Anda di halaman 1dari 45

SEJARAH MASUKNYA BANGSA EROPA KE INDONESIA

Latar Belakang Masuknya Bangsa Eropa keIndonesia


a. Penjelajahan Bangsa Portugis
Setelah perjanjian Thordesillas (1492) pelaut-pelaut Portugis di bawah
pimpinan Bartholomeus Diaz mencoba mencari jalan keluar untuk
menemukan dunia Timur (pusat rempah-rempah). Namun pelayarannya
Bartholomeus Diaz hanya sampai di ujung Afrika Selatan (1496). Hal ini
disebabkan oleh besarnya gelombang ombak Samudera Hindia, sehingga
kapal-kapal yang dibawa oleh Bartholomeus Diaz tidak berhasil melewatinya.
Oleh Bartholomeus Diaz tanjung itu dinamakan Tanjung Pengharapan (Cape
og Good Hope atau Tanjung Harapan sekarang).
Pada tahun 1498, raja Portugis mengirim ekspedisinya di bawah pimpinan
Vasco da Gama. Ekspedisi ini berhasil mendarat di Kalkuta (India) pada tahun
1498. Kemudian pada tahun 1511 dari India bangsa Portugis mengirim
ekspedisinya di bawah pimpinan Alfonso dAlburquerque, mengikuti
perjalanan para pedagang Islam. Pada tahun 1511 itu juga Portugis berhasil
menduduki Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara. Kemudian
Portugis tiba di Ternate (Maluku) tahun 1512.
Untuk menyelesaikan pertikaian kedua bangsa kulit putih itu, paus turun
tangan dan pada tahun 1512 dilakukan Perjanjian Saragossa (Zaragoza). Isi
perjanjian itu antara lain:
1. Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan
Portugis.
2. Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Mexico ke arah Barat
sampai ke kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan Portugis membentang
dari Brazillia ke arah timur sampai ke kepulauan Maluku.
b. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia
Bangsa Belanda memulai pelayarannya, pada tahun 1596 di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman, para pedagang bangsa Belanda tiba Banten (Indonesia).
Dari bandar Banten pelaut Belanda melanjutkan pelayarannya ke arah timur
dan mereka kembali dengan membawa rempah-rempah dalam jumlah yang
cukup banyak.
Untuk mengatasi persaingan antara para pedagang Belanda itu sendiri,
pemerintah membentuk badan usaha atau kongsi dagang yang diberi nama
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yaitu Persekutuan Dagang Hindia
Timur. VOC berdiri tahun 1602 yang juga lebih sering disebut oleh bangsa
Indonesia dengan sebutan Kompeni Belanda.
c. Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah
India. Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni
East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah
India. Pusat kekuatan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris
meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara.
Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta
dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda
yang ada di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffes
telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.
Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan
mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun
1816 Inggris melaksanakan kewajibannya itu.

PERKEMBANGAN KEKUASAAN BANGSA EROPA


a. Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia
Untuk dapat menguasai dan memonopoli perdagangan di Asia Selatan bangsa
Portugis melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Memperluas kekuasaannya ke arah barat dengan menghancurkan
armada laut Turki, sehingga bangsa Portugis dapat mengawasi perdagangan
dan pelayaran di laut antara Asia dengan Eropa. Bahkan bangsa Portugis
dapat memaksa para pedagang untuk berlayar dari bandar perdagangan Goa
(India) menuju ke Afrika Selatan dan selanjutnya sampai di bandar Lisboa,
yaitu pusat perdagangan di Eropa dan ibu kota Portugis.
2) Memperluas kekuasaannya ke arah timur dengan menguasai Malaka,
sehingga dapat menghentikan dan menguasai aktivitas perdagangan langsung
yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Cina, India maupun Indonesia.

Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh bangsa Portugis di bawah
pimpinan Alfonso dAlbuquerque. Sejak peristiwa itu, kekuasaan Kerajaan
Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis. Tindakan-tindakan bangsa Portugis
yang semakin sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat dapat
menimbulkan terjadinya pertentangan antara rakyat Maluku dengan bangsa
Portugis. Pertentangan ini semakin memuncak setelah bangsa Portugis
membunuh Sultan Hairun dari kerajaan Ternate. Rakyat Ternate angkat
senjata di bawah pimpinan putranya yang bernama Baab Ullah dan akhirnya
tahun 1575 bangsa Portugis terusir dari daerah Maluku.
Zaman kekuasaan kolonial Portugis yang berlangsung dari tahun 1511 sampai
tahun 1641 di wilayah Indonesia meninggalkan bekas-bekasnya di dalam
kebudayaan Indonesia.
b. Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia
Pada tahun 1602 pedagang-pedagang Belanda mendirikan perkumpulan
dagang yang disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Pembentukan VOC dibantu oleh pemerintah Belanda di bawah Van
Oldenbarneveldt. VOC diberi hak istimewa, sehingga menjadi sebuah badan
yang berdaulat. Hak istimewa itu di antaranya:
1. hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Selatan dengan Afrika,
2. hak memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-
benteng dan menjajah,
3. hak untuk mengangkat pegawai-pegawainya,
4. hak untuk memberi pengadilan,
5. hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
Sebaliknya VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
terhadap Pemerintah Belanda, yaitu:
1. bertanggung jawab kepada Staten General (Badan Perwakilan),
2. pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang
dan angkatan perang.
Pada tahun 1618 Jan Pieterzoon Coen dengan izin dari Pangeran Jayakarta
mendirikan sebuah benteng di kota Jayakarta. Ketika terjadi perselisihan
antara Pangeran Jayakarta yang dibantu oleh Sultan Banten dengan orang-
orang Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen, maka Belanda
membakar kota Jayakarta. Namun pada tahun 1619, Jan Pieterzoon Coen
mendirikan kota baru di atas kota yang dibakar tersebut dengan nama kota
Batavia. Selanjutnya Jan Pieterzoon Coen menjadikan kota Batavia sebagai
pusat perdagangan dan pusat kekuasaan Belanda di wilayah Indonesia. Dalam
menghadapi kerajaan-kerajaan Indonesia, Belanda melancarkan politik adu
domba (
devide et impera).
c. Indonesia di bawah Pemerintahan Kerajaan Belanda
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang
sangat besar dan utang yang dimilikinya berjumlah sangat besar. Hal ini juga
diakibatkan oleh:
1. persaingan dagang dari bnagsa Perancis dan Inggris,
2. penduduk Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak
mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC,
3. perdagangan gelap merajalela dan menerobos monopoli perdagangan
VOC,
4. pegawai-pegawai VOC banyak melakukan korupsi dan kecurangan-
kecurangan akibat dari gaji yang diterimanya terlalu kecil,
5. VOC mengeluarkan anggaran belanja yang cukup besar untuk
memelihara tentara dan pegawai-pegawai yang jumlahnya cukup besar untu
memenuhi pegawai daerah-daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan
Madura.
Maka pada tahun 1799, VOC akhirnya dibubarkan. Pada tahun 1807,
Republik Bataafsche dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan diganti
bentuknya menjadi Kerajaan Holland di bawah pemerintahan Raja Louis
Napoleon Bonaparte (adik dari Kaisar Napoleon).
d. Pemerintahan Daendels di Indonesia (1808-1811)
Pada tahun 1808, Herman Willem Daendels diangkat menjadi gubernur
jenderal atas wilayah Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Dalam upaya
tersebut, perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan.
Untuk memperkuat angkatan perangnya, Daendels melatih orang-orang
Indonesia, karena tidak mungkin ia menambah tentaranya dari orang-orang
belanda yang didatangkan dari negeri belanda. Pembangunan angkatan
perangnya ini dilengkapi dengan pendirian tangsi-tangsi atau benteng-
benteng, pabrik mesiu dan juga rumah sakit tentara.
Di samping itu, atas dasar pertimbangan pertahanan, Daendels
memerintahkan pembuatan jalan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai
Panarukan di Jawa Timur. Pembuatan jalan ini menggunakan tenaga rakyat
dengan sistem kerja paksa atau kerja rodi, hingga selesainya pembuatan jalan
itu. Untuk orang Belanda, pekerjaan menyelesaikan pembuatan jalan pos ini
merupakan keberhasilan yang gemilang, tetapi lain halnya dengan bangsa
Indonesia, di mana setiap jengkal jalan itu merupakan peringatan terhadap
rintihan dan jeritan jiwa orang yang mati dalam pembuatan jalan tersebut.
Setelah pembuatan jalan selesai, Daendels memerintahkan pembuatan
perahu-perahu kecil, karena perahu-perahu perang Belanda tidak mungkin
dikirim dari negeri Belanda ke Indonesia. Selanjutnya pembuatan pelabuhan-
pelabuhan tempat bersandarnya perahu-perahu perang itu, Daendels
merencanakan di daerah Banten Selatan. Pembuatan pelabuhan itu telah
memakan ribuan korban jiwa orang Indonesia di Banten akibat dari penyakit
malaria yang menyerang para pekerja paksa. Akhirnya pembuatan pelabuhan
itu tidak selesai. Walaupun Daendels bersikeras untuk tetap
menyelesaikannya, tetapi Sultan Banten menentangnya. Daendels
menganggap jiwa rakyat Banten tidak ada harganya, sehingga hal ini
mengakibatkan pecahnya perang antara Daendels dengan Kerajaan Banten.
Di samping itu, pembuatan pelabuhan di Merak juga mengalami kegagalan
dan hanya usaha untuk memperluas pelabuhan di Surabaya yang cukup
memuaskan.
Pada tahun 1810 Kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Raja Louis
Napoleon Bonaparte dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte. Negeri
Belanda dijadikan wilayah kekuasaan Perancis. Dengan demikian, wilayah
jajahannya di Indonesia secara otomatis menjadi wilayah jajahan Perancis.
Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otokratis (otoriter),
maka pada tahun 1811 ia dipanggil kembali ke negeri Belanda dan digantikan
oleh Gubernur Jenderal Jansens.
e. Kekuasaan Inggris di Indonesia
Pada tahun 1811, tentara Inggris mengadakan serangan terhadap wilayah-
wilayah yang dikuasai Belanda. Sejak tahun 1811 itu juga wilayah Indonesia
menjadi daerah jajahan East Indian Company (EIC), badan perdagangan
Inggris yang berpusat di Kalkuta, yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Lord
Minto. Untuk wilayah Indonesia Lord Minto mengangkat Thomas Stamford
Raffles sebagai pemegang pemerintahan dengan pangkat Letnan Gubernur
Jenderal.
Dengan bantuan orang-orang Indonesia yang pandai dan beberapa orang
Belanda, Raffles berhasil mengetahui sejarah, kebudayaan, kesenian dan
kesusasteraan Jawa. Buah karya Thomas Stamfor Raffles adalah sebuah buku
yang berisikan sejarah Jawa yang berjudul History of Java.
Setelah Napoleon Bonaparte berhasil dikalahkan dalam pertempuran di Leipzig
dan kemudian tertangkap, maka pada tahun 1814 melalui Konvensi London
(Perjanjian London), Inggris mengembalikan semua daerah kekuasaan Belanda
yang pernah dikuasai oleh Inggris.
f. Pemerintahan Kolonial Belanda
Setelah dilakukan perjanjian antara Inggris dengan Belanda pada Konvensi
London (1814), daerah Indonesia dikembalikan kepada Belanda. Untuk
mengurus pengembalian itu, dikirim komisi jenderal yang terdiri dari Van der
Capellen, Elout, dan Buyskes (1816).
Tugas komisi jenderal itu sangat berat, yaitu memperbaiki sistem
pemerintahan dan perekonomian. Perbaikan ekonomi ini bertujuan agar dapat
mengembalikan utang-utang Belanda yang cukup besar akibat perang-perang
yang dilakukan dalam menghadapi Napoleon maupun perang-perang yang
dilakukan dalam menghadapi kerajaan-kerajaan Indonesia.
Untuk menghadapi pertentangan yang kuat dari bangsa Indonesia, Belanda
menindasnya dengan jalan perang kolonial dan politik devide et impera yaitu
memecah belah bangsa Indonesia. Sehingga terjadinya permusuhan antara
kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Indonesia.
g. Kekuasaan Bangsa Jerman
Sekalipun Jerman sering dijuluki negara imperialis yang kesiangan,
namun ia dapat menguasai beberapa daerah jajahan antara lain .
(1) Togo
(2) Kamerun
(3) Afrika Barat Daya
(4) Nigeria

Perkembangan Sistem Birokrasi,Hukum, dan sistem pemerintahan pada


masa kolonial

Perkembangan Struktur Birokrasi, Sistem Pemerintahan dan Sistem Hukum


pada masa Kolonial
A. Sistem Pemerintahan
Sebelum tahun 1900 (sebelum sistem politik Etis) sistem pemerintahan untuk
daerah jajahan (Hindia Belanda) masih bersifat sentralistis. Dimana:

Tidak ada partisipasi dari perangkat lokal segala sesuatu diatur oleh
pemerintah pusat.
Tidak ada sama sekali otonomi untuk mengatur sendiri rumah tangga
daerah sesuai dengan kepentingan daerah.

Mengapa menerapkan sentralisasi?

Sentralisasi dipandang sebagai cara terbaik oleh pemerintah Belanda


untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu,
dengan sentralisasi Belanda dapat mempertahankan tanah jajahannya.
Sentralisasi sebagai bentuk ketakutan Belanda untuk kehilangan tanah
jajahannya sebagai daerah keuntungan.
Bagi Belanda kehilangan Indonesia berarti sebuah malapetaka.

