian mencoba memasuki
wilayah desa dan membeli wilayah di pedesaan.
Pengambil alihan tanah di pedesaan ini menyebabkan pengaruh sosial ekonomi.
Petani banyak yang kehilangan pekerjaanya sehingga mereka berbondong-bondong
melakukan urbanisasi ke kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan, terbukanya
lapangan kerja yang baru, mata pencaharian yang berubah dari seorang petani
menjadi peternak atau buruh, melimpahnya barang-barang kebutuhan, dan terjadi
pencemaran di kawasan industri.
Dari masalah di atas, para golongan pemilik modal kemudian mencoba peruntungan
dengan membuat jaringan perdagangan, selain itu untuk mengatasi kekurangan
bahan mentah, Inggris kemudian mencari kawasan dan daerah yang dinilai memiliki
potensi alam dan manusia untuk dapat dimanfaatkan bagi kepentingan industri.
Pemikiran inilah yang nantinya akan berujung kepada lahirnya imperialisme modern
yang dimotori oleh Inggris. Ciri-ciri imperialisme modern yaitu menguasai daerah
untuk mencari bahan mentah, bahan baku, mencari tempat untuk menanamkan modal,
dan mencari tempat untuk memasarkan hasil industri. Tujuan ini sangat sesuai
dengan kesusahan yang dialami Inggris sebagai akibat dari Revolusi Industri.
Sejak Inggris menjadi pelopor imperialisme modern, jajahan Inggris di Asia dan Afrika
semakin luas dan banyak. Dapat dikatakan bahwa Inggris adalah negara dengan
imperialism terbesar, karena jajahanya membentang dan terdapat di seluruh penjuru
dunia. Dalam rangka mendukung keamanan daerah jajahannya maka Inggris
memperkuat armada lautnya.
Pada periode ini, Inggris merupakan negara dengan armada lautnya yang tidak
tertandingi. Negara-negara lainnya yang secara geografis berada di Eropa banyak
yang mencontoh keberhasilan Inggris, di antaranya Prancis, Jerman, Italia, dan
Spanyol. Negaranegara tersebut berlomba untuk mendapatkan daerah jajahan yang
potensial. Revolusi Industri telah melahirkan banyak manfaat bagi kehidupan
manusia.
Namun Revolusi Industri juga telah menimbulkan munculnya sifat arogan dan
serakah pada umat manusia. Tindakan bangsa yang menjajah bangsa lainnya
merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, padahal
munculnya Revolusi Industri ini berangkat dari perkembangan dan pertumbuhan
Renaissans dan humanisme yang menjunjung tinggi aspek-aspek kemanusiaan.