Implikasi :
Dalam sebuah sistem presidensial yang dijalankan Indonesia semenjak dekrit
presiden tanggal 5 juli 1959 hingga sekarang, kita sempak merasakan adanya
sistem pemerintahan yang terlalu sentralistik. Lihat saja ketika masa orde
lama Soekarno, dimana sistem pemerintahan yang sentralistik terlalu terasa,
waktu itu kewenangan pusat begitu dominan, bagaimana peran presiden
sebagai kepala negara dan pemerintahan serta lembaga pusat lainnya sangat
superior. Hal ini disebabkan waktu itu indonesia belum mampu mandiri dan
tiap daerah di Indonesia belum sanggup mengurusi daerahnya masing-masing.
Begitu juga ketika rezim orde baru Soeharto. Bagaimana sedikitnya ruang
publik dan bermandiri bagi masyarakatnya terutama daerah-daerah di luar
jawa. Dalam masa ini sistem pemerintahan Indonesia sangat sentralistik. Kita
sempat menganal adanya jawa sentris, nasionalisasi beras dan lain
sebagainya. Begitu juga dengan kuatnya pengaruh pusat terhadap daerah
terhadap sumber daya ekonomi dan suber daya alam yang ada di daerah.
Daerah tidak dapat mandiri dalam menjalankan pemrintahannya karena
wewenang pusat lebih besar.
Pada perkembangannya muncul tuntutan adanya desentralisasi sejak tahun
1854 dimana parlemen Belanda berhak mengawasi pelaksanaan pemerintahan
di Hindia Belanda. Tuntutan tersebut secara perlahan terwujud diawali
dengan adanya desentralisasi keuangan (1903), kemudian baru adanya
pemerintahan daerah baru (1922). Berdasarkan Undang-undang Perubahan
tahun 1922 Hindia Belanda dibagi dalam provinsi dan wilayah (gewest)

Provinsi

Provinsi memiliki otonomi. Tiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur. Ada
3 provinsi yaitu Jawa Barat (1926), Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah
(1930).

Gewest (wilayah)

Gewest tidak memiliki otonomi. Sampai tahun 1938 Hindia Belanda terbagi
menjadi 8 (delapan) gewest yang terdiri dari 3 (tiga) Provinsi; Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah. Dan 5 (Lima) Gewesten; Kesultanan Yogyakarta,
Kasunanan Surakarta, Gewest Sumatera, Gewest Kalimantan (Borneo), Gewest
Timur Besar (Grote Oost) yang terdiri dari Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil,
Maluku, dan Irian Barat. Untuk Surakarta dan Yogyakarta termasuk
Gubernemen yaitu wilayah yang langsung diperintah oleh pejabat-pejabat
gubernemen.
Desentralisasi adalah pembagian wewenang atau urusan penyelenggaraan
pemerintahan. Dengan adanya keinginan desentralisasi maka Belanda
membutuhkan orang-orang pribumi bukan hanya sebagai penguasaan daerah
tetapi juga untuk mengerjakan keperluan administrasi pemerintah. Belanda
juga membutuhkan tenaga terlatih (tenaga kesehatan, kehutanan, kemiliteran,
kepolisian). Orang-orang pribumi tersebut akan dijadikan pelaksana, pelayan
pemerintah, serta perantara antara Belanda dan penguasa daerah. Tetapi
untuk dapat bekerja di pemerintah maka mereka harus sekolah.
Keinginan desentralisasi menyebabkan adanya desentralisasi antara negara
induk (Belanda) dengan Hindia Belanda, antara pemerintah Batavia dengan
daerah, dan antara Belanda dengan pribumi.Dengan adanya keinginan
desentralisasi tersebut maka memerlukan adanya daerah otonom.
Akibat adanya desentralisasi:

Munculnya kebebasan yang semakin besar dari penguasa kolonial.


Memunculkan proses Indonesianisasi (sistem kepengurusan Indonesia,
sejauh mungkin dilakusanakan oleh orang Indonesia. Hingga lahirlah
Volksraad (Dewan Rakyat).
Implikasi:
Jika kita saat ini kita merasakan sebuah desentralisasi dan otonomi daerah
yang begitu luas bahkan ada sebgian daerah yang mendapatkan otonomi
istimewa dan otonomi khusus. Maka sebenarnya sejak pemerintahan belanda
juga sudah menerapkan proses desentralisasi tersebut. Sebagaiman yang telah
diuraikan diatas pemerintahan induk kerajaan Belanda mencoba
memeberikan hak desentralisasi kepada pemerintahan Hindia Belanda untuk
mngurusi tempat jajahan (Indonesia) secara mandiri yaitu berupa
desentralisasi keuangan dan pembagian daerah-daerah di Nusantara. Tidak
heran jika selama beratus tahun kita dijajah Belanda nilai-nilai pemerintahan
kolonial Belanda serasa layak diterapkan di Indonesia pada saat ini.
Sekarang Indonesia sendiri dalam menjalankan desntralisasi melalui otonomi
daerah telah memilki konstitusi yang secara yuridis telah mengatur. Seperti
mulai dari UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah lalu di revisi
melalui UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP No 72 tahun
2005 tentang Pemerintahan Desa, UU no 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Kuhsus bagi Provinsi Papua, UU No 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Daerah Istimewa Aceh, UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesi, UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh. Atau di masa orde lama kita juga sebenarnya
telah mengenal UU No 22 Tahun 1948, namun undang-undang (UU) ini belum
sempat direalisasikan. Begitu juga UU No 1 tahun 1957 tentang Pokok Pokok
Daerah, namun UU ini juga mendapat kendala ketika pemerintah belum
mampu mengindifikasikan apa saja hak-hak dan keadaan desa-desa di
Indonesia. Kemudian juga ada UU No 18 Tahun 1965 dan UU No 19 tahun
1965 tentang Pemerintahan Daerah atau Desa. Bahkan dalam UUD 1945
Pasal 18 pra-amandemen, semuanya telah menjelaskan perjalanan legal-
formal desntralisasi Indonesia pada masa orde lama. Namun, kendala terbesar
di sini adalah ketika pemerintahan pusat belum mendifinisikan daerah atau
desa di setiap daerah di Indonesia. Sehingga dalam prakteknya Indonesia pada
saat itu terkessan masih sentralistik. Begitu juga pada masa Orde Baru, kita
mngenal Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah dan UU No 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Namun pada masa orde baru relaissasi terhdap undang-undang otonomi yang
ada tidak berjalan dengan semestinya. Kekuasaan dan kewenangan daerah
masih terbatas.
B. Struktur Birokrasi
1. Struktur Birokrasi Pemerintah Kolonial

Pemerintah VOC

Gubernur Jenderal
Merupakan penguasa tertinggi di Hindia. Kekuasaannya menjadi sangat tak
terbatas karena ada undang-undang yang khusus mengatur hak-hak dan
kewajibannya.
Raad van Indie (Dewan Hindia)
Merupakan pendampingan gubernur jenderal dalam melaksanakan
pemerintahannya. (terdiri dari 6 orang anggota dan 2 orang anggota luar biasa
dimana gubernur jenderal merangkap sebagai ketua). Setiap laporan dikirim
pada Heeren XVII sebagai pimpinan pusat VOC yang berkedudukan di
Amsterdam.
VOC lebih banyak melakukan pemerintahan tidak langsung, dimana kaum
bumiputera tidak terlibat dalam struktur kepegawaian VOC. Meskipun
terkadang mereka terlibat dalam pemerintahan tetapi stasus mereka bukan
pegawai VOC dan tidak digaji secara tetap. Mereka hanya mitra dalam bekerja
demi kepentingan VOC.
Pada tahun 1799, VOC mengalami kebangkrutan yang disebabkan faktor-
faktor berikut.

1. Banyaknya korupsi yang dilakukan para pegawai VOC, apalagi mereka


tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan keuangan pada
pemerintah Belanda.
2. Banyaknya biaya yang harus dikeluarkan VOC sebagai dampak dari
peperangan yang dilakukan VOC di Nusantara.
3. Persaingan yang ketat dengan kongsi dagang lain.
4. Rakyat Indonesia tidak mampu lagi membeli barang-barang Belanda.
5. Terjadinya perdagangan gelap.

Setelah VOC bubar maka pemerintahan Indonesia di pegang oleh pemerintah


Belanda. Belanda lebih cenderung melakukan kolonialisme (negara menguasai
rakyat dan sumber daya negara lainnya/pendudukan suatu wilayah oleh
suatu negara lain dimana daerah koloni masih berhubungan dengan negara
induk dan memberi upeti kepadanya.
Implikasi 1:
Implikasi kuat dari pemerintahan VOC hingga sekarang kita rasakan adalah
praktek korupsi. Sekaan sudah berakar dan membudaya di dalam tubuh
pemerintahan kita. Sebagaima mana kata pepatah buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya, inilah yang ungkin budaya yang diturunkan oleh pendahulu kita,
bagaimana watak kotor penjajah selama ratusan tahun menjajah indonesia
melekat kuat dalam diri para birokrat bangsa ini. Selain itu, VOC pada saat itu
menjalankan sistem pemerintahan kapitalis dan liberal. Dimana kelas pemodal
dan individu diberikan kebebasan secara luas untuk memperkaya dirinya
sendiri. Dan inilah yang sampai sekarang kita rasakan dalam praktek politik
maupun ekonomi yang kita jalani dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Terlepas dari idiologi kita Pancasila, dan menganut sistem demokrasi, namun
dalam praktek dan realitanya kita masih menjunjung nilai liberal dan
kapitalisme. Ini bisa dilihat ketika banyak pemodal asing yang malah secara
bebas dan leluasa menggerogoti sumber daya ekonomi dan sumber daya alam
bangsa ini, yang kaya makin kaya, kesenjangan sosial dan ekonomi yang
begitu kentara, dan lain sebagainya.
Implikasi 2:
Pada pemerintahan VOC terdapat Gubernur Jendral yang kekuasaannya tidak
terbatas sedangkan untuk mengurusi pemerintahannya diserahkan oleh Raad
van Indie (Dewan Hindia). Dapat diketahui bahwa pemerintahan VOC yang
dijalankan di Indonesia pada saat itu adalah sistem pemerintahan
parlementer. Di mana Gubernur jendral pada saat itu sebagai kepala
negaranya dan Dewan Hindia sebagai kepala pemerintahannya. Sistem
Parlementer ini pernah dijalankan Indonesia ketiak awal-awal kemerdakaan
pada masa Indonesia Liberal dan Indonesia Terpimpin.

Pemerintahan Kolonial

Gubernur Jenderal didampingi oleh Raad van Indie (beranggota 4 orang) yang
disebut sebagai Pemerintah Agung di Hindia Belanda. Dibantu oleh :

Sekretaris Umum (Generale Secretarie) untuk membantu Commisaris


General
Sekretaris Pemerintah (Gouvernement Secretarie) untuk membantu
Gubernur Jenderal.

Pada tahun 1819 keduanya diganti oleh Algemene Secretarie yang bertugas
membantu Gubernur Jenderal (terutama memberikan pertimbangan
keputusan).
Menurut Undang-undang Hindia Belanda sebagai bagian kerajaan Belanda,
maka:

Pemerintahan tertinggi berada di tangan Raja yang dilaksanakan oleh


menteri jajahan atas nama raja. Bertanggung jawab pada Parlemen
Belanda (staten general).
Pemerintahan Umum diselenggarakan oleh Gubernur Jenderal atas
nama Raja yang dalam prakteknya atas nama menteri jajahan.

Raja bertugas:

Mengawasi pelaksanaan/ penyelenggaraan pemerintahan Gubernur


Jenderal
Pengangkatan pejabat penting, memberikan petunjuk kepada Gubernur
Jenderal dalam mengambil keputusan apabila terjadi perselisihan
antara Gubernur jenderal dengan Dewan Hindia Belanda.

Urusan dalam negeri Hindia Belanda diserahkan pada Gubernur Jenderal dan
Dewan Rakyat. Hindia Belanda disubordinasikan kepada kerajaan Belanda di
Eropa tetapi diberi otonomi yang cukup luas. Pemerintah Belanda yang
mengurus Indonesia adalah kementrian Jajahan yang kemudian pada
perkembangannya diubah namanya menjadi kementrian urusan seberang
lautan. Pemegang pemerintahan atas wilayah Indonesia adalah Gubernur
Jenderal. Dia adalah pemegang kekuasan tertinggi. Dia menguasai kerajaan-
kerajaan dan meminta mereka bekerja sama, sehingga peran raja tidak dapat
lagi memerintah secara turun temurun tetapi dikendalikan Belanda. Kerajaan
harus menyesuaikan dengan sistem pemerintahan Belanda.
Implikasi
Bagaimana bentuk negara Belanda adalah kerajaan, maka terlihat jelas unsur
fedolistik dalam menjalankan sistem pemerintahan hindia belanda pada saat
itu. Pemerintahan hindia belanda melalui gubernur jendralnya hanyalah
perpanjangan tangan dari pemerintahan pusat ratu belanda yang berada
dipusat yaitu kerajaan belanda di eropa. Unsur dan nilai-nilai inilah yang
terasa sampai sekarang ketika masyarkata kraton Yogyakrta dan Surakarta
atau daerah lainnya yang masih menggunakan sistem kesultanan. Adanya
sebuah sistem stratifikasi sosial, adanya seseorang yang mepunyai kedudukan
yang lebih tinggi untuk disanjung dan dihormati, serta adanya kelas
bangsawan dan kelas buruh. Ini jugalah yang terasa ketika kita berada dalam
praktek sistem pemerintahan di negeri ini, di mana masih banyak unsur
feodlistik di dalam tubuh birokrasi, adanya gila hormat, penguasa
ditempatkan selalu harus dihornati, dilayani untuk menjaga wibawa, yang
menempatkan pegawai pemerintah sebagai warga negara kelas utama. Menjadi
pegawai pemerintah bukanlah pengabdian, namun kebanggaan dan simbol
kelas sosial.
2. Struktur Birokrasi Kolonial masa sentralisasi
Raja Belanda (pemerintahan tertinggi) dilaksanakan oleh Menteri Jajahan.
Gubernur Jenderal (penyelenggara pemerintahan umum) didampingi raad van
indie (dewan hindia).
Gubernur Jenderal pada perkembangan di dampingi oleh departemen (direksi)
yang masing-masing berdiri sendiri. Pada tahun 1933, terdapat 6 departemen,
sebagai berikut:

1. Departemen van Justitie (kehakiman)


2. Departemen van Financiean (keuangan)
3. Departemen van Binenland Bestuur (dalam negeri)
4. Departemen van Onerwijs en Eredeinst (pendidikan dan kebudayaan)
5. Departemen Economische Zaken (ekonomi)
6. Departemen Verkeer en waterstaat (pekerjaan umum)

Selain 6 departemen sipil, terdapat 2 departemen militer :

1. Departemen angkatan perang (Oorlog)


2. Departemen angkatan laut (Marine)

Direktur dari departemen-departemen sipil diangkat oleh gubernur jenderal


sedang panglima angkatan darat dan laut diangkat oleh raja (Kroon).
Tahun 1903 diberlakukan Undang-undang Desentralisasi dimana dengan
Undang-undang tersebut dibentuklah Dewan Lokal yang memiliki otonomi.
Dengan adanya dewan lokal maka pemerintah lokal perlu dibentuk dan
disesuaikan. Maka terbentuklah: Provinsi, kabupaten, kotamadya, dan
kecamatan serta desa.
Meskipun ada upaya untuk modernisasi struktur birokrasi tetapi tetap saja
masih mempertahankan beberapa bagian struktur politik sebelumnya. Hal ini
dilakukan demi kepentingan praktis dan untuk mempertahankan loyalitas,
khususnya loyalitas elit bumi putra. Untuk jabatan teritorial diatas tingkat
kabupaten dipegang oleh orang-orang Belanda/ Eropa.
Pada perkembangannya, karena semakin luas Hindia Belanda maka
dibutuhkan tenaga kerja untuk mengelola administrasi negara semakin
meningkat. Sehingga ada pendamping pejabat teritorial yang disebut pejabat
non teritorial yang setingkat kabupaten (asisten residen), kawedanan (asisten
wedono).
Implikasi:
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda telah membagi beberpa departemen-
departemen yang diberi tugas untuk mengurusi bidangnya masing-masing.
Seperti departemen keuangan, kehakiman, ekonomi, dalam negeri dan lain
sebagainya. Nah inilah yang dicontoh Indonesia pada awal kemerdekaan.
Sebagai bangsa yang sudah lepas dari belenggu penjajahan menuntut
Indonesia harus mampu mandiri mengurusi pemerintahannya. Maka dalam
menjalankan prakteknyanya Indonesia mau tidak mau harus bercermin dalam
membentuk sebuah sistem pemerintahan dalam membagi urusan dan
bidangnya masing-masing, maka dibentukalah departemen-departemen yang
tidak jauh beda pada jaman penjajahan hindia belanda.
3. Struktur Birokrasi Kolonial setelah desentralisasi

Raja Belanda (pemerintahan tertinggi) dilaksanakan oleh Menteri


Jajahan.
Gubernur Jenderal (penyelenggara pemerintahan umum) Dewan Rakyat
(volsraad)
Badan Perwakilan
Dewan Hindia Badan Penasehat
Departemen-Departemen
Provinsi (Gubernur)
Karisidenan/afdeling (Residen) dibantu asisten residen + controleur
(pengawas)
Kabupaten (bupati/regent) jabatan tertinggi, dibantu oleh seorang patih
Kawedanan (wedana)/Distrik asisten wedana
Kecamatan (camat)

Desa (kepala desa) jabatan ini tidak termasuk dalam struktur birokrasi
pemerintah kolonial/ bukan anggota korp pegawai dalam negeri Hindia
Belanda (Departemen Dalam Negeri).Kepala desa dibantu pejabat desa
(pamong desa)
Pejabat pribumi (inland bestuur) yang termasuk dalam binenland bestuur
(departemen dalam negeri) disebut Pangreh Praja (pemangku Kerajaan) yang
dikenal dengan sebutan Priyayi.
Kepala desa tidak diangkat maupun digaji oleh pemerintah. Mereka dipilih
langsung oleh rakyat dan digaji oleh rakyat pula melalui tanah desa (tanah
bengkok) yang diserahkan kepadanya selama menjadi kepala desa.
Implikasi:
Desntralisai sangat terasa dijalani pemerintahn Hindia Belanda ketika di
terapkan undang-undang Inlandsche Gemeenre Ordinnatie Sawa en Madoera
yaitu undang-undang yang mengatur desa-desa yang ada di jawa dan madura.
Dan Inlandsche Gemeenre Ordinnatie Buitenyewestan yaitu mengatur desa-
desa yang berada di luar jawa. Dan di dalam undang-undang ini jelas bahwa
pemerintahab Hindia Belanda mencoba melakukan desentralisasi dan
pembagian hak dan wewenang kekuasaannya kepada pihak pribumi. Dan
inilah yang dilankan pemerintahan indonesia pada saat ini dimana undang-
undang mengenai otonomi desa telah diatur secara lebih luas melalu PP No 72
tahun 2005 dan Pemdagri No 28 Tahun 2006.
C. Sistem Hukum pada Masa Kolonial
Di Hindia Belanda diterapkan 2 jenis hukum, yaitu:

1. Hukum Pidana dan acara pidana


2. Hukum Perdata dan acara perdata

Hukum Pidana (Strafrecht)


Seluruh penduduk Hindia Belanda mesti tunduk pada hukum pidana seperti
termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht).
Kitab Undang-undang Hukum Pidana memuat semua fakta yang dapat
dikenakan pidana. Tindak Pidana mencakup kejahatan dan pelanggaran.
Hukum Acara Pidana (Strafprocesrecht) mengatur :

1. Bagaimana atau apa yang harus diperbuat polisi yang bertugas


menyidik dan menerangkan kejahatan.
2. Kepala hakim mana terdakwa dihadapkan
3. Bagaimana berlangsungnya acara pidana
4. Bagaimana keputusan pengadilan harus dilaksanakan

Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antara individu-individu dalam masyarakat.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata memuat hukum kekayaan, harta benda
dan perjanjian. Pada masa kolonial dibuat disebabkan karena kegiatan
perdagangan sebagian besar dilakukan dengan perantaraan orang-orang Cina.

1. Tujuan dibuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada masa


kolonial adalah untuk:
2. Mempermudah pembuatan kontrak
3. Menjamin kepastian hukum bagi perdagangan orang-orang Belanda
4. Menundudukkan orang Cina terhadap hukum Eropa.

Selain KUH Perdata terdapat pula Kitab Undang-undang Hukum Dagang (yang
dibuat khusus untuk orang-orang Cina)
Untuk orang Indonesia awalnya berlaku Hukum Adat setempat tetapi setelah
terjadi kontak dengan Belanda melalui perkebunan-perkebunan Belanda maka
dibuat Kitab Undang-undang Hukum untuk orang pribumi tanpa
memperhatikan hukum adat yang berlaku di masyarakat.
Tujuan dibuat Undang-undang tersebut adalah:

Menundukkan orang-orang Indonesia kepada hukum Eropa.


Membuat kitab Undang-undang tersendiri untuk orang Indonesia.

Untuk selanjutnya ketika pemerintah kolonial Belanda membentuk kitab


undang-undang untuk orang Indonesia maka hukum adat selalu menjadi
bahan pertibangan dalam mengambil sebuah keputusan.
Pada perkembangannya berdiri sekolah-sekolah sebagai berikut:

Sekolah Hakim (Rechtsschool) tahun 1908 di Jakarta


Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshoge School) tahun 1924 di Jakarta.

Implikasi:
Implikasi yang masih sangat kuat dan kita rasakan dalam menjalankan
hukum di negeri ini adalah di mana segala bentuk hukum pidana dan perdata
adalah produk Belanda. Sebagaimana seperti yang dijelaskan di atas, kita
masih meniru corak dan sistem hukum pemerintahan kolonial belanda, baik
itu dari hukuman, sanksi, jenis perkara, pemutusan perkara dan lain
sebagainya. Yang masih kuat digunakan hingga sekarang adalah KUHP yang
Indonesia gunakan sekarang adalah jelas produk Pemerintahan Kolonial
Belanda, dan sampai sekarang dan saat in Idonesia belum mampu
membuatnya. Begitu juga hukum adat yang digunakan pada waktu itu sebagai
bahan pertimbangan terhadap hukum yang ada, dan itu juga yang digunakan
indonesia pada saat ini, pertimbangan hukum adat, syariat islam masih
dijadikan penujang sebagai hukum perdata dan pidana di indonesia yang
merupakan produk barat, misalnya saja dalam urusan pembagian hak waris,
urusan perkawinan dan penceraian, sengketa tanah dan lain sebagainya.
Sistem Peradilan pada masa Kolonial
Peradilan dibedakan antara:

1. Pengadilan Gubernemen :
2. Pengadilan Eropa, dilaksanakan oleh Pengadilan Karisidenan, Dewan
Yustisi, Hakim Polisi dan Pengadilan Tinggi.
3. Pengadilan Pribumi, dilaksanakan oleh Landraad (pengadilan negeri)
4. c. Pengadilan untuk segala bangsa dilaksanakan oleh landgerecht.
1. Pengadilan Eropa :
2. Pengadilan Karisidenan, terdapat di kota yang ada Pengadilan Negeri
(Landraad)
3. Raad van Justitie hanya ada 6 buah (Jakarta, Semarang, Surabaya,
Makasar, Medan dan Padang).
4. Hakim Polisi (Politierecht) dibentuk dibeberapa tempat dan merupakan
pengganti Raad van Justitie.
5. Pengadilan Tinggi (Hoogsgerechtshof ) hanya ada di Jakarta.

1. Pengadilan Pribumi

Pengadilan pribumi (landraad) terdapat di kota atau kota yang agak besar,
misalnya di ibu kota kabupaten.

1. Pengadilan untuk semua bangsa (Landgerecht)

Pengadilan ini dimaksudkan untuk menangani perkara bangsa Eropa, pribumi


maupun orang Timur Asing.
Implikasi:

Implikasi kuat yang dirasakan sistem pradilan di Indonesia saat ini adalah
karena kita menerapkan sistem peradilan dengan tipe hukum Civil Law
yaitu sistem peradilan yang digunakan oleh Belanda. Di mana lebih
banyak hukum tertulis, keputusan hakim tidak langsung menjadi UU,
namun memerlukan perundingan dan pembahasan yang panjang terlebih
dahulu. Ini bebrbeda dengan tipe hukum Anglo Sexon, di mana keputusan
hakim lebih dominan, hukum tertulis sangat sdikit, keputusan hakim bisa
dijadikan dasar undang-undang untuk perkara yang sama dalam
persidangan yang akan datang. Di lihat dari penjelasan di atas bagaiman
adanya sebuah kesamaan yang tidak jauh beda dengan sistem hukum
yang dijalankan Indonesia pada saat ini, seperti adanya pengadilan negeri
di tingkat Kabupaten/kota, pengadilan tinggi di tingkat provinsi dan
pengadilan istimewa di tingkat pusat, yang semuanya merupakan turunan
dari pemerintahn Hindia Belanda.

Imperialisme adalah metode ideologi Kapitalisme untuk menyebarkan dan


mewujudkan idenya dalam realitas kehidupan. Imperialisme adalah upaya
memperluas hegemoni dalam bidang militer, politik, ekonomi, pemikiran
dan kebudayaan. Sebagaimana imperialisme merupakan metode dalam
menyebarkan dan mewujudkan ideologi kapitalisme, ideologi tersebut
juga mempunyai cara untuk mengeruk harta benda negeri-negeri lain,
merampas kekayaannya dan menghisap darah anak-anak negeri tersebut.
Maka, ideologi tersebut kemudian membentuk pasukan tentara,
menetapkan perjanjian, menundukkan para antek dan orang-orang rakus
dari kalangan anak-anak umat dan memproklamirkan perang yang mereka
namai Perang Dunia Pertama

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA PADA


ABAD KE-19 DAN 20
A.LATAR BELAKANG KEDATANGAN BELANDA
Pada mulanya pedagang-pedagang Belanda yang berpusat di Rotterdam
membeli rempah-rempah dari Lisabon.Pada waktu itu Belanda masih dalam
penjajahan Spanyol,kemudian terjadilah perang 80 tahun,dan berhasil
melepaskan Belanda terhadap Spanyol,serta menjadikan William Van Oranye
sebagai pahlawan kemerdekaan Belanda.
Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik tahta,ia berhasil
mempersatukan Spanyol dan Portugis ,Akibatnya Belanda tidak dapat lagi
mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang sedang dikuasai Spanyol,hal
itulah yang mendorong Belanda mulai mengadakan penjelajahan samudera
untuk mendapatkan daerah asal rempah-rempah.
B.PERJALANAN BELANDA KE INDONESIA
Pada tahun 1595 Linscoten berhasil menemukan tempat-tempat di P.Jawa
yang bebas dari tangan Portugis dan banyak menghasilkan rempah-rempah
untuk diperdagangkan,Peta yang dibuat oleh Linscoten diberi nama Interatio
yang artinya keadaan didalam atau situasi di Indonesia.
Pada tahun 1595,bulan April Cornelius de Houtman dan De Keyzer dengan 4
buah kapal memimpin pelayaran menuju Nusantara dengan Route : Belanda-
Pantai barat Afrika-Tanjung Harapan-Samudera Hindia-Selat Sunda-
Banten,selama pelayarannya itu selalu menjauhi Route pelayaran Portugis,dan
tidak singgah ke India-Malaka.
Pada bulan Juni 1596 pelayarannya berhasil berlabuh di Banten,dan pada
mulanya kedatangannya mendapat sambutan baik dari masyarakat
Banten.Kedatangan Belanda diharapkan dapat memajukanperdagangan dan
dapat membantu usaha penyerangan ke Palembang yang dipimpin oleh raja
Maulana Muhammad,akan tetapi sikap De Houtman semakin kaku dalam
perdagangan (hanya mau membeli rempah-rempah pada musim panen dan
membeli melalui pejabat atau cina perantara,akhirnya Ia ditangkap dan
dibebaskan setelah membayar uang tebusan kemudian meninggalkan Banten.
Walaupun demikian de Houtman disambut dengan gegap gempita oleh
masyarakat Belanda,ia dianggap sebagai pelopor pelayaran menemukan jalan
laut ke Nusantara.
Pada tanggal 28 November 1598 pelayaran baru Belanda dipimpin oleh Jacob
van Neck dan Wybrect van Waerwyck dengan 8 buah kapal tiba di
Banten.Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk
sehingga kedatangan Belanda diterima dengan baik.
Karena sikap Van Neck yang sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para
pembesar Banten ,maka 3 buah kapalnya yang penuh muatan rempah-
rempah berhasil dikirim ke Belanda dan 5 buah kapal yang lainnya menuju
Maluku.
Di Maluku ,Belanda juga diterima dengan baik oleh rakyat Maluku karena
dianggap sebagai musuh Portugis yang sedang bermusuhan dengan rakyat
Maluku.
C.TERBENTUKNYA VOC
Keberhasilan ekspedisi-ekspedisi Belanda dalam mengadakan perdagangan
rempah-rempah mendorong pengusaha-pengusaha Belanda yang lainnya
untuk berdagang ke Nusantara.Diantara mereka terjadi persaingan.Disamping
itu mereka harus harus menghadapi persaingan dengan Portugis,Spanyol dan
Inggris.Akibatnya mereka saling menderita kerugian,lebih lebih dengan sering
terjadinya perampokan perampokan oleh bajak laut.
Atas prakarsa dari 2 orang tokoh Belanda yaitu Pangeran Maurits dan Johan
van Olden Barnevelt pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda
dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC
(Verenigde Oost Indesche Compagnie ) atau Persekutuan Maskapai
Perdagangan Hindia Timur, pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang.
Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai
oleh Francois Witter

TUJUAN DIBENTUKNYA VOC


Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda untuk
keuntungan maksimal.
Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan,baik dengan
bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi
Spanyol.
HAK-HAK ISTIMEWA VOC
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa VOC diberi hak-hak
istimewa oleh pemerintah Belanda :
- Memonopoli perdagangan
- Mencetak dan mengedarkan uang
- Mengangkat dan memperhentikan pegawai
- Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
- Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
- Mendirikan benteng
- Menyatakan perang dan damai
- Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.
C.KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA DAN SISTEM
BIROKRASI PEMERINTAHAN VOC DI INDONESIA (SEBELUM ABAD KE-19)
1.POLITIK PERDAGANGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN VOC
Peraturan-peraturan yg ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli
perdagangan antara lain :
a).Verplichte Laverantie
Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yg telah ditetapkan oleh
VOC,dan melarang rakyat menjual hasil buminya selain kepada VOC.
b).Contingenten
Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c).Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah
yang boleh ditanam.
d).Ekstirpasi
Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah- rempah agar tidak terjadi
over produksi yg dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
e).Pelayaran Hongi
Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk
mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan menindak
pelanggarnya.
Beberapa gubernur jendral VOC yang dianggap berhasil dalam
mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi VOC di Nusantara antara lain :
1.Jan Pieterzoon Coen (1619-1629)
Dikenal sebagai peletak dasar imperialisme Belanda di Nusantara.Ia dikenal
pula dengan rencana kolonisasinya dengan memindahkan orang-orang
Belanda bersama keluarganya ke Indonesia.
2.Antonio Van Diemen (1636-1645)
Ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada tahun 1641,Ia juga
mengirimkan misi pelayaran yang dipimpin Abel Tasman ke
Australia,Tasmania,Selandia baru.
3.Joan Maetsycker (1653-1678)
Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang Padang dan
Menado.
4.Cornelis Speeldman (1681-1684)
Ia menghadapi perlawanan didaerah dan tidak berhasil mengalahkan Sultan
Agung,Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa.
2.SISTEM BIROKRASI VOC
Guna memerintah wilayah-wilayah di Nusantara VOC mengangkat seorang
gubernur jendral yg Dibantu oleh 4 orang yg disebut Raad van Indie (dewan
India)
Dibawah gubernur jendral diangkat beberapa gubernur yang memimpin suatu
daerah.dibawah gubernur terdapat beberapa Residen yang di-bantu oleh
Asisten Residen,pemerintahan dibawahnya lagi diserahkan pada pemerintahan
tradisional,seperti Raja dan Bupati.VOC menerapkan sistem pemerintahan
tidak langsung (Indirect rule) dengan memanfaatkan sistem Feodalisme.
3.KEMUNDURAN VOC
Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad ke-18
disebabkan oleh :
1.Banyak korupsi yg dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC.
2.Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luasnya wilayah
kekuasaan VOC.
3.Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat terlalu besar.
4.Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya dengan EIC milik
Inggris.
5.Hutang VOC yang sangat besar.
6.Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya
mengalami kemunduran
7.Berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli perdaganganyg
diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
8.Pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun 1795.
VOC DIBUBARKAN
Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran VOC dan hak-hak istimewa
VOC dihapus Pada tanggal 31 desember 1799 VOC dibubarkan dengan saldo
kerugian sebesar 134,7 juta gulden.Selanjutnya semua hutang dan kekayaan
VOC diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda.
D.PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
Perubahan yang terjadi di Eropa pada akhir abad 18 Pada tahun 1795 Partai
Patriot Belanda yg anti raja,atas bantuan Perancis berhasil merebut
kekuasaan dan membentuk pemerintahan baru yg disebut Republik Bataaf
(Bataafische Republiek ),Republik ini menjadi bawahan Perancis yg sedang
dipimpin oleh Napoleon Bonaparte.Raja Belanda Willem V,melarikan diri dan
membentuk pemerintahan peralihan di Inggris yang pada waktu itu menjadi
musuh Perancis.Setelah VOC dibubarkan oleh pemerintah tersebut pada
tahun 1799,tanah jajahan yang dulu dikuasai VOC kemudian diurus oleh
suatu badan yang disebut Aziatische Raad (Dewan Asia).
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Nusantara dipegang oleh gubernur
jendral Johanes Siberg (1801-1804) yang menggantikan gubernur jendral
Overstrateen sebagai gubernur jendral VOC yang terakhir.
Johanes Siberg seharusnya mencerminkan sifat dari Republik Bataaf yg
Liberal.Akan tetapi sebelum resmi berkuasa di Nusantara ia mengirim 2
komisaris ke Nusantara yaitu Nederburg dan Hogendrop.
E.MASA PEMERINTAHAN HERMAN W.DAENDELS
Letak geografis Belanda yg dekat dengan Inggris menyebabkan Napoleon
Bonaparte merasa perlu menduduki Belanda.Pada tahun 1806,Perancis
membubarkan Republik Bataaf dan membentuk Kerajaan Belanda (Kominkrijk
Holland).Napoleon kemudian mengangkat Louis Napoleon sebagai raja Belanda
dan berarti sejak saat itu pemerintahan yang berkuasa di Nusantara adalah
pemerintahan Belanda-Perancis.Oleh karena itu Louis Napoleon
mengangkatHerman William Daendeles sebagai gubernur jen-dral di
Nusantara.Dengan tugas utama mempertahankan P.Jawa dari serangan
Inggris.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAENDELS
1).Bidang Birokrasi Pemerintahan
a.Pusat pemerintahan dipindahkan kepedalaman
b.Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legeslatif diganti dengan Dewan
Penasehat.
c.Membentuk sekretariat negara (Algemene Secretarie).
d.Pulau jawa dibagi pulau jawa di bagi menjadi 9 Prefektuur dan 31
kabupaten
e.Para bupati di jadikan pemerintah Belanda dan di beri pangakat sesuai
dengan ketentuan kepegawaian pemerintah Belanda.
2).Bidang hukum dan peradilan.
a.Dalam bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan yaitu sebagai
berikut:
(1).Pengadilan utuk orang eropa
(2).Pengadilan untuk orang pribumi
(3).Pengadilan untuk orang timur asing. Pengadilan untuk orang pribumi
ada di setiap prefectur dengan prefect sebagai ketua dan para bupati sebagai
anggota
b.Pemberantasan koropsi tanpa pandang bulu termasuk pada bangsa
Eropa.Akan tetapi ia sendiri melakukan korupsi besar-besaran dalam kasus
penjualan tanah kepada fihak swasta.
3).Bidang Militer dan Pertahanan dalam melaksanakan tugas utamanya untuk
mempertahankan P.Jawa dari serangan Inggris,Daendels mengambil langkah-
langkah :
a).Membangun jalan antara Anyer-Panarukan.
b).Menambah jumlah angkatan perang dari 3000 orang menjadi 20.000
orang.
c).Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang
d).Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Pandang dan Surabaya.
e).Membangun benteng-benteng pertahanan.
f).Meningkatkan kesejahteraan prajurit.
4).Bidang Ekonomi dan Keuangan
a).Membentuk Dewan Pengawas Keuangan negara (Algemene Rekenkaer).
b).Mengeluarkan uang kertas
c).Memperbaiki gaji pegawai
d).Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte
laverantie) yang diterapkan pada masa VOC tetap dilanjutkan.
e).Mengadakan monopoli perdagangan beras.
f).Mengadakan peminjaman paksa kepada orang-orang yang dianggap
mampu,bagi yg menolak akan dikenakan hukuman.
g).Penjualan tanah kepada fihak swasta.
h).Mengadakan Preanger Stelseel ,yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan
sekitarnya untuk menanam tanaman eksport : Kopi
5).Bidang Sosial
a).Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja Rodi untuk membangun jalan
Anyer-Panarukan.
b).Pebudakan dibiarkan berkembang
c).Menghapus upacara penghormatan kepada Resident,Sunan dan Sultan
d).Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos
AKHIR KEKUASAAN HERMAN W.DAENDELS
Kejatuhan Daendels antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1).Sikapnya yg otoriter terhadap raja-raja Banten,Yogyakarta,Cirebon
menimbulkan pertentangan dan perlawanan.
2).Penyelewengan dlam kasus penjualan tanah kepada fihak swasta dan
manipulasi penjualan istana Bogor.
3).Keburukan dalam sistem administrasi pemerintahan.
F.PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (1811-1816)
Latar belakang pendudukan Inggris adalah sbb :

a).Contingental Stelseel
Yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa 1806 dengan memblokade
perdagangan Inggris diEropa daratan,Inggris tumbuh menjadi Negara industri
besar membutuhkan daerah pemasaran yg luas,oleh karena itu India dan
Indonesia akan dijadikan tempat pemasaran barang-barang industri Inggris.
b).Nusantara yg praktis dikuasai Perancis (Belanda Perancis) merupakan
bahaya laten bagi kekuasaan Inggris di Asia. Ketika akhirnya Inggris
menyerbu P.Jawa,penggantinya Daendels,gubernur jendral Jansen,tidak
mampu bertahan dan menyerah,akhir dari penjajahan Belanda-Perancis
ditandatangani dengan Kapitulasi Tuntang (18 September 1811), isinya :
a.Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada
Inggris.
b.Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
c.Semua pegawai Belanda yg mau bekerjasama dengan Inggris dapat
memegang jabatannya terus
d.Semua hutang Pemerintah Belanda yg dahulu,bukan menjadi tanggung
jawab Inggris. Kapitulasi Tuntang ditandatangani tanggal 18 Sept 1811 oleh
S.Auchmuty dari fihak Inggris dan Janseens dari fihak Belanda.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang ,raja muda Lord Minto yg
berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakil
gubernur di P.Jawa,dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh diseluruh
Nusantara.Dan cenderung mendapat tanggapan positif dari raja-raja dan
rakyat setempat karena hal berikut ini :
a.Para raja da rakyat tidak menyukai Daendels
b.Ketika masih berkedudukan di Penang,Malaysia Raffles beberapa kali
mengadakan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yg anti Belanda,seperti :
Yogyakarta,Banten dan Palembang.
C.Sebagai seorang yg Liberalis ,Raffles memiliki kepribadian yg simpatik,ia
menjalankan politik murah hati dan sabar walaupun dalam prakteknya
berlainan.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN RAFFLES
Dalam menjalankan tugas Raffles didampingi oleh suatu badan penasehat
(advisory Council) yang terdiri atas Gillespie,Cranssen dan Muntinghe.
1.Bidang Pemerintahan langkah-langkah yg diambil Raffles :
a.P.Jawa dibagi menjadi 16 Karisidenan (berlangsung sampai tahun 1964).
b.Merubah sistem pemerintahan yg semula dilakukan oleh pengusaha
pribumi menjadi system pemerintahan kolonial yg bercorak barat.
c.Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya
yg mereka peroleh secara turun tumurun.
2.Bidang Ekonomi dan Keuangan

a. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman eksport.


b. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem peyerahan wajib
(Verplichte Laverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC.
c. Menetapkan sistem sewa tanah (landren). Untuk menentukan besarnya
pajak, tanah dibagi menjadi 3 kelas, yaitu sebagai berikut.
1. Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan pajak setengah dari hasil
bruto.
2. Kelas II, yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga dari
hasil bruto.
3. Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua perlima dari hasil
bruto.
d. Pemungutan pajak pada awalnya secara perorangan.
e. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.

MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN SISTEM SEWA TANAH


a. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebas
untuk memotivasi mereka agar bekerja lebih giat sehingga kesejahteraannya
menjadi lebih baik.
b. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga daapt membeli barang-
barang industri Inggris.
c. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap dan cukup
terjamin.
d. Memberikan kepastianhukum atas tanah yang dimiliki petani.
e. Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi
uang.
Sistem sewa tanah dalam pelaksanaannya telah menimbulkan perubahan-
perubahan penting sebagai berikut:
a) Unsur paksaan diganti dengan unsur kebebasan dan sukarela.
b) Ikatan yang bercorak tradisional dirubah menjadi hubungan perjanjian
atau kontrak.
c) Ikatan adat-istiadat yang sudah berjalan turun-temurun menjadi semakin
longgar, karena pengaruh budaya barat.

HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM SEWA TANAH


a. Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas.
b. Masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat India yang sudah
mengenal perdagangan ekspor.
c. Sistem ekonomi desa pada waktu itu belum memungkinkan diterapkannya
ekonomi uang.
d. Belum adanya pengukuran tanah milik penduduk secara tepat.
E. Adanya pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup.
f. Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap
3. Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan affles lebih baik daripada yang dilaksanakan
oleh Daendels. Apabila Daendels berorientasi kepada warna kulit (ras), Raffles
lebih berorientasi kepada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak
hukum yang ada pada masa Raffles adalah sebagai berikut.
a. Court of Justice, terdapat pada setiap residen.
b. Court of Request, terdapat pada setiap divisi.
c. Police of Magistrace.
Menurut Raffles pengadilan merupakan benteng untuk memperoleh keadilan.
4. Bidang Sosial
a. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)
b. Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-
undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu
terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke Banjarmasin untuk
membantu perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang kekurangan
tenaga kerja, sedangkan di Batavia Raffles menetapkan pajak yang tinggi bagi
pemilik budak.
c. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan
melawan harimau.
5. Bidang Ilmu Pengetahuan
a. Ditulisnya buku berjudul History Of Java. Dalam menulis buku tersebut
Raffles dibantu oleh juru bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati
Sumenep, Notokusumo II.
b. Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan sebuah buku berjudul History Of
The East Indian Archipelago.
c. Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah
perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
d. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
e. Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
GAMBAR BUNGA RAFLESIA ARNOLDI
Berakhirnya kekuasaan Thomas Stamford Raffles
Berakhirnya pemerintahan Raffles di Nusantara ditandai dengan adanya
Convention of London pada tahun 1814. perjanjian tersebut ditandatangani di
London oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut.
1) Nusantara dikembalikan kepada Belanda.
2) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap di tangan
Inggris.
3) Cochin (di pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris sedangkan Bangka
diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.
GAMBAR THOMAS STANFORD RAFFLES
H.MASA PEMERINTAHAN VAN DEN BOSCH DAN PENERAPAN SISTEM
TANAM PAKSA (1830-1870)
A.PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDRAL
Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris,selanjutnya yang berkuasa adalah
Pemerintahan Hindia Belanda,yang pada mulanya pemerintahan Kolektif yang
terdiri dari 3 orang yaitu : Flout,Buyskess dan Van Der Capellen.
Dengan tugas utama : menormalisasikan keadaan lama (Inggris) ke alam
baru (Belanda) dengan masa peralihan dari tahun 1816-1819,untuk
selanjutnya yang menjadi gubernur jendral adalah Van Der Capellen (1816-
1824).
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi :
1).Beberapa kerajaan diluar P.Jawa bertindak mandiri.
2).Usaha-usaha sefihak dari Raffles yang masih ingin berkuasa
kembali,misal dengan menduduki Singapura.
Dengan berdirinya Singapura menimbulkan perselisihan mengenai batas
wilayah kekuasaan pendudukan Inggris dan Belanda,masalah ini kemudian
diselesaikan melalui
Treaty of London 1824 yang isinya :
1).Inggris dan Belanda berhak untuk saling memasuki wilayah jajahan
masing-masing.
2).Belanda menarik diri dari jajahannya di Asia Daratan yaitu :
Benggala,Gujarat,Malaka dan Singapura.
3).Inggris menarik diri dari Nusantara dan menyerahkan Bengkulu,Bangka
dan Belitung.
4).Kemerdekaan Aceh dihormati oleh kedua belah fihak,dan dijadikan daerah
Bufferstaat : daerah pemisah.
5).Inggris dan Belanda bertanggung jawab atas keamanan di selat Malaka.
B.POLITIK KOLONIAL PADA MASA KOMISARIS JENDRAL
Dalam menjalankan pemerintahannya,komisaris jendral melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1).Sistem Residen tetap dipertahankan
2).Dalam bidang hukum sistem juri dihapuskan
3).Kedudukan para Bupati sebagai penguasa feodal tetap dipertahankan.
4).Desa sebagai satu kesatuan unit tetap dipertahankan dan para
penguasanya dimanfaatkan untuk pelaksanaan pemungutan pajak dan hasil
bumi.
5).Dalam bidang ekonomi memberikan kesempatan kepada pengusaha-
pengusaha asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Memorandum tahun 1851
Memorandum tahun 1851 dengan jelas menegaskan politik Belanda,bahwa
daerah daerah taklukan harus memberi keuntungan materiil bagi
Belanda,keuntungan yang memang menjadi tujuan penaklukkan

G.PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (NEDERLANDSCH INDIE) 1816-1942


A.PENGERTIAN CULTUUR STELSEL
Istilah Cultuur Stelsel sebenarnya berarti sistem tanaman terjemahannya
dalam bahasa Inggris adalah Culture System atau Cultivation System .Lebih
tepat lagi kalau di terjemahkan menjadi System of Gouverment Controlled
Agricultures karena pengertian dari Cultuur Stelsel sebenarnya adalah
:kewajiban kepada rakyat (Jawa) untuk menanam tanaman eksport yang laku
dijual di Eropa,rakyat menterjemahkan dengan istilah tanam paksa.
Menurut Van Den Bosch : Cultuur Stelsel didasarkan atas hukum adat yg
menyatakan bahwa barang siapa berkuasa disuatu daerah,ia memiliki tanah
dan penduduknya.
B.LATAR BELAKANG SISTEM TANAM PAKSA
1).Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa
kejayaan Napoleon sehingga menghabiskan biaya besar.
2).Terjadinya perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan
Belgia dari Belanda tahun 1830.
3).Terjadinya perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan
rakyat jajahan termahal bagi Belanda (menghabiskan beaya 20.000.000
gulden).
4).Kas negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup
berat.
5).Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6).Kegagalan usaha mempraktikkan gagasan Liberal (1816-1830) dalam
mengeksploitasi tanah jajahan untuk memberikan keuntungan yang besar
terhadap negeri induk.
C.ATURAN-ATURAN TANAM PAKSA
Ketentuan pokok Tanam Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara)
no.22 tahun 1834,dengan ketentuan sebagai berikut :
1.Penyediaan tanah untuk cultuur stelsel berdasarkan persetujuan
penduduk.
2.Tanah tersebut tidak lebih dari seperlima tanah pertanian.
3.Tanah tersebut bebas dari pajak.
4.Kelebihan hasil tanaman jika melebihi pajak diberikan pada petani.
5.Pekerjaan untuk cultuur stelsel tidak melebihi waktu menanam padi
6.Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani merupakan tanggung
jawab pemerintah.
7.Bagi yang tidak memiliki tanah dipekerjakan dipabrik atau perkebunan
pemerintah.
8.Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada pemimpin pribumi.
D.PENYIMPANGAN DALAM TANAM PAKSA
1.Perjanjian penyediaan tanah dilakukan dg paksaan.
2.Tanah yang digunakan lebih dari seperlima bagian.
3.Pengerjaan tanah untuk tanam paksa melebihi waktu menanam padi.
4.Tanah tersebut masih terkena pajak.
5.Kelebihan hasil panen tidak diberikan kepada petani.
6.Kegagalan panen tanggung jawab petani.
7.Buruh dijadikan tenaga paksaan.
Guna menjamin agar para Bupati dan kepala desa menunaikan tugasnya dg
Baik,pemerintah Belanda memberikan rangsangan yg disebut cultuur
procenten. Disamping penghasilan tetap.
E.AKIBAT-AKIBAT TANAM PAKSA
BAGI BELANDA
1).Meningkatnya hasil tanaman eksport dari negeri jajahan dan dijual
Belanda dipasaran Eropa.
2).Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembangkempis tetapi pada
masa tanam paksa mendapat keuntungan besar.
3).Pabrik-pabrik gula yg semula diusahakan kaum swasta Cina,kemudian
juga dikembangkan oleh pengusaha Belanda,karena keuntungannya besar.
4).Belanda mendapatkan keuntungan (Batiq slot) yang besar (keuntungan
pertama 3 juta gulden).
BAGI INDONESIA
1).Kemiskinan dan penderitaan fisik serta mental yg berkepanjangan
2).Beban pajak yang berat.
3).Pertanian,khususnya padi banyak mengalami kegagalan panen.
4).Kelaparan dan kematian terjadi dimana-mana,seperti yang terjadi di
Cirebon 1843,Demak 1848,Grobogan 1849.
5).Jumlah penduduk di Indonesia menurun.
6).Rakyat Indonesia mengenal tekhnik menanam jenis-jenis tanaman yang
baru.
7).Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi
eksport.
F.REAKSI TERHADAP TANAM PAKSA
1).RAKYAT INDONESIA
a.Di Sumatera Barat timbul perlawanan,al.di Pariaman (1841), di Padang .
b.Di Jawa pada tahun 1846 perlawanan dilakukan meskipun dengan
pembakaran 7 buah kebun tembakau.
2).KAUM PENGUSAHA (KAPITALIS)
Golongan pengusaha menghendaki sistem tanam paksa dihapuskan dan
diganti dengan kebebasan berusaha.
3).KAUM HUMANIS BELANDA
a.Baron Van Hoevell : memprotes melalui parlemen Belanda : bahwa tanam
paksa tidak manusiawi.
b.Eduard douwes Dekker : memprotes tanam paksa lewat tulis yang
berjudul Max Havelaar (Saijah-Adinda), dg nama samaran Multatuli (saya
menderita).
DAFTAR RAJA-RAJA BELANDA DARI TAHUN 1806
H.POLITIK EKONOMI LIBERAL KOLONIAL SEJAK TAHUN 1870
1.LATAR BELAKANG
Politik ekonomi liberal kolonial dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :
1).Pelaksanaan tanam paksa memberi keuntungan yg besar kepada
Belanda,tetapi menimbulkan penderitaan rakyat pribumi.
2).Berkembangnya faham liberalisme di Eropa.
3).Kemenangan partai liberal di Belanda.
4).Adanya Traktar Sumatera 1871,yang memberikan kebebasan bagi Belanda
untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh.
Pelaksanaan politik ekonomi liberal ditandai dengan beberapa peraturan
antara lain :

1).Reglement op het belied der regering in Nedherlandsh Indie (1854) :


Berisi tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
2).Indishe Comtabiliteit Wet (1867) :
Berisi tentang perbendaharaan negara Hindia Belanda
3).Suiker Wet :
Yaitu UU gula yang menetapkan bahwa tanaman tebu adalah monopoli
pemerintah yg secara berangsur-angsur akan dialihkan kepada fihak swasta.
4).Agrarish Wet (undang-undang Agraria) 1870:
UU Agraria yg berlaku di Indonesia dari tahun 1870-1960 isinya :
a).Tanah di Indonesia dibedakan menjadi tanah tanah rakyat dan tanah
milik pemerintah.
b).Tanah rakyat terdiri dari tanah bebas dan tidak bebas
c).Tanah rakyat tidak boleh dijual kepada orang lain.
d).Tanah pemerintah dapat disewakan kepada penguasa swasta sampai
jangka waktu 75 tahun.
5).Agrarisch Besluit (1870):
Ditetapkan oleh raja Belanda dan mengatur hal-hal yang lebih rinci.
2.PELAKSANAAN SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
Setelah UU Agraria 1870 diterapkan,di Indonesia memasuki Imperalisme
modern dengan diterpkan Opendeur Politiek,yaitu politik pintu terbuka
terhadap modal-modal swasta asing,hal itu berati Indonesia dijadikan tempat
untuk berbagai kepentingan yaitu:
a).mendapatkan bahan mentah atau bahan baku industri di Eropa.
b).mendapatkan tenaga kerja yg murah.
c).menjadi tempat pemasaran barang-barang produksi Eropa.
d).menjadi tempat penanaman modal asing.
3.AKIBAT SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
BAGI BELANDA :
a.Memberikan keuntungan yg besar bagi kaum swasta Belanda
b.Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke
Belanda.
c.Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
BAGI INDONESIA :
a.Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.
b.Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga gula dan
kopi.
c.Menurunnya konsumsi bahan makanan,terutama beras.
d.Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena telah tersaingi dengan Import
dari Eropa.
e.Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah
adanya angkutan kereta api.
f.Rakyat menderita karena masih diterapkan kerja rodi dan adanya hukuman
yg berat bagi yg melanggar peraturan poenalie sanctie.
I.POLITIK ETIS
LATAR BELAKANG POLITIK ETIS
Munculnya politik etis dilatarbelakangi oleh :
1).Sistem ekonomi liberal tidak mengubah nasib rakyat.
2).Tanam paksa memberi keuntungan besar bagi Belanda sebaliknya
menimbulkan penderitaan rakyat.
3).Belanda melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat .
4).Rakyat kehilangan tanah sebagai hak milik utamanya.
5).Adanya kritik terhadap praktik kolonial liberal.
TOKOH-TOKOH YANG MELANCARKAN KRITIK POLITIK ETIS
1).Van Kol
melancarkan kritik di Indonesia sebagai politik drainage/penghisapan
2).Van Deventer
usulannya dikenal dengan Trilogi Van Deventer :
a).Irigasi
b).Emigrasi
c).Edukasi
3).De Waal
sejak tahun 1884,Indonesia berhak mendapatkan 528 G
4).Brooschooft
Selama 1 abad lebih,Belanda telah mengeruk keuntungan dari rakyat
Indonesia dan tidak mengembalikannya.
5).Baron Van Hovell
Meminta perbaikan nasib rakyat Indonesia dari sidang parlemen.
KEGAGALAN POLITIK ETIS
Kegagalan politik etis,tampak dalam kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
1).Sistem ekonomi liberal hanya memberi keuntunga besar bagi Belanda.
2).Sangat sedikit penduduk pribumi yang memperoleh keuntungan dan
kedudukan yang baik.
3).Pegawai negeri golongan pribumi hanya dijadikan alat,
sehingga dominasi Belanda tetap sangat besar.

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA MENENTANG DOMINASI ASING


Perlawanan Sebelum Tahun 1800
Sultan Baabullah menentang portugis: setelah sultan harun tewas, sultan
baabullah menggantikannya di Ternate, dan melakukan penyerangan kepada
portugis setelah sebelumnya portugis disuruh pergi, dan akhirnya portugis
terdesak karena juga kedatangan VOC di ternate.
Dipati Unus menyerang portugis di Malaka tahun 1512- 1513.
Fatahillah menduduki Jawa Barat dan berhasil mengusir portugis dari sana, ia
berhasil menduduki Cirebon, Sunda kelapa, dan Banten.
Sultan Iskandar Muda menyerang portugis.
Sultan Agung menyerang Belanda di Batavia.
Perlawanan Sesudah Tahun 1800
Perlawanan Rakyat Maluku
Perlawanan Sultan Nuku (Tidore) ( 1795- 1885)
Sultan Nuku berusaha melawan Belanda bersama rakyat tidore, disertai
dengan 200 kapal dan 6000 orang pasukan. Perjuangan yang dilakukan yaitu
dengan diplomasi, siasatnya berhasil dengan memanfaatkan perselisihan
antara gubernur ambon dan gubernur ternate. Selain itu menggunakan siasat
adu domba antara inggris dan belanda.
Perlawanan Kapitan Pattimura/ Thomas Matulesi (1817)
Perlawanan yang dilakukan diawali dengan penyebuan benteng Duurstede di
Saparua, residen belanda akhhirnya terbunuh dan benteng berhasil direbut.
Lalu setelah itu pertempuran berkurang dan pada tanggal 16 desember 1817
Pattimura dan kawan- kawan tertangkap dan mennjalani hukuman di tiang
gantungan. Dalam pertempuran lainnya dikenal pula tokrh wanita Christina
Tiahahu.
Perang Padri
Penyebab perang Padri yaitu masalah kekerabatan yaitu matrilinealisme di
padang, dan juga masalah keislaman yang kuat disana yang coba
dihancurkan oleh belanda dan pertikaian meruncing dan terjadinya perang.
Dalam perang Padri terjadi beberapa periode perang yaitu:
Periode pertama (1821- 1825): di periode ini belanda mengirim pasukan dari
batavia, yang dipimpin oleh Letkol Raaf, dan belanda menang dan mendirikan
benteng Fort Van der Capellen. Di periode ini terdapat perjanjian Masang.
Periode kedua ( 1825- 1830): peperangan tidak terlalu ketat, dan terjadi
bentokan- bentrokan antara pasukan pagaruyung dan belanda.
Periode ketiga (1830- 1837): Perjanjian Masang dilanggar oleh keduanya, pada
tahun 1831 Letkol Elout melawan kaum Padri, kemudian datng Mayor Michael
dan serangannya berhasil, setahun kemudian dikirimlah Sentot Ali Basyah ke
Sumatera Barat.
Setelah periode ketiga Imam Bonjol bertahan sampai tahun 1837, ketika
diajak berunding ia ditipu, kemudian ditangkap, lalu dibawa ke Batavia dan ke
Minahasa dan meninggal di Kampung Luta tahun 1864 dalam usia 92 tahun,
dan belanda pun mennguasai Sumatera Barat.
c. Perang Diponegoro
Sebab umum perang Diponegoro yaitu kekuasaan Mataram makin kecil dan
kewibawaannya merosot, selain itu kaum bangsawan merasa dikurangi
pendapatannya dan dibagi- bagikan lagi kepada pengusaha lainnya, dan
rakyat merasa dibebani oleh kerja paksa, pajak tanah dan sebagainya.
Sedangkan sebab umumnya yaitu pembangunan jalan yang melalui makam
leluhur pangeran Diponegoro diTegal Rejo. Jalannya perang ini dipimpin oleh
Diponegoro yaang merupakan Raja Mataram dan dibantu oleh Sentot Ali
Basyah. Perang ini diakhiri pada tahun 1830, dan Diponegoro tertangkap dan
ditawan di Makasar dan meninggal disana tanggal 8 Januari 1855.
d. Perang Aceh
Perang aceh terjadi setelah kekuasaan Sultan Iskandar Muda pudar, dan
kerajaan pun terpecah karena belanda. Sebab perang ini yaitu karena pemuda
aceh yang dianggap mengingkari perjanjian treaty of london, karena disana
terdapat dua penguasa yaitu inggris dan belanda. Serangan dari Aceh
dipimpin oleh Panglima Polim saat pasukan pertama belanda datang, dan
perang ini didasari oleh kezaliman yang dilakukan belanda dan pihak Aceh
melalkukan perang jihad. Dipihak lain terjadi pertempuran yang dilakukan
oleh pasukan Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din. Dan akhirnya
belandapun kewalahan dan Dr. Snouck. Hurgronye dikirim untuk menyelidiki
tata negara Aceh dan melakukan penyerangan setelah menyelidiki tata negara
Aceh, dan rakyat Aceh pun kalah. Kemudian belanda membuat perjanjian
pendek yang berisi sebagai berikut:
Mengakui daerahnya sebagai daerah kekuasaan belanda.
Berjanji tidak akan berhubungan dengan suatu pemerintahan asing.
Berjanji tidak akan menaati perintah- perintah yang diberikaan oleh
pemerintah belanda.
e. Perang Bali
Sebelum abad ke- 19 Bali dikausai oleh bbeberapa kerajaan kecil yang
seluruhnya dikuasai oleh kerajaan Klungkung. Menurut perjanjian antara
erajaan klungkung dengan belanda tahun 1841, kerajaan klungkung dibawah
kekuasaan Raja Dewa Agung Putra dinyatakan sebagai kupernement dari
Hindia Belanda, namun ada hak- hak kerajaan bali yang mudah dilanggar
yaitu hak tawan karang. Perang di bali terjadi terkenal dengan nama perang
puputan, yaitu perang suci agama Hindu, perang tterjadi dari tahun 1906
(perang puputan Badung), tahun 1908 (perang puputan Kusumba, dan Perang
puputan Klungkung).
f. Perang Bone
Sejak perjanjian bongaya tahun 1667, belanda mulai mmempunyai wilayah di
sulawesi Selatan. Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal Van Der Capellen
berangkat ke Makassar dan memperbarui perjanjian bongaya, dan perjanjian
inipun tidak sesuia dengan rakyat bone, maka timbullah perang, Raja Putri
melakukan penyerangan dan meninggal pada tahun 1895.

Perkembangan Sistem Pemerintahan, Birokrasi, dan Sistem Hukum masa


Kolonial di Indonesia

Sistem Pemerintahan
Salah satu peletak dasar pemerintahan modern di Indonesia adalah
Gubernur Jenderal Daendels. Untuk mempertahankan pulau Jawa dari
serangan Inggris, Daendels membagi wilayah tersebut menjadi sembilan
perfektuur. Daendels juga menjadikan para Bupati sebagai pegawai sipil
dibawah perintah perfektuur. Para Bupati memperoleh penghasilan dari tanah
dan tenaga dari penduduk yang berada di dalam wilayah kekuasaannya. Para
Bupati juga mendapat pangkat tertentu dalam hierarki umum kepegawaian
Belanda. Dalam menegakkan keadilan, Daendels membentuk pengadilan
keliling dan pengadilan Indonesia. Meskipun akhirnya wilayah Indonesia
kembali menjadi jajahan Belanda, upaya memperbaiki sistem pemerintahan
membutuhkan waktu lama. Kewajiban mengatur pemerintahan di Indonesia
dimulai kembali setelah pemerintah kerajaan Belanda mengeluarkan Undang-
Undang Desentralisasi pada tahun 1930. Perubahan dan perbaikan
pemerintahan di Indonesia mulai berjalan setelah muncul peraturan
pembebasan dari perwalian (antvoogding) pada tahun 1922 dan keluarnya
sistem pemerintahan baru (bestuurshervorming). Berdasarkan Undang-
undang Desentralisasi, wilayah Indonesia dibagi menjadi beberapa daerah
yang disebut gouvernementen dimulai dari Jawa yang diawali dari daerah
Jawa Barat (1926), Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah (1930). Pembenahan
sistem pemerintahan pun terus dilanjutkan dengan menghapus Dewan
Karesidenan. Untuk mengatasi berbagai macam pesoalan dan memudahkan
segala urusan, pemerintah kolonial membentuk berbagai depertemen dan
dinas. Departemen yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda, misalnya
Departemen Pertanian (1904), Departemen Industri dan Perdagangan (1911)
yang sebelumnya pada tahun 1907 bernama Departemen Perusahaan-
Perusahaan Negara. Adapun beberapa dinas yang pernah dibentuk pemerintah
kolonial Belanda, antara lain Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, dan Dinas
Peternakan.

Sistem Birokrasi
Perombakan struktur birokrasi di Indonesia dimulai setelah pemerintah
Kerajaan Belanda memberlakukan konstitusi baru pada tahun 1848.
berdasarkan konstitusi tersebut wilayah Hindia Belanda (Indonesia) perlu juga
untuk menyusun undang-undang pemerintahan, sistem keuangan, dan sistem
audit yang disetujui oleh Majelis Perwakilan. Pada tahun 1854 berhasil
disusun undang-undang pemerintahan Hindia Belanda. Parlemen Belanda
baru mulai melakukan pengawasan terhadap Hinda Belanda pada tahun
1868. pemegang kekuasaan tertinggi di wilayah Hindia Belanda adalah
seorang Gubernur Jenderal. Di dalam menjalankan pemerintahan Gubernur
Jenderal dibantu oleh residen dan beberapa asisten residen.
Residen bertindak sebagai administratif merangkap fungsi legislatif,
yudikatif, dan fiskal. Residen bertugas sebagai pelaksana administrasi pusat.
Asisten Residen mengepalai bagian dari keresidenan yang sejajar dengan
kabupaten. Asisten Residen menjalankan tugas-tugas residen, kecuali
kekuasaan peradilan (yudikatif). Dibawah asisten residen dikenal adanya
kontrolir. Tugas kontrolir adalah mengumpulkan berbagai keterangan dan
melaksanakan perintah dari atas.
Di Jawa dikenal adanya kabupaten yang dipimpin oleh Bupati yang dibantu
oleh Patih. Wilayah kabupaten dibagi atas wilayah kawedanan yang dipimpin
seorang wedana. Wilayah kawedanan dibagi atas wilayah kecamatan yang
dipimpin oleh seorang camat atau asisten wedana. Susunan birokrasi tersebut
dapat terwujud setelah van de Puttle melakukan reorganisasi pada tahun
1874.
Berdasarkan reorganisasi tersebut, para pegawai pamong praja yang
bertugas tidak lagi berdasarkan ikatan daerah dan hak waris. Pemerintah
kolonial Hindia Belanda mulai menerapkan sistem kepegawaian di dalam
menunjuk seorang menjadi pegawai pamong praja. Jabatan Bupati yang pada
masa van den Bosch masih merupakan hak turun-temurun, sekarang mulai
dipandang sebagai pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Berdasarkan surat edaran tahun 1867 telah dirumuskan tugas dan
kewajiban para pamong praja. Adapun tugas para pamong praja, antara lain
sebagai berikut :

Residen, mempunyai tugas dan kewajiban antara lain :


Menjalankan tugas melalui Bupati
Mengawasi dan meringankan pekerjaan wajib
Memerhatikan penanaman tanaman bahan pangan
Mendorong pendirian sekolah pribumi

Bupati, mempunyai tugas dan kewajiban antara lain :


Mengawasi penanaman wajib
Meneliti perjanjian antara penanaman dan pengusaha Eropa
Mencegah semua pembatasan otonomi desa
Mengawasi sekolah pribumi
Membuat daftar guru-guru agama
Kedudukan Bupati pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda makin
merosot. Hal itu tidak lain akibat proses maju ke arah pemerintahan langsung
dengan memperhatikan dualisme di dalamnya. Menghapuskan ini berarti :
Menghilangkan diskriminasi pada sistem birokrasi
Demokrasi yang berarti menghilangkan kedua golongan itu untuk
memberikan tempat pada pemimpin yang wajar. Ini semua berarti
menghilangkan kolonialisme itu sendiri.

Sistem Hukum
Seiring berubahnya sistem birokrasi dan pemerintahan, sistem hukum yang
berlaku di Indonesia pun mengalami perubahan. Gubernur Jenderal Daendels
adalah peletak dasar berubahnya sistem hukum di Indonesia. Apabila
sebelumnya di Indonesia berlaku sistem hukum tradisional maka ketika
Daendels berkuasa sistem hukumnya digantikan dengan sistem hukum
modern model Barat. Daendels selain memperkenalkan sistem hukum modern
juga memperkenalkan sistem pengadilan keliling dan pengadilan pribumi
(landgerecht) di setiap wilayah (perfectuure). Untuk mengawasi kinerja badan
peradilan yang ada di Indonesia, pemerintah kolonial Belanda membentuk
pula lembaga Mahkamah Agung (Hog-Gerechschof). Mahkamah Agung menjadi
lembaga yudikatif tertinggi di Indonesia. Mulai tahun 1848, Mahkamah Agung
memperoleh kewenangan mengawasi seluruh pengadilan di pulau Jawa.
Pada tahun 1854, semua peraturan pemerintah yang berawal dari raja, putra
mahkota, dan gubernur jenderal berlaku sebagai undang-undang yang wajib
dipatuhi semua warga negara Belanda dan penduduk tanah jajahan. Beberapa
undang-undang yang pernah berlaku di Indonesia, antara lain sebagai berikut
:
Comptabilitas Wet ditetapkan pada tahun 1864. Undang-undang ini
mengatur penetapan anggaran belanja Indonesia.
Agrarische Wet ditetapkan pada tahun 1870. Undang-undang ini mengatur
sistem sewa tanah dan penjaminan kepemilikan tanah di Indonesia.
Perubahan Ekonomi dan Demografi diberbagai daerah mulai abad 19 sampai
paruh pertama abad 20.

Sistem Swasta Asing


Sejak tahun 1870 sistem tanam paksa mulai dihapus, digantikan sistem
politik pintu terbuka sehingga Indonesia mulai memasuki masa liberal.
Pelaksanaan paham liberal dalam bidang ekonomi memiliki asas :
Kegiatan ekonomi ditangan rakyat jadi pemerintah tidak campur tangan.
Kegiatan ekonomi ditangan swasta.
Penghilang faktor-faktor penghambat kegiatan ekonomi (pajak tinggi, tanam
paksa).
Pemerintah bertugas menjaga keamanan dan penegakkan hukum untuk
kelancaran kegiatan ekonomi.
Untuk menjaga perkembangan kegiatan ekonomi, menjaga hak milik tanah
pribumi dan pengaturan sewa tanah oleh swasta asing maka dikeluarkanlah
Undang-Undang Agraria (agrarische Wet th. 1870)

Komersialisasi
Dimulainya pelaksanaan politik pintu terbuka (masa liberal) maka di
Indonesia telah mulai memasuki masa komersialisasi, modernisasi dan
industrialisasi. Melalui politik pintu terbuka Belanda berusaha menarik
penanam modal swasta asing di Indonesia, dengan demikian berkembang
pesat industrialisasi di Indonesia. Contoh : pertambangan batubara di
Ombilin, Sumatera Barat ; timah di Bangka, Belitung, dan Singkep; minyak
bumi di Bunyu dan Tarakan. Kalimantan Timur; perkebunan, pertanian,
perdagangan mulai lancar.

Pertumbuhan dan mobilitas penduduk.

Kebijakan-kebijakan kolonial Belanda yang dilaksanakan di Indonesia secara


langsung maupun tak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan desa,
kota, struktur penduduk (demografi) dan gerakan (mobilitas) penduduk.
Secara ekonomis di Indonesia juga mengalami pertumbuhan, sehingga
terbentuk struktur penduduk (demografi) yang baru.
Desa-desa banyak bermunculan, kota berkembang sehingga mampu
berperan lebih besar menggantikan peran pusat ibu kota jaman kerajaan.
Pada masa kolonial tersebut mobilitas penduduk sangat tinggi, hal ini
desebabkan faktor :
Urbanisasi : penduduk desa berusaha datang ke kota untuk mencai kerja di
kota, tetapi akhirnya menimbulkan masalah sosial.
Kebijakan pemerintah melaksanakan kuli kontrak (dari Jawa ke Jawa misal
ke Deli Sumatera Timur).
Karena mulai berkembang swastanisasi dan industrialisasi, maka
pemerintah mengeluarkan UU Agraris dan peraturan perburuan (berisi :
penetapan kondisi pekerjaan yang layak bagi bangsa Indonesia, dan
penetapan upah minimal yang harus dibayar).

Kehidupan sosial budaya masyarakat masa kolonial.


Perubahan politik, ekonomi, sosial
Perkembangan imperialisme dan kolonialisme pada akhirnya menimbulkan
penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu hampir
meliputi segala bidang kehidupan dibidang politik, ekonomi, sosial maupun
pendidikan.

Bidang Politik
Dalam bidang ini telah terjadi perubahan-perubahan besar dimana kekuasaan
kolonial semakin kuat, maka kekuasaan para raja/penguasa tradisional
semakin merosot. Mereka makin menutup pada kekuasaan asing.

Bidang Ekonomi
Tujuan utama orang-orang barat datang ke Indonesia berkaitan erat dengan
aspek ekonomi (memperoleh rempah-rempah sendiri). Untuk memperoleh
rempah-rempah tersebut mereka menempuh berbagai cara (monopoli)

Bidang Sosial
Perubahan dalam bidang sosial budaya sebagai contoh : masuk dan
berkembangnya agama Kristen serta berkembangnya unsur-unsur budaya
Barat.

Kebijakan kolonial dibidang keagamaan


Pada masa pra kolonial penduduk Indonesia, mayoritas beragama Islam, dan
beragama Hindu, Buddha, Kong-hu-chu.
Pandangan Barat/kolonial terhadap Islam :
Islam dianggap musuh (ingat misi perang salib)
Islam tidak akan membawa kemajuan masyarakat.
Hanya pola pikir Barat yang mampu membawa kemajuan pribumi.
Tapi setelah Snonck Hurgronje datang ke Indonesia 1889 untuk melakukan
penelitian tentang Islam, baru terbuka pandangan kolonial terhadap Islam.
Kebijakan kolonial dalam keagamaan :
Islam ditinjau dari ajaran politik / gerakan politik ini yang dianggap
berbahaya. Karena melakukan penentangan terhadap kekuasaan kolonial.
Kolonial Belanda melakukan penyebaran agama Protestan misalnya :
program zending.
Kaum adat yang kurang sepakat dengan gerakan Islam atau ajaran Islam
direkrut dimanfaatkan untuk mendukung kolonial melawan kelompok Islam.
Contoh : dalam perang Padri.
Pemimpin Islam didekati sebagai mitra untuk menjadi penguasa.
Perantara atau peredaran kekuatan Islam, tentunya dengan janji-janji.

Kedudukan dan peran perempuan dalam masyarakat masa


kolonial
Pada awal abad 19 saat kolonial Belanda berkuasa di Indonesia, peran
wanita sangat terbatas bahkan terpinggirkan. Hanya sekedar sebagai ibu
rumah tangga, melayani suami bahkan dikalangan ningrat terkenal dengan
tradisi pingit.
Pada awal abad 20 kesempatan wanita untuk mendapat pendidikan mulai
mendapat tempat, maka muncullah tokoh R.A. Kartini. R.A. Kartini menjadi
pelopor gerakan emansipasi perempuan Indonesia.
Pengertian emansipasi pada saat itu adalah keinginan untuk mendapatkan
persamaan hak dan kebebasan dari kungkungan adat.
R.A. Kartini mengutarakan keinginan untuk memperoleh pendidikan dalam
bentuk surat yang dikirimkan kepada temannya Stella Zeehandelan di
Belanda. Surat-surat pribadi R.A. Kartini kepada teman-temannya di Belanda
selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku oleh V.H.
Abendanon.
Buku kumpulan surat R.A. Kartini berjudul Door Duits Ternis to Licht yang
diterjemahkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
R.A. Kartini berusaha mewujudkan cita-citanya tentang kemajuan
perempuan Indonesia dengan mendirikan kelas kecil bagi perempuan di
sekeliling rumahnya. Pendidikan bagi perempuan itu diselenggarakan empat
kali seminggu. Murid kelasnya berjumlah tujuh orang. Para gadis tersebut
mendapat pelajaran membaca menulis, kerajinan tangan, dan menjahit.
Semua pendidikan itu diselenggarakan secara gratis.
Pemikiran kemajuan perempuan Indonesia yang pertama kali digagas oleh
R.A. Kartini akhirnya menyebar ke berbagai daerah. Sejak itu lambat laun
peranan perempuan di masyarakat Indonesia makin besar sampai saat ini.

Akibat Imperialisme

1. Akibat politik
1. Terciptanya tanah-tanah jajahan
2. Politik pemerasan
3. Berkorbarnya perang kolonial
4. Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
5. Timbulnya nasionalisme

1. Akibat Ekonomis
1. Negara imperislis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah
kemiskinan
2. Industri si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
3. Perdagangan dunia meluas
4. Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
5. Kapital surplus dan penanamna modal di tanah jajahan
6. Kekuatan ekonomi penduduk asli tanah jajahan lenyap
2. Akibat sosial

1. Si imperialis hidup mewah sementara yang dijajah serba kekurangan


2. Si imperialis maju, yang dijajah mundur
3. Rasa harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga diri kurang pada
bangsa yang dijajah
4. Segala hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah tidak memiliki hak
apa-apa

Gerakan protes petani

Gerakan protes petani adalah gerakan yang dilakukan oleh para petani
sebagai ungkapan protes terhadap perilaku atau segala kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial dan penguasa tanah partikelir.

Timbulnya gerakan perlawanan kaum petani antara lain disebabkan oleh:


a. Para petani sangat membenci terhadap pemberlakuan pungutan pajak.
b. Para penguasa menerapkan sanksi yang sewenang-wenang, misalnya
terhadap petani yang tidak membayar pajak, maka tanah, rumah, dan
kerbaunya akan disita.
c. Adanya praktek perbudakan dan kerja paksa, seperti kewajiban membawa
hasil panen dari sawah ke lumbung penguasa dengan jarak tempuh cukup
jauh tanpa mendapat upah.
d. Adanya kerja paksa pada perkebunan-perkebunan dan pabriknya.
e. Para petani sangat muak menyaksikan kemewahan hidup yang
ditunjukkan oleh kaum pengusaha, misalnya sering menyelenggarakan pesta-
pesta.
f. Keinginan untuk mengembalikan kejayaan, kesejahteraan, dan
ketentraman hidup seperti yang terjadi sebelum datangnya penguasa asing.
g. Timbulnya keberanian menentang penguasa karena gerakannya diyakini
mendapat perlindungan ratu adil yang akan membebaskan mereka dari
penderitaan hidup.

Beberapa gerakan protes petani terkenal yang terjadi di Indonesia misalnya:


a. di Ciomas di bawah pimpinan Arpan pada tahun 1886.
b. di Condet (Jakarta) di bawah pimpinan Entong Gendut, Maliki, dan Modin
pada tahun 1916.
c. di Tangerang dipimpin oleh Kaiin dan Sairin pada tahun 1924.
d. di Sidoarjo dipimpin oleh Mukmin pada tahun 1903.
e. di Kediri dipimpin oleh Dermajaya pada tahun 1907.

sPada zaman pertengahan Inggris masih merupakan sebuah wilayah yang


terbelakang. Saat itu Inggris hanya mempunyai satu kota penting: London.
Selebihnya wilayah Inggris hanya wilayah pedesaan yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani. Walaupun demikian sumber utama pendapatan Inggris
dari kerajinan bulu domba sebagai bahan wol merupakan bulu domba yang menjadi
bahan mentah utama bagi pusat-pusat industri kain wol di Italia Utara dan
Vlaanderen.

Pada saat itu kebutuhan masyarakat Inggris belum begitu banyak sehingga
kebutuhan akan sandang, pangan dan papan dapat dipenuhi oleh masingmasing
keluarga. Pada saat itu perdagangan belum berkembang. Kegiatan tukar menukar
barang masih dalam skala kecil dengan jangkauan wilayah yang relatif terbatas.

Hal tersebut disebabkan karena satu keluarga hanya menghasilkan barang untuk
kebutuhan keluarganya sendiri. Produksi mereka tidak dimaksudkan untuk dijual
kepada orang lain, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Perilaku
seperti ini merupakan salah satu ciri dari masyarakat tradisional.

1. Kondisi Masyarakat Inggris Sebelum Revolusi Industri


Pada abad ke-16 dan ke-17 kondisi negara-negara Eropa selain Inggris selalu dalam
keadaan peperangan dan perselisihan. Akibatnya banyak usahawan dan para tukang
dari pusat industri berdatangan ke Negara yang aman dan tidak terlalu bergejolak.
Salah satu dari negara yang tidak terlalu bergejolak tersebut adalah Inggris. Sebagian
besar usahawan tersebut menetap di Inggris. Sementara kedatangan para pengusaha
dan tukang tersebut telah mendatangkan keuntungan bagi perekonomian Inggris. Hal
tersebut ditandai dengan maraknya industri rumahan (home industry).

Benda-benda yang dibuat oleh industri rumahan tersebut adalah senjata, perhiasan,
perabot rumah tangga dan alat kerja. Meskipun demikian mereka belum
menghasilkan barang dalam skala besar. Mereka hanya membuat barang apabila ada
pesanan. Melalui usaha yang masih terbatas tersebut masyarakat Inggris tumbuh
menjadi kelompok masyarakat yang bermodal. Golongan masyarakat pemilik modal
ini yang nantinya disebut sebagai kaum kapitalis.

Para pemilik modal ini mendirikan tempat kerja baru dengan mekanisme kerja yang
baru pula. Para pemilik modal membuat gedung yang luas dan dilengkapi alat kerja.
Proses pengoperasian alat kerja tersebut masih dikerjakan oleh manusia
(manufaktur). Pada manufaktur ini masih banyak tenaga yang dipekerjakan dengan
upah yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena pekerjaan mereka tidak
memerlukan latihan dan keahlian yang tinggi.

Pekerjaan pada manufaktur masih bisa dilakukan menggunakan tangan dan sama
sekali tidak menggunakan alat. Berdirinya manufaktur tersebut telah menggeser
industry rumahan yang sebelumnya cukup banyak di Inggris. Akibatnya para pemilik
industri rumahan mulai mengalihkan usahanya ke manufaktur.

Berkembangnya industri manufaktur ini sangat menguntungkan perekonomian


Inggris dan sekaligus membuka peluang terjadinya Revolusi Industri. Kebutuhan
akan alat-alat pada manufaktur tersebut telah mendorong masyarakat Inggris untuk
mencari solusi. Maka ditemukanlah banyak alat yang dapat mempermudah pekerjaan
pada menufaktur-manufaktur yang telah berdiri.

2. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Revolusi Industri


Revolusi bisa diartikan sebagai perubahan secara cepat atau perubahan yang cukup
mendasar dalam suatu bidang atau di suatu tempat. Sementara Industri artinya
proses membuat ataumenghasilkan suatu barang. Perubahan yang terjadi di Inggris
pada abad ke-18 merupakan perubahan dalam memproduksi barang-barang dari
penggunaan tenaga manusia kepada mesinmesin. Jadi Revolusi Industri adalah
perubahan cara membuat atau menghasilkan barang yang semula menggunakan
tenaga manusia beralih ke tenaga mesin.

Penemuan James Watt merupakan awal mula munculnya Revolusi industri di Inggris
terjadi pada tahun 1763. Watt adalah seorang insinyur yang berasal dari Skotlandia.
Dalam perjalanan dan perkembangan sejarah manusia, penemuannya ini kemudian
dianggap sebagai penemuan pertama yang berhasil membuat alat kerja dengan
tenaga mesin.

Sebenarnya James Watt hanya memodifikasi mesin uap buatan Thomas Newcomen
yang dianggap memboroskan bahan bakar dan bertenaga kecil. James Watt kemudian
menemukan kondensator (alat untuk memadatkan uap) sehingga mesin uap Thomas
Newcomen menjadi hemat. James Watt terus memperbaiki mesin uapnya sehingga
mesin uap Thomas Newcomen mulai dilupakan orang dan mesin uap James Watt
semakin dikenal orang. Dalam perkembangan sejarah berikutnya, mesin uap James
Watt nantinya dipakai dalam kegiatan industri.

Dalam perkembangan selanjutnya. Watt menjadi motivator untuk para ahli lainnya
menemukan alat-alat untuk membantu manusia dalam menyediakan kebutuhan
hidup yang tidak hanya sekedar mengendalkan tangan-tangan manusia. Penemuan
pada periode ini kemudian telah mengantarkanm kepada sejarah baru umat manusia.
Kemunculan Revolusi Industri dilatarbelakangi oleh berbagai hal, di antaranya:

a. Dalam Bidang Politik

Pada abad ke-17 di Inggris terjadi peperangan yang dahsyat antara bangsawan kuno
dengan bangsawan baru yang dikenal dengan Pera4ng Mawar. Dalam peperangan
tersebut bangsawan baru muncul sebagai pemenang. Mereka berhasil menguasai
kursi pemerintahan dan selanjutnya mengendalikan negara Inggris.

Berbeda dengan bangsawan kuno yang terkesan mewah dan boros, kaum bangsawan
baru lebih menampilkan diri sebagai kelompok masyarakat yang berpikiran maju.
Bangsawan baru ini terdiri dari para bangsawan rendah, petani kaya, pedagang
sukses dan para tuan tanah pemilik modal. Dalam menjalankan pemerintahan
golongan ini lebih mengutamakan perekonomian daripada kepentingan politik belaka.

Kemenangan bangsawan baru telah memberikan angin segar untuk kemajuan Inggris
karena focus perhatian mereka tertuju kepada perekonomian, tidak lagi politik yang
menjadi pusat perhatian bangsawan kuno. Perdebatan politik yang terus-menerus
kadang menghalangi kemajuan yang dicapai.

b. Dalam Bidang Sosial-Ekonomi

Pada abad 18 pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan menyangkut pengaturan


status tanah. Pengaturan kembali tanah pertanian di Inggris dikenal sebagai Revolusi
Agraria. Revolusi diawali dengan cara menukar tanah yang terpencar-pencar milik
para bangsawan dengan tanah petani di sekitarnya.

Melalui cara ini tanah bangsawan menjadi luas, sebaliknya para petani mendapatkan
tanah yang letaknya jauh dan kurang produktif. Tidak jarang di antara para petani
terpaksa meninggalkan tanahnya atau terusir tanpa mendapatkan tanah hasil
tukarannya. Selanjutnya para bangsawan tersebut menjadikan tanahnya sebagai
lahan peternakan domba atau industri.

Banyaknya tanah pertanian yang berubah menjadi daerah peternakan dan industri
berkaitan dengan banyaknya permintaan kain wol dan katun dari pasaran Eropa. Hal
ini benar-benar telah mengokohkan para bangsawan atau para pemilik modal untuk
menggeluti bidang industri dan peternakan. Apalagi para pengusaha di Inggris
semakin diuntungkan dengan tenaga kerja yang murah.

Tenaga kerja murah di Inggris terdiri dari para petani yang telah kehilangan tanah
dan mata pencahariannya, termasuk juga kaum urban yang menyerbu kota-kota di
Inggris karena perkembangannya sebagai wilayah industri cukup menggiurkan.
Manufaktur yang berdiri di Inggris banyak menghasilkan barang-barang yang terbuat
dari logam seperti cangkul, pisau, wajan, dan lainnya.

Peralatan dari besi tersebut dibuat setelah dileburkan ke dalam panas 1000 derajat
celcius dengan bahan bakar kayu. Dengan berjalanya kondisi alam yang semakin
membahayakan, pemerintah Inggris kemudian melarang penggunaan kayu sebagai
bahan bakar karena dapat membahayakan ekosistem hutan. Sebagai gantinya
digunakan batubara yang di Inggris berlimpah.

Melalui ilmu pengetahuan yang sudah cukup maju batu bara tersebut diubah
menjadi cokes, yaitu proses yang agak mirip dengan membuat arang menjadi kayu.
Cokes telah membuka kemungkinan untuk mengembangkan industri besi menjadi
cikal bakal perkembangan industri di Inggris.

Pada abad ke-18 pemerintah Inggris mulai menikmati hasil dari kemakmuran
negerinya. Marak dan berkembangnya Industri manufaktur di Inggris ternyata diikuti
dengan meningkatnya permintaan masyarakat Eropa. Selain itu permintaan akan
barang Inggris semakin luas seiring dengan semakin luasnya jajahan Inggris, baik di
Afrika maupun di Asia. Kemajuan kegiatan industri yang masih menggunakan tenaga
kerja itu telah melahirkan kaum kapital di beberapa tempat dan kota di Inggris.

c. Dalam Bidang Iptek dan Budaya

Sejak zaman Renaisans perhatian dan minat masyarakat Inggris terhasap ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat besar. Orangorang saling berlomba mengadakan
pembaharuan dalam segala bidang dan mulai meninggalkan sesuatu yang dianggap
kuno. Masyarakat Inggris sangat tertarik dengan penelitian-penelitian terbaru dalam
segala hal, termasuk industri.

Pada abad ke-17 di London sudah berdiri perhimpunan yang bertujuan memajukan
ilmu terutama matematika dan fisika. Hasil penelitian ilmiah tidak hanya dijadikan
rumusan atau teori belaka tetapi juga diterapkan bagi peningkatan kesejahteraan
hidup umat manusia, terutama bagi kemajuan masyarakat Inggris.

Perangkat teknologi yang berhasil meningkatkan industry pertekstilan di Inggris


adalah alat pintal dan alat tenun. Alat pintal adalah alat yang dapat memilih benang
dari bahan kapas sedangkan alat tenun adalah alat pembuat kain dengan bahan
dasar benang. Orang yang berhasil menciptakan alat tenun adalah John Kay (1733).
Alat tersebut diberi nama Flying Shuttle (pintalan terbang).
Alat ini mampu bekerja lebih cepat dan dapat melebarkan kain sesuai dengan yang
diinginkan pembuatnya. Sedangkan yang menemukan alat pintal adalah Hargreaves
(1762). Alat ini kemudian diberi nama Spinning Jenny. Alat penemuan Hargreaves ini
dapat memintal berpuluh-puluh gulung benang sekaligus.

Pada perkembangan selanjutnya Inggris mampu mengembangkan ilmu


pengetahuannya. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya penemuan alat-alat baru
yang menggunakan tenaga mesin. Atas penemuan-penemuan tersebut, maka pada
abad ke-18 oleh Inggris sering dijuluki sebagai abad penemuan. Berikut ini beberapa
penemuan yang terjadi di Inggris pada abad ke-18.

3. Proses dan Dampak Perkembangan Revolusi Industri

Revolusi industri telah menimbulkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan


masyarakat Inggris. Revolusi Industri memberikan bermacam dampak positif dalam
bidang ekonomi, sosial, politik dan ilmu pengetahuan. Secara umum, dampak
revolusi industri bagi kehidupan penduduk Inggris antara lain sebagai berikut.

a. Bidang Sosial

Pengaruh Revolusi dalam bidang Industri bagi Inggris terlihat dari arus urbanisasi
yang semakin besar di kota-kota Industri Masyarakat di luar Inggris banyak yang
tertarik untuk tinggal dan mencari nafkah di Inggris. Akibatnya pengangguran dan
tindak kriminalitas banyak muncul dan meningkat.

b. Bidang Ekonomi

Pengaruh Revolusi Industri dalam bidang ekonomi ditandai dengan pembangunan


daerah-daerah industri dilakukan secara besar-besaran. Revolusi industri juga
berpengaruh terhadap munculnya kota-kota industri seperti Manchester, Liverpool,
dan Birmingham. Kemunculan kota-kota industri tersebut merupakan satu
keniscayaan ketika industri berkembang.

Perkembangan pesat dalam bidang industri ternyata tidak hanya bersifat kuantitas
melainkan juga berpengaruh terhadap kualitas barang industri yang meningkat
tajam. Revolusi industri telah banar-benar mendorong warga Inggris untuk
memperbaiki segala sesuatu berhubungan dengan hasil pekerjaan mereka.

c. Bidang Politik

Pembangunan kawasan industri muncul di berbagai kota, sebagian besar masyarakat


mulai menikmati dampak dari Revolusi Industri. Penduduk semakin mudah dalam
memperoleh kebutuhan dan barang industri. Para pengusaha dan pemilik modal
mendapatkan keuntungan yang berlimpah.secara singkat

Revolusi Industri telah membawa pengaruh yang cukup baik yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidup. Namun masalah timbul ketika lahan yang dipakai untuk
industri semakin sempit dan semakin sulit untuk dapat menghasilkan bahan baku
industry sendiri. Jumlah penduduk meningkat tajam seiring dengan semakin
tingginya arus urbanisasi dari para pencari pekerjaan.

Masyarakat yang tidak memiliki keahlian menjadi pengangguran Akibatnya tidak


sedikit kejahatan yang terjadi, kriminalitas meningkat. Selain dari itu juga banyak
masalah yang dihadapi: upah yang rendah, jaminan sosial yang buruk, jam kerja
yang tidak sesuai ditambah lagi kemudian terjadinya pencemaran lingkungan yang
terus dan berkepanjangan.

Revolusi Industri menimbulkan dampak yang mendorong terjadinya revolusi sosial


yaitu gerakan masyarakat yang berkeinginan mengubah kehidupan masyarakat
kepada taraf yang lebih baik. Pemerintah Inggris menanggapi keadaan ini dengan cara
mengeluarkan undang-undang Hak Asasi Manusia seperti Reform Bill 1832, Abolition
Bill 1832, dan Factory Bill 1833. Reform Bill adalah peraturan pemerintah yang berisi
tentang hak-hak yang diperoleh pekerja dalam parlemen.

Factory Bill berisi tentang larangan penggunaan tenaga kerja wanita dan anak-anak.
Sementara Abolition Bill berisi tentang penghapusan perbudakan. Perkembangan
tersebut telah mendorong Inggris menjadi kota dengan keadaan kota semakin lama
semakin sempit. Para pengusaha dan pemilik modal kemudian mencoba memasuki
wilayah desa dan membeli wilayah di pedesaan.
Pengambil alihan tanah di pedesaan ini menyebabkan pengaruh sosial ekonomi.
Petani banyak yang kehilangan pekerjaanya sehingga mereka berbondong-bondong
melakukan urbanisasi ke kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan, terbukanya
lapangan kerja yang baru, mata pencaharian yang berubah dari seorang petani
menjadi peternak atau buruh, melimpahnya barang-barang kebutuhan, dan terjadi
pencemaran di kawasan industri.

Revolusi Industri di Inggris membawa perubahan ekonomi secara mendasar yaitu


peningkatan kesejahteraan hidup, terutama bagi golongan kapitalis. Namun di balik
berbagai keuntungan yang dihasilkan, Revolusi Industri menyisakan satu
permasalahan yaitu kurangnya bahan mentah industri dan melimpahnya hasil
industri.

Dari masalah di atas, para golongan pemilik modal kemudian mencoba peruntungan
dengan membuat jaringan perdagangan, selain itu untuk mengatasi kekurangan
bahan mentah, Inggris kemudian mencari kawasan dan daerah yang dinilai memiliki
potensi alam dan manusia untuk dapat dimanfaatkan bagi kepentingan industri.

Pemikiran inilah yang nantinya akan berujung kepada lahirnya imperialisme modern
yang dimotori oleh Inggris. Ciri-ciri imperialisme modern yaitu menguasai daerah
untuk mencari bahan mentah, bahan baku, mencari tempat untuk menanamkan modal,
dan mencari tempat untuk memasarkan hasil industri. Tujuan ini sangat sesuai
dengan kesusahan yang dialami Inggris sebagai akibat dari Revolusi Industri.

Sejak Inggris menjadi pelopor imperialisme modern, jajahan Inggris di Asia dan Afrika
semakin luas dan banyak. Dapat dikatakan bahwa Inggris adalah negara dengan
imperialism terbesar, karena jajahanya membentang dan terdapat di seluruh penjuru
dunia. Dalam rangka mendukung keamanan daerah jajahannya maka Inggris
memperkuat armada lautnya.

Pada periode ini, Inggris merupakan negara dengan armada lautnya yang tidak
tertandingi. Negara-negara lainnya yang secara geografis berada di Eropa banyak
yang mencontoh keberhasilan Inggris, di antaranya Prancis, Jerman, Italia, dan
Spanyol. Negaranegara tersebut berlomba untuk mendapatkan daerah jajahan yang
potensial. Revolusi Industri telah melahirkan banyak manfaat bagi kehidupan
manusia.
Namun Revolusi Industri juga telah menimbulkan munculnya sifat arogan dan
serakah pada umat manusia. Tindakan bangsa yang menjajah bangsa lainnya
merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, padahal
munculnya Revolusi Industri ini berangkat dari perkembangan dan pertumbuhan
Renaissans dan humanisme yang menjunjung tinggi aspek-aspek kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai